Anda di halaman 1dari 52

INSTALASI KABEL DUCT

Kabel duct adalah semua jenis kabel yang konstruksinya dirancang khusus untuk dipasang
di bawah permukaan tanah dan pemasangannya harus diletakkan dalam pipa-pipa di bawah
permukaan tanah (sesuai STEL-K-008 dan STEL-K-009).

5.1. Sistem Duct Beton


Konstruksi Pemasangan Sistem Duct
Sistem duct adalah sistem pemasangan kabel tanah dengan dimasukkan ke dalam pipa yang
dicor beton.
Duct yang dicor beton pada umumnya memakai pipa PVC tebal 2 mm, tetapi dapat juga
dipergunakan pipa yang lebih tebal, apabila dikehendaki dan diperlukan. Akan tetapi perlu adanya
perubahan pada ukuran dari penyekat, karena penampang dari pipa yang lebih tebal dindingnya
akan lebih besar Pipa PVC tebal 2 mm sangat cocok untuk duct beton dan cara ini
menguntungkan apabila route duct etrsebut lebih dari dua pipa.
Dalam pembetonan duct, kita kenal dua cara yaitu :
1) Cara pengecoran standar (Metode A);
2) Cara pengecoran lapis per lapis (Metode B);

Pengecoran Standar (Metode A)


Dalam Multi Exchange Area (MEA), dimana perijinan penggalian menjadi kendala pokok
dalam pembangunan jaringan kabel maka untuk alur kabel primer digunakan sistem duct. Dalam
sistem duct, kabel dimasukkan dalam polongan pipa PVC yang dicor beton. Jumlah polongan
dipersiapkan untuk kebutuhan sampai 20 tahun mendatang.
Satu susunan pipa PVC yang disebut modul, dicor dengan beton yang selanjutnya modul-modul
tersebut secara horisontal dipisahkan dengan beton
.

Gambar 5.1. Modul duct metode A


Cara pembetonan standar adalah yang paling umum dan paling sering diterapkan untuk
pembetonan pipa duct. Cara tersebut di atas sangat disukai karena cara yang dimaksud dapat
dibuat alur galian yang panjang, sehingga dapat mempercepat pekerjaan.
1) Formasi pipa duct;
Formasi pipa duct pada pembetonan standar berbentuk tipis, sehingga dapat dipasang pada
lokasi yang sempit dan masih memberikan kemungkinan untuk diadakan penambahan pipa duct
lagi disamping pipa duct yang lama. Tetapi dibalik itu formasi duct yang dimaksud membutuhkan
alur galian yang sempit dan dalam, sehingga membutuhkan bekisting dan mempunyai ruang
gerak untuk bekerja yang sempit. Formasi duct yang tebal/lebar memberikan ruang yang lebih
luas untuk bekerja dan tidak diperlukan bekisting, tetapi mempunyai kemungkinan terbatas untuk
mengadakan penambahan pipa duct, kecuali apabila pemasangan duct yang terdahulu cukup
dalam.
Formasi standar terdiri atas sejumlah modul yang mempunyai jarak horisontal 2,5 cm dan
seluruhnya dicor beton dengan keterangan bahwa tebal beton dasar, samping dan atas sampai
susunan pipa duct adalah 5 cm. Apabila susunan pipa duct lebih tinggi dari 6 pipa perlu diadakan
pengecoran dua kali, setelah dicor susunan yang kedua, seperti gambar berikut ini

Gambar 5.2. Formasi pipa duct

2) Lebar dan kedalaman galian


Lebar dari alur galian tergantung dari jumlah modul yang akan ditanam secara horisontal. Dalam
tabel diberikan lebar alur galian yang dihubungkan dengan jumlah modul sebagai berikut
:
Tabel 5.1 : Hubungan Lebar galian dengan Jumlah Modul
Jumlah modul Lebar alur galian
2 36 cm
3 48 cm
4 61 cm
5 76 cm
7 92 cm
8 122 cm

Kedalaman alur galian ditentukan oleh jumlah pipa duct yang ditanam secara vertical, gangguan
bila ada, dan jarak kedalaman duct dengan permukaan tanah yang minimum 80 cm, atau sesuai
dengan peraturan PEMDA setempat (misalnya di DKI 110 cm). Sejauh mungkin dasar dari alur
galian supaya mengikuti garis luar dari tanah untuk menghindari hambatan.

3) Material
a) Beton
Campuran beton untuk pengecoran duct harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh PT.
TELKOM dengan keterangan bahwa beton tersebut mempunyai kekuatan yang cukup untuk
menahan/memikul beban yang ditentukan. Campuran beton ditentukan dengan perbandingan
sebagai berikut :
Semen : Pasir : Batu pecahan
=1:3:5
Adukan beton dicampur dan diaduk dengan menggunakan mesin pengaduk beton molen dengan
urutan pencampuran kerikil, pasir, semen dan terakhir air. Lama pengadukan minimum 5 menit
dengan kecepatan putaran 6 12 rpm.
Jumlah beton yang diperlukan dalam pengecoran pipa duct dapat dihitung sebagai berikut :
100 meter dari astu pipa duct dibutuhkan 1,5 m 3 beton.
Bila panjang duct dari 20 pipa adalah 60 meter, maka kebutuhan beton dapat dihitung
sebagai berikut :
Panjang duct = 60 x 20 = 1200 meter.
1200
100
Jadi kebutuhan beton = x 1,5 m3

b) Penyekat
Penyekat yang dipakai terbaut dari besi palt, tebal 2 mm dengan ukuran 34,4 x 6,1 x 1,9 cm diberi
tiga lubang 1,25 cm untuk menempatkan pemancang, seperti terlihat pada gambar berikut

Gambar 5.3. Penyekat

Penyekat tersebut dibuat untuk duct 2 pipa sedangkan untuk duct lebih dari 2 pipa bisa
disambung penyekatnya.

c) Pancang penguat
Pemancang penguat jarang dipakai, tetapi pemasangan pipa duct di tempat yang kondisi
tanahnya kurang baik dianjurkan pakai pancang penguat.

d) Pipa PVC/ pralon


Ukuran pipa PVC yang digunakan mempunyai diameter dalam 100 mm dan tebal dinding pipa
2,2 mm, sedang pada lintasan (crossing) jalan atau saluran digunakan pipa PVC dengan diameter
dalam 100 mm dan tebal pipa 5,5 mm.
Pipa PVC tersebut harus memenuhi syarat spesifikasi PT. TELKOM STEL-L-008.
Untuk pembuatan route duct dipakai pipa PVC karena mempunyai sifat-sifat yang
menguntungkan yaitu :
a) Permukaan licin;
b) Ringan mudah dibawa;
c) Kedap air;
d) Tidak berkarat karena terbuat dari PVC;
e) Tahan terhadap zat-zat kimia;
f) Mempunyai sifat lentur, sehingga bisa dibuat tikungan;
g) Mudah penyambungan dengan lem dan sekat pipa.

4) Alat yang dipergunakan untuk pengecoran duct ;


a) Pancang besi
Panjang 1,20 meter 2,5 cm dipakai sebagai pemisah horisontal. Pada kondisi tanah yang
kurang baik memakai pancang besi panjang 1,80 meter
.

Gambar 5.4. Pancang besi

b) Bracket Penjepit;
Pipa besi panjang 30 cm dengan diameter dalam 3,2 cm diberi nok dengan draat untuk menjepit
pancang
.

Gambar 5.5. Bracket penjepit

c) Tongkat besi untuk memadatkan beton;


Tongkat besi panjang 1,8 meter dengan diameter 1 cm, dengan tunit sepanjang 6 cm di satu
ujungnya dan ujung lainnya pakai pegangan untuk mendorong dan memadatkan campuran beton
di sela-sela pipa
.
Gambar 5.6. Tongkat besi
d) Besi pelindung untuk pemukul pancang
Peralatan ini kita pasang pada ujung pancang bila hendak memasang pancang, sebagai
pelindung pancang dari kerusakan alat pemukul;

e) Alat pemukul pancang

5) Pemasang duct;

a) Penempatan/pematokan trace jaringan kabel duct;


Pengukuran dan penempatan/pematokan trace jaringan kabel duct harus sesuai dengan gambar
desain yang ada.
Pengukuran trace jaringan kabel duct ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur optik dan
mistar/rollmeter pada tempat tertentu atau setiap jarak tertentu (25-30 m). Pada trace jaringan
kabel duct, harus ditanam tanda patok kayu sebagai trace. Pada pengukuran ini ditentukan pula
tempat-tempat manhole, atau belokan trace jaringan kabel duct dan lain-lain.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini sebelumnya harus seijin dari pihak PEMDA setempat.

b) Penggalian;
Tempat penggalian tanah diusahakan terbatas pada lokasi yang tepat dari trace/jalur jaringan
duct kabel seperti yang direncakan dalam gambar desain. Lebar galian diusahakan selebar duct
kabel dengan memperhtiungkan yang diijinkan oleh PEMDA setempat;
Pada tanah yang lunak/lembek atau tanah basah, bila dipandang perlu dapat dibuat cetakan
(bekesting atau forming) yang dibuat dari papan kayu, agar profil penampang duct kabel yang
dibuat sesuai dengan yang direncanakan;
Khusus penggalian tanah pada bagian trace duct kabel yang melintasi/memotong jalan (jalan
umum atau jalan masuk rumah), galian wajib ditutup dengan pelat besi yang dapat menahan
beban kendaraan yang lewat diatasnya.
Pelaksanaan pekerjaan ini diusahakan secepatnya agar tidak mengganggu kelancaran arus lalu
lintas;
Pekerjaan penggalian tanah harus dilakukan dengan hati-hati, agar tidak merusak pipa-pipa (gas
dan air), kabel-kabel (listrik, telepon) dan saluran-saluran lain yang sudah ada sebelumnya;
Di lokasi pekerjaan galian harus dipasang rambu-rambu lalu lintas dengan jumlah cukup untuk
mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Tanah bekas galian dan batu yang mungkin masih tertinggal di alur galian harus dibuang,
sehingga alur galian betul-betul bersih.

c) Penempatan/Pemasangan tongkat pemancang;


Tempatkan dua tongkat pemancang bersebrangan pada sisi alur galian dengan jarak 2 meter
sepanjang alur galian. Kemudian tongkat pemancang dipancangkan di tengah sedalam 30 cm
bila tanah pasir atau lempung, dan 20 cm bila pada tanah biasa. Penempatan tongkat pemancang
kira-kira 1 meter dari ujung alur galian untuk menghindari jangan sampai tempat sambungan pipa
yang biasanya ada pada tiap-tiap 4,5 meter jatuh tepat pada tongkat pemasang.
Pasang lagi tongkat pemancang pada lobang penyekat yang kosong dan pukul sampai
kedalaman 1 meter untuk penguat.

d) Pembersihan dan penyambungan pipa PVC;


Sebelum pipa PVC dipakai, harus diperiksa setiap pipa untuk menjaga agar pipa yang cacat,
penyok, pecah dan sobek tidak digunakan;
Bagian dalam pipa pVC diperiksa dan dibersihkan dari kemungkinan terdapatnya benda-benda
asing, seprti batu, kayu, paku, potongan besi dan lain-lain;
Selanjutnya penyambungan pipa PVC dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bagian luar ujung pipa dibersihkan dengan lap dan spiritus serta demikian pula halnya untuk
bagian dalam pipa yang membesar (collar);
Sekeliling ujung pipa diberi lem selebar 9 cm dengan menggunakan kuas yang baik.
Kemudian ujung pipa dimasukkan ke dalam ujung pipa yang lain yang membesar (collar)
dengan perlahan-lahan sambil diputar sedikit. Dalam hal ini tidak diperkenankan menggunakan
kekuatan berlebihan.
Lem sisa yang keluar di sekitar tempat sambungan harus dibersihkan dengan lap katun.
e) Pemasangan Pipa PVC dan Pengecoran Beton;
(1) Pemasangan spacer
Sebelum dilakukan peletakan pipa PVC, terlebih dahulu dipasang spacer sebanyak 2
buah (double) yang diletakkan melintang pada setiap jarak 2 meter pada dasar
galian. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan tebal selimut beton 5 cm di bawah
pipa PVC terbawah (lapisan terbawah dari jaringan kabel duct).
Ke-2 spacer diletakkan secara bertolak belakang. Pada trace yang lurus spacer dipasang
2m dimana spacer pemisah antar pipa PVC hanya sebanyak 1
(satu) buah. Pada trace lengkung (belokan) sama dengan pada cara trace lurus,
hanya saja jarak setiap spacer adalah 1 meter (pipa PVC dilengkungkan/dibelokkan
dengan radius lengkung minimal 12 m); sama dengan pada cara trace lurus,
hanya saja jarak setiap spacer adalah 1 meter (pipa PVC dilengkungkan/ dibelokkan
dengan radius lengkung minimal 12 m);

(2) Pemasangan stick


Stick patok besi berdiameter 35,4 mm dan panjangnya 2 m ditancapkan melewati lubang
pada spacer ke dalam tanah sedalam 30 cm;

(3) Peletakan / penyusunan pipa duct PVC


Pipa PVC yang telah tersambung diletakkan di atas spacer dan dijepit di antara stick
(tongkat pemancang) yang telah disiapkan.
Setelah pipa telah tersusun sesuai ketentuan dan jumlah yang direncanakan, maka pipa dijepit
agar tidak berubah susunannya dengan cara meletakkan sebuah spacer di atas pipa PVC lapisan
paling atas.
Untuk mengencangkan jepitannya digunakan bracket atau klem yang disekrup pada stick/
tongkat pemancang tengah
.
Keterangan :
1. Brecket penjepit
2. Penyekat atas ( 1 Spacer)
3. Penyekat antara setiap lapisan pipa (1 spacer)
4. Lapisan beton
5. Tongkat pemancang
6. Pipa PVC
7. Penyekatan bawah (Duble Spacer)
8. Pemancang menancap ke dalam tanah (kedalamannya sesuai kondisi tanah)

Gambar 5.7. Cara penyusunan pipa duct

Dekat dengan manhole jarak pemisah dari pipa-pipa duct menjadi lebih lebar sehingga
pengecoran beton lebih sempurna. Jarak Pemisah horisontal yang diatur oleh tongkat
pemancang tidak berubah tapi jarak vertical menjadi 4 cm dengan menggunakan
spacer/penyekat double, seperti gambar di bawah ini.

Gambar 5.8. Pemasangan penyekat double

(4) Pengecoran;

Campuran beton harus dicor sekaligus dan tidak dibenarkan mengecor sedikit demi sedikit.
Agar rongga pipa PVC dapat segera terisi dengan campuran beton, campuran beton harus
dituangkan dengan merata dan jangan menumpuk (terkonsentrasi) di satu tempat saja.
Pada waktu pengecoran perlu diadakan pemadatan dengan batang perojok (tongkat besi)
supaya beton tersebut betul-betul masuk pada sela-sela pipa. Setelah pengecoran selesai maka
bagian atas dari susunan pipa teratas yang sudah jadi (tidak ditambah lagi) harus ditutup
(diselimuti) beton setebal 5 cm, kemudian permukaannya diratakan. Apabila lapisan pipa PC
tersebut masih akan ditambah lagi, lapisan penutup tidak perlu sampai setebal 5 cm.
(5) Penarikan stick/tongkat pemancang;
Setelah pekerjaan pengecoran selesai dan sebelum cor-coran beton mengeras semua tongkat
pemancang diambil dengan jalan menarik sambil diputar. Pada duct yang masih akan ditambah
pipa, tongkat pemancang ditarik ke atas sampai tongkat pemancang tersebut tinggal 30 cm dalam
beton.
(6) Pembersihan dan perbaikan bekas galian
Setelah semua tongkat pemancang diambil, bersihkan semua peralatan dari bekas campuran
beton dan bekas galian tanahnya dikembalikan seperti keadaan semula.
(7) Pengurugan kembali dan pemadatannya, baru setelah 48 jam pengecoran adukan beton
pada bagian bersangkutan.

Pembetonan berlapis (metode B)


Pembetonan lapis perlapis berarti bahwa tiap-tiap pipa duct dicor/dilapis seluruhnya dengan
beton, seperti terlihat dalam gambar dibawah ini.
Cara pembetonan lapis demi lapis diterapkan pada tempat-tempat dimana kondisinya tidak cocok
dipasang route duct dengan cara pembetonan standar
.
Gambar 5.9. Pembetonan metode B

1) Kondisi, dimana cara pembetonan lapis demi lapis lebih menguntungkan dari cara
standar adalah :
a) Apabila hanya dapat digali alur duct yang pendek seperti pada daerah perdagangan yang
sangat padat;
b) Daerah yang tidak mungkin diadakan pengecoran sekaligus dalam jumlah yang banyak;
c) Daerah batu karan;
d) Daerah yang apabila diadakan penggalian alur duct yang panjang perlu dipasang lapis per
lapis karena kondisi tanahnya sangat lemah.

2) Peralatan yang digunakan


Peralatan yang diperlukan untuk pembetonan cara lapis per lapis hanya penyekat kayu yang
mempunyai dua ukuran yaitu untuk 2 atau 4 pipa seperti terlihat pada gambar ini
.

Gambar 5.10. Cetakan/penyekat pembetonan (metode B)


3) Campuran beton;
Campuran beton untuk pembetonan cara lapis demi lapis adalah sebagai berikut :
a) Batu pecahan = 3
b) Pasir= 2
c) Semen = 1
d) Air = 27 liter/zak

4) Lebar dan kedalaman alur galian;


Lebar alur galian tergantung dari susunan pipa duct yang akan ditanam. Dianjurkan supaya lebar
alur galian dapat mengikuti ukuran-ukuran yang ditetapkan, sesuai dengan tabel pada halaman
di depan. Kedalaman alur galian dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut :

D = Jumlah pipa duct vertikal x 15 + 80 cm

5) Pemasangan
Pemasangan pipa duct dengan cara pembetonan lapis demi lapis adalah sebagai berikut :
a) Penggalian alur duct sesuai yang ditentukan;
b) Pasang lapisan beton setelabl 5 cm diatas dasar alur galian;
c) Tempatkan pipa-pipa pada lapisan beton dan pasangkan penyekat sepanjang alur, lihat
gambar di bawah ini;
d)

Gambar 5.11. Pemasangan pipa duct dan penyekat

e) Corkan beton pada pipa-pipa duct, dipadatkan dan diratakan, sehingga masuk di antara pipa-
pipa sampai setinggi 5 cm yang akan merupakan dasar dari lapisan pipa duct yang kedua;
f) Ulangi pemasangan pipa dan pengecoran seperti tersebut di atas sampai susunan pipa duct
yang dikehendaki selesai;
g) Setelah selesai, penyekat kayu diambil dan dibersihkan;
h) Penimbunan route duct seperti semula.

Tikungan duct;
Manhole dibuat sesederhana mungkin, dengan keterangan sejuah mungkin manhole tersebut
hanya mempunyai 2 jalan/jurusan, sehingga apabila ada pencabangan ke-2 atau lebih
arah/jurusan akan diatur dengan tikungan pipa duct
.

Gambar 5.12. Tikungan duct

Pada tikungan dengan radius 11 meter pipa dapat dilengkungkan melalui tongkat pemancang,
dengan keterangan bahwa untk penarikan kabel dibutuhkan tikungan yang mempunyai radius
selebar mungkin.

Kemiringan Duct
Dalam sistem duct, route harus didesain dan dibangun sedemikian rupa sehingga tidak ada
bagian route duct diantara mainhole yang melengkung/rendah.
Bila hal tersebut terjadi, maka pada bagian route duct yang melengkungakan berkumpul air kotor,
lumpur, kotoran-kotoran lainnya pada bagian tersebut. Lama kelamaan kotoran/Lumpur tersebut
akan mengeras dan menyumbat pipa PVC, sehingga nantinya menyulitkan penarikan kabel.
Sumbatan pada pipa PVC tersebut di atas merupakan salah satu dari istilah duct block yang
dikenal dalam pengoperasian system duct. Agar kondisi demikian dapat dihindarkan, maka route
duct harus dibuat dengan kemiringan tertentu, dengan tujuan agar air, kotoran dan lumpur tidak
tergenang dalam pipa PVC, melainkan akan mengalir ke dalam Menhole.

Secara teoritis konstruksi kemiringan duct ada 2 (dua) macam, yaitu :


Bila jarak antara Manhole < 200 m, maka kemiringan duct dibuat sebagai berikut :
Ketentuan :

Jarakantara Manhole (meter)


300

Kemiringan =

Misal jarak antara manhole A & B = 180 meter, maka kemiringan yang dibutuhkan = 180 / 300 =
0,6
Artinya :
Bila kedalaman Manhole A = 1,10 meter (spesifikasi PT. TELKOM), maka kedalaman Manhole B
= 1,10 m + 0,60 m
= 1,70 m
Dengan catatan permukaan tanah antara Manhole A & Manhole B datar
.
Gambar 5.13. Kemiringan duct pada jarak antar manhole < 200 m

Formula di atas berdasarkan ketentuan yang berlaku di Australia, bahwa kemiringan duct 1 meter
untuk jarak 300 meter (penurunan 1 meter dalam 300 meter).

Dalam prakteknya, ada 2 (dua) alternatife yaitu :


1) Manhole B diperdalam atau;
2) Lubang pipa pada Manhole B dibuat lebih rendah 0,6 meter.

Bila jarak antar Manhole > 200 meter maka kemiringan pipa duct dibuat pada jarak 15 m
(tergantung kondisi dalam tanah) sebelum dan sesudah Manhole

Gambar 5.14. Kemiringan duct pada jarak antar manhole >200 m

Dalam kondisi di atas berlaku ketentuan :


1) Di Indonesia, mengingat kondisi tanah terutama pada kota- kota besar sering terletak utilitas
lain tidak dapat diketahui sebelumnya. Bila kemmiringan duct dengan mengikuti teori di atas,
sering terbentur dengan jaringan utilitas lain seperti pipa gas, PAM, riol atau kabel PLN
2) Hambatan lain adalah besarnya tekanan air tanah, sehingga kedalaman Manhole dibuat dari
1,10 meter, proses pembuatannya mengalami kesulitan akibat lubang galian tergenang air.
3) Dalam kondisi demikian pengecoran sulit dilakukan dan kalau tetap dipaksakan maka mutu
Manhole tidak akan kedap air.
4) Berangkat dari kesulitan tersebut di atas, maka kemiringan duct yang digunakan di Indonesia
saat ini. Tidak menganut pola penuruna 1 dan 30, tetepi berpedoman pada ketinggian lubang
pipa dari dasar Manhole
Gambar 5.15. Kemiringan duct di Indonesia

Manhole B diperdalam atau; jarak C dan D (jarak dimulai kemiringan) diatur sedemikian rupa
sehingga jarak pipa terbawah dari dasar manholr = d cm.
Berkaitan dengan pembuangan air, maka dalam system duct, manhole terendah harus dilengkapi
dengan pipa pembuangan air. Pipa harus dihubungkan ke roil atau sungai terdekat. sehingga
dengan system ini diharapkan air tidak akan tergenang dalam salah satu manhole, melainkan
mengalir ke Manhole terendah.

Sistem Duct Melintas Parit Atau Sungai


Terdapat 2 (dua) sistem duct saat melintasi parit atau sungai, yaitu :
a) lintasan duct di bawah parit/ sungai;
b) lintasan duct di atas parit/ sungai

lintasan duct di bawah parit/ atau sungai


duct jenis ini biasanya dibuat untuk melintas parit atau sungai yang arus airnya tidak deras.
System ini tidak jauh berbeda dengan duct biasa, perbedaannya hanya terdapat pada
penggunaan betonnya.
Pada lintasan duct di bawah parit/sungai ini, sitem beton menggunakan beton bertulang dan
campuran betonnya adalah 1 pc : 2 ps : 3 kr. dengan campuran beton seperti ini maka pipa PVC
dapat terlindungi dari benturan keras pada saat pembersihan atau pengerukan parit/ sungai
tersebut
.
Gambar 5.16. Lintasan duct di bawah parit/sungai

Lintasan duct di atas parit atau sungai


Bilamana sistem duct di bawah parit/sungai tidak memungkinkan dietrapkan mengingta kondisi
air yang mengalir sangat deras ataupun karena pertimbangan lainnya, maka lintasan duct dibuat
lewat sisi atas parit/sungai.

Lintasan duct di atas sungai ini lebih sering dikenal dengan nama jembatan kabel duct. Standar
type jembatan kabel duct ini adalah terbuat dari profil IWF atau INP seperti terlihat pada gambar
di bawah ini
.

Gambar 5.17. Lintasan duct di atas parit/sungai

Mengingat jembatan duct harus seijin dan memenuhi persyaratan dari PU/PEMDA setempat
serta kondisi lapangan yang berbeda-beda, maka pelaksanaannya sering dijumpai bentuk
jembatan yang tidak standar seperti
a) Jembatan duct dengan sistem penggantung;
b) Jembatan duct dengan sistem rangka beton;
c) Jembatan duct dengan system IWF/INP tetapi profilnya dinaikkan di bagian tengah agar peil
bawah jembatan duct sama dengan peil bawah jembatan jalan atau disesuaikan dengan syarat-
syarat dari PU;
d) Jembatan duct dengan system beton bertulang

Cable Crossing
Dalam pembangunan jarkab tidak dapat dihindari antara rute kabel yang harus menyeberang
jalan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, tergantung pada kondisi dan situasi jalan yang
di seberang kabel tersebut.

Untuk jalan kecil dan lalu-lintas tidak begitu ramai


Pembuatan terowongan kabel dapat dilakukan dengan cara menggali sepanjang rute kabel.
Kedalaman penggalian harus mengikuti peraturan PEMDA setempat. Demikian pula
konstruksinya harus sesuai dengan spesifikasi PT. TELKOM. Apabila jalan tersebut dilakukan
pada malam hari.

Untuk Jalan besar atau jalan protokol


Cara pada butir di atas tidak dapat dilaksanakan lagi karena mengganggu kelancaran arus lalu-
lintas dan perijinan dari pihak PEMDA sangat sulit didapatkan.
Mengingat kebutuhan jasa telekomunikasi meningkat terus dari tahun ke tahun, maka
penambahan kapasitas jaringan kabel harus dilakukan guna mengantisipasi kebutuhan tersebut.
Khusus untuk rute kabel yang harus menyeberang jalan, perlu dicari suatu cara bila sarana
existing bawah tanah (terowongan kabel yang ada) sudah penuh terisi.
Dalam hal ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu :
1) Sistem tradisional;
Salah satu sisi jalan digali secukupnya untuk ruang kerja kemudian terowongan/lubang kabel
dibuat dengan menggunakan tenaga manusia. Peralatan yang digunakan masih sangat
sederhana seperti : bambu, pipa PVC dan air.
Cara ini mungkin masih dapat dilaksanakan untuk kota- kota kecil atau sedang, yaitu
kota-kota yang kepadatan lalu-lintasnya relative rendah.
Sedang untuk kota besar, khususnya kota metropolitan seperti Jakarta, cara ini tidak diijinkan
PEMDA setempat;
2) Sistem borring
Cara yang digunakan pada sistem ini ada 2 (dua), yaitu :
a) Menggunakan peralatan bor
Kedua sisi jalan pada ujung-ujung rute terowongan kabel digali lubang dengan ukuran
dan kedalaman tertentu.

Gambar 5.18. Pengeboran di bawah jalan raya

Lubang di sisi jalan digunakan sebagai tempat peralatan bor dan petugas pengebor. Sedangkan
lubang di seberang jalan digunakan untuk memeriksa apakah mata bor telah mencapai
ujung satunya lagi dengan benar. Selama pengeboran berlangsung, disemprotkan air
dengan tekanan tinggi ke dalam lubang pengeboran.

Bila diameter lubang terowongan kabel besar (lebih dari satu pipa PVC), maka pada
awal pengeboran digunakan mata bor dengan diameter kecil.
Kemudian bertahap menggunakan mata bor yang lebih besar sampai diameter lubang
sesuai dengan jumlah pipa PVC yang akan dimasukkan.
Sesudah pengeboran selesai dan lubang terowongan terbentuk, kemudian pipa PVC
dimasukkan, jumlah pipa PVC yang dipasang harus sesuai dengan jumlah kabel
yang akan ditarik ditambah cadangan sesuai dengan ketentuan.
Apabila jumlah pipa PVC yang dimasukkan lebih dari satu pipa, ruangan antara pipa
dengan pipa lainnya serta antara pipa dengan lubang terowongan diisi dengan
campuran beton dengan cara dipompakan ke dalam sela-sela (ruang antara) tersebut.
Mengingat peralan yang digunakan berukuran besar, dan membutuhkan ruang kerja yang
luas, maka itu untuk jalan-jalan protokol di kota-kota besar pihak PEMDA sangat
berhati-hati dalam memberi ijin borring tersebut.
Bila tidak diijinkan oleh PEMDA, biasanya meminta agar dibuat terowongan kabel ukuran
besar (tunnel) yang dapat mengakomodasikan kebutuhan instansi lain yang
mempunyai jaringan bawah tanah selain PT. TELKOM.

b) Menggunakan Peralatan ACE MOLE


ACE MOLE adalah suatu peralatan yang dapat digunakan untuk membuat terowongan
kabel tanpa menggali dan menggunakan mata bor. Cara ini sudah dilaksanakan di Jepang dan
pernah dipraktekkan di Jakarta.

(1) Spesifikasi peralatan ini adalah sebagai berikut :


(a) Dapat membuat lubang dengan jarak sampai 250 meter;
(b) Diameter lubang dapat mencapai 0,3 meter;
(c) Operasinya dapat dikendalikan oleh seorang operator yang ditempatkan di atas ruang kerja
atau dekat ruang kerja (tergantung kondisi setempat);
(d) Berat perangkat :
o Alat penumbuk = 1020 kg
o Alat pendorong = 3850 kg
o Power unit = 600 kg
o Control unit = 100 kg
Gambar 5.19. Peralatan ACE MOLE MODEL 301

(2) Cara kerjanya :


Hampir serupa dengan system bor antara lain :
(a) Tetap membutuhkan ruang kerja di dalam tanah di satu sisi jalan dan ruang lain di seberang
jalan untuk arriving jack.
Luas ruang kerja yang diperlukan adalah :
5,4 m x 2,2 m x 4,0 m (untuk tempat peralatan)
4,5 m x 1,5 m x 4,0 m (untuk arriving jack).
(b) Terowongan dibuat dengan sistem tumbukan oleh perangkat pendorong yang
ditempatkan pada starting pit (ruang kerja di bawah tanah).
(c) Alat pendorong ini akan bekerja mendorong suatu unit peralatan berbentuk bulat
panjang berisikan 1 (satu) unit alat penumbuk yang didalamnya dilengkapi dengan 1 (satu)
unit transmitter.
(d) Kegunaan transmitter adalah untuk mengirimkan signal pada receiver yang
diletakkan di permukaan tanah, sehingga operator dapat mengetahui arah tumbukan
(menyimpang atau tidak).

(3) Urutan Kerja (Lihat Gambar)


(a) Pemasangan peralatan
(b) Penempatkan peralatan penumbuk
(c) Proses mendorong
(d) Pemasangan pipa
(e) Pengambilan peralatan penumbuk pada arrival
(f) Selesai
(g)

Gambar 5.20. Urutan kerja pengeboran dengan ACE MOLE MODEL 301

5.2. Terowongan Bersama

Terowongan kabel sampai saat ini, digunakan sebagai sarana bawah tanah untuk melakukan
jaringan kabel melintasi suatu jalan raya.
Pada saat kota-kota besar khususnya kota Jakarta terowongan kabel dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat mengakomodasikan bukan saja jaringan kabel PT. TELKOM tetapi juga jaringan
bawah tanah milik instansi lain seperti PLN, PAM, gas dan lain-lain.
Ada gagasan, agar terowongan tersebut tidak digunakan untuk crossing jalan, tetapi juga
dibangun untuk sarana kabel dan uitilitas lain sepanjang jalan.
Gagasan tersebut timbul mengingat adanya hal-hal sbb :
a) PT. TELKOM. PLN, PAM, GAS harus menggali tanah di pinggir jalan untuk menanam
kabel/membangun system duct dan pipa bagi distribusi kepada para langganan;
b) Belum adanya koordinasi terpadu diantara instansi pemilik jaringan bawah tanah dalam hal :
Waktu pelaksanaan
Dropping anggaran

Akibat hal tersebut di atas, penggalian tanah sepanjang jalan akan terus-menerus dilakukan,
sehingga mengurangi keindahan kota dan kelancaran lalu lintas.
Bentuk terowongan tersebut, pernah diusulkan oleh PT> TELKOM pada panel diskusi dalam
seminar Telekomunikasi di APRJ tahun 1990 sebagai berikut
:

Gambar 5.21. Rencanga Terowongan bersama

Keuntungan :

a. Terjalinnya koordinasi Instansi pemilik jaringan bawah tanah;


b. Rapi, tertib dan bersih sepanjang jalan;
c. Pemeliharaan lebih mudah
d. Kerusakan/gangguan akibat pekerjaan pihak ke-tiga dapat dihindarkan;
e. Dapat saling memberi informasi, bila terlihat kerusakan pada masing-masing
jaringan;
f. Baik dilaksanakan untuk kota-kota yang baru berkembang.
Kerugian :

a. Koordinasi pada saat awal pemakaian;


b. Biaya pembangunan sangat tionggi;
c. Desain bangunan harus benar-benar kedap air. Kuat, aman dan mudah
pemeliharaannya. Komitmen para instansi untuk menggunakan dan membayar
sewanya;
d. Kebocoran pipa gas yang sangat membahayakan petugas;
e. Desain bangunan disesuaikan dengan kapasitas utilitas dan manusia
harus dapat bergerak bebas, maka kemungkinan dijadikan tempat bagi para
gelandangan sulit dihindarkan;
f. Sulit dilaksanakan pada kota-kota yang jaringan bawah tanahnya telah
lama ada.

5.2.1. Manhole dan Handhole


Manhole
Sebuah manhole adalah konstruksi bangunan di bawah tanah yang dipergunakan
untuk menempatkan peralatan jaringan kabel dan memberikan jalan serta ruangan kepada
petugas untuk melaksanakan pemasangan dan pemeliharaan dari peralatan tersebut.
Seperti diketahui bahwa pada route duct yang utama manholenya besar dan sudah
barang tentu mahal. Dari sebab itu penting untuk menempatkan manhole tersebut pada
jarak maksimum yang memungkinkan. Batas maksimum dari jarak tersebut ditentukan
oleh beberapa faktor seperti : kondisi/keadaan setempat, jarak loading, panjang maksimum
tarikan dari kabel.

Penambahan manhole biasanya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :


a) Halangan setempat dari kondisi lapangan yang sangat sukar;
b) Pertemuan dan percabangan dari route duct;
c) Adanya ketentuan penempatan loading coil dan repeater;
d) Penempatan rumah kabel (RK)

Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam mendesain manhole adalah sebagai berikut :
a) Tipe dan ukuran dari kable yang hendak dipasang dalam manhole;
b) Radius lengkungan dari kabel yang akan dipasang;
c) System penyambungan yang akan dipasang;
d) Jalan masuk dan ruangan yang cukup bagi petugas yang bekerja berikut peralatannya.

Ketentuan Umum Pembuatan Manhole


a) Dalam pemasangan manhole sedapt mungkin letaknya diluruskan dengan atau sejajar
dengan garis lurus dari pada bangunan gedung yang ada didekatnya;
b) Jarak minimum antara penyangga kabel yang teratas dengan atap manhole 35 cm;
c) Radius tikungan dari kabel plastik dengan penampang luar 90 mm, minimum harus 75 cm (20
x penampang luar kabel);
d) Kedalaman manhole adalah 55 cm dari pada pipa duct yang terbawah;
e) Jarak dari lantai manhole sampai penyangga terbawah adalah 40 cm;

f) Jarak vertikal antara penyangga kabel adalah 22,5 cm sampai 25 cm;


g) Jarak masing-masing penyangga secara horizontal 1 meter;
h) Panjang nominal dari sambingan kabel antara 1 meter, tetapi tidak boleh kurang dari 0,75
meter;
i) Ruangan harus yang cukup untuk bekerja agar bila menempatkan lebih dari satu kabel pada
penyangga dapat diatur sambungan kabel secara berurutan (antar penyangga satu sambungan
kabel);
j) Panjang penyangga tergantung pada jumlah dan ukuran kabel yang akan ditempatkan;
k) Tutup manhole pada waktu dipasang harus rata dengan permukaan tanah dan jalan;
l) Dinding, lantai dan atap manhole terbuat dari beton bertulang dengan tebal minimum 15 cm;
m) Penulangan tersebut harus memenuhi persyaratan beton bertulang yaitu 160 kg M3;
n) Campuran beton yang disyaratkan adalah sebagai berikut :

Untuk dinding dan atap dengan perbandingan


Semen = 1
Pasir = 1,5
Batu pecahan = 2,5
Untuk lantai manhole dengan perbandingan
Semen = 1
Pasir = 1,5
Batu pecahan = 5
o) Pipa PVC sebaiknya ditutup dengan tutup pipa utnuk mencegah masuknya air dan gas
beracun.
1.
Type/Bentuk manhole
1) Desain dasar dari manhole yang akan diterapkan adalah manhole yang berbentuk

2) :

Gambar 5.22. Bentuk bentuk manhole

2) Ukuran manhole bagian dalam ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut :

a) Jumlah kabel berikut sambungannya yang akan ditempatkan di dalam manhole tersebut;
b) Tipe dari rak/penyangga kabel yang akan dipakai dan cara pemasangannya;
Jenis Manhole :
1) Manhole dengan pipa duct dipusatkan
Manhole ini dipakai dalam jaringan lokal untuk kabel-kabel primer dan sekunder. Untuk
memudahkan penarikan kabel pada kedua ujung dipasang lobang penarik (manhole dengan
kuping)
Keuntungan mempergunakan manhole dengan pipa duct dipusatkan adalah :
a) Pada waktu penarikan kabel, letak lurus di tengah-tengah manhole, sehingga mengakibatkan
tarikan menjadi lebih ringan;
b) Oleh karena letak kabel berada di tengah-tengah manhole, maka ruang gerak untuk penarikan
lebih leluasa;

c) Penambahan pipa pada route duct lebih mudah;


d) Penggalian alur duct dekat pada manhole lebih sederhana dan lebih sedikit;
e) Penyusunan/pemasukan pipa PVC pada umumnya lebih mudah
f) .

Gambar 5.23. Bentuk manhole


Gambar 5.24. Lubang penarikan kabel

Tabel 5.2 : Standar Ukuran Manhole Dengan Pipa Dipusatkan


Type H I C Type H II C
VJ Jumlah Panjang Lebar Tinggi Jumlah Panjang Lebar Tinggi
Duct cm cm cm Duct cm cm cm
1 2 250 100 180
2 4 250 100 180
3 6 300 120 180
4 8 300 120 180 16 450 150 180
5 10 300 120 180 20 450 150 180
6 12 300 120 190 24 450 150 190
7 14 300 120 210 28 450 150 210

Type H III C Type H VI C


VJ Jumlah Panjang Lebar Tinggi Jumlah Panjang Lebar Tinggi
Duct cm cm cm Duct cm cm cm
1
2
3
4
5 30 550 180 180 40 650 210 180
6 36 550 180 190 48 650 210 190
7 42 550 180 210 56 650 210 210

Keterangan : VJ : Jumlah sambungan vertical pada tiap sisi;


HI : Satu sambungan horizontal tiap sisi;
H III : Tiga sambungan horizontal tiap sisi;
C : Pemasukan pipanya dipusatkan
Gambar 5.25 Manhole type H I C / 4 (8 duct)
Gambar 5.26. Manhole type H II C / 4 (16 duct)
Gambar 5.27 Manhole type H III C / 5 (30 duct)
Gambar 5.28. Manhole type H IV C / 7 (58 duct)
2) Manhole dengan pipa duct dipisahkan
Manhole ini biasanya persegi panjang dengab pemasukan pipa duct dipisahkan dant idak
dilengkapi dengan lobang penarikan kabel pada kedua ujungnya
Keuntungan yang didapat adalah :
a) Dapat memperpendek panjang manhole;
b) Penempatan kabel pada penyangga lebih mudah lebih sederhana;
c) Penarikan kabel lebih sederhana karena lebih dekat pada posisi kabel yang akan ditempatkan;
d) Terutama bagi kabel yang besar, dapat lebih mudah diatur pada posisi dimana kabel akan
ditempatkan, karena lengkung dari kabel tersebut tidak begitu membesar;
e) Kemungkinan pipa PVC merusak selubung kabel pada mulut duct sangat kecil

Tabel 5.3. Manhole dengan tipe duct dipisahkan


Type H I S Type H II S
VJ Jumlah Panjang Lebar Tinggi Jumlah Panjang Lebar Tinggi
Duct cm cm cm Duct cm cm cm
1 2 200 100 180
2 4 200 100 180
3 6 250 120 180 12 400 150 180
4 8 250 120 180 16 400 150 180
5 10 250 120 180 20 400 150 180
6 12 250 120 190 24 400 150 190
7 14 250 120 210 28 400 150 210

Type H III S Type H IV S


VJ Jumlah Panjang Lebar Tinggi Jumlah Panjang Lebar Tinggi
Duct cm cm cm Duct cm cm cm
1
2
3
4 24 500 180 180 32 600 210 180
5 30 500 180 180 40 600 210 180
6 36 500 180 190 48 600 210 190
7 42 500 180 210 56 600 210 210

Keterangan : VJ : Jumlah sambungan vertikal pada tiap sisi;


H I : Satu sambungan horisontal tiap sisi;
H III : Tiga sambungan horisontal tiap sisi;
C : Pemasukan pipanya dipisah

Gambar 5.29 : Manhole Type H I S / 4 (8 Duct)


Gambar 5.30 : Manhole Type H II S / 4 (16 Duct)
Gambar 5.31 : Manhole Type H II S / 6 (24 Duct)
Gambar 5.32 : Manhole Type H III S / 7 (42 Duct)

Gambar 5. 33 Manhole Type H III S / 7 (56 Duct)

Penyaluran air
1) Untuk mendapatkan kondisi yang kering di dalam manhole, perlu disediakan sarana untuk
menyalurkan air dari manhole. Jumlah saluran air dari manhole dan metode apa yang akan
dipakai tergantung dari beberapa faktor, seeprti tipe lapangan (rata, turun, naik), jumlah pipa yang
dipasang, jenis dan kepentingan kabel pada route duct tersebut serta jenis tanah yang dilalui.
2) Sebagai pegangan diberikan ketentuan-ketentuan mengenai penyaluran air dari manhole
sebagai berikut :
a) Semua manhole harus dikeringkan dari air dimana keadaan memungkinkan dengan
pengertian bahwa manhole dimana terdapat kabel-kabel penting yang harus diprioritaskan;
b) Apabila mengeringkan semua manhole tidak mungkin, maka perlu diusahakan pengeringan
tipe manhole sebagai berikut :
(1) Manhole-manhole pada route duct yang mempunyai 4 pipa atau lebih;
(2) Manhole untuk Rumah Kabel (RK);
(3) Manhole yang terdapat loading coil dan Repeater;
(4) Manhole yang digunakan untuk pengomsetan;
(5) Manhole yang berada di bawah tempat yang becek;
(6) Manhole di muka STO yang di dalamnya terdapat kabel-kabel yang akan masuk STO.

Macam-macam system penyaluran air pada manhole :


1) Untuk tanah kering (jauh dari sumber air)

Gambar 5. :34 Sistem penyaluran air pada manhole untuk tanah kering
2) Manhole dekat sungai;

Gambar 5.35 Sistem penyaluran air pada manhole dekat sungai

3) Sistem pembuangan secara bersama;

Gambar 5. :36 Sistem pembuangan secara bersama

Pelengkapan dalam Manhole


Pada ujung pipa PVC yang belum berisi kabel diberi tutup / stopper seperti terlihat pada
gambar berikut ini;
Gambar 5.37. Stopper / tutup pipa

Di dalam manhole dipasang penyangga kabel (cable bearer) yang terbuat dari besi profil
yang digalvanisir dengan Zink setebal 90 mikron;
Di dalam manhole juga dipasang angker penarik kabel dari besi bulat diameter 1 inchi yang
digalvanisir dengan zink setebal 90 mikron
Banyak angker penarik kabel ini adalah 2 (dua) buah untuk setiap manhole

Pra Pabrikasi Manhole (Prefabricated Concrete Manhole)


Dalam system duct, salah satu komponen/bagian penting adalah Manhole.
Di Indonesia pembuatan Manhole masih menggunakan pola dibuat di tempat, artinya Manhole
dibangun pada jarak tertentu dalam route duct di lapangan.

Permasalahan / kendala yang timbul, antara lain :


a) Bila kondisi tanah banyak mengandung air, proses pengecoran akan mengalami kesulitan,
karena air yang menggenang harus di pompa keluar;
b) Selama proses pembuatan bekesting, pembesian dan pengecoran lubang tetap terbuka
sehingga sering mengganggu kelancaran lalu-lintas;
c) Kualitas Manhole, sering kali tidak kedap air karena pengecoran dilakukan tidak dalam kondisi
kering.
Mengingat penyelesaian proyek pembangunan jarkab berdasarkan target oriented, dimana
waktu pelaksanaan pekerjaan sangat berperan, maka kendala di atas akan sangat besar
pengaruhnya. Oleh karena itu, upaya mencari suatu metode lain yang lebih baik guna
menghindarkan kendala tersebut di atas perlu diadakan.
Salah satu metoda yang telah digunakan di Negara lain adalah membuat Manhole tidak di
lapangan melainkan di pabrik.
Metoda ini disebut sebagai prefabricated concrete manholes (Pra Pabrikasi Manhole).
Keuntungan dari metode ini :
a) Lebih ekonomis;
b) Pemasangan lebih cepat;
c) Tidak terlalu lama mengganggu ketertiban lalu-lintas;
d) Uji terima terhadap Manhole dapat lebih cermat;
e) Pengecoran dapat dilakukan lebih berhati-hati karena dibuat di pabrik;
f) Untuk kapasitas besar, dapat dicetak/dibuat persegmen. Satu Manhole dibagi 3 segmen yaitu
pinggir/sisi duct masuk, tengah dan pinggir/sisi duct keluar.

Kerugian :
a) Untuk kapasitas sedang/besar memerlukan alat angkut (semi trailer) dan crane untuk
mengankut dan menurunkan Manhole di lokasi;
b) Pada jalan-jalan ukuran kecil, lalu-lintas dapat terganggu pada saat menurunkan Manhole dan
trailer ke lubang galian;
c) Tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi lubang galian, bila terdapat batu-batuan, pipa
PAM/gas, saluran air dan halangan lainnya.
d) Untuk jenis Manhole ini, diperlukan dasar galian yang ebtul-betul rata, padat dan bebas
halangan;
e) Sambungan antara pipa duct dengan Manhole harus benar-benar rapat dan kedap air. Kondisi
ini sangat sulit terutama bila pada lubang galian banyak terdapat air;
f) Untuk Manhole kapasitas besar, pemasangan dan penyambungan antar segmen dilakukan di
tempat. Dalam melakukan pekerjaan tersebut diperlukan dasar lubang yang padat dan rata, serta
kecermatan dalam menyambung segmen-segmen manhole.

Lama Instalasi
Dengan mengambil contoh di Negara Australia serta asumsi bahwa hambatan tidak ada.
1) Pekerjaan yang dilakukan meliputi :
a) Menggali lubang untuk Manhole;
b) Memasang Manhole berikut menyambung pipa duct ke Manhole;
c) Menimbun dan pengerasan tanah;
d) Pembesihan lapangan;
e) Waktu tidak efektif (transportasi dll)
2) Waktu yang diperlukan :
Contoh :
Untuk pekerjaan pemasangan manhole dengan 4 pipa

a) Gali= 5,0 manhours;


b) Pasang = 20,0 manhours;
c) Penimbunan + pengerasan = 2,0 manhours;
d) Pembersihan = 1,0 manhours;
e) Waktu tidak efektif = 2,0 manhours;
f) Jumlah = 30,0 manhours
;

Gambar 5.38. Pra pabrikasi manhole (1)


Gambar 5.39. Pra pabrikasi manhole (2)

Keterangan :
1) Ukuran Manhole :
a) 2600 mm x 1240 mm x 1490 mm
(panjang) x (lebar) x (tinggi luar)
b) 2460 mm x 1100 mm x 1325 mm
(panjang) x (lebar) x (tinggi dalam);
2) Brake out slots (celah/lubang dengan lapisan tipis);
Bagian ini dapat dibongkar / dipecahkan agar memudahkan penempatan Manhole
pada pipa duct existing.
3) Knock out cables holes :
Lubang yang disiapkan untuk pipa duct baru
4) Lift hook, yaitu :
Besi tempat memasukkan pengait guna menaikkan / menurunkan Manhole dan besi ini
harus dipotong pada saat pemasangan selesai.
Bila diperlukan duct baru, maka break cout slots dipecah kemudian diisi dengan Filler
blacks, jumlahnya disesuaikan dengan kapasitas Manhole.
Untuk kota kecil yang nantinya berkembang, metoda pra prabikasi manhole sangat tepat untuk
diterapkan, mengingat jaringan existing masih belum kompleks dan perijinan relative mudah.
Handhole
Fungsi Handhole :
Handhole adalah ruangan bawah tanah berukuran kecil yang berfungsi untuk :
a) Tempat sambungan kabel sekunder;
b) Tempat Distribusi Point bawah tanah;
c) Tempat sambungan pembagi bawah tanah;
d) Memudahkan pemasangan kabel ke Rumah Kabel (RK)
Ukuran Handhole :
Handhole tersebut dapat dibuat terlebih dahulu (prefabricated) atau dapat juga dibuat
ditempat kerja/di lokasi dengan ukuran sebagai berikut :
1) Panjang = 0,6 m
2) Lebar = 0,4 m
3) Dalam = 0,4 m
Handhole yang dimaksud dibuat dari beton dengan perbandingan campuran cor beton
sebagai berikut :
Semen : Pasir : Kerikil diameter 2 cm = 1 : 3 : 5

Gambar 5.40. Standar Ukuran Handhole

Pekerjaan Pengecoran beton untuk Manhole dan Handhole


Setelah dilakukan penggalian tanah, pekerjaan pembuatan manhole / handhole dapat dimulai
sesuai dengan rencana gambar desain.
Pada bagian dasar dari manhole/handhole harus terdapat lapisan pasir setebal 10 cm dan
pada permukaannya diberik lantai kerja dengan campuran 1 pc : 3 ps : 5 kr dengan tebal 5 cm.
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya dapat dilakukan minimal 2 hari setelah lantai kerja selesai.
Hal ini untuk menunggu agar lantai kerja mengeras terlebih dahulu;
Pekerjaan pemasangan besi tulangan dilakukan dengan memasang besi tulangan sebanyak
dan sesuai rencana. Selanjutnya dilaksanakan pemasangan bekesting cetakan/forming.
Konstruksi bekesting terbuat dari triplek dan kayu serta harus cukup kuat untuk menahan adukan
beton muda;
Selanjutnya dilaksanakan pekerjaan pengecoran. Hal ini dapat dilaksanakan setelah
keadaan lantai kerja, bekesting, bahan material (semen, pasir dan kerikil), ukuran-ukuran dimensi
manhole telah memenuhi spesifikasi yang ditentukan.
Selama 24 jam setelah pengecoran, manhole harus bebas dari gangguan air (jika terdapat
air di dalam manhole harus dipompa keluar dengan menggunakan pompa air). Adukan beton
muda yang tidak tertutup harus dibasahi permukaannya paling sedikit 24 jam;
Bekesting baru boleh dibuka setelah 21 (dua puluh satu) hari sesudah pengecoran adukan
beton selesai;
Dalam pembongkaran cetakan/bekesting, harus dicegah terjadinya kerusakan pada
permukaan beton dan konstruksi manhole.

Permukaan beton yang tidak rata harus secepatnya dieprbaiki agar tercapai satu kesatuan
(monolit) dengan beton muda (cor coran) sebelumnya.
Permukaan dalam manhole/handole harus rata dan kuat, diplester dengan ukuran 1 pc : 2
ps.
Pembuatan tutup lubang manhole/handhole ukurannya harus tetap (standar) agar sesuai
dengan ukuran dalam lubang.
Lubang manhole harus mencapai bidang permukaan tanah/jalan/trotoir.
Pengurugan tanah dapat dilaksanakan setelah beton berumur 12 hari. Pengurugan tanah
dilakukan dengan cara lapis demi lapis dan dipadatkan secara merata.

5.2.2. Penarikan Kabel Duct


Persiapan Penarikan
Pemilihan pipa duct yang akan dipakai
Untuk menempatkan kabel dalam duct terlebih dahulu harus dicari/dipilih pipa duct yang cocok
dengan pertimbangan sebagai berikut :
a) Jalan kabel pada rak di STQ dan terutama dimana akan ditempatkan sambungan atau
pothead;
b) Pipa duct yang akan dipakai harus dalam satu jalan sepanjang route duct tersebut;
c) Juga dalam manhole harus satu jalan, sehingga tidak akan mempersulit penarikan kabel;
d) Perlu diperhatikan bila timbul percabangan, maka di sisi mana dari pipa duct yang terpilih
harus ditandai untuk diketahui oleh regu penarik.
Kabel yang akan dipasang
Sepanjang itu memungkinkan, kabel-kabel kapasitas besar harus dimintai dengan kepanjangan
tertentu sesuai dengan panjang duct antara manhole (seksi). Biasanya ditambah 3 meter untuk
sambungan. Tujuannya untuk mengurangi pemakaian kabel yang tidak berguna, selain itu juga
dalam penyimpanan di dalam gudang dapat mudah diambil. Untuk jelasnya lihat daftar alokasi
haspel kabel
.

Tabel 5.4 : Daftar Alokasi Haspel

PEKERJAAN :
KABEL No. :
KAPASITAS KABEL :
RENCANA ROUTE No. :
Panjang
Panjan Jumlah Haspel Panjang Pada
Seksi Tambaha
g Panjang No. Haspel
n

STO 97 3 100 124 102


MH1 164 3 167 2234 172
MH1 193 3 196 3234 200
MH2
MH2
MH3
DST

Penempatan haspel kabel


Haspel kabel dinaikan di atas dongkrak kemudian ditarik dengan kendaraan atau mobil sampai
pada lokasi yang ditentukan. Kemudian haspel ditempatkan di atas manhole seperti terlihat pada
gambar berikut ini
.

Gambar 5.41. Posisi penempatan Haspel

Penempatan Winch Truck


Penempatan Winch truck harus dicari agar sedapat mungkin penarikan dilaksanakan satu arah
dan tali penarik dapat masuk lurus ke dalam pipa duct.
Sesudah Winch truck ditempatkan, maka keempat roda harus diganjal, bagian belakang truk
didongkrak sehingga mempunyai kekuatan tahan yang lebih besar.
Ada 2 (dua) jenis manhole yang cara penarikan kabelnya berlainan yaitu :
Manhole dengan lubang pemasuk (Manhole bertelinga);
Dipasang penuntun kabel (cable guide) berupa pipa plastik dari winch truck/trailer ke arah telinga
manhole. Penempatan dan jumlah penuntun kabel yang dipergunakan tidak sama pada tiap
manhole.
Tujuan dipasangnya penuntun kabel adalah untuk memperlancar jalannya kabel dan
memperingan penarikan, serta mengubah arah tarikan dari satu kelain arah tanpa adanya
tikungan yang tajam
.

Gambar 5.42. Penarikan kabel pada manhole dengan lubang pemasuk

Tenaga yang diperlukan


a) Supir Truck
b) Orang yang mengatur tali Winch pada Drum
c) 2 orang untuk memutar drum
d) Kepala Regu
e) Orang yang mengawasi di dalam Manhole

Manhole tanpa lubang pemasuk


1) Bila digunakan pipa fleksibel (Flexible Hause) penuntun kabel maka pipa tersebut harus
muncul paling sedikit 30 cm dari manhole seperti terlihat pada gambar. Saat penarikan, kulit kabel
diberi pelumas berupa jelly atau carbon powder
Gambar 5.43. Mempersiapkan drum kabel (haspel)

2) Bila tidak digunakan pipa plastik maka dipergunakan alat Bantu penarik lain seperti terlihat
pada gambar berikut :

Gambar 5.44. Penarikan kabel tanpa menggunakan pipa plastik

Rodding duct
Rodding duct dilakukan untuk pemasangan tali pemancing pada duct.
Cara pelaksanaannya ada beberapa macam :
Dengan Peniupan Parasut
a) Tali pemancing diiaktkan pada parasut di dalam pipa duct
b) Parasut dihembus dengan compressor udara hingga terdorong sampai pada ujung duct pada
manhole berikut
Dengan penghisapan
a) Tali nylon diletakkan di tempat manhole yang lebih tinggi dan mesin pengisap (reductor) pada
manhole yang lebih rendah.
b) Kemudian mesin dihidupkan serta jangan sampai bocor dan asap mesin jangan sampai
masuk ke manhole.
c) Ujung tali dimasukkan ke dalam pipa yang dihisap dan ujung satunya disambungkan dengan
tali/kawat penarik

Gambar 5.45. Rodding duct dengan penghisapan

Dengan stick
Apabila mesin tidak berhasil menyedot tali nylon, maka kita rodding duct mempergunakan
tongkat/stick dari PVC
a) Tempatkan sejumlah stick di manhole M1 sehingga cukup untuk jarak route duct sampai
dengan manhole M2
b) Secara berurutan menyambung stick sampai stick yang terakhir disertai mendorong serta
memutar stick ke arah putaran ke kanan.

c) Setelah stick terakhir tersambung dan ternyata stick yang pertama mencapai manhole M2,
maka pekerjaan selanjutnya mengikatkan tali penarik di manhole M1 pada stick terakhir tersebut.
d) Kemudian di manhole M2 stick yang pertama ditarik sambil diputar dan dilepas secara
berurutan, begitu pula stick berikutnya dilepas.
e) Akhirnya seluruh stick tersebut ditumpuk kembali di manhole M2, dengan demikian tambang
penarik akan terpasang di dalam pipa yang di rodding. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam gambar
berikut ini
Gambar 5.46. Rodding duct dengan stick

Pembersihan dan Pemeriksaan Duct


Untuk melakukan pekerjaan cleaning dan checking duct diperlukan peralatan antara lain :

Sikat pembersih dari baja


Terbuat dari pipa yang bersikat pembersih setiap jarak/spasi 15 cm. dengan masing-masing
ujungnya terpasang mata kait, yang fungsinya untuk membersihkan kotoran di dalam pipa duct
yang dilaluinya dari bekas pemasangan pipa duct tersebut;

Mandril
Mandril terbuat dari logam, dengan diameter sedikit lebih kecil dari diameter pipa duct (10 cm)
dan panjangnya 87,5 cm. Fungsinya untuk mengetes keadaan pipa duct apakah dalam
keadaan baik atau tidak, kemungkinan dalam pemasangan pipa duct ada pipa yang terjepit.
1) Ujung akhir tali penarik di manhole M1 secara berurutan disambung dengan sikat pembersih
kemudian mandril, serta pada ujung mandril satunya disambung lagi dengan tali penarik,
sehingga di dalam pipa tetap masih ada tali penarik.
2) Kemudian ujung tali penarik di manhole M2 ditarik sedemikian rupa sehingga akhirnya sikat
pembersih dan madril tadi dapat keluar dari pipa. Bila mandril dapat berhasil dan kotoran dapat
keluar berarti pekerjaan cleaning dan checking berhasil dan selesai.
3) Agar dapat bersih dengan sempurna, sikat pembersih dan mandril dapat dipasang kembali,
tetapi arahnya dibalik yaitu dari manhole M2 kembali ke manhole M1
Untuk lebih jelasnya, lihat gambar berikut ini
:
Gambar 5.47. Sikat baja dan mandril
Gambar 5.48. Membersihkan duct dengan sikat baja dan mandril

Penarikan dan Meletakkan Kabel Duct


Penarikan kabel duct;
1) Kawat penarik yang terpasang di dalam pipa duct diganti dengan tali penarik kabel, yang
biasanya terbuat dari kawat serabut dari baja yang terdiri dari berbagai ukuran;
Contohnya :
Warriflex 6 x 25 steel uk diameter 0,5 inchi, kekuatan kerja dapat menarik 2,6 sampai 3 ton
tanpa putus.
2) Pada ujung kabel dipasang kabel grip sebagai pemegang kabel, sehingga kabel tidak akan
mengalami kerusakan. Kabel grip ini terbuat dari rajut baja yang berbagai macam ukurannya
tergantung juga pada besar kecilnya kabel. Pada umumnya kabel yang mempunyai diameter
lebih besar dari 45 mm, telah dilengkapi dengan cincin penarik (pulling-eye), jadi disini tidak perlu
menggunakan kabel girp
Gambar 5.49. Cable Grip
3) Cable grip disambungkan pada tali penarik kabel yang telah terpasang pada pipa duct tadi,
serta dipasang alat swivel atau anti pulir;

4) Tenaga Penarik;
Tenaga penarik di ujung manhole yang lain tergantung dari jarak route duct, kapasitas kabel
yang dipasang dimana dapat berupa.
a) Tenaga manusia seluruhnya;
Ukuran kapasittas kabel kecil, jarak manhole pendek.
b) Tenaga manusia dan alat bantu mekanik;
Tirfor atau tackie untul kabel berukuran sedang
Peralatan Winch truck
5) Bila penempatan haspel dan penempatan tenaga penarik sudah selesai, maka penarikan
kabel duct dapat dilaksanakan. Perlu diperhatikan untuk mempermudah jalannya kabel di
dalam pipa duct di manhole harus ada petugas yang selalu mengawasi jalannya kabel dan
memberi pelumas (misalnya : gemuk) pada kabelnya untuk membantu lancarnya kabel.
6) Pergunakan alat walky-talky untuk hubungan dari manhole satu ke manhole kedua, jadi
bila terjadi kemacetan pada haspel bisa diberitahukan dengan cepat supaya menghentikan
penarikan
7) Pekerjaan penarikan kabel duct harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk mencegah
rusaknya alat ataupun terjadi kecelakaan terhadap pekerjaan atau masyarakat lain.

Meletakkan kabel duct di manhole


Kabel-kabel duct yang baru dipasang di dalam pipa duct sebaiknya dibiarkan dahulu minimal
satu hari setelah penarikan. Untuk mencegah posisi kabel berubah karena pengaruh
kemungkinan mengerutnya kabel, akibat dari pekerjaan penyambungan dan terminasi.
Meletakkan kabel duct di dalam manhole sebaiknya di sebelah kanan atau kiri dari arah route
duct di dinding manhole, sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu waktu pekerjaan
penarikan/pencabutan kabel lewat manhole tersebut. Sekalipun kabel duct hanya melalui
manhole tanpa ada sambungan kabel posisinya tetap seperti tersebut di atas.
Catatan :
Lubang-lubang pipa duct di dalam manhole yang belum dipasang kabel duct/masih kosong
harus ditutup dengan stopper

Anda mungkin juga menyukai