Anda di halaman 1dari 92

ALUR KEGAWAT DARURATAN

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Proses penerimaan pasien UGD sampai dengna pasien keluar dari UGD
TUJUAN Sebagai tatalaksana dalam penerimaan pasien baru
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR Terima Pasien

Identitas lengkap dan jelas

Pemeriksaan GCS dan TTV (T, N, RR, S)

Gawat Darurat Gawat Non Darurat


Non Gawat Darurat

Paramedis lakukan Paramedis lakukan BLS


Paramedis lakukan
BLS/tindakan (Basic Life Support)
tindakan fisik
Pertolongan awal tindakan pertolongan awal

Konsul dokter jaga Konsul dokter jaga


Diagnosa sementara

Dokter jaga dating/advis Dokter jaga dating/advis


Informed concernt

Informed concernt Informed concernt


Terapi simptomatis/

Tindakan
Pemeriksaan, Pemeriksaan,
Tindakan dan terapi tindakan dan terapi
Sembuh Tidak

1
Observasi sampai stabil Observasi sampai stabil Admin
Pasien Observasi

Rujuk RS Sembuh Opname Rujuk


Sembuh Opname

Admin Pasien Admin Pasien


Admin Pasien

UNIT TERKAIT - UGD

MENGELUARKAN BENDA ASING


DARI HIDUNG

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

2
PENGERTIAN Mengeluarkan benda asing dari rongga hidung berupa kacang, manik,
guntingan kertas, daun dan bunga - bunga yang sengaja/tidak sengaja
dimasukkan anak waktu bermain atau sebaliknya, masuknya binatang
- binatang kecil yang terjadi secara tidak sengaja seperti : ulat, semut.
TUJUAN 1. Mengeluarkan benda asing dari rongga hidung
2. Memberi rasa nyaman dan mencegah infeksi
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan Alat
1. Lampu, senter dan batteray
2. Pinset yang bersih
3. Forcep (alat penjepit)
4. Bengkok

B. Persiapan Pasien
Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang tindakan yang
akan dilakukan

C. Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Memberitahukan pasien/keluarga tentang tindakkan yang akan
dilakukan
3. Mengatur cara duduknya anak
4. Mendudukan anak dipangkuan ibunya
5. Menekan punggung anak ke dada ibu, lengan kiri ibu merangkul
kedua lengan anak
6. Tangan kanan ibu menekan dahi anak kedadanya sambil sedikit
ditengadahkan
7. Kedua tungkai ibu menjepit tungkai bawah anak
8. Ibu dan anak duduk menghadap jendela yang terbuka atau
lampu
9. Pemeriksa/si penolong setengah berjongkok atau berdiri
membungkuk di depan pasien dengan mendorong ujung hidung
pasien sedikit keatas, periksalah dengan teliti kedua rongga
hidung dengan menggunakan senter

MENGELUARKAN BENDA ASING


DARI HIDUNG

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS

PROSEDUR 10.Memperhatikan bentuk benda asing, apakah berupa lembaran -


lembaran atau benda padat
11.Bila bentuk benda asing berupa lembaran - lembaran keluarkan
dengan pinset
3
12.Bila benda asing berupa benda padat, keluarkan dengan
forcep(penjepit)dengan cara mendorong forcep secara hati hati,
Kemudian jepit dan tarik perlahan - lahan maka benda asing itu
akan tertarik keluar.

UNIT TERKAIT UGD, Kamar Bedah

MENGELUARKAN BENDA ASING


DARI MATA

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
/I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI

4
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Mengeluarkan semua benda hidup maupun mati yang berasal dari luar
tubuh kita, yang melekat pada mata
TUJUAN 1. Mengeluarkan benda asing dari mata
2. Membersihkan/merawat, dan melakukan pengobatan
3. Mencegah infeksi lebih lanjut
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan alat :
1. Cairan Nacl/air bersih
2. Spuit, kapas, Bengkok
3. Zalf/obat tetes mata yang mengandung antibiotika
4. Bila perlu obat tetes mata anesthetikum (pantocain 0,5%)

B. Persiapan Pasien:
1. Memberitahu pasien / keluarga tentang tindakkan yang akan
diiakukan
2. Menganjurkan agar tetap tenang

C. Pelaksanaan:
1. Mencuci tangan
2. Memberitahu pasien / keluarga tentang tindakkan yang akan
dilakukan
3. Mengantar posisi pasien duduk/tiduran
4. Memberi obat tetes mata anesthetikum sesuai dengan kebutuhan
5. Mencuci/membilas mata dengan larutan Nacl/air bersih
6. Mengangkat benda asing dengan kapas basah secara hati hati

MENGELUARKAN BENDA ASING


DARI MATA

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS

5
PROSEDUR 7. Memperhatikan jenis/macam benda asing yang dikeluarkan
apakah tajam/tumpul
8. Meneteskan obattetes mata yang mengandung antibiotika
9. Memberi pesan pada pasien untuk tidak menggosok - gosok
mata

UNIT TERKAIT UGD

PERTOLONGAN PADA PASIEN


YANG DIGIGIT ULAR

6
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SEKOLAH STAF DAN SKP/ 00 1 dari 1
PIMPINAN PERTAMA /I/2016/RSBS
POLRI
RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA SESPIMMA

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Melakukan tindakan perawatan luka gigitan ular untuk memperkecil


penyebaran dari racun ular ke seluruh tubuh
TUJUAN 1. Memperkecil penyebaran bisa ular ke seluruh tubuh
2. Mencegah terjadinya shock
3. Melakukan tindakan perawatan shock bagi pasien shock
4. Memberi nafas buatan bila pasien membutuhkannya
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan alat :
1. Torniquet / Tali / Pita lebar
2. Alat infus & cairan
3. Alat - alat resusitasi/intubasi
4. Perlengkapan oksigen
5. Spuit
6. Gunting & Plester
7. Obat-obatan : kebutuhan anti tetanus, dengan kebutuhan obat-
obat sesuai

B. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Memberitahukan pasien/keluarga tentang tindakkan yang akan
dilakukan
3. Mengkaji status kesehatan pasien secara keseluruhan
4. Memasang tourniquet dengan tali/pita lebar pada daerah patukan
sampai denyut nadi dujung anggota hamper tidak teraba
5. Memijat dengan tangan disekitar luka dengan tujuan agar darah
mengalir keluar
6. Memberikan O2 sesuai dengan kebutuhan
7. Mengistirahatkan pasien terutama yang terkena patuk
8. Memasang infuse
9. Memberikan anti bisa ular secara intravena
10.Memberikan ATS/toksoid sesuai kebutuhan

UNIT TERKAIT UGD, Instalasi Rawat Inap.

7
PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN
YANG DIGIGIT ANJING, KERA DAN KUCING

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Melakukan tindakan membersihkan luka bekas gigitan binatang


(anjing, kera dan kucing) guna mencegah infeksi atau penyebaran
rabies ke seluruh tubuh korban
TUJUAN 1. Mencegah penyebaran rabies ke seluruh tubuh pasien
2. Membersihkan/merawat luka gigitan
3. Mencegah infeksi dan melaksanakan pengobatan
4. Memberi rasa nyaman
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan Alat
1. Air sabun
2. H202
3. Spuit
4. Alat - alat debridemen
5. Obat - obat ATS/Toksoid
6. Obat - obat anal getik
7. Sarung tangan
8. Bengkok

B. Persiapan Pasien
1. Diberitahu tentang tindakkan yang akan dilakukan
2. Dianjurkan agar tetap tenang
3. Menanyakan pasien tentang vaksinasi yang pernah diterima

C. Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Memberitahukan pasien/keluarga tentang tindakkan yang akan
dilakukan
3. Mengkaji letak dan keadaan luka
4. Menggunakan sarung tangan

8
5. Membersihkan luka dan jaringan nekrose

PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN


YANG DIGIGIT ANJING, KERA DAN KUCING

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 2 dari 2
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS

PROSEDUR 6. Mencuci luka dengan air detergen/sabun


7. Memberikan vaksin dan serum rabies sesuai dengan kebutuhan
8. Memberikan ATS/teksoid sesuai dengan kebutuhan
9. Mencuci tangan
10.Membereskan alat-alat dan mengembalikannya
11.Menjelaskan kepada pasien/keluarganya agar binatang yang
menggigit pasien harus diperiksa ke dinas pemeriksaan rabies

UNIT TERKAIT UGD, Rawat Inap

9
MEMASANG TOURNIQUET UNTUK MENGHENTIKAN
PENDARAHAN

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Mengikat lokasi yang cidera dengan tali/karet dan sebatang kayu
dibawah ikatan untuk menghentikan pendarahan pada luka terbuka.
TUJUAN Menghentikan pendarahan pada luka terbuka
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan alat :
1. Tali / karet ban

B. Persiapan pasien:
1. Pasien dianjurkan tetap tenang
2. Diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan

C. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Mengkaji tempat terjadinya pendarahan
4. Memasang torniquet pada tempat cidera dengan lokasi 5 jari
dibawah
5. Lipatan paha atau 5 jari dibawah ketiak
6. Memasang tali/karet ban sebanyak 2kali lilitan
7. Meraba nadi yang lebih rendah dari tourniquet
8. Mengendorkan tourniquet tiap 10 menit selama 30 detik tepat
9. Memberi tanda "T" pada dahi pasien

UNIT TERKAIT UGD dan Rawat Inap

10
PERTOLONGAN PERTAMA PADA PENDARAHAN
TELINGA

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA


POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
SKP/ 00 1 dari 1
/I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Tindakkan untuk menghentikan pendarahan telinga


TUJUAN 1. Menghentikan pendarahan pada liang telinga
2. Mencari tabu / melihat sumber perdarahan pada liang telinga
3. Membersihkan liang telinga dari darah yang keluar
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan alat :
1. Lampu THT atau lampu battery
2. Speculum Telinga
3. Cairan NACL steril, bethadien
4. Kapas steril, kasa tufer steril
5. Korentang, Bengkok, perlak
B. Persiapan pasien :
1. Pasien & keluarganya diberitau tentang tindakkan yang akan
dilakukan
2. Posisi tidur datar satu bantal
C. Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Memberitahukan pasien/keluarga tentang tindakkan yang akan
dilakukan
3. Membuka liang telinga dengan speculum telinga
4. Melihat keadaan liang telinga dengan lampu THT atau lampu
battery
5. Membersihkan liang telinga yang berdarah dengan kapas steril
yang dibersihkan NACL steril
6. Mengamati sumber perdarahan dalam liang telinga
7. Mengeringkan liang telinga dengan kapas steril

11
8. Bila pendarahan sudah berhenti, tutup liang telinga luar denga
tufer yang diolesi Bethadien, bila perlu pasang tampon dalam
liang telinga
9. Mencuci tangan
UNIT TERKAIT UGD dan Rawat Inap

PENATALAKSANAAN ANAFILAKSIS SHOCK

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Anafilaksis shock adalah reaksi alergi akibat pemakaian obat - obatan,
pemberian tranfusi darah ataupun zat diagnostik, berupa reaksi akut
ataupun reaksi yang ditimbulkan ada yang lambat
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya reaksi anafilaksis shock yang lebih lanjut
2. Memberikan pengobatan/perawatan pada pasien
3. Member/ rasa aman dan nyaman bagi pasien dan keluarga
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Menghentikan pemberian obat reaksi anakfilasis
2. Membaringkan pasien dengan tungkai lebih tinggi dari kepala
(Trendelenburg)
3. Suntikan andrenalin 1:1000 (1mg/ML) secara IM Dosis :
- Dewasa 0,3 - 0,5 ml
- Anak - anak 0,01 ml/kg BB
4. Pengobatan tambahan:
a. Berikan Kortikosteroid IV,
Misalnya : Hidrokortison 2-6 mg/kg atau Deksametason 2-6
mg/kg BB
b. Memberikan Antihistamin IV
Misalnya : Prometazin 0,5 1 mg/kg BB atau
Difenhidramin 0,5 1 mg/kg BB
c. Bila terjadi bronkospasme, berikan bronkodilator, aerosol
(Salbutamol,Terbulatin, Fenoterol) atau semprotkan bronkodilator
melalui masker dan atau berikan animofilin IV 6 mg/kg BB selama
10 menit diikuti dengan infitis 0,6 mg/kg BB/jam
5. Memasang perangkat infuse IV dan pertahankan volume darah
12
dengan 1 SPP5 atau larutan Kristaloid
Adrenalin IV deberikan bila :
a. Tidak ada respon terhadap adrenalin
b. Terjadi kegagalan sirkulasi dan shock

13
PENATALAKSANAAN ANAFILAKSIS SHOCK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA SKP/ 00 2 dari 2
POLRI /I/2016/RSBS
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA

PROSEDUR Dosis :
Dewasa
5 ml Adrenalin 1 : 10.000 (0,1 mg/ml) diencerkan dalam 10 ml
larutan garam faali dan diberikan 10 menit
Anak-anak / kg BB Adrenalin 1 : 10.000 yang diencerkan dalam
10 ml garam faali dan diberikan perlahan-lahan selama 10 menit
6. Bebaskan jalan nafas kalau perlu buat jalan nafas melalui mulut dan
intubasi endotrachea
7. Berikan oksigen
8. Bila perlu berikan bantuan ventilasi dengan kantong dan masker,
atau pipa
9. Tindakan penunjang :
a. Pantau tanda-tanda vital yang intensif, sedikitnya selama 4 jam
b. Tenangkan pasien, istirahatkan dan hindarkan pemanasan

UNIT TERKAIT UGD dan Rawat Inap

14
MENJAHIT LUKA (HECTING)

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA


POLRI No. Dokumen No. Revisi Halaman
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA SKP/ 00 1 dari 2
/I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Menjahit luka adalah menjahit kulit/otot yang luka pakai alat jarum
hecting dan benang zyde / catgut
TUJUAN 1. Menutup luka yang koyak
2. Memperbaiki kondisi kulit yang koyak
3. Mencegah meluasnya infeksi
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan Alat (alat steril) :
1. Obat Anestesi (lydocain)
2. Spuit
3. Benang zyde;catgut sesuai ukuran & kebutuhan
4. Kasa
5. Arteri klem lurus
6. Pinset chirurgis, pinset anatomis, nadle pouder
7. Gunting luka
8. Sarung tangan satu pasang
9. Jarum jahit luka untuk otot

B. Persiapan Alat
1. Bengkok
2. Gunting, Plester
3. Antlseptik
4. Penjepit kain
5. Perlak

15
MENJAHIT LUKA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA SKP/ 00 2 dari 2
POLRI /I/2016/RSBS
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA

PROSEDUR C. Persiapan pasien


1. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang
tujuan dilakukan tindakan
2. Mengatur posisi pasien

D. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Menjelaskan kepada keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Membersihkan luka
4. Mendensinfeksi luka & sekitarnya
5. Menggunakan sarung tangan
6. Memberikan anesthesia
7. Menjahit luka
8. Memberikan obat desinfektan antibiotika sesuai instruksi
9. Menunjukkan upaya asepsis selama bekerja
10.Membalut luka sesuai kebutuhan
11.Menjelaskan pasien tentang perawatan luka dirumah
12.Mencuci tangan.

UNIT TERKAIT UGD dan Rawat Inap

16
PERTOLONGAN PERTAMA
PADA PASIEN KEJANG

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
PERASIONAL 04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Pertolongan pertama pada pasien kejang adalah penanggulangan


kejang I secara cepat & tepat
TUJUAN 1. Meraberantas kejang secepat mungkin
2. Mencegah kejang berlangsung lama
3. Mencegah timbulnya kejang berulang
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan Alat :
1. Spatel, guadel (OPA), kasa
2. Alat - alat kompres, waslap, air dingin
B. Persiapan Pasien:
1. Posisi tidur datar kepala dimiringkan
2. Menjaga keamanan pasien dari jatuh & terbentur
C. Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Melindungi lidah dengan spate 1 yang dibalut kasa atau guandel
3. Mengatur posisi tidur pasien kepala dimiringkan
4. Memperhatikan kebersihan jalan nafas/meluruskan jalan nafas
5. Mengkaji keadaan pernafasan pasien
6. Melonggarkan pakaian pasien
7. Kalau perlu memberi kompres air dingin untuk pasien dengan
panas
8. Memberikan obat-obat anti kejang sesuai dengan instruksi
dokter
9. Tidak memberi makan & minum pada saat serangan kejang
10.Menjaga keamanan pasien dari jatuh dan terbentur
11.Mencuci tangan

UNIT TERKAIT UGD dan Rawat Inap

17
MENGANGKAT PASIEN PATAH TULANG

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Mengangkat pasien patah tulang adalah upaya untuk memindahkan


pasien patah tulang dari suatu tempat ketempat tertentu
TUJUAN 1. Menghindarkan pergerakkan pasien/pergerakkan tubuh yang patah
2. Memberikan rasa nyaman

KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Persiapan Alat
Kereta dorong / tempat tidur

B. Persiapan pasien
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan

C. Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Berdiri sejajar pada salah satu sisi pasien yang sama dengan
pemindahan log roll
( misal: kearah kanan berarti disisi kanan pasien )
3. Meletakkan tangan pada bagian tubuh yang patah
4. Meletakkan tangan pada bagian kepala & badan lainnya
5. Mengangkat pasien secara sejajar bersama-sama
6. Memindahkan pasien ke tempat yang dituju
7. Meletakkan pasien secara bersama-sama
8. Merapikan pasien

UNIT TERKAIT UGD dan Rawat Inap

18
MEMASANG BIDAI

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Memasang bidai adalah tindakan memasang alat dari kayu pada lokasi
yang cidera/fraktur untuk mempertahankan posisi tulang yang cidera
TUJUAN 1. Mengurangi pergerakan pada daerah yang cidera
2. Mempertahankan posisi tulang yang cidera sebelum dilakukan
tindakan lebih lanjut
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteria Persiapan
1. Persiapan Alat :
a. Bidai dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan
b. Verban / mitella
c. Gunting
2. Persiapan pasien :
a. Diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
B. Kriteria pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Menjelaskan pada pasien / keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Petugas I mengangkat daerah yang akan dipasang bidai
4. Petugas II meletakkan bidai melewati dua persendian anggota
gerak
5. Jumlah dan uraian bidai yang dipakai disesuaikan dengan lokasi
patah tulang
6. Petugas I mempertahankan posisi anggota tubuh yang patah,
sementara petugas II mengikat bidai
7. Cara pengikatan dengan simpul hidup mengatur posisi pasien

19
8. Mencuci tangan
9. Mencatat dalam catatan perawat

UNIT TERKAIT UGD dan Rawat Inap

MERAWAT LUKA BAKAR

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Merawat luka bakar adalah tindakan yang dilakukan dengan
membersihkan luka dari segala kotoran dan jaringan necrotic,
kemudian memberikan obat sesuai program pengobatan
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mempercepat penyembuhan dengan pengobatan
3. Membersihkan dari segala kotoran yang menempel & jaringan
necrotic
4. Memberi rasa nyaman
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteri Persiapan
1. Persiapan Alat
a. Alat-alat steril :
- Set ganti balutan
- Perban sesuai ukuran & kebutuhan
- Sarung tangan
- Spuit 10 cc, Kain kasa
- Cairan Nacl
b. Alat-alat tidak steril :
- Bengkok
- Obat penenang (bila diperlukan)
c. Obat-obatan tidak steril :
- Salep kulit sesuai program
- Cairan desinfectan

20
2. Pasien
Pasien / keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang
akan dilakukan
B. Kriteria Pelaksanaan

MERAWAT LUKA BAKAR

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SKP/ 00 2 dari 2
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI /I/2016/RSBS
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA

PROSEDUR
1. Mencuci tangan
a.Mencuci daerah lua bakar dengan cairan Nacl yang sudah
di campur desinfektan
b.Membersihkan luka bakar dari segala kotoran yang
menempel
c. Membuang jaringan nekrotik
d. Memecahkan bullae dengan memakai spuit
e. Membilas luka bakar dengan cairan steril
f. Mengeringkan daerah luka bakar dengan kassa steril
g. Memberi zalf sesua perintah dokter
2. Melakukan observasi terhadap :
a. Tensi, nadi, suhu dan pernafasan
b. Posisi jarum infuse, kelancaran tetesan infuse
c. Reaksi pemberian cairan infuse
d. Mencatat segala perkembangan hasil observasi
e. Mencuci tangan
UNIT TERKAIT UGD, Rawat Inap, Kamar Bedah

21
MENYIAPKAN PASIEN PEMBEDAHAN AKUT

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Persiapan yang dilakukan sebelum operasi / pembedahan akut


dijalankan
TUJUAN 1. Mempersiapkan pasien untuk pembedahaan akut (persiapan jangka
pendek)
sebelum operasi
2. Untuk melaksanakan perawatan umum pasien sebelum operasi
dijalankan
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteria Persiapan
1. a.Alat pemasangan infus
b.Alat kesehatan dan obat - obatan sesuai dengan program dokter
dan jenis tindakan pembedahan
2. Formulir :
a. Izin operasi
b. Pemeriksaan penunjang
B. Persiapan Pasien
a. Persetujuan Tindakan
22
b. Memberitahu pasien/keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
C.Kriteria Pelaksanaan
a. Mencuci Tangan
b. Melakukan tindakan pemasangan infus
c.Mengantar pasien ke ruang operasi
UNIT TERKAIT Perawat, UGD, Kebidanan, Kamar Bedah, Informasi, Administrasi
Keuangan

MENYIAPKAN URINE UNTUK PEMERIKSAAN


LABORATORIUM

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Mengumpulkan dan mengirimkan kemudian diperiksa di


laboratorium bahan ( spesimen urine) dari pasien
TUJUAN 1. Untuk mengirim bahan pemeriksaan ke laboratorium
2. Untuk menentukan diagnosa penyakit
3. Untuk mengetahui perkembangan penyakit pasien
4. Untuk membantu menentukan program pengobatan
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteria Persiapan

23
1. Botol kecil / tabung tempat spesimen yang sudah diberi label
2. Set pemasangan kateter
3. Formulir pemeriksaan
B. Persiapan Pasien:
1. Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan
2. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
C. Kriteria Pelaksanaan:
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan tempat urine
3. Memasang kateter
4. Menampung urine dalam botol/tabung pemeriksaan 100 cc
5. Sisanya ditampung dalam bengkok
6. Memasang label dalam botol/tabling pemeriksaan urine dengan
cara mencantumkan :
a. Nama Pasien
b. Nomor rekam medic
c. Tanggal dan jam pengambilan bahan pemeriksaan urine
7. Mencuci tangan
8. Mengirim urine dan menyertakan formulir pemeriksaan yang
sudah diisi dan ditandatangani dokter

UNIT TERKAIT Perawat, Laboratorium, UGD

MENYIAPKAN DARAH UNTUK PEMERIKSAAN


LABORATORIUM

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Pengambilan darah dari pembuluh darah vena, perifer atau arteri untuk
bahan pemeriksaan
TUJUAN 1. Membantu menegakkan diagnosa
2. Untuk abahan pemeriksaan di laboratorium
3. Untuk membantu menentukan program pengobatan
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteria Persiapan
24
1. Botol kecil / tabung tempat spesimen yang sudah diberi label
2. Spuit steril berbagai ukuran
3. Kapas alkohol dalam tempatnya
4. Torniquet
5. Formulir pemeriksaan
B. Persiapan Pasien :
1. Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan
2. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
C. Kriteria Pelaksanaan:
1. Mencuci tangan
2. Memberitahu kepada pasien/keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan
3. Menentukan pembuluh darah yang akan ditusuk untuk
pengambilan darah
4. Mendesinfeksi permukaan kulit pembuluh darah yang akan
ditusuk dengan menggunakan alkohol
5. Memasang tourniquet
6. Mengambil darah pemeriksaan dengan cara menusukkan jarum
pada pembuluh darah dengan jumlah sesuai kebutuhan

MENYIAPKAN DARAH UNTUK PEMERIKSAAN


LABORATORIUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS

PROSEDUR 7. Memasukkan darah pada tempat yang sudah disediakan


8. Mencantumkan nama pasien :
a. Nomor rekam medic
b. Tanggal dan jam pengambilan bahan pemeriksaan darah
9. Mencuci tangan
10.Mengirim darah dan menyertakan formulir pemeriksaan yang
sudah diisi dan di tandatangani dokter

UNIT TERKAIT UGD, Perawat, Potiklinik, Kamar Bedah, Kebidanan, Laboratorium

25
MELAKUKAN PEMERIKSAAN EKG 10 LED

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Melakukan pemeriksaan EKG 10 Lead adalah tindakan membuat


rekaman pergerakan Jantung dengan alat / mesin EKG
TUJUAN Untuk mengetahui adanya :
1. Hipertrofi atrial & Ventrikel
2. Infark miokard
3. Aritmia pericraditis
4. Efek obat - obatan khususnya digitalis
26
5. Gangguan elektrolit misalnya kalium
6. Beberapa penyakit sistematik, misalnya. hipertroidi
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteria Alat
1. Alat EKG lengkap dan siap pakai
2. Kapas & Alkohol dalam tempatnya
3. Kapas dan kasa lembab
B. Kriteria Pasien :
1. Pasien/keluarga diberi penjelasan tantangan tindakan yang akan
dilakukan
2. Posisi pasien diatur terlentang datar
C. Kriteria Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan
1. Membuka dan melonggarkan pakaian pasien bagian atas, bila
pasien memakai Jam tangan, gelang dan logam lain dilepas
2. Membersihkan kotoran dan lemak menggunakan kapas pada
daerah dada,kedua Pergelangan tangan dan kedua tungkai
dilokasi pemasangan mansetelektroda
3. Mengoleskan jelly EKG pada permukaan elektroda. Bila tidak ada
jelly gunakan Kapas basah
3. Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan
dan kedua tungkai
4. Memasang arde

MELAKUKAN PEMERIKSAAN EKG 10 LED

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
/I/2016/RSBS

PROSEDUR 8. Menyambung kabel EKG pada kedua pergelangan tangan dan


kedua tungkai Pasien, untuk rekam ekstrimitas lead (lead
l,n,lll,AV,AVF ) dengan cara sebagai Berikut :
a. Warna Merah pada tangan kanan
b. Warna Hijau pada tangan kiri
c. Warna Hitam pada kaki kanan
d. Warna Kuning pada tangan kiri
e. Memasang elektroda dada untuk rekaman precardial lead :
- V1 Pada interkosta keempat pada garis sternum sebelah
kanan
- V2 Pada interkosta keempat pada garis sternum sebelah
kiri
27
- V3 Pertengahan antara V2 dan V4
- V4 Pada interkosta kelima pada axilla bagian belakang kiri
- V5 Pada axilla bagian depan kiri
- V6 Pada interkosta kelima pada mid axilla
f. Melakukan kalibrasi 10mm dengan keadaan 25mm / volt /
detik
g. Membuat rekaman secara berurutan sesuai dengan pilihan
lead yang terdapat
pada medin EKG
h. Melakukan kalibrasi kembalisetelah perekaman selesai
i. Memberi identitas pasien hasil rekaman: nama, umur,
tanggal & jam rekaman
serta nomor lead dan nomor rekam medic
j. Merapikan alat - alat, mencuci tangan

UNIT TERKAIT Perawatan, UGD

MELAKUKAN SKIN TEST

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
dr. RINI AFRIANTI, MKK
PEMBINA NIP. 1973041720022122003

28
PENGERTIAN Adalah Melakukan injeksi intracutan adalah memberikan obat melalui
suntikan kedalam jaringan kulit yang dilakukan pada lengan bawah
bagian dalam atau ditempat lain yang dianggap perlu
TUJUAN 1. Melaksanakan uji coba obat tertentu, misalnya: Skin test penicillin
2. Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya dapat
dilakukan dengan cara suntikan intercutan / skin test
3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu,
misalnya tubercullin test
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteria
1. Alat
a. Spuit 1cc dan jarum steril dalam tempatnya
b. Obat - obatan yang diperlukan
c. Kapas alcohol dalam tempatnya
d. NaCl 0.9% aquadest
e. Bengkok
2. Persiapan Pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
B. Kriteria Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Member penjelasan kepada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Menggulung lengan baju pasien bila perlu
4. Mengisi spuit dengan obat yang akan di test sejumlah 0,1 cc
dilarutkan dengan NaCl 0.9% aquadest menjadi 1 cc
5. Mendesinfeksi kulit yang akan disuntik menggunakan kapas,
alcohol kemudian direnggangkan dengan tangan kiri perawat
6. Menyuntikan obat secara intracutan sampai kulit
menggelembung. Menilai reaksi obat setelah 15 menit dari
waktu penyuntikan
7. Hasil ( + ) bila terdapat tanda kemerahan pada daerah
penusukan pada diameter Minimal 1 cm
8. Mencatat hasil reaksi skin test
9. Mencuci tangan

UNIT TERKAIT Perawatan, Poliklinik, UGD

MENYIAPKAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN


RADIO DIAGNOSTIK

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
29
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Pemeriksaan radio diagnostik adalah pemeriksaan yang


dilakukan dengan alat - alat Radiologi, seperti: USG, Endoscpy, dan lain
- lain
TUJUAN Untuk membantu menentukan diagnosa penyakit
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteris Persiapan Alat
1. Persiapan Alat - alat dan Obat :
a. Alas brankar dan selimut
b. Obat - obatan sesuai dengan program
c. Bengkok, Tissue
d. Formulir permintaan
2. Persiapan pasien
Memberikan penjelsan tentang tindakan yang akan dilakukan
B. Kriteria Pelaksanaan
1. Sebelum pemeriksaan :
a. USG : Pasien puasa/minum banyak sesuai dengan program
pemeriksaan
b. Rontgen : Formulir permintaan
2. Pada saat pemeriksaan :
a. Mendampingi pasien di ruangan radiologi
b. Observasi respon pasien
3. Setelah pemeriksaan :
a. Membawa pasien kembali ke UGD
b. Mengobservasi nadi, tensi dan pernafasan
c. Mencatat hasil observasi

UNIT TERKAIT Perawatan, UGD

MELAKUKAN BILASAN LAMBUNG

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI

30
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Mencuci bagian dalam lambung dengan jalan memasukkan dan
mengeluarkan air dengan menggunakan pipa lambung.
TUJUAN 1. Untuk mengubah atau mencuci lambung.
2. Menghilangkan racun
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteria Persiapan
1. Alat dan Obat :
a. Slang penduga lambung ( NGT) berbagai ukuran & corongnya
b. Spuit
c. Bangkok
d. Perlak & alasnya
e. Ember penampung
f. Air hangat / dingin 1-2 liter atau NaCI 0.9% sesuai kebutuhan
g. Kasa / tissue
h. Pelicin/jelly
i. Pinset anatomi
j. Obat - obat ( sulfas astrofin )
k. Susu yang diperlukan dalam tempatnya
2. Persiapan pasien
a. Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang
akan dilakukan
b. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
B. Kriteria Pelaksanaan:
1. Mencuci tangan
2. Memberitahu pasien / keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Memasang perlak dan alasnya di dada pasien
4. Meletakkan bengkok di bawah dagu pasien
5. Meletakkan ember yang diberi alas kain pel ke dekat pasien
6. Menentukan panjang slang penduga ( NTG ) yang masuk
kedalam lambung
7. Memberi pelicin pada ujung slang penduga lambung

MELAKUKAN BILASAN LAMBUNG

31
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SKP/ 00 2 dari 2
SEKOLAH STAF DAN /I/2016/RSBS
PIMPINAN PERTAMA
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA

PROSEDUR 8. Menutup pangkal slang penduga lambung dengan cara


menekuk / di klem
9. Memasukkan slang penduga ( NOT ) pelen - pelan kedalam
lambung melalui lubang hidung. Bagi pasien sadar dianjurkan
menelan slang penduga ( NTG) perlahan - lahan sambil menarik
nafas dalam
10.Meyakinkan slang penduga ( NOT) niasuk kedalam lambung
dengan cara:
Masukkan ujung penduga ( NTG ) sampai terendam dalam
mangkok berisi air,
dan dikelurakan kembali
11.Setelah yakin slang penduga masuk ke lambung pasien, posisi
diatur miring tanpa bantal dan letak kepala lebih rendah.
12.Memasang corong pada ujung slang, kemudian masukkan
air/cairan. Selanjutnya tunggu sampai air / cairan tersebut
keluar dari lambung dan ditampung dalam ember
13.Membilas lambung dilakukan berulang kali sampai air/cairan
yang keluar dari Lambung berwarna jernih / tidak berbau
14.Mengobservasi tensi, nadi pernapasan dan respon pasien
15.Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
16.Mencuci tangan

UNIT TERKAIT Perawatan, UGD

32
MELAKUKAN RESUSITASI JANTUNG PARU

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA


No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Melakukan tindak atur posisi, pembukaan jalan nafas, nafas
buatan dan kompresi dada luar dilakukan kalau memang betul
dibutuhkan / RJP dimulai dengan penentuan tidak ada respon, tidak ada
jalan nafas.dan
TUJUAN Untuk mengadakan kembali pembagian subtrat sementara sehingga
memberikan waktu untuk pemulihan fungsi jantung paru secara
spontan.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR A. Kriteria persiapan
1. Alat
a. Trolly emergency berisi :
- Laryngoscape lurus dan bengkok ( anak dan dewasa )
- Magil forceps
- Pipa trachea berbagai ukuran
- Guedell berbagai ukuran
- Set infuse /set blood
- Gunting perban
- Spuit 10 cc dan jarum no 18
- Ambu bag lengkap
b. Set terapi oksigen dan siap pakai
c. Set penghisap sekresi lengkap dan siap pakai
d. EKG record
e. EKG monitor bila memungkinkan
f. DC shock lengkap
g. sebuah papan tempat tidur
2. Pasien:
a. Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan

33
dilakukan
b. Posisi pasien diatur telentang datar
c. Baju bagian atas pasien dibuka

MELAKUKAN RESUSITASI JANTUNG PARU

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
PROSEDUR B. Kriteria Pelaksanaan
1. Memberitahu kapada keluarga tentang tindakkan yang akan
dilakukan
2. Mencuci tangan
3. Mengecek henti jantung dengan cara :
a. Melihat pergerakkan dada dan perut
b. Mendengar suara keluar / masuk udara dari hidung
c. Merasakan adanya udara dari mulut / hidung dengan pipi
atau punggung
tangan
4. Menilai deyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis
5. Mengecek kesadaran pasien dengan cara:
a. Memanggil nama
b. Menanyakan keadaannya
c. Menggoyangakan bahu pasien
6. Membebaskan jalan nafas dengan cara:
a. Membersihkan sumbatan jalan nafas dengan cara
menghisap sekresi
b. Tripel manuver
- Eksiensi kepala
- Mengangkat rahang bawah
- Mempertahankan posisi rahang bawah
7. Melakukan pernafasan buatan (bagging 12-20 kali permenit)
bila denyut jantung teraba
8. Meng RJP ABC kombinasi bila denyut jantung tidak teraba
dengan cara :
a. Pernafasan buatan (bagging) 2 kali
b. Cek arteri karotis (-) bagging 1 kali
c. Komperi jantung luar bergantian dengan bagging,
perbandingan 30 : 2
untuk 1 atau 2 orang penolong
9. Mencuci tangan

UNIT TERKAIT UGD, Perawat, Kebidanan

34
KASUS KERACUNAN MASSAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Kondisi dimana seseorang atau banyak orang terkena dampak
negative setelah memakan sesuatu.
TUJUAN 1. Agar penanganan keracunan massal lebih optimal dan mempunyai
pedoman.
2. Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas penderita keracunan
massal.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Apabila ada informasi keracunan massal di dalam Rumah Sakit yang
diperoleh Petugas Informasi atau Petugas UGD, maka informasi
segera diteruskan kepada Ka UGD atau kalau di luar jam dinas
dilaporkan kepada Dokter Jaga yang diteruskan kepada Ka Rumkit
Bhayangkara Selapa Polri / Ka Pelayanan Medis dan segera
melakukan koordinasi dengan Tim Penanggulangan Bencana.
2. Informasi yang diperoleh segera diuji kebenarannya oleh Ka UGD /
Dokter Jaga dengan dibantu oleh Ka Ruangan.
3. Ka Ruangan / Perawat Jaga mengerahkan anggotanya untuk
mengambil brankar ruangan untuk digunakan di lokasi dengan
berkoordinasi dengan Satpam dan Supir Ambulans untuk
pengaturan lalu lintas kendaraan dan transportasi.
4. Ka Seksi Perawatan mengatur lokasi penampungan dan merekrut
tenaga (diatur di dalam protap tersendiri).
5. Ka UGD merekrut tenaga medis dan Dokter Konsulen dan
35
melaporkan tingkat kontingensi (sesuai disaster plan).
6. Triase dilakukan oleh Dokter Jaga.
7. Petugas Medis dan Paramedis segera melakukan pertolongan
dengan memberi prioritas sesuai tingkat kegawatan dan
kedaruratannya.
8. Kenali penyebab keracunan, kalau perlu diambil sampelnya untuk
diperiksa di laboratorium.
9. Obat - obatan, antidotum, infus, alat - alat yang dibutuhkan segera
disiapkan / diambil langsung dari gudang logistik.
10. Ka UGD berkoordinasi dengan petugas penunjang medis,
logistik, gudang farmasi, administrasi dan humas untuk kelancaran
dalam penanggulangan bencana.
11. Lakukan evaluasi, jumlah korban meninggal, sarana / obat yang
dibutuhkan dan yang telah digunakan dan lain - lain.

UNIT TERKAIT Seluruh Petugas Tim Penanggulangan Bencana dan Petugas Medis
Maupun Non-Medis.

PEMBERIAN PERTOLONGAN PADA PENGANIAYAAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Memberikan pertolongan pada anak dengan kasus


penganiayaan.
TUJUAN 1. Staf mampu menangam / mengidentifikasi kondisi pasien anak dan
penyebabnya.
2. Staf mampu melakukan langkah dan prosedur pembuatan visum
bila diperlukan.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, yaitu :
1.1 Dokumen medis pasien.
1.2 Formulir Triase: Form sketsa tubuh.
1.3 Alat - alat medis dan kelengkapannya.
1.4 Formulir Visum.

2. Pasien diberikan pertolongan emergensi sesuai SOP medik yang


36
berlaku.

3. Perawat melakukan pengkajian fisik dan lapor ke dokter untuk


dilakukan pemeriksaan menyeluruh dan dicatat hasil secara
terperinci untuk mempersiapkan pembuatan visum.

4. Kolaborasi dengan Security untuk melakukan tindakan pengamanan


dan perlindungan terhadap pasien

5. Kolaborasi dengan Admission Office untuk mencatat identitas


pengantar pasien.

6. Bila tindak penganiayaan ada indikasi mengarah ke tindak asocial /


kriminal / pidana, Security melaporkan Kasus kepada yang berwajib.

7. Dokter Jaga melaporkan kasus ke Manager Medis.

8. Dokumentasi semua tindakan yang sudah dilakukan dan


perkembangan pasien ke dalam catatan perawat.

HAL HAL 1. Semua kasus yang datang ke UGD diberlakukan seperti kasus
YANG HARUS emergensi dan dilakukan pencatatan, pendokumentasian secara
DIPERHATIKAN lengkap dan terperinci.
2. Pendokumentasian diperlukan bila sewaktu - waktu dilakukan klaim.
UNIT TERKAIT Perawat UGD, Dokter jaga, Perwira/Bintara Piket, Perekam Medis

PENDAMPING PASIEN
KE RUANG RAWAT INAP

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Petugas yang mendampingi penderita yang tidak gawat dan
tidak darurat serta penderita tidak gawat tidak darurat yang
dipindahkan ke Bangsal Rawat Inap.
TUJUAN 1. Memindahkan pasien tidak gawat tetapi darurat dan tidak gawat
tidak darurat dengan aman ke Ruang Rawat Inap.

37
2. Pasien sampai di Ruang Rawat Inap dengan selamat.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Dokter UGD memberikan penjelasan mengenai diagnosis dan
rencana terapi definitif.

2. DokterJaga menentukan status kegawatan penderita serta


menentukan pendamping yang adalah perawat atau injector.

3. Perawat UGD memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga


pasien untuk mengurus administrasi rawat inap ke Bagian
Pendaftaran.

4. Petugas Pendamping mengantar pasien tidak gawat tidak darurat ke


Ruang Rawat Inap yang dipilih keluarga pasien.

5. Petugas Pendamping melaksanakan serah terima pasien dan


administrasi ke Petugas Ruang Rawat Inap.

UNIT TERKAIT Petugas Non-Medik, Perawat UGD, Dokter UGD, Perawat / Petugas
Rawat Inap, Petugas Rekam Medik

BASIC LIFE SUPPORT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Pada pasien henti nafas dan henti jantung yang bukan karena

38
keadaan penyakit terminal kronis atau kematian alamiah harus
dilakukan Basic Life Support untuk mengembalikan fungsi paru,
jantung dan otak.
Dengan tahap-tahapan Basic Life Support :
1. Air Way Control (bebaskan jalan nafas).
2. Breathing Support (bantuan nafas).
3. Circulation Support (tindakan mengembalikan fungsi jantung).
TUJUAN Meningkatkan kualitas pelayanan gawat dengan:
1. Mencegah kematian oleh karena henti jantung atau henti nafas.
2. Membantu mengembalikan oksigenasi pada jaringan khususnya
oksigen ke organ vital.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.

PROSEDUR 1. Berikan penjelasan secara ringkas keadaan penderita serta tujuan


Basic Life Support kepada keluarga atau pengantar.
2. Pasien diletakkan pada bidang datar dank eras.
3. Lakukan penilaian kesadaran, pernafasan dan raba denyut nadi
Karotis pasien.
4. Lakukan Basic Life Support.
5. Evaluasi keberhasilan tindakan.
6. Observasi Pasien

UNIT TERKAIT UGD

INSERSI JALAN NAFAS ORAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003
39
PENGERTIAN Adalah Teknik memasukkan Oropharyngeal Tube untuk menjamin
airway.
TUJUAN 1. Untuk mempertahankan jalan nafas pasien yang tidak sadar dengan
cara menahan lidah.
2. Digunakan sebagai penahan bagi pasien dengan Endotracheal Tube.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Cuci tangan.
2. Pilih ukuran airway yang sesuai (yaitu sepanjang antara sudut
mandibula dengan mulut).
3. Buka mulut pasien dengan chin lift maneuver atau crossed teknik.
4. Tekan lidah dengan menggunakan tongue spatel (hindari
kemungkinan terjadinya refleks muntah akibat rangsangan pada
bagian posterior faring).
5. Masukkan Oropharyngeal Airway tepat berada di bibir pasien,
dengan catatan tidak boleh mendorong ke belakang dari lidah dan
menutupi jalan nafas.
6. Tarik Tongue Spatel dari rongga mulut.
7. Berikan ventilasi dengan Pocket Face Mask atau Bag Valve Mask.
8. Fiksasi jalan nafas dengan plester.
TINDAK LANJUT 1. Kaji status neurologis pasien secara berkala, jalan nafas dapat
menyebabkan muntah -muntah pada pasien yang tidak sadar.
2. Pantau pasien dari penumpukan sekresi oral dan lakukan
penghisapan rongga mulut..
3. Jika keadaan pasien memungkinkan, pemakaian jangka panjang,
memerlukan pelepasan jalan nafas untuk memberikan perawatan
oral.

UNIT TERKAIT Dokter dan Perawat UGD

INTUBASI ENDOTRAKEAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 2
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
40
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Teknik memasukan Endotracheal Tube (ET) ke dalam trakea


TUJUAN Untuk menegakkan patensi jalan nafas.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Siapkan set oksigen.
2. Pasang infus.
3. Tempatkan defibrillator di sisi pasien.
4. Siapkan suction dan periksa apakah berfungsi dengan baik,
hubungkan ujung penghisap yangkuer pada sumbernya.
5. Siapkan Ambu Bag.
6. Pasang Monitor Jantung / EKG.
7. Periksa alat - alat di atas apakah berfungsi dengan baik.
8. Pindahkan alas kepala dan tempatkan pasien sedekat mungkin
dengan bagian atas bed resusitasi. Pasien pada posisi sniffing, leher
dalam keadaan fleksi dengan kepala ekstensi. Keadaan ini dapat
dicapai dengan menempatkan 2 - 4 inci alas kepala di leher
belakang bagian bawah.
9. Pilih ukuran Endotracheal Tube (ET) yang sesuai.
10. Pilih laringoskop yang sesuai dan periksa bola lampu, apakah
dapat menyala dengan baik.
11. Siapkan ET dan kembangkan manset I balonnya apakah dapat
mengembangkan simetris atau tidak.
12. Basahi ET dengan jelly anestetik.
13. Masukkan stylet ke dalam tube dan yakinkan bahwa stylet tidak
menonjol/keluar dari ujung ET.
14. Pegang ET dengan bagian probe dan stylet pada tempatnya
laringoskop dengan blade terpasang dan jalan nafas orofaringeal
kea rah Pemasang Intubasi.
15. Observasi tanda - tanda vital, pertahankan terapi intravena dan
awasi kemungkinan adanya disritmia.
16. Berikan tekanan pada Krikoid selama intubasi endotrakeal untuk
melindungi regurgitasi isi lambung. Temukan kartilago Krikoid
dengan menekan raba tempat di bawah kartilago Tiroid. Bagian
inferior yang menonjol ke arah kartilago Tiroid adalah kartilago
Krikoid. Berikan tekanan pada bagian antero - lateral dari kartilago
Krikoid tepat sebelah lateral dari garis tengah, gunakan ibu jari dan
jari telunjuk. Pertahankan tekanan sampai man set Et
dikembangkan.

41
INTUBASI ENDOTRAKEAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA SKP/ 00 2 dari 2
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS

PROSEDUR 17. Setelah ET pada tempatnya, kembangkan manset dengan isi


yang minimal.
18. Selama inspirasi masukkan dengan perlahan udara ke dalam
garis manset, tahan manset yang sudah dikembangkan selama
siklus ekspirasi.
19. Ulangi dengan perlahan pengembangan manset selama siklus
inspirasi tambahan.
20. Akhiri mengembangkan manset bila kebocoran sudah berhenti.
21. Lakukan penghisapan dan ventilasi.
22. Untuk memeriksa posisi ET, ventilasi dengan Bag dan lakukan
auskultasi bunyi nafas.
23. Fiksasi ET pada tempataya dengan langkah - langkah sebagai
berikut.
Bagi pasien dengan intubasi oral yang bergigi dengan
manset, masukkan jalan nafas orofaringeal atau batasan
blok antar gigi (jika jalan nafas orofaringeal yang digunakan
ini harus dipendekkan sehingga tidak masuk ke dalam
faring posterior).
Bagi dua lembar plester, sebuah dengan panjang hampir 20
- 24 cm ada yang lain sekitar 14 - 16 cm (cukup untuk
mengelilingi pasien dan melingkari ET beberapa waktu).
Letakkan plester dengan panjang 20 - 24 cm pada daerah yang
rata, tegakkan sisinya ke atas dan balikkan ke arah plester
dengan panjang 14 16 cm.
Letakkan satu ujung plester menyilang di atas bibir bawah
menyilang dagu, kemudian ujungnya mengitari ET pada titik Tube
masuk ke arah mulut.
Lakukan auskultasi dada bilateral.
TINDAK LANJUT 1. Pastikan bahwa ET telah terfiksasi dengan baik dan pasien
mendapat ventilasi adekuat.
2. Kaji sumber oksigen atau ventilator.
3. Lakukan pemeriksaan rongga dada, portable untuk memeriksa letak
ET.

UNIT TERKAIT Dokter dan Perawat UGD

42
EVALUASI PASIEN AKUT DAN TIDAK AKUT

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Evaluasi terhadap pasien akut dan tidak akut yang datang ke
UGD
TUJUAN 1. Terselenggaranya evaluasi pelayanan pasien akut dan tidak akut
di Instalasi Gawat Darurat.
2. Terjaminnya kualitas pelayanan UGD agar mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Kepala UGD dibantu oleh Kaur Min UGD dan Perawat UGD mendata
penderita di UGD dengan mengelompokkan dalam pasien akut dan
tidak akut.
2. Setiap satu bulan sekali Kepada UGD melaporkan jumlah pasien
akut dan tidak akut dan membuat evaluasi.
3. Hasil evaluasi dilaporkan ke Ka Rumkit melalui Kadep LMP.
4. Ka Rumkit memberi instruksi tindak lanjut dari hasil evaluasi
tersebut.
5. Petugas yang ditunjuk melaksanakan tindak lanjut tersebut.

UNIT TERKAIT 1. Kepala UGD


2. Staff UGD

43
PROSES PENANGANAN BEDAH CITO

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Bedah cito adalah suatu proses penanganan pasien yang
memerlukan penanganan pembedahan segera sesuai dengan prosedur
dan standar yang berlaku di RS. Bhayangkara Selapa POLRI.
TUJUAN 1. Mengoptimalkan pelayanan terhadap pasien gawat darurat yang
memerlukan pembedahan segera.
2. Sebagai acuan bagi Dokter dan Perawat Jaga UGD dalam
mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan untuk
melakukan suatu prosedur penanganan pasien yang memerlukan
bedah cito dengan cepat dan benar.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Mempersiapkan kelengkapan yang dibutuhkan:
1.1. Status / dokumen medik
1.2. Surat Izin Operasi
1.3. Pemeriksaan Laboratorium
1.4. Foto Toraks (bila perlu)
1.5. EKG (untuk usia di atas 40 tahun)
1.6. IV line
1.7. Kateter Urine (bila perlu)
1.8. NGT (bila perlu)

44
1.9. Pisau Cukur
1.10. Persiapan darah (bila perlu)
2. Pasien kasus bedah datang ke UGD dan setelah dilakukan
pemeriksaan oleh Dokter Jaga UGD maka akan dikonsultasikan
kepada Konsulen Bedah dan bila memerlukan tindakan bedah cito,
maka dokter yang telah memeriksa harus menjelaskan kepada
pasien dan keluarga pasien (bila dapat berkomunikasi) bahwa akan
dilakukan bedah cito (segera).
3. Setelah pasien dan keluarga pasien setuju, perawat memberikan
formulir persetujuan operasi yang sudah diisi terlebih dahulu oleh
dokter kepada keluarga pasien untuk diisi dan ditanda-tangani.

PROSES PENANGANAN BEDAH CITO

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 2 dari 2
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS

PROSEDUR 4. Perawat UGD menghubungi Petugas Kamar Operasi, Dokter dan


Penata Anestesi sementara itu, dilakukan persiapan pasien yang
meliputi pemasangan IV line, kateter urin (bila perlu), pemasangan
NGT (bila diperlukan), pemeriksaan laboratorium, radiologi dan
EKG, konsultasi dengan Dokter Terkait bila ada penyakit penyerta
dan dilakukan pencukuran area operasi, dan lain-lain sesuai kondisi
dan kebutuhan pasien.
5. Perawat UGD membuat Surat Permohonan Kamar / Ruang Rawat
yang diserahkan kepada keluarga pasien untuk dibawa ke PEND
AFT ARAN.
6. Setelah persiapan operasi dan administrasi selesai serta tim OK
siap maka pasien dikirim ke OK oleh Perawat UGD.
7. Hal yang perlu diperhatikan: bahwa apabila Dokter Spesialis On
Call tidak dapat dihubungi dalam waktu 30 menit maka dapat
diganti oleh Dokter Bedah Lain yang saat itu tidak jaga.

PETUGAS 1. Dokter
PELAKSANA 2. Perawat UGD
UNIT TERKAIT 1. UGD
2. Laboratorium
3. Radiologi
4. Dokter Konsulen

45
PENANGANAN KASUS BEDAH PADA PASIEN
KECELAKAAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Melakukan penanganan pada pasien yang mengalami


kecelakaan
TUJUAN 1. Mengatasi terjadinya syok hipovolemik dan syok kardiogenik
2. Staf mampu mengidentifikasi kondisi luka
3. Staf mampu melakukan langkah-langkah penanganan yang tepat
dan cepat sesuai dengan kondisi luka
4. Staf mampu memantau keadaan umum pasien
5. Staf mampu menerapkan prinsip-prinsip standard personal
precaution sesuai dengan pedoman pengendalian infeksi RS
Bhayangkara Selapa Polri
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, yaitu:
1.1. Monitor vital sign
46
1.2. Trolley infus + Blood Set
1.3. Trolley wt dan GV
1.4. WSD bila perlu
1.5. ATS, TT
1.6. Underpad
1.7. NaCl
1.8. Obat antiseptic
2. Penatalaksanaan luka
1.1 Bersihkan luka dengan NaCl lalu bilas dengan Betadine
1.2 Apabila terdapat luka robek/sesuai indikasi, persiapkan pasien
untuk dilakukan jahit luka
3. Anjurkan pasien atau keluarga untuk mengisi Informed Consent
4. Berikan anestesi local, bila diperlukan lakukan debridement
(membuang jaringan yang mati)
5. Bila ditemukan luka dengan perdarahan yang banyak, lakukan jahit
situasi untuk stop perdarahan
6. apabila debridement dilakukan di Kamar Operasi (OK) atau luka
yang banyak dan bisa menimbulkan komplikasi / rupture tendon

PENANGANAN KASUS BEDAH PADA PASIEN


KECELAKAAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
PROSEDUR 7. Siapkan pasien, juga dokumentasi pasien:
7.1. Penatalaksanaan Trauma Toraks
7.1. Kontrol Airway, berikan oksigenasi adekwat, bebaskan jalan
nafas dari sisa makanan atau bekuan darah
7.2. Pasang IV line, atasi syok / perdarahan
7.3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
7.4. Lakukan CPR di tempat (cito), apabila ada kelainan, konsul
Dokter Bedah
8. Persiapkan untuk Torakotomi atau pasang WSD
9. Berikan analgetik untuk mencegah depresi nafas oleh karena ada
jejas di toraks
10. Konsul Dokter Bedah Toraks, siapkan pasien untuk persiapan
operasi (Lab, foto toraks, EKG, siapkan permintaan darah bila
dicurigai adanya perdarahan hebat)
11. Penatalaksanaan Trauma Abdomen
11.1 Sama dengan di atas
11.2 Foto abdomen 3 posisi (cito) bila dicurigai adanya perforasi

47
usus Cek laboratorium, darah rutin + Hb, pasang kateter
urin (untuk memantau terjadi perdarahan intra-abdominal)
11.3 Siapkan transfuse darah bila ada perdarahan massif (hebat)
12. Konsul segera Dokter Bedah

UNIT TERKAIT 1. Dokter jaga UGD


2. Dokter konsulen bedah
3. Perawat

PROSEDUR CODE BLUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Code Blue adalah prosedur tindakan bagi semua karyawan RS.
Bhayangkara Selapa Polri pada kondisi gawat darurat/emergensi secara
jelas dan praktis.
TUJUAN 1. Mampu mengetahui prosedur sesuai dnegan urutan tindakan
apabila terjadi kondisi gawat darurat/emergensi.
2. Mampu menjalankan tugas-tugasnya apabila terjadi kondisi gawat
48
darurat/emergensi
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Persiapan :
1.1 Emergensi troli yang siap pakai
1.2 Peralatan life saving
1.3 Defibrilator dan suction
2. Pelaksanaan :
2.1. Apabila ada karyawan di RS. Bhayangkara Selapa Polri yang
menemukan pasien dalam kondisi emergensi maka akan segera
member kode panggilan emergensi/gawat darurat.
2.2. Dokter/perawat yang pertama kali melihat harus melakukan :
2.2.1. Menilai kesadaran dan kondisi pasien
2.2.2. Melakukan pembebasan jalan nafas dengan Head Tilt &
Chin Lift
2.2.3. Memberikan ruangan yang cukup luas disekitar pasien.
2.2.4. Apabila pasien ditemukan dalam keadaan Cardiac
Arrest/henti jantung (tidak ada nafas dan tidak teraba
nadi di leher) maka petugas harus melakukan CPR/RJP
dengan perbandingan 30 kompresi dan dua kali bantuan
pernafasan sampai dengan adanya petugas UGD datang
2.2.5. Perawat ke-2 meminta bantuan untuk :
2.2.5.1. Mengambil troli emergensi
2.2.5.2. Pada pasien
2.2.5.3. Memberikan bantuan nafas buatan dengan
menggunakan Pocket Masker/Bag Valve Mask
(Ambu Bag).

PELAKSANA 1. Dokter jaga


2. Perawat jaga
UNIT TERKAIT 1. UGD
2. Rekam Medik

MENCUCI TANGAN SEBELUM TINDAKAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK

49
PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Sebelum melakukan tindakan medis maka seluruh petugas UGD
melakukan cuci tangan secara baik dan benar
TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Cuci tangan dengan air mengalir menggunakan anti - septik,
keringkan dan sempurnakan dengan membasuh memakai cairan
alkohol 70% atau sejenisnya.
2. Perhatikan hal - hal sebagai berikut :
2.1. Kuku jari tangan harus pendek.
2.2. Tanggalkan semua perhiasan yang ada di lengan.
2.3. Gulung kedua lengan baju 7 - 10 cm di atas siku.
2.4. Topi dan masker harus terpasang secara baik dan benar (bila
diperlukan).
2.5. Periksa cairan anti - septik.
2.6. Periksa kesiapan sikat cuci tangan.
2.7. Hindari terjadinya kontaminasi saat cuci tangan dilaksanakan
maupun setelah selesai dilaksanakan.
3. Hidupkan keran, sesuaikan aliran keran dengan kebutuhan.
4. Basahi kedua lengan teteskan cairan antiseptik 2 ml kemuadian
gosokkan pada kedua lengan tanpa menggunakan sikat, bilas
dengan air yang mengalir unruk menghilangkan debu dan lemak.
5. Perhatikan pada saat membilas jari - jari tangan harus lebih tinggi
dari siku.
6. Ambil sikat steril yang telah disiapkan, bersihkan dahulu dari sisa -
sisa desinfektan perendam dengan air yang mengalir.
7. Teteskan cairan anti-septik 2-3 ml pada telapak tangan atau dapat
diteteskan pada permukaan sikat.
8. Teknik penggosokan :
8.1. Lengan kanan
Sikat mulai dari kuku - kuku jari - jari tangan, telapak tangan,
lengan bagian luar, lengan bagian dalam hingga atas siku
masing - masing 10 hitungan (jumlah keseluruhan 100
hitungan) untuk satu lengan.
8.2. Lengan kiri
Sikat lengan kiri dengan teknik penyikatan yang sama dengan
lengan kanan.
8.3. Bilas kedua lengan dengan air yang mengalir beserta sikatnya,
perhatikan posisi jari - jari tangan tetap lebih tinggi dari siku.

MENCUCI TANGAN SEBELUM TINDAKAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS

50
PROSEDUR 8.4. Ulangi teknik penggosokan pada kedua lengan ini dua kali lagi
dengan teknik yang sama.
8.5. Kembalikan sikat cuci tangan ke tempat yang telah disiapkan.
8.6. Teteskan kembali cairan anti - septik 2 - 3 ml di telapak
tangan, gosok tanpa menggunkan sikat hingga di bawah siku
tanpa dibilas lagi.
8.7. Apabila teknik cuci tangan dilaksanakan secara baik dan
benar, maka akan memakan waktu antara 5-10 menit.

UNIT TERKAIT Petugas UGD

SOP PASIEN AKUT (EMERGENSI) DAN


NON-AKUT (NON EMERGENSI)

51
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
/I/2016/RSBS
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN 1. Pasien akut (emergensi) adalah kondisi seseorang (pasien) karena


sebab tertentu secara tiba-tiba menjadi gawat dan nyawanya
terancam atau diperkirakan kondisinya akan menjadi semakin buruk
sehingga oleh karenanya dapat meninggal atau anggota badannya
menjadi cacat.
2. Pasien non-gawat darurat adalah pasien yang datang ke UGD
dengan kondisi yang masih baik dan seharusnya dilayani di Poli
Klinik, oleh karena datang di luar jam kerja di mana Poli Klinik tutup
maka harus dilayani di UGD.
TUJUAN Untuk memberikan pedoman kepada petugas UGD dalam memberikan
pelayanan medis dan keperawatan UGD RS Bhayangkara Selapa Polri.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Pasien yang datang ke UGD ditriage oleh Dokter Jaga / Perawat
Senior.
2. Keluarga / pasien mendaftar ke Ruang Pendaftaran .
3. Pasien non-gawat darurat ditempatkan di Ruang Hijau untuk
dilakukan pemeriksaan oleh dokter yang kemudian pasien
dipulangkan dan dibuatkan resep obat untuk satu hari, selanjutaya
pasien dianjurkan untuk periksa ulang di Poli Klinik pada keesokan
harinya. Bila setelah ditriage ternyata pasien digolongkan akut /
gawat darurat maka pertolongan dapat dilakukan sejak turun dari
mobil dan ditempatkan di ruang resusitasi (Jalur Warna Putih) /
Ruang Tindakan (Jalur Merah).
4. Dalam keadaan pasien melebihi kapasitas tempat tidur UGD
penempatan pasien akan tidak sesuai dengan alur triage dan akan
diatur oleh Triage Officer.
5. Bila dalam pelaksanaan di UGD terdapat pasien akut / emergens!
maka dokter / perawat UGD harus mendahulukan menangani pasien
akut / emergensi dan pasien non-gawat darurat harus menunggu
giliran sampai dengan pasien emergensi telah tertangani.
6. Membuat laporan, evaluasi, rekomendasi dan tindak lanjut setiap
bulan disampaikan kepada ketua Komite Medik.

PELAKSANA Dokter dan Perawat UGD

52
UNIT TERKAIT 1. Layanan Medik dan Perawatan
2. Instalasi Rawat Inap (Irna)

TATA CARA MENGANTAR PASIEN


DI RS. BHAYANGKARA SELAPA POLRI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI
SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Memindahkan pasien dari Ruang Emergensi RS. Bhayangkara


Selapa Polri ke Ruang Perawatan sesuai dengan indikasi medis, kondisi
pasien atau permintaan keluarga.
TUJUAN 1. Pasien dan keluarga mendapatkan ruang rawat sesuai dengan
kondisi pasien dan kemampuan keuangan.
2. Staf mampu melakukan prosedur sesuai dengan kebijakan RS
Bhayangkara Selapa Polri.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, yaitu :
1.1. Alat transportasi pasien (kursi roda / brancard) dan pemeriksaan
bila ada.
1.2. Dokumen medik pasien.
2. Melakukan pengecekan ke Ruang Perawatan apakah kamar sudah
siap atau belum.
3. Perawat melakukan pengeceka terlebih dahulu sebelum pasien
dikirim ke Ruangan apakah semua Instruksi Dokter sudah
dilaksanakan
4. Jika ruangan siap keluarga pasien diberikan penjelasan bahwa
pasien akan dipindahkan ke Ruang Perawatan
5. Mengantar pasien ke ruang perawatan dan serah terima pada
perawat ruangan tentang kondisi pasien, instruksi yang sudah
dikerjakan dan obat-obatan yang diberikan

UNIT TERKAIT UGD

53
INDIKATOR MUTU KLINIK UGD EMERGENCY LOSS
OPERATION RATE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN 1. Emergency Operation Rate (EOR) merupakan indikator mutu


pelayanan klinis yang menyatakan persentase jumlah operasi
emergensi bedah di kamar operasi UGD terhadap seluruh kasus
emergensi bedah yang memerlukan tindakan pembedahan pada
kurun waktu tertentu.
2. EOR didapat dari jumlah operasi emergensi bedah di kamar operasi
UGD dibagi dengan seluruh kasus emergensi bedah yang
memerlukan tindakan pembedahan.
3. Makin tinggi EOR menunjukkan makin tingginya kemampuan rumah
sakit dalam menyediakan pelayanan emergensi yang bermutu.
4. Emergency Loss Operation Rate (ELOR), merupakan prosentase
jumlah operasi emergensi bedah yang gagal dilakukan di
Emergency Setting (baik karena alasan medis maupun alasan non-
medis) terhadap seluruh kasus emergensi bedah yang memerlukan
tindakan pembedahan.
5. ELOR didapatkan dari 1 - ELOR.
Berlawanan dengan EOR, makin tinggi ELOR menunjukkan makin
rendahnya komitmen rumah sakit dan mutu pelayanan emergensi.
TUJUAN -
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Setelah menegakkan diagnosis, Dokter Jaga merencanakan tindakan
operasi.
54
2. Setelah dilakukan persiapan pre-operatif Dokter Jaga lapor kepada
Dokter Konsulen Bedah dan Konsulen Anestesi.
3. Konsulen kemudian memberikan persetujuan / penolakan operasi.
4. Bila kedua konsulen setuju maka ditentukan waktu operasi.
5. Apabila konsulen memandang adanya indikasi media untuk
menunda operasi, maka konsulen memberitahukan alas an
penundaan kepada dokter jaga serta memberikan advis
penanganan selanjutnya
6. Dokter jaga menuliskan alasan penundaan dalam buku catatan
Dokter Jaga, termasuk apabila alasan penolakan datangg dari
penderita atau kelnarganya.
7. Perawat Jaga menuliskan alasan penundaan dalam buku catatan.
8. Seksi Kendali Mutu UGD mengumpulkan data seluruh kasus bedah
yang ditangani UGD, kasus yang langsung dioperasi di kamar
operasi UGD, kasus yang ditunda, serta alasan penundaan.
9. ELOR didapat dengan menghitung jumlah kasus bedah yang ditunda
operasinya dibagi dengan jumlah seluruh kasus bedah.

INDIKATOR MUTU KLINIK UGD EMERGENCY LOSS


OPERATION RATE

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
PROSEDUR 10.ELOR dievaluasi setiap 4 bulan sekali.
11. Kepala UGD melaporkan hasil evaluasi kepada Kasiyanmedwat.
12.Kasiyanmedwat menyampaikan tanggapan dan perbaikan.
UNIT TERKAIT 1. SMF
2. Keperawatan
3. Seluruh Dokter
4. Instalasi Gawat Darurat
5. Instalasi Rekam Medik
6. Instalasi Farmasi
7. Instalasi Laboratorium
8. Instalasi Radiologi

55
PERGANTIAN PETUGAS RADIOLOGI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Serah terima tugas mengenai Pelayanan Radiologi di UGD antar
Petugas Radiologi pada saat selesai tugas pada jam/shift berikutnya
TUJUAN Tercapainya penatalaksanaan Pelayanan Radiologi terhadap pasien
secara berkesinambungan, berdaya-guna dan berhasil-guna.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Petugas Radiologi Pertama menyerahkan tanggung jawab kepada
Petugas Radiologi Berikutnya.
2. Serah terima dilakukan secara lisan pada setiap pergantian shift
jaga.
3. Petugas Radiologi Berikutnya datang 15 menit sebelumnya, apabila
dalam jangka waktu 30 menit setelah jam pergantian jam shift
Pengganti belum datang maka Petugas Radiologi Pertama tidak
boleh meninggalkan tempat dan diminta menghubungi Kepala
Instalasi Radiologi.

56
UNIT TERKAIT UGD

PERGANTIAN JAGA PETUGAS LABORATORIUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Serah terima mengenai Pelayanan Laboratorium di UGD antar


Petugas Laboratorium pada saat selesai tugas pada jam/shift
berikutnya
TUJUAN Tercapainya penatalaksanaan Pelayanan Laboratorium terhadap pasien
secara berkesinambungan, berdaya-guna dan berhasil-guna.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Petugas Laboratorium Pertama menyerahkan tanggung jawab
kepada Petugas Laboratorium Berikutnya.
2. Serah terima dilakukan secara lisan pada setiap pergantian shift
jaga.
3. Petugas Laboratorium Berikutnya datang 15 menit sebelumnya,

57
apabila dalam jangka waktu 30 menit setelah jam pergantian jam
shift Pengganti belum datang maka Petugas Laboratorium Pertama
tidak diperkenankan meninggalkan tempat dan diminta
menghubungi Kepala Instalasi Laboratorium.

UNIT TERKAIT 1. UGD


2. Laboratorium

KRITERIA PELANGGARAN DAN PENANGANAN ETIKA


PROFESI KEPERAWATAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI
SKP/ 00 1 dari 3
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Kriteria pelanggaran adalah merupakan bentuk perbuatan-


perbuatan pelanggaran etika yang dilakukan oleh perawat baik
disengaja maupun tidak disengaja
TUJUAN 1. Meningkatkan profesionalisme bidang keperawatan.
2. Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pasien dan rekan
kerja.
3. Sebagai acuan dalam pemberian sanksi kepada perawat yang
melakukan pelanggaran etika.
58
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Beratnya suatu pelanggaran dapat digolongkan ke dalam
beberapa kriteria, yaitu :
A.1 Kriteria Ringan
A.1.1 Tidak melakukan standar grooming dan standar greeting.
A.1.2 Bersikap tidak ramah yang mengakibatkan komplain.
A.1.3 Tidak melakukan komunikasi terapeutik yang
mengakibatkan komplain.
A.1.4 Tidak melayani pasien saat dibutuhkan.
A.1.5 Tidak melakukan instruksi dokter.
A.1.6 Pasien jatuh dengan pagar bed yang terpasang.
A.1.7 Melakukan transaksi jual beli di ruangan perawatan.
A.1.8 Salah mencantumkan nama pasien pada stiker infus.
A.1.10 Melakukan re-cap yang mengakibatkan needle
injury Tidak mendengarkan dan memperhatikan setiap
keluhan pasien
A.1.11 Tidak memberikan penjelasan sebelum melakukan
tindakan perawatan atau pengobatan
A.1.12 Membuang sampah tidak sesuai dengan standar
lebih dari 3 kali dalam satu bulan
A.1.13 Membedakan pelayanan terhadap pasien atas
dasar perbedaan warna kulit, umur, jenis kelamin, status
social, aliran agama dan politik
A.1.14 Tidak menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat,
dan kelangsungan hidup beragama dari pasien

KRITERIA PELANGGARAN DAN PENANGANAN


ETIKA PROFESI KEPERAWATAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 3
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS

PROSEDUR A.2 Kriteria Sedang


A.2.1 Tidak memasukan order atau struk dokter ke rekening
pasien yang mengakibatkan kerugian Rumah Sakit
A.2.2 Tidur pada saat jam dinas
A.2.3 Merusak dengan sengaja atau tidak alat-alat medis
A.2.4 Tidak melaporkan kehilangan alat-alat Rumah Sakit
A.2.5 Tidak melaporkan Kejadian Luar Biasa, misalnya adanya
59
phlebitis, dan lain-lain
A.2.6 Tidak melaporkan complain pasien yang berat

A.3Kriteria Berat
A.3.1 Tidak melakukan pedoman 5 benar dalam pemberian
obat (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar
rule/dosis)
A.3.2 Pasien jatuh tanpa dipasang pagar bed
A.3.3 Salah memberikan transfuse (salah pasien, jenis darah,
dan lain-lain)
A.3.4 Salah mencantumkan label nama pasien
A.3.5 Sengaja memberikan obat tanpa diencerkan sesuai
dengan aturannya
A.3.7 Salah menentukan lokasi pemasangan infuse yang
berakibat merugikan pasien, misalnya timbul bullae, kulit
terbakar dan lain-lain
A.3.7 Memasukan alat invasive dokter yang mengakibatkan
kegawatan pasien
A.3.8 Tidak melakukan instruksi dokter yang mengakibatkan
kegawatan pasien
A.3.9 Membuka kerahasiaan dokumen pasien untuk
kepentingan pribadi dan tanpa seizing dokter yang
merawat
A.3.10 Tidak melaporkan keadaan pasien yang berpotensi
menjadi buruk, misalnya hiponatremia, hipokalemia,
asidosis respiratorik, dan lain-lain
A.3.11 Tidak melaporkan kerusakan/kehilangan alat-alat
medis khusus yang mahal
A.3.12 Memberikan cairan infuse yang tidak sesuai
dengan skema dan jenis cairannya
A.3.13 Melakukan absensi orang lain
A.3.14 Tidak melaporkan kejadian luar biasa, misalnya
sumber api

A.4Kriteria Berat Sekali


A.4.1 Melakukan tindakan asusila dilingkungan Rumah Sakit
A.4.2 Mencuri alat-alat rumah sakit
A.4.3 Mencuri obat-obatan

60
KRITERIA PELANGGARAN DAN PENANGANAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATAN

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 3 dari 3
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS

PROSEDUR 2. Penanganan Etika Berdasarkan Kriteria


B.1 Kriteria Ringan
B.1.1 Kasubsiwat ruangan memanggil perawat yang
bersangkutan
B.1.3 Untuk criteria 1-10 Kasubsiwat memberikan teguran lisan
dan member kesempatan untuk berubah dengan
pembinaan dan pengawasan Kasubsiwat
B.1.3 Jika sudah 3 kali mendapat teguran lisan tidak berubah,
maka diberikan surat peringatan tertulis tingkat 1
B.1.4 Untuk criteria 11-23 langsung diberikan surat peringatan
tertulis
tingkat 1
B.2 Kriteria Sedang
B.2.1 Kasubsiwat memanggil perawat yang bersangkutan
B.2.2 Kasubsiwat memberitahukan pelanggaran yang telah
dibuat dan langsung memberikan surat peringatan
tingkat III
B.3 Kriteria Berat
B.3.1 Kasubsiwat memanggil perawat yang bersangkutan
B.3.2 Kasubsiwat memberitahukan pelanggaran yang telah
dibuat dan langsung memberikan surat peringatan
tertulis tingkat III
B.4 Kiteria berat sekali
Untuk criteria ini, Kasubsiwat langsung menyerahkan ke
Kasiyanmedwatt dan humsar

HAL HAL 1. Untuk surat peringatan tertulis I-III berlakunya adalah 6 bulan
YANG HARUS 2. Surat Peringatan I-III ditandatangani oleh perawat yang
DIPERHATIKAN
bersangkutan, Kasubsiwat
3. Bila dalam waktu masa berlaku surat peringatan perawat yang
bersangkutan melakukan pelanggaran lainnya, maka surat
peringatan berubah satu tingkat diatasnya. Masa berlaku surat
peringatan terhitung dari surat peringatan terakhir
4. Surat Peringatan I-III yang sudah ditandatangani diserahkan ke
Humsar dan bila perlu dilaporkan ke Pimpinan Rumah Sakit.

UNIT TERKAIT 1. Ka Rumkit Bhayangkara Selapa Polri


2. Humsar
3. Ka Sub Siewat dan Kasiyanmedwat
61
KERANGKA ACUAN PERHITUNGAN WAKTU
PELAYANAN PERTAMA DI GAWAT DARURAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI
SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENDAHULUAN Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Gawat Darurat agar


sesuai dengan standar WHO diperlukan suatu kerangka acuan dalam
penilaian angka perhitungan waktu kecepatan pelayanan pertama
Gawat Darurat yang digunakan sebagai indikator klinik dalam
peningkatan mutu pelayanan
LATAR 1. Perlunya kerangka acuan untuk menilai kesiapan Instalasi Gawat
BELAKANG Darurat dalam melayani pasien.
2. Perlunya indikator penilaian dalam pelayanan di UGD.
3. Untuk memenuhi salah satu persyaratan akreditasi.
TUJUAN 1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan pertama Gawat Darurat RS
Bhayangkara Selapa Polri.
2. Untuk menilai kesiapan Gawat Darurat RS Bhayangkara Selapa Polri
dalam melayani Pasien Gawat Darurat.
3. Untuk memenuhi persyaratan akreditasi Rumah Sakit bidang Gawat
Darurat.
KEGIATAN Menilai kecepatan pelayanan pertama Gawat Darurat (Emergency
POKOK Response Time Rate) sesuai WHO - Dirjen Yan Medik Depkes tahun
1998.
KEGIATAN 1. Melakukan pencatatan waktu pasien datang sampai dengan
dilakukan tindakan medis pertama Gawat Darurat
2. Yang melakukan pencatatan adalah perawat yang pertama kali
menangani pasien baru datang
3. Pencatatan meliputi waktu pasien datang dan waktu pasien
dilakukan tindakan medis/ keperawatan pertama setelah tiba di UGD
4. Pencatatan harus ditulis pada kolom catatan perawatan di status
pasien UGD.
62
SASARAN Setiap pasien gawat darurat yang datang ke UGD
EVALUASI 1. Evaluasi dilakukan setiap hari oleh Kalakhar Administrasi dan setiap
3 (tiga) bulan oleh Ka UGD
2. Hal yang dinilai adalah kecepatan pertolongan dan kecenderungan
adanya keterlambatan pemberian bantuan medic
3. Pelaksanaan evaluasi setiap tiga bulan akan dihadiri oleh seluruh
personil UGD.

PUTUSAN ALIH RAWAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Pemberian keputusan apakah penderita emergensi perlu dialih-rawat


ke institusi kesehatan lain yang memiliki sumber daya manusia dan
peralatan memadai
TUJUAN 1. Meningkatkan pelayanan dengan orientasi kepada kepentingan dan
kepuasan pasien.
2. Konsultasi spesialis lain yang tidak ada di RS Bhayangkara Selapa
Polri.
3. Kerja sama dengan institusi kesehatan lainnya.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Perawat melaporkan keadaan pasien kepada Dokter Jaga /
ruangan.Dokter Jaga memeriksa pasien selanjutnya
mengkonsultasikan kepada Dokter Spesialis dan Dokter Spesialis
anestesi atau Dokter Konsulen lainnya.
2. Dokter Spesialis memberikan penilaian, diagnosis dan terapi untuk
alih rawat.
3. Dokter Spesialis memberikan persetujuan untuk pemindahan
perawatan pasien.
4. Dokter Jaga / ruangan, membuat / menanda-tangani surat rujukan,
berisi: Identitas Pasien, Diagnosis Utama dan Tambahan, yang telah
diberikan. Catatan data penunjang yang diperlukan. Maksud pindah
63
rawat atas perintah Dokter Spesialis.
5. Pasien dan keluarganya diberi penjelasan tentang perlunya pindah
rawat ke rumah sakit lain.
6. Catatan medik dan hasil laboratorium yang asli tida dikirim,
pengiriman pasien didahului dengan komunikasi untuk kesediaan
menerima pasien di rumah sakit yang dituju
7. Pemindahan pasien menggunakan mobil ambulance rumah sakit,
didampingi oleh prawat ntuk serah terima pasien kepada rumah
sakit yang dituju
8. Segala biaya perawatan dan biaya transportasi harus sudah
terbayar lunas.
9. Pemindahan pasien dicatat dibuku laporan dan buku keluar masuk
pasien di bangsal perawatan.
10. Catatan medik pasien dikembalikan ke Bagian Rekam Medik.
11. Perawat melaporkan kepada Ka Instalasi Rawat Inap tentang
kepindahan pasien ke rumah sakit Iain.

UNIT TERKAIT 12. Instalasi Rawat Inap RS Bhayangkara Selapa Polri


13. Instalasi Gawat Darurat

SOP PELAYANAN LABORATORIUM DI UGD

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Instalasi Patologi Klinik/Laboratorium RS Bhayangkara Selapa


Polri adalah merupakan unit terkait pelayanan penunjang medis yang
menjalankan operasional 24 jam secara terus-menerus dengan sistem
kerja shift yang terbagi dalam 2 shift
TUJUAN Meningkatkan mutu pelayanan medik melalui dukungan pemeriksaan
penunjang medis yang komprehensif secara 24 jam terus-menerus.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Dokter melakukan permintaan pemeriksaan specimen yang
dibutuhkan dengan mengisi formulir laboratorium yang sudah
tersedia

64
2. Pengambilan sampel specimen dilakukan oleh petugas laboratorium
sesuai dengan pemeriksaan yang dibutuhkan.
3. Formulir laboratorium diantar oleh keluarga pasien ke laboratorium.
4. Khusus pasien emergensi,pengambilan specimen dilakukan petugas
laboratorium di UGD.
5. Apabila hasil laboratorium sudah selesai diproses dan telah di setujui
oleh penanggung-jawab laboratorium, maka hasil dapat dicetak dan
diambil oleh keluarga pasien untuk diserahkan ke dokter pemeriksa.

UNIT TERKAIT 1. UGD


2. Instalasi Patologi Klinik

PELAYANAN RADIOLOGI MENDUKUNG PELAYANAN


EMERGENSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Instalasi radiologi RS Bhayangkara Selapa Polri adalah merupakan unit


pelayanan penunjang medis yang menjalankan operasional 24 jam
secara terus-menerus dengan sistem kerja dalam 2 (dua) shift, yaitu
pagi dan malam
TUJUAN Meningkatkan mutu pelayanan medik melalui dukungan pemeriksaan
penunjang medis yang komprehensif secara 24 jam terus-menerus
terhadap pasien-pasien emergensi
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007

65
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Dokter melakukan permintaan pemeriksaan radiologi yang
dibutuhkan dengan mengisi formulir lradiologi yang sudah tersedia
2. Pengambilan foto radiologi dilakukan oleh piata rontgen di ruang
radiologi
3. Foto Rontgen yang telah selesai diproses dapat dipinjam sementara
oleh dokter yang meminta pemeriksaan untuk mengetahui hasil foto
rontgen yang dimintanya
4. Hasil expertise akan dikeluarkan oleh dokter spesialis radiologi pada
jam kerja
5. Untuk hal-hal yang emergensi, foto rontgen dapat dilakukan
pembacaan langsung oleh dokter radiologi yang on call atau
meminta kedatangannya ke rumah sakit segera.

UNIT TERKAIT 1. UGD


2. Instalasi radiologi

EVALUASI FUNGSI BAGI MASYARAKAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah Evaluasi terhadap data demografis penderita UGD serta derajat
kepuasan penderita dan atau keluarganya terhadap pelayanan di UGD

66
TUJUAN 1. Untuk mengevaluasi fungsi UGD RS Bhayangkara Selapa Polri.
2. Untuk memperbaiki fungsi pelayanan UGD agar sesuai kebutuhan
masyarakat.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Analisis Data 10 Besar Morbiditas
1.1. Kepala UGD dibantu Kaur Min UGD mengumpulkan data
morbiditas kunjungan di UGD dan di analisis tiap 1 (satu) tahun.
1.2. Melaporkan hasil analisis ke Ka Rumkit untuk ditindak - lanjuti
oleh Direksi.
2. Analisis Kepuasan Pelanggan
2.1. Kepala UGD membuat quesioner yang isinya berhubungan
dengan kepuasan pasien di UGD setiap bulan.
2.2. Quesioner dibagikan oleh Petugas UGD kepada pasien yang
datang di UGD.
2.3. Hasil quesioner di data dan dievaluasi.
2.4. Hasil evaluasi dilaporkan ke Ka Rumkit untuk ditindak - lanjuti.

UNIT TERKAIT 1. Ka Rumkit Bhayangkara Selapa Polri


2. Kepala UGD
3. Perawat UGD dan masyarakat

RAHASIA MEDIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

67
dr. RINI AFRIANTI, MKK
PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Adalah rahasia tentang status kesehatan pasien yang merupakan hak
bagi pasien untuk tidak diketahui oleh otang lain
TUJUAN 1. Untuk menjamin kerahasiaan pasien.
2. Mewujudkan keamanan pasien dan kenyamanan pasien.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PELAKSANAAN 1. Dokter tidak boleh membocorkan rahasia yang dipercayakan itu
kepada siapa pun juga, term as uk teman sejawat.
2. Tenaga kesehatan lainnya yang terlibat dalam pemberian pelayanan
kesehatan dan administrasi juga wajib menyimpan rahasia ini.
3. Kewajiban menyimpan rahasia ini mempunyai pengecualian yaitu
apabila tercantum :
3.1. Dalam peraturan undang-undang ( dengan permintaan dan
keterangan tertulis yang ditanda-tangani oleh Ka Rumkit
Bhayangkara Selapa Polri)
3.2. Atas izin tertulis pasien itu sendiri.
3.3. Konflik kewajiban atau dengan kepentingan umum.

4. Kepada pengacara pasien surat izin tertulis pasien boleh


diberikan fotokopi dari catatan medical record.
5. Penolakan pemberian fotokopi catatan medical record hanya
dibenarkan apabila ada alasan kuat dan berdasar sehingga
pengungkapannya dapat menimbulkan bahaya bagi pasien itu
sendiri atau kepentingan umum

PENDAMPING PASIEN TIDAK GAWAT TIDAK


DARURAT KE RUANG RAWAT INAP

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI
SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA

68
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit POLRI
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Petugas yang mendampingi penderita yang tidak gawat dan tidak
darurat serta penderita tidak gawat tidak darurat yang dipindahkan ke
bangsal rawat inap
TUJUAN 1. Memindahkan pasien tidak gawat tetapi darurat dan tidak gawat
tidak darurat dengan aman ke Ruang Rawat Inap.
2. Pasien sampai di Ruang Rawat map dengan selamat.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Dokter UGD memberikan penjelasan mengenai diagnosis dan
rencana terapi definitif.
2. Dokter Jaga menentukan status kegawatan penderita serta
menentukan pendamping yang adalah perawat atau injector.
3. Perawat UGD memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga
pasien untuk mengurus administrasi rawat inap ke Bagian
Pendaftaran / Admission Office.
4. Perawat UGD menulis status lengkap di Buku Ekspedisi.
5. Petugas Pendamping mengantar pasien tidak gawat tidak darurat ke
Ruang Rawat Inap yang dipilih keluarga pasien.
6. Petugas Pendamping melaksanakan serah terima pasien dan
administrasi ke Petugas Ruang Rawat Inap, dengan membubuhkan
tanda tangan di Buku Ekspedisi oleh Petugas UGD dan Petugas
Ruang Rawat Inap.

UNIT TERKAIT 1. Pasien


2. Petugas Non-Medik
3. Perawat UGD
4. Dokter UGD
5. Perawat / Petugas Rawat Inap
6. Petugas Admission Office

SOP KEPUASAN PASIEN


DI UGD RS BHAYANGKARA SELAPA POLRI

69
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI
SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Survey kepuasan pasien adalah survey yang dilakukan oleh


manajemen UGD/RS Bhayangkara Selapa Polri untuk menilai pelayanan
dan persepsi masyarakat tentang pelayanan di UGD
TUJUAN Terselenggaranya pelayanan Gawat Darurat yang profesional dan
optimal.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Penilaian survey akan mencakup pelayanan :
1.1. Pelayanan secara keseluruhan.
1.2. Pelayanan Admission Office.
1.3. Pelayanan dokter.
1.4. Pelayanan perawat.
1.5. Fasilitas, kebersihan dan kenyamanan ruangan.
2. Pelaksanaan :
2.1. Data dikumpulkan melalui angket yang tersedia di depan
admission office UGD dan dimasukkan ke kotak saran setelah
diisi oleh pengunjung UGD.
2.2. Data dikumpulkan setiap satu bulan (dengan membuka kotak
angket).
2.3. Data dianalisis dan dievaluasi dan dilaporkan ke Ka Rumkit
Bhayangkara Selapa Polri melalui Kadep LMP untuk ditindak -
lanjuti oleh masing - masing bidang.

PETUGAS 1. Manajemen Rumah Sakit / Instalasi Gawat Darurat


PELAKSANA 2. Dokter
3. Perawat UGD
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan (Irja)
2. Komite Medik

70
RAPAT BERKALA

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Pelayanan bidang gawat darurat adalah sal ah satu bidang pelayanan
di RS Bhayangkara Selapa Polri yang menangani pelayanan medis dan
keperawatan pasien gawat darurat. Dalam rangka menjamin
pelaksanaan secara maksimal perlu diadakan koordinasi melalui
pertemuan berkala bidang medis dan keperawatan, yang meliputi
Dokter Jaga UGD, Penanggung Jawab Keperawatan UGD, Kepala
Pelaksana dan Perawat Pelaksana termasuk instruktur klinik yang
dilaksanakan secara berkala dan insidental bila dipandang perlu.
TUJUAN 1. Penyampaian informasi
2. Mendapatkan umpan balik
3. Evaluasi
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Pertemuan berkala mencakup:
1.1. Pertemuan berkala di dalam lingkungan UGD.
1.2. Pertemuan berkala diatur sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya
2. Pertemuan berkala dilakukan secara teratur minimal setiap bulan,
ditambah pertemauan-pertemuan lain secara incidental sesuai
dengan kebutuhan
3. Setiap pertemuan supaya dibuat daftar hadir dan laporan yang
berkesinambungan dengan rapat-rapat sebelumnya
4. Semua pihak yang terkait berkewajiban melaksanakan,
mengevaluasi dan menindak-lanjuti hasil pertemuan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

UNIT TERKAIT 1. Ketua Komite Medik


2. Sub Dep Keperawatan

71
PERTEMUAN STAF

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Pertemuan staf adalah pertemuan koordinasi internal, formal dan telah
ditetapkan waktunya secara tetap
TUJUAN 1. Untuk meningkatkan koordinasi antar - staf UGD.
2. Meningkatkan mutu pelayanan pasien gawat darurat.
3. Untuk mengevaluasi pelayanan instalasi gawat darurat.
4. Untuk meningkatkan pengetahuan para staf.
5. Untuk mendapatkan pengarahan langsung dari Manager Rumah
Sakit.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Kepala Ruangan beserta Kepala Instalasi Gawat Darurat membuat
jadual pertemuan.
2. Pertemuan dengan staf UGD dilaksanakan setiap Kamis minggu
pertama.
3. Rapat koordinasi dengan Wadir Pelayanan dilaksanakan setiap
enam bulan sekali.
4. Semua staf harus hadir dan mengisi daftar dan bila berhalangan
harap lapor kepada Kepala UGD.
5. Pada waktu pertemuan, staf yang ditunjuk mencatat jalannya rapat
ke dalam buku notulen
6. Di akhir rapat Kepala UGD menyimpulkan hasil rapat dan
ditandatangani notulen rapat
7. Kepala UGD dapat mengadakan pertemuan/rapat sewaktu-waktu
diperlukan

UNIT TERKAIT 1. Kepala Instansi Gawat Darurat


2. Staf UGD

72
3. Instalasi Penunjang UGD
3.1. Instalasi Radiologi
3.2. Instalasi Laboratorium
3.3. Instalasi Rekam Medis
3.4. Petugas Keamanan
3.5. Pengemudi
3.6. Instalasi Farmasi

ORIENTASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 2
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Kegiatan pengenalan dan pemahaman mengenai semua aspek


Instalasi Gawat Darurat baik aspek organisasi, administrative maupun
aspek pelayanan medik maupun pelayanan non-medik.
TUJUAN Agar pegawai baru mampu memahami seluruh aspek pengelenggaraan
UGD sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik serta mampu
menjalin komunikasi dan kerja sama dengan baik sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing - masing.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Petugas baru UGD
1.1. Semua petugas baru harus menjalankan orientasi di UGD setelah
mengikuti orientasi Rumah Sakit Umum.
1.2. Petugas baru mendapatkan materi dari Kepala UGD atau Wakil
Kepala Instalasi sesuai materi program orientasi UGD
1.3. Setelah menjalankan orientasi Kepala UGD menyampaikan
laporan beserta rekomendasi kepada Kepala Rumah Sakit.
1.4. Petugas baru tersebut kemudian bertugas di UGD sesuai dengan
SK Ka Rumkit Bhayangkara Selapa Polri.
2. Petugas non - UGD
2.1. Petugas non - UGD menjalani orientasi di UGD selama tiga hari
dengan materi sampai hari ke - 3.

73
2.2. Setelah menjalani orientasi secara umum petugas yang
bersangkutan perlu mengetahui tugas - tugas yang sangat
berkaitan dengan Petugas UGD.
2.3. Petugas mendapat materi yang diberikan oleh Kepala UGD atau
Kaur Min UGD yang sesuai dengan Program Orientasi
2.4. Selesai mengikuti orientasi di UGD petugas dikembalikan kepada
instalasi yang mengirim
3. Materi
3.1. Hari I
Struktur organisasi, falsafah, misi, motto UGD
3.2. Hari II
Pengenalan kebijakan pelayanan UGD, alur pasien dan
administrasi UGD
3.3. Hari III
Pengenalan fasilitas alat-alat medis dan non medis UGD dengan
cara
pengoperasiannya

ORIENTASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
PROSEDUR 3.1. Hari IV
Pengenalan Basic Life Support dan praktek
3.2. Hari V
Pengenalan protap yang ada di UGD
3.3. Hari VI
Evaluasi dan Laporan

UNIT TERKAIT 1. Petugas baru (medis,paramedic dan non-medis)


2. UGD

74
KRITERIA KEGAWAT-DARURATAN MEDIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 2
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Penyakit-penyakit dan keadaan yang dikategorikan sebagai Gawat


Darurat serta kebijakan penanganannya
TUJUAN Agar penatalaksanaannya oleh Perawat UGD dilaksanakan secara
cepat dan tepat sesuai dengan kondisi pasien.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR Pasien Gawat Darurat yang dilayani di UGD adalah sebagai berikut :
Pada umumnya tindakan-tindakan untuk mengatasi keadaan gawat
darurat yaitu tindakan- tindakan yang bersifat :
1. Penyelamatan Jiwa (Life Saving)
2. Mengatasi sakit hebat
3. Mengatasi keadaan-keadaan akut yang perlu penanganan segera
agar tidak jatuh dalam keadaan yang mengancam jiwa

Keadaan-keadaan yang masuk kriteria kegawat-daruratan adalah :


1. Penurunan kesadaran baik e.e neurologic, metabolik, hepatic,
75
infeksi.
2. Nyeri kepala hebat (traumatic, vaskuler, tumor, dan lain-lain).
3. Kejang dewasa atau anak-anak baik disertai demam / tidak.
4. Semua gejala sesak nafas, sumbatan jalan nafas, henti nafas.
5. Nyeri dada, gangguan irama jantung, henti jantung.
6. Penurunan hemodinamik, syncope, syok oleh berbagai sebab.
7. Hipertensi berat dengan gejala ensefalopati
8. Muntah, gastro-enteritis berat
9. Sakit perut hebat (kolik abdomen), muntah darah
10. Hiperpireksia dapat/tidak disertai penurunan kesadaran
11. Keracunan makanan, obat, minuman, racun serangga
12. Penyakit endokrin yang mengalami episode kritis (koma
hiperglikemia/ketosis, hipoglikemia, krisis tiroid, dan lain-lain)
13. Trauma kepala, toraks, abdomen, fraktur terbuka / tertutup,
vulnus yang segera perlu penanganan.
14. Gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik yang memerlukan tindakan
hemodialisis cito.
15. Trauma mata mulai ekskoriasi kornea hingga vulnus penetrans,
glaucoma akut.

KRITERIA KEGAWAT-DARURATAN MEDIK

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
PROSEDUR 16. Perdarahan per vagina intra graviditas, post partum, pre-
eklamsi berat / eklamsi, gawat janin.
17. Akut abdomen bedah (apendisitis akut, perforasi, peritonitis,
hernia irreponibilis inkarserata, retensi urin, dan lain-lain).
18. Luka bakar baik derajat ringan, sedang sampai berat.
19. Kegawat-daruratan psikiatri yang perlu mendapatkan
penanganan emergensi.

Bila ada pasien yang dating dalam keadaan tidak gawat dan tidak
darurat sebagaimana yang tidak tercantum dalam kegiatan kegawat-
daruratan medik ke UGD RS Bhayangkara Selapa Polri, maka
pelayanan yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Bila pasien dating pada saat jam kerja dimana Poli Klinik umum
dan spesialis buka maka pasien tersebut diarahkan ke fasilitas
pelayanan tersebut
2. Bila pasien dating di luar jam praktik Poli Klinik, maka pasien
76
dapat berobat ke UGD

Dalam hal pasien perlu di konsultasikan ke Dokter Spesialis, maka


dokter memberikan Surat Pengantar Konsultasi dan memberikan
terapi (R/) sementara (1-2 hari) sampai pasien tersebut diberikan
terapi oleh Dokter Spesialisnya Bila pasien tersebut perlu dirawat,
maka dokter memberikan Surat Pengantar Rawat untuk mencari
kamar di rekam medik, selanjutnya mengikuti prosedur
penatalaksanaan pasien rawat inap.

UNIT TERKAIT 1. Dokter jaga UGD


2. Perawat UGD

PROSEDUR TETAP PEMBUATAN VISUM


ET REPERTUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Visum et Repertum adalah surat keterangan tentang kondisi seseorang


yang dapat digunakan sebagai alat bukti dalam suatu kasus hukum.

77
TUJUAN Sebagai acuan bagi Dokter Jaga UGD dalam pembuatan Visum et
Repertum.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Korban datang ke UGD dengan diantar oleh polisi / penyidik dengan
disertai surat permintaan visum et repertum dari penyidik.
2. Pasien didaftarkan ke admission office untuk diregistrasi dan
mengambil blanko visum.
3. Pada pasien yang akan dimintakan visum et repertum atau diduga
akan dimintakan visum et repertum hendaknya hasil pemeriksaan
dicatat dengan lengkap seperti: daerah luka, ukuran dan bentuk
luka digambar pada blanko perlukaan yang telah disediakan serta
dinarasikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimenegerti
(bukan menggunakan bahasa kedokteran). menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti (bukan menggunakan bahasa" kedokteran).
4. Pada kasus-kasus pencederaan anak atau kejahatan seksual yang
tidak mengancam nyawa pemeriksaan akan dilakukan di Ruang
Pelayanan Terpadu.
5. Pada kasus pencederaan anak dan kekerasan pada perempuan bila
penyidik menghendaki segera dikeluarkan karena akan digunakan
sebagai dasar penahanan tersangka, pihak UGD RS Bhayangkara
Selapa Polri dapat mengeluarkan keterangan medis sementara
dengan persetujuan pasien.
6. Pada pasien-pasien yang datang ke UGD dalam keadaan
meninggal / DOA, untuk pengurusan sertifikat kematian atau bila
memerlukan pemeriksaan jenazah lebih lanjut / otopsi dapat
langsung dibawa ke bagian forensik RS Bhayangkara RS.Sukanto
atau RS terdekat sesuai permintaan keluarga.

UNIT TERKAIT 1. Komite Medik


2. Dokter UGD

PELAYANAN PASIEN TIDAK DIKENAL

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)
dr. RINI AFRIANTI, MKK
PEMBINA NIP. 1973041720022122003

78
PENGERTIAN Pasien tidak dikenal adalah pasien yang datang ke UGD tanpa identitas
diri dan pasien tidak dapat menyebutkan nama dan alamatnya.
TUJUAN 1. Staf mampu memberikan tindakan pertolongan yang adekwat pada
pasien yang tidak dikenal.
2. Staf mampu mengidentifikasi pasien yang tidak dikenal.
3. Pasien dapat tertolong dari penyakitnya.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, yaitu:
1.1. Formulir Triage.
1.2. Surat Keterangan Terlampir dari polisi yang mengantar bila
tidak mungkin surat keterangan dapat dibuat oleh Ka Urmintu /
menghubungi bagian tagihan RS Bhayangkara Selapa Polri.
1.3. Bila pasien ternyata diduga korban tindak criminal maka
Perawat UGD dapat menghubungi Pa / Ba piket untuk
menghubungi kepolisian setempat.
2. Kaji kondisi pasien
3. Berikan tindakan sesuai dengan kondisi pasien
4. Kerja sama dengan perwira/bintara piket untuk mengidentifikasi
identitas pengantar pasien tidak dikenal
5. Bila pasien sadar coba tanyakan dan minta kartu identitas serta
nomor telepon keluarga yang dapat dihubungi.
6. Bila pasien tidak sadar, bekerja sama dengan Perwira Piket atau
Bintara Piket untuk mencari identitas pada diri pasien. Bila tidak ada
tanyakan kepada Pengantar Pasien dan barang-barang milik pasien
segera diserah-terimakan secara tertulis dari Pengantar Pasien
untuk diamankan sementara sampai dengan pasien sadar atau
Keluarga Pasien yang sebenarnya datang.
7. Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan dan
perkembangan pasien ke dalam catatan perawat.
PELAKSANA 1. Dokter jaga UGD
2. Perawat UGD
3. Rekam Medik
4. Perwira Piket/Bintara Piket
UNIT TERKAIT 1. Layanan Medik dan Perawatan
2. Instalasi Rawat Inap (Irna)
3. Humsar

PROSEDUR PEMBUATAN SURAT KETERANGAN SAKIT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA

79
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL 04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Surat keterangan sakit adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh
dokter jaga UGD kepada pasien UGD yang berobat jalan dan masih
memerlukan istirahat dirumah.
TUJUAN Sebagai acuan untuk dokter jaga UGD dalam pembuatan surat
keterangan istirahat karena sakit kepada pasien UGD yang tidak
memerlukan rawat inap akan tetapi masih memerlukan istirahat di
rumah.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Pasien rawat jalan di UGD yang memerlukan istirahat karena
penyakitnya akan diberikan surat keterangan cuti sakit dengan
jumlah hari disesuaikan dengan kondisi pasien dan etika kedokteran
(maksimal 3 (tiga) hari) dengan menggunakan formulir yang telah
disediakan dan telah dibubuhi tanda tangan dokter dan cap RS.
Bhayangkara Selapa Polri.
2. Apabila pasien memerlukan perpanjangan cuti sakit maka pasien
harus kembali ke Poli Klinik Rawat Jalan untuk menjalani
pemeriksaan lebih lanjut yang akan digunakan sebagai dasar
pertimbangan pemberian perpanjangan cuti sakit.
3. Surat keterangan cuti sakit dianggap berlaku bila telah
ditandatangani oleh dokter jaga UGD dan dibubuhi stempel staf RS.
Bhayangkara Selapa Polri.

UNIT TERKAIT 1. Ka UGD


2. Dokter jaga UGD
3. Perawat UGD

80
PENGGUNAAN INFORMED CONSENT DI UGD

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Setiap penderita atas keterangannya sudah mengetahui dengan jelas


dari dokter yang merawat tentang tindakan pembedahan yang akan
dilakukan terhadap penderita beserta risikonya yang timbul selama
dan sesudah tindakan medis, selanjutnya penderita dan atau
keluarganya sepakat dengan dokter yang merawat atas tindakan
tersebut dan dituangkan ke dalam formulir Informed Consent.
TUJUAN Menghilangkan efek emosional operasi dan memberikan rasa am an
atas tindakan pembedahan serta risiko yang timbul kepada penderita.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Dijelaskan mengenai tindakan yang akan dilakukan penderita oleh
dokter yang akan melakukan tindakan medis atau yang akan
mengerjakan kepada penderita dan keluarganya.
2. Pada saat memberikan penjelasan harus ada saksi dari keluarga
atau penderita dan petugas atau Pihak Rumah Sakit.
3. Harus ada formulir khusus dari rumah sakit tentang Informed
Consent yang disediakan oleh bagian perlengkapan dan logistic
UGD.
4. Setiap penderita atau keluarga dan dokter serta saksi-saksi harus
menandatangani formulir Informed Consent yang telah diisi
lengkap, yang berarti bahwa pasien dan atau keluarga telah setuju
terhadap tindakan yang akan dilakukan.
5. Petugas UGD harus memberikan penjelasan dengan sopan, senyum
serta manusiawi terhadap penderita.

UNIT TERKAIT 1. Dokter Jaga UGD


2. Konsulen yang akan melakukan tindakan medis
3. Rekam Medik

81
TATA CARA MENGANTAR PASIEN
DI RS BHAYANGKARA SELAPA POLRI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Memindahkan pasien dari Ruang Emergensi RS. Bhayangkara Selapa


Polri ke Ruang Perawatan sesuai dengan indikasi medis, kondisi pasien
atau permintaan keluarga
TUJUAN 1. Pasien dan keluarga mendapatkan ruang rawat sesuai dengan
kondisi pasien dan kemampuan keuangan.
2. Staf mampu melakukan prosedur sesuai dengan kebijakan RS
Bhayangkara Selapa Polri.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, yaitu:
1.1. Alat transportasi pasien (kursi roda / brancard) dan pemeriksaan
bila ada.
1.2. Dokumen medik pasien.
2. Melakukan pengecekan ke Ruang Perawatan apakah kamar sudah
siap atau belum.
3. Perawat melakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum pasien
dikirim ke Ruangan apakah semua Instruksi Dokter sudah
dilaksanakan dan sudah terdokumentasi.
4. Jika Ruangan siap keluarga pasien diberikan penjelasan bahwa
pasien akan dipindahkan ke Ruang Perawatan.
5. Mengantar Pasien ke Ruang Perawatan dan serah terima pada
Perawat Ruangan tentang kondisi Pasien, Instruksi yang sudah
dikerjakan dan Obat - obatan yang diberikan.

UNIT TERKAIT 1. Perawat UGD


2. Petugas Kasir
3. Dokter Jaga
4. Perawat Ruangan
82
PENGGUNAAN RUANG UGD UNTUK PENANGANAN
PASIEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Penentuan tempat penanganan penderita emergensi berdasar


kegawatan dan terapinya.
TUJUAN Memberikan pelayanan maksimal kepada penderita gawat darurat.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Petugas menjemput pasien tiba, dibawa langsung ke ruang Triage
kemudian dilakukan seleksi oleh Dokter UGD.
2. Sesudah dilakukan seleksi oleh Dokter UGD, pasien langsung
dibawa ke ruang yang berada di UGD sesuai kasus dan tingkat
kegawatannya untuk penanganan selanjutnya.
2.1. Pasien gawat darurat yang memerlukan tindakan resusitasi
ditangani di ruang resusitasi (Ruang Putih)
2.2. Pasien dengan kasus bedah atau memerlukan tindakan lain,
ditangani di ruang tindakan (Ruang Merah)
2.3. Pasien dengan tidak akut dan gawat yang tidak membutuhkan
tindakan bedah,ditangani di ruang tindakan (Ruang Hijau)
2.4. Pasien yang memerlukan observasi ditempatkan di ruang
observasi (Ruang Kuning)
2.5. Pasien yang telah dilakukan pemeriksaan memerlukan
pemeriksaan radiologi / laboratorium ditempatkan di Ruang
Observasi sebelum dilakukan Rontgen.
2.6. Pasien yang telah DOA dibawa pulang langsung oleh
keluarganya

83
3. Batasan tindakan medis dalam penanganan pasien UGD adalah
tindakan definitive tergantung kasusnya.
4. Administrasi keuangan diselesaikan sesuai prosedur.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat


2. Rekam Medik
3. Instalasi Laboratorium
4. Instalasi Farmasi
5. Instalasi Radiologi

PROSEDUR PENERIMAAN PASIEN DI UGD

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Suatu proses penerimaan pasien yang dating ke UGD RS Bhayangkara


Selapa Polri untuk berobat mulai dari pendaftaran sampai dengan
pasien pulang.
TUJUAN 1. Pasien mendapatkan pertolongan dengan cepat.
2. Staf mampu menerapkan prosedur.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR Petugas Pendaftaran
1. Pasien Baru
1.1. Mengisi formulir identitas.
1.2. Petugas membuat kartu dan status.
2. Pasien Lama
2.1. Menunjukkan kartu.
2.2. Petugas Pendaftaran mendaftarkan pasien sesuai catatan
medis (medical record) dan memberikan status lama untuk
diserahkan ke UGD.
2.3. Bila pasien datang ke UGD dalam keadaan apa pun, maka
petugas triase akan menilai keadaan pasien serta menjemput
pasien dengan brancar atau kursi roda (sesuai dengan kondisi
84
pasien)
2.4. Pasien yang datang dalam keadaan gawat darurat maka dokter
jaga dan perawat UGD harus mengatasi terlebih dahulu
kegawat-daruratannya sebatas kemampuan dan kewenangan,
serta sebelumnya dilakukan pemeriksaan vital sign oleh
perawat UGD.
2.5. Setelah pasien dalam keadaan stabil, maka dokter jaga akan
menilai kembali kondisi pasien untuk menentukan pengobatan
dan ruangan rawat.
2.6. Setelah ditentukan ruang rawat maka dokter / perawat akan
membuat surat permohonan perawatan yang kemudian
diserahkan kepada keluarga untuk mencari ruang rawat inap di
pendaftaran
2.7. Bila pasien tidak memerlukan rawat inap maka dokter jaga
akan memberikan resep obat kepada keluarga dan
menebusnya di apotik.
2.8. Keluarga pasien dianjurkan untuk ke kasir guna menyelesaikan
administrasinya.
PELAKSANA Petugas Administrasi, Petugas Apotik, Perawat UGD, Dokter Jaga UGD
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap (Irna)
2. Apotik
3. Rekam Medik

PERAWAT PENDAMPING PASIEN DIRUJUK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 1
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Perawat yang mendampingi atau mengantar penderita emergensi yang


perlu dirujuk ke institusi kesehatan yang lain
TUJUAN 1. Agar supaya penderita gawat darurat mendapatkan penanganan
medis yang memadai selama perjalanan.
2. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bagi penderita gawat
darurat.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PROSEDUR 1. Dokter Jaga menunjuk salah satu perawat UGD yang bertugas
dengan mengisi blanko surat tugas bagi Perawat Pendamping.

85
2. Apabila pada saat Perawat Pendamping bertugas, terjadi
kekurangan tenaga di UGD maka Dokter Jaga menghubungi Perawat
Piket.
3. Perawat Piket meminta bantuan Petugas / Perawat Instalasi Rawat
Inap.
4. Perawat Pendamping harus membuat laporan pasien selama
mendampingi pasien sampai tempat tujuan di Buku Laporan yang
sudah disediakan.

UNIT TERKAIT 1. Perawat UGD


2. Perawat Irna
3. Ambulans
4. Perawat Piket

SOP PASIEN YANG AKAN DIRUJUK


KE RUMAH SAKIT LAIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA POLRI

STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit


OPERASIONAL
04 Januari
(SPO) 2016
dr. RINI AFRIANTI, MKK
PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Pasien rujukan adalah pasien UGD karena alasan tertentu tidak dapat
dirawat di RS Bhayangkara Selapa Polri dan harus dirujuk ke rumah
sakit lain.
TUJUAN Agar pasien mendapatkan perawatan lebih lanjut.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PELAKSANA 1. Dokter
86
2. Perawat
3. Ambulans
PROSEDUR 1. Setiap pasien yang akan dirujuk ke rumah sakit lain harus disertai
surat rujukan yang berisikan keadaan pasien, hasil pemeriksaan
diagnostik yang telah dilakukan, diagnosis pasien dan pengobatan
atau tindakan medik yang telah dilakukan.
2. Sebelum pasien dirujuk, pihak rumah sakit harus menghubungi
rumah sakit tujuan terlebih dahulu dengan cara telepon atau lewat
radio komunikasi untuk menanyakan tempat yang sesuai dengan
kondisi pasien. Bila tidak mungkin keluarga pasien membawa surat
rujukan ke rumah sakit yang dituju untuk mem-booking ruang
perawatan.
3. Setelah mendapatkan tempat di rumah sakit lain petugas UGD
menghubungi Ambulans jaga UGD
4. Apabila pasien menolak untuk dirujuk dengan menggunakan
ambulans, pasien / keluarga pasien harus membuat Surat
Pernyataan Penolakan dan alat-alat medis yang terpasang akan
dilepas.
5. Pasien yang akan dilakukan rujukan harus memenuhi ketentuan :
5.1. Harus dalam keadaan stabil pernafasan dan kardiovaskuler.
5.2. Bila terdapat luka robek sudah dalam keadaan tertutup dan
perdarahan sudah dihentikan.
5.3. Bila terdapat patah tulang diberikan fiksasi terlebih dahulu.
6. Setiap Pasien Gawat Darurat yang dirujuk terutama pasien gawat
harus didampingi tenaga perawat dan bila diperlukan tenaga
dokter.

RESPON TIME PASIEN DI UGD

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA
SKP/ 00 1 dari 2
POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

87
PENGERTIAN Suatu indikator yang ingin dicapai dalam menilai keberhasilan pelaksanaan pelayanan
kepada pasien . respon time UGD < 5 menit.
TUJUAN 1. Tercapainya kegiatan pelayanan untuk mencapai keselamatn pasien
2. Memantau pelaksanaan proses pengumpulan data tentang respon time UGD
3. Mengevaluasi keberhasilan penggunaan cheklist respon time dokter UGD.
4. Meningkatkan mutu pelayanan berdasarkan keberhasilan respon time ( tercapai < 5
menit.
KEBIJAKAN 1. Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007 tentang
Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
2. Pembuatan Sasaran Mutu Respon time dokter IGD triase warna merah < 5 menit
meliputi prinsip SMART (spesifik, measurable, achievable, relevant, time-bond).
3. Pimpinan RS memberikan prioritas pemilihan sasaran mutu pada proses-proses
utama yang kritikal, resiko tinggi, biaya tinggi, cenderung bermasalah yang
langsung terkait dengan mutu dan keselamatan pasien .
PROSEDUR 1. Setiap pasien yang masuk ke UGD wajib dilakukan pelayanan < 5 menit ( kontak
awal ).
2. Setiap melakukan kontak pertama dengan pasien dilakukan penandaan pada berkas
RM dengan menggunakan cap respon time.
3. Cap respon time wajib diisi oleh tenaga kesehatan yang ada di ugd pada setiap pasien
yang yang datang di UGD sebelum dilakukannya pemeriksaan dokter.
4. Petugas triase melakukan pencatatan nama pasien dan jam kedatangan pasien.
5. jam saat pasien sedang diperikasa oleh dokter UGD di form ceklist.
6. Petugas menggolongkan waktu yang di dapat, apakah kurang dari 5 menit atau
lebih dari 5 menit.
7. Pencatatan ceklist yang dilakukan setiap hari dan setiap shift.
8. Setiap form ceklist yang ada dilakukan evaluasi ulang akan kelengkapan dalam
pengisiannya dengan menggunakan checklist oleh penanggung jawab UGD.
9. Data rekapan checklist dan varian yang didapat dilakukan analisis sesuai hasil
capaian berdasarkan target yang telah di tetapkan direksi oleh komite mutu.
10. Hasil perhitungan formularium dan varian yang ada dilakukan evaluasi setiap 3 bulan
oleh penanggung jawab UGD yang nantinya dilakukan pelaporan ke komite mutu.
11. Formulasi perhitungan sasaran mutu respon time 5 menit adalah :

Jumlah pasien yang di respon dokter < 5 menit


X 100%
Jumlah total pasien yang masuk UGD

10. Frekuensi Pelaporan dan analisa dilakukan setiap 1 bulan ke komite mutu pada
tanggal 5 di bulan berikutnya.
11. Hasil dari perhitungan sasaran mutu tersebut akan di laporkan kepada Karumkit oleh
Tim Komite Mutu dan di kembalikan lagi kepada unit UGD sebagai feed back

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat


2. Pendaftaran Pasien
3. Rekam Medik

88
RESPON TIME PASIEN DI UGD

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA SKP/ 00 2 dari 2
POLRI /I/2016/RSBS
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA

89
SOP PASIEN YANG AKAN DIRUJUK
KE RUMAH SAKIT LAIN

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 1
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA
/I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA POLRI

STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit


OPERASIONAL
04 Januari
(SPO) 2016
dr. RINI AFRIANTI, MKK
PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PELAKSANA 1. Dokter
2. Perawat
PROSEDUR 8.

90
PROSEDUR PENGGUNAAN DEFIBRILATOR

SEKOLAH STAFF DAN PIMPINAN PERTAMA No. Dokumen No. Revisi Halaman
POLRI SKP/ 00 1 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMA /I/2016/RSBS

Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
04 Januari 2016
(SPO)

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP. 1973041720022122003

PENGERTIAN Memberikan tindakan arus listrik searah pada otot jantung melalui dinding dada dengan
menggunakan defibrillator.
TUJUAN Untuk menentukan adanya fibrilasi ventrikel dengan cara memberikan arus listrik
melewati dinding dada pasien. Fibrilasi yang dilakukan dengan segera telah
memperlihatkan peningkatan yang berarti meyerupai tindakan resusitasi yang berhasil.
KEBIJAKAN Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / II / VII / 2007 tanggal 11 Juli 2007
tentang Organisasi dan tata kerja RS Bhayangkara.
PELAKSANA 1. Dokter
2. Perawat
PROSEDUR 1. Kaji pasien untuk memastikan bahwa denyut nadi pasien benar-benar lemah.

2. Letakkan defibrilator hingga bantalan dapat dengan mudah mencapai dada


pasien.

3. Hubungkan defibrilator dengan sumber listrik. (Jika defibrilator menggunakan


batterai sebagai arus listrik, hubungkan pada batterai hanya bila akan digunakan).

4. Tekan tombol power in, dan yakinkan bahwa indikator cahayanya on. Hampir
sebagian besar unit mempunyai sirkuit sinkronisasi yang harus dalam keadaan off
atau tidak terpasang untuk menangani fibrilasi ventrikel.

5. Olesi seluruh permukaan fibrilator dengan pasta elektrode, tipis dan merata.

6. Tentukan tingkat energi yang tepat pada mesin. Energi yang digunakan pada
upaya defibrilasi pertama harus pada 200-300 joule.

7. Atur Energi :

a. Defibrilasi :
- Tekan tombol manual
- Atur Energi dengan tekan tombol pada alat atau tombol pada
paddle.
b. Kardioversi :
- Tekan tombol sync
- Atur energy dengan tekan tombol pada alat atau tombol pada

91
paddle

PROSEDUR PENGGUNAAN DEFIBRILATOR

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA
POLRI SKP/ 00 2 dari 2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SESPIMMA /I/2016/RSBS
PROSEDUR 8. Tekan tombol charging pada pedle.
9. Letakkan padle kanan di apex dan padle kiri di sternum.
10. Jauhkan diri dan orang lain padle :
a.Im clear
b.Your clear
c. Every body clear
11. Tekan tombol shock
UNIT TERKAIT UGD

92

Anda mungkin juga menyukai