Anda di halaman 1dari 43

PEDOMAN

PELAYANAN RADIOLOGI

Jl. Demang Lebar Daun No. 62 Kel. Demang Lebar Daun, Kec. Ilir Barat I .
Palembang - Sumatera Selatan. 30137
Telp. (0711) 446272, 441345
Pedoman PelayananE-mail
Instalasi: rsmmcpalembang@gmail.com,
Radiologi Web : www.rsmmcpalembang.id 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan Radiologi sebagai bagian yang terintegrasi dari pelayanan kesehatan


secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang–Undang Dasar 1945,
dimana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat Undang–Undang
Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan maka Pelayanan Radiologi sudah selayaknya memberikan
pelayanan yang berkualitas.
Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi umumnya dan Radiologi Diagnostik khususnya
telah dilaksanakan di berbagai pelayanan kesehatan ,mulai dari sarana pelayanan
kesehatan yang sederhana maupun sarana pelayanan kesehatan yang lebih besar seperti
Rumah Sakit kelas A. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi
dengan menggunakan fasilitas Radiologi Diagnostik yaitu pelayanan yang
menggunakan radiasi pengion dan pengion. Dengan perkembangan waktu Radiologi
Diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan
maupun metodenya.

B. TUJUAN PEDOMAN

1. Tujuan Umum
Tercapainya standarisasi pelayanan radiologi diagnostic di Rumah Musi Medica
Cendikia Palembang.

2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan bagi petugas pelayanan kesehatan untuk menyelengarakan
pelayanan Radiologi Diagnostik.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 2


b. Sebagai tolak ukur dalam menilai Pelayanan Radiologi Diagnostik.
c. Sebagai pedoman dalam upaya pengembangan lebih lanjut yang arahnya
disesuaikan dengan tingkat Pelayanan Radiologi yang telah dicapai dan proyeksi
kebutuhan pelayanan dimasa depan.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN

Pelayanan Radiologi Diagnostik meliputi :

1. Pelayanan Radiodiagnostik
2. Pelayanan imaging diagnostik
3. Pelayanan Radiologi Intervensional
a) Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis
dengan menggunakan radiasi pengion, meliputi antara pelayanan X - Ray
konvensional,
b) Pelayanan Imaging Diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis
dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Ultra Sono Grafi (USG).
c) Pelayanan radilogi Intervensional adalah pelayanan untuk melakukan
diagnosis dan terapi intervensi dengan menggunakan peralatan radiologi X-
Ray,Pelayanan ini memakai radiasi pengion dan radiasi non pengion.

D. LANDASAN HUKUM RADIOLOGI


1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3676.
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republikk Indonesia Nomor 3699).
3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431).
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 3


Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548).
5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063).
6. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072).
7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637).
8. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 Tentang Keselamatan Radiasi Pengion
dan Keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4730).
9. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinana Sumber Radiasi
Pengion dan Bahan Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4839).
10. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik.
11. Peraturan Mentri Kesehartan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009 Tentang Perubahan
Kedua Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1575 Menkes /Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
12. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 357/Menkes/Per/V/2006 tentang Registrasi dan
Izin Kerja Radiografer.
13. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 512/Menkes/Per/2007 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
14. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 375/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Radiografer.
15. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
Medis.
16. Permenkes Nomor 780/MENKES/PER/VIII/2008 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Radiologi.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 4


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A.Struktur Organisasi Radiologi

DIREKTUR

dr.Yudi Fadilah, Sp.PD-KKV.MARS

KASI

PENUNJANG MEDIK

dr. Suprapti, SpPD

KEPALA RUANGAN PENANGGUNG JAWAB

Supriyadi Amd.Rad Dr.SNA Ratnasari Devi Sp.Rad

SEKRETARIS

Silvina Dwi Juliati Amd.Rad

PELAKSANA RADIOGAFER PELAKSANA RADIOGAFER

Silvina Dwi Juliati Amd.Rad Toegiman

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 5


B.Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Kualifikasi sumber daya manusia di instalasi Radiologi sesuai dengan standar kementrian
kesehatan nomor 1014 untuk rumah sakit.
NO JENIS TENAGA PERSYARATAN JUMLAH

1 Spesialis Radiologi Memilki SIP 1

2 Radiografer D-III Tehnik Radiologi 3


memilki SIRK
3 Petugas Proteksi Radiasi(PPR) Tingkat I memiliki SIB 1

4 Fisikawan Medik D.IV/SI 1

5 Tenaga Elektro Medik D-II Atem 1

Jumlah Tenaga 7

B. DISTRIBUSI TENAGA

Ruangan Radiolagi merupakan suatu unit di rumah sakit yang dibandingkan


dengan ruangan lain, banyak perbedaan tingkat pelayanannya. Tingkat pelayanan ini
ditentukan oleh jumlah staf, fasilitas, pelayanan penunjang, jumlah dan macam
pasien, untuk itu harus ditunjang oleh tenaga yang memenuhi kualifikasi standar
Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di Rawat Intensif harus mempunyai
pengetahuan yang memadai, mempunyai keterampilan yang sesuai dan mempunyai
komitmen terhadap waktu. Uraian kualifikasi ketenagaan berdasarkan Klasifikasi
Pelayanan Rawat Intensif seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
NO JABATAN KUALIFIKASI JUMLAH KET

1 Kepala 1. Dokter, memiliki sertifikat 1 Ada


Instalasi pelatihan, STR dan SIP
2. Sebagai pegawai purna waktu
3. Mampu memimpin tim kerja
4. Memahami peraturan di RS Musi
Medika Cendikia Palembang

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 6


2. Kepala 1. Berijazah minimal D3 Radiologi 1 Ada
Ruangan 2. Memiliki sertifikat pelatihan di
bidang radiologi Memiliki STR
dan SIKP
3. Mampu memotivasi kerja tim
4. Memahami pelayanan Radiologi
yang menjadi tanggung jawabnya
5. Mampu memotivasi dan mengatur
tim
3 Pelaksana 1. Berijazah minimal D3 /SMA 1 Ada
Radiologi 2. Memiliki STR dan SIK/Surat
keterangan STR sedang dalam
proses
3. Memiliki sertifikat pelatihan di
bidang radiologi/ berkaitan
dengan PPR
4. Mampu memotivasi kerja tim
5. Dapat bekerja dalam tim
6 Mampu memotivasi dan mengatur
tim

Kepala Instalasi Radilogi : adalah seorang spesialis anestesiologi dan pernah


menjalani pelatihan dan pendidikan formal di bidang kedokteran Radiologi
Bertanggung jawab penatalaksanaan pelayanan Radiologi dan administrasi yang
dilakukan bersama profesi terkait baik yang menjadi penanggung j awab pasien
sebelum dirujuk maupun bersama profesi yang memberi konsultasi..
Kepala Ruangan Radilogi : adalah Radiografer yang telah mendapat pelatihan,
bekerja minimal 10 thn, dan berijazah dibidang Radiologi dalam menjalankan
tugasnya kepala perawat dibantu oleh seorang wakil kepala perawat yang sewaktu-
waktu bias menggantikannya. Kepala perawat harus mampu menjaga kelangsungan
pendidikan bagi staf perawat dan tidak dilibatkan dalam aktifitas rutin.
Staf Radiologi(pelaksana): adalah yang telah mendapat pelatihan dan
pendidikan dibidang radiologi memiliki kualifikasi tertentu, memahami, tata kerja
dan peralatan yang digunakan untuk menjaga mutu pelayanan, di bidang radiologi
mampu mejalan peralatan x Ray yang cangih yang ada di Rumah sakit Musi Medika
cendikia.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 7


C . Distribusi Ketenagaan
Rata-rata kunjungan pasien Radilogi 5-6 orang/hari. Untuk menjangkau pelayanan
tersebut berdasarkan pola ketenagaan diperlukan 1 orang dokter spesialis Radiologi
dan 2 orang tenaga radiographer diagnostic,perawat tidak ada .1 orang PPR.
Jumlah tanaga sekarang :
NO JADWAL JENIS JUMLAH KETERANGAN
DINAS TENAGA
1 Dinas Pagi Radiogafer 1 Pelaksana 1

2 Dinas Sore Radiografer 1 Pelayan yang dilaksanakan


pada dinas sore pelayanan
konvensional,USG

3 Dinas Malam Radiogafer 1 Pelayan yang dilaksanakan


pada dinas malam pelayanan
konvensional
4 Libur radiogafer 1 Siap untuk menjadi
radiografer on call

D. Pengaturan Jaga

No Jadwal dinas Waktu


1 Dinas Pagi 07:00 WIB – 14:00 WIB

2 Dinas Sore 14:00 WIB – 21:00 WIB

3 Dinas Malam/Hari 21:00 WIB – 07.00 WIB


Libur

E. Pelatihan
Radiografer sebaik nya mengikuti pelatihan kesalamatan radiasi tingkat 2
setiap rumah sakit di wajib kan mempunyai Petugas poteksi radiasi satu orang,
dan memiliki 25 sks pelatihan di bidang radologi setiap tahun agar dapat

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 8


memper panjang SIP.
Petihan yang mendukung pelayanan profesional sebaikan petugas radiologi
memiliki pelatihan:
-Pelatihan penatalaksanaan infeksi, keselamatan dan kesehatan kerja.
-Pelatihan peralatan secara benar, efektif dan aman.
-Pelatihan manejemen radiologi.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 9


BAB III
STANDAR FASILITAS

A.Dena Ruangan

Laboratorium

R.Ganti Baju Pasien

R
Ruang Pemeriksaan
A

Ruang Adminitrasi Ruang Operator

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 10


B.STANDAR FASILITAS

RUANGAN RADIOLOGI

1. Desain dan paparan di ruangan radiasi standarnya adalah :


a. Ukuran ruangan radiasi
 Ukuran minimal ruangan radiasi sinar-x adalah panjang 4 meter, lebar
meter, tinggi 2,8 meter
 Ukuran tersebut tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien
b. Tebal dinding
 Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa sehingga
penyerapan radiasinya selera dengan penyerapan radiasi dari timbale setebal
2 mm
 Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah
15 cm
 Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm
c. Pintu dan jendela
 Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (missal lobang stop kontak
dll) harus diberi penahan-penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal.
 Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala ketika
meja control pesawat dihidupkan
2. Tujuannya adalah :
a. Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi dengan
ruangan yang tidak mempunyai paparan bahaya radiasi
b. Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk tidak
memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan tersebut
c. Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen
sedang aktif

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 11


d. Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk mencegah
bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan pemeriksaan
rontgen
e. Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila ada
jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi yang
setara dengan 2 mm timbale dan jendela tersebut harus ditutup ketika
penyinaran sedang berlangsung
f. Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca penahan radiasi minimal
setara dengan 2mm timbale.

B. RUANG PEMERIKSAAN RADIOLOGI


1. Ruang Pemeriksaan

Luas : 12 x m
Tinggi : 3,0 m
Dinding : batubata 15 cm diplester dan dilapisi 2,5 mm Pb setinggi 180 cm
Lantai : keramik
Langit-langit : gypsum tahan api
Fasilitas :
- Gantungan apron
- Shielding 2,5 mm Pb 2 buah
- Kamar ganti 1 buah 2,25 x 1,25 x 3 m
2. Ruangan Loket Pendaftaran

Ukuran 4 m (p) x 3 m (l) x 3 m (t).

Apabila ruang loket bersebelahan dengan ruang pemeriksaan radiodiagnostik, maka


persyaratan dindingnya harus sesuai dengan ketentuan konstruksi dinding ruang
pemeriksaan.

Fasilitas :

- AC panasonic
- Computer satu set
- Jam dinding.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 12


- Meja kerja
- Kursi kerja

3. Ruang Tunggu Pasien

Ukuran : 5 m (p) x 3 m (l) x 3 m (t)

kursi pasien.

C. SISTEM PENYEDIAAN LISTRIK


Tolak Ukur:
Sistem penyediaan listrik menggunakan saluran kabel langsung jenis NYY atau
NYFBGY (kabel tanah empat inti) dari panel indul utama rumah sakit ke panel
gedung radiology (panel radiology).
Catu daya listrik yang tersedia
1. Catu dari PLN sebagai suplai utama
2. Catu dari generator set sebagai suplai cadangan apabila terjadi gangguan PLN
dengan selang waktu maksimal 15 menit
3. Catu dari peralatan uniteruptible power supply (UPS) atau no break set (NBS)
sebagai back up power selama generator set belum berfungsi.

D. SISTEM PENYALURAN / DISTRIBUSI LISTRIK

1. Sistem penyaluran listrik menggunakan system radial pada tegangan 400 volt
dengan tegangan jatuh (voltage drop) tidak melebihi 5%, sedangkan breaking
capacity dari breaker yang dipakai adalah pada nilai di atas arus hubungan singkat
(lsc). Jika memungkinkan jarak dari panel indul utama ke panel gedung radiologi
tidak melebihi 50 meter.
2. Penyaluran listrik ke peralatan radiologi menggunakan kabel jenis NYFGBY (jika
ditanam dalam tanah) atau jenis NYY (jika tidak ditanam) dengan ukuran yang
sesuai dengan kapasitas daya yang diperlukan peralatan dari panel induk ke panel
radiologi dan dari panel radiologi ke panel alat. Sedangkan catu daya listrik ke
penerangan terpadu, film processor, computer dan data system imaging mendapat
catu daya listrik UPS/ NBS.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 13


E. SISTEM PENGAMANAN PENGGUNAAN DAYA LISTRIK UNTUK
PERALATAN
Yang perlu diperhatikan adalah kapasitas daya yang terpasang tergantung dari besar
daya pesawat X-ray, system tegangan yang digunakan 3 phase 220 volt/ 380 volt
dengan frekuensi 50 Hz atau 1 phase 220 volt.
Kerugian tegangan yang ditimbulkan sebagai akibat dari jarak jaringan atau pengaruh
induksi diukur dimulai dari titik sekunder trafo yang ada di rumah sakit/ sekitar rumah
sakit sampai dengan panel peralatan radiologi.
Toleransi jatuh tegangan yang diijinkan untuk peralatan radiologi maksimum 6,8%.
Untuk mengamankan jaringan dari kerugian: memperpendek jarak-jarak peralatan
radiologi dengan trafo/meter PLN, menyediakan saluran/ line khusus kabel untuk
peralatan radiologi, memperbesar diameter/ ukuran kabel yang digunakan untuk
peralatan radiologi.

F. PENGAMATAN PERALATAN
Untuk mengamankan peralatan radiologi dari arus bocor, system pembumian
menggunakan kabel BC dengan diameter minimal 16 mm2 dan pada ujung kabel
dipasang elektroda.
Kabel BC dan elektroda dimasukkan ke dalam pipa galvanis yang terlebih dahulu
disolder dan kemudian dicor untuk mencegah korosi.
Pastikan nilai tahanan sesuai dengan ketentuan, dengan mengukur besaran nilai
pembumian yang diijinkan.
Resistensi antara alat dan titik pembumian maksimum 0,15 OHM.
Untuk menjamin nilai resistensi pembumian sesuai table/ketentuan, agar pihak rumah
sakit melaksanakan pengukuran nilai pembumian secara berkala setiap setahun sekali.
Untuk mencapai nilai resistensi tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa elektroda apabila 1(satu) buah elektroda tidak dapat mencapai nilai yang
diinginkan.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 14


BAB IV

KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI

RUMAH SAKIT MUSI MEDIKA CENDIKIA PALEMBANG

Kebijakan Umum

1. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
2. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
Keselamatan, dan Kesehatan Kerja (K3)
4. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar operasional
yang berlaku, etika profesi, etika, dan menghormati hak pasien.
5. Pelayanan radiologi dilaksanakan dalam 24 jam.
6. Pelayanan radiologi harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
7. Evaluasi Pelayanan Radiologi di lakuakn sebulan sekali
8. Apabila instalasi Raiologi tidak bisa memberikan pelayanan dikarenakan jenis
pemeriksaan tidak tersedia atau peralatan radiologi sedang rusak, pasien dirujuk ke
rumah sakit lain dengan persetujuan dari pasien atau keluarga pasien.

Kebijakan khusus

1. Peralatan Radiologi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai


dengan ketentuan yang berlaku.
2. Setiap pemeriksaan Radiologi harus berdasarkan permintaan dokter..
3. Setiap Radiografer dan Dokter radiolog wajib menggunakan film bagde (TLD).
4. Pembacaan ekspertise hasil pemeriksaan Radiologi dilaksanakan oleh Dokter
Spesialis Radiologi
5. Dalam keadaan cyto hasil Rontgen dapat dipinjamkan “Basah” dan harus di
kembalikan lagi untuk di expertise oleh Dokter Raiologi.
6. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 15


7. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan.
8. Untuk mengatasi keadaan gawat darurat akibat reaksi dengan bahan kontras wajib
disediakan obat dan peralatan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 16


BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN RADIOLOGI

Gambar . Alur Pasien Rontgen dari Intalasi Gawat Darurat

PASIEN
IGD/EMERGENCY

SLIP PERMINTAAN
TINDAKAN RADIOLOGI

LOKET

PENDAFTARAN RADIOLOGI

TINDAKAN RADIOLOGI

PEMBILINGAN SIM

UMUM KASIR PEMBAYARAN /BLANGKO TANGGUNGAN


SJP
JAMINAN

PENGAMBILAN HASIL

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 17


Gambar 4. Alur Pasien Rontgen dari Instalasi Rawat Inap

ALUR PASIEN RAWAT INAP

PASIEN RAWAT INAP

SLIP PERMINTAAN TINDAKAN


RADIOLOGI

BLANGKO CANGGIH YANG DI


ACC DOKTER KOMITE MEDIK
(UNTUK CT-SCAN DAN KONTRAS

LOKET

PENDAFTARAN RADIOLOGI

TINDAKAN RADIOLOGI

PEMBILINGAN SIM

PENGAMBILAN HASIL

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 18


Alur Pasien Rontgen dari Instalasi Rawat Jalan

ALUR PASIEN RAWAT JALAN

PASIEN RAWAT JALAN

SLIP PERMINTAAN TINDAKAN


RADIOLOGI

LOKET

PENDAFTARAN RADIOLOGI

TINDAKAN

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

PEMBILINGAN SIM

PEMBAYARAN TINDAKAN DI
LOKET PEMBAYARAN
(KASIR)

LOKET PENGAMBILAN
HASIL MEMBAWA BUKTI
PEMBAYARAN ATAU
BLANKO PENGAMBILAN
HASIL
Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 19
A. PELAYANAN RADIOLOGI
Pelayanan Radiologi Terdiri dari :
1. Pendaftaran Pasien
a. Pendaftaran pemeriksaan dilakukan pleh administrasi rawat jalan dan
administrasi IGD.
b. Pemeriksaan dan tindakan radiologi bagi pasien rawat jalan, IGD, Rawat
inap hanya dilakukan atas dasar permintaan tertulis dari dokter yang
merujuk atau mengirim disertai keterangan klinis yang jelas .
c. Jika pasien dengan pemeriksaan kontras maka pasien diberi penjelasan
tentang persiapan tindakan medic radiologi yang akan dilakukan dan
pemeriksaan harus dijadwal terlebih dahulu.
d. Pasien diberi informasi tentang biaya pemeriksaan dan waktu pelaksanaan
pemeriksaan tersebut.
e. Jika pasien menyetujui, pasien dijadwalkan dipapan program pemeriksaan
radiologi.
f. Pasien datang ke radiologi sesuai dengan hari, jam, yang telah ditentukan
pasien mengisi persetujuan tindakan medis.

2. Persiapan Pemeriks aan


a. Identitas pasien dicatat di buku registrasi / melalui sistem SIM : Nama,
Umur, Jenis Kelamin, Nomor Registrasi, Klinis, Dokter yang mengirim,
Jenis Tindakan sesuai dengan permintaan.
b. Peralatan foto rontgen disiapkan, meliputi ; pesawat rontgen Kv, Ma,
Second, meja pemeriksaan, kaset, serta proses film otomatik.
c. Pemeriksaan/ tindakan medik radiologi dilakukan di ruangan pemeriksaan
yang telah ditentukan.Pasien dipanggil,dipersilahkan masuk untuk
dilakukan foto rontgen.
d. Setelah selesai pemeriksaan pasien melakukan pembayaran dikasir.

3. Pencucian Film
Film rontgen yang sudah di exspose, dicuci diproses dikamar gelap, sedangkan
yang menggunakan CR dapat langsung diproses pada Kapsul CR.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 20


4. Pemberian Expertise
a. Formulir hasil pemeriksaan/ tindakan medis radiologi merupakan dokumen
bersifat rahasia yang harus ditandatangani oleh dokter spesialis radiologi
yang memeriksa / melakukan expertise.
b. Formulir hasil pemeriksaan radiologi terdiri dari empat lembar. Dua lembar
diberikan pada pasien dan dua lembar disimpan di arsip radiologi.

5. Penyerahan hasil radiologi


a. Untuk pasien rawat jalan diberikan blanko pengambilan hasil pasien
b. Untuk pasien rawat inap diisi di buku expertise pengambilan hasil
c. untuk dibagikan ke ruangan masing-masing.

6. PELAYANAN RADIOLOGI CITO

Pelayanan cito adalah pelayanan radiologi yang diberikan bagi


pasien pasien yang membutuhkan tindakan operasi / medis segera.
Pelayanan radiologi cito bed adalah pelayanan yang diperuntukkan bagi
pasien (pasien ICU) dimana kondisinya tidak memungkinkan untuk
keluar dari ruang perawatan (pasien dengan ventilator)

7. JENIS PEMERIKSAAN

A. Pemeriksaan Rutin (Non Kontras / Tanpa Persiapan)

a) Kepala/Skull

b) Sinus paranasal (SNP)

c) Thorax AP/PA/Lateral

d) Abdomen / BNO

e) Abdomen 3 Posisi

f) Pelvis

g) Exstrimitas Atas (Humerus,Elbow joint, Antebrachi, Wrist Joint,


Manus)

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 21


h) Exstrimitas Bawah (Femur, Genu. Cruris, Angkel, Calcanius,
pedis)

i) Columna Vetebrae (Cervical, Thoracal, Lumbal, Sacrum,


Cocygeus)

C .NILAI KRITIS RADIOLOGI

PENGERTIAN NILAI KRITIS RADIOLOGI

Nilai kritis radiologi adalah hasil pemeriksaan/imaging radiologi yang menunjukkan


kegawatan/mengancam jiwa/yang akan menimbulkan kecacatan atau kematian
(sesuai kriteria), segera dilaporkan kepada dokter pengirim oleh dokter Radiologi
agar mendapat tindakan yang cepat untuk menghindari komplikasi yang lebih berat.

I. PROSEDUR PELAPORAN NILAI KRITIS RADIOLOGI

Prosedur pelaporan nilai kritis adalah sebagai berikut :


a. Identifikasi nilai kritis
b. Jangan ditunda
c. Identifikasi image nilai kritis
d. Radiografer komunikasi ke radiolog
e. Radiolog komunikasi ke dokter pengirim
f. Dokumentasi
Prosedur pelaporan nilai kritis terbagi menjadi dua prosedur yaitu :
a. Prosedur Komunikasi
1. Radiografer melakukan prosedur pemeriksaan radiologi menggunakan
modalitas X-Ray, menjumpai hasil image kritis.
2. Radiografer harus segera melapor kepada dokter Radiologi.
3. Dokter Radiologi menganalisa hasil imaging harus segera melapor kepada
dokter pengirim.
b. Dokumentasi
Radiografer mencatat didalam loog book :
1. Nama Pasien

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 22


2. Hasil nilai kritis
3. Dokter Radiologi
4. Dokter penerima
5. Waktu melakukan prosedur
6. Hari dan jam melapor
7. Pelaporan melalui telp/email

II. KATEGORI NILAI KRITIS RADIOLOGI


Kategori nilai kritis radiologi adalah sebagai berikut :
a. Subarachnoid Hemorrhage.
b. Epi atau Subdural hemorrhage.
c. Intracranial herniation.
d. Brain abses atau suatu acute CNS infection.
e. Tension pneumothorax.
f. Pulmonary embolus.
g. Mediastinal hemorrhage.
h. Acute tamponade.
i. Udara bebas intraperitoneal.
j. Abdominal hemorrhage.
k. Ruptured ectopic pregnancy.
l. Torsion of testicles or ovaries.
m. Emergency surgical abdominal findings.
n. Acute Infarct

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 23


BAB VI
LOGISTIK

Kebutuhan barang-barang logistic radiologi terdiri dari : Obat-obatan dan


bahan habis pakai (BHP) dan Barang Rumah Tangga (BRT) dan Alat Tulis
Kantor (ATK). Pengelolaan keduanya meliputi alur, perencanaan, permintaan,
penyimpanan, penggunaan, pencatatan dan pelaporan adalah sebagai berikut :

6.1 Obat-obatan dan Bahan Habis pakai (BHP)

1. Alur

Pelaksana Ka. Unit Bag Logistik


Sarana Radiologi Farmasi

Gambar 5. Alur Permintaan obat-obatan dan bahan habis pakai

2. Perencanaan

Petugas Radiologi mendata kebutuhan obat-obatan dan bahan habis


pakai setiap tahun dan mengajukan kebutuhan tersebut ke bagian
farmasi. Rencana kebutuhan berdasarkan pemakaian tahun lalu dan
ditambah 10 %.

3. Permintaan

Permintaan obat-obatan dilakukan setiap awal bulan sesuai jadwal ke


bagian farmasi. Apabila ada kebutuhan mendesak dan stok barang
diradiologi kosong maka permintaan barang bisa dilakukan sewaktu-
waktu pada jam kerja sesuai kebutuhan.

4. Penyimpanan

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 24


Penyimpanan dilakukan digudang atau lemari radiologi untuk
pemakaian selama satu tahun

5. Penggunaan

Penggunaan obat-obatan dan barang habis pakai dengan


memperhatikan waktu kadarluarsa. Barang yang memiliki
kadarluarsa paling pendek digunakan terlebih dahulu. Obat kontras
yang digunakan dengan dosis yang telah ditentukan.

6. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan barang-barang logistic farmasi dilakukan


setiap bulan, pada saat pembuatan laporan bulanan.

6.2 Alur Rumah Tangga, Alat Tulis Kantor Dan Linen

1. Alur

Pelaksana Ka. Unit Bag Logistik


Sarana Radiologi

Gambar 6. Alur Permintaan Kebutuhan Rumah Tangga,


alat tulis kantor dan linen

2. Perencanaan

Petugas radiologi mendata kebutuhan barang-barang cetakan, alat


tulis dan rumah tangga setiap tahun dan mengajukan kebutuhan
tersebut ke Bagian Rumah Tangga. Rencana kebutuhan berdasarkan
pemakian tahun lalu dan ditambah 10 %.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 25


3. Permintaan

Petugas radiologi mengajukan permintaan alat tulis kantor / barang


cetak berdasarkan kebutuhan tiap bulan.

4. Penyimpanan dan pemakaian

Penyimpanan dilakukan digudang radiologi untuk pemakaian selama


sebulan. Pemakaian sesuai kebutuhan.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 26


BAB VI1

KESELAMATAN PASIEN

7.1 Pengertian

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu


system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi : asseesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tidak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

7.2Tujuan

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

b. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien


danmasyarakat.

c. Meminimalkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.

d. Terlaksananya program-progaram pencegahan sehingga tidak terjadi


pengulangan kejadian tidak diharapkan.

7.3 Sasaran keselamatan pasien


a. Identifikasi (nama, tanggal lahir, alamat)
b. Komunikasih efektif (SBAR= Situasi background alalisis
rekomendasi)
c. Hight alert medication (HAM) , LASA ( Look A Sound A
like)/double check
d. Tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
e. Mengurangi resiko infeksi
f. Mengurangi resiko jatuh .
Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 27
BAB.VIII

KESELAMATAN KERJA

8.1 Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan


dengan mesin, pesawat, alat kerja,bahan, dan proses pengolahan, landasan
kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan perkerjaan dan
proses produksi. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang
berada dirumah sakit termasuk instalasi radiologi. Dengan demikian,
keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk tenaga kerja dan orang lain
yang berada dirumah sakit serta masyarakat disekitar rumah sakit yang
mungkin terkena dampak akibat suatu proses kerja. Dengan demikian
jelas bahwa, keselamatan kerja adalah merupakan sarana utama untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian
yang berupa luka/cidera, cacat/kematian, kerugian harta benda dan
kerusakan peralatan/mesin dan lingkungan secara luas.

8.2 Tujuan Keselamatan Kerja

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan akibat kerja.

b. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya paparan


radiasi

c. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik


fisik maupun psikis

d. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertipan

e. Menerapkan ergonomic di tempat kerja

f. Mengamankan dan memelihara alat-alat perlengkapan radiologi

g. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 28


h. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

i. Mensesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan


yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

8.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan

 Terpapar radiasi

 Terjatuh

 Tersandung benda

 Terbentur alat

 Terkena arus listrik

 Tertular penyakit, dll.

b. Klasifikasi menurut agen penyebabnya

 Alat-alat radiologi seperti kesetrum, terbentur, radiasi

 Lingkungan kerja seperti ruangan panas, pencahayaan, ventilasi, dll

c. Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya

 Efek terkena radiasi

 Efek terkena arus listrik

 Patah tulang

 Keseleo/dislokasi/terkilir

 Kenyerian otot atau kejang

 Luka tergores

d. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka

 Kepala

 Tulang Belakang : Ekstremitas atas, Ekstremitas bawah,


panggul

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 29


 Luka umum, dsb

8.4 Pencegahan kecelakaan kerja

a. Desain Ruangan

Ruangan radiologi di desain sesuai dengan aturan yang berlaku sesuai


dengan pedoman pelayanan radiologi yang diterbitkan oleh Kemenkes
RI. WC dilengkapi dengan keset kering untuk mencegah jatuh
terpeleset. Ruangan berAC untuk sirkulasi udara dan pemeliharaan
alat-alat radiologi.

b. Pengoprasian Alat

Alat-alat radiologi dipasang grunding untuk mencegah terjadi


kesetrum dan disediakan prosedur penggunaan alat sehingga
kesalahan penggunaan alat dapat dihindari.

c. Pencegahan kesalahan manusia

Dilakukan dengan cara adanya SPO, orientasi dan pelatihan kerja,


komunikasi antar pekerja, tanda-tanda penggunaan alat yang jelas.

d. Pemeliharaan dan monitoring

Kalibrasi alat rutin dilakukan untuk menjadi alat selalu baik serta
pemeliharaan kebersihan alatnya.

e. Pengawasan

Kinerja petugas selalu dievaluasi berdasarkan hasil kerja sehingga


mutu pelayanan tetap terjaga. Penambahan wawasan pekerja
dilakukan dengan mengadakan kegiatan pelatihan baik internal
maupun eksternal.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 30


8.5.PROTEKSI RADIASI

A. TUJUAN PROTEKSI RADIASI


1. Pada pasien : Dosis radiasi harus sekecil mungkin sesuai keharusan klinis.
2. Pada personil : Dosis radiasi yang diterima harus serendah mungkin dan dalam
keadaan bagaimanapun juga tidak boleh melebihi dosis maksimum yang di
perkenankan.

B. SATUAN RADIASI
1. Rontgen
Rontgen adalah satuan pemaparan radiasi yg memberikan muatan 2,58.10-4
Coulomb per kg udara.
2. Rad
Rad adalah satuan dosis serap.
1 rad : radiasi yang diperlukan untuk melepaskan tenega 100 erg dalam 1 gram
bahan yang disinar (1 rad = 100 erg/gram)
Rad tidak tergantung komponen bahan yang disinar dan tenaga radiasi, tetapi
jumlah rad per R pemaparan berbeda dengan tenaga berkas sinar dan komposisi
bahan serap.
3. Gray (Gy)
1 Gray= 100 rad
1Cgy= 1 rad
4. Rem(Rad Equivalent Man)
Rem adalah satuan dosis ekuivalen.
Rem = rad x factor kualitas
Rem merupakan ukuran efek biologis akibat radiasi.
Karena faktor kualitas untuk sinar x dan g = 1, maka Roentgen = 1 Rad = 1 Rem
Karena tenaga yang dilepaskan ke dalam jaringan lunak oleh 1 Rontgen
pemaparan hanya 5% lebih besar dari 1 Rad.
5. Sievert (Sv)
1 Sievert (Sv) = 100 rem
6. RBE (relatives biological effectivemen)

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 31


Perbandingan dosis sinar x 250 K dengan dosis radiasi lain yang efek biologis
sama dengan dosis sinar x 250 K dengan efek biologik tertentu / dosis radiasi lain
dengan efek biologik yang sama.

Faktor kualitas berbagai jenis radiasi


JENIS RADIASI FAKTOR
KUALITAS
Sinar x 1
Sinar gamma 1
Partikel beta 1
Proton 5
Neutron lambat 3
Neutron cepat 10
Partikel alfa 20

C. NILAI BATAS YANG DIIZINKAN


Untuk perorangan, dosis yang terakumulasi selama jangka waktu panjang atau hasil
penyinaran tunggal yang mengandung kemungkinan kerusakan sitomatik atau genetik
yang dapat diabaikan dan besar dosis ditentukan pada setiap efek yang sering terjadi
terbatas pada akibat yang ringan, sehingga tidak akan dianggap tidak dapat diterima
oleh seseorang yang tersinari dan oleh instansi yang berwenang dalam bidang medis.

D. PENGENDALIAN TINGKATAN PEMAPARAN RADIASI


Cara Pengendalian tingkatan pemaparan radiasi :
1. Jarak : Intensitas radiasi dipengaruhi oleh hukum kuadrat terbalik sehingga
cara ini efektif.
2. Waktu : Pemaparan dapat diatur dengan :
 Membatasi waktu generator dihidupkan.
 Pembatasan waktu berkas diarahkan ke ruang tertentu.
 Pembatasan waktu ruang yang dipakai.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 32


3. Perisai : Digunakan bila ternyata jarak dan waktu tidak mencukupi, maka
dibuat dari timbal atau beton.
Jenis perisai :
Perisai primer: Memberi proteksi terhadap radiasi primer (berkas
sinar gamna)

Contoh: Tempat tabung sinar x dan kaca timbale pada Tabir fluoroskopi
Perisai sekunder: Memberi proteksi terhadap radiasi sekunder (sinar bocor dan
hambur)
Contoh: Tabir sarat timbal pada tabir fluroskopi, pakaian proteksi, kursi fluoroskopi
dan perisai yang dapat dipindah-pindah.
E. PROTEKSI RADIASI
1. Pada Pasien :
a. Pemeriksaan sinar x hanya atas permintaan seseorang dokter.
b. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer.
c. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga daya tembusnya
lebih kuat
d. Jarak focus pasien jangan terlalu pendek.
Hukum kuadrat terbalik: Intensitas sinar x berbanding terbalik dengan jarak
pangkat dua.
Jarak focus kulit pada :
 Sinar tembus tidak boleh kurang dari 45 cm.
 Radiografi tidak boleh kurang dari 90 cm
e. Daerah yang disinari harus sekecil mungkin, misalnya dengan menggunakan
konus (untuk radiografi) atau diafragma (untuk sinar tembus).
f. Waktu penyinaran sesingkat mungkin.
Contoh : pemeriksaan sinar tembus tidak boleh melebihi 5 menit pada salah
satu bagian tubuh.
g. Alat-alat kelamin dilindungi.
h. Pasien hamil, terutama trisemester pertama tidak boleh diperiksa radiologik.
i. Peningkatan sistem pertahanan seluler radiasi dengan antioksidan: Cystein,
vitamin E dan vitamin C.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 33


2. Pada Dokter Pemeriksa Dan Petugas Radiologi :
a. Hindari penyinaran bagian-bagian tubuh tidak terlindungi
b. Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung yanqg berlapis Pb
dengan tebal maksimum 0,5 mm Pb.
c. Hindari melakukan sinar tembus, usahakan melakukan radiografi
d. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang-tulang kepala (head fluoroscopy)
e. Akomodasi mata sebelum melakukan pemekrisaan sinar tembus paling
sedikit selama 20 menit.
f. Gunakan alat-alat pengukur sinar Rontgen.
g. Pemeriksaan pesawat sebelum dipakai.
Contoh: Perlindungan terhadap bahaya elektris.
Adanya kebocoran pada tabung pesawat.
Voltage yang aman dan lamanya.
h. Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor / rusaknya perlengkapan-
perlengkapan pelindung berlapis Pb.
F. ALAT-ALAT YANG DIPAKAI UNTUK MENCATAT DOSISI PERSONIL
1. Film Badge : Mencatat dosis radiasi yang diterima personil yang terkena
berbagai jenis radiasi dan mampu mencatat dosis radiasi yang
berasal dari sumber-sumber radiasi yang berlainan kualitasnya.
2. Dosimeter Saku : Pengukuran dosis yang mempunyai respon terhadap radiasi
sebanding dengan jumlah pasangan ion yang dihasilkan selama
perjalanan melalui elemen pendeteksian selain itu pengukurannya
lebih teliti dari pada film badge.

G. ALAT PENGUKURAN RADIASI


Menggunakan Geiger-Muller Survey meter yang bacaannya berlangsung dalam
mR/jam (milli Rontgen per jam) atau count per menit dengan penggunaannya di radio-
diagnostik :
1. Mengukur laju pemaparan radiasi di tempat-tempat personil bekerja, dinding luar
ruang sinar x, pintu, jendela kaca Pb.
2. Memeriksa apakah alat-alat proteksi memenuhi syarat proteksi.
Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 34
H. TATA TERTIB PENGGUNAAN UNTUK PROTEKSI PERSONIL

Personil dianjurkan memakai film badge terus menerus dan di ruang pesawat sinar x
diagnostik personil :
1. Diharuskan menggunakan perisai dan pakaian proteksi yang tersedia
2. Tidak boleh memegang pasien selama penyinaran
3. Bila memakai pesawat sinar x dental dan mobil x-Ray unit (tanpa perisai
pelindung) harus berdiri di luar berkas sinar

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 35


BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk membantu menegakkan


diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum yang
berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh
besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi.

Upaya untuk melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman bahaya
radiasi dapat dilakukan dengan cara :
1. Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi tidak
melebihi batas batas yang dianggap aman.
2. Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi radiasi yang
tepat dalam jumlah yang cukup.
3. Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya yang karena bidang
pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi dengan alat monitor radiasi.
4. Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan radiasi.
5. Membuat dan melaksankan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan aman.

A. Desain dan paparan di ruangan radiasi


1. Ukuran Ruangan Radiasi
 Ukuran minimal ruangan radiasi sinar-x adalah panjang 4 meter, lebar 3 meter,
tinggi 2,8 meter.
 Ukuran tersebut tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien.
2. Tebal Dinding
 Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa sehingga
penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari timbal setebal 2
mm.
 Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah 15
cm.
 Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 36


3. Pintu dan Jendela
 Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (misal lobang stop kontak, dll)
harus diberi penahan-penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal.
 Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala ketika
meja kontrol pesawat dihidupkan.
Tujuannya adalah :
1) Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi dengan
ruangan yang tidak mempunyai paparan bahaya radiasi.
2) Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk tidak
memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan tersebut.
3) Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen
sedang aktif.
4) Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk mencegah
bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan pemeriksaan
rontgen.
- Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila
ada jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi
yang setara dengan 2 mm timbal dan jendela tersebut harus ditutup ketika
penyinaran sedang berlangsung.
- Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca penahan radiasi
minimal setara dengan 2 mm timbal.
4. Paparan Radiasi
 Besarnya paparan radiasi yang masih dianggap aman di ruangan radiasi dan
daerah sekitarnya tergantung kepada pengguna ruangan tersebut.
 Untuk ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi besarnya paparan 100
mR/minggu.
 Untuk ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi besarnya paparan
10 mR/minggu.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 37


B. Perlengkapan Proteksi Radiasi
1. Pakaian Proteksi Radiasi (APRON)
Setiap ruangan radiasi disediakan pakaian proteksi radiasi dalam jumlah yang
cukup dan ketebalan yang setara dengan 0,35 mm timbal.
2. Sarung tangan timbale
Setiap ruangan fluoroskopi konvensional harus disediakan sarung tangan timbal.
C. Alat monitor Radiasi
1. Film Badge
 Setiap pekerja radiasi dan/atau pekerja lainnya yang karena bidang
pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi diharuskan memakai film
badge setiap memulai pekerjaannya setiap hari
 Film badge dipakai pada pakaian kerja pada daerah yang diperkirakan paling
banyak menerima radiasi atau pada daerah yang dianggap mewakili
penerimaan dosis seluruh tubuh seperti dada bagian depan atau panggul bagian
depan.
2. Survey meter
Di unit radiologi harus disediakan alat survey meter yang dapat digunakan untuk
mengukur paparan radiasi di ruangan serta mengukur kebocoran alat radiasi.

D. Pesawat Radiasi
1. Kebocoran tabung
Tabung pesawat rontgen (tube) harus mampu menahan radiasi sehingga radiasi
yang menembusnya tidak melebihi 100 mR per jam pada jarak 1 meter dari fokus
pada tegangan maksimum.
2. Filter
Filter radiasi harus terpasang pada setiap tabung pesawat rontgen.
3. Diafragma berkas radiasi
 Diafragma berkas radiasi pada suatu pesawat harus berfungsi dengan baik.
 Ketebalan difragma minimal setara dengan 2 mm timbal.
 Posisi berkas sinar difragma harus berhimpit dengan berkas radiasi.
4. Peralatan Fluoroskopi
Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 38
 Tabir flouroskopi harus mengandung gelas timbal dengan ketebalan yang
setara dengan 2 mm timbal untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 100
KV atau 2,5 mm timbal untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 150
KV.
 Karet timbal yang digantungkan pada sisi tabir flouroskopi harus mempunyai
ketebalan setara dengan 0,5 timbal dengan ukuran 45 x 45 cm.
 Tabung pesawat rontgen dengan tabir flouroskopi harus dihubungkan secara
permanen dengan sebuah stop kontak otomatis harus dipasang untuk mencegah
beroperasinya pesawat apabila pusat berkas radiasi tidak jatuh tepat di tengah-
tengah tabir flouroskopi.
 Semua peralatan flouroskopi harus dilengkapi dengan tombol pengatur waktu
yang memberikan peringatan dengan bunyi sesudah waktu penyinaran
terlampaui. Penyinaran akan berakhir jika pengatur waktu tidak di reset dalam
waktu satu menit.
E. Pemeriksaan Kesehatan
Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala
sedikitnya sekali dalam setahun.

F. Kalibrasi Pesawat Rontgen


Pesawat rontgen harus dikalibrasi secara berkala terutama untuk memastikan
penunjukkan angka-angkanya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

G. Dosis Radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi


Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi didasarkan
atas rumus dosis akumulas : D = 5 ( N - 18 ) rem

D : Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi selama
masa kerjanya

N : Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun


18 : Usia minimum seseorang yang diizinkan bekerja dalam medan radiasi
dinyatakan dalam tahun

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 39


- Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam
jangka waktu 1 tahun ialah 5 rem.
- Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam
jangka waktu 13 minggu ialah 1,25 rem . Sedangkan untuk wanita hamil 1
rem.
- Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam
jangka waktu satu minggu adalah 0,1 rem.

H. Ekstra Fooding
Rumah sakit berkewajiban menyediakan makanan ekstra puding yang bergizi bagi
pekerja radiasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap radiasi.

I. Prosedur Kerja di Ruangan Radiasi


2. Menghidupkan lampu merah yang berada di atas pintu masuk ruang
pemeriksaan.
3. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang
sedang diperiksa.
4. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua yang tidak berkepentingan berada di
luar ruangan pemeriksaan , sedangkan petugas berada di ruang operator. Kecuali
sedang menggunakan flouroskopi maka petugas memakai pakaian proteksi
radiasi.
5. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.
6. Tidak menyalakan flouroskopi apabila sedang ada pergantian kaset.
7. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
8. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield.
9. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak
menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan.
10. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin
gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk
membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus
memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta menghindari
berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping berkas utama.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 40


11. Pemeriksaan radiologi tidak boleh dilakukan tanpa permintaan dari dokter.

J. Prosedur Kerja di Ruang ICU dengan menggunakan Mobile Unit X-Ray


1. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang
sedang diperiksa.
2. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua petugas harus berada sejauh
mungkin dari pasien dan memakai pakaian proteksi radiasi.
3. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.
4. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
5. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield.
6. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak
menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan
7. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin
gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk
membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus
memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta menghindari
berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping berkas utama.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 41


BAB IX

PENGENDALIAN MUTU

Mutu layanan harus memiliki standar mutu yang jelas. Dengan


demikian pengguna jasa dapat membedakan pelayanan yang baik dan tidak
baik melalui indicator dan standarnya. Berdasarkan hal tersebut maka beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang adalah sebagai berikut :

1. Membuat program yang mengola kegiatan jaminan mutu


2. Petugas mengadakan pertemuan secara berkala dengan melakukan rapat
rutin setiap bulan dan memiliki standar yang jelas, dan melakukan review
sejauh mana program dapat berjalan secara efektif. Selanjutnya hasil
rapat didokumentasikan dalam notulen rapat rutin.
3. Secara berkala dilakukan audit:
a. Dapat dilaksanakan oleh petugas yang berasal dari Rumah Sakit
Islam Sitoi Khadijah Palembang itu sendiri ataupun dari institusi luar
yang ahli dalam bidang radiologi diagnostic
b. Dilaksanakan untuk bidang manajerial, keuangan dan teknis
c. Dilaksanakan minimal 1(satu) tahun sekali.
d. Hasil audit berupa temuan temuan yang tidak sesuai standar atau
referensi diinfomasikan kepada petugas terkait untuk dilakukan
tindakan perbaikan.
4. Kalibrasi alat ukur radiasi oleh laboratorium yang telah terakreditasi dan
ditunjuk oleh BAPETEN.
5. Pelaksanaan jaminan dan kendali itu sesuai dengan pedoman yang
dikeluarkan oleh Depkes meliputi :
a. Pemeriksaan fisik peralatan secara visual
b. Pemeriksaan secara kuantitatif/kualitatif
6. Instalasi radiologi membuat SPM dan dievaluasi setiap 3 bulan sekali

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 42


BAB XI

PENUTUP

Pelayanan radiologi diagnostic merupakan bagian integral dari


pelayanan medic yang perlu mendapat perhatian khusus karena selain
bermanfaat dalam menegakkan diagnose, juga sangat berbahaya baik bagi
pasien, petugas maupun lingkungan sekitarnya bila tidak diselenggarakan
secara benar. Dalam upaya mencapai pelayanan radiologi yang bermutu dan
aman, diperlukan pengelolaan manajemen dan teknis yang prima yang
didukung oleh sarana/prasarana, sumber daya manusia dan peralatan yang baik
pula

Agar pelayanan radiologi diagnostic berjalan dengan baik, maka


diperlukan pedoman pelayanan radiologi yang dapat dipakai sebagai acuan
dalam menyelenggarakan pelayanan radiologi diagnostic. Semoga dengan
diterbitkannya pedoman standar pelayanan radiologi ini, Pelayanan radiologi
di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang dapat terlaksanan dengan baik,
teratur, professional dan bermutu.

Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 43

Anda mungkin juga menyukai