Manajemen Rantai Pasok PT Charoen Pokphand Indonesia
Manajemen Rantai Pasok PT Charoen Pokphand Indonesia
Manajemen Rantai Pasok PT Charoen Pokphand Indonesia
Lalu pada tahun 1988 perusahaan mendirikan pabrik pakan udang di Medan
dengan kapasitas produksi 40.000 ton per tahun. Perusahaan mengambil alih 80%
saham milik PT Charoen Pokphand Jaya Farm yang merupakan industri pembibitan
ayam bibit induk (DOC Parent Stock) dan ayam usia sehari komersial (DOC Final
Stock) pada tahun 1990. Perusahaan kembali melakukan ekspansi dengan mendirikan
pabrik karung plastik pada tahun 1991 di Tangerang dengan kapasitas produksi 10 juta
lembar per tahun.
Bermula pada tahun 1995, berdasarkan akta notaries Siti Katamsi, S.H. no 12
tanggal 13 Agustus 1995, didirikan PT CPI Chicken Processing Plant yang
merupakan industri rumah potong dan pengolahan daging ayam di daerah Cikande,
Tangerang di atas lahan seluas 2,1 hektar. Perusahaan kembali membuka pabrik baru di
daerah Rungkut, Surabaya pada tahun 2006 untuk memperluas pangsa pasar produk
olahan makanan beku tersebut dan pada tahun 2007 di Salatiga, Jawa Tengah. Inilah
cikal bakal terbentuknya PT CPI Food Division Plant di Salatiga, Jawa Tengah.
Proses Produksi
Bahan baku utama dari produksi chicken nugget yaitu daging ayam dimana
daging ayam digunakan adalah daging ayam broiler. Ayam broiler merupakan jenis
ayam yang memiliki ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, siap
dipotong pada usia relatif muda, daging berserat lunak, dan dipasarkan pada umur 6-8
minggu (North, 1972). Daging ayam yang siap untuk diproduksi harus dilakukan
pengecekan secara sensori. Pengecekan tersebut meliputi pengecekan warna, aroma,
tekstur, dan kenampakan daging ayam. Daging ayam yang digunakan diantaranya yaitu
bagian dada yang biasa disebut Boneless Skinless Breast (BSB) dan bagian paha yang
biasa disebut Boneless Skinless Leg (BSL).
Sumber daging ayam yang berasal dari divisi Slaughter House (Rumah Potong
Hewan) yang di proses dari dua bagian, yaitu bagian Evisceration (Tempat
Penyembelihan Ayam) dan Cut Up (Tempat Pemotongan Daging Ayam). Daging ayam
dalam bentuk Griller yaitu daging ayam bulat tanpa bulu, kepala, ceker, serta isi perut
ayam dimasukkan ke dalam chillrom yang memiliki suhu ruang 0C - 5C pada rak
stainless steel agar kesegaran daging tetap terjaga dan akan mempermudah proses
pencetakan daging karena daging tidak mudah lembek. Sedangkan daging ayam dalam
bentuk Boneless yaitu daging ayam tanpa tulang dan kaki. Dalam perbedaan untuk
menentukan ayam mana yang akan masuk ke dalam kriteria Griller atau Boneless yaitu
berat ayam dan kondisi ayam.
Bahan pendukung lain yang yang digunakan seperti tepung terigu, campuran
bumbu-bumbu (premix), pati jagung, tepung batter, palm oil, dan lainnya yang berasal
dari supplier akan disimpan sementara di seasoning room. Bahan-bahan dalam
seasoning room diletakkan pada rak stainless steal untuk mencegah terjadinya
kontaminasi. Selain itu terdapat juga vegetable room untuk menyimpan bahan tambahan
dalam proses produksi seperti bawang merah dan bawang putih. Sedangkan breadcrumb
didapat dari departemen breadcrumb yang berada dalam satu kawasan industri.
Ada 3 bagian proses utama dari proses produksi naget ayam yaitu meat
preparation, cooking, dan packing.
Proses cooking
1. Pemasakkan produk
2. Pembekuan Produk
Setelah disortir, naget yang sesuai spesifikasi kemudian dilakukan proses
pembekuan dengan menggunakan mesin IQF (Individual Quick Freezing). Lama
pembekuan didalam IQF sekitar 30 menit - 1 jam. Produk yang telah digoreng
akan memiliki suhu tinggi sehingga dengan proses pembekuan menggunakan
IQF diharapkan suhu produk menurun hingga mencapai suhu -18C. Mesin IQF
memiliki prinsip dasar yaitu membekukan produk dengan bantuan cairan
pendingin dalam waktu yang singkat dan hasil dari pembekuannya terpisah-
pisah. Didalam mesin IQF terdapat conveyor belt yang berisi produk yang
nantinya akan diberi hembusan udara dingin sehingga produk akan menjadi
beku.
Proses di Packing
1. Proses Packing
Produk naget yang sudah beku, dimana telah dilakukan proses pembekuan
dengan mesin IQF selanjutnya dibawa ke bucket elevator menggunakan
conveyor yang kemudian ditimbang pada mesin MHW (Multi High Weigher).
Di mesin ini produk juga langsung di seal dimana produk dijatuhkan kedalam
plastik yang sudah dibentuk di bag former dan bag sealer. Pada proses
pembentukan kemasan plastik terdapat sensor yang bekerja secara otomatis
membaca eyemark sehingga kemasan plastik tersebut terpotong dengan tepat.
Pada saat pembentukan kemasan plastik tersebut juga dilakukan printing kode
produksi dan expired date. Setelah proses pengemasan, produk akan
dilewatkan pada metal detector untuk mengetahui ada atau tidaknya
kontaminasi logam. Verifikasi metal detector dengan menggunakan spesimen
Fe 1,5 mm, non Fe 2,0 mm, dan SUS 316 2,5 mm. Produk yang terkena metal
akan dipisahkan oleh rejector untuk dicari sumber kontaminannya. Proses
selanjutnya yaitu pengecekan berat produk menggunakan checkweigher bag.
Apabila berat tidak sesuai dengan standar (over/underweight), maka produk
akan dipisahkan oleh rejector untuk dicek ulang atau repack ulang.
2. Proses Cartoning
1. Peternak Ayam
2. Penghasil Bumbu
3. Penghasil Plastik
4. PT Charoen Pokphand Indonesia Jaya Farm
5. Pabrik bumbu
6. PT Sarana Prima
7. PT Charoen Pokphand Indonesia-Food Division Plant, Salatiga
8. Distributor PT Prima Food International
9. Departemet Store
10. Mitra
Gambar Ilustrasinya:
1 4 9
2 5 7
10
3 6 10
1. Aliran Material
a. Ayam Broiler
Ayam yang digunakan untuk produksi naget dan sosis adalah Ayam Broiler. Ayam
Broiler merupakan jenis ayam yang dalam proses pengolahannya akan menjadi
makanan olahan daging ayam. Superior dalam tingkat kualitas ayam menunjukkan
bahwa ayam tersebut adalah grade pertama, meskipun standard superior sendiri berbeda
untuk masing-masing peternakan. Ayam broiler yang digunakan oleh PT Charoen
Pokphand Indonesia-Food Division Plant, Salatiga berasal dari PT Charoen Pokphand
Indonesia-Food Division Plant, Salatiga Jaya Farm, yang merupakan supplier dan
merupakan bagian dari grup PT Charoen Pokphand Indonesia-Food Division Plant,
Salatiga.
b. Bumbu (Premix)
Bumbu (Premix) berfungsi untuk memberikan rasa pada produk yang dihasilkan.
Bumbu (Premix) yang digunakan sebagai bahan pendukung pembuatan produk
merupakan Bumbu (Premix) terbaik yang didapat langsung dari supplier terutama
dalam hal warna dan rasanya.
Dari uraian tentang bahan baku dan pemasuk diatas didapat supplier dari sektor
hulu yaitu, PT Charoen Pokphand Indonesia-Food Division Plant, Salatiga Jaya Farm
yang merupakan bagian dari grup yang memasok Ayam Broiler.
c. Bahan Pengemas dan Pemasok Bahan Pengemas
Plastik merupakan bahan pengemas yang langsung kontak dengan produk. Plastik
yang digunakan terbuat dari bahan tahan dingin. Sebelum plastik digunakan untuk
proses produksi, plastik disimpan dalam dry store. Supplier untuk kemasan plastik naget
dan sosis yaitu PT Sarana Prima.
2. Aliran Produk
Produk-produk makanan olahan ayam yang dihasilkan menggunakan kualitas
terbaik serta melalui penelitian yang cukup lama oleh departemen R & D sehingga
produk dari PT Charoen Pokphand Indonesia-Food Division Plant, Salatiga memiliki
kualitas dan keuntungan yang lebih dibandingkan dari pesaing-pesaingannya dan hingga
saat ini PT Charoen Pokphand Indonesia-Food Division Plant, Salatiga sebagai market
leader juga price leader.
Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Dalam pengembangan bisnisnya, PT
Charoen Pokphand Indonesia-Food Division Plant, Salatiga telah mendistribusikan
produknya ke seluruh penjuru Nusantara. Di bawah kantor penjualan, selanjutnya jalur
distribusi memiliki tiga tingkat:
PT Charoen Pokphand
PT Prima Food
Supplier Bumbu Indonesia-Food Division
International
Plant, Salatiga
PT Sarana Prima
Konsumen
3. Aliran Keuangan
Aliran uang adalah gambaran aliran uang/modal yang berawal dari konsumen
sebagai pembeli selanjutnya mengalir pada tiap mata rantai dan pada akhirnya akan
sampai di produsen untuk digunakan sebagai biaya produksi. Aliran dana ini bersifat
searah artinya dana dihasilkan dari pertukaran dengan produk yang dibeli konsumen
dengan melewati beberapa mata rantai, akhirnya akan diterima oleh produsen sebagai
penukar dari produk yang dihasilkan. Dalam suatu rantai aliran pemasaran suatu produk
pastilah terdapat aliran uang di dalamnya, seperti pada pemetaan aliran uang pada
produk naget dan sosis di bawah ini.
Supplier
Bumbu
Mitra
PT Charoen Pokphand
PT Sarana PT Prima Food
Indonesia-Food Division Konsumen
Prima International
Plant, Salatiga
Departemen
Store
PT Charoen
Pokphand Indonesia
Jaya Farm
Aliran uang yang terjadi merupakan siklus uang yang berputar pada pemasaran
produk naget dan sosis. Dari mulai PT Charoen Pokphand Indonesia-Food Division
Plant, Salatiga yang mengeluarkan input usahanya memproduksi makanan olahan ayam
berupa naget dan sosis yang akan di distribusikan kepada PT Prima Food International.
Kemudian cashflow terbentuk antara PT Prima Food International dengan PT Charoen
Pokphand Indonesia-Food Division Plant, Salatiga.
Uang yang mengalir kepada PT Charoen Pokphand Indonesia-Food Division Plant,
Salatiga merupakan hasil dari transaksi yang diperoleh dari hasil penjualan produk.
Aliran uang yang selanjutnya terjadi adalah antara konsumen dan PT Charoen
Pokphand Indonesia-Food Division Plant, Salatiga begitu juga dengan aliran uang dari
PT Prima Food International yang mengadakan transaksi dengan PT Charoen Pokphand
Indonesia-Food Division Plant, Salatiga. Terakhir, aliran uang pada PT Prima Food
International yang berasal dari Departemen Store dan Mitra yang menjual produknya
kepada konsumen.
4. Aliran Informasi
PT Charoen Pokphand
Indonesia Jaya Farm
PT Charoen Pokphand
PT Prima Food
Indonesia-Food Division PT Sarana Prima
International
Plant, Salatiga
Supplier Bumbu
a. Efisiensi.
b. Penghematan biaya.
c. Memiliki hubungan mitra yang lebih kuat.
d. Transaksi sudah bisa dilakukan secara online dan real time.
e. Dengan adanya barcode dapat mengurangi proses entry data, sehingga mempercepat.
proses dan meningkatkan akurasi, terutama saat mengirimkan barang.
f. Peningkatan service level.
g. Pertumbuhan penjualan melalui penurunan rasio lost sales akibat kekurangan stok.
h. Pengendalian working capital terkait stok.
i. Peningkatan akurasi peramalan (forecast).
DAFTAR PUSTAKA
https://cpfood.co.id/