Anda di halaman 1dari 13

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

29 Mei 2014azkiahumaira

1. Pendahuluan

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) ialah jebolnya nukleus pulosus kedalam kanalis vertebralis
akibat degeneratif annulus fibrosus korpus vertebra, yang mengakibatkan HNP pada tingkat
lumbosakral yaitu gaya yang menekan pada discus ketika mengangkat benda dalam posisi
membungkuk (mardjono dan sidharta 1988).

HNP lumbal merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah yang penting,
prevalensinya berkisar antara 1 2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%)
mengenai discus intervertebralis L5 S1 dan L4 L5. Menurut sebuah survei finnish
(Heliovaara et al. 1987a), herniasi discus atau sciatica tipical telah didiagnosa pada 5% laki
laki dan 4 % wanita. Insiden dari herniasi discus lumbal atau sciatica meningkat dengan jelas
setelah umur 19 tahun sesuai dengan finish longitudinal Birth study (zitting et al 1998)
Kieffer dan cacayorin mendapatkan prevalensi HNP sebesar 10% dari seluruh pasien nyeri
pinggang. HNP lumbosacral 90% terjadi didaerah L4 L5 dan L5 S1, sedangkan 10%
sisanya terjadi didaerah L3 L4. Hernia didaerah L4 L5 dengan kompresi radiks L5 akan
menimbulkan nyeri pinggang yang menjalar kedaerah posterolateral paha, sisi lateral betis
dan tungkai bawah bagian lateral sampai dorsum pedis. Sedangkan pada hernia diskus L5
S1 didapatkan nyeri tengah tengah kedua pantat menjalar ke daerah belakang paha, betis
sampai ke tumit.

Problem yang dialami oleh penderita HNP Lumbal ialah adanya nyeri yang sangat pada
daerah lumbal dan sepanjang bagian paha belakang sampai kaki, adanya spasme otot, adanya
rasa kesemutan, adanya kelemahan pada tungkai kaki, ROM terbatas dan adanya gangguan
aktifitas fungsional sehingga menyebabkan gangguan pada rutinitas sehari hari, terutama
pada gerakan fleksi.

2. Definisi

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) ialah jebolnya nukleus pulosus kedalam kanalis vertebralis
akibat degeneratif annulus fibrosus korpus vertebra, yang mengakibatkan HNP pada tingkat
lumbosakral yaitu gaya yang menekan pada discus ketika mengangkat benda dalam posisi
membungkuk (mardjono dan sidharta 1988).

HNP kependekan dari Hernia Nucleus Pulposus, suatu gangguan akibat merembes atau
melelehnya (hernia) lapisan atau bantalan permukaan ruas tulang belakang (nucleus
pulposus) dari ruang antar ruas tulang (discus intervertebralis). HNP Pada bagian lumbal,
95% herniasi diskus terjadi pada L5 S1 atau L4 5 kira kira 4 % terjadi pada L3 4 dan
hanya 1% pada L2 3 dan L1 2

HNP Lumbal (Hernia Nukleus Pulposus lumbal) yaitu : terdorongnya nucleus pulposus suatu
zat yang berada diantara ruas-ruas tulang belakang sekitar lumbal biasanya Lumbal 4, lumbal
5 dan sacral 1, kearah belakang baik lurus maupun kearah kanan atau kiri akan menekan
sumsum tulang belakang atau serabut-serabut sarafnya dengan mengakibatkan terjadinya rasa
sakit yang sangat hebat. Hal ini terjadi karena ruda paksa (trauma/kecelakaan) dan rasa sakit
tersebut dapat menjalar ke kaki baik kanan maupun kiri (iskhialgia). Adapun sebab lain yang
perlu kita perhatikan adalah: tumor, infeksi, batu ginjal, dan lain-lain. Kesemuanya dapat
mengakibatkan tekanan pada serabut saraf.

3. Anatomi Fisiologi

a. Tulang

Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah
tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap
dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sacral dan koksigeus satu sama lain menyatu
membentuk dua tulang yaitu tulang sakrum dan koksigeus. Diskus intervertebrale merupkan
penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan
(aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae. (Cailliet 1981).

Lumbal tersusn atas lima vertebra yang masing masing ruas dipisahkan oleh adanya discus
intervertebralis, vertebra pada regio ini ditandai dengan korpusnya yang besar, laminya besar
dan kuat korpusnya jika dilihat dari atas tampak seperti ginjal dan foramen vertebranya
bervariasi mulai dari oval (VL1) samapi (VL5).

Pada daerah lumbal facet terletak pada bidang vertical sagital memungkinkan gerakan fleksi
dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap lordosis lumbalis (hiperekstensi lubal)
kedua facet saling mendekat sehingga gerakan kalateral, obique dan berputar terhambat,
tetapi pada posisi sedikit fleksi kedepan (lordosis dikurangi) kedua facet saling menjauh
sehingga memungkinkan gerakan ke lateral berputar.

b. Discus

Discus adalah bantalan sendi yang terletak diantara tulang sebagai pelindung untuk mengatasi
beban kejut dan melindungi tulang dari pergesekan. Discus terletak diantara dua corpus
vertebra, terdiri dari :

Nukleus pulposus

Bagian tengah diskus yang bersifat semi gelatin nukleus ini mengandung berkas berkas
serabut kolagen sel sel jaringan penyambung dan sel sel tulang rawan. Berfungsi Sebagai
peredam benturan antara korpus vertebra yang berdekatan dan Pertukaran cairan antara
diskus dan pembuluh darah.

Anulus Fibrosus

Terdiri atas cincin cincin fibrosa konsentrik yang mengelilingi nukleus pulposus. Befungsi
memungkinkan gerakan anatar kopus bertebra (disebabkan oleh struktur spinal dan serabut
serabut untuk menopang nukleus pulposus meredam benturan
Kandungan air diskus ber < bersamaan dengan bertambah dengan bertambahnya usia (dari
90% pada masa bayi menjadi 70% pada orang lanjut usia) serabut serabut menjadi kasar
dan mengalami hialinisasi

c. Persendian dan ligament

Persendian adalah tempat pertemuan antara tulang yang satu dengan yang lainnya, persendian
terdiri dari : 1) Synovial joints (joint capsule), 2) superior and inferior facet joint, 3)
cartilaginous joints, 4) intervertebral disc and superior/inferior vertebral bodies. Masing
masing segmen memiliki mobilitas yang kecil, tetapi secara keseluruhan memungkinkan
mobilitas yang besar.

Ligamentnya terdiri dari :

Supraspinosus ligament ( menempel pada processus spinosus)

Interspinosus ligament (terdapat diantara processus spinosu dan menghambat gerak


fleksi dan rotasi)

Ligamnet flavum (menghubung antar lamina yang berdekatan serta memperkuat facet
joint)

Longitudinal anterior ligament

Longitudianal posterior ligament

Intertransversum ligamen

c. Myologi (Otot)

Pada semua otot rangka dikenal dua perlengketan otot, yaitu origo dan insersio. Pada anggota
badan origo terletak di proksimal pada tulang yang kurang bergerak dan tidak akan berggerak
pada waktu otot berkontraksi.

Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai dengan fungsi gerakannya. Otot yang
berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan secara aktif mengekstensikan
vertebrae lumbalis adalah : M. quadraus lumborum, M. sacrospinalis, M. intertransversarii
dan M. interspinalis.

Otot fleksor lumbalis adalah muskulus abdominalis mencakup : M. obliqus eksternus


abdominis, M. internus abdominis, M. transversalis abdominis dan M. rectus abdominis, M.
psoas mayor dan M. psoas minor.

Otot latero fleksi lumbalis adalah M. quadratus lumborum, M. psoas mayor dan minor,
kelompok M. abdominis dan M. intertransversari.

Jadi dengan melihat fungsi otot di atas otot punggung di bawah berfungsi menggerakkan
punggung bawah dan membantu mempertahankan posisi tubuh berdiri.

Pada penderita HNP lumbal, nyerinya menjalar hingga ke tungkai sehingga berpengaruh
juga pada otot otot ekstremitas bawah yaitu : M. quadriceps femoris, M.hamstring dan M.
gastrocnemius.

d. Persarafan

Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical tang terbenteng dari
dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital magnum, masuk kekanalis
sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri
dan kanan) yang terdiri atas : 8 pasang saraf cervical, 15 pasang saraf thorakal, 5 pasang saraf
lumbal, 5 pasang saraf sacral, 1 pasang saraf cogsigeal.

Nervus ischiadicus terdiri atas nervus yang terpisah didalam satu selubung, yaitu nervus
peroneus communis dan nervus tibialis.Nervus femoralis merupakan cabang yang terbesar
dari fleksus lumbalis. Nervus ini berasal dari tiga bagian posterior fleksus, yang asalnya dari
nervus lumbalis kedua, ketiga dan keempat, munculnya dari tepi lateral M. psoas tepat diatas
ligamentum pouparti dan berjalan turun dibawah ligamentum ini memasuki trigonum femoral
pada sisi lateral arteri femoralis.
4. Etiologi

Keadaan patologis dari melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk
terjadinya herniasi. Banyak kasus bersangkutan dengan trauma sepele yang timbul dari
tekanan yang berulang. Tetesan annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat dari tekanan
normal yang berulang dari aktivitas biasa atau dari aktifitas fisik yang berat, faktor resiko
timbulnya HNP : 1) faktor resiko yang tidak dapat diubah ; umur, jenis kelamin, Riawat
cedera punggung atau HNP sebelumnya. 2) faktor resiko yang dapat diubah ; pekerjaan dan
aktivitas, olahraga yang tidak teratur, berat badan berlebihan, batuk lama dan berulang.

Beberapa faktor tampaknya mempengaruhi terjadinya hernia nukleus pulposus. Merokok


merupakan faktor resiko dalam epidemiologi herniasi diskus limbal telah diketahui dapat
menurunkan tekanan oksigen secara dramatis dalam discus yang avascular, kemungkinan
akibat efek vasokontriksi dan efek reologik pada darah. Herniasi discus lumbal dapat
disebabkan oleh batuk kronik dan tekanan lain pada discus. Sebagai contoh duduk tanpa
penyangga lumbal menyebabkan peningkatan tekanan pada discus, dan mengemudi juga
merupakan faktor resiko akibat resonasi 5Hz dari getaran kopling yang berasal dari jalanan
sampai ketulang belakang. Seseorang yang mengemudi dengan jumlah signifikan memiliki
masalah tulang belakang yang meningkat. Supir truk memiliki resiko tambahan masalah
tulang belakang dari mengangkat selama bongkat muat, yang sayangnya dilakukan setelah
mengemudi berkepanjangan.

Nyeri pada hernia discus sering dari pemakaian sehari hari tulang belakang. Namun HNP
juga dapat terjadi akibat cedera / trauma. Pada discus yang sehar, bila mendapat tekanan
maka nukleus pulposus menyalurkan gaya tekan kesegala arah dengan sama besar. Penurunan
kadar air nukleus mengurangi fungsinya sebagai bantalan, sehingga bila ada gaya tekan maka
akan disalurkan ke annulus secara asimetris akibatnya bila terjadi cedera atau robekan pada
annulus. Herniasi diskus dapat terjadi perlahan lahan, berminggu minggu atau berbulan
bulan hingga mencapai titik dimana seseorang merasa butuh pengobatan, atau nyeri dapat
terjadi tiba tiba akibat cara mengangkat yang tidak benar atau gerakan berputar yang
memperparah kelemahan discus.

HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5-C6 paling jarang terjadi
pada daerah thoracal, sangat jarang terjadi pada anak anak dan remaja tapi kejadiannya
meningkat dengan umur setelah 20 tahun. HNP terjadi karena proses degenaratif discus
intervertebralis.

5. Patofisiologi

Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel kartilago yang
mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bergerak, cairan menjadi padat dan
rata serta melebar di bawah tekanan dan menggelembungkan annulus fibrosus.

Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus


menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri radikulasi berada dalam bungkusan
dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya di tengah,
maka tidak ada radiks yang terkena. Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali
mengenai diskus intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal,
robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-
kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul sobekan radikal.
Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus pulposus adalah soal waktu dan
trauma berikutnya saja.

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang
terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan
kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus
melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma jatuh, kecelakaan, dan stress
minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.

Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun.
Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau
mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau
terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.

Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada
radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini
terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah
tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah
tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan
kompresi pada kolumna anterior.

Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga
dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan. Diskus Intervertebralis adalah
lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material
yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian
tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus.
(Brunner & Suddarth, 2002).

Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang terdiri dari
serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang
mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.

Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah
lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan
dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya
disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat).
Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah
servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak
dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun.

Menjebolnya (hernia)nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di bawahnya. Bisa
juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke
dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus
Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis
berikut dengan terbentuknya nodus schomorl merupakan kelainan mendasari low back
painsub kronik atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang
dikenal sebagai khokalgia atau siatika.

HNP terbagi atas beberapa tingkatan : 1) Hernia Nukleus Pulposus Sentral ; tanda dan gejala
bila terjadi disentral HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan retensi
urine. 2) Hernia Nukleus Pulposus Lateral ; rasa nyeri terletak pada punggung bawah,
ditengah tengah abtra pantat dan betis, belakang tumit dan telapak kaki ditempat itu juga
akan terasa nyeri tekan dan nyeri sepanjang bagian belakang ( laseque positif ).

Menurut lokasi penonjolan Nukleus Pulposus, terdapat 3 tipe HNP yaitu central,
posterolateral dan lateral foraminal.

Beberapa grade HNP berdasarkan pemeriksaan MRI, yaitu : 1) Protuded intervertebra disc ;
penonjolan nukleus kesatu arah tanpa disertai ruptur dari annulus fibrosus. 2) Proalapsed
intervertebra Disc ; nukleus pulposus berpindah tempat tapi belum keluar dari lingkungan
annulus fibrosus. 3) Ekstrured intervertebra Disc ; sebagian dari nukleus pulposus keluar dari
serat serat annulus fibrosus. 4) Sequestered intervertebrae Disc ; nukleus pulposus telah
keluar menembus ligamentum longitudinale posterior.(Magee 1987)

6. Tanda dan Gejala klinis

Faktor faktor yang menyebabkan timbulnya HNP Lumbal ialah : 1) Aliran darah ke diskus
berkurang, 2) Beban yang berat, 3) Ligamentum longitudinalis post menyempit.

Tanda dan gejala klinis pada HNP lumbal ialah :

Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa
tahun) nyeri menjalar sesuai dengan distribusai saraf skhiatik
Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantra + menjalar ke
bagian belakang lutut, kemudian ketungkai bawah

Nyeri bertambah hebat karna pencetus seperti gerakan gerakan pinggang batuk atau
mengedan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila di buat
istirahat berbaring.

Penderita sering mengeluh kesemutan (parosthesia) atau baal bahkan kekuatan otot
menurun sesuai dengan distribusi persyaratan yang trlibat.

Nyeri bertambah bila ditekan daerah L5 S1 (garis antar dua krista liraka)

Dapat disipulkan, tanda gan gejala yang dialami oleh penderita HNP lumbal pada umumnya
adalah :

1. Nyeri menjalar ke tungkai

1. Spasme otot otot paravertebrae


2. Keterbatasan LGS lumbal
3. Mengganggu mobilitas spine
4. Mempengaruhi pola jalan (gait) menjadi kaku dan susah payah

8. Komplikasi & Prognosis

Jika penderita yang mengalami HNP tidak segera mendapatkan penanganan, maka akan
mengakibatkan komplikasi seperti kiposis dan lordosis (Evelyn, 2002).

Kelainan nyeri punggung bawah HNP ini prognosisnya kurang baik karena kalau tidak
ditangani secara cepat proses penyakitan akan berkepanjangan menjadi ischialgia, tetapi bila
ditangani dengan baik pasien bisa sembuh.

9. Problematika Fisioterapi

Problematika fisioterapi yang dihadapi oleh penderita HNP adalah berkaitan dengan
impairment, fungtional limitation dan participation restriction.

Impairment adalah problematika yang menjadi penyebab tidak dapat dilakukannya gerak
yang normal oleh pasien pada kondisi ini yang menjadi masalah impairment adalah (1)
adanya nyeri punggung bawah dan menjalar sampai ke tungkai, (2) adanya penurunan
kekuatan otot, (3) adanya keterbatasan LGS pada Trunk.

Fungtional Limitation atau keterbatasan dalah masalah aktifitas keseharian penderita HNP
dapat berupa (1) nyeri saat berjalan, (2) nyeri pada saat aktifitas jongkok, (3) tidak bisa
melakukan aktifitas yang berat seperti mengangkat dan lain sebagainya.
Participations restrictons adalah masalah yang banyak dijumpai dilingkungan sehari hari
yang berhubungan dengan pekerjaan dan hobby.

Teknologi Intervensi Fisioterapi

A. Short Wave Dhiatermy (SWD)

SWD merupakan modalitas fisioterapi yang berupa generator yang dapat memancarkan
gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik frekuensi tinggi.
Frekuensi SWD yang digunakan yaitu 13,66 MHz, 27, 12 MHz, dan 40,98 MHz. Panjang
gelombang yang sesuai dengan frekuensi ini yaitu 22 m, 11 m, dan 7,5 m. Frekuensi yang
sering digunakan untuk pengobatan adalah 27,12 MHz dan panjang gelombang 11 meter.
Arus tersebut tidak menimbulkan aksi potensial terhadap serabut saraf motorik maupun
sensorik, dengan kata lain tidak merangsang saraf motorik untuk berkontraksi (Sujatno, et.al.
1993).

Dosis untuk mengurangi nyeri pada kondisi akut digunakan intensitas rendah (sub mitis),
waktu 10 menit dengan frekuensi terapi 2-3 kali sehari, sedangkan untuk kondisi kronis dosis
yang digunakan dengan intensitas tinggi (normalis-fortis) waktu 10-20 menit, dengan
frekuensi terapi 2-3 kali per minggu. SWD menghasilkan 2 medan yaitu : medan listrik dan
medan megnet, maka dengan kedua medan tersebut, SWD dapat digunakan dengan
intermitten dan continous.

1. Efek Fisiologis

Efek fisiologis dari Soft Wave Diathermy antara lain :

meningkatkan metabolisme sel sel lokal.


meningkatkan elastisitas jaringan ikat dan otot, ligament dan tendon.
meningkatkan ambang rangsang (Sujatno,et.al. 1993).

2. Efek terapeutik

Efek terapeutik dari Short Weve Diathermy antara lain :

penyembuhan luka/trauma pada jaringan lunak, yaitu dengan meningkatkan proses


reparasi jaringan secara fisiologis,
mengurangi nyeri,
pembuangan sisa metabolisme,
peningkatan elastisitas jaringan lunak, sehingga mengurangi proses kontraktur
jaringan sebagai persiapan terapi latihan,
pembuangan sisa metabolisme,
meningkatkan sirkulasi darah.

3. Indikasi dan kontra indikasi

Indikasi dari SWD antara lain :


nyeri post trauma
penyakit degeneratif sendi
bursitis
spasme otot
perbaikan peradangan
kelainan pada saraf perifer.

Kontra indikasi dari SWD antara lain :

logam dalam tubuh


alat alat elektrolis
gangguan peredaran darah atau pembuluh darah
bahan yang tidak menyerap keringat
jaringan dan organ yang mengandung banyak cairan,
gangguan sensibilitas,
wanita hamil
menstruasi
infeksi akut.

Pengaruh pemberian terapi Short Wave Diathermy (SWD) pada kasus ini untuk pengurangan
nyeri. Mekanisme pengurangan nyeri sendiri didapatkan dari modulasi nyeri pada level
sensoris akibat peningkatan metabolisme sebesar 13% tiap kenaikan suhu 10C. Akibatnya
akan terjadi pembukaan sphincter pre kapiler yang meyebabkan vasodilatasi local dan diikuti
peningkatan aliran darah kapiler sehingga pasokan nutrisi dan pembuangan zat zat iritan
penyebab nyeri akan meningkat dan semakin lancar. Rasa nyeri ditimbulkan oleh adanya
akumulasi sisa sisa hasil metabolisme yang disebut subtance P yang disebabkan karena
kerusakan jaringan, subtance P akan membebaskan prostalglandin E1 (PG) yang diikuti
pembebasan bradikinin subtance P pada receptive neuron yang akan meningkatkan
permiabilitas pembuluh darah dengan lancarnya sirkulasi darah, maka zat P juga ikut
terbuang, sehingga terjadi rileksasi otot dan nyeri akan berkurang (Mardiman, 2001).

Short Wave Diatermy (SWD) juga untuk mengurangi spasme. Mekanisme pengurangan
spasme sendiri terdiri dari efek panas yang memberikan vasodilatasi pembuluh darah
sehingga peredaran darah lancar dan meningkatkan suplai nutrisi. Akhirnya dapat
memperbaiki peredaran darah kenaikan suhu jaringan dan memberikan relaksasi pada otot
akibatnya spasme dapat berkurang (Michlovits, 1996).

B. Mc. Kenzi Exercise

Mc kenzi merupakan suatu bentuk latihan yang terdiri dari beberapa bentuk gerakan, tujuan
diberikan latihan Mc kenzi adalah mengurangi nyeri punggung bawah(LBP) dan rileksasi
serta penguluran otot otot punggung.

Indikasi dari terapi latihan ini antara lain :

1. Hipomobilitas reversible baik pola kapsular maupun non kapsuler


2. Low Back Pain
3. ischialgia

Kontra indikasinya antara lain :

1. osteoporosis
2. TBC tulang
3. Hipomonilitas Irreversible misalnya angkylosing

gimana sahabat,, sudah tau tentang apa itu HNP? semoga dapat menbantu sahabat dan
semoga bermanfaat.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Salah
satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah
hernia nucleus pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya
terjadi pada segmen lumbal. Nyeri punggung bawah merupakan
salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat.
Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa
mengenal jenis umur dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari
seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu
episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi
nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis
saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di
14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa
kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh
kasus nyeri ditangani.
Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala,
maka yang terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya
agar dapat diberikan pengobatan yang tepat. Pada dasarnya
timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf
tepi daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi
karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya. Maka dari
itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai sehingga
proses penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengethui tentang Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan Gangguan Muskuloskletal (HNP).
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Jenis-jenis dari tumor kulit ganas
dari definisi, etiologi, klasifikasi, tanda & gejala,
penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang dari HNP.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien gangguan
sistem muskulokletal (HNP) dari tahap pengkajian hingga
intervensi.
Manfaat
Bagi perawat
Menambah wawasan kesehatan dan agar lebih mengetahui
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskletal (HNP).
Bagi masyarakat
Memberikan Penjelasan, pengetahuan, dan penyuluhan tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskletal (HNP) dan intervensi apa saja yang
diberikan.

Anda mungkin juga menyukai