Anda di halaman 1dari 44

Hubungan Gaya Belajar Index Learning Style (ILS) dengan

Preferensi Strategi Belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Tarumanagara Angkatan 2015

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh

ESTERLITA DESSY DJULIANA

405130207

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA

2015
Hubungan Gaya Belajar Index Learning Style (ILS) dengan
Preferensi Strategi Belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara Angkatan 2015

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh

ESTERLITA DESSY DJULIANA

405130207

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA

2015
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya, Esterlita Dessy Djuliana, NIM : 405130207

Dengan ini menyatakan, menjamin bahwa proposal skripsi yang diserahkan kepada Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara, berjudul

Hubungan Gaya Belajar Index Learning Style (ILS) dengan Preferensi Strategi
Belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara.

merupakan hasil karya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar dan tidak melanggar ketentuan plagiarisme dan otoplagiarisme.

Saya menyatakan memahami adanya larangan plagiarisme dan otoplagiarisme dan dapat
menerima segala konsekuensi jika melakukan pelanggaran menurut ketentuan perundang-
undangan dan peraturan lain yang berlaku di lingkungan Universitas Tarumanagara.

Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 2015

(Esterlita Dessy Djuliana)

405130207

2
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL/TOPIK : Hubungan Gaya Belajar Index Learning Style (ILS)

dengan Preferensi Strategi Belajar mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Tarumanagara.

NAMA : Esterlita Dessy Djuliana

NIM : 405130207

NAMA PEMBIMBING : dr. Arlends Chris, MSi

LAMA PENELITIAN : 2 semester (1 tahun)

LOKASI : Universitas Tarumanagara

JAKARTA,

Menyejutui,

(dr.Arlends Chris, MSi) (Esterlita Dessy Djuliana)

NIK: NIM: 405130207

Mengetahui,

3
(DR. dr. Meilani Kumala, MS, SpGK)

NIK: 10486005

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............. i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............. ii

HALAMAN PERSETUJUAN............... iii

DAFTAR ISI.............. iv

1. PENDAHULUAN............. 1

1. 1 Latar Belakang............ 1

1.2 Rumusan Masalah............ 2

1.2.1 Pernyataan masalah.......... 2

1.2.2 Pertanyaan masalah.......... 2

1.3 Tujuan Penelitian............. 2

1.3.1 Tujuan umum........... 2

1.3.2 Tujuan khusus.......... 2

1.4 Manfaat Penelitian.......... 2

1.4.1 Manfaat penelitian bagi penderita penyakit hipertensi grade 2........... 2

1.4.2 Manfaat penelitian bagi rumah sakit........... 2

1.4.3 Manfaat penelitian bagi ilmu pengetahuan....................................................... 3

1.4.4 Manfaat penelitian bagi peneliti........... 3

2. TINJAUAN PUSTAKA.............. 4

2.1 Penelusuran Literatur.......... 4

4
2.2 Kerangka Teori............ 18

2.3 Kerangka Konsep............. 18

3. METODOLOGI PENELITIAN............. 19

3.1 Desain Penelitian............. 19

3.2 Tempat dan Waktu............... 19

3.3 Populasi dan Sampel................ 19

3.4 Perkiraan Besar Sampel....................................................................................... 19

3.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi................. 19

3.5.1 Kriteriainklusi.............. 19

3.5.2 Kriteriaekslusi.............. 20

3.6 Cara Kerja Penelitian........................................................................................... 20

3.7 Definisi Operasional............................................................................................ 20

3.8 Pengumpulan Data............................................................................................... 20

3.9 Analisis Data........................................................................................................ 20

3.10 Alur Penelitian................................................................................................... 20

3.11 Jadwal Pelaksanaan............................................................................................ 21

3.12 Anggaran............................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA............... 22

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1 Index Learning Styles Result........................................

Gambar 3.12.1 Alur Penelitian ..................................................................

6
DAFTAR SINGKATAN

ILS : Index Learning Style

PBL : Problem Based Learning

7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Pengumpulan Data .................................................

8
Hubungan Gaya Belajar Index Learning Style (ILS)
dengan Preferensi Strategi Belajar mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Angkatan 2015.

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh

Esterlita Dessy Djuliana

405130207

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA

9
2015

BAB 1

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara


memiliki kecenderungan cara belajar tertentu. Ada berbagai macam cara
belajar, ada yang belajar dengan cara mendengarkan, membaca dan mencatat,
serta dengan melakukan kegiatan. Cara belajar disebut juga gaya belajar atau
preferensi. Gaya belajar adalah cara terbaik seseorang memperoleh informasi, para
pakar pendidikan mengklasifikasikan cara atau tipe belajar dalam beberapa jenis,
yaitu Visual,Auditori dan Kinestetik. Pada dasarnya setiap orang memiliki ketiga tipe
belajar tersebut namun diantara ketiganya ada yang paling dominan dimiliki
seseorang, hal ini terkait dengan cara terbaik seseorang memperoleh informasi1. Saat
ini, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara menggunakan metode
pembelajaran PBL (Problem Based Learning), yaitu mahasiswa dituntut
secara mandiri untuk mengidentifikasi, berpikir kritis dan keterampilan dalam
memecah masalah kesehatan. Dengan menggunakan metode PBL, Fakultas
Kedokteran mengembangkan berbagai strategi belajar seperti kuliah, skill lab,
praktikum, diskusi, pembelajaran mandiri, dan menggunakan media sosial
untuk melaksanakan proses belajar. Mahasiswa yang memahami karakteristik
cara belajar yang tepat dapat meningkatkan kesadaran tentang aktivitas belajar
yang cocok dengan gaya belajar sendiri dan memegang kunci kesuksesan
dalam proses belajar2. Untuk membantu mahasiswa mengetahui karakteristik cara
belajar dapat ditentukan dengan Index Learning Styles (ILS) yaitu menilai preferensi
strategi belajar. Menurut Felder-Silverman (1988) ILS dikategorikan dalam 4
dimensi yaitu active/reflective, sensing/intuitive, visual/verbal, dan

1
https://books.google.co.id/books?id=u8sz80A9b1IC&pg=PA212&dq=gaya+belajar+adalah&hl=id&sa
=X&redir_esc=y#v=onepage&q=gaya%20belajar%20adalah&f=false
2
https://repository.usd.ac.id/565/2/101114084_full.pdf

10
sequential/global3. Hal ini sangat penting dalam proses pendidikan kedokteran
karena mahasiswa dihadapkan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang harus
dipelajari, keterampilan dan ujian yang harus dilalui agar dapat memecah
masalah kesehatan.
Menurut penelitian Journal of Veterinary Medical Education yang
dilakukan di Amerika Serikat dengan menggunakan Index Learning Style
untuk menilai gaya belajar, dari 150 mahasiswa kedokteran dalam tiga tahun
berturut-turut lebih didominasi gaya belajar sensing (79,3%). Mahasiswa
cenderung belajar berdasarkan fakta yang ada dan teliti dalam mengerjakan
suatu pekerjaan4. Sedangkan beberapa penelitian yang dilakukan berdasarkan
International Journal Of Medical Research & Health Science yang dilakukan
di Tamil Nadu India, gaya belajar mahasiswa kedokteran pada tahun pertama
80,66% cenderung sequential/global yang cukup seimbang. Mahasiswa
dengan gaya belajar sequential menyukai tahapan dalam mengerjakan
pekerjaan secara detail, sedangkan gaya belajar global cenderung
mengerjakan sesuatu secara acak dan menyeluruh untuk menyelesaikan
pekerjaan5. Sementara itu di Indonesia penelitian dilakukan pada salah satu
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik 2013/2014
menunjukkan bahwa 89% mahasiswa memiliki kecenderungan gaya belajar
aktif (active) dari pada reflektif, mahasiswa yang memiliki tipe gaya belajar
active menyukai belajar kelompok, menjelaskan sesuatu kepada teman
kelompoknya dan membahas tugas atau materi secara bersama-sama6.
Mahasiswa yang mengetahui preferensi gaya belajar dapat membantu
menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar, sehingga proses pembelajaran
antara dosen dan mahasiswa dapat tercapai melalui strategi belajar.
3
http://journals.sta.uwi.edu/cts/index.asp?action=downloadArticle&articleId=308&galleyId=279

4
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21135401 and
http://www.scholaruniverse.com/profiles/people/0CF79877CE47B01D01648226239C1F2B?q=learnin
g+style+profiles+150+veterinary+medical+students
5
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.416.4754&rep=rep1&type=pdf
6
https://repository.usd.ac.id/565/2/101114084_full.pdf

11
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti
hubungan gaya belajar Index Learning Style dengan preferensi strategi belajar
mahasiswa di Fakultas Kedokteran Tarumanagara angkatan 2015, sehingga
dapat diketahui apakah melalui preferensi strategi belajar dapat mengganggu
kinerja mahasiswa yang belum mengetahui gaya belajarnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Pernyataan Masalah
Adanya hubungan gaya belajar Index Learning Style (ILS) dengan
preferensi strategi belajar pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara angkatan 2015.
1.2.2 Pertanyaan Masalah :
Bagaimana gambaran gaya belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara angkatan 2015 berdasarkan kuesioner Index
Learning Style (ILS)?
Bagaimana gambaran strategi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara angkatan 2015?
Bagaimana hubungan gaya belajar Index Learning Style (ILS) dengan
preferensi strategi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara angkatan 2015?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan gaya belajar Index Learning Style (ILS) dan
strategi belajar dengan hubungan pada kinerja mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2015

1.3.2 Tujuan khusus


Diketahui gambaran gaya belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara angkatan 2015.

12
Diketahui gambaran strategi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara angkatan 2015.
Diketahui hubungan gaya belajar Index Learning Style (ILS) dengan
preferensi strategi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara angkatan 2015.

1.4 Hipotesis
H0 :Tidak ada hubungan antara gaya belajar Index Learning Style (ILS)
dan preferensi strategi belajar pada mahasiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara angkatan 2015.
H1 :Ada hubungan antara gaya belajar Index Learning Style (ILS) dan
preferensi strategi belajar pada mahasiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara angkatan 2015.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
- Diperolehnya pemahaman strategi belajar yang baik sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar.
- Diperolehnya pengetahuan mengenai gaya belajar di Fakultas
Kedokteran.

1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara


Diperolehnya data tentang gaya belajar dan preferensi strategi belajar
mahasiswa sehingga pihak akademik Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara dapat memperbaiki strategi belajar untuk lebih
mengoptimalkan kinerja mahasiswanya.

1.5.3 Bagi peneliti


- Mendapatkan data-data penelitian terkait strategi belajar.

13
- Memperoleh pengetahuan seputar gaya belajar Index Learning Style
dan preferensi strategi belajar mahasiswa FK Untar.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaya Belajar


2.1.1 Definisi Belajar
Belajar adalah bentuk perubahan dalam diri seseorang dengan cara-cara
berperilaku melalui latihan dan pengalaman. Menurut Thursan Hakim
(2000:1) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia,
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan,dan daya pikir.7
2.1.2 Definisi Gaya Belajar
Individu dalam memahami metode pembelajarannya mempunyai tingkat
pemahaman yang berbeda, ada yang cepat memahami dan membutuhkan
waktu yang lama dalam memahami sebuah informasi. Gaya belajar adalah
kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, sekolah dan dalam
situasi-situasi antar pribadi8. Ketika seseorang menyadari bagaimana cara
menyerap dan mengolah informasi lewat gaya belajarnya, maka akan
memudahkan cara berkomunikasi dengan orang lain. Rita Dunn, seorang
pelopor di bidang gaya belajar telah menemukan banyak variabel yang
mempengaruhi cara belajar seperti faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis

7
https://books.google.co.id/books?id=D5MYVbhT81UC&pg=PA16&dq=belajar+adalah&hl=id&sa=X&v
ed=0CDkQ6AEwB2oVChMI1ouRuJCwyAIVlweOCh3Tbw5i#v=onepage&q=belajar%20adalah&f=false
8
https://books.google.co.id/books?id=6_Nx2_6T2cAC&pg=PA110&dq=faktor-
faktor+gaya+belajar&hl=id&sa=X&ved=0CBkQ6AEwAGoVChMIoeOezbywyAIVR0qOCh06rQl4#v=onep
age&q=faktor-faktor%20gaya%20belajar&f=false
http://lib.uin-malang.ac.id/?act=d_buku&id=103007657 dan
http://digilib.uinsby.ac.id/8614/3/Bab2.pdf

14
dan lingkungan. Sebagian orang dapat belajar dengan baik menggunakan
cahaya yang terang, sebagian belajar dengan pencahayaan yang suram, ada
belajar secara kelompok dan belajar sendiri, belajar dengan memerlukan
musik, dan juga ada orang yang belajar dengan memerlukan lingkungan kerja
yang teratur dan rapi. Gaya belajar terbagi atas dua kategori utama yaitu
bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah dan mengatur serta
mengolah infomasi tersebut. Secara umum langkah-langkah untuk mengenali
modalitas seseorang dalam gaya belajarnya seperti visual, auditorial atau
kinestetik. Gaya belajar visual merupakan belajar dengan apa yang mereka
lihat, orang dengan gaya belajar auditorial melakukannya dengan apa yang
mereka dengar, sedangkan gaya belajar kinestetik lewat gerak dan sentuhan.
Walaupun masing-masing individu menggunakan ketiga modalitas pada
tahapan tertentu, kebanyakan seseorang lebih cenderung pada salah satu di
antara ketiganya.8
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar dalam
mencapai suatu proses belajar yang baik. Dibagi menjadi faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal
dari dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal adalah faktor
yang berasal dari luar individu.
a) Faktor internal
Faktor ini berasal dari dalam individu, yang terdiri dari faktor
fisiologis dan faktor psikologis:
1) Faktor fisiologis:
Kematangan fisik merupakan fisik yang sudah
matang atau proses kesiapan belajar agar
mempermudah atau memperlancar proses belajar.
Keadaan indera yang sehat atau normal, terutama
penglihatan dan pendengaran akan mendukung dan
menentukan keberhasilan dalam proses belajar.

15
Keadaan kesehatan atau kondisi fisik yang sehat
sangat mempengaruhi proses belajar, apabila
kondisi badan yang tidak sehat termasuk kecacatan
atau kelemahan, misalnya: kurang gizi, kurang
vitamin, gangguan bicara atau cacat badan
termasuk anggota gerak akan menjadi kendala dan
menghambat proses belajar.
2) Faktor psikologis:
Motivasi belajar merupakan keadaan dalam diri
seseorang yang mendorong individu untuk
mencapai suatu tujuan dan keberhasilan dalam
belajar.
Emosi yang stabil, terkendali dan tidak emosional
dalam mengahadapi suatu pekerjaan atau masalah
akan proses belajar. Sebagai contoh mahasiswa
yang IQ-nya di atas rata-rata tetapi emosinya labil
dalam menghadapi permasalahan kecil membuat
mudah marah, mudah putus asa dan tidak tekun
sehingga menghambat keberhasilan belajar.
Minat adalah kecenderungan yang mengarahkan
mahasiswa pada bidang-bidang yang disukai dan
tekuni tanpa adanya keterpaksaan dari siapapun
untuk meningkatkan kualitasnya dalam
keberhasilan belajar individu.
Inteligensi merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kemajuan dan proses belajar
individu. Apabila individu memiliki inteligensi
rendah sulit untuk memperoleh hasil belajar yang
baik.

16
Kreativitas adalah usaha untuk memperbaiki
kegagalan sehingga individu merasa aman dalam
menghadapi pelajaran.

b) Faktor eksternal
Faktor ini berasal dari luar individu terdiri dari :
1) Faktor sosial
Orang tua yang mampu mendidik dengan baik,
mampu berkomunikasi dengan baik, penuh perhatian
terhadap anak, tahu kebutuhan dan kesulitan yang
dihadapi dan mampu menciptakan hubungan baik
dengan anak-anaknya, akan berpengaruh besar
terhadap keberhasilan belajar.9
Lingkungan sosial
Lingkungan sosial seperti lingkungan rumah,sekolah,
masyarakat dan teman di kelas atau di kelompok
belajar, dan orang-orang yang berada di sekitar dapat
mendukung aktivitas proses belajar, seperti
memberikan motivasi dan menutupi kelemahan-
kelemahan pada segi-segi tertentu dengan
kelebihannya.10
2.1.4 Klasifikasi Gaya Belajar
Secara umum mahasiswa memiliki karakter dan preferensi strategi
belajar yang berbeda dalam menerima dan memperoleh informasi.
Dengan mengetahui gaya belajar dapat memperoleh proses belajar

9
https://books.google.co.id/books?id=6GzU18bHfuAC&printsec=frontcover&dq=psikologi+untuk+kep
erawatan&hl=id&sa=X&ved=0CBoQ6AEwAGoVChMInevN0Pr-yAIVio-
OCh39hQ4T#v=onepage&q=faktor%20-
%20faktor%20yang%20mempengaruhi%20gaya%20belajar&f=false
10
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=-cMn5UtUwjAC&oi=fnd&pg=PA1&dq=faktor+-
+faktor+yang+mempengaruhi+gaya+belajar&ots=AgDTK9cHgc&sig=VY8p0UaIyolvbEvgX67bP4Xy-
qA&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

17
yang efektif. Ada macam-macam klasifikasi tentang gaya belajar
yaitu :
Tipe belajar menurut Myers-Briggs mengklasifikasikan
mahasiswa dengan preferensi gaya belajar yang berasal dari
teori Psikologi Carl Jung yaitu extraversion/introversion,
sensing/intuition, thinking/feeling dan judging/perceiving.
Menurut Felder-Silverman mengklasifikasikan 4 dimensi
gaya belajar yaitu sensing/intuitive, visual/verbal,
active/reflective, dan sequential/global.
Hermann Brain Dominance mengklasifikasikan 4 kategori
gaya belajar seseorang melalui cara berpikir yang pertama,
jika seseorang dominan otak kiri maka ia pemikir secara
logis, kedua dengan dominan otak kanan tipe gaya
belajarnya lebih berpikir secara holistik atau menyeluruh,
ketiga dengan dominan limbik otak kiri cara belajarnya
lebih berpikir secara sequential, keempat dengan limbik
otak kanan berarti seseorang lebih berpikir secara
emosional.
Gaya belajar menurut Kolbs mengklasifikasi seseorang
belajar dengan berpikir secara abstrak dan nyata.
Berdasarkan teori Kolbs yang dikembangkan oleh Honey
dan Mumfords mengklasifikasikan 4 komponen gaya
belajar yaitu activist, reflectors, pragmatists dan theorists.11

2.1.5 Manfaat Mengetahui Gaya Belajar


Mahasiswa yang memahami gaya belajar dengan tepat
merupakan cara belajar yang terbaik untuk memperoleh dan

11
https://books.google.co.id/books?id=jptmnuHKOYgC&pg=PA41&dq=classification+learning+style&h
l=id&sa=X&ved=0CC0Q6AEwA2oVChMI69Xjw8SIyQIVAxSUCh1eogEX#v=onepage&q=classification%2
0learning%20style&f=false

18
mengolah informasi serta meguasai pengetahuan baru
dengan cepat. Untuk memahami gaya belajar tidak hanya
dari mahasiwa itu sendiri, tetapi dosen atau pengajar perlu
memahami karakteristik gaya belajar mahasiswa, agar dapat
meningkatkan proses belajar mengajar dan prestasi
mahasiswa. Mahasiswa yang memanfaatkan kekuatan gaya
belajar sendiri, dapat membantu komunikasi antar sesama
dengan efektif, sehingga mahasiswa dapat menampilkan
informasi kepada diri sendiri dan orang lain12.
2.2 Index Learning Style
Ada berbagai macam model gaya belajar seseorang salah satunya
dapat ditentukan dengan Index Learning Style (ILS) yang
dirumuskan oleh Richard M. Felder dan Linda K. Silverman. Alat
ukur tersebut dikembangkan oleh Richard M. Felder dan Barbara A.
Solomen dari North Carolina State University. Indeks Learning
Style adalah alat ukur online yang digunakan untuk menilai
preferensi gaya belajar pada empat dimensi yaitu, active/reflective,
sensing/intuitive, visual/verbal, and sequential/global. Index
Learning Style (ILS) digunakan untuk tujuan non-komersial oleh
individu yang ingin mengetahui profil gaya belajar mereka sendiri
dan pendidik yang ingin menggunakannya untuk mengajar,
menasihati, atau melakukan penelitian dalam sistem
pembelajaran13.
Macam-macam gaya belajar menurut model Felder dan Barbara A.
Solomen Index Learning Style yaitu :
1) Gaya belajar active (aktif)

12
https://books.google.co.id/books?id=yYvb_KMXd1AC&pg=RA1-
PT164&dq=gaya+belajar&hl=id&sa=X&ved=0CCEQ6AEwAmoVChMIqpm70YC_yAIVzwSOCh3jbQJ_#v=
onepage&q=faktor%20faktor%20yang%20mempengaruhi%20gaya%20belajar&f=false
13
http://www4.ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/ILSdir/styles.htm

19
Gaya belajar active yaitu seseorang menjadi pelajar aktif di
dalam kelas atau dalam kelompok diskusi belajar, dimana
mahasiswa harus memahami informasi dengan melakukan
sesuatu yang bersifat aktiv seperti membahas, memecahkan
permasalahan dan menjelaskan informasi yang didapat
bersama teman-teman dalam kelompok diskusi. Dalam
diskusi kelompok semua peserta juga harus aktif seperti
menanyakan informasi yang belum dipahami. Individu yang
menyukai gaya belajar aktif dalam kelompok akan
mendapatkan dan menyimpan informasi agar membantu
proses pembelajaran yang efektif.
2) Gaya belajar reflective (reflektif)
Gaya belajar reflektif yaitu individu yang cenderung hanya
diam dan memikirkan informasi yang didapat sebelum
bertindak sesuatu seperti hanya membaca dan menghafal
materi. Gaya belajar reflektif mahasiswa lebih menyukai
belajar sendiri.
3) Gaya belajar sensing (Penginderaan)
Gaya belajar sensing yaitu seseorang yang lebih memilih
gaya belajar dengan memperoleh informasi secara detail,
fakta dan praktis. Individu dengan gaya belajar sensing lebih
realistis dan tertarik dengan hal-hal yang nyata, seperti
memecahkan suatu masalah atau menghubungkan informasi
dengan dunia nyata.
4) Gaya belajar intuitive (intuitif)
Gaya belajar intuitive yaitu individu yang menyukai hal-hal
yang asbtrak dan cenderung yang bersifat logika dan rumus-
rumus. Metode gaya belajar intuitive tidak menyukai
hafalan, mereka lebih suka menghubungkan sesuatu dengan
ide-ide yang ditemukan. Tetapi individu dengan gaya belajar

20
intuitive mudah bosan dan tidak menyukai pengulangan
materi yang diulang-ulang didalam kelas.
5) Gaya belajar visual (Penglihatan)
Gaya belajar visual yaitu individu lebih cenderung menyukai
gaya belajar dengan menggunakan gambar, sketsa, foto,
diagram, grafik, video dan alat bantu belajar yang lainnya.
Gaya belajar visual lebih suka mencatat, menulis poin-poin
penting, membuat coretan-coretan atau gambar dibukunya
seperti membuat konsep atau mind mapping dan lebih
memperhatikan ekspresi pengajar, serta penjelasan dalam
bentuk gambar, video, foto dan lain-lain.
6) Gaya belajar verbal (perkataan)
Gaya belajar verbal yaitu gaya belajar yang lebih suka
memahami sesuatu dengan penjelasan dari teman
sekelompok baik lisan maupun tulisan. Seseorang lebih suka
membuat ringkasan atau mencatat garis besar dari materi
kuliah.
7) Gaya belajar sequential (berurutan)
Gaya belajar sequential yaitu lebih menyukai belajar dengan
cara bertahap atau berurutan dalam menyelesaikan tugas
atau pekerjaan, serta cenderung mengerjakan sesuatu secara
berhati-hati, detail dan sangat memperhatikan kerapian
dalam menyelesaikan sesuatu.
8) Gaya belajar Global (menyeluruh)
Gaya belajar global yaitu gaya belajar dengan cara
mengerjakan sesuatu secara holistik atau acak tanpa melihat
suatu hubungan. Seseorang lebih cenderung melihat suatu

21
materi secara menyeluruh atau garis besar, setelah itu masuk
ke inti dari permasalahan tersebut14.
Individu dapat memiliki satu atau lebih dimensi gaya belajar
maupun preferensi gaya belajar. ILS memiliki empat
dimensi yang mempunyai skor masing-masing yang
menentukan kategori gaya belajar, setiap kategori dari 4
dimensi tersebut memiliki skor yang berhubungan dengan
11 pertanyaan. Semakin tinggi skor maka semakin kuat
kecenderungan gaya belajar seseorang. Skor 1-3 masuk
dalam kategori gaya belajar seimbang, skor 5-7 masuk
dalam kategori gaya belajar sedang, sedangkan skor 9-11
masuk dalam kategori gaya belajar kuat.

Gambar 2.2.1 Learning Styles Results

14
Richard, M. Felder and Barbara A . Solomen, 1994, Index of Learning Style, North Carolina State
University, http://www4.ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/ILSpage.html

22
Keterangan

1. Nilai 1-3 : seimbang


2. Nilai 5-7 : Sedang
3. Nilai 9-11 : kuat

2.3 Strategi Belajar


Setiap individu memiliki strategi belajar yang berbeda dan
mahasiswa dapat menentukan strategi belajar yang cocok
dengan dirinya sendiri agar tercapainya suatu tujuan atau
sasaran khusus dalam proses belajar. Menurut Dick dan
Carey (1990) Strategi belajar adalah seluruh komponen
materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan
belajar yang digunakan untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan belajar. Strategi belajar dibagi dalam dua
bagian utama yaitu, cara belajar secara struktual dan
karakteristik individu.
1. Strategi belajar secara terstruktur
Cara belajar yang telah disiapkan oleh masing-
masing institusi pendidikan terutama diperguruan
tinggi seperti :
Strategi belajar kooperatif
Strategi belajar kooperatif merupakan variasi
metode pembelajaran di mana siswa yang
bekerja pada kelompok-kelompok kecil untuk
membantu satu sama lain dalam memahami

23
suatu pokok pembahasan/materi
pembelajaran. Mahasiswa diharapkan saling
membantu, berdiskusi dan beragumen dengan
yang lainnya sehingga dapat menekan
perbedaan pemahaman dan pengetahuan
dalam mempelajari suatu pokok bahasan
tersebut. Kunci utama pembelajaran
kooperatif adalah peran dosen dalam
pengorganisasian dalam kelas , hal ini
ditandai dengan adanya karakteristik yaitu,
tujuan kelompok, tanggung jawa individu,
kesempatan yang sama untuk meraih
kesuksesan, kompetisi tim, spesialisasi tugas
dan adaptasi terhadap kebutuhan individual.15
Strategi Electronic-learning
Proses belajar (learning) menggunakan
media atau bantuan peralatan elektronik yang
diharapkan dapat meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pembelajaran, konsep tersebut
dikenal sebagai e-learning. Dalam aplikasi
ini media pembelajaran e-learning dapat
berupa media offline maupun online.
Pemanfaatn belajar berbasis e-learning
diharapkan dapat mengatasi permasalahan
yang ditimbulkan dalam metode
pembelajaran.16
Strategi Blended learning

15
hubsasia.ui.ac.id/index.php/hubsasia/article/download/573/66
16
download.portalgaruda.org/article.php?article=6657&val=438

24
Blended learning pada dasarnya adalah suatu
sistem belajar yang memadukan antara
belajar face to face (bertemu muka/klasikal)
dengan belajar secara online (melalui
penggunaan fasilitas/media internet).
Akhmad Faizal menjelaskan bahwa dalam
pembelajaran Blended Learning, siswa tidak
hanya mengandalkan materi yang diberikan
oleh guru, tetapi dapat mencari materi dalam
berbagai cara, seperti mencari ke
perpustakaan, menanyakan kepada teman
kelas atau teman saat online, membuka
website, mencari materi belajar melalui
search engine, portal, maupun blog, atau
bisau juga dengan media-media lain berupa
software pembelajaran serta tutorial
pembelajaran.17
Strategi Knowledge management (KM)
Knowledge management adalah usaha untuk
meningkatkan pengetahuan yang berguna
dalam organisasi, diantaranya membiasakan
budaya berkomunikasi antar personil,
memberikan kesempatan untuk belajar, dan
menggalakan saling berbagi
pengetahuan.dimana usaha ini akan
menciptakan dan mempertahankan
peningkatan nilai dari inti kompetensi bisnis

17
journal.uny.ac.id Home Vol 11, No 2 (2013) Sari

25
dengan memanfaatkan teknologi informasi
yang ada.18
2. Strategi belajar individual
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang
menekankan pada cara belajar siswa yang sesuai
dengan kebutuhan, minat dan kemampuannya
(Woofolk,1993). Dalam praktik pembelajaran
individual di kelas, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan, yaitu guru harus menyadari adanya
tingkat perkembangan kognitif anak sehingga guru
harus memberikan tugas yang sesuai dengan
kemampuannya, orientasi perhatian guru lebih
kepada siswa secara individual daripada kelompok
karena adanya perbedaan perkembangan kognitif dan
adanya control siswa terhadap cara belajarnya
sendiri. Dalam sistem pembelajaran individual, siswa
mempelajari materi dalam unit-unit kecil dalam
bentuk teks disertai dengan petunjuk, siswa secara
individu dapat mengoreksi kesalahan dari tugas yang
dikerjakan.15
Di tiap-tiap fakultas telah menetapkan metode dan teknik
belajar mengajar yang tepat agar dapat meningkatkan
prestasi mahasiswa dan tercapainya sistem pembelajaran15.
Di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara memiliki
strategi belajar seperti perkuliahan, skill lab, praktikum atau
ketrampilan klinis dasar, tutorial, belajar mandiri dan media
sosial.
2.3.1 Kuliah

18
ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/article/view/1713

26
Belajar di perguruan tinggi merupakan strategi untuk
mencapai tujuan individual bagi mereka yang menyatakan
diri untuk belajar melalui jalur formal tersebut. Seseorang
yang telah mengalami proses belajar secara formal akan
mempunyai wawasan, pengetahuan, keterampilan,
kepribadian dan perilaku tertentu yang sesuai dengan apa
yang dituju oleh lembaga pendidikan. Tujuan yang dicapai
melalui belajar diperguruan tinggi harus dicapai dalam
bentuk unit kegiatan belajar-mengajar yang disebut kuliah.
Kuliah merupakan bentuk interaksi antara dosen,
mahasiswa, dan pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri
tersimpan dalam bentuk media cetak, audio, visual, dan
kemmapuan dosen. Mahasiswa yang telah masuk
diperguruan tinggi akan memilih berbagai jurusan sesuai
minat dan fasilitas-fasilitas yang telah disediakan. Fakultas
Kedokteran Universitas Taumanagara saat ini menggunakan
sistem Problem Based Learning (PBL) dimana mahasiswa
berpikir kritis dan memiliki ketrampilan dalam memecahkan
masalah agar dapat memperoleh pengetahuan. Waktu kuliah
mahasiswa bertemu dengan dosen dikelas sangat pendek dan
terbatas, di kelas terjadi proses belajar mengajar yaitu dosen
hanya memberikan materi pelajaran hanya secara garis
besar. Materi kuliah yang diberikan dosen kepada
mahasiswa tentu saja tidak cukup sebagai sumber
pengetahuan, sehingga mahasiswa mampu bertanggung
jawab secara mandiri untuk mencari pengetahuan19.
2.3.2 Praktikum atau Ketrampilan Klinis Dasar (KKD)
Ketrampilan klinis dasar atau disebut juga skill lab sangat
penting bagi mahasiswa fakultas kedokteran dalam

19
http://inparametric.com/download/Artikel1.pdf

27
mencapai standar kompetensi sebagai seorang dokter.
Menurut Handri (2009) mengatakan bahwa saat ini menteri
pendidikan dan kebudayaan telah membuat peraturan
tentang tata cara pelaksanaan uji kompetensi mahasiswa
program profesi dokter atau dokter gigi yang mengharuskan
setiap dokter yang dinyatakan lulus dan ingin mendapatkan
surat ijin praktik harus memiliki sertifikat kompetensi yang
diperoleh setelah lulus uji kompetensi. Dengan adanya ujian
ketrampilan klinis dasar diharapkan dapat memberi
informasi tentang pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
tenaga kesehatan, sehingga nantinya akan terjamin dan
terstandar secara nasional. Proses bimbingan ketrampilan
klinis dasar menurut Balendong (1999) dilakukan dalam
beberapa tahapan:
Tahap pertama dengan cara mendemonstrasikan
ketrampilan klinis seperti: menjelaskan ketrampilan klinis
dasar dengan menggunakan video atau slide,
memperagakan ketrampilan pada model anatomik
(simulasi).
Tahap kedua dengan cara mahasiswa
mempraktikkan ketrampilan klinis dasar pada pasien
simulasi atau manekin di bawah pengawasan dosen
pembimbing. Dosen sebagai pembimbing akan meninjau
ulang praktik mahasiswa dan memberikan umpan balik
yang konstruktif.
Tahap ke tiga melakukan evaluasi kompetensi
atau ketrampilan mahasiswa oleh dosen, sehingga dosen
dapat menilai setiap ketrampilan klinis dasar yang

28
dipraktikan mahasiswa dengan menggunakan check list
yang telah disediakan20.
Di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
ketrampilan klinis dasar merupakan tempat laboratorium
yang diberikan pelatihan-pelatihan secara klinis dasar,
berkaitan dengan sistem faal tubuh yang menjadi bahasan
utama pada blok yang dipelajari. Ketrampilan Klinis ini
akan dinilai secara keseluruhan dalam bentuk ujian
OSCE (Objective Structured Clinical Examination) bila
mahasiswa telah lulus 21 blok, sehingga mahasiswa
kedokteran Universitas Tarumanagara mampu melakukan
prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan
dengan menerapkan keselamatan pasien, diri sendiri dan
orang lain.21
2.3.3 Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu kelompok belajar
yang memiliki anggota 8 sampai 12 mahasiswa yang
terdiri dari ketua, sekretaris dan penulis agar diskusi
dapat berjalan baik dan terarah. Dalam diskusi kelompok
interaksi anggota harus saling berpatisipasi dan aktif
dalam proses pembelajaran. Diskusi kelompok di
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
menggunakan suatu sistem metode pembelajaran
berdasarkan Problem Based Learning (PBL) merupakan
metodologi edukasi primer yang dimana masalah-
20
file:///C:/Users/MERRY/Downloads/73-143-1-SM%20(7).pdf
Ayat-ayat pemerintah
https://www.google.co.id/search?q=pemerintah+membuat+aturan+mahasiswa+kedokteran+lulus+uj
i+standar+kompetensi&oq=pemerintah+&aqs=chrome.0.69i59j69i57j0l4.3089j0j7&sourceid=chrome
&es_sm=93&ie=UTF-8# , file:///C:/Users/MERRY/Downloads/22-96-1-PB.pdf (HUBUNGAN
KEAKTIFAN BELAJAR DENGAN KETRAMPILAN PRAKTEK) dan file:///C:/Users/MERRY/Downloads/S1-
2014-297034-chapter1%20(2).pdf
21
http://kedokteran.tarumanagara.ac.id/index.php/ind/read/343

29
masalah kesehatan yang disajikan digunakan untuk
menstimulasi dan mengarahkan mahasiswa. Perbedaan
Problem Based Learnig dengan pemecahan masalah
adalah tujuan dari pembelajaran bukan untuk
memecahkan kasus yang diberikan melainkan sebagai
alat bantu agar mahasiswa dapat mencari sendiri topik-
topik yang mereka butuhkan sehingga dapat dimengerti
dan menerapkannya pada kasus, serta mendiskusikannya
secara bersama-sama dengan mahasiswa lain di
kelompok diskusi yang di awasi oleh tutor. Kelompok
dalam PBL tidak hanya memfasilitasi kebutuhan
pengetahuan, tetapi juga beberapa atribut, seperti
keterampilan komunikasi, kerja sama tim pemecahan
masalah, tangung jawab mandiri untuk belajar, berbagi
informasi, dan menghargai teman lain.22
2.3.3.1 Kurikulum
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
menggunakan kurikulum Problem Based Learning (PBL)
yang memiliki pengertian dimana lingkungan belajar
yang didalamnya menggunakan masalah untuk belajar,
yaitu sebelum pembelajar mempelajari suatu hal,
mahasiswa diharuskan mengidentifikasi suatu masalah,
baik dihadapi secara nyata maupun telaah kasus. Masalah
diajukan sedemikian rupa sehingga para pelajar
menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar
mereka dapat memecahkan masalah dan digunakan
sebagai sarana agar dapat menyokong keilmuan dalam
proses pembelajaran. Sikap dan keterampilan umum yang
perlu dikembangkan dalam PBL diantaranya adalah kerja

22
http://fhs.mcmaster.ca/facdev/documents/tutorPBL.pdf

30
sama tim, ketua kelompok, mendengarkan, menghargai
pendapat teman, berpikir kritis, belajar mandiri,
penggunaan berbagai sumber, dan kemampuan
presentasi.
PBL merupakan metode belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru. Peserta didik tidak
lagi diberikan materi belajar satu arah seperti metode
pembelajaran konvensional, akan tetapi diharapkan
peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan mereka
secara mandiri. Dalam diskusi kelompok kecil yang
terdiri 8-10 orang diberikan suatu permasalahan dan
mereka mencari soulusi atas permasalahan tersebut.
Untuk mendapatkan solusi, mahasiswa diharapkan secara
aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai
sumber seperti dari bahan bacaan (literature),
narasumber, dan sebagainya. Untuk dapat memperoleh
hasil yang diharapkan, maka terdapat langkah-langkah
yang dilakukan dalam PBL sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
Mahasiswa membaca masalah yang diberikan dan
mendiskusikannya. Mereka dapat terstimulus untuk
mendiagnosis masalah tersebut dan harus didorong untuk
berpikir lebih dalam pertanyaan
apa,mengapa,bagaimana,kapan, dan sebagainya.
2. Eksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki
Klarifikasi istilah yang digunakan dalam masalah beserta
maknanya. Mahasiswa dating dengan pengetahuan yang
mereka miliki sebelumnya, termasuk dari pengalaman hidup.

31
Seseorang dapat memahami materi atau pengetahuan baru jika
telah pernah tahu tentang topic tersebut.
3. Menetapkan hipotesis
Pada tahap ini diharapkan mahasiswa dapat membangun
hipotesis dari permasalahan yang diberikan
4. Identifikasi isu-isu yang dipelajari
Isu pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pertanyaan
yang tak dapat dijwab dengan pengetahuan yang masih dimiliki
oleh mahasiswa. Pada tahap ini mahasiswa harus menyadari
apa yang menjadi isu pembelajaran, baik bagi kelompok
maupun bagi tiap individu.
5. Belajar mandiri
Pada tahap ini harus jelas isu pembelajaran yang
menjadi tujuan bagi tiap mahasiswa. Pada area
tertentu, perlu ditentukan bagian yang merupakan
bagian dari belajar mandiri mahasiswa. Hal ini
bermanfaat sebelum masuk pertemuan (tutorial)
berikutnya.
6. Re-evaluasi dan penerapan pengetahuan baru
terhadap masalah
Mahasiswa berkumpul kembali setelah
membahas isu pembelajaran pada tahap sebelumnya.
Pada tahap inilah ilmu atau pengetahuan yang baru
diterapkan pada permasalah yang diberikan di awal.
Penelitian di bidang pendidikan mengungkapkan
bahwa jika bekerja dengan informasi baru dengan
mempertanyakannya, menerapkannya pada situasi
yang berbeda dapat membantu merangsang
pembelajaran pada masa mendatang.
7. Pengkajian dan refleksi

32
Sebelum proses pembelajarn selesai, mahasiswa
sebaiknya mendapat kesempatan untuk berefleksi
mengenai proses pembelajaran yang terjadi. Hal ini
termasuk melakukan review terhadap pembelajaran
yang telah diraih, sekaligus kesempatan bagi
kelompok untuk memberikan umpan balik mengenai
proses yang telah berlangsung.
2.3.3.2 Tutor
Secara umum peran tutor atau fasilitator adalah memantau
dan memastikan kelancaran kerja kelompok serta melakukan evaluasi
terhadap efektivitas proses belajar kelompok. Memantau jalannya diskusi,
membimbing proses belajar mahasiswa dengan mengajukan pertanyaan
yang tepat, memberikan pengarahan dan mengevaluasi kegiatan belajar
mahasiswa, termasuk partisipannya dalam proses diskusi kelompok.
2.3.3.3 Ketua kelompok
Dalam diskusi kelompok memiliki ketua kelompok yang
berperan untuk memimpin jalannya proses diskusi kelompk, memotivasi
anggota kelompok untuk berpatisipasi, memastikan waktu yang telah
ditetapkan, memastikan anggota kelompok mengerjakan tugas yang telah
ditentukan dan memastikan notulen dapat mengikuti dan membuat catatan
yang akurat.
2.3.3.4 Notulen atau Penulis
Peran notulen atau penulis dalam berlangsungnya proses
diskusi adalah mencatat poin-poin dan sumber sumber yang dibuat oleh
kelompok, membantu kelompok mengungkapkan pemikirannya dan
berpatisipasi dalam diskusi.
2.3.3.5 Anggota Kelompok
Dalam proses diskusi anggota kelompok mengikuti langkah-
langkah yang telah ditetapka, berpatisipasi dalam diskusi, mendengarkan
dan menghargai pendapat teman, menaganalisis semua tujuan

33
pembelajaran dan juga berbagi informasi dengan anggota kelompok
lainnya.23
2.3.4 Belajar mandiri
Mahasiswa kedokteran dalam sistem pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) salah satunya dengan menggunakan keterampilan
Self Directed Learning (SDL) yaitu mahasiswa mampu mengatur
jadwal belajar sendiri dalam mencapai kesuksesan proses belajar
dan merupakan kunci konsep pembelajaran mandiri. Keterampilan
self directed learning sangat penting dalam lapangan medis, karena
pengetahuan ilmu kedokteran secara terus-menerus berubah dan
berkembang24. Belajar mandiri merupakan aktivitas peserta didik
untuk memulai dan bertanggung jawab dalam proses belajar.
Guglielmino (1977) mendefinisikan belajar mandiri sebagai proses
dimana individu mengambil inisiatif, kemandirian, dan ketekunan
dalam belajar, bisa menerima tanggung jawab sendiri, memiliki rasa
ingin tahu, keinginan yang kuat untuk belajar, dan mampu mengatur
waktu secara disiplin dalam menerapkan strategi belajar yang
tepat25.
2.3.5 Media Sosial
Ilmu pendidikan kedokteran dalam berbagai aspek dikembangkan
sesuai perkembangan zaman, terutama dalam perubahan model
pembelajaran yang menggunakan problem-based learning dengan
metode pembelajaran dari teacher centered learning ke arah
student-centered learning merupakan salah satu contoh konkrit

23

https://books.google.co.id/books?id=OPyf0ArEccMC&pg=PT134&dq=kurikulum+problem+based+lear
ning&hl=id&sa=X&ved=0CBoQ6AEwAGoVChMI7aup6ar9yAIVwj6OCh2mpQCf#v=onepage&q=kurikul
um%20problem%20based%20learning&f=false
24
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4259209/
25
http://jdc.jefferson.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1007&context=aisrpubs dan
http://eprints.uns.ac.id/11193/1/Publikasi_Jurnal_(38).pdf ??
http://meded.ucsf.edu/sites/meded.ucsf.edu/files/documents/research-and-development-medical-
education/pearls-self-directed-learning.pdf ???

34
yang diterapkan di seluruh fakultas kedokteran di Indonesia26.
Menurut Rodolfo P. Ang (2001) dari Loyola School Ateneo de
Manila University student-centered learning (SCL) merupakan
model pembelajaran yang memfasilitasi mahasiswa untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan ini
dilakukan dengan membaca buku-buku teks, membaca digital
book dalam komputer, mencari bahan dari sumber-sumber online,
dan memfasilitasi mereka untuk secara aktif mencari bahan,
termasuk mendiskusikan informasi yang diperoleh, selain belajar
dengan banyak sumber, proses ini memungkinkan mahasiswa
belajar dengan senang hati dan menikmati setiap prosesnya, baik di
dalam maupun di luar kelas27. Dengan adanya sistem student-
centered learning dalam dunia pendidikan kedokteran mahasiswa
mencari sumber-sumber pengetahuan dengan memanfaatkan media
sosial. Menurut Puntoadi (2011:1) media sosial adalah fitur berbasis
website yang dapat membentuk jaringan serta memungkinkan orang
untuk berinteraksi dalam sebuah komunitas dan dapat melakukan
berbagai bentuk pertukaran, kolaborasi dan saling berkenalan dalam
bentuk tulisan visual maupun audiovisual28. Penggunaan jejaring
sosial sangat diminati oleh generasi saat ini terkecuali mahasiswa,
dengan menulis status, chatting, berkomentar, menampilkan foto
dan video melalui berbagai macam media sosial. Dengan
kemudahan mengakses internet mendukung peluang penggunaan
sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa kedokteran, selain itu
juga melalui media sosial dapat digunakan untuk berkomunikasi
antar sesame anggota, mahasiswa, dosen maupun karyawan-

26
http://www.kalbemed.com/Portals/6/06_219Potensi%20Jejaring%20Sosial%20sebagai%20Media%
20Belajar%20Mahasiswa%20Kedoketeran.pdf
27
http://uinjkt.ac.id/id/student-centered-learning-2/
28
Puntoadi, Danis, 2011. Menciptakan Penjualan Melalui Social Media, PT Elex Komputindo, Jakarta
http://digilib.uin-suka.ac.id/7414/2/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf dan http://e-
journal.uajy.ac.id/293/2/1KOM03532.pdf

35
karyawan28. Komunikasi komunikasi yang efektif merupakan kunci
sebagai penentu keberhasilan dalam interaksi dengan sesama dan
menumbuhkan kepuasan komunikasi dari mahasiswa.
2.4 Hubungan Gaya Belajar Index Learning Style (ILS) dengan
Preferensi Strategi Belajar.
Setiap individu memiliki perbedaan dalam memahami dan memproses
informasi yang diberikan kepadanya. Perbedaan ini dinamakan dengan
gaya belajar yang diartikan sebagai preferensi mahasiswa terhadap proses
atau aktivitas di dalam proses pembelajaran. Penelitian yang dilakukan
pada Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa
gaya belajar aktif mahasiswa mendukung keyakinannya untuk mampu
mengatasi tantangan dalam perkuliahan yang dihadapi dan keyakinan
untuk mendapatkan kesuksesan dalam belajar. Hasil ini menunjukkan
bahwa pembelajaran berbasis Student-Centered Learning (SCL) yang
mengeksplorasi keaktifan mahasiswa dapat berlangsung dengan baik
ketika mahasiswa memiliki gaya belajar aktif yang ditunjukkan dengan
upaya belajar secara aktif dengan menggunakan eksperimentasi dan
belajar dengan cara bekerja sama dengan rekan sejawat.
Pemilihan strategi dalam proses pembelajaran diharapkan mewadahi
minat dan preferensi mahasiswa dalam belajar karena keberhasilan
penyelenggaraan pembelajaran sangat ditentukan oleh faktor tersebut.
Mayer dan Massa (2003) menemukan bahwa preferensi belajar
mahasiswa mempengaruhi kesuksesan belajar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa banyak ditemui ketidaktepatan antara model
pembelajaran yang dipakai oleh para pengajar dengan preferensi siswa
dalam belajar. Dennis (2003) mengatakan bahwa proses pembelajaran
yang diselenggarakan oleh para pengajar pada berbagai pendekatan
seringkali bersifat intuitif, verbal, deduktif, sekuensial, cenderung
berorientasi pada satu model antara pasif atau reflektif, sedangkan
mahasiswa lebih banyak yang berorientasi pada sensing, visual, induktif,

36
sekuensial, dan menyukai keseimbangan antara model aktif dan
reflektif.29

2.4 Kerangka Teori

Suku atau
Etnik

Jenis
Minat
kelamin

Motivasi Bakat
Gaya
Belajar

Lingkungan Interaksi
sosial Sosial

Preferensi
Strategi Kepribadian
Belajar

2.5 Kerangka Konsep

29
http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/Alsa%20dkk%20-
%20Eksplorasi%20Gaya%20dan%20Strategi%20Regulasi%20Belajar%20.pdf

37
Preferensi
Gaya belajar
strategi belajar

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah analitik cross-


sectional.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas


Tarumanagara angkatan 2015, Jakarta Barat pada bulan Februari 2016.

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi Target penelitian ini adalah semua mahasiswa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Angkatan 2015.

Populasi Terjangkau penelitian ini adalah semua mahasiswa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Angkatan 2015 yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi.

38
3.3.2 Sampel penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara Angkatan 2015 yang bersedia
mengikuti penelitian dan memenuhi kriteria inklusi.

3.4 Perkiraan besar sampel


Desain penelitian cross-sectional, rumus bessar sampel minimal yang
digunakan adalah :
Z = 1,96 pada = 5%
Z = 0,842 pada power 80%
P1 = 0,8 (proposi responden dengan gaya belajar dominan yaitu
sensing)
P2 = 0,6 clinical judgment
P = (P1+P2)
= (0,8+0,6)
= 0,7
Q =1-P Q1=1 - P1 Q2=1 - P2
= 1 0,7 Q1=1 0,8 Q2=1 0,6
= 0,3 Q1 = 0,2 Q2= 0,4
n1 = n2 = {2 + 11 + 22}
3.5 Kriteria inklusi dan eksklusi
3.5.1 Kriteria inklusi
Semua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara angkatan tahun 2015 yang hadir pada saat
dibagikan kuisioner dan bersedia mengikuti penelitian ini.
3.5.2 Kriteria eksklusi
- Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
angkatan 2015 yang tidak hadir pada saat dibagikan kuisioner.
- Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
angkatan 2015 yang tidak bersedia mengikuti penelitian ini.

3.6. Cara Kerja Penelitian

39
1. Mempersiapkan kuisioner yang akan dibagikan.
2. Membagikan kuisioner kepada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumangara angkatan 2015.
3. Menanyakan kesediaan responden bersedia untuk mengikuti
penelitian ini.
4. Setelah responden bersedia, responden diminta untuk
menandatangani formulir informed consent
5. Membagikan lembaran kuisioner yang terdiri dari satu lembar
berisi pertanyaan tentang data diri dan dua lembar kuisioner
yang terdiri dari satu lembar pertanyaan tentang gaya belajar
Index Learning Style (ILS) dan satu lembar pertanyaan yang
berkaitan tentang preferensi strategi belajar.
6. Mengumpulkan kuisioner yang telah diisi oleh mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan
2015.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner Index
Leraning Style (ILS) dan kuisioner preferensi strategi belajar.

3.8 Variabel Penelitian


Variabel bebas dari penelitian ini adalah gaya belajar Index Learning
Style (ILS) mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara angkatan 2015.
Variabel tergantung dari penelitian ini adalah strategi belajar
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan
2015.

3.9 Definisi Operasional


3.8.1 Gaya belajar

40
Definisi : seseorang yang menetukan cara
belajarnya secara tepat agar mencapai suatu proses belajar yang
efektif dan merupakan kunci kesuksesan dalam prestasi belajar.
Cara ukur : Dengan membagikan kuisioner kepada
responden dan ditanya mengenai gaya belajar.
Alat ukur : Kuisioner Index Learning Style
Hasil ukur : Active/reflective, sensing/intuitive,
visual/verbal, dan sequential/global
Skala ukur : Data kategorik

3.8.2 Preferensi strategi belajar

Definisi : Suatu rencana yang dirancang


mahasiswa untuk mennetukan cara belajarnya.
Cara ukur : Dengan membagikan kuisioner strategi
belajar kepada responden.
Alat ukur : Kuisioner Motivated Strategies for
Learning Questionnaire (MSLQ)
Hasil ukur : Strategi belajar meliputi penggunaan
strategi metakognitif dan strategi kognitif serta manajemen
sumber-sumber belajar yang berbeda. Subskala metakogniif
meliputi perencanaan, monitoring, dan pengaturan (regulating).
Sedangkan, strategi kognitif yang digunakan pelajar dinilai
dengan tiga subskala pula, yaitu: 1) latihan/ulangan
(rehearsal); 2) perluasan (elaboration); dan 3) strategi
pengaturan (organization).
Skala ukur : Data kategorik

3.10 Pengumpulan Data

41
Mahasiswa-mahasiswa angkatan 2015 yang telah memenuhi kriteria
inklusi diikutsertakan dalam penelitian. Menyebarkan informed
consent kepada responden, jika responden setuju maka dipersilahkan
untuk mengisi kuisioner yang telah tersedia dengan lengkap. Setelah
selesai mengisi setiap pertanyaan, maka responden mengembalikan
kuisioner kepada peneliti.

3.11. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan analisis multivariat, yaitu


menggunakan program terkomputerisasi yang disebut Statistical Product and
Service Solutions (SPSS).

3.12. Alur Penelitian

Mahasiswa
Fakultas Membagikan Mengumpulkan
Kedokteran kuisioner dan mengolah Melaporkan
Universitas kepada data kuisioner hasil penelitian
Tarumanagara responden oleh peneliti
Angkatan 2015

Gambar 3.12.1 Alur Penelitian

3 .13.Jadwal Pelaksanaan

2015 2016
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
Penentuan topik x x
Studi literature x x
Pembuatan proposal x x x x x
Persetujuan x

42
proposal
Pengumpulan data x
Pengolahan data x
Pembuatan skripsi x x
Pengajuan skripsi x
Sidang skripsi x
Pengumpulan x
skripsi

43

Anda mungkin juga menyukai