Edit Sop
Edit Sop
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Proses penerimaan pasien UGD sampai dengna pasien keluar dari UGD
TUJUAN Sebagai tatalaksana dalam penerimaan pasien baru
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR Terima Pasien
Tindakan
Pemeriksaan, Pemeriksaan,
Tindakan dan terapi tindakan dan terapi
Sembuh Tidak
1
Observasi sampai stabil Observasi sampai stabil Admin
Pasien Observasi
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
2
PENGERTIAN Mengeluarkan benda asing dari rongga hidung berupa kacang, manik,
guntingan kertas, daun dan bunga - bunga yang sengaja/tidak sengaja
dimasukkan anak waktu bermain atau sebaliknya, masuknya binatang
- binatang kecil yang terjadi secara tidak sengaja seperti : ulat, semut.
TUJUAN 1. Mengeluarkan benda asing dari rongga hidung
2. Memberi rasa nyaman dan mencegah infeksi
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan Alat
1. Lampu, senter dan batteray
2. Pinset yang bersih
3. Forcep (alat penjepit)
4. Bengkok
B. Persiapan Pasien
Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang tindakan yang
akan dilakukan
C. Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Memberitahukan pasien/keluarga tentang tindakkan yang akan
dilakukan
3. Mengatur cara duduknya anak
4. Mendudukan anak dipangkuan ibunya
5. Menekan punggung anak ke dada ibu, lengan kiri ibu merangkul
kedua lengan anak
6. Tangan kanan ibu menekan dahi anak kedadanya sambil sedikit
ditengadahkan
7. Kedua tungkai ibu menjepit tungkai bawah anak
8. Ibu dan anak duduk menghadap jendela yang terbuka atau
lampu
9. Pemeriksa/si penolong setengah berjongkok atau berdiri
membungkuk di depan pasien dengan mendorong ujung hidung
pasien sedikit keatas, periksalah dengan teliti kedua rongga
hidung dengan menggunakan senter
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
/I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
4
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Mengeluarkan semua benda hidup maupun mati yang berasal dari luar
tubuh kita, yang melekat pada mata
TUJUAN 1. Mengeluarkan benda asing dari mata
2. Membersihkan/merawat, dan melakukan pengobatan
3. Mencegah infeksi lebih lanjut
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan alat :
1. Cairan Nacl/air bersih
2. Spuit, kapas, Bengkok
3. Zalf/obat tetes mata yang mengandung antibiotika
4. Bila perlu obat tetes mata anesthetikum (pantocain 0,5%)
B. Persiapan Pasien:
1. Memberitahu pasien / keluarga tentang tindakkan yang akan
diiakukan
2. Menganjurkan agar tetap tenang
C. Pelaksanaan:
1. Mencuci tangan
2. Memberitahu pasien / keluarga tentang tindakkan yang akan
dilakukan
3. Mengantar posisi pasien duduk/tiduran
4. Memberi obat tetes mata anesthetikum sesuai dengan kebutuhan
5. Mencuci/membilas mata dengan larutan Nacl/air bersih
6. Mengangkat benda asing dengan kapas basah secara hati hati
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
5
PROSEDUR 7. Memperhatikan jenis/macam benda asing yang dikeluarkan
apakah tajam/tumpul
8. Meneteskan obattetes mata yang mengandung antibiotika
9. Memberi pesan pada pasien untuk tidak menggosok - gosok
mata
6
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SEKOLAH STAF DAN SKP/ 00 1 dari 1
PIMPINAN PERTAMA /I/2016/RSBS
POLRI
RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA SESPIMMA
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
B. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Memberitahukan pasien/keluarga tentang tindakkan yang akan
dilakukan
3. Mengkaji status kesehatan pasien secara keseluruhan
4. Memasang tourniquet dengan tali/pita lebar pada daerah patukan
sampai denyut nadi dujung anggota hamper tidak teraba
5. Memijat dengan tangan disekitar luka dengan tujuan agar darah
mengalir keluar
6. Memberikan O2 sesuai dengan kebutuhan
7. Mengistirahatkan pasien terutama yang terkena patuk
8. Memasang infuse
9. Memberikan anti bisa ular secara intravena
10.Memberikan ATS/toksoid sesuai kebutuhan
7
PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN
YANG DIGIGIT ANJING, KERA DAN KUCING
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
B. Persiapan Pasien
1. Diberitahu tentang tindakkan yang akan dilakukan
2. Dianjurkan agar tetap tenang
3. Menanyakan pasien tentang vaksinasi yang pernah diterima
C. Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Memberitahukan pasien/keluarga tentang tindakkan yang akan
dilakukan
3. Mengkaji letak dan keadaan luka
4. Menggunakan sarung tangan
8
5. Membersihkan luka dan jaringan nekrose
9
MEMASANG TOURNIQUET UNTUK MENGHENTIKAN
PENDARAHAN
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Mengikat lokasi yang cidera dengan tali/karet dan sebatang kayu
dibawah ikatan untuk menghentikan pendarahan pada luka terbuka.
TUJUAN Menghentikan pendarahan pada luka terbuka
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan alat :
1. Tali / karet ban
B. Persiapan pasien:
1. Pasien dianjurkan tetap tenang
2. Diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan
C. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Mengkaji tempat terjadinya pendarahan
4. Memasang torniquet pada tempat cidera dengan lokasi 5 jari
dibawah
5. Lipatan paha atau 5 jari dibawah ketiak
6. Memasang tali/karet ban sebanyak 2kali lilitan
7. Meraba nadi yang lebih rendah dari tourniquet
8. Mengendorkan tourniquet tiap 10 menit selama 30 detik tepat
9. Memberi tanda "T" pada dahi pasien
10
PERTOLONGAN PERTAMA PADA PENDARAHAN
TELINGA
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
11
8. Bila pendarahan sudah berhenti, tutup liang telinga luar denga
tufer yang diolesi Bethadien, bila perlu pasang tampon dalam
liang telinga
9. Mencuci tangan
UNIT TERKAIT UGD dan Rawat Inap
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Anafilaksis shock adalah reaksi alergi akibat pemakaian obat - obatan,
pemberian tranfusi darah ataupun zat diagnostik, berupa reaksi akut
ataupun reaksi yang ditimbulkan ada yang lambat
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya reaksi anafilaksis shock yang lebih lanjut
2. Memberikan pengobatan/perawatan pada pasien
3. Member/ rasa aman dan nyaman bagi pasien dan keluarga
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Menghentikan pemberian obat reaksi anakfilasis
2. Membaringkan pasien dengan tungkai lebih tinggi dari kepala
(Trendelenburg)
3. Suntikan andrenalin 1:1000 (1mg/ML) secara IM Dosis :
- Dewasa 0,3 - 0,5 ml
- Anak - anak 0,01 ml/kg BB
4. Pengobatan tambahan:
a. Berikan Kortikosteroid IV,
Misalnya : Hidrokortison 2-6 mg/kg atau Deksametason 2-6
mg/kg BB
b. Memberikan Antihistamin IV
Misalnya : Prometazin 0,5 1 mg/kg BB atau
Difenhidramin 0,5 1 mg/kg BB
c. Bila terjadi bronkospasme, berikan bronkodilator, aerosol
(Salbutamol,Terbulatin, Fenoterol) atau semprotkan bronkodilator
melalui masker dan atau berikan animofilin IV 6 mg/kg BB selama
10 menit diikuti dengan infitis 0,6 mg/kg BB/jam
5. Memasang perangkat infuse IV dan pertahankan volume darah
12
dengan 1 SPP5 atau larutan Kristaloid
Adrenalin IV deberikan bila :
a. Tidak ada respon terhadap adrenalin
b. Terjadi kegagalan sirkulasi dan shock
13
PENATALAKSANAAN ANAFILAKSIS SHOCK
PROSEDUR Dosis :
Dewasa
5 ml Adrenalin 1 : 10.000 (0,1 mg/ml) diencerkan dalam 10 ml
larutan garam faali dan diberikan 10 menit
Anak-anak / kg BB Adrenalin 1 : 10.000 yang diencerkan dalam
10 ml garam faali dan diberikan perlahan-lahan selama 10 menit
6. Bebaskan jalan nafas kalau perlu buat jalan nafas melalui mulut dan
intubasi endotrachea
7. Berikan oksigen
8. Bila perlu berikan bantuan ventilasi dengan kantong dan masker,
atau pipa
9. Tindakan penunjang :
a. Pantau tanda-tanda vital yang intensif, sedikitnya selama 4 jam
b. Tenangkan pasien, istirahatkan dan hindarkan pemanasan
14
MENJAHIT LUKA (HECTING)
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Menjahit luka adalah menjahit kulit/otot yang luka pakai alat jarum
hecting dan benang zyde / catgut
TUJUAN 1. Menutup luka yang koyak
2. Memperbaiki kondisi kulit yang koyak
3. Mencegah meluasnya infeksi
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan Alat (alat steril) :
1. Obat Anestesi (lydocain)
2. Spuit
3. Benang zyde;catgut sesuai ukuran & kebutuhan
4. Kasa
5. Arteri klem lurus
6. Pinset chirurgis, pinset anatomis, nadle pouder
7. Gunting luka
8. Sarung tangan satu pasang
9. Jarum jahit luka untuk otot
B. Persiapan Alat
1. Bengkok
2. Gunting, Plester
3. Antlseptik
4. Penjepit kain
5. Perlak
15
MENJAHIT LUKA
D. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Menjelaskan kepada keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Membersihkan luka
4. Mendensinfeksi luka & sekitarnya
5. Menggunakan sarung tangan
6. Memberikan anesthesia
7. Menjahit luka
8. Memberikan obat desinfektan antibiotika sesuai instruksi
9. Menunjukkan upaya asepsis selama bekerja
10.Membalut luka sesuai kebutuhan
11.Menjelaskan pasien tentang perawatan luka dirumah
12.Mencuci tangan.
16
PERTOLONGAN PERTAMA
PADA PASIEN KEJANG
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
PERASIONAL 04 Januari 2016
(SPO)
17
MENGANGKAT PASIEN PATAH TULANG
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan Alat
Kereta dorong / tempat tidur
B. Persiapan pasien
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
C. Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Berdiri sejajar pada salah satu sisi pasien yang sama dengan
pemindahan log roll
( misal: kearah kanan berarti disisi kanan pasien )
3. Meletakkan tangan pada bagian tubuh yang patah
4. Meletakkan tangan pada bagian kepala & badan lainnya
5. Mengangkat pasien secara sejajar bersama-sama
6. Memindahkan pasien ke tempat yang dituju
7. Meletakkan pasien secara bersama-sama
8. Merapikan pasien
18
MEMASANG BIDAI
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Memasang bidai adalah tindakan memasang alat dari kayu pada lokasi
yang cidera/fraktur untuk mempertahankan posisi tulang yang cidera
TUJUAN 1. Mengurangi pergerakan pada daerah yang cidera
2. Mempertahankan posisi tulang yang cidera sebelum dilakukan
tindakan lebih lanjut
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteria Persiapan
1. Persiapan Alat :
a. Bidai dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan
b. Verban / mitella
c. Gunting
2. Persiapan pasien :
a. Diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
B. Kriteria pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Menjelaskan pada pasien / keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Petugas I mengangkat daerah yang akan dipasang bidai
4. Petugas II meletakkan bidai melewati dua persendian anggota
gerak
5. Jumlah dan uraian bidai yang dipakai disesuaikan dengan lokasi
patah tulang
6. Petugas I mempertahankan posisi anggota tubuh yang patah,
sementara petugas II mengikat bidai
7. Cara pengikatan dengan simpul hidup mengatur posisi pasien
19
8. Mencuci tangan
9. Mencatat dalam catatan perawat
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Adalah Merawat luka bakar adalah tindakan yang dilakukan dengan
membersihkan luka dari segala kotoran dan jaringan necrotic,
kemudian memberikan obat sesuai program pengobatan
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mempercepat penyembuhan dengan pengobatan
3. Membersihkan dari segala kotoran yang menempel & jaringan
necrotic
4. Memberi rasa nyaman
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteri Persiapan
1. Persiapan Alat
a. Alat-alat steril :
- Set ganti balutan
- Perban sesuai ukuran & kebutuhan
- Sarung tangan
- Spuit 10 cc, Kain kasa
- Cairan Nacl
b. Alat-alat tidak steril :
- Bengkok
- Obat penenang (bila diperlukan)
c. Obat-obatan tidak steril :
- Salep kulit sesuai program
- Cairan desinfectan
20
2. Pasien
Pasien / keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang
akan dilakukan
B. Kriteria Pelaksanaan
PROSEDUR
1. Mencuci tangan
a.Mencuci daerah lua bakar dengan cairan Nacl yang sudah
di campur desinfektan
b.Membersihkan luka bakar dari segala kotoran yang
menempel
c. Membuang jaringan nekrotik
d. Memecahkan bullae dengan memakai spuit
e. Membilas luka bakar dengan cairan steril
f. Mengeringkan daerah luka bakar dengan kassa steril
g. Memberi zalf sesua perintah dokter
2. Melakukan observasi terhadap :
a. Tensi, nadi, suhu dan pernafasan
b. Posisi jarum infuse, kelancaran tetesan infuse
c. Reaksi pemberian cairan infuse
d. Mencatat segala perkembangan hasil observasi
e. Mencuci tangan
UNIT TERKAIT UGD, Rawat Inap, Kamar Bedah
21
MENYIAPKAN PASIEN PEMBEDAHAN AKUT
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
23
1. Botol kecil / tabung tempat spesimen yang sudah diberi label
2. Set pemasangan kateter
3. Formulir pemeriksaan
B. Persiapan Pasien:
1. Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan
2. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
C. Kriteria Pelaksanaan:
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan tempat urine
3. Memasang kateter
4. Menampung urine dalam botol/tabung pemeriksaan 100 cc
5. Sisanya ditampung dalam bengkok
6. Memasang label dalam botol/tabling pemeriksaan urine dengan
cara mencantumkan :
a. Nama Pasien
b. Nomor rekam medic
c. Tanggal dan jam pengambilan bahan pemeriksaan urine
7. Mencuci tangan
8. Mengirim urine dan menyertakan formulir pemeriksaan yang
sudah diisi dan ditandatangani dokter
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Pengambilan darah dari pembuluh darah vena, perifer atau arteri untuk
bahan pemeriksaan
TUJUAN 1. Membantu menegakkan diagnosa
2. Untuk abahan pemeriksaan di laboratorium
3. Untuk membantu menentukan program pengobatan
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteria Persiapan
24
1. Botol kecil / tabung tempat spesimen yang sudah diberi label
2. Spuit steril berbagai ukuran
3. Kapas alkohol dalam tempatnya
4. Torniquet
5. Formulir pemeriksaan
B. Persiapan Pasien :
1. Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan
2. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
C. Kriteria Pelaksanaan:
1. Mencuci tangan
2. Memberitahu kepada pasien/keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan
3. Menentukan pembuluh darah yang akan ditusuk untuk
pengambilan darah
4. Mendesinfeksi permukaan kulit pembuluh darah yang akan
ditusuk dengan menggunakan alkohol
5. Memasang tourniquet
6. Mengambil darah pemeriksaan dengan cara menusukkan jarum
pada pembuluh darah dengan jumlah sesuai kebutuhan
25
MELAKUKAN PEMERIKSAAN EKG 10 LED
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
/I/2016/RSBS
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
dr. RINI AFRIANTI, MKK
PEMBINA NIP. 1973041720022122003
28
PENGERTIAN Adalah Melakukan injeksi intracutan adalah memberikan obat melalui
suntikan kedalam jaringan kulit yang dilakukan pada lengan bawah
bagian dalam atau ditempat lain yang dianggap perlu
TUJUAN 1. Melaksanakan uji coba obat tertentu, misalnya: Skin test penicillin
2. Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya dapat
dilakukan dengan cara suntikan intercutan / skin test
3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu,
misalnya tubercullin test
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteria
1. Alat
a. Spuit 1cc dan jarum steril dalam tempatnya
b. Obat - obatan yang diperlukan
c. Kapas alcohol dalam tempatnya
d. NaCl 0.9% aquadest
e. Bengkok
2. Persiapan Pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
B. Kriteria Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Member penjelasan kepada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Menggulung lengan baju pasien bila perlu
4. Mengisi spuit dengan obat yang akan di test sejumlah 0,1 cc
dilarutkan dengan NaCl 0.9% aquadest menjadi 1 cc
5. Mendesinfeksi kulit yang akan disuntik menggunakan kapas,
alcohol kemudian direnggangkan dengan tangan kiri perawat
6. Menyuntikan obat secara intracutan sampai kulit
menggelembung. Menilai reaksi obat setelah 15 menit dari
waktu penyuntikan
7. Hasil ( + ) bila terdapat tanda kemerahan pada daerah
penusukan pada diameter Minimal 1 cm
8. Mencatat hasil reaksi skin test
9. Mencuci tangan
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
29
(SPO)
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
30
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Adalah Mencuci bagian dalam lambung dengan jalan memasukkan dan
mengeluarkan air dengan menggunakan pipa lambung.
TUJUAN 1. Untuk mengubah atau mencuci lambung.
2. Menghilangkan racun
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteria Persiapan
1. Alat dan Obat :
a. Slang penduga lambung ( NGT) berbagai ukuran & corongnya
b. Spuit
c. Bangkok
d. Perlak & alasnya
e. Ember penampung
f. Air hangat / dingin 1-2 liter atau NaCI 0.9% sesuai kebutuhan
g. Kasa / tissue
h. Pelicin/jelly
i. Pinset anatomi
j. Obat - obat ( sulfas astrofin )
k. Susu yang diperlukan dalam tempatnya
2. Persiapan pasien
a. Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang
akan dilakukan
b. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
B. Kriteria Pelaksanaan:
1. Mencuci tangan
2. Memberitahu pasien / keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Memasang perlak dan alasnya di dada pasien
4. Meletakkan bengkok di bawah dagu pasien
5. Meletakkan ember yang diberi alas kain pel ke dekat pasien
6. Menentukan panjang slang penduga ( NTG ) yang masuk
kedalam lambung
7. Memberi pelicin pada ujung slang penduga lambung
31
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SKP/ 00 2 dari 2
SEKOLAH STAF DAN /I/2016/RSBS
PIMPINAN PERTAMA
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
32
MELAKUKAN RESUSITASI JANTUNG PARU
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Adalah Melakukan tindak atur posisi, pembukaan jalan nafas, nafas
buatan dan kompresi dada luar dilakukan kalau memang betul
dibutuhkan / RJP dimulai dengan penentuan tidak ada respon, tidak ada
jalan nafas.dan
TUJUAN Untuk mengadakan kembali pembagian subtrat sementara sehingga
memberikan waktu untuk pemulihan fungsi jantung paru secara
spontan.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteria persiapan
1. Alat
a. Trolly emergency berisi :
- Laryngoscape lurus dan bengkok ( anak dan dewasa )
- Magil forceps
- Pipa trachea berbagai ukuran
- Guedell berbagai ukuran
- Set infuse /set blood
- Gunting perban
- Spuit 10 cc dan jarum no 18
- Ambu bag lengkap
b. Set terapi oksigen dan siap pakai
c. Set penghisap sekresi lengkap dan siap pakai
d. EKG record
e. EKG monitor bila memungkinkan
f. DC shock lengkap
g. sebuah papan tempat tidur
2. Pasien:
a. Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
33
dilakukan
b. Posisi pasien diatur telentang datar
c. Baju bagian atas pasien dibuka
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
PROSEDUR B. Kriteria Pelaksanaan
1. Memberitahu kapada keluarga tentang tindakkan yang akan
dilakukan
2. Mencuci tangan
3. Mengecek henti jantung dengan cara :
a. Melihat pergerakkan dada dan perut
b. Mendengar suara keluar / masuk udara dari hidung
c. Merasakan adanya udara dari mulut / hidung dengan pipi
atau punggung
tangan
4. Menilai deyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis
5. Mengecek kesadaran pasien dengan cara:
a. Memanggil nama
b. Menanyakan keadaannya
c. Menggoyangakan bahu pasien
6. Membebaskan jalan nafas dengan cara:
a. Membersihkan sumbatan jalan nafas dengan cara
menghisap sekresi
b. Tripel manuver
- Eksiensi kepala
- Mengangkat rahang bawah
- Mempertahankan posisi rahang bawah
7. Melakukan pernafasan buatan (bagging 12-20 kali permenit)
bila denyut jantung teraba
8. Meng RJP ABC kombinasi bila denyut jantung tidak teraba
dengan cara :
a. Pernafasan buatan (bagging) 2 kali
b. Cek arteri karotis (-) bagging 1 kali
c. Komperi jantung luar bergantian dengan bagging,
perbandingan 30 : 2
untuk 1 atau 2 orang penolong
9. Mencuci tangan
34
KASUS KERACUNAN MASSAL
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Adalah Kondisi dimana seseorang atau banyak orang terkena dampak
negative setelah memakan sesuatu.
TUJUAN 1. Agar penanganan keracunan massal lebih optimal dan mempunyai
pedoman.
2. Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas penderita keracunan
massal.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Apabila ada informasi keracunan massal di dalam Rumah Sakit yang
diperoleh Petugas Informasi atau Petugas UGD, maka informasi
segera diteruskan kepada Ka UGD atau kalau di luar jam dinas
dilaporkan kepada Dokter Jaga yang diteruskan kepada Ka Rumkit
Bhayangkara Selapa Polri / Ka Pelayanan Medis dan segera
melakukan koordinasi dengan Tim Penanggulangan Bencana.
2. Informasi yang diperoleh segera diuji kebenarannya oleh Ka UGD /
Dokter Jaga dengan dibantu oleh Ka Ruangan.
3. Ka Ruangan / Perawat Jaga mengerahkan anggotanya untuk
mengambil brankar ruangan untuk digunakan di lokasi dengan
berkoordinasi dengan Satpam dan Supir Ambulans untuk
pengaturan lalu lintas kendaraan dan transportasi.
4. Ka Seksi Perawatan mengatur lokasi penampungan dan merekrut
tenaga (diatur di dalam protap tersendiri).
5. Ka UGD merekrut tenaga medis dan Dokter Konsulen dan
35
melaporkan tingkat kontingensi (sesuai disaster plan).
6. Triase dilakukan oleh Dokter Jaga.
7. Petugas Medis dan Paramedis segera melakukan pertolongan
dengan memberi prioritas sesuai tingkat kegawatan dan
kedaruratannya.
8. Kenali penyebab keracunan, kalau perlu diambil sampelnya untuk
diperiksa di laboratorium.
9. Obat - obatan, antidotum, infus, alat - alat yang dibutuhkan segera
disiapkan / diambil langsung dari gudang logistik.
10. Ka UGD berkoordinasi dengan petugas penunjang medis,
logistik, gudang farmasi, administrasi dan humas untuk kelancaran
dalam penanggulangan bencana.
11. Lakukan evaluasi, jumlah korban meninggal, sarana / obat yang
dibutuhkan dan yang telah digunakan dan lain - lain.
UNIT TERKAIT Seluruh Petugas Tim Penanggulangan Bencana dan Petugas Medis
Maupun Non-Medis.
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
HAL HAL 1. Semua kasus yang datang ke UGD diberlakukan seperti kasus
YANG HARUS emergensi dan dilakukan pencatatan, pendokumentasian secara
DIPERHATIKAN lengkap dan terperinci.
2. Pendokumentasian diperlukan bila sewaktu - waktu dilakukan klaim.
UNIT TERKAIT Perawat UGD, Dokter jaga, Perwira/Bintara Piket, Perekam Medis
PENDAMPING PASIEN
KE RUANG RAWAT INAP
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Adalah Petugas yang mendampingi penderita yang tidak gawat dan
tidak darurat serta penderita tidak gawat tidak darurat yang
dipindahkan ke Bangsal Rawat Inap.
TUJUAN 1. Memindahkan pasien tidak gawat tetapi darurat dan tidak gawat
tidak darurat dengan aman ke Ruang Rawat Inap.
37
2. Pasien sampai di Ruang Rawat Inap dengan selamat.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Dokter UGD memberikan penjelasan mengenai diagnosis dan
rencana terapi definitif.
UNIT TERKAIT Petugas Non-Medik, Perawat UGD, Dokter UGD, Perawat / Petugas
Rawat Inap, Petugas Rekam Medik
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Adalah Pada pasien henti nafas dan henti jantung yang bukan karena
38
keadaan penyakit terminal kronis atau kematian alamiah harus
dilakukan Basic Life Support untuk mengembalikan fungsi paru,
jantung dan otak.
Dengan tahap-tahapan Basic Life Support :
1. Air Way Control (bebaskan jalan nafas).
2. Breathing Support (bantuan nafas).
3. Circulation Support (tindakan mengembalikan fungsi jantung).
TUJUAN Meningkatkan kualitas pelayanan gawat dengan:
1. Mencegah kematian oleh karena henti jantung atau henti nafas.
2. Membantu mengembalikan oksigenasi pada jaringan khususnya
oksigen ke organ vital.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
INTUBASI ENDOTRAKEAL
Ditetapkan,
40
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
41
INTUBASI ENDOTRAKEAL
42
EVALUASI PASIEN AKUT DAN TIDAK AKUT
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Adalah Evaluasi terhadap pasien akut dan tidak akut yang datang ke
UGD
TUJUAN 1. Terselenggaranya evaluasi pelayanan pasien akut dan tidak akut
di Instalasi Gawat Darurat.
2. Terjaminnya kualitas pelayanan UGD agar mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Kepala UGD dibantu oleh Kaur Min UGD dan Perawat UGD mendata
penderita di UGD dengan mengelompokkan dalam pasien akut dan
tidak akut.
2. Setiap satu bulan sekali Kepada UGD melaporkan jumlah pasien
akut dan tidak akut dan membuat evaluasi.
3. Hasil evaluasi dilaporkan ke Ka Rumkit melalui Kadep LMP.
4. Ka Rumkit memberi instruksi tindak lanjut dari hasil evaluasi
tersebut.
5. Petugas yang ditunjuk melaksanakan tindak lanjut tersebut.
43
PROSES PENANGANAN BEDAH CITO
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Adalah Bedah cito adalah suatu proses penanganan pasien yang
memerlukan penanganan pembedahan segera sesuai dengan prosedur
dan standar yang berlaku di RS. Bhayangkara Selapa POLRI.
TUJUAN 1. Mengoptimalkan pelayanan terhadap pasien gawat darurat yang
memerlukan pembedahan segera.
2. Sebagai acuan bagi Dokter dan Perawat Jaga UGD dalam
mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan untuk
melakukan suatu prosedur penanganan pasien yang memerlukan
bedah cito dengan cepat dan benar.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Mempersiapkan kelengkapan yang dibutuhkan:
1.1. Status / dokumen medik
1.2. Surat Izin Operasi
1.3. Pemeriksaan Laboratorium
1.4. Foto Toraks (bila perlu)
1.5. EKG (untuk usia di atas 40 tahun)
1.6. IV line
1.7. Kateter Urine (bila perlu)
1.8. NGT (bila perlu)
44
1.9. Pisau Cukur
1.10. Persiapan darah (bila perlu)
2. Pasien kasus bedah datang ke UGD dan setelah dilakukan
pemeriksaan oleh Dokter Jaga UGD maka akan dikonsultasikan
kepada Konsulen Bedah dan bila memerlukan tindakan bedah cito,
maka dokter yang telah memeriksa harus menjelaskan kepada
pasien dan keluarga pasien (bila dapat berkomunikasi) bahwa akan
dilakukan bedah cito (segera).
3. Setelah pasien dan keluarga pasien setuju, perawat memberikan
formulir persetujuan operasi yang sudah diisi terlebih dahulu oleh
dokter kepada keluarga pasien untuk diisi dan ditanda-tangani.
PETUGAS 1. Dokter
PELAKSANA 2. Perawat UGD
UNIT TERKAIT 1. UGD
2. Laboratorium
3. Radiologi
4. Dokter Konsulen
45
PENANGANAN KASUS BEDAH PADA PASIEN
KECELAKAAN
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
47
usus Cek laboratorium, darah rutin + Hb, pasang kateter
urin (untuk memantau terjadi perdarahan intra-abdominal)
11.3 Siapkan transfuse darah bila ada perdarahan massif (hebat)
12. Konsul segera Dokter Bedah
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Adalah Code Blue adalah prosedur tindakan bagi semua karyawan RS.
Bhayangkara Selapa Polri pada kondisi gawat darurat/emergensi secara
jelas dan praktis.
TUJUAN 1. Mampu mengetahui prosedur sesuai dnegan urutan tindakan
apabila terjadi kondisi gawat darurat/emergensi.
2. Mampu menjalankan tugas-tugasnya apabila terjadi kondisi gawat
48
darurat/emergensi
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Persiapan :
1.1 Emergensi troli yang siap pakai
1.2 Peralatan life saving
1.3 Defibrilator dan suction
2. Pelaksanaan :
2.1. Apabila ada karyawan di RS. Bhayangkara Selapa Polri yang
menemukan pasien dalam kondisi emergensi maka akan segera
member kode panggilan emergensi/gawat darurat.
2.2. Dokter/perawat yang pertama kali melihat harus melakukan :
2.2.1. Menilai kesadaran dan kondisi pasien
2.2.2. Melakukan pembebasan jalan nafas dengan Head Tilt &
Chin Lift
2.2.3. Memberikan ruangan yang cukup luas disekitar pasien.
2.2.4. Apabila pasien ditemukan dalam keadaan Cardiac
Arrest/henti jantung (tidak ada nafas dan tidak teraba
nadi di leher) maka petugas harus melakukan CPR/RJP
dengan perbandingan 30 kompresi dan dua kali bantuan
pernafasan sampai dengan adanya petugas UGD datang
2.2.5. Perawat ke-2 meminta bantuan untuk :
2.2.5.1. Mengambil troli emergensi
2.2.5.2. Pada pasien
2.2.5.3. Memberikan bantuan nafas buatan dengan
menggunakan Pocket Masker/Bag Valve Mask
(Ambu Bag).
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
49
PEMBINA NIP. 1973041720022122003
PENGERTIAN Adalah Sebelum melakukan tindakan medis maka seluruh petugas UGD
melakukan cuci tangan secara baik dan benar
TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Cuci tangan dengan air mengalir menggunakan anti - septik,
keringkan dan sempurnakan dengan membasuh memakai cairan
alkohol 70% atau sejenisnya.
2. Perhatikan hal - hal sebagai berikut :
2.1. Kuku jari tangan harus pendek.
2.2. Tanggalkan semua perhiasan yang ada di lengan.
2.3. Gulung kedua lengan baju 7 - 10 cm di atas siku.
2.4. Topi dan masker harus terpasang secara baik dan benar (bila
diperlukan).
2.5. Periksa cairan anti - septik.
2.6. Periksa kesiapan sikat cuci tangan.
2.7. Hindari terjadinya kontaminasi saat cuci tangan dilaksanakan
maupun setelah selesai dilaksanakan.
3. Hidupkan keran, sesuaikan aliran keran dengan kebutuhan.
4. Basahi kedua lengan teteskan cairan antiseptik 2 ml kemuadian
gosokkan pada kedua lengan tanpa menggunakan sikat, bilas
dengan air yang mengalir unruk menghilangkan debu dan lemak.
5. Perhatikan pada saat membilas jari - jari tangan harus lebih tinggi
dari siku.
6. Ambil sikat steril yang telah disiapkan, bersihkan dahulu dari sisa -
sisa desinfektan perendam dengan air yang mengalir.
7. Teteskan cairan anti-septik 2-3 ml pada telapak tangan atau dapat
diteteskan pada permukaan sikat.
8. Teknik penggosokan :
8.1. Lengan kanan
Sikat mulai dari kuku - kuku jari - jari tangan, telapak tangan,
lengan bagian luar, lengan bagian dalam hingga atas siku
masing - masing 10 hitungan (jumlah keseluruhan 100
hitungan) untuk satu lengan.
8.2. Lengan kiri
Sikat lengan kiri dengan teknik penyikatan yang sama dengan
lengan kanan.
8.3. Bilas kedua lengan dengan air yang mengalir beserta sikatnya,
perhatikan posisi jari - jari tangan tetap lebih tinggi dari siku.
50
PROSEDUR 8.4. Ulangi teknik penggosokan pada kedua lengan ini dua kali lagi
dengan teknik yang sama.
8.5. Kembalikan sikat cuci tangan ke tempat yang telah disiapkan.
8.6. Teteskan kembali cairan anti - septik 2 - 3 ml di telapak
tangan, gosok tanpa menggunkan sikat hingga di bawah siku
tanpa dibilas lagi.
8.7. Apabila teknik cuci tangan dilaksanakan secara baik dan
benar, maka akan memakan waktu antara 5-10 menit.
51
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
/I/2016/RSBS
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
52
UNIT TERKAIT 1. Layanan Medik dan Perawatan
2. Instalasi Rawat Inap (Irna)
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
53
INDIKATOR MUTU KLINIK UGD EMERGENCY LOSS
OPERATION RATE
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
PROSEDUR 10.ELOR dievaluasi setiap 4 bulan sekali.
11. Kepala UGD melaporkan hasil evaluasi kepada Kasiyanmedwat.
12.Kasiyanmedwat menyampaikan tanggapan dan perbaikan.
UNIT TERKAIT 1. SMF
2. Keperawatan
3. Seluruh Dokter
4. Instalasi Gawat Darurat
5. Instalasi Rekam Medik
6. Instalasi Farmasi
7. Instalasi Laboratorium
8. Instalasi Radiologi
55
PERGANTIAN PETUGAS RADIOLOGI
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Adalah Serah terima tugas mengenai Pelayanan Radiologi di UGD antar
Petugas Radiologi pada saat selesai tugas pada jam/shift berikutnya
TUJUAN Tercapainya penatalaksanaan Pelayanan Radiologi terhadap pasien
secara berkesinambungan, berdaya-guna dan berhasil-guna.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Petugas Radiologi Pertama menyerahkan tanggung jawab kepada
Petugas Radiologi Berikutnya.
2. Serah terima dilakukan secara lisan pada setiap pergantian shift
jaga.
3. Petugas Radiologi Berikutnya datang 15 menit sebelumnya, apabila
dalam jangka waktu 30 menit setelah jam pergantian jam shift
Pengganti belum datang maka Petugas Radiologi Pertama tidak
boleh meninggalkan tempat dan diminta menghubungi Kepala
Instalasi Radiologi.
56
UNIT TERKAIT UGD
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
57
apabila dalam jangka waktu 30 menit setelah jam pergantian jam
shift Pengganti belum datang maka Petugas Laboratorium Pertama
tidak diperkenankan meninggalkan tempat dan diminta
menghubungi Kepala Instalasi Laboratorium.
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 3
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
A.3Kriteria Berat
A.3.1 Tidak melakukan pedoman 5 benar dalam pemberian
obat (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar
rule/dosis)
A.3.2 Pasien jatuh tanpa dipasang pagar bed
A.3.3 Salah memberikan transfuse (salah pasien, jenis darah,
dan lain-lain)
A.3.4 Salah mencantumkan label nama pasien
A.3.5 Sengaja memberikan obat tanpa diencerkan sesuai
dengan aturannya
A.3.7 Salah menentukan lokasi pemasangan infuse yang
berakibat merugikan pasien, misalnya timbul bullae, kulit
terbakar dan lain-lain
A.3.7 Memasukan alat invasive dokter yang mengakibatkan
kegawatan pasien
A.3.8 Tidak melakukan instruksi dokter yang mengakibatkan
kegawatan pasien
A.3.9 Membuka kerahasiaan dokumen pasien untuk
kepentingan pribadi dan tanpa seizing dokter yang
merawat
A.3.10 Tidak melaporkan keadaan pasien yang berpotensi
menjadi buruk, misalnya hiponatremia, hipokalemia,
asidosis respiratorik, dan lain-lain
A.3.11 Tidak melaporkan kerusakan/kehilangan alat-alat
medis khusus yang mahal
A.3.12 Memberikan cairan infuse yang tidak sesuai
dengan skema dan jenis cairannya
A.3.13 Melakukan absensi orang lain
A.3.14 Tidak melaporkan kejadian luar biasa, misalnya
sumber api
60
KRITERIA PELANGGARAN DAN PENANGANAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATAN
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 3 dari 3
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
HAL HAL 1. Untuk surat peringatan tertulis I-III berlakunya adalah 6 bulan
YANG HARUS 2. Surat Peringatan I-III ditandatangani oleh perawat yang
DIPERHATIKAN
bersangkutan, Kasubsiwat
3. Bila dalam waktu masa berlaku surat peringatan perawat yang
bersangkutan melakukan pelanggaran lainnya, maka surat
peringatan berubah satu tingkat diatasnya. Masa berlaku surat
peringatan terhitung dari surat peringatan terakhir
4. Surat Peringatan I-III yang sudah ditandatangani diserahkan ke
Humsar dan bila perlu dilaporkan ke Pimpinan Rumah Sakit.
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
64
2. Pengambilan sampel specimen dilakukan oleh petugas laboratorium
sesuai dengan pemeriksaan yang dibutuhkan.
3. Formulir laboratorium diantar oleh keluarga pasien ke laboratorium.
4. Khusus pasien emergensi,pengambilan specimen dilakukan petugas
laboratorium di UGD.
5. Apabila hasil laboratorium sudah selesai diproses dan telah di setujui
oleh penanggung-jawab laboratorium, maka hasil dapat dicetak dan
diambil oleh keluarga pasien untuk diserahkan ke dokter pemeriksa.
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
65
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Dokter melakukan permintaan pemeriksaan radiologi yang
dibutuhkan dengan mengisi formulir lradiologi yang sudah tersedia
2. Pengambilan foto radiologi dilakukan oleh piata rontgen di ruang
radiologi
3. Foto Rontgen yang telah selesai diproses dapat dipinjam sementara
oleh dokter yang meminta pemeriksaan untuk mengetahui hasil foto
rontgen yang dimintanya
4. Hasil expertise akan dikeluarkan oleh dokter spesialis radiologi pada
jam kerja
5. Untuk hal-hal yang emergensi, foto rontgen dapat dilakukan
pembacaan langsung oleh dokter radiologi yang on call atau
meminta kedatangannya ke rumah sakit segera.
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Adalah Evaluasi terhadap data demografis penderita UGD serta derajat
kepuasan penderita dan atau keluarganya terhadap pelayanan di UGD
66
TUJUAN 1. Untuk mengevaluasi fungsi UGD RS Bhayangkara Selapa Polri.
2. Untuk memperbaiki fungsi pelayanan UGD agar sesuai kebutuhan
masyarakat.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Analisis Data 10 Besar Morbiditas
1.1. Kepala UGD dibantu Kaur Min UGD mengumpulkan data
morbiditas kunjungan di UGD dan di analisis tiap 1 (satu) tahun.
1.2. Melaporkan hasil analisis ke Ka Rumkit untuk ditindak - lanjuti
oleh Direksi.
2. Analisis Kepuasan Pelanggan
2.1. Kepala UGD membuat quesioner yang isinya berhubungan
dengan kepuasan pasien di UGD setiap bulan.
2.2. Quesioner dibagikan oleh Petugas UGD kepada pasien yang
datang di UGD.
2.3. Hasil quesioner di data dan dievaluasi.
2.4. Hasil evaluasi dilaporkan ke Ka Rumkit untuk ditindak - lanjuti.
RAHASIA MEDIS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
67
dr. RINI AFRIANTI, MKK
PEMBINA NIP. 1973041720022122003
PENGERTIAN Adalah rahasia tentang status kesehatan pasien yang merupakan hak
bagi pasien untuk tidak diketahui oleh otang lain
TUJUAN 1. Untuk menjamin kerahasiaan pasien.
2. Mewujudkan keamanan pasien dan kenyamanan pasien.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PELAKSANAAN 1. Dokter tidak boleh membocorkan rahasia yang dipercayakan itu
kepada siapa pun juga, term as uk teman sejawat.
2. Tenaga kesehatan lainnya yang terlibat dalam pemberian pelayanan
kesehatan dan administrasi juga wajib menyimpan rahasia ini.
3. Kewajiban menyimpan rahasia ini mempunyai pengecualian yaitu
apabila tercantum :
3.1. Dalam peraturan undang-undang ( dengan permintaan dan
keterangan tertulis yang ditanda-tangani oleh Ka Rumkit
Bhayangkara Selapa Polri)
3.2. Atas izin tertulis pasien itu sendiri.
3.3. Konflik kewajiban atau dengan kepentingan umum.
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
68
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit POLRI
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Petugas yang mendampingi penderita yang tidak gawat dan tidak
darurat serta penderita tidak gawat tidak darurat yang dipindahkan ke
bangsal rawat inap
TUJUAN 1. Memindahkan pasien tidak gawat tetapi darurat dan tidak gawat
tidak darurat dengan aman ke Ruang Rawat Inap.
2. Pasien sampai di Ruang Rawat map dengan selamat.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Dokter UGD memberikan penjelasan mengenai diagnosis dan
rencana terapi definitif.
2. Dokter Jaga menentukan status kegawatan penderita serta
menentukan pendamping yang adalah perawat atau injector.
3. Perawat UGD memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga
pasien untuk mengurus administrasi rawat inap ke Bagian
Pendaftaran / Admission Office.
4. Perawat UGD menulis status lengkap di Buku Ekspedisi.
5. Petugas Pendamping mengantar pasien tidak gawat tidak darurat ke
Ruang Rawat Inap yang dipilih keluarga pasien.
6. Petugas Pendamping melaksanakan serah terima pasien dan
administrasi ke Petugas Ruang Rawat Inap, dengan membubuhkan
tanda tangan di Buku Ekspedisi oleh Petugas UGD dan Petugas
Ruang Rawat Inap.
69
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI
SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
70
RAPAT BERKALA
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Pelayanan bidang gawat darurat adalah sal ah satu bidang pelayanan
di RS Bhayangkara Selapa Polri yang menangani pelayanan medis dan
keperawatan pasien gawat darurat. Dalam rangka menjamin
pelaksanaan secara maksimal perlu diadakan koordinasi melalui
pertemuan berkala bidang medis dan keperawatan, yang meliputi
Dokter Jaga UGD, Penanggung Jawab Keperawatan UGD, Kepala
Pelaksana dan Perawat Pelaksana termasuk instruktur klinik yang
dilaksanakan secara berkala dan insidental bila dipandang perlu.
TUJUAN 1. Penyampaian informasi
2. Mendapatkan umpan balik
3. Evaluasi
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Pertemuan berkala mencakup:
1.1. Pertemuan berkala di dalam lingkungan UGD.
1.2. Pertemuan berkala diatur sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya
2. Pertemuan berkala dilakukan secara teratur minimal setiap bulan,
ditambah pertemauan-pertemuan lain secara incidental sesuai
dengan kebutuhan
3. Setiap pertemuan supaya dibuat daftar hadir dan laporan yang
berkesinambungan dengan rapat-rapat sebelumnya
4. Semua pihak yang terkait berkewajiban melaksanakan,
mengevaluasi dan menindak-lanjuti hasil pertemuan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
71
PERTEMUAN STAF
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Pertemuan staf adalah pertemuan koordinasi internal, formal dan telah
ditetapkan waktunya secara tetap
TUJUAN 1. Untuk meningkatkan koordinasi antar - staf UGD.
2. Meningkatkan mutu pelayanan pasien gawat darurat.
3. Untuk mengevaluasi pelayanan instalasi gawat darurat.
4. Untuk meningkatkan pengetahuan para staf.
5. Untuk mendapatkan pengarahan langsung dari Manager Rumah
Sakit.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Kepala Ruangan beserta Kepala Instalasi Gawat Darurat membuat
jadual pertemuan.
2. Pertemuan dengan staf UGD dilaksanakan setiap Kamis minggu
pertama.
3. Rapat koordinasi dengan Wadir Pelayanan dilaksanakan setiap
enam bulan sekali.
4. Semua staf harus hadir dan mengisi daftar dan bila berhalangan
harap lapor kepada Kepala UGD.
5. Pada waktu pertemuan, staf yang ditunjuk mencatat jalannya rapat
ke dalam buku notulen
6. Di akhir rapat Kepala UGD menyimpulkan hasil rapat dan
ditandatangani notulen rapat
7. Kepala UGD dapat mengadakan pertemuan/rapat sewaktu-waktu
diperlukan
72
3. Instalasi Penunjang UGD
3.1. Instalasi Radiologi
3.2. Instalasi Laboratorium
3.3. Instalasi Rekam Medis
3.4. Petugas Keamanan
3.5. Pengemudi
3.6. Instalasi Farmasi
ORIENTASI
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
73
2.2. Setelah menjalani orientasi secara umum petugas yang
bersangkutan perlu mengetahui tugas - tugas yang sangat
berkaitan dengan Petugas UGD.
2.3. Petugas mendapat materi yang diberikan oleh Kepala UGD atau
Kaur Min UGD yang sesuai dengan Program Orientasi
2.4. Selesai mengikuti orientasi di UGD petugas dikembalikan kepada
instalasi yang mengirim
3. Materi
3.1. Hari I
Struktur organisasi, falsafah, misi, motto UGD
3.2. Hari II
Pengenalan kebijakan pelayanan UGD, alur pasien dan
administrasi UGD
3.3. Hari III
Pengenalan fasilitas alat-alat medis dan non medis UGD dengan
cara
pengoperasiannya
ORIENTASI
74
KRITERIA KEGAWAT-DARURATAN MEDIK
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
PROSEDUR 16. Perdarahan per vagina intra graviditas, post partum, pre-
eklamsi berat / eklamsi, gawat janin.
17. Akut abdomen bedah (apendisitis akut, perforasi, peritonitis,
hernia irreponibilis inkarserata, retensi urin, dan lain-lain).
18. Luka bakar baik derajat ringan, sedang sampai berat.
19. Kegawat-daruratan psikiatri yang perlu mendapatkan
penanganan emergensi.
Bila ada pasien yang dating dalam keadaan tidak gawat dan tidak
darurat sebagaimana yang tidak tercantum dalam kegiatan kegawat-
daruratan medik ke UGD RS Bhayangkara Selapa Polri, maka
pelayanan yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Bila pasien dating pada saat jam kerja dimana Poli Klinik umum
dan spesialis buka maka pasien tersebut diarahkan ke fasilitas
pelayanan tersebut
2. Bila pasien dating di luar jam praktik Poli Klinik, maka pasien
76
dapat berobat ke UGD
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
77
TUJUAN Sebagai acuan bagi Dokter Jaga UGD dalam pembuatan Visum et
Repertum.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Korban datang ke UGD dengan diantar oleh polisi / penyidik dengan
disertai surat permintaan visum et repertum dari penyidik.
2. Pasien didaftarkan ke admission office untuk diregistrasi dan
mengambil blanko visum.
3. Pada pasien yang akan dimintakan visum et repertum atau diduga
akan dimintakan visum et repertum hendaknya hasil pemeriksaan
dicatat dengan lengkap seperti: daerah luka, ukuran dan bentuk
luka digambar pada blanko perlukaan yang telah disediakan serta
dinarasikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimenegerti
(bukan menggunakan bahasa kedokteran). menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti (bukan menggunakan bahasa" kedokteran).
4. Pada kasus-kasus pencederaan anak atau kejahatan seksual yang
tidak mengancam nyawa pemeriksaan akan dilakukan di Ruang
Pelayanan Terpadu.
5. Pada kasus pencederaan anak dan kekerasan pada perempuan bila
penyidik menghendaki segera dikeluarkan karena akan digunakan
sebagai dasar penahanan tersangka, pihak UGD RS Bhayangkara
Selapa Polri dapat mengeluarkan keterangan medis sementara
dengan persetujuan pasien.
6. Pada pasien-pasien yang datang ke UGD dalam keadaan
meninggal / DOA, untuk pengurusan sertifikat kematian atau bila
memerlukan pemeriksaan jenazah lebih lanjut / otopsi dapat
langsung dibawa ke bagian forensik RS Bhayangkara RS.Sukanto
atau RS terdekat sesuai permintaan keluarga.
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
dr. RINI AFRIANTI, MKK
PEMBINA NIP. 1973041720022122003
78
PENGERTIAN Pasien tidak dikenal adalah pasien yang datang ke UGD tanpa identitas
diri dan pasien tidak dapat menyebutkan nama dan alamatnya.
TUJUAN 1. Staf mampu memberikan tindakan pertolongan yang adekwat pada
pasien yang tidak dikenal.
2. Staf mampu mengidentifikasi pasien yang tidak dikenal.
3. Pasien dapat tertolong dari penyakitnya.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, yaitu:
1.1. Formulir Triage.
1.2. Surat Keterangan Terlampir dari polisi yang mengantar bila
tidak mungkin surat keterangan dapat dibuat oleh Ka Urmintu /
menghubungi bagian tagihan RS Bhayangkara Selapa Polri.
1.3. Bila pasien ternyata diduga korban tindak criminal maka
Perawat UGD dapat menghubungi Pa / Ba piket untuk
menghubungi kepolisian setempat.
2. Kaji kondisi pasien
3. Berikan tindakan sesuai dengan kondisi pasien
4. Kerja sama dengan perwira/bintara piket untuk mengidentifikasi
identitas pengantar pasien tidak dikenal
5. Bila pasien sadar coba tanyakan dan minta kartu identitas serta
nomor telepon keluarga yang dapat dihubungi.
6. Bila pasien tidak sadar, bekerja sama dengan Perwira Piket atau
Bintara Piket untuk mencari identitas pada diri pasien. Bila tidak ada
tanyakan kepada Pengantar Pasien dan barang-barang milik pasien
segera diserah-terimakan secara tertulis dari Pengantar Pasien
untuk diamankan sementara sampai dengan pasien sadar atau
Keluarga Pasien yang sebenarnya datang.
7. Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan dan
perkembangan pasien ke dalam catatan perawat.
PELAKSANA 1. Dokter jaga UGD
2. Perawat UGD
3. Rekam Medik
4. Perwira Piket/Bintara Piket
UNIT TERKAIT 1. Layanan Medik dan Perawatan
2. Instalasi Rawat Inap (Irna)
3. Humsar
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
79
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL 04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Surat keterangan sakit adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh
dokter jaga UGD kepada pasien UGD yang berobat jalan dan masih
memerlukan istirahat dirumah.
TUJUAN Sebagai acuan untuk dokter jaga UGD dalam pembuatan surat
keterangan istirahat karena sakit kepada pasien UGD yang tidak
memerlukan rawat inap akan tetapi masih memerlukan istirahat di
rumah.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Pasien rawat jalan di UGD yang memerlukan istirahat karena
penyakitnya akan diberikan surat keterangan cuti sakit dengan
jumlah hari disesuaikan dengan kondisi pasien dan etika kedokteran
(maksimal 3 (tiga) hari) dengan menggunakan formulir yang telah
disediakan dan telah dibubuhi tanda tangan dokter dan cap RS.
Bhayangkara Selapa Polri.
2. Apabila pasien memerlukan perpanjangan cuti sakit maka pasien
harus kembali ke Poli Klinik Rawat Jalan untuk menjalani
pemeriksaan lebih lanjut yang akan digunakan sebagai dasar
pertimbangan pemberian perpanjangan cuti sakit.
3. Surat keterangan cuti sakit dianggap berlaku bila telah
ditandatangani oleh dokter jaga UGD dan dibubuhi stempel staf RS.
Bhayangkara Selapa Polri.
80
PENGGUNAAN INFORMED CONSENT DI UGD
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
81
TATA CARA MENGANTAR PASIEN
DI RS BHAYANGKARA SELAPA POLRI
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
83
3. Batasan tindakan medis dalam penanganan pasien UGD adalah
tindakan definitive tergantung kasusnya.
4. Administrasi keuangan diselesaikan sesuai prosedur.
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
85
2. Apabila pada saat Perawat Pendamping bertugas, terjadi
kekurangan tenaga di UGD maka Dokter Jaga menghubungi Perawat
Piket.
3. Perawat Piket meminta bantuan Petugas / Perawat Instalasi Rawat
Inap.
4. Perawat Pendamping harus membuat laporan pasien selama
mendampingi pasien sampai tempat tujuan di Buku Laporan yang
sudah disediakan.
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA POLRI
PENGERTIAN Pasien rujukan adalah pasien UGD karena alasan tertentu tidak dapat
dirawat di RS Bhayangkara Selapa Polri dan harus dirujuk ke rumah
sakit lain.
TUJUAN Agar pasien mendapatkan perawatan lebih lanjut.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PELAKSANA 1. Dokter
86
2. Perawat
3. Ambulans
PROSEDUR 1. Setiap pasien yang akan dirujuk ke rumah sakit lain harus disertai
surat rujukan yang berisikan keadaan pasien, hasil pemeriksaan
diagnostik yang telah dilakukan, diagnosis pasien dan pengobatan
atau tindakan medik yang telah dilakukan.
2. Sebelum pasien dirujuk, pihak rumah sakit harus menghubungi
rumah sakit tujuan terlebih dahulu dengan cara telepon atau lewat
radio komunikasi untuk menanyakan tempat yang sesuai dengan
kondisi pasien. Bila tidak mungkin keluarga pasien membawa surat
rujukan ke rumah sakit yang dituju untuk mem-booking ruang
perawatan.
3. Setelah mendapatkan tempat di rumah sakit lain petugas UGD
menghubungi Ambulans jaga UGD
4. Apabila pasien menolak untuk dirujuk dengan menggunakan
ambulans, pasien / keluarga pasien harus membuat Surat
Pernyataan Penolakan dan alat-alat medis yang terpasang akan
dilepas.
5. Pasien yang akan dilakukan rujukan harus memenuhi ketentuan :
5.1. Harus dalam keadaan stabil pernafasan dan kardiovaskuler.
5.2. Bila terdapat luka robek sudah dalam keadaan tertutup dan
perdarahan sudah dihentikan.
5.3. Bila terdapat patah tulang diberikan fiksasi terlebih dahulu.
6. Setiap Pasien Gawat Darurat yang dirujuk terutama pasien gawat
harus didampingi tenaga perawat dan bila diperlukan tenaga
dokter.
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
87
PENGERTIAN Suatu indikator yang ingin dicapai dalam menilai keberhasilan pelaksanaan pelayanan
kepada pasien . respon time UGD < 5 menit.
TUJUAN 1. Tercapainya kegiatan pelayanan untuk mencapai keselamatn pasien
2. Memantau pelaksanaan proses pengumpulan data tentang respon time UGD
3. Mengevaluasi keberhasilan penggunaan cheklist respon time dokter UGD.
4. Meningkatkan mutu pelayanan berdasarkan keberhasilan respon time ( tercapai < 5
menit.
KEBIJAKAN 1. Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007 tentang
Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
2. Pembuatan Sasaran Mutu Respon time dokter IGD triase warna merah < 5 menit
meliputi prinsip SMART (spesifik, measurable, achievable, relevant, time-bond).
3. Pimpinan RS memberikan prioritas pemilihan sasaran mutu pada proses-proses
utama yang kritikal, resiko tinggi, biaya tinggi, cenderung bermasalah yang
langsung terkait dengan mutu dan keselamatan pasien .
PROSEDUR 1. Setiap pasien yang masuk ke UGD wajib dilakukan pelayanan < 5 menit ( kontak
awal ).
2. Setiap melakukan kontak pertama dengan pasien dilakukan penandaan pada berkas
RM dengan menggunakan cap respon time.
3. Cap respon time wajib diisi oleh tenaga kesehatan yang ada di ugd pada setiap pasien
yang yang datang di UGD sebelum dilakukannya pemeriksaan dokter.
4. Petugas triase melakukan pencatatan nama pasien dan jam kedatangan pasien.
5. jam saat pasien sedang diperikasa oleh dokter UGD di form ceklist.
6. Petugas menggolongkan waktu yang di dapat, apakah kurang dari 5 menit atau
lebih dari 5 menit.
7. Pencatatan ceklist yang dilakukan setiap hari dan setiap shift.
8. Setiap form ceklist yang ada dilakukan evaluasi ulang akan kelengkapan dalam
pengisiannya dengan menggunakan checklist oleh penanggung jawab UGD.
9. Data rekapan checklist dan varian yang didapat dilakukan analisis sesuai hasil
capaian berdasarkan target yang telah di tetapkan direksi oleh komite mutu.
10. Hasil perhitungan formularium dan varian yang ada dilakukan evaluasi setiap 3 bulan
oleh penanggung jawab UGD yang nantinya dilakukan pelaporan ke komite mutu.
11. Formulasi perhitungan sasaran mutu respon time 5 menit adalah :
10. Frekuensi Pelaporan dan analisa dilakukan setiap 1 bulan ke komite mutu pada
tanggal 5 di bulan berikutnya.
11. Hasil dari perhitungan sasaran mutu tersebut akan di laporkan kepada Karumkit oleh
Tim Komite Mutu dan di kembalikan lagi kepada unit UGD sebagai feed back
88
RESPON TIME PASIEN DI UGD
89
SOP PASIEN YANG AKAN DIRUJUK
KE RUMAH SAKIT LAIN
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA POLRI
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PELAKSANA 1. Dokter
2. Perawat
PROSEDUR 8.
90
PROSEDUR PENGGUNAAN DEFIBRILATOR
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
PENGERTIAN Memberikan tindakan arus listrik searah pada otot jantung melalui dinding dada dengan
menggunakan defibrillator.
TUJUAN Untuk menentukan adanya fibrilasi ventrikel dengan cara memberikan arus listrik
melewati dinding dada pasien. Fibrilasi yang dilakukan dengan segera telah
memperlihatkan peningkatan yang berarti meyerupai tindakan resusitasi yang berhasil.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PELAKSANA 1. Dokter
2. Perawat
PROSEDUR 1. Kaji pasien untuk memastikan bahwa denyut nadi pasien benar-benar lemah.
4. Tekan tombol power in, dan yakinkan bahwa indikator cahayanya on. Hampir
sebagian besar unit mempunyai sirkuit sinkronisasi yang harus dalam keadaan off
atau tidak terpasang untuk menangani fibrilasi ventrikel.
5. Olesi seluruh permukaan fibrilator dengan pasta elektrode, tipis dan merata.
6. Tentukan tingkat energi yang tepat pada mesin. Energi yang digunakan pada
upaya defibrilasi pertama harus pada 200-300 joule.
7. Atur Energi :
a. Defibrilasi :
- Tekan tombol manual
- Atur Energi dengan tekan tombol pada alat atau tombol pada
paddle.
b. Kardioversi :
- Tekan tombol sync
- Atur energy dengan tekan tombol pada alat atau tombol pada
91
paddle
92