Anda di halaman 1dari 27

SKENARIO I

MUDAH LELAH

Seorang wanita berusia 36 tahun datang kesebuah poliklinik rumah sakit dengan
keluhan sembelit, kejang-kejang otot, mudah lelah, konsentrasi menurun, dan oedema
pada sekeliling mata yang sudah di rasakan sejak 1 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan
fisik di dapatkan Nadi : 40x/menit, tekanan darah : 80/70 mmhg, suhu 36 0c, frekuensi
nafas : 10x/menit, rambut yang kering dan kasar, kulit kering, sianosis, akral dingin.

1. KATA KUNCI
a. Wanita berusia 36 tahun
b. Sembelit
c. Kejang-kejang otot
d. Mudah lelah
e. Konsentrasi menurun
f. Oedema pada sekeliling mata
g. Nadi : 40x/ menit
h. Tekanan darah : 80/70 mmHg
i. Suhu : 360c
j. Frekuensi nafas : 10x/menit
k. Rambut kering dan kasar
l. Kulit kering
m. Sianosis
n. Akral dingin

1
2. KLASIFIKASI ISTILAH ISTILAH PENTING
a. Sembelit
Sembelit adalah suatu kondisi dimana buang air besar lebih jarang dai biasanya
karena feses atau tinja yang kering,keras sehingga susah dikeluarkan dan
menimbulkan rasa sakit saat buang air besar. Dalam bahasa kedokteran sembelit
ini dikenal dengan istilah konstipasi.(sumber: www.mediskus.com/tips/sara-
mengatasi-sembelit)
b. Kejang kejang otot
Kejang kejang otot adalah kontraksi tiba-tiba dan tidak disengaja pada satu atau
beberapa otot. Yang disebabkan oleh karena terlalu sering menggunakan otot atau
dehidrasi. (sumber:www.sehatfresh.com/kejang-otot)
c. Oedema
Oedema adalah pembengkakan yang dapat diamati dari akumulasi cairan dalam
jaringan-jaringan tubuh. Pembengkakan terjadi akibat dari akumulasi cairan yang
berlebihan dibawah kulit.
(sumber:www.scribd.com/mobile/doc/84503941/definisi-edema)
d. Cyanosis
Cyanosis adalah warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena
kandungan oksigen yang rendah dalam darah.
(sumber: www.kamuskesehatan.com/arti/sianosis)
e. Akral dingin
Akral dingin adalah dimana jaringan-jaringan perifer (seperti ujung jari tangan
dan kaki) kekurangan oksigen pada bagian akral paling sering disebaban karena
darah yang sampai ke bagian perifer tidak optimal.
(sumber:www.pengertianologi.com/pengertian-akral-adalah.html?m=1)

3. MAIN MAP/ LembarCheklis

a. MIND MAP

MUDAH LELAH

2
Hipotiroid Hipertiroid Myxedema
Definisi
Definisi Definisi
Hipotiroid adalah suatu keadaan koma miksedema adalah situasi
hipometabolik akibat defesiansi Hipertiroid adalah suatu yang mengancam nyawa yang
hormone tiroid yang dapat keadaan atau gambaran klinis ditandai oleh eksaserbasi
terjadi pada setiap umur akibat produksi hormone tiroid (perburukan) semua gejala
[ CITATION Ami151 \l 1033 ] yang berlebihan oleh kelenjar hipotiroidismetermasuk
Etiologi : tiroid yang terlalu aktif. hipotermi tanpa menggigil,
Etologi dapat di golongkan hipotensi, hipoglikemia,
Etiologi :
menjadi 3 tipe yaitu : hipoventilasi, dan penurunan
Hipertiroidisme dapat terjadi
1. hipotiroid primer : kesadaran hingga koma. Dalam
akibat disfungsi kelenjar tiroid,
Mungkin disebabkan oleh keadaan darurat (misalnya,
hipofisis, atau hipotalamus.
kongenital dari tiroid, sintesis myxedema), hormone tiroid bisa
Peningkatan TSH akibat
hormone yang kurang baik, diberikan secara intravena.
malfungsi kelenjar tiroid akan
pembedahan atau terapi Etiologi :
disertai penurunan TSH dan
radioaktif untuk hipotiroid, dan Myxedema diakibatkan oleh mal
TRF karena umpan balik
penyakit inflamasi kronik fungsi kelenjar tyroid, hipofisis,
negative TH terhadap pelepasan
seperti penyakit hasimoto. atau hipotalamus. Apabila
keduannya, Hipertiroidisme
2. hipotorid sekunder disebabkan oleh malfungsi
akibat malfungsi hipofisis
Berkembang ketika adanya kelenjar tiroid, maka kadar
memberikan gambaran kadar
stimulasi yang tidak memadai hormone tiroid (HT) yang
TH dan TSH yang tinggi. TRF
dari kelenjar tiroid normal, rendah
akan rendah karena umpan

3
konsekuensinya jumlah tiroid Hipertirioidisme akibat dari Akan disertai oleh peningkatan
stimulating hormone (TSH) malfungsi hipotalamus akan kadar Tiroid Stimulating
memperlihatkan HT yang
meningkat. Ini mungkin awal Hormon (TSH) dan Tiroid
tinggi disertai TSH dan TRH
dari suatu malfumgsidari yang berlebihan. Releaxing Hormon (TRH)
pituitary atau hipotalamus. Ini karena tidak adanya umpan
Manifestasi
dapat juga desebabkan oleh balik negative oleh HT pada
a. Wanita berusia 36 tahun
resistensi perifer terhadap hipofisis anterior dan
b. Kejang-kejang otot
hormone tiroid. hipotalamus.
c. Mudah lelah
3. Hipoiroid Tersier/pusat
d. Peningktan frekuensi Apabila hipotiroidisme terjadi
Berkembang jika hipotalamus
denyut jantung akibat malfungsi hipofisis,
gagal untuk memproduksi tiroid
e. Penigkatan tonus otot, maka kadar hHT yang rendah
releasing hormone (TRH) dan
tremor, iritababilitas, disebabkan oleh rendahnya
akibatnya tidak dapat di
peningkatan kadar TSH. TRH dari
stimulasi pituitary utuk
pembentukan panas, hipotalamus tinggi karena tidak
mengeluarkan TSH.ini mungkin
inteoleran terhadap pana, adanya umpan balik negative
berhubungan denagn suatu
keringat berlebihan. baik dari TSH maupun HT.
tumor/lesi dekstuktif lainnya di
f. Peningkatan laju
area hipotalamus. Ada 2 bentuk Manifestasi Klinik :
metabolism basal,
utama dari goiter sederhana
peningkatan a. Wanita berusia 36 tahun
yaitu dan endemic dan sporadic.
pembentukan panas, b. Sembelit
ManifestasiKlinis :
intoleran terhadap panas, c. Mudah lelah
a. Wanita berusia 36 tahun keringat berlebihan d. Konsentrasi menurun
b. Sembelit g. Penurunan Berat badan, e. Oedema pada sekeliling
c. Kejang-kejang otot dan peningkatan rasa mata
d. Mudah lelah lapar f. Nadi : 40x/ menit
e. Konsentrasi menurun h. Peningkatan frekuensi g. Tekanan darah : 80/70
f. Oedema pada sekeliling defekasi mmHg
mata i. Gondok (biasanya), h. Suhu : 360c
g. TTV menurun peningkatan ukuran i. Frekuensi nafas :
h. Rambut kering dan kasar kelenjar tiroid 10x/menit
i. Kulit kering j. Rambut kering dan
j. Sianosis kasar
k. Akral dingin k. Kulit kering
l. Sianosis
m. Akral dingin
4
b. LembarCheklis
NO Manifestasi Hipotiroid Hipertiroid Myxedema
Klinis
1 Wanita berusia
36 tahun
2 Sembelit
3 Kejang-kejang
otot
4 Mudah lelah
5 Konsentrasi
menurun
6 Oedema pada
sekeliling mata
7 Nadi
40x/menit
8 TD : 80/70
mmHg
9 Suhu 36oC
10 Frekuensi
napas :
10x/menit
11 Rambut kering
dan kasar
12 Kulit kering
13 Sianosis
14 Akral dingin

4. PERTANYAAN PERTANYAAN PENTING


a. Berdasarkan kasus diatas apa yang membuat klien mudah lelah?
b. Apa yang menyebabkan sehingga terjadinya sembelit?
c. Apa hubungan umur klien dengan penyakit yang diderita?

5
d. Berdasarkan tanda dan gejala yang didapatkan diagnosa apa yang bisa
ditegakkan?

5. JAWABAN PERTANYAAN PENTING


a. Berdasarkan kasus diatas mudah lelah terjadi karena klien tersebut
kekurangan beberapa hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Dimana
kelenjar tiroid digolongkan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan
hormon tertentu, yang berfungsi mengatur kecepatan pembakaran energi
dalam tubuh dan berfungsi membuat protein dan mengatur sensitifitas tubuh
terhadap hormon yang lain. Hormon yang diproduksi kelenjar tiroid yaitu,
tiroksin, kalsitonin dan triodotironin. Dua hormon T (tiroksin dan
triodotironin) untuk metabolisme tubuh, ketika berada dalam darah hormon ini
memicu sel menjadi Glikogen. Jika, hormon yang dihasilkan kurang maka
tubuh akan mudah lelah.
b. Sembelit terjadi karena gangguan kelenjar tiroid. Dimana kelenjar tiroid
memproduksi hormone tiroksin yang tidak untuk mencukupi untuk
metabolisme tubuh. Pada saat tubuhmemerlukan hormone tiroksin, TSH akan
memberikan rangsangan pada kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormone
tiroksin. TSH sendiri dikeluarkan oleh kelenjar pituitary yang terletak diotak.
Yang normalnya tubuh akan memberikan sinyal keotak, begitu hormone
tiroksin dirasa cukup, lalu kelenjar pituitary akan mengurangi produksi
hormone tiroksin. Karena terjadinya gangguan pada produksi hormone
tiroksin maka metabolism tubuh akan menurun dan mengakibatkan terjadinya
sembelit.
c. Berdasarkan manifestasi klinis yang diderita klien diatas, maka klien
menderita penyakit hipotiroid.

6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA

6
Mengetahui lebih lanjut tentang usia dan penyakit yang diderita klien, dan
bagaimana tindakan mandiri perawat menangani pasien dengan penyakit
hipotiroid.

7. INFORMASI TAMBAHAN
Table Kroasia Tablet Krokot Berkhasiat, Inovasi Effervescent Dari Tanaman
Krokot (Portulacaoleracea L) Sebagai Alternatif Minuman Bersuplemen Bagi
Penderita Radang Usus Buntu.

8. KLARIFIKASI INFORMASI
Ciplukan (Physalis angulata L) merupakan tanaman yang banyak
diteliti sebagai obat herbal dan memiliki efek positif pada fungsi tiroid dengan
meningkatkan kadar hormon tiroid. Tujuan. Penelitian ini bertujuan menilai
pengaruh ekstrak etanol ciplukan (EEC) dalam menurunkan kadar Thyroid
StimulatingHormone (TSH) tikus setelah induksi propylthiouracil (PTU). Metode.
Penelitian eksperimental murni ini menggunakan rancangan control group pre test
post testdesign dengan 49 tikus jantan galur Wistar umur 3-4 bulan dengan berat
badan 20060 gram. Kelompok penelitian terbagi tujuh: kontrol (+): thyrax 0.009
mg/kgBB, kontrol (-): tidak ada Intervensi, P1: EEC 0.1 g/kgBB, P2: 0.2 g/kgBB, P3:
0.4 g/ kgBB, P4: 0.8 g/kgBB, P5: 1.6 g/kgBB selama 6 minggu. Analisis data
menggunakan anova, paired samples T test, dan ancova. Hasil. Rerata kadar TSH
kontrol (+), P1, P2, P3, P4, P5 turun dalam batas nilai rujukan. Uji Ancova
menunjukkan penurunan bermakna kadar TSH setelah intervensi dipengaruhi oleh
kadar TSH sebelum intervensi dan variasi perlakuan (p<005). Selisih () rerata kadar
TSH pada P1, P2, P3, P4, dan P5 tidak berbeda bermakna dengan kontrol (+)
(p>0,05). Uji post hoc
9. ANALISA DAN SINTESIS
Berdasarkan kasus yang didapatkan Seorang wanita berusia 36 tahun datang
kesebuah poliklinik rumah sakit dengan keluhan sembelit, kejang-kejang otot, mudah

7
lelah, konsentrasi menurun, dan oedema pada sekeliling mata yang sudah di rasakan
sejak 1 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan Nadi : 40x/menit,
tekanan darah : 80/70 mmhg, suhu 360c, frekuensi nafas : 10x/menit, rambut yang
kering dan kasar, kulit kering, sianosis, akral dingin. Setelah menganalisa scenario
diatas berdasarkan manifestasi klinis yang dialami klien menunjukan klien menderita
penyakit Hipotirod. Hal ini telah kami pertimbangkan dengan membuat diagnosa
banding antara hipotiroid, hipertiroid dan myxedema.

Pada hipertiroid, hipertiroid adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat
produksi hormone tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Pada
hipertiroid terkait kasus yang didapatkan terdapat beberapa tanda dan gejala
diantaranya, kejang-kejang otot dan mudah lelah. Namun tidak terdapat gejala lain
yang diderita klien. Dan hal inilah yang menggugurkan kami mengangkat diangnosa
Hipertiroid.

Hal yang sama juga kami dapatkan padakoma miksedema, koma miksedema
adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan)
semua gejala hipotiroidismetermasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi,
hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Dalam keadaan
darurat (misalnya, myxedema), hormone tiroid bisa diberikan secara intravena.. Pada
koma miksedema terdapat hamper semua tanda dan gejala. Namun tidak di dapatkan
kejang-kejang otot.

Pada hipotiroid, hipotiroid adalah suatu keadaan hipometabolik akibat


defesiansi hormone tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur [ CITATION Ami151 \l
1033 ]. Pada hipotiroid terdapat semua tanda dan gejala yang diderita klien. Dan hal
inilah yang memperkuat kami mengangkat diagnose medis hipotiroid.

10. LAPORAN DISKUSI: lampiran

8
BAB I

KONSEP MEDIK

A. Definisi

9
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid.
Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal.
Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di
akibatkan oleh kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat
mengakibatkan kretinisme.
Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat
kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan
jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid Jadi, hipotiroid adalah ketidakmampuan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis anterior untuk menghasilkan TSH sehingga
terjadi penurunan produksi hormon tiroid.

B. Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3%
sampai 5% dari populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih
umum terjadi pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai
dengan umur.
Kerusakan tiroid dapat terjadi karena,
1. Operasi, Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau
lebih kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial
jarang menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves sering
menjadi hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena
jumlah jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang
mendasarinya.
2. Radiasi, Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme
menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10
tahun. Tetapi pemberian RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan
hipotiroidisme sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi eksternal di usia

10
<20 tahun : 52% 20 tahun dan 67% 26 tahun pascaradiasi, namun tergantung
juga dari dosis radiasi.
3. Tiroiditis autoimun, Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di mana
berperan antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin
(antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas dapat menyebabkan
hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium, hormon (estrogen
meningkatkan respon imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres
mengubah interaksi sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-
atrofis gejala klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis
Hashimoto tidak permanen.
4. Tiroiditis subakut, (De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar, demam,
menggigil. Etiologi yaitu virus. Akibat nekrosis jaringan, hormon merembes
masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme).
Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme sepintas.
5. Dishormogenesis, Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-langkah
proses hormogenesis (pembentukan hormon). Keadaan ini diturunkan, bersifat
resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada skrining
hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia lanjut.

Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu:


1. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis
hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti
tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit
inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.
2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak
memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid
stimulating hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu mal

11
fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh
resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
3. Hipotiroid tertier/ pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat
distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan
dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus.Ada dua bentuk
utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Goiter endemic
prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalah pada
goiter belt dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang
berkurang dan iodine.

C. Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone
tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone
tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk
kompensasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan
adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar
terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH
menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah.
Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada
menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat
dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada
kondisi achlorhydria (penurunan produksi asam lambung), penurunan traktus
gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan
produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone
tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil

12
kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi
mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan
hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal
sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien
dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan
eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam
folat.

D. Manifestasi klinis
Gejala-gejala hipotiroid adalah seringkali tidak kelihatan. Mereka tidak
spesifik (yang berarti mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi
lain) dan adalah seringkali dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan
hipotiroid ringan mungkin tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-
gejala umumnya menjadi lebih nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari
keluhan-keluhan ini berhubungan dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala umum sebagai berikut :
1. Kelelahan
2. Depresi
3. Ketidaktoleranan dingin ( hypotermi )
4. Konstipasi
5. Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat
6. Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar
Manifestasi berdasarkan system system di tubuh :.
1. Sistem kardiovaskuler
Menurunnya heart rate, kardiak output, menurunnya kebutuhan oksigen otot
jantung, peningkatan resisten vaskuler perifer, hiperkolestrolemia
2. Sistem Hematologi
Normositik, normokronik anemia, makrositik anemia (pernicious)

13
3. Sistem Pernapasan
Penurunan jumlah pernapasan, kelemahan otot pernapasan, retensi CO2 pada
hasil AGD, kesulitan bernapas.
4. Sistem Perkemihan
Retensi cairan, penurunan output urin, menurunnya produksi eritropoitin.
5. Sistem Gastrointestinal
Menurunnya peristaltic usus, anorexia, konstipasi, penurunan metabolism
protein, peningkatan serum lipid.
6. Sistem Integumen
Tidak tahan dingin, rambut rontok, kuku rapuh.

7. Sistem Endokrin
Normal atau pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem Saraf
Kelemahan, somenolen.

E. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan T3 dan T4 serum
Jika kadar TSH meningkat, maka T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid.
a) T3 serum(0,6 1,85 mg/dl)
b) T4 serum (4,8 12,0 mg/dl)
c) TSH (0,4 6,0 mg/dl)
2. Pemeriksaan TSH
Diproduksi kelenjar hipofise merangsang kelenjar tiroid untuk membuat dan
mengeluarkan hormon tiroid. Saat kadar hormon tiroid menurun, maka TSH
akan menurun. Pemeriksaan TSH menggunakan uji sensitif merupakan
scirining awal yang direkomendasikan saat dicurigai penyakit tiroid. Dengan
mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara pasien
hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar nya TSH nrmal dapat

14
menyingkirkan penyakit tiroid primer. Kadar TSH meningkat sehingga terjadi
hipotiroid.
3. Pemeriksaan USG dan scan tiroid
Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) dapat menentukan apakah lesi tersebut
kistik ataukah padat. Kebanyakan karsinoma adalah padat, kebanyakan lesi
yang kistik atau campuran adalah jinak. Teknik ultasonografi digunakan untuk
menentukan apakah nodul tiroid, baik yang teraba pada palpasi maupun yang
tidak, merupakan nodul tunggal atau multiple padat atau kistik. Pemeriksaan
ultasonografi ini terbatas nilainya dalam menyingkirkan kemungkinan
keganasan tapi hanya dapat mendeteksi nodul yang berpenampang lebih dari
setengah centimeter.
4. Pemeriksaan sidik tiroid.
Hasil pemeriksaan dengan radioisotope adalah teraan ukuran, bentuk lokasi,
dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien
diberi Na peroral dan setelah 24 jam secara foto grafik ditentukan konsentrasi
yadium radioaktif yang ditangkap oleh tiroid.
F. Penatalaksanaan medis
1. Pemberian tiroksin
Biasanya dimulai dalam dosis rendah ( 50g/hari ). Khususnya pada pasien
yang lebih tua atau pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah beberapa
hari atau minggu, sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai
dosis pemeliharaan maksimal 150g/hari. Pada dewasa muda, dosis
pemeliharaan maksimal dapat dimulai secepatnya.
2. Pengukuran kadar TSH
Pada pasien hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan manfaat
terapi pengganti. Kadar ini harus dipertahankan dalam kisaran normal.
Pengobatan yang adekuat pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder
sebaiknya dengan mengikuti kadar tiroksin bebas.
3. Hindari penggunaan pemanas eksternal

15
Karena alat tersebut akan meningkatkan kebutuhan oksigen dan akan mengarah
kepada kolaps vaskuler
4. Glukosa konsentrat
Dapat diberikan jika terjadi hiperglikemik
5. Levotiroksin sintetik (Synthroid atau Levothroid)
Merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi
penyakit goiter nontoksik.

D. Komplikasi

1. Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat
penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan
tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan hiperplasia sel
tiroid.
2. Gondok Endemik
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel
tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap
semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai
kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
3. Gangguan jantung
Hipertiroid dapat meningkatkan kadar kolestrol, mengganggu fungsi jantung,
pembesaran jantung dan gagal jantung.
4. Peripheral neuropathy
Merusak saraf perifer, yaitu saraf yang membawa informasi dari otak dan saraf
tulang belakang ke seluruh tubuh.
5. Myxedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa

16
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran
hingga koma. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedema), hormon
tiroid bisa diberikan secara intravena.
6. Infertilitas
Kadar hormon tiroid yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada
ovulasi.
7. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Kretinisme)
Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka kita
akan mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin imbesil. Pada waktu lahir
tidak ditemukan kelainan tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa timbul gejala
lidah tebal dan jarak antara ke dua mata lebih besar dari biasanya. Pada waktu
ini kulit kasar dan warnanya agak kekuningan. Kepala anak besar, mukanya
bulat dan raut mukanya (ekspresi) seperti orang bodoh sedangkan hidungnya
besar dan pesek, bibirnya tebal, mulutnya selalu terbuka dan juga lidah yang
tebal dikeluarkan. Pertumbuhan tulang juga terlambat. Sedangkan keadaan
psikis berbeda-beda biasanya antara agak cerdik dan sama sekali imbesil.
Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala
dengan segera.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. DENGAN

DIAGNOSA HIPOTIROIDISME

17
A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas Pasien

Nama : Ny.

Umur : 36 Tahun

Agama : Tidak terkaji

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Tidak terkaji

Pendidikan : Tidak terkaji

Pekerjaan : Tidak terkaji

Suku Bangsa : Tidak terkaji

Alamat : Tidak terkaji

Tanggal Masuk : Tidak terkaji

Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji

No. Register : Tidak terkaji

Diagnosa Medis : Hipotiroidisme

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tidak terkaji

18
Umur : Tidak terkaji

Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji

Pekerjaan : Tidak terkaji

Alamat : Tidak terkaji

2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Mudah lelah
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Sembelit, kejang-kejang otot, mudah lelah, konsentrasi menurun, dan
oedem pada sekeliling mata yang sudah dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu.

3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

b. Satus Kesehatan Masa lalu


1) Penyakit yang pernah dialami : Tidak terkaji
2) Pernah dirawat : Tidak terkaji
3) Alergi : Tidak terkaji
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) : Tidak terkaji
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terkaji
d. Diagnosa Medis dan therapy : Hipotiroidisme

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan : Tidak terkaji


b. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit :Tidak terkaji
2) Saat sakit : Tidak terkaji
c. Pola Eliminasi
1) BAB
a) Sebelum sakit :Tidak terkaji
b) Saat sakit :Sembelit
2) BAK
a) Sebelum sakit :Tidak terkaji
b) Saat sakit :Tidak terkaji

19
d. Pola aktivitas dan latihan :
1. Aktivitas

Kemampua 0 1 2 3 4
n Perawatan
diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah

0: mandi, 1: alat bantu, 2: di bantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total.
2. Latihan
Sebelum sakit :
Saat sakit: Tidak terkaji

e. Pola kognitif dan Persepsi : Tidak terkaji


f. Pola Persepsi-Konsep diri : Tidak terkaji
g. Pola Tidur dan Istirahat
1) Sebelum sakit :Tidak terkaji
2) Saat sakit :Tidak terkaji
h. Pola Peran-Hubungan : Tidak terkaji
i. Pola Seksual-Reproduksi
1) Sebelum sakit :Tidak terkaji
2) Saat sakit :Tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping : Tidak terkaji
k. Pola Nilai-Kepercayaan : Tidak terkaji
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum :
Kurang konsentrasi, oedem pada sekeliling mata.

b. Tanda-tanda Vital :
TD : 80/70 mmHg, HR : 40x/menit, SB : 36C, RR: 10x/menit

20
c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher : Rambut kering dan kasar
2) Dada :
a) Paru :Tidak terkaji
b) Jantung :Tidak terkaji
3) Payudara dan ketiak :Tidak terkaji
4) abdomen :Tidak terkaji
5) Genetalia :Tidak terkaji
6) Integumen :kulit kering, acral dingin
7) Ekstremitas :Tidak terkaji
a) Atas :Tidak terkaji
b) Bawah : Tidak terkaji
8) Neurologis :
a) Status mental da emosi : Tidak terkaji
b) Pengkajian saraf kranial : Tidak terkaji
c) Pemeriksaan refleks : Tidak terkaji
d. Pemeriksaan Penunjang

1) Data laboratorium yang berhubungan : Tidak terkaji


2) Pemeriksaan radiologi : Tidak terkaji
3) Hasil konsultasi : Tidak terkaji
4) Pemeriksaan penunjang diagnostic lain : Tidak terkaji

5. Analisa data

NO Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan


.
1. Data subjektif: Defisiensi iodium, Penurunan Curah
1. Kejang-kejang disfungsi hipofisis, Jantung (00029)
otot disfungsi TRH Domain 4:
2. Mudah lelah
Aktifitas/Istirahat
3. Konsentrasi
Produksi hormone piroid Kelas 4: Respon
menurun
4. Udem pada mengurang Kardiovaskuler/Pulmonal
sekeliling mata
sejak satu bulan Metabolism lambat
yang lalu.

21
Data obkektif: Resistensi pembuluh darah
1. Nadi 40x/menit perifer meningkat
2. TD 80/70
mmHG.
Peningkatan kolestrol dan
3. Suhu 36C
4. Frekuensi nafas triglisende
10x/menit
5. Rambut kering
Peningkatan
dan kasar
arteriosklerosis
6. Kulit kering
7. Cyanosis
8. Akral digin
Menyebapkan penurunan
kebutuhan oksigen dari
jaringan perifer

Peningkatan afterloat
jantung

Penurunan denyut jantung

Dx. penurunan curah


jantung
2. Data subjektif: Produksi hormon tiroid Konstipasi (00011)
Klien mengeluh menurun Domain 3: Eliminasi dan
sembelit. pertukaran
Metabolisme lambat Kelas 2: Fungsi
gastroinstestinal
Penurunan fungsi
gastrointertinal

Penurunan peristaltic usus

22
Penurunan pengeluaran
cairan didalam usus

Peningkatan feses pertahan

Dx. Kostipasi

B. Diagnosa keperawatan

1. Penurunan curah jantung (00029)


2. Konstipasi (00011)

23
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
.
1. Penurunan Curah Jantung NOC NIC
(00029) 1. Cardiac pump efectivenes Observasi
2. Sirculation status
Domain 4: Aktifitas/Istirahat 1. monitor TD, nadi, suhu
3. Vital sign status
Kelas 4: Respon dan RR.
Setelah dilakukan tindakan
2. Pantau tanda kelebihan
Kardiovaskuler/Pulmonal
keperawatan selama.... x 24 jam,
cairan.
Definisi: Ketidak adekuatan darah
masalah penurunan curah 3. Monitor sianosis perifer
yang di pompa oleh jantung untuk 4. Identifikasi penyebab
jantung dapat teratasi dengan
memenuhi kebutuhan metabolik perubahan vital sign
kriteria hasil:
5. Monitor intake asupan
tubuh
1. Tanda vital dalam rentan
nutrisi untuk mengetahu
Batasan karakteristik:
normal (tekanan darah,
sumber energy yang
1.
nadi, respirasi)
adekuat.
2. Dapat mentoleransi
6. Kaji lokasi dan luasnya
aktifitas, tidak ada
edema.
kelelahan Mandiri
1. Ubah posisi pasien ke
posisi datar atau
trendelenburg ketika TD
pasien berada pada
rentan lebih rendah
dibandingkan dengan
yang biasanya.
2. Jangan mengukur suhu
dari rectum.
3. Pilih intervensi untuk
mengurangi kelelahan
baik secara farmakologi
atau non farmakologis.
4. Anjurkan senam aerobic

24
sesuai kemampuan
pasien.
5. Lakukan ROM aktif atau
pasif untum
menghilangkan
ketegangan otot.
6. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi.
7. Berikan terapi IV
seperti yang telah
ditentukan.
HE
1. Ajarkan penggunaan,
dosis, frekuensi, dan
efek samping obat.
2. Ajarkan pasien
mengenai pengelolaan
kegiatan dan tehnik
menejemen waktu untuk
mencegah kelelahan.
3. Anjurkan pasien
bagaimana mengunakan
inhaler sesuai resep
sebagaimana mestinya.
Kolaborasi
1. Berikan obat antiaritmia
2. Konsultasi dengan ahli
gizi mengenai cara
meningkatkan asupan
energy dari makanan
3. Konsultasikan dengan

25
dokter jika tanda-tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan menetap
atau memburuk.
2. Konstipasi (00011) NOC NIC
Domain 3: Eliminasi dan 1. Bowel elimination Observasi
2. Hydration
pertukaran 1. Identifikasi faktor
Setelah dilakukan tindakan
Kelas 2: Fungsi gastroinstestinal penyebab dan konstribusi
keperawatan selama.... x 24 jam,
Definisi: Penurunan frekuensi konstipasi.
masalah penurunan curah
normal defekasi yang di seratai 2. Pantau tanda dan gejala
jantung dapat teratasi dengan
pengeluaran feses yang sulit atau ruptur usus atau peritonitis
kriteria hasil:
tiak lampias atau pengeluaran 3. Monitor buang air besar
1. Mempertahankan bentuk
feses yang sangat keras dan termasuk frekuensi,
feses
kering konsistensi, bentuk,
2. Lunak setiap 1-3 hari
Batasan karakteristik: 3. Bebas dari volume dan warna dengan
1. ktidaknyamanan dan cara yang tepat.
konstipasi 4. monitor bising usus.
4. Mengidentifikasi
Mandiri
indikator untuk mencegah
1. Anjurkan aktivitas optima
konstipasi
untuk merangsang
5. Feses lunak dan
eliminasi defekasi pasien.
berbentuk
2. Instruksikan pasien
mengenai makan tinggi
serat.
3. Masukkan supositoria
rectal, sesuai dengan
kebutuhan.
4. Mendorong penurunan
asupan makanan
pembentuk gas, yang

26
sesuai.
5. Dorong klien untuk
meningkatkan mobilisasi
dalam batas-batas
toleransi latihan.
HE
1. Jelaskan etiologi dan
rasionalisasi tindakan
terhadap pasien.
2. Informasikan pada pasien
mengenai prosedur untuk
mengeluarkan feses secara
manual.
3. Instrusikan
pasien/keluarga akan
penggunaan laksatif yang
tepat.
Kolaborasi
1. Sarankan pasien untuk
berkonsultasi dengan
dokter jika konstipas atau
impaksi terjadi.
2. Pemberian laksatif atau
enema sesuai indikasi.

27

Anda mungkin juga menyukai