Anda di halaman 1dari 37

Boraks dan Formalin: Lalat Saja Nggak Doyan

PAKAI formalin nggak, Mang, tahunya?" tanya seorang ibu. "Kalau mau tahu yang
bebas formalin gampang kok, Bu, pilih saja yang dilaletin," sahut ibu yang satu lagi.

Seperti biasa, celoteh sejumlah ibu saat merubungi tukang sayur keliling selalu menghiasi
suasana pagi di suatu kompleks perumahan. Namun, sejak Tabloid GHS memberitakan
tentang pengawet mayat (formalin), boraks (antiseptik), juga pewarna tekstil (Rhodamin
B) yang dipakai untuk mengawetkan makanan, dan kemudian dilanjutkan oleh berbagai
media massa, banyak orang menjadi lebih berhati-hati.

Selain lebih cerewet tanya ini-itu kepada penjualnya, tiap orang juga mencari kiat mudah
untuk mencirikan makanan yang aman. Seperti ibu tadi. Menurutnya, makanan
berformalin akan dijauhi lalat. Lalu, makanan seperti bakso yang mengandung boraks,
tak bakal disentuh kucing. "Binatang saja ndak doyan, masa iya manusia mesti
memakannya," ujarnya.

Sampel dan pengujian laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
akan adanya pengawet berbahaya itu awal Desember lalu memang hanya mencakup
wilayah Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Mataram,
dan Makassar. Namun, ada baiknya seluruh rakyat Indonesia saat ini mewaspadai
kenyataan itu.

Sebetulnya penggunaan pengawet yang dapat memicu penyakit itu telah digunakan sejak
belasan tahun lalu. Mungkin saja bahan makanan lain yang tidak masuk pengujian
BPOM juga telah terkontaminasi zat-zat kimia itu.
Produk makanan atau sampel yang diuji meliputi tahu, mi basah, dan ikan yang secara
keseluruhan berjumlah 761 sampel.

Formalin Merusak Saraf Pusat


Formalin adalah bahan kimia yang kegunaannya untuk urusan luar tubuh. Contohnya
untuk pembunuh hama, pengawet mayat, bahan disinfektan dalam industri plastik, busa,
dan resin untuk kertas. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid
dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet.
Akibat masuknya formalin pada tubuh bisa akut maupun kronis. Kondisi akut tampak
dengan gejala alergi, mata berair, mual, muntah, seperti iritasi, kemerahan, rasa terbakar,
sakit perut, dan pusing.

Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama dan berulang bahan ini masuk ke
dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga gangguan pencernaan, hati, ginjal,
pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi, dan memicu kanker.

Pertolongan pertama pada keracunan akut


Tergantung konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban.
* Sebelum ke rumah sakit: Gunakan arang aktif (norit). Jangan memberi rangsang agar
muntah karena menimbulkan risiko trauma korosif pada saluran cerna atas.
* Di rumah sakit: Dilakukan bilas lambung (gastric lavage), pemberian arang aktif
(meski pemberian ini akan mengganggu penglihatan bila dilakukan teropong usus untuk
mendiagnosis trauma esofagus dan saluran cerna).
Hemodialisis (cuci darah) untuk mengeliminasi habis formalin dari tubuh. Tindakan ini
dilakukan bila terjadi keadaan asidosis metabolik (keracunan berat yang mengganggu
metabolisme).

Ciri makanan berformalin


Mi basah:
- Bau sedikit menyengat.
- Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar (25 Celsius). Pada suhu 10C atau dalam
lemari es bisa tahan lebih 15 hari.
- Mi tampak mengkilat (seperti berminyak), liat (tidak mudah putus), dan tidak lengket.
Tahu:
- Bentuknya sangat bagus.
- Kenyal.
- Tidak mudah hancur dan awet (sampai tiga hari pada suhu kamar (25C). Pada suhu
lemari es (10C) tahan lebih dari 15 hari.
- Bau agak menyengat.
- Aroma kedelai sudah tak nyata lagi.
Bakso:
- Kenyal.
- Awet, setidaknya pada suhu kamar bisa tahan sampai lima hari.
Ikan:
- Warna putih bersih.
- Kenyal.
- Insangnya berwarna merah tua dan bukan merah segar.
- Awet (pada suhu kamar) sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
- Tidak terasa bau amis ikan, melainkan ada bau menyengat
Ikan asin:
- Ikan berwarna bersih cerah.
- Tidak berbau khas ikan.
- Awet sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25C).
- Liat (tidak mudah hancur).
Ayam potong:
- Berwarna putih bersih.
- Tidak mudah busuk atau awet dalam beberapa hari.

Boraks Bisa Mematikan


Menurut Dra. Euis Megawati, Apt., boraks adalah bahan solder, bahan pembersih,
pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak. Sinonimnya natrium biborat,
natrium piroborat, natrium tetraborat. Sifatnya berwarna putih dan sedikit larut dalam air.

Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak,
dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak
terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis,
sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian.

Ciri makanan berboraks


Sama seperti formalin, cukup sulit menentukan apakah suatu makanan mengandung
boraks. Hanya lewat uji laboratorium, semua bisa jelas. Namun, penampakan luar tetap
memang bisa dicermati karena ada perbedaan yang bisa dijadikan pegangan untuk
menentukan suatu makanan aman dari boraks atau tidak.

Bakso
- Lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks.
- Bila digigit akan kembali ke bentuk semula.
- Tahan lama atau awet beberapa hari.
- Warnanya tampak lebih putih. Bakso yang aman berwarna abu-abu segar merata di
semua bagian, baik di pinggir maupun tengah.
- Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.
- Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola bekel.

Gula Merah
- Sangat keras dan susah dibelah.
- Terlihat butiran-butiran mengkilap di bagian dalam.

Pewarna Kain di Jajanan Anak


Selain formalin dan boraks, beberapa jenis bahan makanan yang diuji BPOM juga
mengandung bahan berbahaya seperti pewarna tekstil, kertas, dan cat (Rhodamin B),
methanil yellow, amaranth. Pemakaian ini sangat berbahaya karena bisa memicu kanker
serta merusak ginjal dan hati. Payahnya lagi, bahan-bahan ini ditambahkan pada jajanan
untuk anak-anak seperti es sirop atau cendol, minuman ringan seperti limun, kue,
gorengan, kerupuk, dan saus sambal.

Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:


- Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik.
- Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun).
- Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya.
- Baunya tidak alami sesuai makanannya.

DAMPAK PENGGUNAAN FORMALIN DAN BORAX


April 29, 2008 8:12 am bambang KIMIA
A. FORMALIN

Formalin adalah berupa cairan dalam suhu ruangan, tidak berwarna, bau sangat
menyengat, mudah larut
dalam air dan alkohol.Penggunaan formalin sebagai desinfektan, cairan pembalsem,
pengawet jaringan, pembasmi serangga dan digunakan di indutri tekstil dan kayu lapis.
Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika
digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala
diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan
mempengaruhi organ tubuh lainnya, serta gejala lainnya.
Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan
a. Jika terhirup
Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala,
kanker paru-paru.
b. Jika terkena kulit
Kemerahan, gatal, kulit terbakar
c. Jika terkena mata
Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan
d. Jika tertelan
Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati,
kerusakan saraf, kulit
membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.
Mendeteksi Formalin secara phisik
- Ayam potong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk
- Bakso yang tidak rusak sampai 5 hari pada suhu kamar dan memiliki tekstur yang
sangat
kenyal
- Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua
dan tidak cemerlang, bau menyengat khas formalin.
- Ikan asin yang tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar, warna ikan
bersih
dan cerah, namun tidak berbau khas ikan asin.
- Tahu yang biasanya berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih
dari
3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, bau menyengat khas formalin.
- Mie Basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius), bau
menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.
B. BORAKS
Boraks adalah serbuk kristal putih, tidak berbau, larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, PH : 9,5.
Penggunaan :
Boraks dipakai sebagai pengawet kayu, anti septik kayu dan pengontrol kecoa.
Bahaya Boraks terhadap kesehatan diserap melalui usus, kulit yang rusak dan selaput
lendir.
Efek toksik : kumulatif selama penggunaan berulang ulang. Pengaruh terhadap
kesehatan :
a. Tanda dan gejala akut :
Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)
b. Tanda dan gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker.
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus,

misalnya bakso dan kerupuk.


Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari
kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Bakso yang mengandung boraks
sangat renyah dan disukai dan tahan lama sedang kerupuk yang mengandung boraks
kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah. Formalin
dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena
merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan
mempengaruhi kerja syaraf.
Secara awam kita tidak tahu seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang
dianggap membahayakan. Oleh karena itu lebih baik hindari makanan yang mengandung
formalin dan boraks. Jauhkan anak anak kita dari makanan yang mengandung boraks
dan formalin. Formalin dan boraks tidak boleh digunakan dalam makanan.
Sumber : Subdin Keswan Dan Kesmavet Disnakkeswan Prov. Lampung

Detail Formalin
Berdasarkan hasil pemantauan BB-POM di Surabaya, dari 91 contoh pangan olahan yang
dijual di pasaran, sebanyak 24 di antaranya positif mengandung formalin. Selain mi
basah, makanan lain yang mengandung banyak formalin adalah tahu, ikan asin, dan ikan
segar. Laporan Badan POM tahun 2002 menunjukkan bahwa dari 29 sampel mi basah
yang dijual di pasar dan supermarket Jawa Barat, ditemukan 2 sampel (6,9 persen)
mengandung boraks, 1 sampel (3,45 persen) mengandung formalin, sedangkan 22
sampel (75,8 persen) mengandung formalin dan boraks. Hanya empat sampel yang
dinyatakan aman dari formalin dan borak. Menurut beberapa produsen, penggunaan
boraks pada pembuatan mi akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal. Sementara itu,
penggunaan formalin akan menghasilkan mi yang lebih awet, yaitu dapat disimpan
hingga 4 hari.
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-40
persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu
dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang
beratnya masing-masing sekitar 5 gram.

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam
formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol
hingga 15% sebagai pengawet.

Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-beda antara lain :

Formol
Morbicid
Methanal
Formic aldehyde
Methyl oxide
Oxymethylene
Methylene aldehyde
Oxomethane
Formoform
Formalith
Karsan
Methylene glycol
Paraforin
Polyoxymethylene glycols
Superlysoform
Tetraoxymethylene
Trioxane

Fromalin digunakan untuk :

Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal,


gudang, dan pakaian.
Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahan
peledak.
Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan
kertas.
Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Bahan untuk pembuatan produk parfum.
Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
Pencegah korosi untuk sumur minyak.
Bahan untuk insulasi busa.
Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
Cairan pembalsam ( pengawet mayat ).
Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ) digunakan sebagai pengawet untuk
berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pemcuci
piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan pembersih karpet.

Penggunaan formalin yang salah


Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah
survey dan pemeriksaan laboratorium,ditemukan sejumlah produk pangan yang
menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan
produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk
yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong, mie basah dan tahu
yang beredar di pasaran. Yang perlu diingat, tidak semua produk pangan mengandung
formalin.

Dasar hukum yang melarang penggunaan formalin di antaranya UU No 7/1996 tentang


Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Formalin dan metahnyl yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang
dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes)
Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan

Jika dalam tubuh manusia ?


Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika
kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat
di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang
menyebabkan keracunan pada tubuh.
Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi
lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen
(menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan
muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan
adanya kegagalan peredaran darah.
Formalin bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam
menyesakkan, sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata.

Akut : efek pada kesehatan manusia langsung terlihat : seperti iritasi, alergi, kemerahan,
mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing

Kronik : efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang
lama dan berulang : iritasi kemungkin parah, mata berair, gangguan pada pencernaan,
hati, ginjal, pankreas, system saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dapat
menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan
kanker). Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya
terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh.
jika dikonsumsi manusia
Formalin bisa menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, mengganggu fungsi hati,
ginjal, dan sistem reproduksi Menurut Winarno dan Rahayu (1994), pemakaian formalin
pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. Gejala yang biasa
timbut antara lain sukar menelan, sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret
berdarah, timbulnya depresi susunan saraf, atau gangguan peredaran darah.

Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi


Dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah), dan
haimatomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian Formalin atau larutan
formaldehida (HCHO) yang biasanya untuk bahan pengawet mayat, penggunaannya pada
makanan dalam dosis tinggi akan menyebabkan iritasi lambung, menyebabkan kanker,
gagal ginjal, lever, limpa dan merusak jaringan tubuh.

Mendeteksinya ?
Deteksi formalin dan boraks secara akurat hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan bahan-bahan kimia, yaitu melalui uji formalin dan uji boraks.

Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan
tidak mudah busuk. Mie basah yang awet beberapa hari dan tidak mudah basi
dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin. Ayam potong yang berwarna
putih bersih, awet dan tidak mudah busuk. Ikan basah yang warnanya putih bersih,
kenyal, insangnya berwarna merah tua bukan merah segar, awet sampai beberapa hari dan
tidak mudah busuk.

Tahu yang mengandung formalin dapat ditandai dengan :

Semakin tinggi kandungan formalin, maka tercium bau obat yang semakin
menyengat; sedangkan
tahu tidak berformalin akan tercium bau protein kedelai yang khas;
Tahu yang berformalin mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa sangat
kenyal), sedangkan tahu tak berformalin jika ditekan akan hancur;
Tahu berformalin akan tahan lama, sedangkan yang tak berformalin paling hanya
tahan satu dua hari.
Tahu yang memakai pewarna buatan dapat ditandai dengan cara melihat
penampakannya. Jika tahu memakai pewarna buatan, warnanya sangat
homogen/seragam dan penampakan mengilap.
Sedangkan jika memakai pewarna kunyit, warnanya cenderung lebih buram (tidak
cerah). Jika kita potong tahunya, maka akan kelihatan bagian dalamnya warnanya
tidak homogen/seragam. Bahkan, ada sebagian masih berwarna putih.

Pertolongan tergantung konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban.


Sebelum ke rumah sakit : berikan arang aktif ( norit ) bila tersedia. Jangan melakukan
rangsang muntah pada korban karena akan menimbulkan risiko trauma korosif pada
saluran cerna atas.
Di rumah sakit : lakukan bilas lambung ( gastric lavage ), berikan arang aktif (walaupun
pemberian arang aktif akan mengganggu penglihatan bila nantinya dilakukan tindakan
endoskopi). Untuk mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna dapat
dilakukan tindakan endoskopi. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat
dilakukan hemodyalisis (tindakan cuci darah), indikasi tindakan cuci darah ini bila terjadi
keadaan asidosis metabolik berat pada korban.

Situs Depkes (www.depkes.go.id)


Situs BPOM Sentra Informasi Keracunan Nasional (www.pom.go.id)
& berbagai sumber lainnya

Email : handayani@ai.astra.co.id

A. FORMALIN

Formalin adalah berupa cairan dalam suhu ruangan, tidak berwarna, bau sangat
menyengat, mudah larut dalam air dan alkohol.Penggunaan formalin sebagai desinfektan,
cairan pembalsem, pengawet jaringan, pembasmi serangga dan digunakan di indutri
tekstil dan kayu lapis. Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk
pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan
menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker
yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya, serta gejala lainnya.

Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan


a. Jika terhirup -> Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernafas, nafas
pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.
b. Jika terkena kulit -> Kemerahan, gatal, kulit terbakar
c. Jika terkena mata -> Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur,
kebutaan
d. Jika tertelan -> Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan
jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang,
koma dan kematian.

Mendeteksi Formalin secara phisik


Ayam potong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk
Bakso yang tidak rusak sampai 5 hari pada suhu kamar dan memiliki tekstur yang
sangat kenyal
Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna
merah tua dan tidak cemerlang, bau menyengat khas formalin.
Ikan asin yang tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar, warna ikan
bersih dan cerah, namun tidak berbau khas ikan asin.
Tahu yang biasanya berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga
lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, bau menyengat
khas formalin.
Mie Basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat
celcius), bau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.

B. BORAKS

Boraks adalah serbuk kristal putih, tidak berbau, larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, PH : 9,5.
Penggunaan :
Boraks dipakai sebagai pengawet kayu, anti septik kayu dan pengontrol kecoa.
Bahaya Boraks terhadap kesehatan diserap melalui usus, kulit yang rusak dan selaput
lendir.
Efek toksik : kumulatif selama penggunaan berulang ulang. Pengaruh terhadap
kesehatan :
a. Tanda dan gejala akut :
Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)
b. Tanda dan gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker

Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga


menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Bakso yang menggunakan
boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang
menggunakan banyak daging. Bakso yang mengandung boraks sangat renyah dan disukai
dan tahan lama sedang kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan
mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia
karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan
mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak tahu seberapa besar kadar konsentrat
formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Oleh karena itu lebih baik hindari
makanan yang mengandung formalin dan boraks. Jauhkan anak anak kita dari makanan
yang mengandung boraks dan formalin. Formalin dan boraks tidak boleh digunakan
dalam makanan.
Zat Pengganti Formalin dan Boraks Sudah Lama Ada
Bandung, Kompas - Zat pengawet yang lebih aman sebagai pengganti formalin dan boraks
sudah lama ditemukan. Sejak tahun 1988 penggunaan formalin dan boraks sudah dilarang di
Indonesia. Akan tetapi, hampir setiap tahun dua jenis pengawet dan pengenyal makanan tersebut
ditemukan dalam berbagai jenis makanan.

Itu dikatakan Embit Kartadarma, Peneliti Keamanan Pangan dan Cemaran Kuman pada
Makanan dari Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Teknologi Bandung, Kamis (12/1).

Salah satu pengganti formalin, yaitu natrium benzoat. Adapun untuk mengganti boraks sebagai
pengenyal dan pengawet makanan bisa digunakan kalsium klorida.

Natrium benzoat populer digunakan pada minuman ringan dan sirup. Pada industri makanan,
seperti tahu dan mi, zat kimia ini aman digunakan dalam takaran yang tidak berlebihan.

Natrium benzoat untuk pengawet makanan maksimal 1 gram per satu kilogram atau satu liter air.
Jika berlebihan bisa mengundang alergi pada penderita asma dan menyebabkan hiperaktif pada
anak yang mengonsumsi. Jika sesuai takaran tidak berefek.

Takaran dari kalsium klorida (CaCl) sebagai pengenyal dan pengawet makanan berkisar 1-5
gram per satu kilogram atau satu liter air. Tak ada efek samping, jika berlebihan terasa pahit.

Sosialisasi pengawet makanan yang aman sudah dilakukan sejak lama. Saya selalu
menyosialisasikannya sejak tahun 1992 hingga sekarang pada produsen makanan di Kota
Bandung, namun memang kesadarannya mungkin masih kurang, kata Embit.

Namun, katanya, karena pemerintah tidak gencar melakukan sosialisasi, maka setiap tahun
masih saja ditemukan makanan yang mengandung formalin dan boraks serta zat kimia
berbahaya lain di pasar.

Dari penelitian Embit dan mahasiswa Farmasi diketahui, produsen makanan tidak tahu ada
pilihan lain pengawet makanan yang aman. Ada juga produsen yang tahu ada pengawet yang
aman, namun tak tahu di mana membelinya.

Menurut Embit, pengawet makanan, seperti natrium benzoat dan kalsium klorida, bisa dibeli di
pedagang besar farmasi dengan harga nyaris sama murahnya dengan formalin. Di toko farmasi
ada apoteker yang mengawasi sehingga pembeli bisa berkonsultasi. Adapun boraks dan formalin
dijual di toko kimia tanpa pengawasan apoteker.

Meski hanya sedikit menggunakan, boraks dan formalin bisa menyebabkan kanker yang muncul
4-5 tahun kemudian. (ynt)

all about formalin

Sejak ditemukan sebuah produk makanan yang mengandung formalin


beberapa waktu lalu, masyarakat semakin sadar untuk berhati-hati dalam
memilih produk makanan, khususnya bagi produk-produk olahan yang
diindikasikan melibatkan formalin dalam proses pembuatannya.

Selama ini, masyarakat pada umumnya mengetahui formalin sebagai zat


yang dipakai dalam proses pengawetan jenazah, Sesunguhnya apakah
Formalin itu, nampaknya belum banyak orang yang mengetahuinya lebih
jauh.
Formalin memiliki beberapa nama lain, seperti Formaldehid atau formol.
Formalin merupakan cairan tidak berwarna dengan karakteristik bau
menyengat, iritan dan menghasilkan aroma terbakar. Formalin dapat
dicampur dengan alkohol dan air, namun tidak dapat dicampur dengan
kloroform dan eter. formalin tidak dapat digunakan bersamaan dengan
ammonia, gelatin, fenol, dan zat oksidator. Untuk menjaga kualitasnya,
larutan ini harus disimpan dalam tempat yang hangat (diatas 15 C) pada
tekanan udara yang cukup tingi, dan jauhkan dari cahaya. Endapan kecil
berwarna putih dapat terbentuk jika disimpan pada tempat yang dingin.
Formalin merupakan larutan cair mengandung 34%-38% CH2O dengan
metil alkohol sebagai zat stabilisator untuk memperlambat polimerisasi
formalin menjadi paraformaldehid yang padat.

Efek samping
Formalin bersifat iritan bagi mata, hidung, saluran pernapasan, dapat
menyebabkan bersin, disphagia, konstraksi laring, bronchitis dan
pneumonia. Hal yang lebih buruk adalah pada paparan berulang kali dapat
menyebabkan asma. Larutan pekat yang mengenai kulit menyebabkan
pemutihan dan pengerasan. Dermatitis kontak dan reaksi sensitifitas terjadi
setelah penggunaan konsentrasi konvensional atau setelah kontak dengan
sisa formalin pada resin.

Penghirupan formalin dapat menyebabkan rasa nyeri yang intens disertai


dengan inflamasi ulcerasi, dan nekrosis pada membran mucus. Dapat terjadi
mual, hematemesis, diare disertai darah, hematuria (adanya darah dalam
urin) , anuria (tidak ada produksi urin), asidosis, vertigo, dan kegagalan
sikulasi. Kematian dapat terjadi setelah menghirup sebanyak 30 ml. Jika
korban selamat dalam 48 jam, maka ia masih dapat ditolong. Batas
maksimum yang diperbolehkan di udara adalah 2 ppm.

Pengobatan efek samping


Kulit yang terkena formalin harus dicuci dengan sabun dan air. Jika formalin
terlanjur terhirup, berikan, air, susu, dan atau demulcents (obat untuk
mengurangi iritasi). Asidosis yang terjadi akibat menghirup formalin
membutuhkan penanganan intravena dengan natrium bikarbonat atau
natrium laktat. Larutan encer ammonia dapat diberikan untuk mengubah
formalin menjadi heksamin. Penggunaan hemodialisis juga disarankan.

Penyerapan
Formalin dapat dengan cepat dimetabolisir menjadi asam format dalam
jaringan tubuh, khususnya pada hati dan sel darah merah. Asam format
kemudian dapat diekskresikan dalam bentuk karbon dioksida dan air, atau
dapat juga dikeluarkan lewat urin sebagai format atau dimetabolisir menjadi
group metil yang labil.

Penggunaan
Larutan Formalin merupakan desinfektan yang efektif melawan bakteri
vegetatif, jamur dan beberapa virus, tapi hanya bekerja efektif secara
perlahan terhadap spora bakteri dan bakteri tahan asam. Formalin bereaksi
terhadap protein yang kemudian dapat mengurangi kemampuannya
melawan mikroorganisme. Efek sporisidal yang dimiliki formalin meningkat
signifikan seiring dengan peningkatan temperatur. Formalin juga memilki
kemampuan penetrasi, polimerisasi cepat serta pengendapan di permukaan.

Efektivitas gas formalin bergantung pada kemampuan kelarutannya dalam


air sebelum bereaksi pada mikroorgansme. Pada kenyataannya kelembaban
relative sebesar 75% dibutuhkan. Jika dipakai pada kulit yang tidak luka,
formalin dapat mengeraskan kulit, merusak kekuatannya dan memutihkan
serta menghasilkan efek anastesi lokal. Larutan yang mengandung 3%
Formalin telah digunakan untuk kutil pada tangan dan telapak kaki. Kaki
yang lembab akibat luka dapat diobati dengan penggunaan formalin dan
alkohol dengan perbandingan formalin berbanding alkohol, 1: 5-10 atau
formalin berbanding gliserol dengan perbandingan 1 : 3. Namun pengunaan
tersebut cenderung menyebabkan reaksi sensitisasi.

Formalin memang secara umum iritan bagi mucus membran, namun telah
digunakan sebagai obat kumur/antiseptic dan sebagai zat pengeras gusi.
Dalam dunia kedokteran gigi telah digunakan sebagai pasta bersama dengan
timol, kresol, gliserol dan oksida zinc untuk melokalisasi jaringan pulpa
yang terinfeksi, sehingga jaringan yang tersisa tetap aman.. Dalam jumlah
yang sesuai, Formalin dapat digunakan pada kresol atau kreosot sebagai
pembersih saluran akar gigi.

Larutan Formalin tidak dapat merusak logam atau kain namun tidak boleh
digunakan untuk desinfeksi pada alat yang terbuat dari kedua bahan
tersebut, jika terdapat metode lain yang lebih teruji. Pada desinfeksi selimut
dan tempat tidur, digunakan dalam bentuk uap. Jumlah larutan Formalin
yang digunakan harus dalam kadar yang diperkenankan untuk penyerapan
bahan tersebut. Formalin juga digunakan sebagai larutan sebelum pencucian
laundry dan sebagai bagian dalam proses dry celaning. Larutan Formalin 10
% dalam garam digunakan sebagai pengawet spesimen-spesimen patologis.
Larutan ini tidak cocok untuk menyimpan urin pada pemeriksaan
subsequent.
sumber : depkes

dream lover
View Public Profile
Send a private message to dream lover
Find More Posts by dream lover
08-07-2008, 11:02 PM #2
dream lover
Verified Girl
Bukannya menakut-nakuti, tapi hal yang paling
mengkhawatirkan banyak orang - menyusul
penggunaan formalin pada bahan makanan -
formalin memang membawa dampak buruk pada
kesehatan.

User ID: 11185 Mungkin banyak yang belum tahu persis,


Join Date: Apr 2008 bagaimana kiprah formalin di dalam badan dan
Posts: 198 apa dampaknya buat kesehatan.
Thanks: 1
Thanked 351 Times in 85 Posts Gara-gara pemakaian formalin sebagai pengawet
makanan, Budiman (25) jadi ragu menyantap
tahu goreng, penganan kesukaannva sejak anak-
anak. Saya enggak mau ambil risiko,
katanya ketus.

Heboh formalin merebak sejak muncul laporan


Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 26
Desember 2005. Di situ tercantum tiga jenis
makanan yang mengandung formalin, yakni ikan
asin, mi basah, dan tahu. Laporan itu merupakan
hasil investigasi dan pengujian laboratorium atas
sampel makanan yang beredar di sejumlah pasar
dan supermarket di DKI Jakarta, Banten, Bogor,
dan Bekasi.

Keruan saja hal itu membuat banyak orang,


termasuk Budiman, ngeri. Kalau ternyata
makanan yang dikonsumsinya selama bertahun-
tahun mengandung formalin, berarti tubuhnya
telah teracuni senyawa itu selama bertahun-tahun
pula. Ngeri kan? imbuhnya, sembari
bertanya tanya, sejauh mana daya rusak bahan
pengawet buatan itu, jika dikonsumsi dalam
jangka panjang.

Deteksi Alamiah

Sesungguhnya, setiap hari kita menghirup


formalin dari lingkungan sekitar. Dalam skala
kecil, formaldehida -- sebutan lain untuk
formalin-- secara alamiah ada di alam.

Contohnya, gas penyebab bau kentut atau telur


busuk. Di udara ia terbentuk dari pembakaran gas
metana dan oksigen yang ada di atmosfer, dengan
bantuan sinar Matahari.

Senyawa formaldehida juga muncul dari hasil


sampingan pembakaran bahan organik. Misalnya,
asap kebakaran hutan, asap rokok, juga asap
knalpot. Dalam jumlah sedikit, formalin akan
larut dalam air dan bisa terbuang bersama cairan
tubuh. Oleh sebab itu, formalin sulit dideteksi di
dalam darah.

Secara fisik pancaindera kita memang sulit


mendeteksi makanan mana yang tercemar atau
bebas formalin. Namun, secara alamiah. tubuh
yang sehat bisa mendeteksi makanan
berformalin, sekaligus melakukan cegah-tangkal.
Deteksi alamiah itu bisa berlangsung secara
mekanis berkat kerja mukosa (permukaan) usus
dan gerakan peristaltik usus yang mampu
melindungi masuknya zat asing ke dalam tubuh.

Secara kimiawi, asam lambung dan enzim


pencernaan juga punya kemampuan untuk
menetralkan zat berbahaya. Atau secara
imunologi lewat mekanisme pertahanan tubuh
dalam menghadapi antigen atau benda asing yang
masuk ke dalam tubuh. Salah satu dampak
deteksi alamiah ini, ia akan muntah-muntah kalau
tubuh kemasukan racun.

Makanya, imunitas tubuh sangat penting untuk


mengurangi dampak formalin dan kawan-kawan.
Jika imunitas rendah, sedikit formalin saja bisa
berdampak buruk.
Ingat, itu tadi setelah makanan berformalin
keburu masuk ke dalam perut. Sebelum
dikonsumsi atau dibeli, makanan berformalin
juga bisa dideteksi menggunakan seperangka test
kit. Di dalamnya terdapat semacam kertas lakmus
(pengetes PH: tingkat asam-basa) dan cairan
yang akan berubah warna jika terkena formalin.
Sayangnya, alat deteksi ini masih terbatas
penyebarannya dan harganya cukup mahal. Satu
set test kit seharga sekitar Rp 1 juta untuk 100
kali pemakaian.

Tenggorokan bak terbakar

Formalin biasanya merasuk ke dalam tubuh


melalui dua jalan, lewat mulut dan pernapasan.
Bahan yang kerap dipakai untuk mengawetkan
mayat ini sangat berbahaya bila sampai terhirup,
mengenai kulit, atau tertelan.

Secara umum, ambang batas formalin dalam


tubuh adalah 1 mg/l darah. Bila melebihi ambang
batas, bisa berakibat fatal pada gangguan organ
dan sistem tubuh. Akibat yang ditimbulkan itu
dapat terjadi dalam waktu singkat atau dalam
jangka panjang.

Akibat jangka pendek terpapar formalin dalam


jumlah banyak, lazimnya ditandai dengan bersin-
bersin, radang tonsil, radang tenggorokan, sakit
dada berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit
kepala, mual, diare, dan muntah muntah. Pada
konsentrasi formalin yang sangat tinggi, bahkan
dapat menyebabkan kematian.

Bila terhirup, zat itu dapat mengakibatkan iritasi


pada hidung dan tenggorokan, gangguan
pernapasan, rasa terbakar di hidung dan
tenggorokan disertai batuk-batuk. Selanjutnya,
bisa terjadi kerusakan jaringan pada sistem
saluran pernapasan yang mengganggu paru-paru,
sehingga menjadi pneumonia (radang paru-paru)
atau edema (pembengkakan paru-paru).

Sedangkan bila terkena kulit, dapat menimbulkan


perubahan warna, sehingga kulit memerah,
mengeras, mati rasa, bahkan terbakar. Bisa juga
mengakibatkan gatal-gatal, kerusakan pada jari
tangan, dan radang kulit yang menimbulkan
gelembung.

Jika terkena mata, dapat menimbulkan iritasi


mata sehingga mata memerah, serta rasa sakit
dan gatal-gatal disertai penglihatan kabur dan
keluarnya air mata. Kalau konsentrasi
formalinnya tinggi, korbannya bahkan dapat
mengeluarkan air mata yang hebat, radang
selaput mata, dan rusaknya lensa mata.

Selanjutnya, bila tertelan, mulut, tenggorokan,


dan perut akan terasa terbakar, sakit sewaktu
menelan, mual, muntah dan diare yang
kemungkinan disertai pendarahan. Plus sakit
perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan
darah rendah), penurunan suhu badan, kejang,
hingga koma. Pada saat itu bisa saja terjadi
kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas,
serta susunan sistem saraf pusat dan ginjal.

Awas bayi dan balita

Bukan hanya formalin dalam jumlah banyak


yang bermasalah. Meski hanya terpapar
formalin dalam jumlah kecil, tapi jika terjadi
dalam jangka waktu panjang dan terus-menerus,
tetap saja berpotensi mengganggu organ tubuh.

Jika terhirup, misalnya, menimbulkan gangguan


sakit kepala, pernapasan, batuk, radang selaput
lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal.

Otak pun terganggu, yang ujung-ujungnya


mengarah pada gangguan tidur, cepat marah, sulit
berkonsentrasi, dan keseimbangan tubuh
terganggu. Pada wanita bahkan dapat terjadi
gangguan haid hingga mandul.

Yang perlu menjadi perhatian khusus, jika yang


teracuni adalah balita dan bayi. Mereka rentan
sekali terkena dampak formalin. Pada usia anak
dan balita, ususnya masih immature (belum
sempurna) dan sistem pertahanan tubuhnya
masih lemah atau gagal berfungsi. Kondisi itu
memudahkan masuknya bahan berbahaya ke
dalam tubuh dan sulit dikeluarkan.

Dampak formalin buat bayi dan balita secara


umum sama dengan orang dewasa. Cuma, karena
mekanisme pertahanan tubuh balita dan bayi
lebih lemah, pengaruh buruknya menjadi lebih
berat dan lebih cepat.

Dampak formalin juga lebih ganas jika diterima


penderita gangguan saluran cerna yang kronis
serta penderita autis dan alergi. Saluran
pencernaan penderita autis atau alergi tidak
sempurna atau mengalami gangguan, sehingga
mekanisme pertahanan tubuh melalui saluran
cerna tidak optimal.

Jika teracuni formalin, tak perlu panik. Bila


bahan itu masuk karena terhirup, jauhkan korban
dari tempat formalin berada. Berikan pernapasan
buatan jika mengalami sesak napas berat.

Jika yang terkena kulit, segera lepaskan pakaian,


perhiasan, dan sepatu yang terkena formalin.
Kemudian cuci sampai bersih selama 15 - 20
menit dengan sabun deterjen lunak dan air yang
banyak. Pastikan tidak ada lagi formalin yang
tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar,
lindungi luka dengan pakaian kering, steril, dan
longgar.

Kalau terkena mata, bilas dengan air yang cukup


banyak sambil mata dikedip-kedipkan. Siram
dengan larutan garam dapur 0,9%, kira-kira
seujung sendok teh garam dilarutkan dalam
segelas air. Jika tertelan, segera beri minum susu
atau norit untuk menetralkan racun. Lalu bawa
korban ke dokter atau rumah sakit terdekat.

Dengan beragam bahaya yang ditimbulkan,


formalin yang punya nama lain formol,
methylene aldehyde, paraforin, morbicid,
oxomethane, polyoxymethylene glycols,
methanal, formoform, superlsform, formic
aldehyde, formalith, tetraoxymethylene, methyl
oxide, karsan, trioxane, oxymethylene, dan
methylene glycol itu memang lebih cocok untuk
mengawetkan mayat. Bukan makanan !

sumber : depkes

dream lover
View Public Profile
Send a private message to dream lover
Find More Posts by dream lover
08-07-2008, 11:22 PM #3
dream lover Boraks & Formalin : Lalat Saja Nggak
Verified Girl Doyan

Pakai formalin nggak, Mang, tahunya?


tanya seorang ibu. Kalau mau tahu yang bebas
formalin gampang kok, Bu, pilih saja yang
dilaletin, sahut ibu yang satu lagi.

User ID: 11185 Seperti biasa, celoteh sejumlah ibu saat


Join Date: Apr 2008 merubungi tukang sayur keliling selalu
Posts: 198 menghiasi suasana pagi di suatu kompleks
Thanks: 1 perumahan.
Thanked 351 Times in 85 Posts
Namun, sejak diberitakan tentang pengawet
mayat (formalin), boraks (antiseptik), juga
pewarna tekstil (Rhodamin B) yang dipakai
untuk mengawetkan makanan, banyak orang
menjadi lebih berhati-hati.

Selain lebih cerewet tanya ini itu kepada


penjualnya, tiap orang juga mencari kiat mudah
untuk mencirikan makanan yang aman. Seperti
ibu tadi. Menurutnya, makanan berformalin akan
dijauhi lalat. Lalu, makanan seperti bakso yang
mengandung boraks, tak bakal disentuh kucing.
Binatang saja nggak doyan, masa iya manusia
mesti memakannya, ujarnya.
Sampel dan pengujian laboratorium Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan
adanya pengawet berbahaya itu awal Desember
lalu memang hanya mencakup wilayah Bandar
Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, Mataram, dan Makassar.
Namun, ada baiknya seluruh rakyat Indonesia
saat ini mewaspadai kenyataan itu.

Sebetulnya penggunaan pengawet yang dapat


memicu penyakit itu telah digunakan sejak
belasan tahun lalu. Mungkin saja bahan makanan
lain yang tidak masuk pengujian BPOM juga
telah terkontaminasi zat-zat kimia itu.

Produk makanan atau sampel yang diuji meliputi


tahu, mi basah, dan ikan yang secara keseluruhan
berjumlah 761 sampel.

Formalin Merusak Saraf Pusat

Formalin adalah bahan kimia yang kegunaannya


untuk urusan luar tubuh. Contohnya untuk
pembunuh hama, pengawet mayat, bahan
disinfektan dalam industri plastik, busa, dan resin
untuk kertas.

Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen


formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan
metanol hingga 15 persen sebagai pengawet.
Akibat masuknya formalin pada tubuh bisa akut
maupun kronis. Kondisi akut tampak dengan
gejala alergi, mata berair, mual, muntah, seperti
iritasi, kemerahan, rasa terbakar, sakit perut, dan
pusing.

Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama


dan berulang bahan ini masuk ke dalam tubuh.
Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga
gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas,
sistem saraf pusat, menstruasi, dan memicu
kanker.

Pertolongan pertama pada keracunan akut

Tergantung konsentrasi cairan dan gejala yang


dialami korban.

* Sebelum ke rumah sakit : Gunakan arang aktif


(norit). Jangan memberi rangsang agar muntah
karena menimbulkan risiko trauma korosif pada
saluran coma atas.

*Di rumah sakit : Dilakukan bilas lambung


(gastric lavage), pemberian arang aktif (meski
pemberian ini akan mengganggu penglihatan bila
dilakukan teropong usus untuk mendiagnosis
trauma esofagus dan saluran cerna).

Hemodialisis (cuci darah) untuk mengeliminasi


habis formalin dari tubuh. Tindakan ini dilakukan
bila terjadi keadaan asidosis metabolik
(keracunan berat yang mengganggu
metabolisme).

Ciri makanan berformalin :

Mi basah :

* Bau sedikit menyengat.


* Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar (25
Celsius). Pada suhu 10 derajat C atau dalam
lemari es bisa tahan lebih 15 hari.
* Mi tampak mengkilat (seperti berminyak), liat
(tidak mudah putus), dan tidak lengket.

Tahu :

* Bentuknya sangat bagus.


* Kenyal
* Tidak mudah hancur dan awet (sampai tiga hari
pada suhu kamar 25 derajat Celcius). Pada suhu
lemari es 10 derajat Celcius tahan lebih dari 15
hari.
* Bau agak menyengat.
* Aroma kedelai sudah tak nyata lagi.

Ikan :

* Warna putih bersih.


* Kenyal.
* Insangnya berwarna merah tua dan bukan
merah segar.
* Awet (pada suhu kamar) sampai beberapa hari
dan tidak mudah busuk.
* Tidak terasa bau amis ikan, melainkan ada bau
menyengat

Bakso :

* Kenyal.
* Awet, setidaknya pada suhu kamar bisa tahan
sampai lima hari.

Ikan asin :

* Ikan berwarna bersih cerah.


* Tidak berbau khas ikan.
* Awet sampai lebih dari 1 bulan pada suhu
kamar (25 derajat C).
* Liat (tidak mudah hancur).

Ayam potong :

* Berwarna putih bersih.


* Tidak mudah busuk atau awet dalam beberapa
hari.

Boraks Bisa Mematikan

Menurut Dra. Euis Megawati, Apt., boraks adalah


bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu,
antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak.
Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat,
natrium tetraborat. Sifatnya berwarna putih dan
sedikit larut dalam air.

Sering mengonsumsi makanan berboraks akan


menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, dan
ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks
menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya
urin), koma, merangsang sistem saraf pusat,
menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan
darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan
kematian.

Ciri makanan berboraks


Sama seperti formalin, cukup sulit menentukan
apakah suatu makanan mengandung boraks.
Hanya lewat uji laboratotium, semua bisa jelas.
Namun, penampakan luar tetap memang bisa
dicermati karena ada perbedaan yang bisa
dijadikan pegangan untuk menentukan suatu
makanan aman dari boraks atau tidak.

Bakso

Lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks. Bila


digigit akan kembali ke bentuk semula. Tahan
lama atau awet beberapa hari Warnanya tampak
lebih putih. Bakso yang aman berwarna abu-abu
segar merata di semua bagian, baik di pinggir
maupun tengah. Bau terasa tidak alami. Ada bau
lain yang muncul. Bila dilemparkan ke lantai
akan memantul seperti bola bekel.

Gula Merah

Sangat keras dan susah dibelah. Terlihat butiran-


butiran mengkilap di bagian dalam.

Pewarna Kain di Jajanan Anak

Selain formalin dan boraks, beberapa jenis bahan


makanan yang diuji BPOM juga mengandung
bahan berbahaya seperti pewarna tekstil, kertas,
dan cat (Rhodamin B), methanyl yellow,
amaranth.

Pemakaian ini sangat berbahaya karena bisa


memicu kanker serta merusak ginjal dan hati.
Payahnya lagi, bahan-bahan ini ditambahkan
pada jajanan untuk anak-anak seperti es sirop
atau cendol, minuman ringan seperti limun, kue,
gorengan, kerupuk, dan saus sambal.

Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B


:

* Warna kelihatan cerah (berwarna-warni),


sehingga tampak menarik.
* Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau
limun).
* Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah
mengonsumsinya.
* Baunya tidak alami sesuai makanannya.

sumber : depkes

BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN

Karya tulis ini dikerjakan dalam rangka pembelajaran


Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:
Franky (XC-19)
Kevin ( XC-20)
Patrick (XC-30)
Raditya (XC-33)

SMA KANISIUS
JAKARTA
2008

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis Boraks dan Formalin pada Makanan


Disusun oleh :
Franky (XC-19)
Kevin (XC-20)
Patrick (XC-30)
Raditya (XC-33)

Telah disahkan pada


hari :
tanggal :

Pembimbing
N. Widi Wahyono

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan sykur kepada Tuhan yang Maha Esa
yang telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan
fakta pada karya tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal
dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya
semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki
keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan juga
kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami
akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki karya tulis kami di masa datang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya
dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat
mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet
pada makanan. Dengan begitu maka kesehatan akan lebih terjamin dan tidak ada lagi
muncul berbagai penyakit baru yang diakibatkan penggunaan bahan-bahan terlarang
sebagai bahan baku makanan. Kami juga mengharapkan kinerja yang lebih baik dan tegas
serta efektif dari pihak pengawas makanan yang merupakan bagian dari kepemerintahan,
sehingga makanan yang dihasilkan dari Indonesia dapat lebih terjamin dan sehat.

Penulis
HALAMAN MOTTO

Motto yang kami pegang dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :

ORA ET LABORA

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini kami persembahkan untuk :

Seluruh pembaca dan masyarakat Indonesia yang menginginkan kemajuan bangsa dan
kecerdasan bangsa.

DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan 1
Kata Pengantar 2
Halaman Motto. 3
Halaman Persembahan. 4
Daftar Isi... 5
Abstraksi..... 6
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.. 7
1.2 Pembatasan Masalah... 7
1.3 Perumusan Masalah. 8
1.4 Tujuan Penulisan... 8
1.5 Metode Penelitian.. 9
1.6 Hipotesa..... 9
1.7 Manfaat...... 9
BAB II LANDASAN TEORI 11
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian. 14
3.2 Sumber Data . 14
3.3 Teknik Pengumpulan Data 14
3.4 Teknik Analisis Data . 15
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Boraks dan Formalin . 16
4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan 16
4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks 18
4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks
dan formalin di Indonesia 21
BAB V PENUTUP... 23
BAB VI DAFTAR PUSTAKA 25

ABSTRAKSI

Karya tulis ini menjelaskan tentang bagaimana sekarang ini banyak kejadian penggunaan
boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Di mana kedua bahan tersebut
sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan. Dan jika penggunaannya terus
dilakukan dan dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai penyakit terutama kanker dan
bahkan kematian untuk tingkat yang lebih lanjut. Hal ini telah menjadi hal yang cukup
serius dan menjadi suatu masalah yang berusaha diselesaikan dengan baik oleh berbagai
pihak terutama pemerintah.
Sebagai pusat utama kelangsungan negara, pemerintah harus dapat dengan bijak
memutuskan dan bertindak bagaimana penanganan kasus tersebut. Terutama kasus pada
pembuatan bakso dengan bahan pengawet boraks dan berbagai makanan seperti ikan asin
serta tahu yang diawetkan dengan menggunakan formalin. Berbagai solusi kami tuliskan
di sini. Tetapi solusi tersebut tidaklah semuanya dapat dijalankan dengan hasil yang cepat
dan ada kemungkinan banyak faktor yang menyebabkan penyelesaian masalah ini tidak
dapat diselesaikan dengan baik. Karena masalah ini harus kembali lagi kepada
masyarakatnya yang terlibat langsung.
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, hipotesa dan manfaat.

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain dibuat dan
diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat makanan lebih efektif dan
efisien. Tetapi di samping untuk makanan dibuat juga bahan kimia untuk pembuatan
kebutuhan lain. Di mana bahan kimia tersebut tidak boleh dipergunakan dalam
pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal.
Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah satu
masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah sampai membiarkan
hal ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di masa depan. Oleh karena itu,
kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba membedah apa saja yang
seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi hal yang sangat penting.

1.2 Pembatasan Masalah

Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik kayu dan
pengontrol kecoa. Sedangkan formalin adalah bahan kimia yang digunakan sebagai
desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri tekstil serta kayu lapis.
Kedua bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya, tetapi
menjadi sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di mana pangan itu
merupakan segala sesuatu yang menjadi bahan makanan manusia. Dan akibat dari
penggunaan bahan-bahan kimia tersebut bisa jadi sangatlah fatal, dari kanker hingga
menyebabkan kematian.
Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail mungkin
dari boraks dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia tersebut dapat
digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan. Begitu pula dengan
berbagai akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada pangan tersebut serta
bagaimana solusi yang harus dilakukan demi membasmi hal ini dan mencegah terjadi
lagi.

1.3 Perumusan Masalah

1 Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks atau
formalin pada pangan yang diproduksinya?
2 Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada
proses pembuatannya?
3 Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks atau
formalin?
4 Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?
5 Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan ini
supaya dapat dibasmi secara tuntas?

1.4 Tujuan Penulisan

Mengetahui pengertian boraks dan formalin.


Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin
pada proses pembuatannya.
Mengetahui dampak negatif dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.
Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan formalin dan boraks
pada makanan.
1.5 Metode Penulisan

Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode, yaitu dengan angket. Di
mana angket akan kami sebarkan dengan jumlah 40 lembar. Di mana angket itu berisi
pertanyaan-pertanyaan mengenai boraks dan formalin pada makanan mengacu pada
tujuan yang telah ada.

1.6 Hipotesa

1 Boraks dan formalin merupakan bahan pengawet yang umumnya digunakan untuk
industri tekstil, kayu, dsb. Dapat juga digunakan sebagai pembasmi serangga dan hal-hal
lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan makanan.
2 Jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses
pembuatannya adalah tahu, tempe, bakso dan ikan asin.
3 Akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan adalah berbagai
gangguan pada saluran pencernaan, hati, saraf, otak, serta pada organ-organ yang
berselaput yang terkena secara langsung. Dan bila terjadi secara terus menerus dapat
menyebabkan kanker bahkan kematian.
4 Sebenarnya pemerintah telah berperan dalam pemberantasan penggunaan boraks dan
formalin pada produk makanan. Tetapi tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah
kurang tegas dan tidak tepat mengenai sasaran. Sehingga hingga sekarang kita masih
sering melihat orang-orang yang keracunan atau terkena penyakit lainnya, disebabkan
memakan makanan yang mengandung boraks atau formalin.

1.7 Manfaat

Dapat mengetahui cirri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau formalin sebagai
pengawet sehingga dapat menghindarinya.
Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalik pada produk
pangan.
Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan dari
penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.
Dapat membantu pencegahan dan pemberantasan penggunaan boraks dan formalin
dengan berbagai solusi yang telah dipikirkan.
BAB II
LANDASAN TEORI

Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri


nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks biasa
berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat
larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya
pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya.
Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan
asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater.
Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil.
Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun
ketika terserap masuk dalam tubuh. Berikut beberapa pengaruh boraks pada kesehatan.
a. Tanda dan gejala akut :
Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)
b. Tanda dan gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker.
Sedangkan formalin merupakan cairan tidak berwarna yang digunakan sebagai
desinfektan, pembasmi serangga, dan pengawet yang digunakan dalam industri tekstil
dan kayu. Formalin memiliki bau yang sangat menyengat, dan mudah larut dalam air
maupun alkohol. Beberapa pengaruh formalin terhadap kesehatan adalah sebagai berikut.
a. Jika terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar
bernafas, nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-paru.
b. Jika terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit terbakar
c. Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata,
pandangan kabur, bahkan kebutaan
d. Jika tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare, sakit
kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru,
hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.
Boraks dan formalin akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai dengan
seharusnya, tetapi kedua bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet makanan
karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya, seperti telah diuraikan diatas pengaruhnya
terhadap kesehatan. Walaupun begitu, karena ingin mencari keuntungan sebanyak-
banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap menggunakan kedua bahan ini dan
tidak memperhitungkan bahayanya. Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan
formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini
mudah digunakan dan mudah didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan
pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain itu, boraks dan
formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa contoh makanan
yang dalam pembuatannya sering menggunakan boraks dan formalin adalah bakso,
kerupuk, ikan, tahu, mie, dan juga daging ayam.
Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia
karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan
mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak dapat mengetahui seberapa besar
kadar konsentrat formalin dan boraks yang digunakan dalam suatu makanan. Oleh karena
itu lebih baik hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks. Berikut adalah
beberapa cara mengidentifikasi makanan yang menggunakan formalin dan boraks.
- Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari
kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.
- Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk,
teksturnya bagus dan renyah.
- Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua
dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin.
- Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari
3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas
formalin.
- Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius),
berbau
menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.

BAB III
METODE PENELITIAN

Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data dan teknik analisa data.

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang kami gunakan adalah penelitian korelatif. Yang di maksud dengan
penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-data yang ada. Sesuai
dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami dapat antara yang
satu dengan yang lain. Selain itu kami juga menghubungkan data-data yang ada dengan
landasan teori yang kami gunakan. Sehingga diharapkan penelitian kami bisa menjadi
penelitian yang benar dan tepat.

3.2 Sumber data


Sumber data kami adalah beberapa siswa SMA Kanisius, yang kira-kira kami ambil
sampel adalah 40 siswa.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah dengan
angket. Dengan angket kami dapat menyimpulkan, melalui jumlah koresponden yang
menjawab pertanyaan tertentu dan membandingkan jumlah koresponden yang menjawab
dengan jawaban yang berbeda pada pertanyaan yang sama. Dan setiap dari pertanyaan itu
akan saling berkaitan.

3.4 Teknik Analisis Data


Cara kami dalam menganalisis data yang kami dapat yaitu dengan pertama-tama
memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang diperlukan telah diperoleh
dengan baik. Lalu kami mulai menghitung jumlah data, setelah itu kami
mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari tiap pertanyaan pada angket berdasarkan
jumlah responden yang memilih. . Langkah berikutnya, sesuai dengan jenis penelitian
kami, kami menghubungkan data-data yang satu dengan yang lain dan juga dengan
landasan teori yang ada. Langkah terakhir, kami menuangkannya dalam karya tulis ini.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai apa itu boraks dan formalin, dampak penggunaan
boraks dan formalin pada makanan dan jenis-jenis makanan yang mengandung boraks
dan formalin yang kesemuanya itu dilengkapi dengan hasil angket sebelumnya.

4.1 Pengetahuan akan Boraks dan Formalin


Menurut hasil angket kami, didapatkan bahwa yang mengetahui secara pasti apa itu
boraks dan formalin adalah 29 orang dan yang tidak mengetahui begitu pasti apa itu
boraks dan formalin adalah 11 orang, dari total 40 angket yang dibagikan.
Hal itu menunjukkan bahwa responden yang mengetahui secara persis apa itu boraks dan
formalin lebih banyak daripada yang tidak mengetahui secara pasti. Jika dimasukkan
dalam persen maka 72,5 % responden menyatakan mengetahui boraks dan formalin,
sedangkan 27,5 % lainnya tidak begitu mengetahui tentang boraks dan formalin.
Hasil ini menunjukkan bahwa penyuluhan dan pengetahuan akan boraks dan formalin
harus lebih sering disosialisasikan, agar diharapkan kita semua mengetahui secara pasti
apa itu boraks dan formalin, sehingga dapat menggunakannya secara benar, sesuai
dengan fungsinya. Maka diharapkan juga dengan pengetahuan akan boraks dan formalin
tersebut, kasus penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan dapat dikurangi
bahkan menghilang dari masyarakat.

4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan


Melalui hasil angket yang telah kami sebarkan sebelumnya, didapat hasil bahwa jumlah
responden yang mengerti akan dampak angket hamper sama dengan responden yang
tidak begitu tahu tentang dampak boraks dan formalin pada makanan. Adapun jumlah
responden yang tahu dampak boraks dan formalin pada makanan adalah 18 orang dan
yang tidak begitu tahu sebanyak 20 orang sedangkan yang sama sekali tidak tahu ada 2
orang. Jika dituangkan dalam presentasi adalah sebagai berikut :

1. Jawaban A : 45%
2. Jawaban B : 5%
3. Jawaban C :50%
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden masih rancu
atau bingung tentang apa dampak boraks dan formalin bagi tubuh tersebut.
Lalu apa sebenarnya dampak boraks dan formalin dalam makanan bila dikonsumsi tubuh
kita?
a. Formalin
Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika
digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala
diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan
mempengaruhi organ tubuh lainnya,serta gejala lainnya.
Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan :
Jika terhirup
Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala,
kanker paru-paru.
Jika terkena kulit
Kemerahan, gatal, kulit terbakar
Jika terkena mata
Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan
Jika tertelan
Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati,
kerusakan saraf, kulit
membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.
b. Boraks
Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya
berulang-ulang. Pengaruh terhadap kesehatan :
Tanda dan gejala akut :
Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat)
Tanda dan gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker.
Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia
karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan
mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak tahu seberapa besar kadar konsentrat
formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Oleh karena ada baiknya kita hindari
makanan yang mengandung formalin dan boraks. Jauhkan anak-anak dari makanan yang
mengandung boraks dan formalin. Formalin dan boraks tidak boleh digunakan dalam
makanan.

4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks


Berdasarkan hasil penelitian melalui angket yang telah kami sebarkan, jumlah responden
yang menganggap bahwa tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering diberi
formalin sebanyak 33 orang, sedangkan yang memilih ikan sebanyak 6 orang, dan 1
orang memilih kerupuk. Sedangkan menurut makanan-makanan yang biasa mengandung
boraks dan formalin yang biasanya mereka konsumsi, jumlah responden yang memilih
tahu dan bakso sebanyak 28 orang, 10 orang memilih ikan dan 2 orang memilih kerupuk.
Data ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa SMA Kanisius beranggapan bahwa tahu
dan bakso merupakan makanan yang biasanya diberi formalin atau boraks. Tahu dan
bakso memang cukup dikenal sering diberi formalin maupun boraks, namun bukan
mereka makanan yang paling sering diberi formalin maupun boraks. Berdasarkan
penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005, penggunaan boraks
formalin pada ikan dan hasil laut menempati peringkat teratas. Yakni, 66 persen dari total
786 sampel. Sementara mi basah menempati posisi kedua dengan 57 persen. Tahu dan
bakso berada di urutan berikutnya yakni 16 persen dan 15 persen.
Dan dari pertanyaan nomor tiga pada angket ternyata responden banyak menjawab bahwa
mereka paling sering mengkonsumsi tahu dan bakso. Padahal, menurut kebanyakan dari
mereka tahu dan bakso adalah makanan yang biasanya mengandung boraks atau
formalin. Mengapa mereka masih tetap sering mengonsumsinya meskipun menganggap
bahwa tahu dan boraks yang paling sering mengandung formalin dan boraks? Mungkin
hal ini disebabkan karena siswa SMA Kanisius percaya bahwa para pedagang di Kanisius
pasti tidak memberikan formalin maupun boraks pada dagangannya, maka mereka tidak
takut untuk mengonsumsinya.
Namun tetap saja, boraks dan formalin sangatlah berbahaya bila termakan. Walaupun
berdasarkan hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005
penggunaan boraks dan formalin paling banyak adalah pada ikan dan hasil laut, namun
jumlah 16 persen dan 15 persen tetap merupakan jumlah yang besar. Kita harus berhati-
hati dalam memilih makanan yang akan kita makan, terutama makanan-makanan yang
sedang marak diberi boraks maupun formalin.
Oleh karena itu, di bawah ini kami paparkan mengenai ciri-ciri dari beberapa makanan
yang diberi boraks maupun formalin:
a. Mi basah
Penggunaan formalin pada mi basah akan menyebabkan mi tidak rusak sampai dua hari
pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es
( 10 derajat Celsius). Baunya agak menyengat, bau formalin. Tidak lengket dan mie lebih
mengkilap dibandingkan mie normal. Penggunaan boraks pada pembuatan mi akan
menghasilkan tekstur yang lebih kenyal.
B. Tahu
Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa dan kandungan
gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu waspada karena bisa saja tahu
tersebut mengandung bahan berbahaya. Perhatikan secara cermat apabila menemukan
tahu yang tidak mudah hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan
besar tahu tersebut mengandung bahan berbahaya, bisa formalin maupun boraks. Selain
itu, tahu yang diberi formalin tidak akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25
derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius).
Tahu juga akan terlampau keras, namun tidak padat. Bau agak mengengat, bau formalin.
C. Bakso
Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Teksturnya
juga sangat kenyal.
D. Ikan segar
Ikan segar yang diberi formalin tekstur tubuhnya akan menjadi kaku dan sulit dipotong.
Ia tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Warna insang
merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih.
E. Ikan asin
Ikan asin yang mengandung formalin akan terasa kaku dan keras, bagian luar kering
tetapi bagian dalam agak basah karena daging bagian dalam masih mengandung air.
Karena masih mengandung air, ikan akan menjadi lebih berat daripada ikan asin yang
tidak mengandung formalin. Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25
derajat Celsius). Tubuh ikan bersih, cerah.

4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks dan formalin di Indonesia


Walaupun penyebaran boraks dan formalin di Indonesia sudah luas sekali dan sudah
menjadi umum, pemerintah masih tidak mengambil langkah yang tegas dalam menangani
hal ini. Buktinya bisa didapat, bahwa ternyata penggunaan formalin dan boraks sebagai
bahan pengawet makanan masih merajalela.
Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu dengan melalui
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah diambil oleh
BPOM, seperti : melarang panganan permen merek white rabbit creamy, kiamboy, classic
cream, black currant, dan manisan plum; mengeluarkan permenkes no. 722/1998 tentang
bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan; dan melakukan sosialisasi
penggunaan bahan tambahan makanan yang diizinkan dalam proses produksi makanan &
minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek keamanan pangan, & UU No. 71/1996.
Tetapi upaya yang dilakukan Badan POM tersebut, hanya dianggap gertakan oleh para
pedagang, karena Badan POM hanya mengeluarkan undang-undang dan aturan. Tetapi
Badan POM tidak melakukan tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas bagi pedagang
yang masih menggunakan boraks dan formalin, bahkan badan ini masih kurang gencar
dalam melakukan razia.
Dari data angket yang kami sebarkan ke beberapa responden, terdapat pertanyaan :
Menurut anda apakah peran pemerintah sudah ada dalam pemberantasan formalin?
Dan dari pertanyaan itu, sebanyak 4 orang menjawab upaya pemerintah sudah banyak,
sebanyak 17 orang menjawab upaya pemerintah sudah lumayan, dan terakhir 19 orang
menjawab upaya pemerintah tidak ada sama sekali.
Dari hasil angket diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah masih kurang,
karena lebih banyak orang yang beranggapan bahwa upaya pemerintah masih sangat
kurang. Ini mungkin disebabkan karena memang pemerintah kurang serius / tegas dalam
menangani masalah ini, padahal ini adalah masalah yang serius, karena dapat
membahayakan kesehatan manusia. Pemerintah seharusnya lebih gencar dalam
menangani masalah ini.
BAB V
PENUTUP

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran.

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa:
a. Sebagian besar dari kita telah mengetahui tentang boraks dan formalin secara pasti,
tetapi ada juga sebagian kecil lainnya yang belum begitu mengetahui apa itu boraks dan
formalin.
b. Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak penggunaan
boraks dan formalin pada produk makanan, walaupun sebagian ada yang mengetahui
secara pasti.
c. Menurut responden tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering menjadi
sasaran penggunaan boraks dan formalin. Tetapi menurut penelitian BPOM pada tahun
2005, ikan adalah bahan makanan yang paling sering menjadi sasaran boraks dan
formalin.
d. Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah penggunaan
boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan makalah ini kami ingin memberikan beberapa
saran sebagai berikut:
Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai boraks dan formalin,
pengertian, fungsinya, serta dampaknya apabila tidak digunakan sesuai fungsinya.
Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas, seperti
mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan membuat
undang-undang mengenai boraks dan formalin.
Masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya bila
sepertinya mengandung bahan formalin maupun boraks.
Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan
penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan. Seperti melaporkan kepada yang
berwajib jika melihat ada orang lain yang sengaja menggunakan boraks dan formalin
pada makanan yang dijualnya, dan juga tidak secara sembarangan menjual boraks dan
formalin, tanpa mengetahui latar belakang pembeliannya.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

http://www.beritaindonesia.co.id
http://www.depkes.go.id
http://www.disnakkeswan-lampung.go.id
http://id.wikipedia.org
http://www.gizi.net

Anda mungkin juga menyukai