Anda di halaman 1dari 89

PENATALAKSANAAN HEMIPARESE

DEXTRA ET CAUSA STROKE


HEMORAGIK DENGAN HIPERTENSI
GRADE II
Dibuat oleh: Senoaji Yuniar S,Modifikasi terakhir pada Fri 06 of Jul, 2012 [07:48]
ABSTRAK Stroke adalah menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama lebih dari 24 jam atau berakhir
dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab lain selain gangguan vaskuler. Istilah kuno
apopleksia serebri sama maknanya dengan Cerebrovascular Accidents/Attacks (CVA) dan
Stroke. Pasien datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan tangan dan kaki kanan pasien
mendadak terasa lemas dan tidak bias digerakkan sejak 4 jam sebelum masuk ke rumah sakit.
Keluhan timbul secara mendadak ketika pasien jalan-jalan pagi. Pasien mengaku sering sakit
kepala. Namun sebelum tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan pasien mengalami sakit
kepala hebat yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Setelah serangan, pasien sempat
mengalami penurunan kesadaran. Berdasarkan CT Scan pasien didiagnosis stroke hemoragik dan
kemudian mendapatkan terapi berupa Infus manitol 6 x 100 cc, Inj piracetam 2 x 12 gram,
Kalnex 6x500 gram. Keyword: stroke, stroke hemoragik, hipertensi KASUS Pasien datang ke
RSUD Salatiga dengan keluhan tangan dan kaki kanan pasien mendadak terasa lemas dan tidak
bias digerakkan sejak 4 jam sebelum masuk ke rumah sakit. Keluhan timbul secara mendadak
ketika pasien jalan-jalan pagi. Pasien mengaku sering sakit kepala. Namun sebelum tangan dan
kaki kanan tidak bisa digerakkan pasien mengalami sakit kepala hebat yang belum pernah
dirasakan sebelumnya. Setelah serangan, pasien sempat mengalami penurunan kesadaran, namun
menurut keluarganya hal tersebut hanya terjadi selama beberapa menit saja. Pasien juga
mengaku sempat muntah 1 kali. Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi yang tidak
terkontrol yang diketahui sejak 7 tahun yang lalu. Pasien sebelumnya pernah mengalami
kejadian seperti ini, kira-kira 1 tahun yang lalu, dimana terdapat kelemahan pada ekstremitas
kanan. DIAGNOSIS Hemiparese dextra et causa stroke hemoragik dengan hipertensi grade II
TERAPI Pasien diberikan terapi Kalnex 6x500 gram, Captopril 2x25 mg, Infus manitol 6 x 100
cc, Injeksi piracetam 2 x 12 gram PEMBAHASAN Menurut definisi WHO, stroke adalah
menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang
berlangsung dengan cepat, selama lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut, tanpa
ditemukannya penyebab lain selain gangguan vaskuler. Istilah kuno apopleksia serebri sama
maknanya dengan Cerebrovascular Accidents/Attacks (CVA) dan Stroke. Penyebab stroke antara
lain aterosklerosis ( trombosis), embolisme, hipertensi yang menimbulkan perdarahan
intraserebral dan rupture aneurisma . Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit
lainnya yang menjadi faktor resiko seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak
dalam darah, diabetes mellitus, atau penyakit vaskuler perifer. Berbagai faktor resiko berperan
bagi terjadinya stroke antara lain, kelainan pembuluh darah otak, Hipertensi, Penyakit jantung,
Diabetes mellitus. Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis stroke hemoragik dan stroke
non hemoragik. Pada stroke hemoragik, Gejala neurologi yang timbul tergantung berat ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Gejala klinis yang muncul pada sistem karotis:
gangguan penglihatan (amaurosis fugaks / buta mendadak) gangguan bicara (afasia atau disfasia)
gangguan motorik (hemiparese / hemiplegi kontralateral) gangguan sensorik pada tungkai yang
lumpuh. Sistem vertebrobasiler gangguan penglihatan (hemianopsia / pandangan kabur),
gangguan nervi kraniales, gangguan motorik, gangguan sensorik, koordinasi dan gangguan
kesadaran. Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan gambaran CT-Scan, namun dari anamnesis
stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit neurologi akut (baik
fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran. Tidak terdapat tanda atau gejala yang
dapat membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik meskipun gejalah seperti mual muntah,
sakit kepala dan perubahan tingkat kesadaran lebih sering terjadi pada stroke hemoragik. Pada
pemeriksaan fisik dapat dinilai tes sensibilitas, kekuatan otot, dan reflex fisiologis dan patologis.
Manajemen stroke dengan Dengan 5 B Breath : Oksigenasi, pemberian oksigen dari luar
Blood : Usahakan aliran darah ke otak semaksimal mungkin dan pengontrolan tekanan darah
pasien Brain : Menurunkan tekanan intra kranial dan menurunkan udema serebri Bladder :
Dengan pemasangan DC Bowel : Saluran pencernaan dan pembuangan Pada stroke hemoragik
diberikan obat untuk menurunkan tekanan intra cranial dan diberikan pula neuroprotektan.
KESIMPULAN Stroke adalah menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal
maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama lebih dari 24 jam atau
berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab lain selain gangguan vaskuler. Istilah kuno
apopleksia serebri sama maknanya dengan Cerebrovascular Accidents/Attacks (CVA) dan
Stroke. Pada pasien, diagnosis stroke hemoragik ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan
fisik dan hasil CT-Scan yang mengindikasikan perdarahan intra serebral. REFERENSI 1.
Lombardo MC. Penyakit Serebrovaskular dan Nyeri Kepala Dalam: Price SA eds. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit. 4th ed. Jakarta: EGC; 1995. p. 961-79 2. Feigin V.
Pendaluhuan. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke. Jakarta:
Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer; 2006. p. xx-ii 3. Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme
Gangguan Vaskular Susunan Saraf Pusat Dalam Mardjono M, Sidharta P eds. Neurologi Klinis
Dasar. Edisi 9. Jakarta: PT Dian Rakyat; 2003. hal. 269-92 4. 5. Jauch CE. Acute Stroke
Management [Online]. 2007 Apr 9 [cited 2007 June 8]; Available from:
URL:hhtp://emedicine.com/neuro-vascular/topic334.htm PENULIS Senoaji Yuniar Sasmito,
Stase Ilmu Penyakit Saraf, RSUD Salatiga

Diagnosis Stroke Haemoragik pada Pasien


Laki-laki Umur 52 Tahun dengan Riwayat
Hipertensi
Dibuat oleh: Andy Bagus Laksana,Modifikasi terakhir pada Tue 03 of Jul, 2012 [13:41]

Abstrak Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal
atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa
penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan intraserebral serta perdarahan
subarachnoid. Pada kasus ini, pasien 52 tahun pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa
digerakan dan bicara pasien menjadi tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien memiliki riwayat
hipertensi 5tahun. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ct scan pasien didiagnosis stroke
hemoragik. Kata kunci: stroke, hemoragik, diagnosis Kasus Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RS Jogja dengan keluhan lemas pada tangan dan kaki sebelah kiri sejak 1 jam SMRS. Saat itu pasien
mengaku sedang bekerja tiba tiba pasien merasa badan terasa lemas, keluar keringat dingin. Pasien
merasa kaki kirinya terasa berat dan susah untuk digerakan. Kemudian pasien berteriak minta tolong.
Menurut anak pasien, ketika itu pasien masih dalam keadaan sadar dan bisa diajak komunikasi, hanya
saja seperti terlihat bingung. Sesaat setelah itu pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa
digerakan dan bicara pasien menjadi tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien tidak merasakan
sakit kepala ataupun pusing, tidak mual, tidak muntah, pandangan tidak kabur atau pun berbayang dan
tidak pernah kejang. Rasa kesemutan, baal pada wajah, tangan dan kaki disangkal pasien. Tidak ada
demam ataupun riwayat jatuh / terbentur kepala sebelum kejadian ini.Pasien mengaku kejadian ini
merupakan yang pertama. Pasien mempunyai penyakit darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu namun
jarang kontrol. Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan compos mentis dengan GCS E4 V5 M6. Tanda
vital tekanan darah 180/110 mmHg, suhu 36,9oC, nadi 80 x/menit, pernafasan 20x/menit. Reflek cahaya
kedua mata positif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak didapatkan kaku
kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada Trismus, wajah
asimetris, didapatkan parese nervus VII sinistra sentral. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri
didapatkan hemiparesis, reflek fisiologi kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek, reflek
patologi (babinski) positif pada sisi kiri. Hasil pemeriksaan penunjang pencitraan otak dengan CT scan
perdarahan intracerebral di nucleus lentiformis dextra. Diagnosis Hemiparesis sinistra e.c stroke
hemorhagik Terapi Medikamentosa - O2 3-4 liter/menit - infus RL 12 tpm - Inj. Piracetam 3x1 gr - Inj.
Citicolin 2x500 mg - Inj. Furosemid 1A/24 jam - Inj. Ranitidin 1A/12 jam - Inj. Mecobalamin 2x 1 A -
Diltiazem 3x1 tab Nonmedikamentosa: - Elevasi kepala 30 - Tirah baring - Fisioterapi Diskusi Stroke
adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal
dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-
mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Secara umum stroke dibagi
berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya yaitu: a) Stroke Hemoragik (perdarahan), stroke
hemoragik dibagi menjadi dua bagian yaitu: Perdarahan intraserebral (terjadi di dalam otak atau
intraserebral), perdarahan ini biasanya timbul akibat hipertensi maligna atau sebab lain misalnya tumor
otak yang berdarah, kelainan (malformasi) pembuluh darah otak yang pecah. Perdarahan
subarakhnoid (PSA) adalah masuknya darah ke ruang subarakhnoid baik dari tempat lain (Perdarahan
subarakhnoid sekunder) atau sumber perdarahan berasal dari rongga subarakhnoid itu sendiri
(Perdarahan subarakhnoid primer). b) StrokeIskemik Gangguan fungsi otak secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh penurunan aliran oksigen (akibat penyempitan atau penyumbatan arteri ke otak) yang
dapat mematika sel-sel saraf. Keadaan iskemik dapat berlanjut menjadi kematian sel-sel otak yang
disebut infark otak (cerebral infarction). Macam atau derajat dari stroke iskemik berdasarkan perjalanan
klinisnya. Transient Ischemic Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas, pada TIA kelainan neurologis
yang timbul berlangsung hanya dalam hitungan menit sampai sehari penuh. RIND (Reversible Ischemic
Neurological Deficits) yaitu kelainan atau gejala neurologis menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 3
minggu. Stroke Progesif atau stroke in evolution yaitu stroke dengan gejala klinisnya secara bertahap
berkembang dari yang ringan sampai semakin berat. Stroke komplet atau Completed Stroke, yaitu
stroke dengan defisit neurologis yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang memberikan gejala dan tanda yang
sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti cairan
serebrospinal, CT scan kepala atau MRI serta arteriografi bila perlu. CT scan merupakan gold standar
pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke perdarahan dan stroke infark. Untuk membedakan
jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada (ASGM). Dimana pada
algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya adalah penurunan
kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga kriteria
tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan
kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya
didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan
diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala,
maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya
terdapat reflek babinski yang positif ataupun negatif, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik.
Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Selain itu, untuk
menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian Siriraj score. Siriraj stroke
score dapat dihitung menggunakan rumus berikut: (2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x pusing)
+ (0.1 x tekanan darah diastolik) - (3 x atheroma markers) - 12. Skor untuk stroke perdarahan adalah >
+1 dan skor untuk stroke iskemik < -1, sedangkan skor antara > -1 dan < +1 menunjukkan bahwa
diperlukan pemeriksaan CT SCAN untuk menentukan diagnosis pasien Penilaian tingkat kesadaran :
Sadar penuh : 0, Somnolen : 1, Koma: 2 Pusing : Ada : 1, Tidak ada : 0 Muntah : Ada : 1, Tidak ada : 0
Atheroma markers : Terdapat penyakit jantung dan DM : 1 Tidak terdapat penyakit jantung dan DM :
0 Berdasarkan Algoritma stroke Gajah Mada, pada pasien ini hanya didapatkan dua dari tiga kriteria
yakni penurunan kesadaran dan refleks Babinski positif sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami stroke perdarahan. Demikian pula berdasarkan Siriraj skor, pasien ini memiliki skor 1,5,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami stroke hemoragik. Kesimpulan Pada kasus
stroke, hal yang pertama diperhatikan adalah menentukan penyebabnya apakah perdarahan atau
iskemik. Untuk membedakan dapat menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada ataupun dengan siriraj
score. Penentuan ini sangat penting dilakukan karena jenis stroke turut serta dalam menentukan jenis
terapi yang tepat. . Pada kasus ini, pasien 52 tahun pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak
bisa digerakan dan bicara pasien menjadi tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien memiliki riwayat
hipertensi 5tahun. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ct scan pasien didiagnosis stroke
hemoragik. Referensi 1. Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam Kapita Selekta
Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press . 2. Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke
Gajah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke
Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16. 3. Mansjoer, 2000 ,
Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta, hal : 17-26. 4. Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI. Penulis Andy Bagus
Laksana Sucianto, Bagian Ilmu Penyakit Saraf, RS Jogja, Kota Yogyakarta
PROGNOSIS STROKE HEMORAGIK
dengan hemiplegi sinistra dan parese N.VII,
dan N.XII sentral pada pasien 60 tahun
Dibuat oleh: Meva,Modifikasi terakhir pada Sun 01 of Jul, 2012 [22:32]

Prognosis Stroke Hemoragik dengan hemiplegi sinistra dan parese N.VII, dan N.XII sentral pada pasien 60
tahun ABSTRAK Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral baik fokal maupun
menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir
dengan maut, tanpa ditemukan penyebab selain dari gangguan vaskular.Pada kasus ini seorang wanita
umur 60 tahun datang ke RS diantar keluarganya pukul 17.00 wib dengan keluhan tidak sadar,
sebelumnya kurang lebih pukul 14.00 wib pasien jatuh, setelah itu mengguling-gulingkan badan sambil
memegangi kepalanya, menurut pasien saat itu kepalanya sangat sakit, setelah itu pasien tidak sadarkan
diri dan langsung dibawa ke RS. Kata kunci : Stroke hemoragik, hemiplegi sinistra KASUS Seorang wanita
umur 60 tahun datang ke RS diantar keluarganya pukul 17.00 wib dengan keluhan tidak sadar,
sebelumnya kurang lebih pukul 14.00 wib pasien jatuh, setelah itu mengguling-gulingkan badan sambil
memegangi kepalanya, menurut pasien saat itu kepalanya sangat sakit, setelah itu pasien tidak sadarkan
diri dan langsung dibawa ke RS. Kesadaran koma (E1V1M2), terdapat faktor-faktor resiko terjadinya
stroke, antara lain riwayat hipertensi, merokok, dan kebiasaan makan makanan berlemak dan kolesterol
seperti daging kambing. Berdasarkan algoritma stroke Gajah Mada, pada pasien ini ditemukan
chepalgia, dan refleks patologis yang positif, selian itu juga ditemukan tekanan darah yang tinggi,
hemiparese sinistra, factor resiko merokok. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pasien ini
terkena stroke hemoragik. Diagnosa Akhir Diagnosa Klinik : hemiplegi sinistra dengan parese N.VII, dan
N.XII sentral. Diagnosa Topik : lesi subcorteks di hemisferium dekstra. Diagnosa Etiologik : suspect
perdarahan intraserebral. Terapi 1. Simptomatis: Ibuprofen 400 mg 3 X 1 tab berfungsi sebagai analgetik
2. Suportif : Infus Asering 20 tetes/menit, Piracetam Injeksi 3gram diberikan 3 kali sehari dan Co-
dergrokina 4,5 mg 1 kali sehari 1 tab sebagai Neuorprotektor / Roborantia saraf, Manitol 100 cc 2 kali
sehari perinfus dan Nimodipin 30 mg 3 kali sehari 1 tab sebagai anti edema otak. 3. Profilaksi :
Cimetidine 3 kali sehari 1 tab sebagai profilaksi stress ulcer, Cifrofloksasin 500 mg 3 kali sehari 1 tab
sebagai profilaksi Infeksi, asam Treneksamat 500 mg 3 kali sehari 1 ampul untuk mencegah perdarahan
ulang Prognosis pada kasus ini Dubia ad malam DISKUSI Pada kasus ini seorang wanita umur 60 tahun
datang ke RS dengan keluhan tidak sadar, sebelumnya kurang lebih 3 jam sebelumnya pasien jatuh,
setelah itu mengguling-gulingkan badan sambil memegangi kepalanya, menurut pasien saat itu
kepalanya sangat sakit, setelah itu pasien tidak sadarkan diri dan langsung dibawa ke RS. Berdasarkan
algoritma stroke Gajah Mada, pada pasien ini ditemukan chepalgia, dan refleks patologis yang positif,
selian itu juga ditemukan tekanan darah yang tinggi, hemiparese sinistra, factor resiko merokok.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pasien ini terkena stroke hemoragik. Terdapat faktor-
faktor resiko terjadinya stroke pada pasien ini antara lain riwayat hipertensi, merokok, dan kebiasaan
makan makanan berlemak dan kolesterol seperti daging kambing. Gejala neurologis yang timbul
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinik stroke
akut dapat berupa: (Mansjoer, A., et al, 2000) Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya
hemiparesis) yang timbul mendadak. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
(gangguan hemisensorik). Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, stupor, atau koma).
Afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan, atau kesulitan memahami ucapan) Disartria (bicara pelo
atau cadel). Gangguan penglihatan (hemianopsia atau monokuler, atau dipolopia) Ataksia (trunkal
atau anggota badan). Vertigo, mual, dan muntah, atau nyeri kepala. Prognosis untuk stroke ditentukan
berdasarkan: 1. Luas lesi di otak, makin luas lesi di otak maka prognosisnya makin buruk. 2. Letak daerah
lesi di otak, makin ke arah profunda dan kaudal maka prognosisnya makin buruk. Prognosis stroke juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1. Tingkat kesadaran, sadar 16% meninggal, somnolen 39% mati,
stupor 71% mati, dan koma 100% mati. 2. Usia: Pada usia 70 tahun atau lebih, angka kematian
meningkat tajam. 3. Jenis kelamin: Leloaki lebih banyak (61%) yang meninggal daripada perempuan
(41%). 4. Tekanan darah: Tensi tinggi prognosis jelek. 5. Lain-lain: Misalnya tepat dan cepatnya
pertolongan. KESIMPULAN Berdasarkan teori pada usia 70 tahun atau lebih, angka kematian meningkat
tajam sedangkan pada kasus ini seorang wanita umur 60. Pasien datang dengan keluhan tidak sadar,
sebelumnya kurang lebih 3 jam sebelumnya pasien jatuh, setelah itu mengguling-gulingkan badan
sambil memegangi kepalanya, menurut pasien saat itu kepalanya sangat sakit, setelah itu pasien tidak
sadarkan diri, berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan kesadaran pasien koma, hal ini membuat
prognosinya buruk karena pasien koma 100% mati, selain itu keluarga pasien juga terlambat
memberikan pertolongan karena dibawa ke RS setelah 3 jam dari onset. Maka pada pasien ini
prognosisnya dubia ad malam. REFERENSI 1. Adams, R.D., Victor, M., Ropper, A., 2001, Principle of
Neurology,7th ed, Mc Graw Hill Inc, Singapore. 2. Bronner LL., Kanter DS., Manson JE., 2000, Primary
prevention of Stroke : Medical Progress, The New England Jornal of Medicine 3. Dahlan P. Dan Lamsudin
R., 1999, Diagnosis Jenis Patologi Stroke Untuk Kepentingan Penanganan Stroke yang Rasional:
Manajemen Stroke Mutakhir, Suplemen Berkala Kesehatan Masyarakat XIV. 4. Lamsudin R., 1997,
Algoritma Stroke Gadjah Mada, Disertasi Doktor Dalam Ilmu Kedokteran, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta PENULIS Meva Dowinta. Program Profesi Pendidikan Dokter. Bagian Ilmu Saraf. RSUD
Wirosaban. 2012

Stroke Hemoragik dengan Faktor Resiko


Hipertensi pada Pasien 52 Tahun
Dibuat oleh: Siti Maria Ulfah,Modifikasi terakhir pada Fri 29 of Jun, 2012 [13:52]

Abstrak Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal
atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa
penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan intraserebral serta perdarahan
subarachnoid. Pada kasus ini, pasien 52 tahun pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa
digerakan dan bicara pasien menjadi tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien memiliki riwayat
hipertensi 5tahun. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ct scan pasien didiagnosis stroke
hemoragik. Kata kunci: Stroke, Hemoragik, Diagnosis Kasus Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RS Jogja dengan keluhan lemas pada tangan dan kaki sebelah kiri sejak 1 jam SMRS. Saat itu pasien
mengaku sedang bekerja tiba tiba pasien merasa badan terasa lemas, keluar keringat dingin. Pasien
merasa kaki kirinya terasa berat dan susah untuk digerakan. Kemudian pasien berteriak minta tolong.
Menurut anak pasien, ketika itu pasien masih dalam keadaan sadar dan bisa diajak komunikasi, hanya
saja seperti terlihat bingung. Sesaat setelah itu pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa
digerakan dan bicara pasien menjadi tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien tidak merasakan
sakit kepala ataupun pusing, tidak mual, tidak muntah, pandangan tidak kabur atau pun berbayang dan
tidak pernah kejang. Rasa kesemutan, baal pada wajah, tangan dan kaki disangkal pasien. Tidak ada
demam ataupun riwayat jatuh / terbentur kepala sebelum kejadian ini.Pasien mengaku kejadian ini
merupakan yang pertama. Pasien mempunyai penyakit darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu namun
jarang kontrol. Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan tidak sadar (koma), GCS E1 V1 M3. Tanda vital
tekanan darah 200/120 mmHg, suhu 37oC, nadi 88 x/menit, pernafasan 22x/menit. Reflek cahaya kedua
mata negatif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak didapatkan kaku kuduk.
Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada Trismus, wajah tidak
didapatkan lateralisasi. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kanan didapatkan kelemahan otot,
reflek fisiologi kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek, tidak didapatkan reflek patologi
(babinski dan gordon) positif pada sisi kanan. Pemeriksaan penujang dilakukan pemeriksaan darah rutin
dan kimia darah didapatkan hasil Hemoglobin 15g/dl, AL 13,8 103/ul, Gula darah sewaktu 180 mg/dl,
Kreatinin 1,08 mg/dl, Kolesterol total 175 mg/dl, trigliseride 30.5 u/l. Diagnosis Stroke hemoragik Terapi
Dilakuakan stabilisasi yaitu dipasang nasal oksigen, NGT, cairan intravena dan cateter urin. Kemudian
diberikan piracetam 12 gram dan maintenance 3 gram sehari 3x per intravena, neuroprotektan citicolin
1 gram 2x1 per intravena. Antihipertensi yang diberikan adalah diuretic loop yaitu furosemide 40 mg
setiap pagi, asam tranexamat 500 mg 3x1 untuk mengurangi perdarahan serta dexametason 3x1 ampul
untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial. Diskusi Stroke adalah gangguan fungsional otak yang
terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke
terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Berdasarkan gejala klinis yang tampak,
stroke non hemoragik dibagi menjadi, Transient Ischemic Attack(TIA) merupakan deficit neurologi yang
bersifat akut terjadi < 24 jam dan dapat pulih seperti semula dalam waktu < 24 jam, Stroke In
Evolution(SIE) deficit neurologinya terus bertambah, Reversible Ischemic Neurology Deficit (RIND)
terjadi perbaikan dalam waktu beberapa hari tetapi tidak lebih dari satu minggu, complete stroke
ischemic deficit neurologi sudah menetap. Menurut WHO, dalam International Statistical Classification
of Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas : a. Perdarahan
intraserebral Biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisme (Berry aneurysm) akibat hipertensi
maligna. Hal ini paling sering terjadi didaerah subkortikal, serebelum, pons dan batang otak. Perdarahan
didaerah korteks lebih sering disebabkan oleh sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah,
malformasi pembuluh darah otak yang pecah atau penyakit pada dinding pembuluh darah otak primer
misalnya Congophilic angiopathy, tetapi dapat juga akibat hipertensi maligna dengan frekuensi lebih
kecil daripada perdarahan subkortikal. b. Perdarahan subarachnoid Perdarahan terjadi biasanya akibat
pecahnya aneurisma congenital yang sering terjadi di a.komunikans anterior, a.serebri media, a.serebri
anterior dan a.komunikans posterior. Gejala timbul sangat mendadak berupa sakit kepala hebat dan
muntah-muntah. Darah yang masuk keruang subarakhnoid dapat menyebabkan komplikasi hidrosefalus
karena gangguan absorpsi cairan otak di Granulatio Pacchioni. Perdarahan subarakhnoid sering bersifat
residif selama 24-72 jam pertama, dan dapat menimbulkan vasospasme serebral hebat disertai infark
otak. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang memberikan
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan pemeriksaan penunjang
seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI serta arteriografi bila perlu. CT scan merupakan
gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke perdarahan dan stroke infark. Untuk
membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada (ASGM).
Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya
adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari
ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria
yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.
Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat
ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri
kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya
terdapat reflek babinski yang positif ataupun negative, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik.
Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Selain itu, untuk
menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian : Siriraj Stroke Score SS =
(2,5 x C) + (2 x V) + (2 x H) + (0,1 x BPD) (3 x A) 12 Keterangan : C = Kesadaran V = Vomitus/ muntah H
= Nyeri kepala BPD = Tekanan diastolic A = Atherom (DM, penyakit jantung) 12 = Konstanta Bila SS > 0, 5
: Stroke hemaragik SS < -1 : Stroke non hemoragik. Penilaian Derajat kesadaran : Sadar penuh : 0
Somnolen : 1 Koma : 2 Nyeri Kepala : Ada : 1, Tidak ada : 0 Vomitus : Ada : 1, Tidak ada : 0 Arteroma :
Terdapat penyakit jantung dan DM : 1 Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0 Berdasarkan Siriraj
score dan Algoritma Stroke Gajah Mada, pada pasien ini awal datang ke RS ditemukan nyeri kepala,
muntah dan terjadi penurunan kesadaran. Reflek Babinski (+), sehingga ditarik kesimpulan bahwa pasien
ini terkena stroke hemoragik. Pada pasien ini terdapat gejala hemiparesis dextra, disartria,
disfagia,dengan nyeri kepala dan muntah-muntah sehingga dapat ditarik kesimpulan pasien ini
mengalami perdarahan di daerah subarachnoid. Kesimpulan Berdasarkan hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan stroke hemoragik. Terapi yang diberikan sudah tepat yaitu
dengan asam tranexama untuk mengurangi perdarahan serta dexametaso untuk mencegah peningkatan
tekanan intrakranial. Referensi Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis
Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark,
Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004.
Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI. Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam
Kapita Selekta Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press . Penulis Siti Maria Ulfah,
Bagian Ilmu Penyakit Saraf, RSUD Tidar Magelang, 2012.
STROKE HEMORRAGE PADA PASIEN
DENGAN FAKTOR RESIKO HIPERTENSI
PADA PRIA USIA 58 TAHUN
Dibuat oleh: Naufal Kurnia,Modifikasi terakhir pada Sun 24 of Jun, 2012 [22:22]

Abatrak Stroke adalah gangguan fungsional otak yang bersifat fokal dan atau global, terjadi secara akut
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang disebabkan oleh gangguan aliran darah otak, yang menjadi
faktor resiko dari strok adalah Hipertensi, hiperlipidemia, diabetes militus, penyakit jantung, penyakit
pembuluh darah, usia, dan kebiasaan merokok. Pada kasus ini seorang pria 41 tahun datang dengan
keluhan Penurunan kesadaran dan kelemahan anggota gerak kanan sejak beberapa jam yang lalu,
pasien ini didiagnosa menderita stroke hemoragic. Kata kunci : stroke, hemoragic Isi Seorang pria 58
tahun datang dengan keluhan Penurunan kesadaran dan kelemahan anggota gerak kanan sejak
beberapa jam yang lalu, hari sebelumnya Pasien bangun tidur dan tiba-tiba tidak dapat menggerakan
anggota gerak sebelah kanan dan tidak bisa berbicara, kemudian pasien dibawa ke puskesman
Senawang dan Mondok, keesokan harinya pasien mengalami penurunan kesadaran dan dirujuk ke
rumah sakit saras husada. Pasien memiliki riwayat hipertensi tetapi delum pernah menderita keluhan
serupa sebelumnya. Dari hasil pemeriksaanfisik pada pasien diperoleh Kesadaran pasien Somnolen,
dengan GCS E3V4M5, Tekanan darah150/90mmHg, Denyut nadi 88 x/menit, reguler, Pernapasan
20x/menit, dsn Suhu 37oC. Pemeriksan meningeal sign, Kaku kuduk, Brudzinski I dan II serta Kernig
menunjukkan hasil negatif, pemeriksaan syaraf-yaraf kranialis seluruhnya menunjukkan hasil dalam
batas normal dan pemeriksaan laboratorium darah rutin menunjukkan hasil angka leukosit yang
meningkat yaitu 14,08 HemogloBin dalam batas normal 12,5 trombosit 384.000 dan gula darah sewaktu
120 mg%. Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan Ct-scan kepala dan diperoleh kesan suspek
Chornic Subdural Hematom frontotemporoparietal sinistra. Diagnosa Dari hasil pemeriksaan fisik, dan
radiologi pada pasin ini ditegakkan diagnosa stroke hemorrhage. Terapi Terapi yang diberikan pada
pasien ini adalah pemberian infus D5 S : Assering 1 : 1, Injeksi Ceftriaxon 2x 1gram yang bertujuan
mencegah infeksi bakteri pada pasien, Injeksi Neurotam 2 x 3gram untuk nutrisi otak, Injeksi Ranitidin 2
x 1 untuk mencegah produksi asam lambung berlebih pada pasien selama dirawat di rumah sakit dan
pemberian Manitol 4 x 125cc untuk mengurangi edema pada otak dan menurunkan tekanan intra
kranial, seerta injeksi Kalnex 3 x 500 mg untuk menghentikan perdarahan. Diskusi Stroke adalah
gangguan fungsional otak yang bersifat fokal dan atau global, terjadi secara akut berlangsung selama 24
jam atau lebih yang disebabkan oleh gangguan aliran darah otak. Yang menjadi faktor resiko terjadinya
strok antara lain Hipertensi, hiperlipidemia, diabetes militus, penyakit jantung, penyakit pembuluh
darah, usia, kebiasaan merokok, dan lain sebagainya. Secara umum strok dibagi menjadi dua yaitu
stroke iskemik dan strok perdarahan atau hemorrhage. Stroke iskemik sangat erat hubungannya dengan
aterosklerosis, yang menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah dan isufisiensi aliran darah
oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus atau perdarahan aterom menyebabkan
dinding pembuluh darah lemah dan terjadi aneurisma dan kemudian robek, trombus kemudian terlepas
menjadi emboli. Pada stroke iskemik timbul daerah pnumbra iskemik daerah dimana sel masih hidup
tetapi tidak berfungsi. Daerah diluar pnumbra akan timbul edema lokal atau daerah hiperemis berarti
sel masih hidup dan befungsi. Sedangkan pada stroke perdarahan/ hemorrhage sangat sering terjadi
ketika tekanan darah tinggi kronis melemahkan arteri kecil, menyebabkannya menjadi pecah.
Penggunaan kokain dan ampetamin bisa menyebabkan tekanan darah yang sangat tinggi dan
pendarahan untuk sementara waktu. Pada beberapa orang yang tua, protein tidak normal disebut
amyloid yang menumpuk pada arteri otak dapat melemahkan arteri yang dapat menyebabkan
pendarahan. Gangguan pendarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi juga
meningkatkan resiko, Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang,
hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada orang tua,
sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi
memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan. Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan
perasa, dan mati rasa, seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan
tidak bisa berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di
ujung perintah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil.
Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan
detik sampai menit. Pada kasus ini diagnosa stroke hemorrhage ditegakkan berdasarkan anamnesa dari
keluarga pasien yang mengatakan bahwa serangan strok datang secara tiba-tiba dan pasien mengalami
hilang kesadaran, selain itu pasien juga mengeluhkan lumpuk pada anggota gerak kanan, hal ini
merupakan salah satu tanda dari stroke perdarahan. selain itu dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya
penurunan kesadaran dan tekanan darah yang tinggi, adanya tekanan darah yang tinggi sesuai teori
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Diagnosa strok perdarahan atau hemorrage
semakin di kuatkan dengan adanya hasil ctscan yang menunjukkan kesan suspek Chornic Subdural
Hematom frontotemporoparietal sinistra. Pada pasien ini yang menjadi faktor resiko terjadinya stroke
adalah pasien seorang perokok dan pasien menderita hipertensi. Kesimpulan Stroke adalah gangguan
fungsional otak yang bersifat fokal dan atau global, terjadi secara akut berlangsung selama 24 jam atau
lebih yang disebabkan oleh gangguan aliran darah otak. Secara umum strok dibagi menjadi dua yaitu
stroke iskemik dan strok perdarahan atau hemorrhage. Pada kasus ini diagnosa stroke hemorrhage
ditegakkan berdasarkan anamnesa bahwa serangan strok datang secara tiba-tiba dan pasien mengalami
hilang kesadaran, pasien juga mengeluhkan lumpuk pada anggota gerak kanan, serta adanya hasil ct
scan yang menunjukkan kesan suspek Chornic Subdural Hematom frontotemporoparietal sinistra faktor
resiko terjadinya stroke adalah pasien seorang perokok dan pasien menderita hipertensi. Referensi - Arif
mansoer, 2000, kapita selekta kedokteran, media aesolapius, jakarta - Samiharjo,W,1999,gambaran ct-
scan pada stroke, diakses dari: www.wikipedia.co.id - Price, Sylvia A. Lorraine M Wilson. 1995.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Jilid 2. Penerbit EGC. Jakarta Penulis Naufal Kurnia
Ramadhan, Bagian Ilmu Penyakit Syaraf, RSUD Panembahan Senopati Bantul

Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik et


causa Perdarahan Subarachnoid
Dibuat oleh: Zaki Saidi,Modifikasi terakhir pada Sat 23 of Jun, 2012 [00:18]
Abstrak

Stroke hemoragik merupakan defisit neurologis mendadak yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah, timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang
terganggu. Secara umum stroke hemoragik dapat dibagi menjadi perdarahan intraserebral dan
perdarahan subarachnoid. Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah
disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid.
Penatalaksanaan berupa pengendalian tekanan darah, pencegahan kejang, manajemen ICP,
pencegahan vasospasme dan pemeliharaan perfusi serebral.

Kata kunci : perdarahan subarachnoid, stroke hemoragik, tekanan darah

Kasus

Pasien datang ke RSUD Tidar dibawa keluarganya karena mendadak sulit berbicara dan tidak
bisa menggerakkan tangan dan kaki kanannya. Berdasarkan keterangan keluarganya pada senin
pagi pasien terjatuh setelah makan kearah kanan tubuh dan kepala sebelah kanan membentur
meja kemudian tidak sadarkan diri. Setelah bangun pasien kesulitan berbicara dan tidak bisa
menggerakkan tangan dan kaki kanan. Menurut keluarga beberapa menit sebelum terjatuh pasien
mengeluh sangat pusing, mual dan tidak bisa mengambil gelas dengan tepat. Pasien tidak pernah
mengalami hal ini sebelumnya. Riwayat hipertensi (+) dan jarang dikontrol, riwayat penyakit
jantung (-), DM (-), Gastritis (+). Kesadaran didapatkan kondisi somnolen. GCS E3V2M4,
tekanan darah : 200/100 mmHg, Nadi : 88x/menit, Respirasi : 20x/menit. Pemeriksaan reflek
fisiologi meningkat. Pada pemeriksaan reflek patologis +. Tanda-tanda perangsangan selaput
otak +. Pada pemeriksaan EEG didapat AV Blok derajat 1 dan ST elevasi nonspesifik.

Diagnosa

Stroke hemoragik ec perdarahan subarachnoid

Terapi

Pasien di terapi dengan piracetam 3x1, Kalnex 3x1, Amlodipin 1x 5 mg, Captopril 3x25 mg dan
Infus manitol

Diskusi

Stroke hemoragik merupakan defisit neurologis mendadak yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah sehingga mengganggu peredaran darah ke otak, timbul gejala dan tanda yang
sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu. Berdasarkan gejala klinis pada kasus pasien
didiagnosa stroke hemoragik ec perdarahan subarachnoid. Perdarahan subarakhnoid adalah suatu
keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer. Perdarahan
subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak pecah, sehingga
terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid.

Gejala klinis perdarahan subarachnoid:


Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak

Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mudah terangsang, gelisah dan kejang.

Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit sampai
beberapa jam.

Dijumpai gejala-gejala rangsang meningeal

Pada pemeriksaan funduscopi didapat perdarahan retina berupa perdarahan subhialoid

Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi, suhu
badan meningkat, atau gangguan pernafasan

Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular. Aneurisma


dapat muncul pada saat kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah
bertahun-tahun dimana tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan. Penyebab
lain yang kurang umum adalah pecahnya koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi
arteri) di dalam atau di sekitar otak.

Intrakranial saccular aneurisma merupakan penyebab paling umum dari perdarahan


subarachnoid, dengan sekitar 80% dari perdarahan subarachnoid akibat aneurisma pecah.
Kesulitan dalam mendeteksi aneurisma unruptured pada pasien tanpa gejala praktis menghalangi
kemungkinan mencegah perdarahan subarachnoid. Aneurisma merupakan kelainan pembuluh
darah arteri otak yang berhubungan dengan stres hemodinamik pada dinding arteri pada titik-
titik percabangan. Pada aneurisma ditemukan suatu kelainan pada lapisan pembuluh darah pada
lapisan tunika intima dan media menjadi lebih elastis dan lapisan adventitia.

Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah dan mencapai puncak
dalam beberapa detik. Hal ini sering diikuti dengan kehilangan kesadaran singkat. Hampir
setengah dari orang yang terkena meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang
tetap berada dalam koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan
mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit penderita mungkin menjadi tidak responsif
dan sulit untuk dibangunkan.

Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak mengiritasi lapisan jaringan
yang menutupi otak (meningen), menyebabkan leher kaku, serta sakit kepala terus, sering dengan
muntah, pusing dan nyeri pinggang. Jika leher teregang serabut saraf melalui meningen
terangsang menimbulkan gerakan involunter flexi pada tungkai.

Tujuan terapi perdarahan subarachnoid adalah pengendalian tekanan darah, pencegahan kejang,
manajemen ICP, pencegahan vasospasme, pemeliharaan perfusi serebral.

Kesimpulan

Stroke hemoragik merupakan defisit neurologis mendadak yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah sehingga mengganggu peredaran darah ke otak, timbul gejala dan tanda yang
sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu. Secara umum stroke hemoragik dapat dibagi
menjadi perdarahan intraserebral dan perdarahan subarachnoid. Perdarahan subarachnoid (PSA)
terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi
darah ke ruang subarachnoid. Penatalaksanaan berupa pengendalian tekanan darah, pencegahan
kejang, manajemen ICP, pencegahan vasospasme dan pemeliharaan perfusi serebral.

Referensi

Tibor, Becske, MD, 2008. Subarachnoid hemorrhage.

Shidarta, P. 1979. Neurologi klinis dalam praktek umum. Dian rakyat. Jakarta.

Price, wilson. 2003. Patofisiologi. Jakarta,EGC.

Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical


Neurology,3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.

Penulis

Zaki Saidi, Bagian ilmu Penyakit Saraf, RSUD Tidar, Kab. Magelang, Jawa Tengah

Penanganan pada Stroke Perdarahan


Cerebellum
Dibuat oleh: Rr. Nadya Anditia S,Modifikasi terakhir pada Mon 11 of Jun, 2012 [22:44]

Abstrak Serebelum adalah modulator yang berperan dalam koordinasi gerakan kelompok otot-otot
(agonis dan antagonis), menyebabkan gerakan kelompok otot-otot yang sedang bekerja menjadi halus
dengan jalan regulating and grading tensi otot-otot. Secara umum serebelum berperan aktif dalam
memelihara tonus otot, memelihara keseimbangan (ekilibrium), dan aktivitas motoris fasik (yang sedang
berlangsung). Seorang penderita lesi serebelum biasanya mampu melakukan gerakan-gerakan umum
(karena tidak terjadi paralisis volunter), tetapi tiap gerakan tersebut dilakukan secara tidak
terkoordinasi. Gambaran klinis pada pasien ini berupa adanya vertigo dengan onset yang mendadak,
muntah, dan ketidakmampuan berjalan tanpa hemiparesis, selain itu juga terdapat parese N.XII. Pada
saat diperiksa (perawatan hari ke-9) keluhan vertigo membaik dan parese N.XII masih ada. Kata kunci :
cerebellum, stroke, vertigo. Isi Pasien perempuan usia 74 tahun sudah 8 hari rawat inap di rumah sakit.
Kurang lebih 3 jam SMRS pasien pusing berputar-putar disertai muntah seperti kopi sebanyak > 3x, mual
(+), telinga berdengung (-), pusing berputar-putar dirasakan terutama saat melihat cahaya dan
menggerakkan kepala, kelemahan anggota gerak (-). Saat di IGD RS pasien masih pusing berputar-putar,
muntah (+), mual (+). Setelah 9 hari rawat inap di Rumah Sakit, keluhan berkurang. Akhirnya pasien
dirawat alih ke spesialis saraf, kemudian dirawat bersama ke spesialis penyakit dalam pada hari ke-4
perawatan. Pada riwayat penyakit dahulu terdapat riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung. Pada
riwayat penyakit keluarga tidak terdapat riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, maupun
penyakit ginjal. Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran
compos mentis, tanda-tanda vital : TD = 150/90 mmHg, N = 100 x/menit, RR = 15 x/menit, T = afebris.
Pemeriksaan kepala, mata = conjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, JVP tidak meningkat. Hidung :
rinore (-), konka nasalis hipertrofi (-), deviasi septum nasi (-). Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil
hiperemis (-), T1-T1. Pemeriksaan fisik thoraks dan abdomen dalam batas normal, kecuali terdapat nyeri
tekan pada regio umbilikal. Pemeriksaan neurologi menunjukkan bahwacara berjalan tidak bisa dinilai
(pasien merasa lemah dan pusing saat berdiri), tidak terdapat ataksia, rebound fenomenon tidak bisa
dinilai, Tes romberg tidak bisa dinilai Disdiadokokinesis tidak dapat dilakukan pasien, tidak ada
nistagmus. Dismetria : tes telunjuk-hidung (+), tes hidung-telunjuk-hidung (+), tes telunjuk-telunjuk (+),
gerakan abnormal tidak ada. Fungsi vegetatif dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan kadar Hb 12,3 gr/dl (), limfosit 9,1% (), Netrofil 86,6 % (), lain-lain dalam batas
normal. Pemeriksaan Head CT-Scan menunjukkan adanya Acute intracerebellar hemorrhage uk. L.k.
32,7x27,8 mm yang mendesak ventriculus quartus, dan awal atrofi cerebri. Diagnosis Diagnosis klinis :
vertigo (membaik), parese N.XII., hipertensi grade I Diagnosis topik : serebelum lobus flokulonodularis
Diagnosis etiologi : perdarahan intraserebelum (stroke hemoragik) Terapi Maintenance : Infus asering 20
tpm Parenteral : Injeksi ondancentron 3 x 1 gr Injeksi Ranitidin 2 x 1 amp Injeksi neurotam 3 x 1gr Injeksi
asam tranexamat 3 x 500 mg Program infus manitol : Injeksi manitol : I. 3 x 100 mg (hari ke-5 perawatan)
II. 3 x 100 mg (hari ke-6 perawatan) III. 3 x 100 mg (hari ke-7 perawatan) IV. 3 x 50 mg (hari ke-8
perawatan) V. 1 x 50 mg (hari ke-9 perawatan) Per oral : Vastigo 3 x 1 Unalium (Flunarizine) 2 x 5 mg 0-1-
1 ISDN 3 x 5 mg Fisioterapi : Terapi Wicara Diskusi Pada penderita ini didiagnosis dengan cerebellar
stroke hemoragik berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan
anamnesis, pasien sudah 8 hari rawat inap di rumah sakit. Kurang lebih 3 jam SMRS pasien pusing
berputar-putar disertai muntah seperti kopi sebanyak > 3x, mual (+), telinga berdengung (-), pusing
berputar-putar dirasakan terutama saat melihat cahaya dan menggerakkan kepala, kelemahan anggota
gerak (-). Saat di IGD RS pasien masih pusing berputar-putar, muntah (+), mual (+). Setelah 9 hari rawat
inap di Rumah Sakit, keluhan berkurang. Akhirnya pasien dirawat alih ke spesialis saraf, kemudian
dirawat bersama ke spesialis penyakit dalam pada hari ke-4 perawatan. Penderita ini memiliki faktor
risiko dari stroke yaitu penderita berusia diatas 55 tahun dan memiliki riwayat hipertensi kronik yang
sudah bertahun-tahun. Usia diatas 55 tahun memiliki risiko stroke 2 kali tiap dekade. Hipertensi telah
diketahui menjadi faktor risiko utama stroke. Hipertensi mempercepat proses aterosklerosis yang
menyebabkan aterotrombotik stroke dan perdarahan otak karena pecahnya mikroaneurisma. Risiko
stroke sebanding dengan naiknya tekanan darah. Borderline hipertensi mempunyai risiko stroke 2 kali
lipat daripada normotensi. Hipertensi lebih dari 160/95 mmHg mempunyai risiko 4-6 kali daripada
normotensi (tekanan darah pasien saat awal masuk adalah 150/100 mmHg) Berdasarkan pemeriksaan
fisik pada ditemukan kesadaran pasien compos mentis, GCS E4V5M6, tekanan darah 150/90 mmHg,
nadi 100x/menit, respirasi 15 x/menit, suhu 370 C. Pemeriksaan generalis dalam batas normal kecuali
kedua ekstremitas bawah non-pitting oedema. Pemeriksaan nervi kranialis terdapat parese N.XII dan
tanda meningeal negatif, gerakan ekstremitas atas dan bawah : bebas, kekuatan ekstremitas atas dan
bawah : 5 (kekuatan penuh), reflek fisiologi ekstremitas atas dan bawah positif normal (+), reflek
patologis ekstremitas atas dan bawah negatif, tonus otot dalam batas normal, trofi otot dalam batas
normal, klonus paha dan kaki negatif, sensibilitas dalam batas normal, fungsi vegetatif dalam batas
normal, cara berjalan tidak dapat dinilai. Tes Romberg tidak dapat dilakukan karena pasien masih
merasa pusing dan lemah saat bangkit dari tempat tidur. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
darah lengkap menunjukkan adanya penurunan kadar MCHC (30,1 g/dl), limfosit (9,1%), dan
peningkatan kadar netrofil (86,6%) dan SGOT (32,6 U/L), yang lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan
elektrokardiografi menunjukkan adanya iskemia anterolateral jantung. Hasil CT-scan pada pasien ini
didapatkan Acute intracerebellar hemorrhage ukuran L.k. 32,7x27,8 mm yang mendesak ventriculus
quartus dan awal atrofi serebri. Serebelum adalah modulator yang berperan dalam koordinasi gerakan
kelompok otot-otot (agonis dan antagonis), menyebabkan gerakan kelompok otot-otot yang sedang
bekerja menjadi halus dengan jalan regulating and grading tensi otot-otot. Secara umum serebelum
berperan aktif dalam memelihara tonus otot, memelihara keseimbangan (ekilibrium), dan aktivitas
motoris fasik (yang sedang berlangsung). Seorang penderita lesi serebelum biasanya mampu melakukan
gerakan-gerakan umum (karena tidak terjadi paralisis volunter), tetapi tiap gerakan tersebut dilakukan
secara tidak terkoordinasi. Gambaran klinis pada pasien ini berupa adanya vertigo dengan onset yang
mendadak, muntah, dan ketidakmampuan berjalan tanpa hemiparesis, selain itu juga terdapat parese
N.XII. Pada saat diperiksa (perawatan hari ke-9) keluhan vertigo membaik dan parese N.XII masih ada.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka dapat dibuat diagnosis
akhir berupa diagnosis klinik : vertigo, parese N.XII; diagnosis topik : serebelum lobus flokulonodularis;
diagnosis etiologik : perdarahan intraserebelum, hipertensi. Setelah diagnosis ditegakkan maka
diperlukan terapi medikamentosa dan rehabilitasi medik. Terapi medikamentosa yang diberikan pada
pasien ini adalah : 1. Infus ringer asetat 20 tpm Memelihara kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh,
mempunyai efek vasodilator, dan dimetabolisasi di otot sehingga aman bagi penderita yang memiliki
gangguan hati. Setiap liter ringer asetat mengandung : Na 130 mEq, Kalium 4 mEq, Cl 109 mEq, Ca 3
mEq, asetat (garam) 28 mEq 2. Neurotam (Piracetam) 3x1 gr (i.v) Piracetam merupakan neuroprotektan
dengan kerja meningkatkan kolinergik dan neurotransmitter eksitatori amin (glutamat dan aspartat)
dalam jumlah dan fungsi, mengurangi radikal bebas, dan memproteksi metabolisme neuron. 3. Asam
tranexamat 3x500 mg (i.v) Obat-obat antifibrinolitik dapat mencegah perdarahan berulang. Obat-obat
yang sering dipakai adalah epsilon aminocaproid acid dengan dosis 36 gram/hari atau asam tranexamat
dengan dosis 6-12 gr/hari. 4. Manitol Program infus manitol : Injeksi manitol : I. 3 x 100 mg (hari ke-5
perawatan) II. 3 x 100 mg (hari ke-6 perawatan) III. 3 x 100 mg (hari ke-7 perawatan) IV. 3 x 50 mg (hari
ke-8 perawatan) V. 1 x 50 mg (hari ke-9 perawatan) Manitol berfungsi untuk mengurangi edema dan
volume cairan interstisial. Manitol digunakan untuk menurunkan TIK. Manitol mengurangi cairan otak
dengan cepat dan akan diekskresikan melewati ginjal dengan cepat pula. Hal yang perlu diperhatikan
adalah efek diuresis dari manitol yang mengakibatkan dehidrasi. Dosis manitol 0,25-0,5 mg/kgBB IV
selama 20 menit dengan menurunkan TIK dan dapat diberikan setiap 6 jam, dengan dosis maksimum 2
gr/kgBB/hari. 5. Ranitidine 2x1 ampul (i.v) Saat kondisi stress akan dihasilkan prostaglandin yang akan
merangsang sekresi asam lambung. Penatalaksanaannya adalah pemberian antagonis histamin 2. 6.
Ondancetron 3x1 gr Ondancetron merupakan antagonis reseptor serotonin 5-HT3, yang digunakan
sebagai antiemetic. Obat ini mengurangi aktivitas nervus vagus yang mengaktivasi pusat muntah di
medulla oblongata, dan obat ini juga menghambat reseptor serotonin di chemoreceptor trigger zone
(CTZ). 7. Vastigo (betahistin mesylate 6 mg) 3x1 tablet Betahistin mesylate memperlebar sfingter
prekapiler sehingga meningkatkan aliran darah pada telinga bagian dalam. Betahistine mengatur
permeabilitas kapiler pada telinga bagian dalam dengan demikian mengurangi tekanan endolimfatik.
Betahistin juga memperbaiki sirkulasi serebral dan meningkatkan aliran darah arteri karotis interna. 8.
Unalium (flunarizine) 2x5 mg Obat ini menghilangkan gejala-gejala kelainan sirkulasi perifer dan serebral
dan gangguan vestibular seperti pusing, vertigo, kurang konsentrasi, gangguan ingatan, sifat lekas
marah, gangguan ritme tidur, telinga berdengung, dan migren. 9. Isosorbid dinitrate 3x5 mg ISDN adalah
suatu obat golongan nitrat yang digunakan secara farmakologis sebagai vasodilator (pelebar pembuluh
darah), khususnya pada kondisi angina pectoris, juga pada CHF (Congestive Heart Failure), yakni kondisi
ketika jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. 10. Fisioterapi :
terapi Wicara. Kesimpulan Pasien pada kasus ini didiagnosis dengan stroke cerebellar hemoragik. Terapi
pada kasus ini konservatif, yaitu pemberian neuroprotektan, antifibrinolitik, anti-edema, antiemetik.
Tujuan penatalaksanaan komprehensif pada kasus stroke akut adalah: (1) meminimalkan jumlah sel
yang rusak melalui perbaikan jaringan penumbra dan mencegah perdarahan lebih lanjut pada
perdarahan intraserebral, (2) mencegah secara dini komplikasi neurologik maupun medik, dan (3)
mempercepat perbaikan fungsi neurologis secara keseluruhan. Jika secara keseluruhan dapat berhasil
baik, prognosis pasien diharapkan akan lebih baik. Pengenalan tanda dan gejala dini stroke dan upaya
rujukan ke rumah sakit harus segera dilakukan karena keberhasilan terapi stroke sangat ditentukan oleh
kecepatan tindakan pada stadium akut; makin lama upaya rujukan ke rumah sakit atau makin panjang
saat antara serangan dengan pemberian terapi, makin buruk prognosisnya. Referensi Bruno A, Kaelin DL,
Yilmaz EY. 2000 The subacute stroke patient: hours 6 to 72 after stroke onset. In Cohen SN.
Management of Ischemic Stroke. McGraw-Hill. pp. 53-87. Huff, J.S. 2010 Cerebellar Hemorrhage.
Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1163554 Lamsudin, R. 1997 Algoritma Stroke
Gadjah Mada. Disertasi Doktor dalam Ilmu Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Nasissi,
Denise. 2010 Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape. Diakses
dari:http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview] PERDOSSI, 2007 Pedoman
penatalaksanaan stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Penulis Rr. Nadya
Anditia Sari, Program Elective Posting, Bagian Ilmu Penyakit Saraf, RSUD Djojonegoro, Kab. Temanggung,
Jawa Tengah.
PENEGAKAN DIAGNOSIS PASIEN LAKI-
LAKI 45 TAHUN DENGAN STROKE
HEMORAGIK
Dibuat oleh: Chaerunnisa S,Modifikasi terakhir pada Tue 05 of Jun, 2012 [07:58]

Abstrak Stroke menurut WHO adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi cerebral, baik fokal maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir
dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular. Stroke merupakan
salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologi yang utama di Indonesia. Serangan otak ini
merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat. Stroke
adalah penyakit ketiga yang menyebabkan kematian dibeberapa negara berkembang. Setiap tahunnya
sekitar 4,5 juta orang meninggal karena stroke. Stroke dapat terjadi pada semua umur tapi sebagian
dialami oleh orang yang berusia lebih dari 70 tahun Stroke non hemoragik merupakan stroke yang
terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Lesi di salah
satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya. Sehingga jika terjadi lesi pada daerah
tersebut, maka akan terjadi hemihipestesia kontralateral. Kasus Pasien laki-laki, 45 tahun datang dengan
keluhan kelemahan lengan dan tungkai kanan sejak 7 hari yang lalu. Keluhan tersebut dirasakan pada
siang hari saat pasien sednag bekerja. Keluhan tersebut disertai dengan tidak bisa bicara, mulut perot ke
arah kiri, dan kesulitan makan dan minum. Penurunan kesadaran (+), nyeri kepala (+) cekot-cekot,
muntah (-). Riwayat penyakit dahulu: nyeri kepala berputar(+), hipertensi (-), DM(-), merokok (+) sudah
berhenti sejak 1 tahun yang lalu, minum alkohol(-). Tidak ada riwayat penyakit serupa pada keluarga.
Keadaan umum: CM,tampak lemah, kurang kooperatif, GCS: 3,-,5. Vital sign: TD: 130/90 mmHg; N:
80x/menit; RR: 19x/menit; suhu: 37,2oC. Thorak : suara dasar vesikuler +/+, RBB -/-, RBK-/-, wheezing -/-
. Abdomen: supel, nyeri tekan(-), peristaltik (N), timpani (N),hepar lien tak teraba. Akral hangat nadi kuat
perfusi jaringan baik. Status neurologis: Nervus cranialis: parese N.VII sentral. Ekstremitas atas: gerakan
T/B; kekuatan 0/5; reflek fisiologi /N, reflek patologis -/-. Ekstremitas bawah: gerakan T/B; kekuatan
0/5; reflek fisiologi /N, reflek patologis +/-. Cl -/-. Lateralisasi dextra. Diagnosis - Diagnosis klinis :
hemiparese dextra + lateralisasi dextra+afasia global - Diagnosis topik : hemisfer sinistra sub cortex -
Diagnosis etiologik : stroke hemoragik Terapi Penatalaksanaan diberikan secepatnya dengan infus
aminofusin, injeksi citicoline 3x3gr, mecobalamin 3x1, alinamin 3 x 1, untuk mencegah peningkatan
tekanan intrakranial dan edema cerebri diberikan infus manitol 4x100cc, injeksi ceftazidime 2 x 1gr,
untuk menurunkan tekanan darah diberikan captopril 3 x 25 mg k/p. Diskusi Definisi stroke menurut
World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler. Klasifikasi Stroke diklasifikasikan
sebagai berikut : 1. Berdasarkan kelainan patologis a. Stroke hemoragik 1) Perdarahan intra serebral 2)
Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid) b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak,
penyumbatan) 1) Stroke akibat trombosis serebri 2) Emboli serebri 3) Hipoperfusi sistemik 2.
Berdasarkan waktu terjadinya 1) Transient Ischemic Attack (TIA) 2) Reversible Ischemic Neurologic
Deficit (RIND) 3) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke 4) Completed stroke 3. Berdasarkan lokasi
lesi vaskuler 1) Sistem karotis a. Motorik : hemiparese kontralateral, disartria b. Sensorik : hemihipestesi
kontralateral, parestesia c. Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis fugaks d.
Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia 2) Sistem vertebrobasiler a. Motorik : hemiparese alternans,
disartria b. Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia c. Gangguan lain : gangguan keseimbangan,
vertigo, diplopia Stroke Hemoragik Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke
jaringan parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya.
Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan
juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan
intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang otak. Etiologi
dari Stroke Hemoragik : 1) Perdarahan intraserebral Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari
seluruh kasus stroke, terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum. Gejala
klinis stroke hemoragik : Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas
dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual,
muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan epistaksis. Penurunan kesadaran yang
berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum. Tanda-
tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata menghilang dan
deserebrasi Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papiledema dan
perdarahan subhialoid. 2) Perdarahan subarakhnoid Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan
dimana terjadi perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer. Gejala klinis : Onset
penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis, berlangsung dalam 1 2 detik
sampai 1 menit. Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah dan
kejang. Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit sampai
beberapa jam. Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen Perdarahan retina berupa perdarahan
subhialid merupakan gejala karakteristik perdarahan subarakhnoid. Gangguan fungsi otonom berupa
bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau
gangguan pernafasan. Stroke Non-Hemoragik (Stroke Iskemik, Infark Otak, Penyumbatan) Iskemia
jaringan otak timbul akibat sumbatan pada pembuluh darah serviko-kranial atau hipoperfusi jaringan
otak oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik.
Aterotrombosis terjadi pada arteri-arteri besar dari daerah kepala dan leher dan dapat juga mengenai
pembuluh arteri kecil atau percabangannya. Trombus yang terlokalisasi terjadi akibat penyempitan
pembuluh darah oleh plak aterosklerotik sehingga menghalangi aliran darah pada bagian distal dari
lokasi penyumbatan. Gejala neurologis yang muncul tergantung pada lokasi pembuluh darah otak yang
terkena. Faktor Risiko Stroke Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat
dimodifikasi (modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor risiko stroke yang
dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung (fibrilasi atrium), diabetes melitus,
merokok, konsumsi alkohol, hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan stenosis arteri karotis. Sedangkan
faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.
Menurut The seventh report of the joint national commite on prevention, detection, evaluation, and
treatment of high blood pressure (JNC 7), klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi:
Klasifikasi TD - Normal : sistolik<120 mmHg Dan diastolik <80 mmHg - Prahipertensi : sistolik 120-139
mmHg Atau diastolik 80-89 mmHg - Hipertensi derajat 1: sistolik 140-159 mmHg Atau diastolik 90-99
mmHg Hipertensi derajat 2: sistolik 160 mmHg Atau diastolik 100 mmHg Diabetes mellitus juga
merupakan faktor yang signifikan dan terjadi pada 10% pasien stroke. Keadaan ini dihubungkan dengan
terjadinya atherosklerosis intrakranial. Algoritma Stroke Gajah Mada: STROKE AKUT: penurunan
kesadaran, nyeri kepala, refleks babinski 1. Ketiganya atau 2 dari 3 gejala stroke akut: Bila ya: PIS Bila
tidak: 2. Penurunan kesadaran (+),nyeri kepala (-), refleks babinski (-): Bila ya : PIS Bila tidak: 3.
Penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (+), refleks babinski (-): Bila ya: PIS Bila tidak: 4. Penurunan
kesadaran (-), nyeri kepala (-), refleks babinski (+) Bila ya: infark Bila tidak: 5. Penurunan kesadaran (-),
nyeri kepala (-), refleks babinski (-) Bila ya: infark Perbedaan stroke hemoragik dan non hemoragik
Gejala klinis PIS PSA Non hemoragik Defisit fokal Berat Ringan Berat ringan Onset Menit/jam 1-2 menit
Pelan (jam/hari) Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan Muntah pada awalnya Sering Sering Tidak, kec
lesi di batang otak Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali Penurunan kesadaran Ada Ada
Tidak ada Kaku kuduk Jarang Ada Tidak ada Hemiparesis Sering dari awal Permulaan tidak ada Sering
dari awal Gangguan bicara Bisa ada Jarang Sering Likuor Berdarah Berdarah Jernih Paresis / gangguan N
III Tidak ada Bisa ada Tidak ada Area Broca Bahasa merupakan salah satu hal penting dan aktifitas
komplek dari otak manusia. Pada sebahagian besar individu (95%), area yang berhubungan dengan ber-
bahasa berlokasi di korteks asosiasi frontal dan temporoparietal dari hemisfer kiri, yang mana biasanya
kontralateral dengan tangan yang dominan (kanan). Pusat utama berbecara terletak pada region basal
dari lobus frontalis kiri (area Broca / area 44) dan bagian posterior dari lobus temporal (pada daerah
yang berhubungan dengan lobus parietal) (area Wernicke / area 22). Afasia motorik (Broca aphasia)
Temuan klinis yang penting paling penting pada afasia Broca adalah berkurangnya ataupun tidak dapat
sama sekali untuk memproduksi bahasa. Pasien masih dapat mengerti kata-kata, namun memproduksi
kalimat yang salah dan mengganti atau menukar bunyi dari kata-kata, seperti apple menjadi ackle
dan carpet menjadi parket. Kesimpulan Pada pasien ini menderita stroke hemoragik, karena kita
lihat dari awal gejalanya klinisnya. Pasien mengalami kelemahan anggota gerak saat sedang bekerja.
Yang disertai dengan kelsulitan bicara dan nyeri kapala serta ada muntah. Dari riwayatnya itu sendiri
pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya
darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya.
Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan
juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan
intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang otak.
Referensi - Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical Neurology,
3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007. - Rumantir CU. Pola Penderita Stroke Di Lab/UPF Ilmu Penyakit
Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode 1984-
1985. Laporan Penelitian Pengalaman Belajar Riset Dokter Spesialis Bidang Ilmu Penyakit Saraf. 1986. -
Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victors Priciples of Neurology. Eight
edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005. - Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke.
Dalam : Guideline Stroke 2007. Jakarta. - Baehr M, Frotscher M. Duus : Topical Diagnosis in Neurology.
4th revised edition. New York : Thieme. 2005. Penulis Chaerunisa Sukmaretnawati, Stase Ilmu Syaraf, RS
Jogja, Yogyakarta.
Penegakan Diagnosis Stroke Perdarahan dan
Iskemia
Dibuat oleh: Mu'allim Hawari,Modifikasi terakhir pada Fri 01 of Jun, 2012 [07:07]

Abstrak Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal
(atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam
ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.Penyebab stroke hemoragik sangat beragam.1
Kata kunci : stroke perdarahan, algoritme gajah mada Kasus Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala
sejak 6 jam SMRS. Nyeri dirasakan pada seluruh kepala seperti ditusuk-tusuk. Nyeri kepala dirasakan
secara mendadak ketika pasien sedang beraktivitas. Pasien juga mengatakan mual dan muntah secara
tiba-tiba sebanyak 1x. Muntah berisi makanan. Muntah menyemprot. Tidak lama kemudian pasien juga
mengeluhkan pandangan ganda akibat sakit kepala yang hebat tersebut. Adanya kejang dan pingsan
disangkal oleh pasien. Pasien tidak mengalami adanya kelemahan pada anggota gerak baik lengan
maupun tungkai. Adanya rasa kesemutan dan mati rasa dan bicara pelo disangkal oleh pasien. BAB dan
BAK tidak ada keluhan. Pasien mengatakan hal seperti ini baru terjadi pertama kali. Penurunan berat
badan secara drastis disangkal oleh pasien. Pasien tidak mengalami demam sebelumnya. Pasien
memiliki penyakit darah tinggi sejak beberapa tahun yang lalu, akan tetapi jarang dikontrol dan minum
obat. Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit kencing manis, penyakit jantung, dan menyangkal
pernah mengalami trauma kepala. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak 25 tahun yang lalu.
Diagnosis Stroke Perdarahan Terapi Pengelolaan Umum o Breathing : Jalan nafas terbuka, pasien dapat
bernapas normal. o Blood : Awasi tekanan darah o Brain : Awasi tanda-tanda peningkatan intracranial,
peningkatan suhu tubuh dan kejang o Bladder : Pasang Kateter o Bowel : Nutrisi kalori cukup
Pengelolaan Stroke Medikamentosa o IVFD Ringer laktat 60 cc/ jam o Manitol 3x100 cc (tap off) o
Amlodipin 1 x 20 mg P.O o Captopril 3 x 25 mg P.O o Citicholin 3 x 500 mg P.O o Asam Traneksamat 4 x
500 mg P.O o Omeprazol 1 x 40 mg Inj. o Ceftriaxon 1 x 2 gram Inj. o Neurobion 1x1 ampul inj Non
Medikamentosa 1. Bed rest 2. Edukasi untuk meminum obat secara teratur Diskusi WHO, stroke adalah
suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi
vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau
langsung ke dalam jaringan otak. 1 Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu: Perdarahan
intraserebral primer (hipertensif) Ruptur kantung aneurisma Ruptur malformasi arteri dan vena
Trauma (termasuk apopleksi tertunda paska trauma) Kelainan perdarahan seperti leukemia, anemia
aplastik, ITP, gangguan fungsi hati, komplikasi obat trombolitik atau anti koagulan, hipofibrinogenemia,
dan hemofilia. Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak. Septik embolisme, myotik
aneurisma Penyakit inflamasi pada arteri dan vena Amiloidosis arteri Obat vasopressor, kokain,
herpes simpleks ensefalitis, diseksi arterivertebral, dan Acute necrotizing haemorrhagic encephalitis.
penegakan diagnosis stroke dapat menggunakan algoritme stroke gajah mada Penurunan kesadaran +,
sakit kepala +, refleks Babinski + YA stroke perdarahan TIDAK Penurunan kesadaran +, sakit kepala +,
refleks Babinski - YA stroke perdarahan TIDAK Penurunan kesadaran +, sakit kepala -, refleks Babinski
- YA stroke perdarahan TIDAK Penurunan kesadaran +, sakit kepala -, refleks Babinski + YA stroke
perdarahan TIDAK Penurunan kesadaran -, sakit kepala +, refleks Babinski + YA stroke perdarahan
TIDAK Penurunan kesadaran -, sakit kepala +, refleks Babinski - YA stroke perdarahan TIDAK
Penurunan kesadaran -, sakit kepala -, refleks Babinski + YA stroke iskemik TIDAK Penurunan
kesadaran -, sakit kepala -, refleks Babinski - YA stroke iskemik Diagnosa stroke hemoragic pada
pasien diatas ditegakkan dari : Gejala klinis; penurunan kesadaran -, nyeri kepala +, muntah +,
hemiparesis mendadak. Dan pada Algoritma Skor Gajah Mada menunjukkan SH, Kesimpulan Stroke
adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Penatalaksanaannya sesuai dengan diagnosisnya
jangan sampai tertukar. Penggunaan algoritme gajah mada dapat mempermudah dalam penegakan
diagnosis stroke. Daftar pustaka 1. Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran umum tentang
gangguan peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan keenam. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2007. 2. Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 2003 3. Sotirios
AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.NewYork. Thieme Stuttgart. 2000 Penulis
Muallim Hawari, program profesi pendidikan dokter, bagian ilmu penyakit syaraf RSUD Panembahan
Senopati.

Algoritma Gajah Mada dan Skor Siriraj


sebagai Alat Menegakkan Diagnosis Stroke
Hemoragik dengan Parese N.VII dan N. XII
UMN Dextra disertai Riwayat Hipertensi
Dibuat oleh: Yulia Niswatul F,Modifikasi terakhir pada Fri 04 of May, 2012 [00:21]
Abstrak

Menurut WHO, stroke adalah tanda tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal, atau global, dengan gejala gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Menurut
taksiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit
stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal dunia. Penyakit tekanan darah
tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Untuk menegakkan
diagnosis pada stroke dapat menggunakan algoritma stroke Gajah Mada dan skor siriraj.

kata kunci: Stroke Hemoragik, Algoritma Stroke Gajah Mada, Skor Siriraj, Hipertensi

History
Seorang laki-laki 74 tahun datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak bagian kanan
secara tiba tiba. Pasien masih dapat menggerakkan tangan dan kaki kanannya tapi tidak sekuat
tangan kirinya. Keluhan mulai timbul saat sedang ngobrol bareng tetangga. Pasien mengeluh
sering pusing 1 bulan terakhir ini, lokasi diseluruh kepala, berdenyut dan dapat sembuh dengan
obat nyeri kepala ataupun dengan beristirahat. Keluhan tidak disertai mual, muntah, demam,
perubahan perilaku, kesemutan ataupun kejang. Selain itu pasien juga mengeluh bicara pelo dan
perot pada bibirnya kearah kiri. Pandangan kabur pada mata kanan dan pada mata kiri pandangan
mata gelap sejak sebelum terjadi kelemahan anggota gerak kanan. Riwayat hipertensi (+), DM (-
), Jantung (-).
Keadaan umum lemah dengan GCS E4V5M6, tekanan darah= 210/150 mmHg, nadi= 90
x/menit, pernafasan= 22 x/menit, temperatur = 36,7 OC
Status Neurologis
Kesadaran : kompos mentis, GCS E4-V5-M6
Orientasi tempat : baik
Orientasi waktu : baik
Orientasi orang : baik
Daya ingat : baik
Sikap tubuh : lurus
Gerakan abnormal : tidak ada
Kepala : pupil isokor; 3 mm/3 mm, RC (+/+), refleks kornea (+/+)
Dari pemeriksaan nervus cranialis didapatkan adanya parese N.VII dan N.XII dextra UMN.
Pemeriksaan keempat ekstremitas didapatkan kelemahan anggota gerak kanan dengan reflek
fisiologis di semua ekstremitas normal dan tidak didapatkan adanya perluasan. Reflek patologis
(-), Klonus (-), Tonus normal. Pemeriksaan penunjang laboratorium dalam batas normal dan
pemeriksaan EKG didapatkan adanya IHD.

Diagnosis

Stroke Hemoragik

Penatalaksanaan

1. Awasi KU dan VS
2. IVFD Ringer Asetat : D5 S = 1 : 1
3. Aminofusin L 600 1fl/hari
4. Inj. Citicolin 2 x 500 mg
5. Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
6. Thiamin 1 amp/hari
7. Nifedipin 2x10mg
8. Fisioterapi

Diskusi

Stroke adalah gangguan fungsional otak yang bersifat lokal dan atau global, terjadi secara akut
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang disebabkan oleh gangguan aliran darah otak.
(Sidharta, 1999). Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di
dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting,
dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Di
Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak 28,5
persen penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total.
Hanya 15 persen saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan. Berdasarkan
etiologi Hinton (1995) membagi stroke menjadi dua :

1. Stroke hemoragik yaitu suatu gangguan fungsi saraf yang disebabkan kerusakan
pembuluh darah otak sehingga menyebabkan pendarahan pada area tersebut.
2. Stroke non hemoragik, yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya
pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrient ke area yang mendapat
suplai terganggu.

Faktor resiko stroke menurut Feigin dibagi menjadi dua yaitu faktor resiko mayor (hipertensi,
diabetes mellitus dan penyakit jantung) dan faktor resiko minor (TIA, usia, jenis kelamin,
peningkatan hematokrit, hiperlipidemia, hiperuricemia, kenaikan fibrinogen, obesitas, merokok,
kontrasepsi, stress dan faktor genetic).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang
memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan
pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI serta arteriografi
bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke
perdarahan dan stroke infark.
Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gadjah
Mada (ASGM) dan penilaian skor Siriraj. Pada ASGM hal yang dinilai adalah penurunan
kesadaran, nyeri kepala dan reflek babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga
kriteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria
yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke
perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang
terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi
penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak
didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negatif,
maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat
ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.
Sedangkan Siriraj stroke score dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

(2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x pusing) + (0.1 x tekanan darah diastolik) - (3 x


atheroma markers) - 12.
Keterangan:
Derajat kesadaran: Sadar penuh = 0, Somnolen = 1, Koma = 2
Nyeri kepala: Tidak ada = 0, Ada = 1
Vomitus: Tidak ada = 0, Ada = 1
Ateroma : Tidak ada penyakit jantung, DM = 0, Ada = 1

Dengan hasil sebagai berikut:


SS > 1 = Stroke Hemoragik
-1 > SS > 1 = Perlu pemeriksaan penunjang (Ct- Scan)
SS < -1 = Stroke Non Hemoragik

Berdasarkan Algoritma stroke Gajah Mada, pada pasien ini hanya didapatkan satu dari tiga
kriteria yakni nyeri kepala positif sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami stroke
hemoragik. Demikian pula berdasarkan Siriraj skor, pasien ini memiliki skor 2, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami stroke hemoragik.

Kesimpulan

Stroke adalah sindrom klinis yang awalnya timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa
defisit neurologis fokal atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik. Stroke dibagi menjadi yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Gold
standart untuk membedakan kedua jenis stroke tersebut adalah dengan CT scan. Berhubung pada
pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan CT scan maka kita dapat menggunakan algoritma gajah
mada dan skor siriraj. Setelah dilakukan pemeriksaan dapat diambil kesimpulan bahwa pasien
tersebut menderita stroke hemoragik.

Referensi

1. Harsono. 2000. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University: Yogyakarta.


2. Lamsudin, R. 1997. Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk
Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke
Infark. Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16.
3. Mansjoer, Arief. 2000. Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3. Media
Aeuculapius: Jakarta.
4. Setiawan. 2002. Assesment pada Penderita Stroke; Pelatihan FT IV: Optimalisasi Fungsi
Senso-Motorik pada Penderita Stroke. Jakarta.
5. Sidharta. 2004. Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5. Dian Rakyat:
Jakarta.
6. Sidharta, Priguna. 1999. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi, cetakan ketiga. Dian
Rakyat: Jakarta.

Diagnosis Stroke Haemoragik pada Pasien


Laki-laki Umur 52 Tahun dengan Riwayat
Hipertensi
Dibuat oleh: Feri Sulistya,Modifikasi terakhir pada Mon 23 of Apr, 2012 [14:19] oleh dr. Dwi Prayogo

Abstrak
Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara
lokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24
jam, tanpa penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan
intraserebral serta perdarahan subarachnoid. Pada kasus ini, pasien 52 tahun pasien
merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa digerakan dan bicara pasien menjadi tidak
jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien memiliki riwayat hipertensi 5tahun. Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan ct scan pasien didiagnosis stroke hemoragik.

Kata kunci: stroke, hemoragik, diagnosis

Kasus

Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Jogja dengan keluhan lemas pada
tangan dan kaki sebelah kiri sejak 1 jam SMRS. Saat itu pasien mengaku sedang bekerja tiba tiba
pasien merasa badan terasa lemas, keluar keringat dingin. Pasien merasa kaki kirinya terasa berat
dan susah untuk digerakan. Kemudian pasien berteriak minta tolong. Menurut anak pasien,
ketika itu pasien masih dalam keadaan sadar dan bisa diajak komunikasi, hanya saja seperti
terlihat bingung. Sesaat setelah itu pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa
digerakan dan bicara pasien menjadi tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien tidak
merasakan sakit kepala ataupun pusing, tidak mual, tidak muntah, pandangan tidak kabur atau
pun berbayang dan tidak pernah kejang. Rasa kesemutan, baal pada wajah, tangan dan kaki
disangkal pasien. Tidak ada demam ataupun riwayat jatuh / terbentur kepala sebelum kejadian
ini.Pasien mengaku kejadian ini merupakan yang pertama. Pasien mempunyai penyakit darah
tinggi sejak 5 tahun yang lalu namun jarang kontrol.

Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan compos mentis dengan GCS E4 V5 M6. Tanda
vital tekanan darah 180/110 mmHg, suhu 36,9oC, nadi 80 x/menit, pernafasan 20x/menit. Reflek
cahaya kedua mata positif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak
didapatkan kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig).
Tidak ada Trismus, wajah asimetris, didapatkan parese nervus VII sinistra sentral. Pada anggota
gerak atas dan bawah sebelah kiri didapatkan hemiparesis, reflek fisiologi kanan-kiri normal
tidak didapatkan perluasan reflek, reflek patologi (babinski) positif pada sisi kiri. Hasil
pemeriksaan penunjang pencitraan otak dengan CT scan perdarahan intracerebral di nucleus
lentiformis dextra.

Diagnosis

Hemiparesis sinistra e.c stroke hemorhagik

Terapi

Medikamentosa

- O2 3-4 liter/menit
- infus RL 12 tpm

- Inj. Piracetam 3x1 gr

- Inj. Citicolin 2x500 mg

- Inj. Furosemid 1A/24 jam

- Inj. Ranitidin 1A/12 jam

- Inj. Mecobalamin 2x 1 A

- Diltiazem 3x1 tab

Nonmedikamentosa:

- Elevasi kepala 30

- Tirah baring

- Fisioterapi

Diskusi

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik. Secara umum stroke dibagi berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya yaitu:
a) Stroke Hemoragik (perdarahan), stroke hemoragik dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Perdarahan intraserebral (terjadi di dalam otak atau intraserebral), perdarahan ini biasanya
timbul akibat hipertensi maligna atau sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah, kelainan
(malformasi) pembuluh darah otak yang pecah.
Perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah masuknya darah ke ruang subarakhnoid baik dari
tempat lain (Perdarahan subarakhnoid sekunder) atau sumber perdarahan berasal dari rongga
subarakhnoid itu sendiri (Perdarahan subarakhnoid primer).
b) Stroke Iskemik
Gangguan fungsi otak secara tiba-tiba yang disebabkan oleh penurunan aliran oksigen (akibat
penyempitan atau penyumbatan arteri ke otak) yang dapat mematika sel-sel saraf. Keadaan
iskemik dapat berlanjut menjadi kematian sel-sel otak yang disebut infark otak (cerebral
infarction). Macam atau derajat dari stroke iskemik berdasarkan perjalanan klinisnya.
Transient Ischemic Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas, pada TIA kelainan neurologis
yang timbul berlangsung hanya dalam hitungan menit sampai sehari penuh.
RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficits) yaitu kelainan atau gejala neurologis
menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.
Stroke Progesif atau stroke in evolution yaitu stroke dengan gejala klinisnya secara bertahap
berkembang dari yang ringan sampai semakin berat.
Stroke komplet atau Completed Stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologis yang menetap
dan sudah tidak berkembang lagi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang
memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan
pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI serta arteriografi
bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke
perdarahan dan stroke infark.
Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke
Gajah Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus
diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut
ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga kriteria tersebut, maka dapat ditegakkan
diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri
kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji
babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan
diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri
kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut
dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negatif, maka diagnosisnya
adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis
stroke perdarahan.
Selain itu, untuk menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan
penilaian Siriraj score.
Siriraj stroke score dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
(2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x pusing) + (0.1 x tekanan darah diastolik) - (3 x
atheroma markers) - 12.
Skor untuk stroke perdarahan adalah > +1 dan skor untuk stroke iskemik < -1, sedangkan skor
antara > -1 dan < +1 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan CT SCAN untuk menentukan
diagnosis pasien
Penilaian tingkat kesadaran : Sadar penuh : 0, Somnolen : 1, Koma: 2
Pusing : Ada : 1, Tidak ada : 0
Muntah : Ada : 1, Tidak ada : 0

Atheroma markers :
Terdapat penyakit jantung dan DM : 1
Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0

Berdasarkan Algoritma stroke Gajah Mada, pada pasien ini hanya didapatkan dua dari
tiga kriteria yakni penurunan kesadaran dan refleks Babinski positif sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami stroke perdarahan. Demikian pula berdasarkan Siriraj skor, pasien ini
memiliki skor 1,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami stroke hemoragik.

Kesimpulan

Pada kasus stroke, hal yang pertama diperhatikan adalah menentukan penyebabnya
apakah perdarahan atau iskemik. Untuk membedakan dapat menggunakan algoritma stroke
Gadjah Mada ataupun dengan siriraj score. Penentuan ini sangat penting dilakukan karena jenis
stroke turut serta dalam menentukan jenis terapi yang tepat. . Pada kasus ini, pasien 52 tahun
pasien merasakan kaki kiri dan tangan kirinya tidak bisa digerakan dan bicara pasien menjadi
tidak jelas dan mulut sedikit mencong. Pasien memiliki riwayat hipertensi 5tahun. Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan ct scan pasien didiagnosis stroke hemoragik.

Referensi
1. Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam Kapita Selekta Neurologi,
Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .
2. Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gajah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan
Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu
Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16.
3. Mansjoer, 2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta,
hal : 17-26.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta:
PERDOSSI.

Penurunan Kesadaran pada Lansia dengan


Riwayat Stroke
Dibuat oleh: Munawir Saragih,Modifikasi terakhir pada Tue 03 of Apr, 2012 [16:54]

Abstrak

Meningoencephalitis adalah peradangan yang terjadi pada encephalon dan meningens.


Nama lain dari meningoencephalitis adalah cerebromeningitis, encephalomeningitis, dan
meningocerebritis. Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau beberapa kasus yang
jarang disebabkan oleh jamur. Istilah meningitis aseptic merujuk pada meningitis yang
disebabkan oleh virus tetapi terdapat kasus yang menunjukan gambaran yang sama yaitu pada
meningitis yang disebabkan organisme lain. Encephalitis adalah suatu proses inflamasi pada
parenkim otak yang biasanya merupakan suatu proses akut, namun dapat juga terjadi
postinfeksi encephalomyelitis, penyakit degeneratif kronik, atau slow viral infection. Encephalitis
merupakan hasil dari inflamasi parenkim otak yang dapat menyebabkan disfungsi serebral.
Encephalitis sendiri dapat bersifat difus atau terlokalisasi. Organisme tertentu dapat
menyebabkan encephalitis dengan satu dari dua mekanisme yaitu (1). Infeksi secara langsung
pada parenkim otak atau (2) sebuah respon yang diduga berasal dari sistem imun (an apparent
immune-mediated response) pada sistem saraf pusat yang biasanya bermula pada beberapa hari
setelah munculnya manifestasi ekstraneural.

Keyword : Meningoensephalitis, ME, Lansia

Isi
pasien bapak S, 79 tahun, dibawa keluarganya ke UGD RS Jogja dengan keluhan tiba-tiba
tidak sadarkan diri. Menurut keluarga, pasien tersedak saat disuapi makanan lalu memuntahkan
makanan yang dimakan dan tiba-tiba tidak sadarkan diri. Riwayat Hipertensi (+), Riwayat stroke
sebelumnya (+), Pada saat diperiksa pasien masih koma, demam (+), dan sesekali pasien
menggerakkan tangannya. Kesadaran pasien koma, Pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan,
pemeriksaan neurologis ditemukan Kaku kuduk (+), Reflek patologik : Hoffman/Tromner (+),
Pemeriksaan lab : leukosit 17,7, N.segmen 90. CT SCAN Kesan : Infark cerebri lacunar type
thalamus sinistra, Atrophy cerebra senilis.

Diagnosis

Diagnosis Klinik : Meningoencephalitis

Diagnosis Topik : ARAS

Diagnosis Etiologik : Infeksi bakteri

Terapi

- Infus RL

- Ceftriaxon 2x2gr

- Dexa 4x1A

- Incelin 2x500mg

- Ranitidine 2x1A

- Pamol 3x1A

- Phenitoin 2x1

- Miniaspi 1x1

- Vaclo 1x1A

Diskusi

Dalam proses perjalanan penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri, invasi
organisme harus mencapai ruangan subarachnoid. Proses ini berlangsung secara hematogen dari
saluran pernafasan atas dimana di dalam lokasi tersebut sering terjadi kolonisasi bakteri.
Walaupun jarang, penyebaran dapat terjadi secara langsung yaitu dari fokus yang terinfeksi
seperti (sinusitis, mastoiditism, dan otitis media) maupun fraktur tulang kepala.
Penyebab paling sering pada meningitis yang mengenai pasien < 1 bulan adalah
Escherichia colli dan streptococcus group B. Infeksi Listeria monocytogenes juga dapat terjadi
pada usia < 1 bulan dengan frekuensi 5-10% kasus. Infeksi Neisseria meningitides juga dapat
menyerang pada golongan usia ini. Pada golongan usia 1-2 bulan, infeksi golongan streptococcus
grup B lebih sering terjadi sedangkan infeksi enterik karena bakteri golongan gram negatif
frekuensinya mulai menurun. Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenzae, dan N.
Meningitidis akhir-akhir ini menyebabkan kebanyakan kasus meningitis bakterial. H. influenzae
dapat menginfeksi khususnya pada anak-anak yang tidak divaksinasi Hib.

Pada perjalanan patogenesis meningitis bakterial terdapat fase bakterial dimana pada fase
ini bakteri mulai berpenetrasi ke dalam cairan serebropsinal melalui pleksus choroid. Cairan
serebrospinal kurang baik dalam menanggapi infeksi karena kadar komplomen yang rendah dan
hanya antibody tertentu saja yang dapat menembus barier darah otak.

Dinding bakteri gram positif dan negatif terdiri atas zat patogen yang dapat memacu
timbulnya respon inflamasi. Asam teichoic merupakan zat patogen bakteri gram positif dan
lipopolisakarida atau endotoksin pada gram negatif. Saat terjadinya lisis dinding sel bakteri, zat-
zat pathogen tersebut dibebaskan pada cairan serebrospinal.

Terapi antibiotik menyebabkan pelepasan yang signifikan dari mediator dari respon
inflamasi. Adapun mediator inflamasi antara lain sitokin (tumor necrosis factor, interleukin 1, 6,
8 dan 10), platelet activating factor, nitric oxide, prostaglandin, dan leukotrien. Mediator
inflamasi ini menyebabkan terganggunya keseimbangan sawar darah otak, vasodilatasi, neuronal
toxicity, peradangan meningeal, agregasi platelet, dan aktifasi leukosit. Sel endotel kapiler pada
daerah lokal terjadinya infeksi meningitis bacterial mengalami peradangan (vaskulitis), yang
menyebabkan rusaknya agregasi vaskuler. Konsekuensi pokok dari proses ini adalah rusaknya
mekanisme sawar darah otak, edema otak, hipoperfusi aliran darah otak, dan neuronal injury.

Akibat kerusakan yang disebabkan oleh respons tubuh terhadap infeksi, agen anti-
inflamasi berbagai telah digunakan dalam upaya untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
meningitis bakteri. Hanya deksametason yang telah terbukti efektif.

Kesimpulan

Dalam proses perjalanan penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri, invasi
organisme harus mencapai ruangan subarachnoid. Penyebab paling sering pada meningitis yang
mengenai pasien < 1 bulan adalah Escherichia colli dan streptococcus group B. Akibat
kerusakan yang disebabkan oleh respons tubuh terhadap infeksi, agen anti-inflamasi berbagai
telah digunakan dalam upaya untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas meningitis bakteri.
Hanya deksametason yang telah terbukti efektif.

Referensi

Chusid, Neuroanatomi Korelatif dan Neurology Fungsional, bagian dua. Gajah Mada University
Press, 1991
Harsono, Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Gajah Mada University Press, 2003

Stroke Hemoragik pada usia lanjut dengan


Hipertensi
Dibuat oleh: Dewanto Suryoningrat,Modifikasi terakhir pada Tue 21 of Feb, 2012 [10:39]

ABSTRAK

Telah dilaporkan pasien seorang laki laki usia 50 tahun dengan keluhan anggota gerak terutama
sebelah kiri terasa lemas dan susah digerakkan. Keluhan ini dirasakan sejak 2 hari SMRS. Pasien
memiliki riwayat hipertensi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90. Kekuatan
dan gerakan yang menurun pada anggota gerak kiri. Dan adanya reflek Babinski dan Chadoc
yang positif pada anggota gerak kiri. Pada pemeriksaan laboraturium didapatkan kadar
Trigliserid : 308. Stroke adalah salah satu penyakit saraf yang cukup memprihatinkan dan
senantiasa membutuhkan perhatian kita bersama, karena penyakit ini juga disebut serangan otak
atau brain attack yang merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung
dan kanker, serta merupakan kecacatan utama di Indonesia pada kelompok usia lebih dari 45
tahun. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Serangan otak ini
merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat. Stroke
adalah suatu gangguan fungsi syaraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran
darah otak dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa
jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal diotak yang terganggu.

Keyword : stroke, stroke hemoragik

ISI

Seorang laki - laki berumur 50 tahun datang datang ke IGD RSUD Setjonegoro karena tak
sadarkan diri saat bekerja. Setelah sadar mengeluh anggota badan terutama sebelah kiri terasa
lemas dan sulit untuk digerakkan. 2 hari SMRS pasien mengeluh sulit menggerakkan anggota
gerak sebelah kiri. Terdapat nyeri kepala, mual, muntah. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan
tidak ada riwayat stroke sebelumnya. Kesadaran somnolen GCS : E2 M5 V2. Vital sign,
Tekanan Darah : 150/90 mmHg, Nadi : 89 x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu : 36,7. Gerakan ,
sensibilitas, kekuatan anggota gerak kiri menurun, sementara tonus nya meningkat. Didapatkan
juga reflek patologis yang positif yaitu reflek babinski dan chaddock.

Diagnosis
Stroke Hemoragik dengan Faktor Resiko Hipertensi.

Terapi

Pada pasien dilakukan pemasangan nasal oksigen, NGT, infuse serta cateter. Setelah itu,
diberikan terapi neuroprotektan berupa piracetam 3 gram yang diberikan 3 kali dalam sehari
intravena. Selain itu juga diberikan antihipertensi berupa captopril 25 mg yang diberikan 3 kali
dalam sehari, asam tranexamat 500 mg 3 kali dalam sehari untuk mengurangi perdarahan, serta
manitol untuk mencegah peningkatan tekanan intracranial dengan mengurangi edema serebri.

DISKUSI

Diagnosis stroke hemoragik pada pasien dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien. pada pasien didapatkan keluhan sulit
menggerakan anggota gerak sebelah kiri sejak 2 hari SMRS. Lalu pasien tiba tiba tak sadarkan
diri saat bekerja. Terdapat nyeri kepala, mual dan muntah. Pasien juga memiliki riwayat
hipertensi, dimana hipertensi merupakan salah satu factor resiko terjadinya stroke
hemoragik.Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai
dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah
dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya
sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.WHO mendefinisikan bahwa stroke
adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah
otak dan bukan oleh yang lain dari itu.Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi.Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu: Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi
didalam jaringan otak dan Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak).Faktor resiko medis, antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi),
Kolesterol,Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung, diabetes, Riwayat
stroke dalam keluarga, Migrain. Faktor resiko perilaku, antara lain Merokok (aktif & pasif),
Makanan tidak sehat (junk food,fast food), Alkohol, Kurang olahraga, Mendengkur, Kontrasepsi
oral, Narkoba, Obesitas. 80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis, Menurut
statistik. 93% pengidap penyakit trombosis ada hubungannya dengan penyakit tekanan darah
tinggi. Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman (marah-marah),
terlalu banyak minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi makanan yang berlemak.

KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologi serta pemeriksaan penunjang, pasien
laki-laki berusia 50 tahun didiagnosis stroke hemoragik. CT scan merupakan gold standart
pemeriksaan penunjang untuk membedakanstroke hemoragik dan non hemoragik. Pada pasien
ini, awalnya diberi nasal oksigen, pasang NGT, infus serta cateter. Setelah itu, diberikan
neuroprotektan berupa piracetam, antihipertensi berupa captopril, asam tranexamat untuk
mengurangi perdarahan serta manitol untuk menurunkan tekanan intracranial.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://medicastore.com/brown_seaweed/gejala_sebab_stroke.htm
2. Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk
Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut
atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16.
3. Mansjoer, 2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius,
Jakarta, hal : 17-26.
4. Sidharta, 2004, Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5, Dian Rakyat,
Jakarta, hal : 260-275.

Stroke Lakunar pada Penderita Hipertensi


Kronik Tidak Terkontrol
Dibuat oleh: Anindian Setyo Rahmawati,Modifikasi terakhir pada Wed 15 of Feb, 2012 [12:56]

Abstrak

Data epidemiologi menunjukkan bahwa hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang
paling penting pada stroke; baik tekanan sistolik maupun diastolik mempunyaiperanan yang
sama terhadap kemungkinan timbulnya stroke, diketahui pula bahwa insiden stroke meningkat
sejalan dengan tingginya tekanan darah, di samping itu tekanan darah yang tetap tinggi pada
penderita stroke berpengaruh buruk terhadap prognosa jangka panjang, baik terhadap
kemungkinan terjadinya stroke ulang atau kematian jangka panjang pasca stroke.

Keywords: hipertensi, kronik, stroke, lakunar

Kasus

Seorang wanita 63 tahun datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan mendadak
disertai pelo. Riwayat hipertensi (+) sejak 3 tahun, kontrol tidak teratur.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil KU baik, TD : 160/100mmHg, N: 108x/menit (isi &
tegangan cukup), RR: 20x/menit (reguler), Suhu : 38,2 oC, parese nervus VII sentral dextra dan
parese nervus XII. Ekstremitas: ekstremitas atas-bawah kanan gerakan terbatas
dengan kekuatan 0, reflek fisiologi meningkat, ditemukan reflek patologi babinski ekstremitas
bawah kanan.
Dilakukan pemeriksaan penunjang berupa laboratorium darah lengkap dengan hasil :leukositosis,
hiperkolesterolemia. Pemeriksaan head CT Scan : Chronic lacunar infarct cerebri nucleus
lentiformis dextra

Diagnosis

Diagnosis Klinik : hemiparese dextra spastik akut, parese nervus VII sentral dextra dan
parese nervus XII
Diagnosis Topik : hemisferium serebri sinistra, nervus VII sentral dextra, nervus XII
Diagnosis Etiologik : stroke non hemoragik, DD: stroke infark lakunar

Terapi

02 3-4 liter/menit, Inf. Asering 20 tpm, Inf. Manitol 2x50, Inj. Neurotam 3x1 gr, Inj. Brain act
2x1, Inj. Kalnex 3x1, Inj. Ranitidin 2x1 Amp, Po: ticuring 1-0-1, Fisioterapi di tempat

Diskusi

WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal
maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau
sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler.

Hipertensi dapat menimbulkan perubahan patologik yang berbeda pada pembuluh darah sedang
dan pembuluh darah kecil otak. Berdasarkan ini stroke yang timbul akibat hipertensi dapat
dibedakan atas dua golongan yang gambaran patologi dan kliniknya berbeda . Pada pembuluh
darah sedang, seperti a. karotis, a vertebrobasilaris atau arteri di basal otak, perubahan
patologiknya adalah berupa aterosklerosis, dan manifestasi kliniknya adalah Transient Ischemic
Attack (TIA), Stroke Trombotik dan Stroke Embolik. Di sini peranan hipertensi hanyalah sebagai
salah satu faktor risiko di samping faktor-faktor lain seperti diabetes mellitus, hiperlipidemia,
merokok dan lain-lain. Pembuluh darah kecil otak,ialah cabang-cabang penetrans arteri yang
menembus ke dalam jaringan otak, berukuran diameter 50-200 mikron. Dasar kelainan pada
pembuluh darah jenis ini adalah spasme dan lipohialinosis; spasme terjadi pada hipertensi akut
seperti hipertensi maligna, dan manifestasi kliniknya adalah Ensefalopati Hipertensif. Sedangkan
lipohialinosis terjadi pada hipertensi khronik, pembuluh darah dengan lipohialinosis ini dapat
mengalami penyumbatan dan menimbulkan sindroma klinik Infark Lakunar, atau timbul mikro
aneurisma yang dapat pecah dan terjadi perdarahan intraserebral.

Infark lakunar timbul bila pembuluh darah kecil yang mengalami lipohialinosis menjadi
tersumbat dan timbul infark kecil dengan ukuran penampang 0,5-15 mm. Infark ini setelah,
menyembuh akan meninggalkan lubang kecil yang disebut lacune ("danau"), sering ditemukan di
ganglia basalis (putamen, nukleus kaudatus), talamus, pons dan krus posterior kapsula interna,
dan jarang-jarang di substansia alba serebral, krus anterior kapsula interna dan serebelum. Oleh
karena infarknya kecil prognosisnya baik, dan dengan pengobatan hipertensi yang baik
kambuhnya serangan dapat dihindarkan. Gejalanya terdiri atas gejala-gejala fokal neurologik
yang akan membaik perlahan-lahan dalam beberapa jam sampai beberapa hari; kadang-kadang
didahului oleh satu atau beberapa serangan TIA, umumnya pada 48 jam sebelumnya. Infark
lakunar tidak ada hubungannya dengan timbulnya infark pada stroke tromboembolik. Infark
lakunar dapat bermanifestasi dalam 4 macam sindroma:

1) Pure motor hemiparesis (infark di kapsula interna dan pons).

2) Pure sensory stroke (talamus).

3) Homolateral ataxia and aural paresis (kaps. Interna dankorona radiata).

4) Dysarthria and clumsy hand (pons).

Kesimpulan

Hipertensi dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada pembuluh darah otak dan jaringan
otak; manifestasi klinik dari kelainan tersebut adalah Cerebrovascular Disease (CVD) atau
stroke. Hipertensi akut, seperti hipertensi maligna, menyebabkan spasme pembuiuh darah kecil
dan menimbulkan ensefalopati hipertensif. Hipertensi khronik menimbulkan stroke yang berbeda
tergantung pada kaliber penbuluh darah otak yang terkena. Pada pembuluh darah kecil akan
terjadi lipohialinosis, yang di kemudian hari bisa mengalami trombosis dan menyebabkan infark
lakuner; atau pembuluh darah tersebut pecah dan menyebabkan perdarahan intraserebral.

Referensi

Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan peredaran


darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan keenam editor Harsono. Gadjah Mada
university press, Yogyakarta. 2007. Hal: 81-115.

Andradi, A. 1985. Penyakit Peresaran Darah Otak (Stroke). Terapi Medikamentosa pada Stroke
Iskemik. Jakarta: FKUI, p.45-52.Harsono, 1999, Gangguan Peredaran Darah Otak. Dalam: Buku
Ajar Neurologi Klinis, Ed 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Mardjono M, Sidharta P, eds. 2008. Neurologis Klinis Dasar. Mekanisme Gangguan Vascular
Susunan Saraf. Jakarta: Dian Rakyat, p.269-92.

Noerjanto M, 1992, Stroke Non Hemoragis dalam Stroke Pengelolaan Mutakhir, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Sylvia P, Lorraine W, eds. 2005. Patofisiologis Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit. Penyakit
Cerebrovascular. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2: 1105-30.

STROKE HEMORRHAGIC DENGAN


AFASIA SENSORIK
Dibuat oleh: Irmawati Masyhuda,Modifikasi terakhir pada Sun 22 of Jan, 2012 [22:00]

STROKE HEMORRHAGIC DENGAN AFASIA SENSORIK

ABSTRAK

Menurut WHO, stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal, atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Afasia adalah
suatu gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak. Afasia dapat timbul akibat
cedera otak atau proses patologik pada area lobus frontal, temporal atau parietal yang
mengatur kemampuan berbahasa, yaitu Area Broca, Area Wernicke, dan jalur yang
menghubungkan antara keduanya.

Kata Kunci : Stroke hemoragik, Afasia Sensorik

KASUS

Seorang wanita, 54 tahun, diantar keluarganya ke RS dalam keadaan tidak sadar. Keluarga
menyatakan bahwa 6 jam sebelum dibawa ke RS pasien mengeluhkan pusing ketika sedang
bekerja, muntah-muntah, dan jatuh pingsan. Pasien segera dilarikan ke RSUD Magelang tapi
karena alas an keluarga pasien dipindahkan ke PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Di PKU
pasien dirawat di ICU selama 7 hari dan koma selama 5 hari. Saat dilakukan pemeriksaan
(setelah sadar dari koma) didapatkan Keadaan Umum tampak lemah; Kesadaran : Compos
Mentis, GCS : E4M6Vafasia; Vital Sign (TD : 176/96 mmHg, nadi : 82x/menit, respirasi :
28x/menit, suhu : 35.60C. Anggota gerak kiri tidak bisa diangkat, Refleks fisiologis anggota
gerak kiri meningkat, reflex patologis anggota gerak kiri (+), kekuatan anggota gerak kiri baik
atas maupun bawah adalah 0. Saat dilakukan pemeriksaan pada tanggal 13 Desember 2011,
pasien disuruh untuk mengangkat kaki kanannya tetapi pasien menjawab satu dan dinyatakan
bahwa pasien mengalami afasia sensorik setela terjadi serangan stroke hemoragik. Dari hasil
pemeriksaan head CT-Scan didapatkan tampak lesi hiperdense di daerah ganglia basalis sinistra
yang mendesak dan menyempitkan ventrikel lateralis sinistra. Struktur mediana agak terdeviasi
ke arah dextra. Kesan : ICH di daerah ganglia basalis sinistra dengan lateralisasi ringan ke arah
dextra.
DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : Hemiparese dextra dengan afasia sensorik

Diagnosis Topik : Hemisferium sinistra

Diagnosis Etiologik : Stroke hemoragik e.c Hipertensi

TERAPI

Pada pasien ini di berikan pengobatan yaitu IVFD Rl 20 tetes/menit, O2 2 liter/ menit, Inj
Furosemide 1 ampul tiap 12 jam, KSR 1x1 , Injeksi Pyracetam 3 gr / 6 jam, Inj. Citilcholine 500
mg tiap 12 jam,Diltiazem 30 mg 3x1, Bioneuron 2 x 1, dan Inj. Ceftriaxone 1 gr tiap 12 jam.

DISKUSI

Pasien tersebut mengalami afasia sensorik bukan afasia motorik atau global karena kemungkinan
area yang mengalami lesi adalah area Wernicke yang merupakan area sensorik penerima untuk
impuls pendengaran. Lesi pada area ini akan mengakibatkan penurunan hebat kemampuan
memahami serta mengerti suatu bahasa. Sehingga pada pasien ini saat diberi perintah untuk
mengangkat kaki kirinya pasien malah menjawab satu karena pasien mengalami penurunan
memahami bahasa. Sebenarnya untuk terjadinya afasia global, motorik, ataupun sensorik
tergantung pada lesi area otak yang terkena. Pada stroke hemoragik bisa saja terjadi afasia global
atau afasia sensorik saja atau afasia motorik saja karena perdarahan yang terjadi bisa
menyebabka lesi-lesi pada area bahasa di otak. Akan tetapi manifestasi yang muncul bukan lagi
disebabkan karena perdarahannya tapi kemungkinan karena masih ada udem paska perdarahan.
Sehingga kemungkina pada pasien ini udem yang terjadi itu terletak pada area Wernicke.

KESIMPULAN

Pasien tersebut tidak mengalami afasia global ataupun motorik karena lesi yang diakibatkan oleh
stroke hemoragik terletak pada area Wernicke sehingga manifetasinya adalah afasia sensorik
atau penurunan kemampuan memahami bahasa.

REFERENSI
1. National Institute On Deafness and Other Communication Disorders. Aphasia, Voice, Speech
and Language Health Info. 2010. Available at:
http://www.nidcd.nih.gov/health/voice/aphasia.html

2. Kirshner HS, Jacobs DH. eMedicine Neurology Specialties: Aphasia. 2009. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1135944-print

3. Lumbantobing SM, Neurologi Klinis, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Bab XI: Berbahasa.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008

4. Pennstate, Health & Disease Information. Aphasia. 2010 Available at:


http://www.hmc.psu.edu/healthinfo/a/aphasia.htm

5. Media Indonesia. Terapi Afasia Perbaiki Gangguan Bahasa. 2010 Available at:
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/04/28/1109/13/Terapi-
Afasia-Perbaiki-Gangguan-Bahasa

Stroke Hemoragik Pada Pasien Usia 57 tahun


Dengan Faktor Resiko Hipertensi
stroke, hemoragik, algoritma stroke Gajah Mada

Dibuat oleh: Adryansyah,Modifikasi terakhir pada Mon 26 of Dec, 2011 [09:48]

Abstrak

Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau
global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa
penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan
stroke non hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan intraserebral
serta perdarahan subarachnoid. Untuk mencari penyebab stroke bisa menggunakan algoritma
stroke Gajah Mada. Pada kasus ini, pasien 57 tahun jatuh di kamar mandi. Terdapat kelemahan
anggota gerak, nyeri kepala, serta muntah. Pasien memiliki riwayat hipertensi 5tahun. Pada
pemeriksaan fisik tidak didapatkan perluasan reflek dan tidak didapatkan reflek patologi
(babinski dan gordon) positif pada sisi kanan.

Kata kunci : stroke, hemoragik, algoritma stroke Gajah Mada

Kasus

Pasien usia 57 tahun tidak sadarkan diri datang diantar oleh keluarga. Pasien jatuh di kamar
mandi ditemukan tidak sadarkan diri. Sebelumnya pasien mengeluh lelah, lemas kaki kanan dan
sulit untuk berjalan, serta pusing cekot-cekot. Tidak ada riwayat demam atau konsumsi obat-
obatan. Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, riwayat hipertensi sejak 5
tahun yang lalu namun pasien tidak berobat dengan rutin. Ada riwayat hipertensi pada keluarga
pasien yaitu orang tua laki-laki pasien.

Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan tidak sadar (koma), GCS E1 V1 M3. Tanda vital
tekanan darah 200/120 mmHg, suhu 37oC, nadi 88 x/menit, pernafasan 22x/menit. Reflek cahaya
kedua mata negatif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak didapatkan
kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada
Trismus, wajah tidak didapatkan lateralisasi. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kanan
didapatkan kelemahan otot, reflek fisiologi kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek,
tidak didapatkan reflek patologi (babinski dan gordon) positif pada sisi kanan. Pemeriksaan
penujang dilakukan pemeriksaan darah rutin dan kimia darah didapatkan hasil Hemoglobin
15g/dl, AL 13,8 103/ul, Gula darah sewaktu 180 mg/dl, Kreatinin 1,08 mg/dl, Kolesterol total
175 mg/dl, trigliseride 30.5 u/l.

Diagnosis

Stroke hemoragik

Terapi

Dilakuakan stabilisasi yaitu dipasang nasal oksigen, NGT, cairan intravena dan cateter urin.
Kemudian diberikan piracetam 12 gram dan maintenance 3 gram sehari 3x per intravena,
neuroprotektan citicolin 1 gram 2x1 per intravena. Antihipertensi yang diberikan adalah diuretic
loop yaitu furosemide 40 mg setiap pagi, asam tranexamat 500 mg 3x1 untuk mengurangi
perdarahan serta dexametason 3x1 ampul untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

Diskusi

Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan
kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik
dan stroke non hemoragik. Berdasarkan gejala klinis yang tampak, stroke non hemoragik dibagi
menjadi, Transient Ischemic Attack(TIA) merupakan deficit neurologi yang bersifat akut terjadi
< 24 jam dan dapat pulih seperti semula dalam waktu < 24 jam, Stroke In Evolution(SIE) deficit
neurologinya terus bertambah, Reversible Ischemic Neurology Deficit (RIND) terjadi perbaikan
dalam waktu beberapa hari tetapi tidak lebih dari satu minggu, complete stroke ischemic deficit
neurologi sudah menetap. Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas :

a. Perdarahan intraserebral
Biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisme (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna.
Hal ini paling sering terjadi didaerah subkortikal, serebelum, pons dan batang otak. Perdarahan
didaerah korteks lebih sering disebabkan oleh sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah,
malformasi pembuluh darah otak yang pecah atau penyakit pada dinding pembuluh darah otak
primer misalnya Congophilic angiopathy, tetapi dapat juga akibat hipertensi maligna dengan
frekuensi lebih kecil daripada perdarahan subkortikal.

b. Perdarahan subarachnoid

Perdarahan terjadi biasanya akibat pecahnya aneurisma congenital yang sering terjadi di
a.komunikans anterior, a.serebri media, a.serebri anterior dan a.komunikans posterior. Gejala
timbul sangat mendadak berupa sakit kepala hebat dan muntah-muntah. Darah yang masuk
keruang subarakhnoid dapat menyebabkan komplikasi hidrosefalus karena gangguan absorpsi
cairan otak di Granulatio Pacchioni. Perdarahan subarakhnoid sering bersifat residif selama 24-
72 jam pertama, dan dapat menimbulkan vasospasme serebral hebat disertai infark otak.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang
memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan
pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI serta arteriografi
bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke
perdarahan dan stroke infark.

Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada
(ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan,
diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika
terdapat 2 atau 3 dari ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke
perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka
dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau
dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik.
Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat
ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat
reflek babinski yang positif ataupun negative, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik.
Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.

Selain itu, untuk menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian :

Siriraj Stroke Score

SS = (2,5 x C) + (2 x V) + (2 x H) + (0,1 x BPD) (3 x A) 12

Keterangan :

C = Kesadaran

V = Vomitus/ muntah

H = Nyeri kepala
BPD = Tekanan diastolic

A = Atherom (DM, penyakit jantung)

12 = Konstanta

Bila SS > 0, 5 : Stroke hemaragik

SS < -1 : Stroke non hemoragik.

Penilaian Derajat kesadaran : Sadar penuh : 0

Somnolen :1

Koma :2

Nyeri Kepala : Ada : 1, Tidak ada : 0

Vomitus : Ada : 1, Tidak ada : 0

Arteroma : Terdapat penyakit jantung dan DM : 1

Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0

Berdasarkan Siriraj score dan Algoritma Stroke Gajah Mada, pada pasien ini awal datang ke RS
ditemukan nyeri kepala, muntah dan terjadi penurunan kesadaran. Reflek Babinski (+), sehingga
ditarik kesimpulan bahwa pasien ini terkena stroke hemoragik. Pada pasien ini terdapat gejala
hemiparesis dextra, disartria, disfagia,dengan nyeri kepala dan muntah-muntah sehingga dapat
ditarik kesimpulan pasien ini mengalami perdarahan di daerah subarachnoid.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan stroke hemoragik.
Terapi yang diberikan sudah tepat yaitu dengan asam tranexama untuk mengurangi perdarahan
serta dexametaso untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

Referensi

Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk
Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark,
Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004.


Jakarta: PERDOSSI.
Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam Kapita Selekta Neurologi,
Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .

Penegakkan Diagnosis Stroke Hemoragik


Pada Pasien Laki-laki 78 tahun
Dibuat oleh: Mayfuza Husein,Modifikasi terakhir pada Sat 01 of Oct, 2011 [02:49]

Abstract
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan
kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke terbagi dua, yaitu stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan
intraserebral serta perdarahan subarachnoid. Seorang laki-laki 78 tahun datang dengan
keluhan kejang seluruh tubuh dan tidak dapat berjalan walaupun dituntun. Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis stroke non hemoragik.
Kata kunci: stroke, kejang

History
Seorang laki-laki 78 tahun, dibawa oleh keluarganya ke IGD RS Jogja dengan keluhan kejang,
kejang terjadi saat pasien mandi, terjadi penurunan kesadaran, kejang terjadi terus menerus tanpa
jeda istirahat dan berlangsung >15 menit, kejang ini terjadi di seluruh tubuh. Pasien tidak lagi
dapat dituntun saat berjalan, ini serangan kejang yang kedua, setelah kejang pertama pada 1
tahun yang lalu selama 15 menit lalu kembali normal lagi. Pasien tidak dapat berbicara sejak 2
tahun lalu, mengalami kepikunan sejak 6 tahun lalu, tidak ada riwayat jatuh/trauma kecelakaan
sebelumnya, makan minum baik, BAB dan BAK baik, tidak ada riwayat konsumsi obat-obatan.
Riwayat hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung (-).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak lemah, somnolen, GCS
E4V5M6. Vital sign tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 80 x/ mnt, pernafasan: 22 x/ menit,
suhu: 36,6 0 C. Ekstremitas superior kanan (gerakan bebas, kekuatan sulit dinilai, refleks
fisiologis dbn) kiri (gerakan terbatas, kekuatan sulit dinilai, refleks fisiologis dbn), ekstremitas
inferior kanan (gerakan bebas, sulit dinilai, refleks fisiologis dbn), kiri (gerakan terbatas,
kekuatan sulit dinilai, refleks fisiologis dbn). Refleks patologis Babinski (-/+), klonus kaki (-/-),
sensibilitas dan fungsi vegetatif dalam batas normal.

Diagnosis
Stroke hemoragik

Terapi
Dilakuakan stabilisasi yaitu dipasang nasal oksigen, NGT, cairan intravena dan cateter urin.
Kemudian diberikan piracetam 12 gram dan maintenance 3 gram sehari 3x per intravena,
neuroprotektan citicolin 1 gram 2x1 per intravena. Antihipertensi yang diberikan adalah diuretic
loop yaitu furosemide 40 mg setiap pagi, asam tranexamat 500 mg 3x1 untuk mengurangi
perdarahan serta dexametason 3x1 ampul untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.
Diskusi
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit
neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan
kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Secara umum stroke dibagi berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya yaitu:
a) Stroke Hemoragik (perdarahan), stroke hemoragik dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Perdarahan intraserebral (terjadi di dalam otak atau intraserebral), perdarahan ini biasanya
timbul akibat hipertensi maligna atau sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah, kelainan
(malformasi) pembuluh darah otak yang pecah.
Perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah masuknya darah ke ruang subarakhnoid baik dari
tempat lain (Perdarahan subarakhnoid sekunder) atau sumber perdarahan berasal dari rongga
subarakhnoid itu sendiri (Perdarahan subarakhnoid primer).
b) Stroke Iskemik
Gangguan fungsi otak secara tiba-tiba yang disebabkan oleh penurunan aliran oksigen (akibat
penyempitan atau penyumbatan arteri ke otak) yang dapat mematika sel-sel saraf. Keadaan
iskemik dapat berlanjut menjadi kematian sel-sel otak yang disebut infark otak (cerebral
infarction). Macam atau derajat dari stroke iskemik berdasarkan perjalanan klinisnya.
Transient Ischemic Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas, pada TIA kelainan neurologis
yang timbul berlangsung hanya dalam hitungan menit sampai sehari penuh.
RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficits) yaitu kelainan atau gejala neurologis
menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.
Stroke Progesif atau stroke in evolution yaitu stroke dengan gejala klinisnya secara bertahap
berkembang dari yang ringan sampai semakin berat.
Stroke komplet atau Completed Stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologis yang menetap
dan sudah tidak berkembang lagi.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang


memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan
pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI serta arteriografi
bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke
perdarahan dan stroke infark.

Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah
Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus
diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut
ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga kriteria tersebut, maka dapat ditegakkan
diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri
kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji
babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan
diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri
kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut
dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negatif, maka diagnosisnya
adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis
stroke perdarahan.
Selain itu, untuk menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian
Siriraj score.
Siriraj stroke score dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
(2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x pusing) + (0.1 x tekanan darah diastolik) - (3 x
atheroma markers) - 12.
Skor untuk stroke perdarahan adalah > +1 dan skor untuk stroke iskemik < -1, sedangkan skor
antara > -1 dan < +1 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan CT SCAN untuk menentukan
diagnosis pasien
Penilaian tingkat kesadaran : Sadar penuh : 0, Somnolen : 1, Koma: 2
Pusing : Ada : 1, Tidak ada : 0
Muntah : Ada : 1, Tidak ada : 0

Atheroma markers :
Terdapat penyakit jantung dan DM : 1
Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0

Berdasarkan Algoritma stroke Gajah Mada, pada pasien ini hanya didapatkan dua dari tiga
kriteria yakni penurunan kesadaran dan refleks Babinski positif sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami stroke perdarahan. Demikian pula berdasarkan Siriraj skor, pasien ini
memiliki skor 2,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami stroke hemoragik.

Kesimpulan
Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau
global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa
penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik
dan stroke non hemoragik. Berdasarkan ASGM dan Siriraj Score, pasien ini mengalami stroke
hemoragik.

Referensi
1. Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam Kapita Selekta Neurologi,
Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .
2. Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gajah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan
Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu
Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16.
3. Mansjoer, 2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta,
hal : 17-26.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta:
PERDOSSI.

Stroke Hemoragik Pada Wanita 58 tahun


dengan Faktor Resiko Hipertensi dan
Merokok
Dibuat oleh: Indra Primabakti,Modifikasi terakhir pada Tue 20 of Sep, 2011 [14:11]

Stroke Hemoragik Pada Wanita 58 tahun dengan Faktor Resiko Hipertensi dan Merokok

Abstrak:

Sekitar lebih dari 60% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Hipertensi
merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya stroke hemoragik. Apabila tekanan darah
meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan menyebabkan
disfungsi endotel yang membuat dinding arteri menipis dan rapuh. Bila terjadi kenaikan tekanan
darah sistemik, maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Pada kasus ini,
pasien wanita berusia 58 tahun dengan kesadaran menurun dan menurut keluarga pada pagi
hingga sore hari pasien melakukan aktifitas berlebihan, sekitar 6 jam sebelum masuk rumah
sakit pasien merasa tidak enak badan dan nyeri kepala yang dirasakan tiba-tiba dan semakin
bertambah berat, bagian tubuh sebelah kiri tidak bisa digerakkan, mual (-), muntah (-), panas
badan(-), kejang (-), tekanan darah 210/140 mmHg, didiagnosa dengan hipertensi emergensi
dengan stroke haemorargik sinistra

Keywords: hipertensi emergensi, stroke hemoragik,

History:

Pasien wanita berusia 58 tahun datang ke rumah sakit dengan kesadaran menurun dan menurut
keluarga pada pagi hingga sore hari pasien melakukan aktifitas berlebihan, sekitar 6 jam sebelum
masuk rumah sakit pasien merasa tidak enak badan dan nyeri kepala yang dirasakan tiba-tiba dan
semakin bertambah berat, bagian tubuh sebelah kiri tidak bisa digerakkan, mual (-), muntah (-),
panas badan(-), kejang (-). Enam jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami penurunan
kesadaran. Tidak ada riwayat trauma. Pasien mempunyai riwayat hipertensi dengan pengobatan
yang tidak rutin dan mempunyai kebiasaan merokok.

Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum lemah, kesadaran somnolen, GCS E3V2M6,
tekanan darah 210/140 mmHg, nadi 80 x/menit (reguler), respirasi 24 x/menit, suhu 36C, pupil
isokor berukuran masingmasing 3 mm, reflek cahaya positif, terdapat paralisis nervus VII
sinistra, orientasi/jalan pikiran/daya ingat kejadian/kemampuan bicara/cara berjalan tidak dapat
dinilai, kekuatan/sensibilitas/tonus tidak valid dinilai, clonus negatif pada tungkai kiri, refleks
fisiologis meningkat pada ekstrimitas kiri, dan refleks patologis positif pada esktrimitas kiri
(babinsky, chadock, openheim, hoffman, dan tromer). Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
peningkatan angka leukosit menjadi 28,95 ribu/ul dan angka trombosit meningkat menjadi 550
ribu/ul, dan pemeriksaan laboratorium lainnya dalam batas normal.
Diagnosis:

Pasien didiagnosis dengan stroke hemoragik dengan hemiparese sinistra.

Terapi:

Pasien mendapatkan terapi berupa IVFD NaCl 0,9%, manitolisasi, citicholin 500 mg/12 jam,
ranitidin 1 ampul/12 jam, injeksi ceftazidin/8 jam, lasix 1 ampul/12 jam, dan amlodipin 1 x 1.

Diskusi:

Pasien datang dalam keadaan lemah dan menurut keterangan dari keluarga pada awalnya pasien
merasakan pusing yang tiba-tiba dan semakin memberat sesaat setelah melakukan banyak
aktifitas fisik dari pagi sampai sore. Pasien mempunyai riwayat penyakit darah tinggi namun
keluarga belum tahu sejak kapan. Pasien tidak rutin minum obat darah tinggi, obat darah tinggi
hanya diminum bila merasa tidak enak badan. Pasien tidak rutin berobat ke dokter dan hanya
berobat ke dokter jika merasa tidak enak badan dan nyeri kepala. Pasien mempunyai kebiasaan
merokok.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan skor GCS E3V2M6, tekanan darah 210/140 mmHg,
paralisis nervus VII sinistra, gerakan dan kekuatan tidak valid dinilai, reflek fisiologis meningkat
pada tangan dan tungkai kiri, dan refleks patologis positif di tangan dan tungkai kiri.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan leukosit yaitu 28,95 ribu/ul dan
peningkatan trombosit menjadi 550 ribu/ul, dan elektrolit dalam batas normal. Pemeriksaan
penunjang pencitraan otak dengan CT-Scan belum dilakukan.

Berdasarkan anamnesa, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang pasien
didiagnosis dengan hemiparese sinistra (diagnosis klinik), hemisphere cerebri dextra (diagnosis
topik), dan stroke hemoragik (diagnosis etiologi). Penatalaksanaan stroke hemoragik dapat
dengan pemberian terapi suportif, pembedahan, dan mengatasi pendarahan. Pasien mendapatkan
terapi Citicolin 500mg/12 jam, Manitolisasi, Ranitidin 1 amp/12 jam, Ceftazidin Inj./8 jam,
Lasix 1 amp/12 jam, dan Amlodipin 1 x 1.

Pasien diberika diberikan citicolin (500mg/12 jam) karena citicolin adalah golongan
neuroprotektan yang membantu metabolisme di otak juga mengurangi iskemik di daerah
'penumbra' (daerah disekitar bagian otak yang telah mati, keadaannya dalam keadaan parah tetapi
masih dapat diselamatkan), iskemik ini terjadi di daerah sekitar hematom akibat pendarahan pada
strok hemoragik, jadi citicolin sangat diperlukan untuk menyelamatkan daerah penumbra agar
kerusakan otak tidak bertambah luas. Manitolisasi dengan manitol 20% (1 gram/kgBB) untuk
menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi pada pasien strok atau ancaman herniasi.
Ceftriaxon (1 gr/12 jam) diberikan untuk mengobati infeksi yang mungkin terjadi pada pasien
karena terdapat bukti leukositosis, meskipun leukositosis tersebut bisa merupakan respon stress
pada cedera vaskular dalam proses stroke. Lasix (1 amp/12 jam) diberikan sebagai diuretika yang
dapat menghambat reabsorpsi ion Na pada ansa henle sehingga tekanan darah turun. Amlodipine
(1x10mg) diberikan untuk menghambat ion kalsium memasuki otot polos vaskuler dan
miokardium selama depolarisasi sehingga terjadi relaksasi otot polos vaskuler yang bisa
menurunkan resistensi vaskuler sehingga tekanan darah turun.

Kemungkinan penyebab stroke hemoragik yang yang diderita pasien adalah hipertensi. Sekitar
lebih dari 60% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Hipertensi merupakan
faktor resiko yang kuat untuk terjadinya stoke hemoragik. Apabila tekanan darah meningkat
cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan menyebabkan disfungsi endotel
yang membuat dinding arteri menipis dan rapuh. Bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik,
maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Pembuluh darah dapat pecah dan
terjadi perdarahan di otak. Perdarahan pada jaringan otak membentuk suatu massa menyebabkan
jaringan otak terdesak, bergeser, atau tertekan (displacement of brain tissue) sehingga fungsi otak
terganggu dan semakin besar pendarahani yg terjadi semakin besar displacement jaringan otak
yang terjadi.

Hipertensi pada pasien ini mengakibatkan kerusakan organ target pada otak. Orang normal
mempunyai suatu sistem autoregulasi arteri serebral. Bila tekanan darah sistemik meningkat,
pembuluh serebral menjadi vasospasme (voasokonstriksi). Sebaliknya, bila tekanan darah
sistemik menurun, pembuluh serebral akan menjadi vasodilatasi. Dengan demikian, aliran darah
ke otak tetap konstan. Walaupun terjadi penurunan tekanan darah sistemik sampai 50 mmHg,
autoregulasi arteri serebral masih mampu memelihara aliran darah ke otak tetap normal. Batas
atas tekanan darah sistemik yang masih dapat ditanggulangi oleh autoregulasi ialah 200 mmHg
untuk tekanan sistolik dan 110-120 mmHg untuk tekanan diastolik.

Ketika tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral akan berkonstriksi. Derajat
konstriksi tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila tekanan darah meningkat cukup
tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan
otot pembuluh serebral. Akibatnya, diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap.
Hal ini berbahaya karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan
leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan
darah sistemik maka tekanan perfusi ke jaringan otak tidak adekuat. Hal ini akan mengakibatkan
iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi
pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi hiperemia, edema, dan kemungkinan
perdarahan pada otak. Pada pasien ini terjadi perdarahan otak yang kemungkinan disebabkan
oleh kenaikan tekanan darah sistemik.

Pada hipertensi kronis seperti yang terjadi pada pasien ini dapat terjadi mikroaneurisma dengan
diameter 1 mm. Mikroaneurisma ini dikenal dengan aneurisma dari Charcot-Bouchard dan
terutama terjadi pada arteria lentikulostriata. Pada lonjakan tekanan darah sistemik, sewaktu
orang marah atau mengejan, aneurisma bisa pecah. Aneurisma intrakranial yang pecah bisa
menyebabkan perdarahan otak yang bisa menyebabkan stroke hemoragik.
Kesimpulan:

Hipertensi dan merokok merupakan faktor risiko terjadinya stroke hemoragik. Hipertensi dapat
mengakibatkan kerusakan organ target pada otak seperti pada pecahnya pembuluh darah karena
pembuluh darah dengan tekanan yang tinggi dapat pecah dan menyebabkan perdarahan
intrakranial. Hipertensi dapat disebabkan oleh merokok dimana dalam rokok terdapat kandungan
nikotin yang dapat merangsang pengeluaran epinefrin (adrenalin) sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah segara setelah isapan pertama.

Referensi:

Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. 2005. Gambaran umum tentang gangguan


peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology edisi kedua editor Harsono. Gadjah Mada
university press, Yogyakarta. Hal 81-102.

Anonim. 2007. Gejala, Penyebab, dan Akibat Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses 14 Februari
2010, dari http://www.medicastore.com/brown_seaweed/gejala_sebab_stroke.htm

Anonim. 2009. Hemorrhagic Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses 14 Februari 2010, dari
http://medicastore.com/penyakit/3101/Hemorrhagic_Stroke.html

Gubitz G, Sandercock P. Extracts from clinical evidence. Acute ischemic stroke. BMJ 2000;
320: 692-6.

Ikawati, Z. 2009. Stroke. Artikel. Diakses 14 Februari 2010, dari


http://74.125.153.132/search?q=cache:K3AIiqWU07QJ:zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/stroke.pdf+stroke+hemoragik+pdf&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id

Mansjoer, Arief et al. 2000. Strok dalam Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI,
Jakarta. Hal 17-20.

Nassisi, D. 2009. Stroke, Hemorrhagic. Artikel, Emedicine. Diakses 14 Februari 2010, dari
http://emedicine.medscape.com/article/793821-print

Pusparani, S. 2010. Hubungan antara hipertensi dan stroke hemoragik pada pemeriksaan CT-
Scan kepala di instalasi radiologi RSUD dr. Moewardi Surakarta. Abstrak. Diakses 14 Februari
2010 dari http://digilib.uns.ac.id/abstrakpdf_9032_hubungan-antara-hipertensi-dan-stroke-
hemoragik-pada-pemeriksaan-ct-scan-kepala-di-instalasi-radiologi-rsud-dr.-moewardi-
surakarta.pdf
Rahman, F. 2008. Stroke Hemoragik. Artikel. Diakses 14 Februari, dari
http://farinqhusyank.multiply.com/journal/item/1/stroke_hemoragik

Sidharta P, Mardjono M. 2004. Mekanisme gangguan vaskular susunan saraf dalam Neurologi
klinis dasar. Dian Rakyat. Surabaya. Hal 269-293.

MANIFESTASI KLINIS STROKE


HEMORAGIK
Dibuat oleh: Hafifa,Modifikasi terakhir pada Thu 25 of Aug, 2011 [23:13]

ABSTRAK

Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau
global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa
penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan
stroke non hemoragik. Strokehemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Sekitar lebih dari 60% kasusstroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi. Hipertensi merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya stroke hemoragik.
Apabila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan
menyebabkan disfungsi endotel yang membuat dinding arteri menipis dan rapuh. Bila terjadi
kenaikan tekanan darah sistemik, maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi.

Kata Kunci : stroke, stroke hemoragik, hemiparese

KASUS

Pasien perempuan berusia 70 tahun tiba-tiba jatuh dan tidak sadar. Selain itu terjadi kelemahan
anggota gerak kanan, pusing (+), mual (-), muntah (-), susah bicara (+), susah menelan (+), BAK
(+), BAB (-).Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 1 tahun dengan pengobatan yang
tidak rutin. Riwayat strokesebelumnya (+) 4 tahun yang lalu, riwayat trauma (-), DM (-), dan
penyakit jantung (-).

Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, GCS
E4V3M6, tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 82 x/menit (reguler), respirasi 24 x/menit, suhu
36,4C, pupil isokor berukuran masingmasing 3 mm, reflek cahaya positif, terdapat defisit
neurologis nervus VII dan XII dekstra, orientasi orang / waktu / tempat baik, daya ingat dalam
batas normal, kekuatan pada ekstremitas kiri (atas dan bawah) 5/5/5, sedangkan kekuatan
ekstremitas kanan (atas dan bawah) 1/1/1. Pada pemeriksaan sensibilitas menunjukkan
hemihipestesia dekstra, tonus dalam batas normal, clonus negatif pada kedua tungkai, refleks
fisiologis positif dan refleks patologis (babinsky, chadock, openheim, hoffman, dan tromer)
negatif pada semua ekstrimitas. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Pemeriksaan CT
Scan kepala menunjukkan kesan Intracerebral hemoragik yang luas di ganglia basalis sinistra

DIAGNOSIS

Stroke hemoragik dengan hemiparese dekstra.

TERAPI

Pada pasien diatas diberikan neuroprotektan (Piracetam 3x3gram/hari), Kalnek 3x250 mg/hari,
antihipertensi (kombinasi Amlodipin 3x5mg/hari dengan HCT 3x50 mg/hari).

DISKUSI

Stoke adalah defisit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul
secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah otak yang terkena. Pada stroke
hemoragik perdarahan dapat terjadi di daerah subaraknoid (biasanya karena aneurysm pembuluh
darah) maupun di intraserebri (karena hipertensi).

Pasien diatas mempunyai riwayat hipertensi jika tekanan darah meningkat dengan signifikan
pembuluh arteri akan robek perdarahan pada jaringan otak membentuk suatu massa jaringan
otak terdesak, bergeser, atau tertekan (displacement of brain tissue) fungsi otak terganggu.
Semakin besar perdarahan yang terjadi, maka semakin besar juga desakan yang terjadi.

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan
subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan.
Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga
timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid
dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak yang
terkena.

Serangan stroke biasanya terjadi saat penderita sedang beraktivitas

Umumnya terdapat penurunan kesadaran. Pada perdarahan intraserebri penurunan


kesadaran lebih sering ditemukan dibandingkan pada perdarahan subaraknoid
Nyeri kepala. Nyeri kepala pada perdarahan subsraknoid lebih hebat dibandingkan nyeri
kepala pada perdarahan intraserebri

Kaku kuduk dan tanda-tanda meningeal yang lain seperti kernig sign, brudzinski sign
(I,II,III,IV), lasigue sign positif pada perdarahan subaraknoid

Hemiparese tubuh, hemiparese terjadi pada sisiyang berlawanan dengan letak perdarahan
(contoh : pada hemiparese tubuh bagian kanan, maka otak kiri yang terkena)

Afasia. Umumnya afasia terjadi bila otak kiri yang terkena. Pada pasien diatas terjadi
gangguan afasia broca dan wernicke dimana pasien tersebut tidak mampu bertutur kata (afasia
motorik) dan tidak dapat memahami pembicaraan orang lain (afasia sensorik)

Mual, muntah. Karena adanya kenaikan tekanan intracranial.

Gangguan penglihatan

Kesulitan menelan

Diagnosis stroke hemoragik ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Gold standardnya adalah dengan CT scan, untuk membedakan stroke hemoragik dan
stroke iskemik

Terapi yang diberikan pada stroke hemoragik adalah

Tangani penyebab perdarahan

Medika mentosa

o Neuroprotektan, untuk mempertahankan fungsi jaringan.

o Antihipertensi, berikan secara bertahap.

o Diuretic, untuk menurunkan tekanan intracranial.

o Vitamin. Vitamin K untuk membantu pembentukan factor pembekuan, dan vitamin


B1B6B12

Pembedahan, untuk perdarahan yang massif dan lokasinya dekat dengan permukaan otak.

Rehabilitasi : fisioterapi, terapi wicara, psikoterapi

KESIMPULAN
Hipertensi dan merokok merupakan faktor risiko terjadinya stroke hemoragik. Hipertensi dapat
mengakibatkan kerusakan organ target pada otak seperti pada pecahnya pembuluh darah karena
pembuluh darah dengan tekanan yang tinggi dapat pecah dan menyebabkan perdarahan
intrakranial.

REFERANSI

Anonim. 2007. Gejala, Penyebab, dan Akibat Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses 10 Juni
2011, dari http://www.medicastore.com/brown_seaweed/gejala_sebab_stroke.htm

Anonim. 2009. Hemorrhagic Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses 10 Juni 2011, dari
http://medicastore.com/penyakit/3101/Hemorrhagic_Stroke.html

Nassisi, D. 2009.Stroke, Hemorrhagic. Artikel, Emedicine. Diakses 10 Juni 2011, dari


http://emedicine.medscape.com/article/793821-print

Rahman, F. 2008.Stroke Hemoragik. Artikel. Diakses 10 Juni 2011, dari


http://farinqhusyank.multiply.com/journal/item/1/stroke_hemoragik

Penatalaksaan Stroke Hemoragik Pasien Pria


72 tahun Dengan Faktor Risiko Hipertensi
dan Merokok
Dibuat oleh: Teguh Julfikar A.H.,Modifikasi terakhir pada Tue 23 of Aug, 2011 [14:49]

Abstrak

Menurut WHO, stroke adalah kelainan klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal, atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.

Di Amerika serikat setiap tahunnya terdapat sekitar 200.000 kasus kematian yang disebabkan
oleh stroke. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara ini. Stroke yang
juga disebut sebagai serangan otak (brain attack) merupakan penyebab kematian ke-3 setelah
penyakit jantung dan kanker, serta penyebab kecacatan utama di Indonesia pada kelompok usia
diatas 45 tahun

Pasien adalah seorang laki-laki berumur 72 tahun, datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan
separuh badan sebelah kiri, kelemahan terjadi pada siang hari disaat pasien sedang berada di
sawah. Pasien merasakan nyeri kepala hebat tanpa disertai mual, muntah, dan kehilangan
kesadaran. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 7 hari yang lalu, tapi tiba-tiba memburuk pada
siang hari.

Keywords : Stroke, Hemoragik, Prinsip Terapi

Kasus

Pasien adalah seorang laki-laki berumur 72 tahun, datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan
separuh badan sebelah kiri, kelemahan terjadi pada siang hari disaat pasien sedang berada di
sawah. Pasien merasakan nyeri kepala hebat tanpa disertai mual, muntah, dan kehilangan
kesadaran. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 7 hari yang lalu, tapi tiba-tiba memburuk pada
siang hari. Riwayat hipertensi (+)

Pemeriksaan Fisik:

Keadaan Umum : Lemah, Compos Mentis

Vital sign:

TD : 210/100mmHg

HR : 76x/menit

RR : 20x/menit

Suhu: 36 C

Status generalis :

Kepala : dbn
Leher : Kaku kuduk (+)
Thorax dan Abdomen : dbn
Faktor resiko : Merokok (+)

Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6

Pemeriksaan nervus cranialis I - XII : normal, terkecuali pupil anisokor

Gerakan dan Sensibilitas : Normal

Kekuatan : 5/1 5/1

Reflek fisiologis : dalam batas normal

Reflek patologis : Babinski (-), Chaddock (-), Hoffman(-), gordon (-), openhem (-)
Algoritma Gajah Mada

Nyeri Kepala (+)


Penurunan Kesadaran (+)
Reflek Babinski (-)

Interpretasi : Stroke hemoragik

Skor Djoenaedi : 43 (Stroke hemoragik)

Diagnosa Kerja

Stroke Hemoragik

Penatalaksaan

Infus RL (20tpm) + Cernevit


Piracetam : 2 x 3 gr
Asam Tranexamat : 6 x 500 mg
Manitol : 6 x 50 cc

Diskusi

Menurut WHO, stroke adalah kelainan klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal, atau global dengan gejala yang berlangsung 24 jam atau lebih atau menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.

Di Amerika Serikat setiap tahunnya terdapat sekitar 200.000 kasus kematian yang disebabkan
stroke. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara ini, (juga) disebut
sebagai serangan otak (brain attack). merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit
jantung dan kanker serta penyebab kecacatan utama di Indonesia pada kelompok usia diatas 45
tahun.

Terapi pada stoke meliputi

A. Terapi Umum

Dengan 5B

Breath : Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan bahwa fungsi paru-paru cukup baik.
Pengobatan dengan oksigen hanya perlu bila kadar oksigen darah berkurang.
Blood : Tekanan Darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak.

Brain : Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi.

Bladder : Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retentio
urinae. Pemasangan kateter jika terjadi inkontinensia.

Bowel : Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan
membuat pasien gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila pelu diberikan nasogastric tube.

B. Terapi khusus

bertujuan khusus

Melindungi jaringan otak dan melancarkan peredaran darah mikrosirkuler Otak : Piracetam

Anti udema otak : Manitol, Furosemid, Dexamethasone

Mengurangi local fibrinolysis dan membantu menghentikan perdarahan : asam transenamat.

C. Pengendalian faktor resiko yang mendasari kejadian stroke

D. Rehabilitasi Medik

Evaluasi stroke dari segi rehabilitasi medik meliputi 4 hal:

1. Neuromuskuloskleletal, meliputi pemeriksaan neurologi

2. Evaluasi keadaan umum

3. Evaluasi penampilan fungsi

4. Evaluasi psikososial vokasional

Rehabilitasi medik adalah pemulihan seseorang yang cacat akibat cedera atau penyakit
kepada kemampuan fisik, mental, emosi, social, vokasional dan ekonomi yang sebesar-besarnya
dan bila mampu berkarya diberi kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai.
Rehabilitasi Medik merupakan terapi secara multidisipliner yang melihat seorang pasien
seutuhnya.
Pasien post stroke memerlukan rehabilitasi medik karena terdapatnya gangguan fungsional
yang cukup berat, baik fisik maupun psikologik. Secara fisik sebagian besar pasien post stroke
mengalami kelumpuhan pada anggota gerak dan tidak bisa bicara, sedangkan secara psikologik
pasien merasa tidak berguna karena tidak bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya
dapat dikerjakan.

Rehabilitasi medik harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi-
komplikasi. Pada pasien stroke hemoragik dapat dilakukan mobilisasi hari ke 13 hari setelah
serangan.

Kesimpulan

Pasien ini dapat didiagnosis dari anamnesa dan pemeriksaan skor Gajah Mada dan Djonaedi,
namun diperlukan pemeriksaan lebih lanjut lagi berupa pemeriksaan CT-Scan sebagai gold
standard.

Tatalaksana dari stroke paling penting 5 B, baru kemudian terapi umum dan khusus. Namun juga
sangat diperlukan program rehabilitasi medik untuk penanganan paripurna.

Daftar Pustaka

Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan
Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala
Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16.

Mansjoer, 2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta,
hal : 17-26.

Sidharta, 2004, Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktik Umum, Ed 5. Dian Rakyat.
Jakarta. hal: 260 - 275

Penatalaksanaan Pasien Stroke Hemoragic


dengan afasia
Dibuat oleh: Irsyad Jelang A,Modifikasi terakhir pada Wed 17 of Aug, 2011 [13:28]

Penatalaksanaan Pasien Stroke Hemoragic dengan afasia

Abstrak
Afasia dapat didefinisikan sebagai gangguan berbahasa yang didapat dengan penyebab cedera
di otak, ditandai dengan penyebab cedera di otak, ditandai dengan gangguan pemahaman dan
gangguan pengutaraan bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Seseorang yang menderita afasia
akan mempunyai kesulitan berbicara, membaca, menulis, menamai suatu obyek, atau tidak
mengerti apa yang dikatakan orang lain. Pada beberapa orang afasia terjadi oleh karena terjadi
kerusakan pada belahan hemisfer.

Keywords: Stroke hemoragik, afasia, penatalaksanaan

History

Pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD Salatiga pada tanggal 10 februari 2011 dengan
penurunan kesadaran yang timbul mendadak.Keluarga mengatakan bahwa pasien memiliki
riwayat hipertensi kurang lebih sudah 10 tahun. Diruah pasien tiba-tiba terjatuh saat pasien
dikaar andi, sebelu jatuh pasien mengeluh nyeri kepala, tidak muntah, dan pasien juga sepat
pinsan. Pasien tidak pernah mengontrolkan hipertensinya pada dokter, setiap pusing pasien
hanya mengkonsumsi obat yang dibeli sendiri di warung.Pasien juga tidak bisa berbicara secara
tiba-tiba. Riwayat Hipertensi keluarga pasien tidak tahu, Riwayat stroke berulang disangkal,
Riwayat merokok disangkal

Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, GCS sulit
dinilai, tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 80 x/menit (reguler), respirasi 20 x/menit, suhu
36C, pupil isokor berukuran masingmasing 3 mm, reflek cahaya positif, orientasi/jalan
pikiran/daya ingat kejadian/kemampuan bicara/cara berjalan tidak dapat dinilai,
kekuatan/sensibilitas/tonus tidak valid dinilai, clonus negatif pada tungkai kiri, refleks fisiologis
normal , dan refleks patologis positif. Hasil pemeriksaan penunjang pencitraan otak dengan CT
scan Intracerebral Hemorrahagi di daerah lobus frontoparietalis sinistra yang meluas ke dalam
intraventrikuler.

Diagnosis
Pasien Afasia dengan stroke hemorogic

Terapi
Pada pasien ini di berikan pengobatan Rl 20 tetes/menit, O2 2 liter/ menit, Inj Furosemide 1
ampul tiap 12 jam, KSR 1x1 , Injeksi Pyracetam 3 gr / 6 jam, Inj. Citilcholine 500 mg tiap 12
jam,Diltiazem 30 mg 3x1.

Diskusi

Berdasarkan anamnesa, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang pasien
didiagnosis dengan afasia (diagnosis klinik), hemisphere cerebri dextra (diagnosis topik), dan
stroke hemoragik (diagnosis etiologi). Penatalaksanaan stroke hemoragik dapat dengan
pemberian terapi suportif, pembedahan, dan mengatasi pendarahan. Pasien mendapatkan terapi
Inj Furosemide 1 A/12 jam, KSR 1x1 , Injeksi Pyracetam 3 gr / 6 jam, Inj. Citilcholine 500 mg/
12 jam,Diltiazem 30 mg 3x1.
Gejala gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah ke daerah tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian
otak yang terganggu.Gejala-gejala itu antara lain bersifat:

a. Sementara

Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan
atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul
lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.

b.Sementara, namun lebih dari 24 jam

Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini disebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)

c. Gejala makin lama makin berat (progresif)

Hal ini disebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing
stroke atau stroke inevolution

d. Sudah menetap/permanen

(Harsono,1996, hal 67)

Gangguan yang muncul :

Defisit Neurologis:

1. Homonimus hemianopsia ( kehilangan setengah lapang penglihatan).

Tidak menyadari orang / objek ditempat kehilangan penglihatan, mengabaikan salah satu
sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.

2. Kehilangan penglihatan perifer.

Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas objek

3. Diplopia : penglihatan ganda.

Defisit Motorik

1. Hemiparese

kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.

2. Hemiplegia
Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.

3. Ataksia

Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang
luas.

4. Disartria

Kesulitas dalam membentuk kata

5. Disfagia

Kesulitan dalam menelan

Defisit Sensori

1. Afasia ekspresif

Ketidakmampuan menggunakan simbol berbicara

2. Afasia reseptif

Tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan

3. Afasia global

Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif

Defisit Kognitif

Kehilangan memori jangka pendek dan jangka menengah


Penurunan lapang perhatian
Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
Alasan abstrak buruk
Perubahan penilaian

Defisit Emosional

Kehilangan control diri


Labilitas emosional
Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress
Menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah
Perasaan isolasi
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL, perdarahan
intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk.Tekanan darah
harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180
mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila
terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg
(pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg;
enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda
tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu
bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35
mmHg). Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi
dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran
napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas.

Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah


mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian
memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidrosefalus akut akibat
perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL
dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi.

Pasien diberi citilcholine (500mg/12 jam) karena citilcholine adalah golongan neuroprotektan
yang membantu metabolisme di otak juga mengurangi iskemik di daerah 'penumbra' (daerah
disekitar bagian otak yang telah mati, keadaannya dalam keadaan parah tetapi masih dapat
diselamatkan), iskemik ini terjadi di daerah sekitar hematom akibat pendarahan pada strok
hemoragik, jadi citicolin sangat diperlukan untuk menyelamatkan daerah penumbra agar
kerusakan otak tidak bertambah luas. Furosemide (1 amp/12 jam) diberikan sebagai diuretika
yang dapat menghambat reabsorpsi ion Na pada ansa henle sehingga tekanan darah turun.

Kesimpulan

Tujuan penatalaksanaan komprehensif pada kasus stroke akut adalah: (1) meminimalkan jumlah
sel yang rusak melalui perbaikan jaringan penumbra dan mencegah perdarahan lebih lanjut pada
perdarahan intraserebral, (2) mencegah secara dini komplikasi neurologik maupun medik, dan
(3) mempercepat perbaikan fungsi neurologis secara keseluruhan. Jika secara keseluruhan dapat
berhasil baik, prognosis pasien diharapkan akan lebih baik

Referensi:

Anonim. 2007. Gejala, Penyebab, dan Akibat Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses dari
http://www.medicastore.com/brown_seaweed/gejala_sebab_stroke.htm

Anonim. 2009. Hemorrhagic Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses dari


http://medicastore.com/penyakit/3101/Hemorrhagic_Stroke.html

Baret, J. 201. Aphasia in Gale encyplodeia of Medicine


Mansjoer, Arief et al. 2000. Strok dalam Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI,
Jakarta. Hal 17-20.

Penulis : Irsyad Jelang amirin , RSUD Salatiga

HEMIPARESIS SINITRA AKUT ET


CAUSA STROKE HEMORAGIK
Dibuat oleh: Bangkit Ina Ferawati,Modifikasi terakhir pada Sun 14 of Aug, 2011 [20:33]

ABSTRAC

Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (defisit
neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam atau
menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
karena berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara
spontan (stroke perdarahan).

Kriteria diagnosis melalui anamnesis (defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba, saat
aktifitas/istirahat, kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/tidak, muntah/tidak, riwayat hipertensi,
onset, serangan pertama/ulang), pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan penunjang
(laboratorium, radiologi, EKG).

HISTORY

Seorang wanita, 90 tahun, dibawa ke UGD oleh keluarga 10 jam SMRS, pasien tiba-tiba sulit
berbicara dan tangan serta kaki sebelah kiri lemes, tidak sadar, nyeri kepala (-), kejang (-), mual
muntah (-), demam (-). Riwayat pengobatan (-).

Riwayat Penyakit Dahulu: riwayat stroke sebelumnya (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-
), riwayat penyakit jantung (-), riwayat merokok (-)

Riwayat Penyakit Keluarga: riwayat stroke (+), riwayat hipertensi (+)

Vital sign: TD: 130/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 20 x/mnt, S: 36,50C, GCS: E2VxM4.

Pemeriksaan fisik: pasien tampak somnolen, reflek cahaya +/+, pupil isokor, kelemahan
anggota gerak kiri, kekuatan otot 2, hipotonus, atrofi (-), reflek fisiologis (+), reflek patologis (-).

DISKUSI
Pada pasien didapatkan gejala tiba-tiba anggota gerak kiri lemas, sulit bicara dengan penurunan
kesadaran, pada pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan anggota gerak kiri dengan kekuatan
otot 2, hipotonus, reflek patologis (-). Menurut ASGM (Algoritma Stroke Gadjah Mada), pasien
mengalami stroke hemoragik. Seharusnya secara gold standart dilakukan pemeriksaan CT-Scan
kepala tetapi pasien meninggal sebelum dilakukan pemeriksaan tersebut.

Manajemen umum yang diberikan pada stroke hemoragik adalah perbaiki jalan nafas, oksegenasi
dan fungsi paru, kontrol hipertensi, kontrol keseimbangan air dan elektrolit karena akan
menaikkan udem serebri, pemberian neuroprotektor seperti piracetam dan citicholin, pemberian
nimodipin untuk mengatasi vasospasme otak akibat perdarahan.

KESIMPULAN

Stroke adalah sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal
atau global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam
akibat gangguan vaskuler dengan manifestasi hemidefisit motorik, dapat disertai dengan atau
tanpa hemidefisit sensorik, kelumpuhan saraf otak, afasia dan penurunan kesadaran. Terapi
secara umum ditujukan terhadap fungsi vital (paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan elektrolit
dan cairan, gizi, hygiene) dan secara khusus untuk pencegahan dan pengobatan komplikasi serra
rehabilitasi.

REFERENSI

1. Misbach, J, dkk. 2006. Buku Pedoman SPM & SOP Neurologi. Jakarta: PERDOSSI.

2. Komite Medis RS.DR.Sardjito. 2005. Standar Pelayanan Medis RS.DR.Sardjito.


Yogyakarta: Medika FK UGM.

Penatalaksanaan Stroke Hemoragik


Dibuat oleh: Irissandya,Modifikasi terakhir pada Wed 10 of Aug, 2011 [16:10]

Abstrak

Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Stroke merupakan salah satu
sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua
penyebab kematian sesudah penyakit jantung pada sebahagian besar negara di dunia, sedangkan
di negara Barat yang telah maju, stroke menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian
sesudah penyakit jantung dan kanker. Stroke adalah penyebab kedua kecacatan berat di seluruh
dunia pada usia di atas 60 tahun dan biaya perawatan stroke sangatlah besar, pada tahun 2004
diperkirakan 53,6 miliar dolar Amerika.

Kasus

Pasien wanita 57 tahun dengan kelemahan anggota gerak bagian kiri secara tiba tiba didahului
dengan sakit kepala, muntah dan badan lemas serta terdapat riwayat hipertensi.Pemeriksaan fisik
TD 180/120mmHg, ketika pasien diminta untuk meringis bibir tertarik ke kanan, ketika
menjulurkan lidah : sikap lidah miring ke kanan, refleks fisiologis seluruh ekstremitas (+),
babinski kiri (+), Chaddock kiri (+),

Diagnosis

Stroke hemoragik

Terapi

Awasi KU dan VS, O2 2-3 liter/menit, IVFD Asering : D5 S = 1 : 1 = 16 tpm, Inj. Citicolin 2 x
500 mg, Inj. Ranitidin 2 x 1 amp, Farbion Drip 1 amp/hari, Nifedipin 2x10mg

Pembahasan

Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL, perdarahan
intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk.Tekanan darah
harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180
mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila
terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg
(pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg;
enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda
tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu
bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35
mmHg). Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi
dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran
napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas.

Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah


mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian
memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidrosefalus akut akibat
perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL
dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi.

Kesimpulan

Tujuan penatalaksanaan komprehensif pada kasus stroke akut adalah: (1) meminimalkan jumlah
sel yang rusak melalui perbaikan jaringan penumbra dan mencegah perdarahan lebih lanjut pada
perdarahan intraserebral, (2) mencegah secara dini komplikasi neurologik maupun medik, dan
(3) mempercepat perbaikan fungsi neurologis secara keseluruhan. Jika secara keseluruhan dapat
berhasil baik, prognosis pasien diharapkan akan lebih baik.

STROKE HEMORAGIK PADA WANITA 67


TAHUN DENGAN RIWAYAT HIPERTENSI
DAN DIABETES MELITUS
Dibuat oleh: Tiara Avinta Andani,Modifikasi terakhir pada Wed 03 of Aug, 2011 [21:07]

STROKE HEMORAGIK PADA WANITA 67 TAHUN DENGAN RIWAYAT HIPERTENSI


DAN DIABETES MELITUS

Abstrak

Pasien stroke adalah orang sakit yang menderita sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan
fungsi otak secara fokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang
menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskuler. Stroke dapat
diklasifikasikan berdasar jenis lesi patologisnya, yaitu stroke infark/iskemik dan stroke
hemoragik. Seorang wanita, usia 67 tahun, datang dengan keluhan penurunan kesadaran.
Sebelumnya pasien muntah dan jatuh saat duduk di kursi. Kelemahan anggota gerak kanan (+).
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus.

Kata kunci : Stroke hemoragik, hipertensi, diabetes melitus

History

Seorang wanita, usia 67 tahun, datang dengan keluhan penurunan kesadaran. Sebelumnya pasien
muntah dan jatuh saat duduk di kursi. Kelemahan anggota gerak kanan (+). Disangkal keluhan
nyeri kepala sebelum kejadian, kejang, demam, maupun trauma. Riwayat hipertensi dan diabetes
melitus dibenarkan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum lemah, Kesadaran sopor,
GCS E1 Mx V4, Tekanan Darah 240/120 mmhg, Nn. Craniales tidak dapat dinilai, Ekstremitas :
lateralisasi dekstra, Refleks fisiologis ekstrimitas kiri meningkat. Reflek patologis ekstrimitas
bawah (+). Pemeriksaan laboratorium GDS 206 mg/dl, Pemeriksaan ct-scan, kesan: Intracerebral
haemorrhage temporoparietal sinistra yang meluas ke systema ventrikel dengan SOL &
hydrocephalus ringan. EKG: IHD.

Diagnosis

Stroke hemoragik

Terapi

Terapi yang diberikan pada pasien ini Infus Ringer Assering 16 tpm, Inj. Cefotaxim 2x1 gr, Inj.
Piracetam 2x1 gr, Inj. Thiamin 1x1 amp, Inj. Ranitidin 2x1 amp, Inj. Kalnex 3x500 mg, Interpril
2x10 mg, Nifedipin 2x10 mg

Diskusi

Pasien stroke adalah orang sakit yang menderita sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan
fungsi otak secara fokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang
menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskuler (Definisi stroke oleh
WHO 1983). Stroke sendiri merupakan bentuk Cerebro Vascular Accident, keadaan dimana
terjadi kerusakan fungsi vascular cerebral bisa karena konsentrasi O2 darah kurang atau Cerebral
Blood Flow yang turun. Stroke ditandai oleh deficit neurologist akut, dimana keadaan ini
merupakan manifestasi dari penurunan suplai darah ke salah satu bagian di otak. Stroke sendiri
masih merupakan penyebab ketiga kematian.Tingkat severitas serangan stroke tergantung dari
lokasi (global atau fokal) dan tipe (Transient Ischaemic Attack atau komplit). Berdasarkan
patologisnya, stroke dibagi menjadi stroke infark dan stroke hemoragik. Stroke infark
Insidensinya sebanyak 80% kasus dengan mortalitas 40%. Sebanyak 50% infark
disebabkan oleh thromboticatherosclerosis yang terjadi pada vasa besar 30% (arteri karotis,
arteri serebri media) dan vasa kecil 20% (lacunar stroke). 30% stroke disebabkan oleh emboli
akibat heart disease dan atau atherosclerosis) yang terjadi pada orang muda, cepat, dan lebih
extensive. Stroke hemoragik Insidensinya 20% tetapi mortalitasnya sebesar 80%. Biasanya
terjadi perdarahan intracerebral atau subarachnoid,pencetusnya karena rupturnya aneurysma atau
hypertensi/congenital. Tanda dan gejala stroke antara lain adanya hemidefisit motorik, Paresis N.
VII (n facialis) dan N. XII (n. hypoglossus) Sentral Hemidefisit Sensorik, penurunan kesadaran
dan gangguan fungsi luhur.

Terapi pada pasien stroke antara lain memperbaiki perfusi dengan agen trombolitik sehingga
aliran darah ke area iskemik kembali normal, pemberian neuroprotektan untuk melindungi
jaringan otak terhadap kerusakan iskemik ( NMDA antagonists : Selfotel, Dextrometorphan,
Calcium (Ca++) antagonist,NOS inhibitors : Lubeluzole,derivat benzotiazol, 6jam,Anti-oxidants
: Tirilazad mesylate, Ebselen, Adhesion molecule antibodies / inhibitor platelet : Aspirin). Pada
pasien ini kemungkinan penyebab stroke adalah hipertensi dan penyakit diabetes melitus yang
diderita. Oleh karena itu, diperlukan juga terapi sekunder pada stroke yaitu pengendalian faktor
risiko (DM, Hipertensi, Hiperkolesterolemia, dll),mencegah stroke berulang
dengan antiagregasi, trombolitik agent & deformabilitas eritrosit.
Kesimpulan

Pada pasien ini terjadi stroke hemoragik, yang mungkin disebabkan akibat penyakit hipertensi
dan diabetes melitus. Selain diberikan terapi berupa trombolitik dan neuroprotektan, diperlukan
juga pengendalian faktor resiko, yaitu hipertensi dan diebetes melitus.

Referensi

Mansjoer, 2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta,
hal : 17-26.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta:
PERDOSSI.

Sidharta, 2004, Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5, Dian Rakyat,
Jakarta, hal : 260-275.

PENEGAKAN DIAGNOSIS STROKE


HEMORAGIK PADA PASIEN LAKI-LAKI
BERUMUR 75 TAHUN DENGAN
RIWAYAT HIPERTENSI
Dibuat oleh: Indhah Puspita W,Modifikasi terakhir pada Thu 28 of Jul, 2011 [17:02]

Abstrak

Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat fokal (atau global), dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Stroke perdarahan intraserebral atau
perdarahan intraserebral primer adalah suatu sindroma yang ditandai adanya perdarahan
spontan ke dalam substansi otak. Sekitar 10% kasus stroke disebabkan oleh PIS (perdarahan
intra serebral). Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan kesadaran yang
berkembang cepat sampai keadaan koma. Computed Tomography (CT- scan) merupakan
pemeriksaan paling sensitif untuk PIS dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan.

Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan lemas pada tangan kiri dan kaki kiri. Pada
pemeriksaan ditemukan tekanan darah yang meningkat disertai kelemahan ada ekstemitas
superior dan inferior sinistra. Riwayat hipertensi disangkal oleh pasien.

Keywords: stroke hemoragik, CT scan, diagnosis


History

Pasien adalah seorang laki-laki berumur 70 tahun, datang dengan keluhan lemas pada tangan kiri
dan kaki kiri, kepala nggliyeng, Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran, kesemutan, pelo,
perot, muntah, nyeri kepala, kejang dan panas. Riwayat hipertensi sejak 10 yahun yang lalu,
riwayat penyakit jantung, DM, dan trauma disangkal.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan KU cukup, kesadaran compos mentis, vital sign : tekanan
darah 170/100 mmHg, nadi 83 x/menit, teratur, kuat angkat, pernafasan 20 x/menit, tipe
abdominothorakal, suhu 37,20C, axiller. Ditemukan penurunan kekuatan pada ekstremitas
superior dan inferior sinistra (5/3). Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah
ditemukan peningkatan kadar kolesterol total (202 mg/dl) sedangkan hasil lab lain dalam batas
normal. Pada pemeriksaan radiologi dilakan foto thorax dan Head CT-scan, pada pemeriksaan
foto thorax hasilnya dalam batas normal, namun pada pemeriksaan CT-Scan didapatkan hasil :
Tampak adanya intracerebral hemorage pada daerah lobus temporoparietal dekstra dengan
perifokal edema (volume = 29,296.96 mm3), tampak adanya penekanan pada ventrikel lateral
dekstra dan tampak adanya atropia cerebri.

Diagnosis

Stroke Hemoraghic

Terapi

Pada pasien ini diberikan oksigen liter/menit, pasang DC, fisioterapi dan diet rendah garam.
Untuk farmakoterapi diberikan Inf. Asering 10 tpm, injeksi piracetam 3 gram setiap 8jam,
neuroprotektan injeksi citicolin 250mg setiap 8jam, asam tranexamat 500 mg setiap 8 jam untuk
mengurangi perdarahan.

Diskusi

Menurut WHO (1986), stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat fokal
(atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Stroke
perdarahan intraserebral atau perdarahan intraserebral primer adalah suatu sindroma yang
ditandai adanya perdarahan spontan ke dalam substansi otak
Kebanyakan kasus PIS terjadi pada pasien dengan hipertensi kronik. Keadaan ini menyebabkan
perubahan arteriosklerotik pembuluh darah kecil, terutama pada cabang-cabang arteri serebri
media, yang mensuplai ke dalam basal ganglia dan kapsula interna. Pembuluh-pembuluh darah
ini menjadi lemah, sehingga terjadi robekan dan reduplikasi pada lamina interna, hialinisasi
lapisan media dan akhirnya terbentuk aneurisma kecil yang dikenal dengan aneurisma Charcot-
Bouchard. Hal yang sama dapat terjadi pembuluh darah yang mensuplai pons dan serebelum.
Rupturnya satu dari pembuluh darah yang lemah menyebabkan perdarahan ke dalam substansi
otak.

Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan kesadaran yang berkembang cepat
sampai keadaan koma. Pada pemeriksaaan biasanya di dapati hipertensi kronik. Gejala dan tanda
tergantung lokasi perdarahan. Pasien yang selamat secara bertahap mengalami pemulihan
kesadaran dalam beberapa hari. Pasien dengan perdarahan pada lobus temporal atau lobus frontal
dapat mengalami seizure tiba-tiba yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral.

Computed Tomography (CT- scan) merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS dalam
beberapa jam pertama setelah perdarahan. CT-scan dapat diulang dalam 24 jam untuk menilai
stabilitas. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat menunjukkan perdarahan intraserebral
dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. Apabila tidak dapat dilakukan CT-Scan makan
diagnosis dapat ditegakkan dengan menggunakan algoritma Gajah Mada.

Kesimpulan

Perdarahan intra serebral (PIS) merupakan 10% penyebab terjadinya stroke. Kebanyakan kasus
PIS terjadi pada pasien dengan hipertensi kronik. Computed Tomography (CT- scan) merupakan
pemeriksaan paling sensitif untuk PIS dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. Apabila
tidak dapat dilakukan CT-Scan makan diagnosis dapat ditegakkan dengan menggunakan
algoritma Gajah Mada.

Referensi

1. Harsono. (2009). Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Jogjakarta: Gajah Mada Univerity
Press.

2. Mardjono,M. Sidharta, P. (2009). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

3. Price, S.A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia. (2004). Guideline Stroke 2004 Edisi
ketiga. Jakarta: Kelompok Studi Cerebrovaskular PERDOSSI.
5. Priguna, Sidharta. (2009). Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat.

PENEGAKAN DIAGNOSIS STROKE


HEMORAGIK PADA PASIEN LAKI-LAKI
USIA 70 TAHUN DENGAN HIPERTENSI
Dibuat oleh: Debby Agnurulintang Suhita,Modifikasi terakhir pada Thu 28 of Jul, 2011 [12:02]

Abstrak

Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (defisit
neurologik fokal atau global) yang berkembang cepat, terjadi secara mendadak, dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, yang semata-
mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah
(stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke perdarahan).

Keywords: Stroke, hemoragik.

History

Seorang pria 70 tahun, dibawa ke IGD RSUD Setjonegoro Wonosobo karena mengalami
kelemahan anggota gerak kiri dan nyeri kepala. Tiga hari Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS),
pasien terakhir Buang Air Besar (BAB) dan setelah itu belum BAB lagi sampai masuk Rumah
Sakit (RS). Dua hari SMRS pasien mengeluh kepala geliyeng dan batuk berdahak tapi dahak
sulit keluar, batuk darah (-). Satu hari SMRS pasien tiba-tiba mengalami kelemahan pada tangan
kiri dan kaki kiri, serta mengompol. Oleh keluarga pasien langsung dibawa ke puskesmas dekat
rumah di Pekalongan. Pasien mondok selama 1 malam kemudian dirujuk ke RSUD Wonosobo
esok harinya. Malam hari saat mondok di Puskesmas (19 jam SMRS) pasien merasa mual dan
muntah 1x. Hari Masuk Rumah Sakit (HMRS) pasien mengalami lemas pada tangan kiri dan
kaki kiri, kepala geliyeng, dan batuk, nyeri kepala (-), demam (-), mulut perot (-), bicara pelo (-),
penurunan kesadaran (-). Riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Tidak terdapat riwayat
DM, jantung dan trauma. Pada keluarga tidak terdapat riwayat hipertensi, DM, dan jantung.

Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan KU cukup, kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6.
Tanda vital tekanan darah 170/100 mmHg, suhu 37,2oC, nadi 83 x/menit, pernafasan 20 x/menit.
Reflek cahaya kedua mata positif, pupil diameter 3 mm isokor. Leher tidak didapatkan kaku
kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Pada wajah
tidak didapatkan lateralisasi. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri didapatkan
kelemahan otot, tidak didapatkan reflek patologi (babinski dan gordon) positif pada sisi kiri.
Pemeriksaan penujang dilakukan pemeriksaan darah rutin dan kimia darah didapatkan hasil
dalam batas normal, Rontgen thorax dalam batas normal, dan CT-Scan kepala tampak adanya
intracerebral hemorage pada daerah lobus temporoparietal dekstra dengan perifokal edema
(volume = 29,296.96 mm3), tampak adanya penekanan pada ventrikel lateral dekstra, serta
tampak adanya atropia cerebri.

Diagnosis

Stroke Hemoraghic

Terapi

Pada pasien ini dilakukan stabilisasi dengan pemasangan nasal oksigen 2-3 L/menit, infus cairan
intravena RL 10 tpm, dan cateter urin. Untuk farmakoterapi diberikan Infus Manitol 100cc 2 kali
sehari, Injeksi Piracetam 3 gram 3 kali sehari per intravena, Citicolin 250 mg 3 kali sehari per
intravena. Dan direncanakan untuk fisioterapi.

Diskusi

Stroke ditandai dengan adanya kehilangan sirkulasi darah yang cepat pada otak, yang
berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis. Sebagaimana sebelumnya disebut
cerebrovascular accident (CVA) atau stroke syndrome, stroke merupakan istilah nonspesifik
yang mencakup sekelompok heterogen berdasarkan penyebab patofisiologinya. Stroke adalah
tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global),
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian,
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.

Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Berdasarkan gejala klinis
yang tampak, stroke non hemoragik dibagi menjadi Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan
deficit neurologi yang bersifat akut terjadi < 24 jam dan dapat pulih seperti semula dalam waktu
< 24 jam, Stroke In Evolution (SIE) deficit neurologinya terus bertambah, Reversible Ischemic
Neurology Deficit (RIND) terjadi perbaikan dalam waktu beberapa hari tetapi tidak lebih dari
satu minggu, complete stroke ischemic deficit neurologi sudah menetap. Menurut WHO,
dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem
10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas Perdarahan intraserebral yang biasanya timbul
karena pecahnya mikroaneurisme (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling
sering terjadi didaerah subkortikal, serebelum, pons dan batang otak. Perdarahan didaerah
korteks lebih sering disebabkan oleh sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah, malformasi
pembuluh darah otak yang pecah atau penyakit pada dinding pembuluh darah otak primer
misalnya Congophilic angiopathy, tetapi dapat juga akibat hipertensi maligna dengan frekuensi
lebih kecil daripada perdarahan subkortikal. Yang kedua adalah perdarahan subarachnoid yang
terjadi biasanya akibat pecahnya aneurisma congenital yang sering terjadi di a.komunikans
anterior, a.serebri media, a.serebri anterior dan a.komunikans posterior.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang


memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan
pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI serta arteriografi
bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke
perdarahan dan stroke infark.

Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada
(ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan,
diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika
terdapat 2 atau 3 dari ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke
perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka
dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau
dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik.
Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat
ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat
reflek babinski yang positif ataupun negatif, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik.
Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.

Pada pasien ini terdapat kelumpuhan anggota gerak sinistra, nyeri kepala, dan pada pemeriksaan
CT-Scan tampak intracerebral hemorage pada daerah lobus temporoparietal dekstra dengan
perifokal edema (volume = 29,296.96 mm3), sehingga dapat ditarik kesimpulan pasien ini
mengalami stroke hemorhagic.

Kesimpulan

Stroke merupakan istilah nonspesifik yang mencakup sekelompok heterogen berdasarkan


penyebab patofisiologinya, yaitu disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena
berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan
(stroke perdarahan). Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa
dengan stroke hemoragik.

Referensi

1. Dorland. (2006). Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Ganiswara,S.dkk .(2006). Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi
Universitas Indonesia.

3. Harsono. (2009). Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Jogjakarta: Gajah Mada Univerity
Press.

4. Mardjono,M. Sidharta, P. (2009). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

5. Price, S.A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

6. Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia. (2004). Guideline Stroke 2004 Edisi
ketiga. Jakarta: Kelompok Studi Cerebrovaskular PERDOSSI.

7. Priguna, Sidharta. (2009). Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat.

PENEGAKAN DIAGNOSIS STROKE


HEMORAGIK PADA SORANG LAKI-
LAKI BERUSIA 70 TAHUN
Dibuat oleh: Rati Riestyaningrum,Modifikasi terakhir pada Wed 27 of Jul, 2011 [14:08]

Abstrak

Stroke ditandai dengan adanya kehilangan sirkulasi darah yang cepat pada otak, yang
berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis. Stroke merupakan istilah nonspesifik yang
mencakup sekelompok heterogen berdasarkan penyebab patofisiologinya. Stroke adalah tanda-
tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vascular. Stroke perdarahan intraserebral atau
perdarahan intraserebral primer adalah suatu sindroma yang ditandai adanya perdarahan
spontan ke dalam substansi otak.

Pasien pada kasus ini mengeluh mengalami lemas pada tangan dan kaki kiri yang mendadak,
nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya penurunan kekuatan otot pada
ekstrimitas superior kiri dan ekstrimitas inferior kiri. Pada pemeriksaan CT scan kepala
didapatkan adanya intracerebral hemorage pada daerah lobus temporoparietal dekstra dengan
perifokal edema, adanya penekanan pada ventrikel lateral dekstra, adanya atropia cerebri

Kata kunci: stroke hemoragik, intracerebral hemoragik


History

Pasien laki-laki berusia 70 tahun datang ke IGD mengeluh mengalami lemas pada tangan dan
kaki kiri yang mendadak sejak 1 hari SMRS. Bersamaan dengan itu pasien juga mengeluh kepala
nggliyeng, namun tidak terlalu menganggu. Pasien megeluh mual dan muntah 1 kali sejak
malam. Pasien juga mengeluh batuk-batuk berdahak sejak 2 hari. Riwayat hipertensi tidak tahu,
Riwayat serangan stroke, penyakit DM, kolesterol tinggi, penyakit jantung, trauma kepala, t
alergi, asma disangkal. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami stroke sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah: 170/100 mmHg,
Nadi:83 x/menit,teratur, kuat angkat, respiratory rate: 20 x/menit, tipe abdominothorakal,
suhu: 37,20C, axiller. Pada status neurologis pasien : tingkah laku normoaktif , orientasi
(orang/waktu/tempat/situasi) : baik, Jalan pikiran normal, relevan, daya ingat (baru) baik; (lama)
baik, kemampuan bicara: disartria (-), afasia (-), sikap tubuh: tidak dapat berdiri, cara berjalan:
tidak dapat berjalan, gerakan abnormal: tremor (-), atetosis (-). Pada pemeriksaan kepala: Bentuk
mesocephal, ukuran normal, wajah simetris, nervi kranialis dalam batas normal; Pemeriksaan
leher: kaku kuduk (-), bentuk vertebra lurus, nyeri tekan vertebra servikal (-), bising arteri karotis
kanan dan kiri (+/+), bising subklavia tak terdengar. Tes Brudzinski I (-). Pemeriksaan anggota
gerak atas : Inspeksi : drophand (-/-), clawhand (-/-), kontraktur (-/-), warna kulit coklat;
Palpasi : otot terasa kenyal, nyeri tekan (-/-), edem (-/-); Gerakan: ekstrimitas superior
dekstra bebas ekstrimitas superior sinistra tidak bebas; Kekuatan: 5/3; Tonus: normal; Trofi:
eutrofi; Sensibilitas : taktil normal, nyeri normal, sensibilitas posisi normal; Reflek fisiologik :
(+/), perluasan reflek (-/-); Reflek patologis: kaku kuduk (-), Tes Brudzinski I (-). Pemeriksaan
Anggota gerak bawah: Inspeksi: eutrofi, simetris, deformitas (-/-), hiperemis plantar (-), warna
kulit coklat; Palpasi: edema (-/-); Gerakan :
ekstremitas inferior dekstra bebas, ekstremitas inferior sinistra tidak bebas; Kekuatan: (5/3)
; Tonus: klonus (-/-), fasikulasi (-); Sensibilitas : normal; Reflek patella : (+/); Reflek
patologis : kaku kuduk(-), Babinsky (-), Oppenheim(-) Rossolimo (-) Chaddock (-) Gordon (-
) Bing (-) Kernig (-).

Pada pemeriksaan Head CT scan tampak adanya intracerebral hemorage pada daerah lobus
temporoparietal dekstra dengan perifokal edema, adanya penekanan pada ventrikel lateral
dekstra, adanya atropia cerebri.

Diagnosis

Stroke Hemoragik

Terapi

Terapi yang diberikan antara lain : Inf. Asering 10 tpm, Inf. Manitol 2 x 100cc, Piracetam IV3 x
3 gr, Citicolin IV 3 x 250 mg, Ranitidin IV 3x 25 mg, Lansoprazole tab 1x30 mg (pagi),
Ciprofloxacime tablet 2x500 mg, Ambroxol tablet 3x30 mg, dekstrometorfan tablet 3x15 mg.
Terapi dukungan berupa O2 liter/menit, pasang folley cateter,posisi tidur tinggi dengan sudut
30, fisioterapi serta diet rendah garam

Diskusi

Stroke ditandai dengan adanya kehilangan sirkulasi darah yang cepat pada otak, yang
berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis. Sebagaimana sebelumnya disebut
cerebrovascular accident (CVA) atau stroke syndrome, Stroke merupakan istilah nonspesifik
yang mencakup sekelompok heterogen berdasarkan penyebab patofisiologinya.Stroke adalah
tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global),
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian,
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular. Stroke perdarahan intraserebral atau
perdarahan intraserebral primer adalah suatu sindroma yang ditandai adanya perdarahan spontan
ke dalam substansi otak. Penyebab stroke perdarahan intraserebral antara lain yaitu primer :
hipertensi, amyloid angiopathy; Sekunder: aneurisma, malformasi vaskuler, neoplasma,
koagulopati, obat-obat terlarang atau konsumsi alcohol, hemorragic ischemis stroke, trombosis
sinus dural, vaskulitis /vaskulopati, penyakit moya-moya, arterial dissection, kehamilan,
eklampsia, venous sinus thrombosis dan tidak diketahui.

Perdarahan intraserebral dua kali lebih banyak dibanding perdarahan subarakhnoid (PSA) dan
lebih berpotensi menyebabkan kematian atau disabilitas dibanding infark serebri atau PSA. Usia
lanjut dan hipertensi merupakan faktor resiko paling penting dalam PIS. Perdarahan intraserebral
terjadi sedikit lebih sering pada pria dibanding wanita dan lebih sering pada usia muda dan
setengah-baya pada ras kulit hitam dibanding kulit putih di usia yang sama.

Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan kesadaran yang berkembang cepat
sampai keadaan koma. Pada pemeriksaaan biasanya di dapati hipertensi kronik. Gejala dan tanda
tergantung lokasi perdarahan. Herniasi uncal dengan hiiangnya fungsi batang otak dapat terjadi.
Pasien yang selamat secara bertahap mengalami pemulihan kesadaran dlam beberapa hari. Pasien
dengan perdarahan pada lobus temporal atau lobus frontal dapat mengalami seizure tiba-tiba
yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral.

Pasien ini mengeluh mengalami lemas pada tangan dan kaki kiri yang mendadak sejak 1 hari.
Pasien juga mengeluh nyeri kepala. Pasien megeluh mual dan muntah 1 kali sejak malam. Pasien
juga mengeluh batuk-batuk berdahak sejak 2 hari, tekanan darah: 170/100 mmHg. Pada
pemeriksaan kepala: mesocephal, wajah simetris, nervi kranialis dalam batas normal;
Pemeriksaan leher: kaku kuduk (-). Tes Brudzinski I (-). Pemeriksaan anggota gerak
atas: Gerakan: ekstrimitas superior dekstra bebas ekstrimitas superior sinistra tidak bebas;
Kekuatan: 5/3; Reflek fisiologik : (+/), Reflek patologis: (-), Pemeriksaan Anggota gerak
bawah: Gerakan :
ekstremitas inferior dekstra bebas, ekstremitas inferior sinistra tidak bebas; Kekuatan: (5/3)
; Reflek patella: (+/); Reflek patologis :(-). Pada pemeriksaan Head CT scan tampak adanya
intracerebral hemorage pada daerah lobus temporoparietal dekstra dengan perifokal edema,
adanya penekanan pada ventrikel lateral dekstra, adanya atropia cerebri. Berdasarkan anamnesis,
gejala klinis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah dilakukan, maka pasien tersebut
didiagnosis dengan stroke hermoragik.

Kesimpulan

Berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah dilakukan,
maka pasien tersebut didiagnosis dengan stroke hermoragik. Terapi yang diberikan adalah terapi
medikasi dan fisioterapi.

Referensi

1. Ganiswara,S.dkk .(2006). Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi


Universitas Indonesia.

2. Harsono. (2009). Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Jogjakarta: Gajah Mada Univerity
Press.

3. Mardjono,M. Sidharta, P. (2009). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

4. Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia. (2004). Guideline Stroke 2004 Edisi
ketiga. Jakarta: Kelompok Studi Cerebrovaskular PERDOSSI.

PENEGAKAN DIAGNOSA STROKE


HEMORAGIK DENGAN ALGORITMA
STROKE GAJAH MADA
Dibuat oleh: Fitra Sari,Modifikasi terakhir pada Wed 27 of Jul, 2011 [09:55]

Abstrak

Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan
peredarah darah otak, dimana secara mendadak timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan
daerah fokal diotak yang terganggu. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara
cepat, tepat dan cermat. Stroke adalah suatu gangguan fungsi syaraf akut yang disebabkan oleh
karena gangguan peredaran darah otak dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau
secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal
diotak yang terganggu Oleh sebab itu penegakan diagnose secara dini harus segera ditegakkan.
Semakin cepat ditangani maka prognosis pasien semakin baik. Salah satu penegakan diagnos
dengan ASGM atau Algorotma Satroke Gajah Mada.

Kata Kunci: stroke hemoragik, penegakan diagnose, ASGM

Isi

Seoran pasien perempuan 60 tahun datang dengan keluhan anggota gerak sebelah kanan lemah
tidaj dapat digerakan. 2 HSMRS os mengeluhkan bahwa tangan dan kaki kanannya lemah dan
sulit digerakkan. Os merasakan pusing dan mual dan muntah. Menurut keluarganya pada saat
kejadian, os sedang bekerja os tiba-tiba jatuh pingsan dan langsung dibawa ke Rumah sakit.
Setelah 6 jam di Rumah sakit os mengeluhkan kaki dan tangannya terasa lemah bicara os agak
pelo tapi masih bisa dimengerti oleh keluarganya. Sebelumnya os tidak pernah menderita
penyakit ini. Os tidak mempunyai riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung.
Kesadaran E2V2M5, Vital sign, Tekanan Darah : 190/90 mmHg, Nadi : 90 x/menit, RR : 20
x/menit, Suhu : 36,7. Gerakan , sensibilitas, kekuatan anggota gerak kanan menurun, sementara
tonusnya meningkat. Didapatkan juga reflek patologis yang positif yaitu reflek babinski.

Diagnosis

Stroke hemoragik dengan faktor resiko hipertensi stage II

Terapi

Pada pasien dilakukan pemasangan nasal oksigen, NGT, infuse serta cateter. Setelah itu,
diberikan terapi neuroprotektan berupa piracetam 3 gram yang diberikan 3 kali dalam sehari
intravena. Selain itu juga diberikan antihipertensi berupa captopril 25 mg yang diberikan 3 kali
dalam sehari, asam tranexamat 500 mg 3 kali dalam sehari untuk mengurangi perdarahan, serta
manitol untuk mencegah peningkatan tekanan intracranial dengan mengurangi edema serebri.

Diskusi

Diagnosis stroke hemoragik pada pasien dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien, salah satu penegakan diagnose dengan cepat
melalui Algoritma Stroke Gajah Mada. Pada pasien didapatkan keluhan sulit menggerakan
anggota gerak sebelah kanan sejak 2 hari SMRS, selanjutnya pasien tiba tiba tak sadarkan diri
saat bekerja. Terdapat nyeri kepala, mual dan muntah. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke hemoragik.Stroke termasuk
penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak
(infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau
pecahnya pembuluh darah. Menegakkan diagnose melalui ASGM secara cepat dapat
memberikan prognosa yang baik pada pasien. Sehingga penanganan yang cepat dapat
memberikan harapan hidup yang persentasenya lebih besar. Namun setelah penangan yang cepat
maka dapat dilakukan konfirmasi melalui Ct-Scan.

Kesimpulan

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologi serta pemeriksaan penunjang, pasien
perempuan berusia 60 tahun didiagnosis stroke hemoragik. CT scan merupakan gold standart
pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik.Namun untuk
deteksi dini dapat ditegakan diagnose melalui ASGM Algoritma Stroke Gajah Mada. Pada
pasien ini, awalnya diberi nasal oksigen, pasang NGT, infus serta cateter. Setelah itu, diberikan
neuroprotektan berupa piracetam, antihipertensi berupa captopril, asam tranexamat untuk
mengurangi perdarahan serta manitol untuk menurunkan tekanan intracranial.

Referensi

Prince A.Sylula, Wilson Mlorraine, 1995, Patofisiologi, Edisi 4, EGC, Jakarta.

Martin A. Samuel, 1995, Manual Of Neurogic Theraeutics, Fifth Edition, Little, New York.

Mansjoer Arif, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2, Media Aesculapius,
Jakarta.

Winer L. Howard, Levitt P. Lawrence, 2000, Buku Saku Neurologi, Edisi 5,EGC, Jakarta.

Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Edisi 2, UGM Press, Yogyakarta.

Sidharta P, 2004, Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum, Edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta.

Stroke Haemoragik Pada Pasien Laki-laki


Umur 62 tahun Dengan Riwayat Hipertensi
Dibuat oleh: Yanuar Rizka Sony,Modifikasi terakhir pada Thu 21 of Jul, 2011 [16:52]

Abstrak

Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau
global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa
penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan
stroke non hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan intraserebral
serta perdarahan subarachnoid. Untuk mencari penyebab stroke bisa menggunakan algoritma
stroke Gajah Mada. Pada kasus ini, pasien 62 tahun jatuh di kamar mandi. Terdapat kelemahan
anggota gerak, nyeri kepala, serta muntah. Pasien memiliki riwayat hipertensi 8 tahun. Pada
pemeriksaan fisik tidak didapatkan perluasan reflek dan tidak didapatkan reflek patologi
(babinski dan gordon) positif pada sisi kanan.

Kata kunci : stroke, hemoragik, algoritma stroke Gajah Mada

Kasus

Pasien usia 62 tahun tidak sadarkan diri datang diantar oleh keluarga. Pasien jatuh di kamar
mandi ditemukan tidak sadarkan diri. Sebelumnya pasien mengeluh lelah, lemas kaki kanan dan
sulit untuk berjalan, serta pusing cekot-cekot. Tidak ada riwayat demam atau konsumsi obat-
obatan. Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, riwayat hipertensi sejak 8
tahun yang lalu namun pasien tidak berobat dengan rutin. Ada riwayat hipertensi pada keluarga
pasien yaitu orang tua laki-laki pasien.

Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan tidak sadar (koma), GCS E1 V1 M3. Tanda vital
tekanan darah 200/120 mmHg, suhu 37oC, nadi 88 x/menit, pernafasan 22x/menit. Reflek cahaya
kedua mata negatif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak didapatkan
kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada
Trismus, wajah tidak didapatkan lateralisasi. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kanan
didapatkan kelemahan otot, reflek fisiologi kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek,
tidak didapatkan reflek patologi (babinski dan gordon) positif pada sisi kanan. Pemeriksaan
penujang dilakukan pemeriksaan darah rutin dan kimia darah didapatkan hasil Hemoglobin
15g/dl, AL 13,8 103/ul, Gula darah sewaktu 180 mg/dl, Kreatinin 1,08 mg/dl, Kolesterol total
175 mg/dl, trigliseride 30.5 u/l.

Diagnosis

Stroke hemoragik

Terapi

Dilakuakan stabilisasi yaitu dipasang nasal oksigen, NGT, cairan intravena dan cateter urin.
Kemudian diberikan piracetam 12 gram dan maintenance 3 gram sehari 3x per intravena,
neuroprotektan citicolin 1 gram 2x1 per intravena. Antihipertensi yang diberikan adalah diuretic
loop yaitu furosemide 40 mg setiap pagi, asam tranexamat 500 mg 3x1 untuk mengurangi
perdarahan serta dexametason 3x1 ampul untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

Diskusi

Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan
kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik
dan stroke non hemoragik. Berdasarkan gejala klinis yang tampak, stroke non hemoragik dibagi
menjadi, Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan deficit neurologi yang bersifat akut terjadi
< 24 jam dan dapat pulih seperti semula dalam waktu < 24 jam, Stroke In Evolution (SIE) deficit
neurologinya terus bertambah, Reversible Ischemic Neurology Deficit (RIND) terjadi perbaikan
dalam waktu beberapa hari tetapi tidak lebih dari satu minggu, complete stroke ischemic deficit
neurologi sudah menetap. Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas :

a. Perdarahan intraserebral

Biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisme (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna.
Hal ini paling sering terjadi didaerah subkortikal, serebelum, pons dan batang otak. Perdarahan
didaerah korteks lebih sering disebabkan oleh sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah,
malformasi pembuluh darah otak yang pecah atau penyakit pada dinding pembuluh darah otak
primer misalnya Congophilic angiopathy, tetapi dapat juga akibat hipertensi maligna dengan
frekuensi lebih kecil daripada perdarahan subkortikal.

b. Perdarahan subarachnoid

Perdarahan terjadi biasanya akibat pecahnya aneurisma congenital yang sering terjadi di
a.komunikans anterior, a.serebri media, a.serebri anterior dan a.komunikans posterior. Gejala
timbul sangat mendadak berupa sakit kepala hebat dan muntah-muntah. Darah yang masuk
keruang subarakhnoid dapat menyebabkan komplikasi hidrosefalus karena gangguan absorpsi
cairan otak di Granulatio Pacchioni. Perdarahan subarakhnoid sering bersifat residif selama 24-
72 jam pertama, dan dapat menimbulkan vasospasme serebral hebat disertai infark otak.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang
memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan
pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI serta arteriografi
bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke
perdarahan dan stroke infark.

Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada
(ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan,
diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika
terdapat 2 atau 3 dari ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke
perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka
dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau
dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik.
Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat
ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat
reflek babinski yang positif ataupun negative, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik.
Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.

Selain itu, untuk menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian :

Siriraj Stroke Score

SS = (2,5 x C) + (2 x V) + (2 x H) + (0,1 x BPD) (3 x A) 12


Keterangan :

C = Kesadaran

V = Vomitus/ muntah

H = Nyeri kepala

BPD = Tekanan diastolic

A = Atherom (DM, penyakit jantung)

12 = Konstanta

Bila SS > 0, 5 : Stroke hemaragik

SS < -1 : Stroke non hemoragik.

Penilaian Derajat kesadaran : Sadar penuh : 0

Somnolen :1

Koma :2

Nyeri Kepala : Ada : 1, Tidak ada : 0

Vomitus : Ada : 1, Tidak ada : 0

Arteroma : Terdapat penyakit jantung dan DM : 1

Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0

Berdasarkan Siriraj score dan Algoritma Stroke Gajah Mada, pada pasien ini awal datang ke RS
ditemukan nyeri kepala, muntah dan terjadi penurunan kesadaran. Reflek Babinski (+), sehingga
ditarik kesimpulan bahwa pasien ini terkena stroke hemoragik. Pada pasien ini terdapat gejala
hemiparesis dextra, disartria, disfagia,dengan nyeri kepala dan muntah-muntah sehingga dapat
ditarik kesimpulan pasien ini mengalami perdarahan di daerah subarachnoid.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan stroke hemoragik.
Terapi yang diberikan sudah tepat yaitu dengan asam tranexama untuk mengurangi perdarahan
serta dexametason untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

Referensi
Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan
Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu
Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta:
PERDOSSI.

Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam Kapita Selekta Neurologi,
Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .

Penatalaksanaan Stroke Hemoragik pada


pasien laki-laki usia 60 tahun
Dibuat oleh: Niken Indriastuti,Modifikasi terakhir pada Mon 18 of Jul, 2011 [11:37]

ABSTRAK

Stroke merupakan gangguan fungsional otak fokal maupun global yang terjadi secara akut,
berlangsung lebih dari 24 jam, terjadi akibat gangguan peredaran darah otak. Termasuk disini
perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral dan iskemik atau infark serebri. Tidak
termasuk disini gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena
trauma. Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan tiba-tiba ke dalam rongga diantara otak dan
selaput otak (rongga subaraknoid). Perdarahan subarachnoid merupakan penemuan yang sering
pada trauma kepala akibat dari yang paling sering adalah robeknya pembuluh darah
leptomeningeal pada vertex di mana terjadi pergerakan otak yang besar sebagai dampak, atau
pada sedikit kasus, akibat rupturnya pembuluh darah serebral major. Pasien yang mampu
bertahan dari pendarahan subarachoid kadang mengalami adhessi anachnoid, obstruksi aliran
cairan cerebrospinal dan hidrocepalus. Cedera intrkarnial yang lain kadang juga dapat terjadi.
Pada kasus ini seorang laki-laki usia 60 tahun datang ke klinik Syaraf RSUD
Setjonegoro,Wonosobo dengan keluhan sulit berbicara secara mendadak dan tidak sadarkan
diri. Pasien sebelumnya juga merasakan sakit kepala berat, mual, dan muntah. Pada pemeriksaan
fisik internal dan neurologis dalam batas normal. Pasien dirawatinapkan dengan diagnosis suspek
perdarahan subarachnoid dan mendapatkan terapi infus NaCl, Manitol, Fepiran (Piracetam),
Neulin (citicolin), Theravask (amlodipin), Neurochol (neurotropik), Marfos (ondancentron),
Ceftriaxon.

KEYWORDS: diagnosis, terapi stroke, perdarahan sub arachnoid

HISTORY
Seorang laki-laki usia 60 tahun datang ke klinik Syaraf RS dengan keluhan sulit berbicara secara
mendadak dan tidak sadarkan diri pada 1 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Kejadian
berawal saat pasien akan buang air besar sebelum subuh, tiba-tiba pasien sulit berbicara. Pasien
sebelumnya juga merasakan sakit kepala berat, mual, dan muntah. Pasien di bawa ke BPRB
terdekat. Pasien tidak sadar saat dibawa ke RS. Pasien tidak mengeluh mata kabur. Saat tiba di
RS , GCS E1V3M1. 30 menit kemudian pasien sadar GCS E4V5M6. Di BPRB pasien sudah
diberi O2 1-2 liter/menit, infus asering 6 tpm, inj. Piracetam 12 gr, inj. Bralin 250, inj. Piralen 1
Amp. Pasien memiliki riwayat hipertensi tetapi pasien tidak rutin kontrol dan minum obat. Pada
pemeriksaan vital sign,TD: 130/95, HR: 70 x/menit, RR: 16 x/menit, Temp: 36,7OC. Pada
pemeriksaan fisik interna dan neurologi dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan peningkatan angka leukosit, neutrofil, dan monosit. Pada pemeriksaan Head CT scan
pada penderita TIA, potongan OML, interval slice 10 mm, tanpa kontras IV, ditemukan gyrus
dan sulcus tidak prominen. Tampak lesi hiperdens di daerah sub arachnoid space regio fissura
silvii dextra et sinistra, sistema ventrikel dan cisterna tidak melebar/menyempit. Struktur
mediana di tengah. Kesan SAH di regio fissura silvii bilateral yang meluas ke intra cysterna.
Pada rontgen thorax dewasa, kesan cardiomegali dengan tanda-tanda awal oedem pulmonum.

DIAGNOSIS

Stroke hemorhagik (Perdarahan Sub Arachnoid)

TERAPI

Pasien dirawatinapkan selama 3 hari dan kondisi segera membaik tanpa gejala sisa. Terapi yang
diberikan adalah sebagai berikut, Infus NaCl 20 tetes per menit, Manitol 4 x 125 mg per infus,
injeksi Piracetam 1 x 12 gr iv, injeksi citicolin 4 x 500 gr iv, amlodipin 2 x 5 mg, injeksi
ondancentron 2 x 4 mg intravena injeksi Ceftriaxon 2 x 1 gr intravena.

DISKUSI

Dari anamnesis penderita didapatkan adanya gejala yang meliputi kesulitan berbicara secara
mendadak, serta penurunan kesadaran yang di awali dengan sakit kepala berat, mual, dan
muntah. Didapatkan juga riwayat hipertensi. Gangguan neurologis pada penderita ini mengarah
kesuatu lesi vaskuler karena onsetnya mendadak. Pada penderita tidak didapatkan defisit
neurologis yang terjadi secara progresif, berupa kelemahan motorik yang terjadi akibat suatu
proses destruksi maupun nyeri kepala kronik akibat dari proses kompresi dengan segala
akibatnya yang merupakan gambaran umum pada tumor otak. Gejala-gejala abses serebri berupa
nyeri kepala yang cenderung memberat, demam, defisit neurologi fokal dan kejang juga tidak
terdapat pada penderita ini. Berdasarkan anamnesis penderita ini juga ditemukan adanya pusing
yang disertai muntah, sehingga kemungkinan adanya proses desak ruang belum dapat
disingkirkan.

Lebih kurang 15 % penderita stroke, mengalami stroke perdarahan. Termasuk didalamnya


perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid (PSA) akibat pecahnya aneurisma,
malformasi arteriovenosa, alkoholisme, diskrasia darah dan angiopati amiloid. Perdarahan
intraserebral lebih sering terjadi daripada perdarahan subarakhnoid, juga lebih banyak
menyebabkan kematian dan disabilitas daripada infark dan perdarahan subarkhnoid, lebih sering
pada orang kulit hitam dewasa muda. Perdarahan intraserebral spontan dibedakan atas
perdarahan primer dan perdarahan simtomatik sekunder, penyebab utama simtomatik adalah
aneurisma, AVM, tumor dan kelainan pembekuan darah. Sebagian besar perdarahan primer (70 -
80%) berhubungan dengan hipertensi, sedangkan lokasi yang paling sering untuk perdarahan
tipe ini adalah ganglia basalis (65%), batang otak (10%) serebelum (10%), subkortikal(15%) .

Faktor risiko tertinggi untuk terjadinya perdarahan di otak adalah hipertensi. Pecahnya
mikroaneurisma dalam arteriola, menyebabkan perdarahan di thalamus, pons atau serebellum,
dikarenakan didaerah tersebut pembuluh darah arteri yang pendek, lurus dan sedikit cabang.
Jarak antara arteri dan kapiler relatif pendek , sehingga arteriola harus menahan tekanan tinggi
yang berasal dari arteri besar.

Penegakan diagnosis PSA berdasarkan Gambaran Klinis dan gambaran radiologis. Gambaran
klinis PSA meliputi:

Gejala prodromal: nyeri kepala hebat dan perakut, hanya 10%, 90% tanpa keluhan sakit
kepala.
Kesadaran sering terganggu, dan sangat bervariasi dari tak sadar sebentar, sedikit delir
sampai koma.
Gejala / tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk, tanda kernig ada.
Fundus okuli : 10% penderita mengalami edema papil beberapa jam setelah pendarahan.
Sering terdapat pedarahan subarachnoid karena pecahnya aneurisma pada ar teri
komunikans anterior, atau arteri karotis interna
Gejala-gejala neurologik fokal : bergantung pada lokasi lesi.
Gangguan fungsi saraf otonom : demam setelah 24 jam, demam ringan karena
rangsangan mening, dan demam tinggi bila pada hipotalamus. Begitu pun
muntah,berkeringat,menggigil, dan takikardi, adanya hubungan dengan hipotalamus
Bila berat, maka terjadi ulkus peptikum disertai hematemesis dan melena dan seringkali
disertai peninggian kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan ada perubahan pada
EKG.

Gambaran Radiologi PSA antara lain:

CT SCAN.

Pemeriksaan CT Scan berfungsi untuk mengetahui adanya massa intracranial. Pada pembesaran
ventrikel yang berhubungan dengan darah (densitas tinggi) dalam ventrikel atau dalam ruang
subarachnoid.
Magnetic resonance imaging (MRI).

Perdarahan subarachnoid akut: perdarahan subarachnoid akut tidak biasanya terlihat pada T1W1
dan T2W1 meskipun bisa dilihat sebagai intermediate untuk pengcahayaan sinyal tinggi dengan
proton atau gambar FLAIR. CT pada umunya lebih baik daripada MRI dalam mendeteksi
perdarahan subarachnoid akut. Control perdarahan subarachnoid: hasil tahapan control
perdarahan subarachnoid kadang-kadang tampak MRI lapisan tipis pada sinyal rendah .

Perdarahan subarachnoid, dapat diidentifikasi pada CT-scan sebagai jaringan dengan densitas
tinggi (40 90 Hu). Menggantikan cairan serebrospinal di interhemisfer atau fissura silvii, sulcus
cerebral atau sisterna basalis. Jika pendarahan subarachnoid luas maka bentuk arah infundibulum
atau cabang arteri karotis pada sisterna nampak sebagai filing deffect pada darah intrasisternal
yang hiperdens. Meskipun pemeriksaan CT-scan sangat akurat untuk mendeteksi pendarahan
subarachnoid yang baru untuk mengetahui adanya darah disubarachnoid di interhemisferik
falxcerebri yang relatif memiliki densitas dan sulit dideteksi. Pendarahan subarachnoid biasanya
meluas sampai pada sulcus paramedian, mengakibatkan penampakan densitas dan irreguler,
setelah beberapa hari pemeriksaan CT Scan biasanya menunjukkan pembersihan darah
subarachnoid di sekitar falxcerebri, sebaliknya pendarahan subdural interhemisferik secara
tipikal terlihat sebagai bentuk baji, tepi halus, zona densitas tinggi.

Terapi yang dapat diberikan pada PSA adalah sebagai berikut:

A. Terapi Umum

Monitor keadaan umum Dengan 5 B

Breath : Oksigenasi, pemberian oksigen dari luar.


Blood : Usahakan aliran darah ke otak semaksimal mungkin dan pengontrolan
tekanan darah pasien
Brain : Menurunkan tekanan intrakranial dan menurunkan edema serebri.
Bladder : Dengan pemasangan DC
Bowel : Dengan bowel exercise, massase dan modalitas fisik

B. Terapi khusus

1. Simptomatis

Analgetik : paracetamol 500 mg 3 X 1 tab

2. Suportif

Infus Asering 20 tetes/menit


Neuroprotektor / Roborantia saraf : Piracetam (3 X 3 gram per IV bolus), Lancolin (3 X
200 gram per IV bolus)
Anti edema otak: Manitol (2 X 100 cc perinfus), Nimodipin (3 X 30 mg)

3. Profilaksi

Profilaksi stress ulcer (H2 Blocker) : Cimetidine (3 X 1 tab)


Profilaksi Infeksi (Antibiotik) : Cifrofloksasin (3 X 500 mg)
Mencegah perdarahan ulang (Antifibrinolisis) : Asam Traneksamat (3 X 500 mg)

3. Rehabilitasi

Fisioterapi

4. Manajemen Faktor Resiko

Antihipertensi : Nifedipine (3 X 10 mg)

KESIMPULAN

Pada pasien stroke perdarahan subarachnoid kondisi dapat segera membaik dalam waktu pendek
(3-5 hari) dengan penegakan diagnosis dan terapi yang tepat. Diagnosis ditegakkan melalui
gambaran klinis dan radiologis dengan head CT scan atau MRI. Terapi yang diberikan meliputi
terapi umum dan terapi khusus. Terapi umum dengan memperhatikan prinsip 5B (Breath, Blood,
Brain, Bladder, Bowel). Sedang terapi khusus dengan terapi simptomatis, suportif, profilaksi,
rehabilitasi, dan manajemen faktor resiko.

REFERENSI

1. Sitorus, Sari Mega., 2004, Sistem Ventrikel dan Liquor Cerebrospinal. Bagian Anatomi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Medan.
2. Harsono.1997, Buku Ajar Neurology Klinis, Perhimpunan Dokter Spesialis saraf
Indonesia. Gajah Mada University Press. Bandung.
3. Burgerner,A.Francis.,dkk.1964,Differencial Diagnosis in Magnetic Resonance Imaging.
Stuttgart-New York.
4. Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi. Fakultas Kedokteran Gajah Mada, Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
5. Copstead,Lee-Ellen.C.Phd,RN dan Banasik,Jacquelyn.L.PhD,ANRP. 2005,
Pathophysiology Third Edition, Elsevier Inc. Saunders.
6. Burgerner,A.Francis.,dkk . 1996. Differential Diagnosis in Computed Tomography.
George Thieme Verlag. Thieme Medical Publishers, Inc. New York.
Stroke Hemoragik Pada Pasien Usia 53 tahun
Dengan Faktor Resiko Hipertensi
Dibuat oleh: Herlina,Modifikasi terakhir pada Mon 11 of Jul, 2011 [23:23]

Abstrak

Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau
global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa
penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan
stroke non hemoragik. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi 2, yaitu perdarahan intraserebral
serta perdarahan subarachnoid. Untuk mencari penyebab stroke bisa menggunakan algoritma
stroke Gajah Mada. Pada kasus ini, pasien 53 tahun jatuh di kamar mandi. Terdapat kelemahan
anggota gerak, nyeri kepala, serta muntah. Pasien memiliki riwayat hipertensi 5tahun. Pada
pemeriksaan fisik tidak didapatkan perluasan reflek dan tidak didapatkan reflek patologi
(babinski dan gordon) positif pada sisi kanan.

Kata kunci : stroke, hemoragik, algoritma stroke Gajah Mada

Kasus

Pasien usia 53 tahun tidak sadarkan diri datang diantar oleh keluarga. Pasien jatuh di kamar
mandi ditemukan tidak sadarkan diri. Sebelumnya pasien mengeluh lelah, lemas kaki kanan dan
sulit untuk berjalan, serta pusing cekot-cekot. Tidak ada riwayat demam atau konsumsi obat-
obatan. Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, riwayat hipertensi sejak 5
tahun yang lalu namun pasien tidak berobat dengan rutin. Ada riwayat hipertensi pada keluarga
pasien yaitu orang tua laki-laki pasien.

Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan tidak sadar (koma), GCS E1 V1 M3. Tanda vital
tekanan darah 200/120 mmHg, suhu 37oC, nadi 88 x/menit, pernafasan 22x/menit. Reflek cahaya
kedua mata negatif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak didapatkan
kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada
Trismus, wajah tidak didapatkan lateralisasi. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kanan
didapatkan kelemahan otot, reflek fisiologi kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek,
tidak didapatkan reflek patologi (babinski dan gordon) positif pada sisi kanan. Pemeriksaan
penujang dilakukan pemeriksaan darah rutin dan kimia darah didapatkan hasil Hemoglobin
15g/dl, AL 13,8 103/ul, Gula darah sewaktu 180 mg/dl, Kreatinin 1,08 mg/dl, Kolesterol total
175 mg/dl, trigliseride 30.5 u/l.

Diagnosis

Stroke hemoragik

Terapi
Dilakuakan stabilisasi yaitu dipasang nasal oksigen, NGT, cairan intravena dan cateter urin.
Kemudian diberikan piracetam 12 gram dan maintenance 3 gram sehari 3x per intravena,
neuroprotektan citicolin 1 gram 2x1 per intravena. Antihipertensi yang diberikan adalah diuretic
loop yaitu furosemide 40 mg setiap pagi, asam tranexamat 500 mg 3x1 untuk mengurangi
perdarahan serta dexametason 3x1 ampul untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

Diskusi

Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan
kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik
dan stroke non hemoragik. Berdasarkan gejala klinis yang tampak, stroke non hemoragik dibagi
menjadi, Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan deficit neurologi yang bersifat akut terjadi
< 24 jam dan dapat pulih seperti semula dalam waktu < 24 jam, Stroke In Evolution (SIE) deficit
neurologinya terus bertambah, Reversible Ischemic Neurology Deficit (RIND) terjadi perbaikan
dalam waktu beberapa hari tetapi tidak lebih dari satu minggu, complete stroke ischemic deficit
neurologi sudah menetap. Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas :

a. Perdarahan intraserebral

Biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisme (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna.
Hal ini paling sering terjadi didaerah subkortikal, serebelum, pons dan batang otak. Perdarahan
didaerah korteks lebih sering disebabkan oleh sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah,
malformasi pembuluh darah otak yang pecah atau penyakit pada dinding pembuluh darah otak
primer misalnya Congophilic angiopathy, tetapi dapat juga akibat hipertensi maligna dengan
frekuensi lebih kecil daripada perdarahan subkortikal.

b. Perdarahan subarachnoid

Perdarahan terjadi biasanya akibat pecahnya aneurisma congenital yang sering terjadi di
a.komunikans anterior, a.serebri media, a.serebri anterior dan a.komunikans posterior. Gejala
timbul sangat mendadak berupa sakit kepala hebat dan muntah-muntah. Darah yang masuk
keruang subarakhnoid dapat menyebabkan komplikasi hidrosefalus karena gangguan absorpsi
cairan otak di Granulatio Pacchioni. Perdarahan subarakhnoid sering bersifat residif selama 24-
72 jam pertama, dan dapat menimbulkan vasospasme serebral hebat disertai infark otak.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang
memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan
pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI serta arteriografi
bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke
perdarahan dan stroke infark.

Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gajah Mada
(ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan,
diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika
terdapat 2 atau 3 dari ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke
perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka
dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau
dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik.
Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat
ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat
reflek babinski yang positif ataupun negative, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik.
Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan.

Selain itu, untuk menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian :

Siriraj Stroke Score

SS = (2,5 x C) + (2 x V) + (2 x H) + (0,1 x BPD) (3 x A) 12

Keterangan :

C = Kesadaran

V = Vomitus/ muntah

H = Nyeri kepala

BPD = Tekanan diastolic

A = Atherom (DM, penyakit jantung)

12 = Konstanta

Bila SS > 0, 5 : Stroke hemaragik

SS < -1 : Stroke non hemoragik.

Penilaian Derajat kesadaran : Sadar penuh : 0

Somnolen :1

Koma :2

Nyeri Kepala : Ada : 1, Tidak ada : 0

Vomitus : Ada : 1, Tidak ada : 0

Arteroma : Terdapat penyakit jantung dan DM : 1


Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0

Berdasarkan Siriraj score dan Algoritma Stroke Gajah Mada, pada pasien ini awal datang ke RS
ditemukan nyeri kepala, muntah dan terjadi penurunan kesadaran. Reflek Babinski (+), sehingga
ditarik kesimpulan bahwa pasien ini terkena stroke hemoragik. Pada pasien ini terdapat gejala
hemiparesis dextra, disartria, disfagia,dengan nyeri kepala dan muntah-muntah sehingga dapat
ditarik kesimpulan pasien ini mengalami perdarahan di daerah subarachnoid.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan stroke hemoragik.
Terapi yang diberikan sudah tepat yaitu dengan asam tranexama untuk mengurangi perdarahan
serta dexametaso untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

Referensi

Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan
Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu
Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta:
PERDOSSI.

Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam Kapita Selekta Neurologi,
Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press .

Anda mungkin juga menyukai