Anda di halaman 1dari 6

Pura merupakan tempat untuk bersembahyang bagi umat beragama Hindu.

Karena fungsinya yang berkaitan dengan ritual memuja Tuhan atau Sang Hyang
Widhi, maka Pura merupakan tempat yang disucikan keberadaannya. Pada
dasarnya, Pura merupakan salah satu perwujudan dari Arsitektur Tradisional Bali.
Dalam Arsitektur Tradisional Bali mengenal pakem-pakem dalam
membangun suatu bangunan. Pakem-pakem tersebut biasanya dijabarkan dalam
Asta Kosala Kosali, Asta Bhumi, dan sebagainya, yang hingga kini masih
diterapkan oleh masyarakat Bali. Arsitektur bangunan suci Pura sudah dipelajari
sejak Abad ke-11 oleh para undagi hingga saat ini.

Analisis
Pada tulisan kali ini akan dibahas mengenai Pura Dalem Balangan yang
merupakan Pura yang terdapat di Pantai Balangan, Jimbaran, Badung. Pura ini
merupakan Pura Penyusungan Jagat yang digunakan untuk bersembahyang bagi
masyarakat Desa Adat Jimbaran dan sekitarnya. Pura Dalem Balangan ini juga
memiliki keterkaitan dengan Pura Luhur Uluwatu.

Gambar 1
Pura Dalem Balangan, Pantai Balangan, Jimbaran
Observasi pada tanggal 08/04/2017
Pada mulanya konsep orang Bali terhadap ruang sama dengan masyarakat
lainnya di zaman dulu, yaitu terbatas pada ruang di bumi yang dipijak dan langit
yang ada diatasnya. Dalam bentuknya yang tradisional, konsep ruang tradisional
kemudian berkembang dari orientasi ruang: langit-bumi pada masa Bali Mula;
gunung-laut pada masa Bali Aga; terbit-terbenamnya matahari pada masa Bali
Arya/Majapahit (Gelebet, 1993:5)
Pada sistem pembagian ruang, Pura Dalem Balangan ini menerapkan pola
Tri Mandala sebagai acuan layout massa bangunan. Tiga aspek Tri Mandala
tersebut, antara lain:
1. Mandala Nista
2. Mandala Madya
3. Mandala Utama

Gambar 2
Layout massa bangunan Pura Dalem Balangan berdasarkan hasil observasi
A. Nista Mandala
Pada bagian Nista Mandala ini disebut juga sebagai jaba
sisi merupakan hubungan antara manusia dengan alam. Bagian ini
merupaka bagian terluar dari suatu Pura dan dianggap sebagai
bagian yang masih kotor. Pada Pura Dalem Balangan ini yang
merupakan bagian Nista Mandala berupa sebuah halaman kosong
dan terdapat sebuah bale untuk tempat berkumpul pada sisi Kaja
Kauh.

B. Madya Mandala
Untuk bagian Madya Mandala yang juga disebut dengan
Jaba Sisi merupakan representasi dari hubungan antara manusia
dengan manusia/hubungan sosial. terdapat bangunan Bale
Paweregan pada sisi sebelah Kelod. Dibatasi oleh tembok, terdapat
bangunan-bangunan bale dengan saka delapan, enam, maupun
empat.

Gambar 3
Bangunan yang terdapat pada bagian Madya Mandala
Observasi pada tanggal 08/04/2017

C. Utama Mandala
Pada bagian Utama Mandala/Jaba Jero merupakan wujud
dari hubungan antara manusia dengn Tuhan sebagai sang pencipta.
Hubungan ini merupakan hubungan yang bersifat spiritual dan
sangat privat sehingga wujudnya sangat abstrak (niskala). Area ini
merupakan area yang sangat disakralkan oleh umat Hindu sehingga
yang boleh masuk ke area ini hanyalah umat yang akan melakukan
persembahyangan saja karena ada beberapa aturan terkait seperti
harus menggunakan baju adat untuk persembahyangan, tidak boleh
dalam keadaan kotor, tidak boleh dalam keadaan anggota keluarga
meninggal, dan sebagainya.
Bagian Utama Mandala ini terletak diarah Kangin dengan
pengaturan bangunan-bangunan suci tersebut menghadap langsung
kearah Kaja Kangin yang dianggap sebagai orientasi paling suci.
Pada Utama Mandala ini terdapat bangunan-bangunan seperti
Padmasana serta Pelinggih-pelinggih. Selain sebagai tempat
persembahyangan, pada bagian ini juga dapat digunakan umat
untuk melakukan semadhi. Padmasana yang dianggap sebagai
bangunan paling suci di Pura tersebut diletakkan pada bagian Kaja
Kangin dengan orientasi bangunan menghadap ke Kauh.

Gambar 4
Bangunan yang terdapat pada bagian Utama Mandala
Observasi pada tanggal 08/04/2017

KESIMPULAN
Pada Pura yang ada di Bali menerapkan konsep keruangan berdasarkan
pada Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi. Penerapan tersebut salah satunya dengan
menerapkan Tri Mandala pada Pura-Pura tersebut. Tri Mandala antara lain; Nista
Mandala (Jaba Sisi), Madya Mandala (Jaba Tengah), Utama Mandala (Jaba Jero).
Nista Mandala merupakan bagian terluar yang dianggap masih kotor yang
juga merupakan tempat umum bagi siapapun. Madya Mandala merupakan bagian
yang digunakan untuk umat bersosialisasi serta mempersiapkan perlengkapan
upacara. Sedangkan Utama Mandala adalah bagian yang paling sakral dari sebua
Pura, dimana bagian ini hanya boleh dimasuki oleh umat yang akan
bersembahyang.
Berdasarkan hasil observasi, Utama Mandala ini terdapat dibagian yang
paling privat mengingat bahwa fungsinya sebagai tempat umat berhubungan
dengan Tuhan. Sementara untuk arah paling suci, dalam kasus Pura Dalem
Balangan ini, adalah arah Kaja Kangin, diamana diletakkan bangunan padmasana
yang dianggap sebagai bangunan paling suci di Pura tersebut. untuk arah dari
bangunan padmasana tersebut mengarah ke arah Kauh.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi Wahana, Ni Putu Purna Sari, dkk. 2015. Wujud Ajaran Tri Hita
Karana pada Interior Pura Agung Jagad Karana Surabaya. Jurnal Intra Vol. 3
No. 2
Maharlika, Febry. 2010. Tinjauan Bangunan Pura di Indonesia. Jurnal
Waxa Cipta Ruang Vol. II No. II
KONSEP KERUANGAN PADA PURA
(PURA DALEM BALANGAN, JIMBARAN)

OLEH:

SEPTIAN APRILIANTO

(1404205106)

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN, APRIL 2017

Anda mungkin juga menyukai