BAB I
PENDAHULUAN
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 366 Tahun 1997 Tentang Pelayanan Radiologi di Sarana
Kesehatan.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 357/Menkes/Per/V/2006 tentang Registrasi dan Izin Kerja
Radiografer.
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 375/MENKES/8K/IH/2007 tentang Standar Profesi
Radiografer.
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang standar pelayanan
radiologi diagnostik di sarana pelayanan kesehatan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Jumlah dan Kualifikasi Tenaga di Instalasi Radiologi Rumah Sakit St.Elisabeth Lela
JENIS TENAGA PERSYARATAN JUMLAH
Secara fungsional, pekerja instalasi radiologi dibagi dalam empat kelompok profesi masing-masing
tugas dan tanggung jawabnya:
No Jumlah tenaga
Profesi Spesifikasi
yang ada
5 Total 3
Distribusi ketenagaan disesuaikan dengan kompetensi keahlian yang dimilikinya dan dilakukan
penjadwalan 3 shift pada bidangnya sesuai dengan kompetensinya.
2.3 Pengaturan Dinas
Pengaturan dinas di radiologi terdiri atas pekerja harian dan pekerja shift yang terdiri dari :
Profesi Jenis Dinas Jumlah Pengaturan Dinas
Radiografer Harian Shift 1 Orang Dinas Shift
PPR Harian 1 Orang Dinas Pagi
Petugas Harian Shift 1 Orang Dinas Shift
Administrasi
dan kamar
gelap
BAB III
STANDAR FASILITAS
1. Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi dengan ruangan yang tidak
mempunyai paparan bahaya radiasi.
2. Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk tidak memasuki ruangan
karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan tersebut.
3. Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen sedang aktif.
4. Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk mencegah bahaya paparan
radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan pemeriksaan rontgen.
5. Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila ada jendela yang
letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal dan
jendela tersebut harus ditutup ketika penyinaran sedang berlangsung.
6. Jendela pengamat di ruang operator diberi kaca penahan radiasi minimal setara dengan 2 mm
timbal.
Tolak ukur:
Sistem penyediaan listrik menggunakan saluran kabel langsung jenis NYY atau NYFGBY
(kabel tanah empat inti) dari panel induk utama rumah sakit ke panel gedung radiologi (panel
radiologi). satu daya listrik yang tersedia dari PLN sebagai suplai utama.
3.6.1 Sistem penyaluran listrik menggunakan sistem radial pada tegangan 380 volt dengan tegangan
jatuh (Voltage Drop) 5%, sedangkan breaking capacity dari breaker yang dipakai adalah pada
nilai di atas arus hubungan singkat (ISC). Jika memungkinkan jarak dari panel induk utama ke
panel gedung radiologi tidak melebihi 50 meter.
3.6.2 Penyaluran listrik ke peralatan radiologi menggunakan kabel jenis NYFGBY (jika ditanam
dalam tanah) atau jenis NYY (jika tidak ditanam) dengan ukuran yang sesuai dengan
kapasitas daya yang diperlukan peralatan dari panel induk ke panel radiologi dan dari panel
radiologi ke panel alat. Sedangkan catu daya listrik ke penerangan terpadu, film processor,
komputer, dan data system imaging mendapat catu daya listrik UPS/NBS.
Untuk mengamankan peralatan radiologi dari arus bocor, sistem grounding atau
pembumian menggunakan kabel BC dengan diameter minimal 16 mm persegi dan pada ujung
kabel dipasang elektroda.
Kabel BC dan elektroda dimasukkan ke dalam pipa galvanis yang terlebih dahulu
disolder dan kemudian dicor untuk mencegah korosi.
Pastikan nilai tahanan sesuai dengan ketentuan, dengan mengukur besaran nilai
pembumian yang diijinkan.
Resistensi antara alat dan titik pembumian maksimum 0,15 Ohm.
Untuk menjamin nilai resistensi pembumian sesuai tabel/ketentuan, agar pihak rumah
sakit melaksanakan pengukuran nilai pembumian secara berkala setiap setahun sekali.
Untuk mencapai nilai resistensi tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa elektroda apabila 1 (satu) buah elektroda tidak dapat mencapai nilai yang
diinginkan.
Pelayanan ruangan untuk pelayanan radiodiagnostis dinyatakan dalam lux. Kriteria pencahayaan
untuk masing-masing ruangan sebagai berikut :
No Nama Ruangan Kategori Pencahayaan (Lux)
1 Ruang Pemeriksaan 500-700-1000
2 Ruang Loket 100-150-200
3 Ruang Pemeriksaan 100-150-200
4 Ruang Pemeriksaan 100-150-200
5 Ruang Pemeriksaan 20-30-50
6 Ruang Pemeriksaan 100-150-200
7 Ruang Pemeriksaan 100-150-200
8 Ruang Pemeriksaan 50-75-100
9 Ruang Pemeriksaan 100-150-200
Pengukuran pencahayaan Instalasi Radiologi RS St.Elisabeth Lela, antara lain:
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
5. Setiap permintaan pemeriksaan Radiologi harus dengan rujukan dari dokter pengirim dengan
mencantumkan nama pasien, No.CM, umur, nama dokter pengirim dan keluhan / tanda-tanda
klinis yang ditemukan serta pemeriksaan Radiologi yang diminta.
6. Untuk pemeriksaan Radiologi yang memerlukan persiapan, sebaiknya dijadwalkan / pasien
membuat perjanji.
7. Pemeriksaan Radiologi yang ditujukan kepada dokter tertentu/permintaan dokter tertentu, akan
diupayakan sesuai dengan jadwal praktek dokter yang bersangkutan, sesuai dengan kekhususan
spesilistik.
8. Khusus pemeriksaan Radiologi yang memerlukan penyuntikan kontras media IV (intra vena)
pasien/keluarga pasien terlebih dahulu menandatangani info consent/prosedur pemeriksaan yang
diberikan oleh petugas dimana telah dijelaskan prosedur pemeriksaan.
9. Pasien rawat jalan/ poliklinik ataupun rujukan wajib menyelesaikan terlebih dahulu pembayaran di
kasir selama dilakukan pemeriksaan. Hal tersebut dibuktikan dengan menyerahkan kuitansi
pembayaran dari kasir.
10. Bagi pasien rawat inap, pembebanan biaya pemeriksaan dilakukan langsung oleh petugas
radiologi melalui sistem komputer rumah sakit.
11. Kaidah-kaidah proteksi Radiasi diterapkan pada setiap pemeriksaan Radiologi.
12. Pelayanan bagi pasien rawat jalan diberikan berdasarkan nomor urut kedatangan atau pendaftaran,
namun dalam keadaan atau situasi yang dianggap mendesak, petugas Radiologi boleh
mendahulukan pelayanan bagi pasien bayi, balita atau orang sakit pasien gawat sebelumnya
memberi penjelasan kepada pasien lain yang sedang menunggu giliran.
13. Untuk pemeriksaan karena alsan dan pertimbangan tertentu belum atau tidak dapat dilakukan di
Radiologi, maka akan dirujuk ke Radiologi atau Rumah Sakit atau Institusi lain yang berkompeten
melakukan pemeriksaan tersebut.
14. Kerjasama Instalasi Radiologi dengan tempat rujukan direkomendasi direktur atau memiliki
rekam jejak kinerja yang baik tentang tempak waktu dan memenuhi undang-undang yang berlaku.
Dan disahkan dalam ikatan kontrak kerjasama tertulis yang ditanda tangani menejemen RS dan
pimpinan institusi tempat rujuk.
15. Institusi tempat rujukan wajib memberikan bukti kontrol kualitas mutunya sebagai salah satu
parameter evaluasi yang dilakukan secara periodik termasuk evaluasi kesepakatan karjasama.
16. Untuk menghindari benturan kepentingan (conflict of interest) dari semua pihak yang terkait,
maka pasien diberitahu tentang hubungan dokter yang merujuk dan pelayanan radiologi dan
diagnostic imaging.
17. Lamanya hasil pemeriksaan yang dirujuk pada jenis pemeriksaan dan kebijakan institusi tempat
rujukan.
18. Atas permintaan khusus dari dokter yang mempertimbangkan kondisi medis tertentu dari pasien,
pengerjaan pemeriksaan bisa di segerakan atau di prioritaskan tanpa mengikuti urutan. Kondisi
tersebut disebut dengan cito.
19. Untuk permintaan radiologi dalam kategori CITO, ketepatan waktu pelaporan hasil pemeriksaan
kasus cito di ukur.
No Deskripsi Cito
Pada Jam Kerja
1 Konvensional tanpa kontras di kirim ke 180 menit
rumah / ke tempat praktek
2 Konvensional dengan kontras di kirim 180 menit
ke rumah/ tempat praktek
5 USG rutin 240 menit
USG Rutin 180 Menit 180 Menit 180 Menit 180 Menit
1. Pada pemeriksaan dengan kontras dimana perlu persiapan puasa 6 jam sebelumnya termasuk
pada pemeriksaan USG.
2. Pada pemeriksaan USG Abdomen diperlukan persiapan pasien puasa 6 jam dan tahan kencing
kurang lebih 2 jam.
Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 16
YAYASAN SANTA ELISABETH KEUSKUPAN MAUMERE
RUMAH SAKIT ST. ELISABETH LELA
MAUMERE FLORES NTT
Kode Pos : 86161, Telp. : 081 353 782 435
BAB V
LOGISTIK
5.1 Pengaturan
1. Instalasi Radiologi menetapkan jumlah kebutuhan film x-ray dan perbekalan penting untuk
menunjang proses pemeriksaan radiologi.
2. Instalasi Radiologi menjamin ketersediaan X-ray film, dan perbekalan penting lainnya.
3. Persediaan x-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya diminta berdasarkan jumlah
persediaan yang telah mencapai batas minimal.
4. Pemesanan X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya tidak boleh lebih dari batas
maksimal
5. Pemesanan harus ditulis dengan lengkap nama barang, jumlah, satuan dan kode barang
6. Pastikan pengukur suhu tempat penyimpanan terjaga dengan baik, melalui pengecekan harian
7. Pastikan almari penyimpanan obat berfungsi dengan baik
8. Pastikan X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya yang diterima dari bagian farmasi
sesuai dengan surat pemesanan dan pengeluaran barang (SPPB)
9. Penyimpanan harus sesuai FIFO (first in first out) atau FEFO (First Expired First Out)
10. Setiap hari suhu dan kelembaban penyimpanan film x-ray dan kontras media dicatat
11. Pemberian label untuk semua perbekalan dilakukan secara lengkap dan akurat
5.2 Pemesanan:
1. Tulis permintaan X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya sesuai dengan stok minimal
dan maksimal barang
2. Permintaan X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya dibuat oleh petugas radiologi yang
telah ditunjuk oleh penanggungjawab radiologi.
3. Permintaan yang telah disetujui diserahkan ke bagian logistic alkes. Jika barangnya berupa ATK
(Alat Tulis Kantor) surat permintaan pengadaan barang ditunjukan ke bagian Logistik sentral non
medis.
5.3 Penyimpanan :
1. Proses penyimpanan semua perbekalan instalasi radiologi disesuaikan dengan peraturan yang
ditetapkan oleh Manufaktur,
2. X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya yang diterima dari bagian logistic alkes atau
logistic non medis harus diperiksa fisik, jumlah dan kemasannya,
3. Setelah dihitung X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya disimpan dalam almari yang
telah tersedia,
4. Penyimpanan harus sesuai FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out),
5. Setiap hari suhu dan kelembaban penyimpanan film x-ray dan kontras media dicatat,
6. Suhu untuk menyimpan film x-ray dan kontras media diatur dan dikontrol setiap hari sesuai
dengan prosedur, dan
7. Setiap kali pengambilan X-ray film, kontras media dan kebutuhan lainnya harus dicatat di kartu
stok.
5.4 Distribusi :
1. Proses distribusi perbekalan instalasi radiologi sesuai dengan ketentuan dari rumah sakit untuk
mendukung proses pelayanan radiologi
2. Setiap dinas pagi perawat menghitung kebutuhan alkes dan obat-obatan untuk standar minimal
dan maksimal trolley
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1 Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit membuat asuhan pasien lebih
aman untuk mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat menjalankan suatu tindakan
atau tidak menjalankan suatu tindakan yang seharusnya dilakukan.
6.2 Tujuan
Bertujuan untuk mencegah jangan sampai terjadi dampak negatif/ merugikan bagi pasien, baik
fisik atau psikis akibat dari ketidak-siapan secara teknis di lingkungan kerja Instalasi Radiologi
Diagnostik Imaging terintegrasi ataupun kecerobohan petugas saat memberikan pelayanan.
6.3 Identifikasi Resiko
Resiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat sekarang
atau kejadian di masa datang.
Resiko Keselamatan Pasien (Patient Safety)
6.3.1 Pasien jatuh
6.3.2 Salah pemberian obat (dosis, rute, obat, pasien)
6.3.3 Resiko pemberian obat / kontras media (alergi)
6.3.4 Terpapar Radiasi
6.3.5 Tindakan yang salah / dilakukan pada pasien yang salah
6.3.6 Penanganan terlambat
6.4 Manajemen Resiko
1. Meminta bantuan staff lainnya jika diperlukan untuk memindah pasien dengan kondisi tidak
kooperatif dari tempat tidur ke meja pemeriksaan atau sebaliknya, terutama pasien dengan kondisi
fraktur, post op, atau trauma kecelakaan lalu lintas
2. Lakukan prosedur yang minimal pergerakan pasien dan minimal perpindahan pasien namun tetap
memperhatikan hasil diagnosa yang optimal.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 25
YAYASAN SANTA ELISABETH KEUSKUPAN MAUMERE
RUMAH SAKIT ST. ELISABETH LELA
MAUMERE FLORES NTT
Kode Pos : 86161, Telp. : 081 353 782 435
7.1 Pengertian
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Instalasi Radiologi Diagnostik Imaging
terintegrasi adalah upaya-upaya untuk mencegah terjadinya dampak negatif dan merugikan bagi
kesehatan pekerja, baik fisik atau psikis akibat dari lingkungan kerja. Pedoman kesehatan dan
keselamatan kerja, antara lain meliputi: K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) Nosokomial dan K3
Penanggulangan Kebakaran.
7.2 Tujuan
Bertujuan untuk mencegah jangan sampai terjadi dampak negatif dan merugikan bagi
kesehatan pekerja di Unit, baik fisik atau psikis akibat dari lingkungan kerja.
Untuk menjaga tingkat sterilitas instrumen sebelum digunakan dan sebelum masa
kadaluarsa
7.3.4.2 Tata cara:
7.3.4.2.1 Instrumen diambil dan dibawa dari bagian CSSD, hindari kontaminasi dan
hitung jumlahnya dengan teliti
7.3.4.2.2 Pisahkan kom, tromol, selanjutnya dikelompokkan
7.3.4.2.3 Susun pada almari yang tertutup rapi sesuai dengan kelompoknya secara
rapi
7.3.4.2.4 Hindari pengecekan dengan cara berulang-ulang
7.3.5 Kebersihan Ruangan
7.3.5.1 Tujuan :
Untuk menjaga agar ruangan selalu dalam keadaan bersih dan terjaga sanitasinya
sehingga memberi kenyamanan dan keamanan bagi pasien yang lainnya
7.3.5.2 Tata cara:
7.3.5.2.1 Kebersihan ruangan adalah tanggung jawab masing-masing radiografer
yang dinas di ruangan tersebut
7.3.5.2.2 Ruangan yang kotor akibat adanya pemeriksaan pasien yang tingkat
kekotorannya masih dapat diatasi oleh radiografer, terutama berkaitan
dengan tempat/ meja pemeriksaan dan juga penunjang lainnya dapat
dikerjakan sendiri
7.3.5.2.3 Untuk tingkat kekotoran yang jauh diluar jangkauan kemampuan dan
bukan wewenang radiografer harus segera menghubungi petugas cleaning
service untuk segera dibersihkan.
7.3.6 Penanganan dan pembuangan bahan yang dapat menular dan berbahaya
7.3.6.1 Penanganan dan pembuangan limbah medis dan non medis dilakukan oleh vendor /
cleaning service
7.3.6.1.1 Limbah medis dan non medis ditampung pada tempat sampah yang
berbeda. Tempat sampah dengan plastik warna kuning untuk sampah
medis dan tempat sampah dengan plastik warna hitam untuk sampah non
medis
7.3.6.1.2 Setiap harinya sampah medis dan non medis diangkut oleh petugas
cleaning service ke tempat pembuangan sementara, untuk selanjutnya
diangkut ke tempat pembuangan akhir sesuai dengan jenis limbah
7.3.7 K3 Kebakaran
7.3.7.1 Tujuan
Untuk kesiapsiagaan menghadapi terjadinya kebakaran di rumah sakit khususmya di
Instalasi Radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi
7.3.7.2 Tata cara
Bila terjadi kebakaran di Instalasi Radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi, maka:
7.3.7.2.1 Berusaha mematikan api dengan menggunakan APAR yang tersedia di
lantai tersebut dengan teknik : 6 D yaitu : D (Diangkat), D (Dicek), D
(Dicabut), D (Dicoba) dan D (Diarahkan) dan memberitahukan teman
untuk meminta bantuan dengan meng-informasikan ke posko satpam
dengan kode 137.
7.3.7.2.2 Petugas satpam segera menginformasikan kepada regu pemadam,
keamanan, dan komandan fire serta pimpinan umum
7.3.7.2.3 Usaha pemadam kebakaran diambil alih oleh regu pemadam kebakaran
dan petugas satpam, petugas radiologi ikut dalam upaya-upaya
pemadaman dan memberi laporan kepada Kepala Pelaksana pada
kesempatan pertama dan membuat laporan pada lembaran insiden report
kepada manajemen
BAB VIII
PROTEKSI RADIASI
8.1 Pedoman Proteksi Radiasi Instalasi Radiologi adalah suatu prosedur dan upaya-upaya untuk
mencegah terjadinya efek stokastik dan non stokastik akibat paparan radiasi berlebih yang
merugikan bagi kesehatan pekerja, pasien dan lingkungan
8.2 Pedoman proteksi radiasi Instalasi Radiologi bertujuan untuk mencegah jangan sampai terjadi efek
stokastik dan non stokastik akibat paparan radiasi yang dapat mengakibatkan efek negatif dan
merugikan bagi kesehatan pekerja, pasien dan lingkungan.
8.3 Tata laksana Keselamatan dan Proteksi Radiasi adalah proses teknis mengenai tata cara dan upaya-
upaya untuk mencegah terjadinya efek stokastik dan efek non stokastik akibat paparan radiasi yang
dapat mengakibatkan efek negatif dan merugikan bagi kesehatan pekerja, pasien, dan lingkungan.
Keselamatan kerja terhadap akibat paparan radiasi, antara lain meliputi:
8.3.1 Persiapan petugas sebelum melakukan pemeriksaan
8.3.2 Baca dengan teliti surat permintaan pemeriksaan radiologi, cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan pemeriksaan, identifikasi positif, selanjutnya pastikan peralatan radiologi,
ruangan pemeriksaan, imaging plate dan APD sesuai kebutuhan, siap pakai.
8.3.3 Prosedur melakukan pemeriksaan X-ray di ruangan
8.3.4 Konfirmasi ke ruang perawatan tentang permintaan foto di tempat. Baca dengan teliti surat
permintaan pemeriksaan radiologi, cuci tangan, sebelum dan sesudah melakukan
pemeriksaan, identifikasi positif, selanjutnya pastikan peralatan mobil X-ray siap pakai,
siapkan imaging plate dan APD sesuai kebutuhan, siap pakai.
8.3.5 Prosedur kalibrasi
8.3.6 Prosedur kalibrasi dilakukan oleh BAPETEN, BPFK, dan vendor, sesuai kebutuhan
dilakukan secara periodik dan apabila peralatan dinyatakan layak pakai, dan dikeluarkan ijin
berupa sertifikat atau label kalibrasi.
8.3.7 Pendeteksian dan Pencegahan Radiasi
8.3.8 Dilakukan dengan melihat jumlah dosis yang diterima setiap petugas radiasi yang tercatat
dalam kartu dosis.
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
9.1 Pengertian
Pengendalian mutu di Instalasi Radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi merupakan suatu
upaya untuk mengetahui kualitas pelayanan yang diberikan serta mengukur kepuasan pelanggan
berdasarkan masukan melalui kuesioner, evaluasi dan analisis langsung secara teknis maupun
administrasi.
9.2 Tujuan
Bertujuan untuk mempertahankan, meningkatkan dan bahkan mengevaluasi kelemahan-
kelemahan mutu pelayanan yang ada sehingga peningkatan mutu di Instalasi Radiologi Diagnostik
Imaging terintegrasi senantiasa dinamis mengikuti tuntutan, kemauan dan kebutuhan konsumen yang
senantiasa berkembang dan berkembang.
9.3 Tata laksana
Pelaksanaan Pengendalian Mutu.
Pelaksanaan pengendalian mutu di Instalasi Radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi di
aplikasikan dalam wujud pelaksanaan program-program sebagai berikut:
9.3.1 Program Pengontrolan Mutu, di luar Instalasi radiologi RS
9.3.1.1 RS menentukan frekuensi dan jenis data kontrol mutu dari unit kerja radiologi diluar
rumah sakit
9.3.1.2 Ada penanggung jawab atas kontrol mutu dan kompeten untuk menilai hasil kontrol
mutu unit radiologi diluar RS
9.3.1.3 Ada penanggung jawab yang kompeten dan ditunjuk melakukan tindakan berdasarkan
hasil kontrol mutu
9.3.1.4 Laporan tahunan data kontrol mutu dari unit radiologi di luar RS digunakan untuk
membuat perjanjian kerjasama atau pembaharuan
9.3.3.2 Mengelompokkan data Reject film berdasarkan ukuran film, jenis pemeriksaan dan
penyebab kegagalan
9.3.3.3 Menganalisa hasil laporan reject setiap 3 bulan dan disosialisasikan kepada semua
staff terkait
9.3.3.4 Melakukan upaya peningkatan mutu dengan menurunkan angka film reject
9.3.4 Evaluasi Kualitas Bacaan Foto Rontgen
Untuk mengevaluasi kualitas hasil ekspertise radiologi, dokter spesialis radiologi mengadakan
program angket ke dokter pengirim atau dokter klinikus, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
9.3.4.1 Memberi angket kepada dokter pengirim dan memintanya untuk mengisi pertanyaan
seputar kualitas bacaan foto
9.3.4.2 Minta saran dan masukan dari dokter pengirim
9.3.4.3 Melakukan analisa dan evaluasi dari hasil angket tersebut
9.3.4.4 Melakukan upaya peningkatan mutu kualitas bacaan foto rontgen
9.3.5 Evaluasi Kecepatan Pelayanan
Untuk mengevaluasi kecepatan pelayanan secara menyeluruh maka Instalasi Radiologi
Rumah Sakit menggunakan KPI (Key Performance Indicator) sebagai alat kontrol mutu,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
9.3.5.1 Menetapkan Key Performance Indicator (KPI) yang berfungsi mengukur kecepatan
pelayanan pada prioritas jenis pemeriksaan
9.3.5.2 Mengukur dan mencatat waktu awal pemeriksaan, lama pemeriksaan, sampai
selesainya hasil bacaan dengan standar waktu tertentu
9.3.5.3 Menganalisa dan melaporkan hasil pengukuran dan pencatatan setiap sebulan sekali
9.3.5.4 Melakukan evaluasi sesuai kebutuhan unt termasuk evaluasi kecepatan pelayanan
cito
9.3.6 Evaluasi Kualitas Pelayanan
Untuk mengevaluasi kualitas pelayanan secara menyeluruh, maka unit Radiologi mengadakan
program analisa dan evaluasi komplain serta cara-cara penyelesaiannya, dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
9.3.6.1 Mencatat dan mengevaluasi tingkat komplain terhadap pelayanan radiologi yang
dikeluarkan oleh bagian Humas-Marketing setiap bulannya
9.3.6.2 Menganalisa laporan tersebut setiap bulannya, dan melakukan upaya peningkatan
kualitas pelayanan
9.3.7 Analisa Insiden
Setiap insiden, terutama yang berhubungan dengan pelayanan pasien di Instalasi Radiologi,
baik yang terkait dengan profesi medik maupun keperawatan, kepuasan pelanggan, maupun
keselamatan pasien/ staf dikumpulkan dan dicatat oleh Risk Management, kemudian
dilakukan analisa insiden. Hasil analisa tersebut menghasilkan suatu kesimpulan/
rekomendasi untuk perbaikan system.
9.3.7.1 Analisa Prospektif
Apabila Instalasi radiologi memiliki suatu program baru atau rencana perubahan alur
proses, maka dapat dilakukan analisa prospektif untuk alur proses yang akan dibuat/
diterapkan. Analisa prospektif dapat dilakukan dengan metode Failure Mode &
Effect Analysis (FMEA). FMEA juga dapat dilakukan untuk melakukan analisa
standar profesi atau clinical pathway secara prospektif.
9.3.7.2 Program Kendali Mutu
Dalam menyediakan layanan yang bermutu dan profesional, Instalasi Radiologi
menyusun suatu program kendali mutu, yang merupakan suatu upaya yang dapat
menjamin proses pelayanan kepada pasien sesuai dengan standar fasilitas, tata
laksana pelayanan, keselamatan pasien, keselamatan kerja, proteksi radiasi.
Semua upaya menjaga mutu pelayanan (quality assurance) Instalasi Radiologi,
diterangkan lebih lanjut dalam program kendali mutu.
9.3.7.2.1 Validasi Metode Pengujian
9.3.7.2.2 Pengawasan harian hasil pencitraan
9.3.7.2.3 Tindakan korektif yang cepat apabila terdapat suatu kekurangan yang
teridentifikasi
9.3.7.2.4 Dokumentasi hasil dan tindakan korektif
BAB X
PENUTUPAN
10.1 Pelayanan Instalasi Radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi adalah pelayanan penunjang medis
yang bersifat teknik dan administratif untuk diagnostik dengan menggunakan peralatan radiologi
teknologi canggih yang memanfaatkan sumber energi radiasi pengion sinar-X dan sumber radiasi
lain dengan tingkat keakurasian, keamanan, mutu dan manfaat yang optimal yang didukung oleh
tenaga staff yang bekerja secara profesional.
10.2 Batasan operasional pelayanan Instalasi Radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi adalah
pelayanan medik Radiodiagnostik
10.3 Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) di Instalasi Radiologi terdiri dari dokter Spesialis
Radiologi, Radiografer, Petugas Proteksi Radiasi (PPR) dan tenaga Perawat Radiologi.
10.4 Standar fasilitas peralatan dan fasilitas ruang pemeriksaan yang memadai di Instalasi Radiologi
ditujukan agar terselenggaranya kegiatan pelayanan Radiologi yang aman, efektif, efisien, dan
manusiawi sesuai dengan peraturan yang berlaku, serta memungkinkan petugas Instalasi radiologi
bekerja dengan nyaman dan tertib.
10.5 Tata laksana pelayanan Medik Radiodiagnostik di Instalasi Radiologi, meliputi beberapa tahapan
antara lain: pendaftaran, persiapan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, proses CR, proses
ekspertise dan penyerahan hasil.
10.6 Alur logistik barang dan obat-obat meliputi beberapa tahapan, antara lain : proses rencana,
pembelanjaan, proses pencatatan, dan proses pelaporan pemakaian, distribusi barang dan obat-
obatan.
10.7 Proses Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) di Instalasi Radiologi, meliputi: K3 bagi pasien, bagi
staff (karyawan) dan K3 Proteksi Radiasi.
10.8 Pengendalian mutu di Instalasi Radiologi merupakan suatu upaya untuk mengetahui kualitas
pelayanan yang diberikan serta mengukur kepuasan pelanggan berdasarkan masukan melalui
kuesioner, evaluasi dan analisis langsung secara teknis maupun tampilan administrasi.