Anda di halaman 1dari 12

Carl J.

Wenning (2010) dalam jurnal Levels of Inquiry: Using inquiry

spectrum learning sequences to teach science memperkenalkan sebuah model

pembelajaran berbasis inkuiri yang dikenal dengan model pembelajaran Hierarki of

Inquiry atau level kegiatan berinkuiri. Wenning mengelompokan kedalam lima level

tingkat kesulitan menerapkan inkuiri. Kelima level inkuiri itu adalah discovery

learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab dan hypothetical

inquiry

Hierarki dapat diartikan sebagai urutan pelaksanaan suatu kegiatan, sehingga hierarchy

of inquiry diartikan sebagai urutan kegiatan pembelajaran berinkuiri. Wenning

mengelompokkan ke dalam lima level dalam menerapkan kegiatan berinkuiri yaitu

discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab dan

hypothetical inquiry. Ke lima level pembelajaran inkuiri tersebut diurutkan

berdasarkan dua hal, yaitu kecerdasan intelektual dan pihak pengontrol. Kecerdasan

intelektual adalah kecerdasan yang dimiliki oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran

dengan metode tertentu, sedangkan pihak pengontrol adalah pihak yang mengontrol

kegiatan pembelajaran. Pihak pengontrol adalah pihak yang mendominasi dalam

melaksanakan setiap tahapan pembelajaran, yaitu berperan dalam menemukan

permasalahan, melakukan percobaan, hingga merumuskan kesimpulan. Tabel 2.1

menyatakan urutan pelaksanaan pembelajaran inkuiri yang dijabarkan oleh Wenning

pada jurnal Level of inquiry : Hierarchies of pedagogical practices and inquiry

processes.
Tabel 2.1 Urutan Pelaksanaan Model Pembelajaran Level of Inquir

Pure Hypothetical
Discovery Interactive Inquiry Inquiry
Inquiry
Learning Demonstration Lesson Lab Applied Hypothetical
Inquiry
Rendah Kecerdasan intelektual Tinggi
Guru Pihak pengontrol Siswa

Urutan pelaksanaan pembelajaran inkuiri pada tabel diatas bergerak dari arah

kiri kekanan. Peningkatan kecerdasan yang dimiliki siswa dalam pelaksanaan kegiatan

inkuiri, bergerak dari bagian kiri ke bagian kanan, dimana pendekatan inkuiri pada

bagian paling kiri cocok diterapkan pada siswa yang memiliki kecerdasan rendah

sedangkan metode pada bagian paling kanan cocok diterapkan pada siswa yang

memiliki kecerdasan tinggi. Begitu pula perubahan pihak pengontrol dari guru ke siswa

bergerak dari kiri ke kanan, dimana bagian paling kiri guru lebih banyak mengontrol

dan mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga siswa bersifat pasif, sedangkan

bagian paling kanan siswa lebih banyak mengontrol pembelajaran dan guru hanya

mendampingi dan mengawasi pembelajaran.

1. Discovery Learning (belajar penemuan)

Fokus dari discovery learning bukan pada pencarian aplikasi pengetahuan, melainkan

untuk membangun pengetahuan secara induktif dari pengalaman-pengalaman.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan memanfaatkan pengalaman siswa untuk

menciptakan permasalahan. Jika tidak ada permasalahan yang dikemukakan, kegiatan

awal dapat diganti dengan sebuah percobaan sederhana yang kemudian diangkat
menjadi permasalahan. Permasalahan tersebut dipecahkan oleh siswa dengan

mendapatkan bantuan guru berupa pertanyaan- pertanyaan pembimbing sampai

diperoleh kesimpulan.

2. Interactive Demonstration

Interactive demonstration secara umum berisi demonstrasi guru mengenai sebuah

percobaan sains, yang kemudian berlangsung interaktif karena adanya prediksi dan

explanation (bagaimana sesuatu dapat terjadi) dari siswa. Percobaan sains yang

dilakukan biasanya merupakan sebuah peragaan mengenai peristiwa yang biasa terjadi

dalam kehidupan sehari-hari. Setelah melakukan peragaan, guru berperan untuk

menanyakan dan meningkatkan prediksi siswa, menghadirkan respon-respon,

mengumpulkan pelajaran lebih lanjut, dan membantu siswa untuk mencari kesimpulan

dari fakta-fakta.

3. Inquiry Lesson

Tahap kegiatan inquiry lesson merupakan tahap transisi antara demonstrasi dan

laboratory experiences (kegiatan laboratorium). Dalam tahap ini, terdapat kegiatan

eksperimen sains yang lebih kompleks daripada demonstrasi interaktif. Eksperimen

dilakukan dengan mempertimbangkan adanya variabel-variabel percobaan yang saling

mempengaruhi proses eksperimen. Siswa pun mulai mengidentifikasi jenis-jenis

variabel dan mengontrol variabel-variabel tersebut. Dalam tahap ini, bimbingan dari

guru lebih banyak diberikan secara langsung menggunakan pertanyaan membimbing.


4. Inquiry Lab

a. Guided Inquiry Lab

Tahap guided inquiry lab merupakan tahapan selanjutnya dari model pembelajaran

level of inquiry dan merupakan tahap awal dari aktivitas laboratorium yang dimaksud

disini ialah kegiatan eksperimen yang meliputi keterampilan mengidentifikasi variabel,

mengontrol variabel, dan menghitung data. Adapun ciri khusus dari tahap guided

inquiry lab ialah adanya kegiatan pre-lab atau diskusi diawal pembelajaran serta

adanya multiple leading questioning (pertanyaan yang menuntun) dari guru untuk

melakukan prosedur. Kegiatan pre-lab berperan dalam mengaktifkan pengetahuan

terdahulu siswa dan memberikan umpan balik kepada instruktur tentang pengetahuan

terdahulu tersebut, sedangkan multiple leading questioning atau pertanyaan

penuntun berperan sebagai suatu prosedur percobaan tidak langsung.

b. Bounded Inquiry Lab

Tahap lainnya pada level inquiry lab adalah bounded inquiry lab. Peningkatan pada

tahap ini ialah pada kemampuan dan kemandirian siswa untuk merancang dan

mengadakan eksperimen tanpa banyaknya panduan dari guru serta adanya pre-lab yang

jelas. Pertanyaan panduan dari guru tidak sebanyak pada guided inquiry lab, sedangkan

kegiatan pre-lab lebih berfokus pada aspek eksperimental seperti keselamatan lab serta

penggunaan perlindungan peralatan lab.

c. Free Inquiry Lab


Tahap terakhir dari inquiry lab ialah free inquiry lab. Sesuai dengan namanya, kegiatan

ini memberikan kebebasan yang lebih banyak bagi siswa dibandingkan dengan

aktivitas lab sebelumnya. Pada tahap ini siswa mengidentifikasi sebuah masalah untuk

dipecahkan dan kemudian menyusun sebuah rancangan eksperimen. Panduan guru

diganti dengan panduan dari siswa sendiri, sedangkan aktivitas pre-lab ditiadakan.

Karena free inquiry lab membutuhkan kemampuan yang lebih dari siswa, maka tahap

ini jarang digunakan dalam kelas regular. Adapun penggunaannya lebih banyak

dilakukan diluar kelas regular oleh mahasiswa pada semester panjang untuk melakukan

proyek.

5. Hipothetical Inquiry

a. Pure Hypothetical Inquiry

Pure Hypothetical Inquiry pada dasarnya merupakan riset yang dilakukan hanya

memperluas pemahaman hokum alam. Dalam hal ini siswa menghubungkan secara

empiris penjelasan hipotesis dari hukum-hukum dan menggunakan hipotesis tersebut

untuk menjelaskan fenomena-fenomena fisika. Hasil yang akan diperoleh dari tahap

ini ialah pembuktian dari hukum-hukum sebelumnya atau pembuktian mengenai

kesalahan dari hukum-hukum tersebut yang mengakibatkan munculnya teori-teori

baru.

b. Applied Hypothetical Inquiry

Tahap ini menempatkan seluruh siswa berperan aktif sebagai pemecah permasalahan

yang ada dalam kehidupan nyata, siswa harus membangun sebuah masalah untuk
memformulasikan hipotesis dari fakta-fakta, kemudian memberikan argumen yang

logis untuk mendukung hipotesis mereka.

Inkuiri terbuka (penuh)

Inkuiri terbuka dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang berpusat pada siswa

yang dimulai dengan pertanyaan siswa, kemudian diikuti oleh siswa (atau kelompok

siswa) merancang dan melakukan investigasi atau eksperimen dan

mengkomunikasikan hasilnya (National Research Council, 1996; Colburn , 2000).

Pendekatan ini mencerminkan kegiatan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Inkuiri

terbuka membutuhkan pemikiran tingkat tinggi dan biasanya siswa bekerja secara

langsung dengan konsep dan bahan, peralatan, dan sebagainya. kunci inkuiri terbuka

adalah.siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbingnya melakukan

penyelidikan sendiri.

Inkuiri terbimbing

Dalam inkuiri terbimbing guru membantu siswa mengembangkan penyelidikan di

kelas. Guru biasanya memilih pertanyaan untuk penyelidikan. Siswa dalam satu

kelompok besar atau beberapa kelompok kecil kemudian membantu guru dengan

memutuskan bagaimana untuk melanjutkannya dengan penyelidikan. Guru

menemukan bahwa ini adalah saat ketika keterampilan khusus diperlukan untuk

melakukan investigasi inkuiri terbuka pada masa depan dapat diajarkan. Inkuiri

terbimbing adalah jalan utama menuju inkuiri terbuka. Ketika siswa harus belajar
fenomena yang lebih kompleks yang tidak dapat diselidiki secara langsung di kelas,

Guru (atau siswa) dapat memberikan data ilmiah yang berlaku dari berbagai sumber

untuk digunakan dalam penyelidikan.

Heather Banchi dan Randy Bell (2008) menyarankan 4 (empat) tingkatan inquiry,

mulai dari yang terendah hingga tingkatan yang tertinggi atau tingkatan yang dianggap

sempurna.

Tingkatan pertama, disebut inquiry konfirmasi (confirmation inquiry). Siswa diberikan

pertanyaan dan juga diberikan metode atau prosedur oleh guru untuk menemukan

jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan. Pada tingkatan ini, siswa hanya

mengerjakan sesuai instruksi terkonfirmasi oleh pengajar.

Tingkatan kedua, inquiry terstruktur (structured inquiry) ialah pengalaman sains

terstruktur (structured science experiences), yaitu kegiatan inkuiri di mana guru

menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil dan

kesimpulan dilakukan oleh siswa. Hampir sama dengan tingkatan pertama, akan tetapi

di sini siswa memainkan peranan aktif dalam memberikan penjelasan secara mandiri

berdasarkan bukti ilmiah yang mereka kumpulkan.

Tingkatan ketiga, inquiry terbimbing (guide inquiry). Guru menyediakan sebuah

pertanyaan berciri pertanyaan penelitian dan siswa merancang prosedur atau


metodenya sendiri untuk daftar pertanyaan yang juga mereka rancang sendiri, sehingga

dengan ini siswa mampu memberikan penjelasan. Pada tingkatan ini, siswa lebih

banyak terlibat lebih daripada inquiry terstruktur. Akan lebih berhasil apabila siswa

memliki banyak peluang atau kesempatan untuk mempelajari sendiri dan

mempraktikkannya dengan berbagai cara eksperimen dan pengumpulan data.

Tingkatan keempat, disebut inquiry terbuka (open inquiry). Tingkatan ini dianggap

paling sempurna dan menyeluruh dalam proses inquiry. Dalam tingkatan open inquiry,

siswa memiliki peluang atau kesempatan yang sangat besar dalam hal bertindak

layaknya seorang ilmuwan peneliti, merancang pertanyaan dan menurunkannya,

merancang dan melaksanakan investigasi, serta mengkomunikasikan hasilnya.

Keempat level inkuiri diatas berguna dalam mengklasifikasikan tingkat penyelidikan

dalam suatu kegiatan. Level inkuiri tersebut berfokus pada berapa banyak informasi

(misalnya, membimbing pertanyaan, prosedur, dan hasil yang diharapkan) diberikan

kepada siswa dan berapa banyak bimbingan yang akan diberikan sebagai seorang guru

(Bell, Smetana, dan Binns 2005; Herron 1971; Schwab 1962).

Definisi pembelajaran berbasis inkuiri mencakup beberapa pendekatan yang berbeda,

yaitu inkuiri terstruktur, inkuiri terbimbing, dan inkuiri terbuka. Inkuiri terstruktur

(structured inquiry), guru mengemukakan masalah pada siswa untuk diselidiki dan

juga prosedur serta alat-alat yang digunakan. Siswa menemukan hubungan diantara

variabel-variabel atau generalisasi dari data yang telah terkumpul. Inkuiri terbimbing
(Guided Inquiry), guru memberikan masalah untuk diselidiki dan alat-alat serta bahan

yang akan digunakan untuk eksperimen tetapi siswa merencanakan sendiri prosedur

untuk memecahkan masalah. Inkuiri terbuka (open inquiry), siswa merumuskan

masalah untuk diselidiki dan juga menentukan alat dan prosedur percobaan sendiri

(colburn 2000; meador 2014; zion &mendelovici 2012)

Keunggulan dan kelemahan inkuiri

Menurut Wenning (2006), kelemahan-kelemahan tersebut di antaranya:

1. Proses scientific inquri sering diperkenalkan sebagai gabungan yang tidak

terorganisasi, maksudnya pelaksanaan tahap-tahap pada kegiatan inkuiri dilakukan

secara parsial meskipun memiliki prosedur yang saling berhubungan, sebagian guru

melakukan proses inkuiri secara tidak teratur, dimana kegiatan inkuiri yang

dilaksanakan tidak berdasarkan pada pengalaman dan kemampuan belajar siswa.

2. Guru tidak mengetahui perbedaan antara setiap tahapan dalam proses inkuiri,

sehingga guru tidak dapat memberikan pembelajaran yang tepat kepada siswa sesuai

dengan kemampuan siswa.

3. Guru tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana mengajarkan siswa

untuk melakukan sains (do science), hal ini berhubungan dengan pengalaman guru

ketika menuntut ilmu di perguruan tinggi, salah satunya karena dosen tidak

mengajarkannya kepada calon guru tersebut.

4. Sebagian guru kurang memiliki persiapan untuk melakukan inkuiri, hal ini

disebabkan karena adanya kemalasan dalam melakukan persiapan, serta adanya rasa

percaya diri yang berlebihan.


Sanjaya (2008) mengungkapkan metode pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan

sebagai berikut:

a. Merupakan strategi pembelajarn yang menekankan kepada pengembangan aspek

kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui

strategi ini dianggap lebih bermakna.

b. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar

mereka.

c. Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi

belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku

berkat adanya pengalaman.

d. Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki

kemampuan di atas rata-rata

Adapun kelemahan dari metode pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Jika strategi pembelajarn inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran,

maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur

dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang

panjang sehingga sering guru sulit untuk menyesuaikan dengan waktu yang

telah ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajarn inkuiri akan sulit

diimplementasikan oleh setiap guru.

Setiap model pembelajaran yang digunakan memiliki kelebihan. Zion dan Mendelovici

(2012) menjelaskan kelebihan dari jenis-jenis model inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Inkuiri Terstruktur

1) Memperkenalkan konsep, kosakata, proses, kemampuan dan metodologi

investigasi.

2) Mengarahkan siswa kepada pemahaman yang spesifik.

3) Menyajikan simulasi.

b. Inkuiri Terbimbing

1) Memberikan cara penyelesaian

2) Menantang kemampuan konseptual siswa dan kemampuan mempraktekan

dalam situasi yang baru

3) Membangun pemahaman secara dalam dan luas untuk mempraktekannya

langsung.

c. Inkuiri Bebas

1) Menghasilkan pertanyaan

2) Mendorong siswa untuk berkerja sama tanpa instruksi langsung dari guru

3) Membangun dan menidentifikasi konsep proses skill untuk menciptakan

pertanyaan dan masalah


Richard A. Hasler mengungkapkan bahwa terdapat lima tahapan dalam

melaksanakan pembelajaran dengan model guided inquiry (inkuiri terbimbing):

Tahap Pembelajaran Kegiatan Siswa


Fase I: Siswa mengembangkan dan menelaah
Pertanyaan menghadapkan pada pertanyaan yang dibantu oleh guru
masalah
Fase II: Siswa mengidentifikasi variabel,
Penyelidikan membangun sebuah prosedur dan
dipandu oleh guru
Fase III: Siswa mengobservasi melakukan
Kumpulkan data (praktikum) eksperimen dan mencatat data
berdasarkan panduan dari guru
Fase IV: Siswa mengkomunikasikan dan
Menarik kesimpulan membuat kesimpulan setelah tahap
mendiskusikan data yang telah
didapatkan pada kelompoknya.
Fase V: Setiap perwakilan kelompok
Komunikasi hasil (presentasi) mempersentasikan hasil percobaan,
kelompok lain untuk bertanya dan
menanggapinya. Guru mengomentari
jalannya diskusi dan meluruskan hal-hal
yang kurang tepat untuk mendapatkan
konsep yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai