Evaluasi Penggunaan Sistem Lumpur Synthetic Oil Base Mud Dan KCL Polymer Pada Pemboran
Evaluasi Penggunaan Sistem Lumpur Synthetic Oil Base Mud Dan KCL Polymer Pada Pemboran
SUMUR X LAPANGAN Y
MAKALAH
Oleh
XXX
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2016
RINGKASAN
Synthetic Oil Base Mud dan KCL Polymer selama pemboran berlangsung, sifat
serta karakteristik dari formasi yang akan di bor. Adapun penyebab terjadinya
diantaranya berkaitan dengan jenis lumpur, densitas, viskositas, daya agar, derajat
keasaman, laju tapisa, dan lain-lain yang disesuaikan dengan litologi tiap lapisan
permasalahan yang akan dihadapi pada tiap lapisan formasi beserta solusi untuk
dengan biaya serendah mungkin untuk menekan biaya per barrel nanti.
Formasi-formasi yang menjadi objektif pemboran pada sumur-sumur di
System lumpur Synthetic Oil Base Mud adalah disperse mud dan biasanya
berbiaya lebih mahal, sedangkan lumpur KCL Polymer adalah lumpur non-
partial lost, lumpur Synthetic Oil Base Mud dapat mengatasi masalah diatas.
Kejadian hilang lumpur dapat diakibatkan oleh beberapa sebab, seperti: kondisi
formasinya, dapat menimbulkan kick dan blow out apabila tekanan hidrostatik
kolom lumpur dalam sumur turun dan tidak segera ditanggulangi. Meskipun jika
dilihat dari segi biaya Synthetic Oil Base Mud lebih mahal dari KCL Polymer,
Synthetic Oil Base Mud dapat digunakan kembali atau dilakukan treatment pada
saat digunakan berbeda dengan KCL Polymer dan dapat mengatasi masalah di
atas.
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................. i
(Lanjutan)
Halaman
Bor ....................................................................................
(Lanjutan)
Halaman
Gambar Halaman
2.1 L ..............................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
PENDAHULUAN
Dalam dunia perminyakan dikenal dengan suatu pencarian minyak dan gas
dengan melakukan pemboran sumur, baik itu dilakukan di darat maupun dilaut
mengangkat cutting atau serbuk bor dari lubang bor sampai ke permukaan.
lapisan batuan sangat tergantung pada kinerja dari lumpur pemboran yang
digunakan. Sehingga salah satu hal penting dalam pelaksanaan pemboran adalah
mendesain sistem lumpur yang baru, dimana hal ini akan langsung berhubungan
sistem lumpur synthetic oil base mud dan lumpur kcl polymer. Dengan pemakaian
dilaksanakan.
BAB II
Tuban. Pada tanggal 31 Agustus 1993, perusahaan ini mengalami peralihan dari
tanggal 2 Juli 2001, terjadi perubahan nama dari JOB Pertamina-Santa Fe Tuban
menjadi JOB Pertamina-Devon Tuban, dan mulai tanggal 1 Juli 2002, JOB
Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Jumlah sumur yang terdapat pada
lapangan Tuban (Tuban Block). Lapangan ini dbuka pada April 2001
Lapangan ini terdiri dari lapangan G-1 dan G-1, namun untuk sementara
Blok Tuban terletak dalam cekungan Jawa Timur yang memiliki struktur
Deposisi Tersier awal basin itu dikenalkan oleh pengembangan horst extensional
dan sistem struktur graben yang dimulai pad saat pra-Tersier. Kemudian
Sunda-Eurasian.
berorientasi. Formasi Ngimbang Bawah terdiri dari laut dangkal untuk sedimen
klastik fluvio-delta dan lacustrial yang diisi oleh lows basement. Formasi ini
daerah yang lebih dalam, dimana sedimentasi didominasi oleh batu lempung, batu
kapur, dan batu gamping, serta batu napal. Pertumbuhan reef atau gundukan
Hal ini mungkin terjadi karena kondisi air yang tidak menguntungkan.
deposisi karbonat dari siklus Kujung untuk silisiklastika berbutir yang sebagian
besar disimpan selama dase regresif utama. Selama Miosen Tengah, formasi
Ngrayong yang terdiri dari serpih shelfal dengan batu pasir ringan dan batu
lempung.
Sedimen klastik berlanjut selama Miosen akhir dengan pengendapan batu
terdiri dari 7 formasi utama yang masuk kedalam lingkup daerah telitian dari
1. Formasi Ngimbang
2. Formasi Kujung
3. Formasi Tuban
4. Formasi Ngrayong
5. Formasi Wonocolo
6. Formasi Kawengan
7. Formasi Lidah
Reservoir pada lapangan ini berada pada formasi tuban yang merupakan
zona produktif yang mengandung minyak. Dari data produksi yang sudah ada
minyak ataupun kondensat. Tujuan utama objek yang paling penting adalah
mencapai kedalaman akhir dengan aman, cepat dan ekonomis disamping menjaga
agar sumur tersebut dapat diproduksikan dengan jumlah tenggang waktu yang
dapat dicapai.
Bukanlah hal yang jarang terjadi jika sumur harus ditinggalkan lebih awal
misalnya: rangkaian terjepit, hilang aliran, pembesaran lubang bor, semburan liar,
rusaknya formatif produktif. Semua ini adalah resiko yang mahal yang harus
dihadapi did alam industri minyak. Jika dihubungkan dengan fluida pemboran,
c. Tidak atau kurang berfungsinya alat-lat permukaan misal alat pemisah dan
Lumpur bor dapat didefinisikan sebagai semua jenis fluida (cairan, cairan
tersebut dialirkan dari permukaan melalui ruang antara diameter luar rangkaian
sendiri. Hal ini dapat dilihat dari fungsi atau kegunaan utama dari lumpur
formasi
komposisi dan kondisi dari lumpur bor. Agar semua fungsi dari lumpur bor dapat
berjalan dengan baik, sifat-sifat lumpur bor harus dijaga dan selalu diamati secara
density (berat jenis), viskositas, gel strength serta laju tapisan. Selain itu terdapat
pula sifat lumpur pemboran yang lain seperti pH lumpur bor, Cl, sand content dan
a. Berat Jenis
Berat jenis suatu benda adalah berat benda dibagi volumenya pada
temperatur dan tekanan tertentu. Satuan (dimensi) yang dipakai adalah kg/l, gr/cc,
dan lb/gal. Berat jenis lumpur pemboran diukur dengan alat timbangan lumpur
(mud balance).
hidrostatik yang cukup untuk mencegah masuknya cairan formasi kedalam lubang
bor, tetapi tekanan tersebut jangan terlalu besar sehingga menyebabkan formasi
pecah dan lumpur hilang ke formasi. Oleh karena itu berat jenis lumpur pemboran
formasi.
Tekanan hidrostatik lumpur didasar lubang adalah fungsi dari berat jenis
D = kedalaman, ft
lambat.
b. Viskositas
shear stress (tekanan penggeser) dna shear rate (laju penggeseran). Untuk cairan
yang termasuk Newtonian seperti air, perbandingan shear rate dengan shear
stress ini sebanding dan konstan, sedangkan lumpur pemboran adalah termasuk
cairan Non-Newtonian dimana perbandingan shear tress dengan shear rate tidak
Fluida Non-Newtonian terdiri dari tiga model, yaitu bingham plastic, power
law dan modified power law. Umumnya fluida pemboran dapat dianggap bingham
plastic, dalam hal ini sebelum ada aliran harus ada minimum shear stress yang
disebut yield point (y), setelah yield point terlampaui maka setiap penambahan
antara lapisan cairan, dimana plastic viscosity merupakan hasil torsi dari
diperlukan untuk mensirkulasikan lumpur kembali. Dengan kata lain lumpur tidak
akan dapat bersikulasi sebelum diberikan shearing stress sebesar yield point. Yield
point sangat penting diketahui untuk perhitungan hidrolika lumpur, dimana yield
pressure loss tinggi terlalu banyak gesekan, pressure surges yang berhubungan
dengan lost circulation dan swabbing yang berhubungan dengan blow out, serta
sukar melepaskan gas dan cutting dari lumpur dipermukaan. Sedangkan viskositas
yang terlalu rendah dapat menyebabkan pengangkatan cutting yang tidak baik dan
mengukur viskositas adalah sebagai berikut: Marsh Funnel, Fann VG Meter, dan
Stormer Viscosimeter.
c. Gel Strength
waktu sirkulasi berhenti yang memegang peranan adalah gel strength. Lumpur
akan menjadi agar atau menjadi gek apabila tidak terjadi sirkulasi, hal ini
gel strength yang dapat menahan cutting dan material pemberat lumpur agar
jangan turun. Akan tetapi kalau gel strength terlalu tinggi akan menyebabkan
terlalu berat kerja pompa lumpur pemboran untuk memulai sirkulasi kembali.
memompakan lumpur dengan daya yang besar karena formasi bisa pecah.
Misalnya sirkulasi berhenti untuk penggantian bit. Agar formasi tidak pecah
didasar lubang bor, maka sirkulasi dilakukan dengan secara bertahap, dan sebelum
melakukan sirkulasi, rotary table diputar terlebih dahulu untuk memecah gel.
atau pasir pada saat sirkulasi lumpur berhenti, sedangkan gel strength yang
Viskositas yang tinggi berhubungan dengan gel strength yang tinggi pula
(pada umumnya), hal ini dikarenakan baik sifat viskositas maupun gel strength
Lumpur pemboran itu terdiri dari komponen padat dan komponen cair.
cair dari lumpur akan masuk ke dalam dinding lubang bor. Zat cair yang masuk
ini disebut filtrat. Padatan dari lumpur yang menempel ini sudah cukup menutupi
pori-pori dinding lubang, maka cairan yang masuk ke dalam formasi juga
berhenti.
Cairan yang masuk ke formasi pada dinding lubang bor akan meyebabkan
akibat negatif, antara lain: dinding lubang akan lepas atau runtuh, menyalahi
pada semen. Alat untuk mengukur filtration loss dan mud cake yang umum adalah
Filtrat loss yang besar mempunyai efek buruk terhadap formasi maupun
(pengurangan permeabilitas efektif minyal atau gas) dan lumpur akan kehilangan
banyak cairan. Filtrat loss yang besar dalam lumpur dapat dicegah dengan
terhadap dynamic loss), Q-Broxin ( baik untuk dinamik maupun statistik loss).
e. Derajat Keasaman
keasaman dari lumpur bor. Ph dari lumpur yang dipakai berkisar antara 8.5
sampai 12, jadi lumpur pemboran yang digunakan adalah dalam suasana basa.
Jika lumpur bor dalam suasana asam maka cutting yang keluar dari lubang bor
akan halus atau hancur sehingga tidak dapat ditentukan litologi batuannya. Selain
itu jika lumpur terlalu asam maka peralatan akan mudah berkarat. Sedangkan jika
lumpur bor terlalu basa maka akan menaikkan viskositas dan gel strength dari
lumpur.
Kandungan padatan yang baik di dalam lumpur adalah sekitar 8%-12% dari
CEC digunakan untuk mengukur padatan yang aktif di dalam sistem lumpur
bor, penting digunakan dalam mengontrol sifat padatan dan perawatan lumpur.
Semua padatan ini harus diukur dengan kontinyu dan akurat. Cec juga dapat
Methylen Blue Test. Besarnya penyerapan clay terhadap larutan Methylen Blue
h. Cl Content
menyebabkan daya hantarnya besar pula. Naiknya kadar garam dari lumpur
disebabkan cutting garam yang masuk ke dalam lumpur disaat menembus formasi
Merupakan besarnya kadar pasir di dalam lumpur bor. Kadar pasir harus
j. Resistivity Lumpur
Lumpur terdiri dari dua jenis yaitu oil base mud dan water base mud.
diatur agar kadar airnya rendah (3-5% volume). Manfaat oil base mud didasarkan
pada kenyataan bahwa filtratnya adalah minyak karena itu tidak akan
menyebabkan terjadinya swelling clay yang sensitive baik terhadap formasi biasa
maupun formasi produktif. Kegunaannya antara lain pada completion dan work
Sistem lumpur ini adalah sistem yang paling umum digunakan dalam
pemboran, dasar dari sistem ini adalah anionic encap-sulating polymer fluid, yaitu
untuk larut dalam lumpur yang mengandung elektrolit dan adanya muatan negatif
pada bagian yang terhidrolisa sehingga akana meningkatkan daya rekat dan
clay akan meningkat dengan kehadiran KCL diatas 3%, dan mengurangi swelling
swelling clay yang terjadi tergantung pada konsentrasi KCL dan Polymer dalam
membungkus, tetapi polimer ini harus dilindungi agar tidak rusak. Kesadahannya
harus dikontrol dibawah 200 ppm atau tergantung pH (pH maksimal 10).
Tabel 3.1
Keuntungan Kerugian
4. Korosif
5. Mahal
Didalam lumpur minyak selain terdiri atas komponen pokok lumpur, maka
minyak seperti viskositas, yield point dan gel strength serta laju tapisan agar tetap
macam terutama untuk mengontrol viskositas, laju tapisan, pH dan water loss
Merupakan bahan dasar yang berasal dari fraksi hidrokarbon synthetic oil
karakteristik dan kinerja yang baik juga ramah lingkungan. SF-05. Merupakan
produk best oil dengan spesifikasi dan kenugaan khusus sebagai penunjang
kegiatan drilling sumur minyak. Sf-05 memiliki komposisi sulfur yang rendah
pelumasan yang baik. Sf-05 merupakan produksi dari pertamina yang mempunyai
kualitas padatan yang tinggi, kekentalan yang tinggi dan titik didih yang tinggi.
Merupakan senyawa sabun kalsium yang terbentuk dari reaksi line dengan
asam lemak berantai karbon panjang, merupakan emulsifier yang sangat kuat
tetapi membutuhkan waktu reaksi agak lama sebelum benar-benar terjadi emulsi.
Merupakan oil wetting agent yang kuat dan tidak membuat emulsi seperti
primary emulsifier, tetapi membuat solid menjadi basa oleh minyak sebelum
emulsi terbentuk.
Proses pemboran tidak selalu berjalan dengan lancar, sering kali terjadi
hambatan yang terjadi dalam lubang bor yang dapat mengakibatkan kerugian yang
cukup besar.
dan pecah atau rusaknya serpih yang diakibatkan oleh gerakan rangkaian
pemboran.
b. Faktor Hidrasi,
3.5.2 Gumbo
bentuk proses swelling clay dan sering kali menyumbat di over flow.
Merupakan jepitan yang terjadi jika karena perbedan selisih antara tekanan
hidrostatik lumpur pemboran dan tekanan formasi menjadi sangat besar pada saat
melewati formasi yang porous dan permeable seperti batu gamping dan batu pasir.
Selain itu, tebalnya mud cake dan pipa bor yang tidak digerakkan untuk beberapa
sticking. Terjadinya pipa terjepit jenis ini ditandai dengan rangkaian pipa bor
tidak dapat digerakkan baik ke atas maupun ke bawah sementara sirkulasi masih
dapat dilakukan.
3.5.4 Lost Circulation
a. Partial Lost, merupakan lumpur yang hilang hanya sebagian saja dan masih
formasi.
Adanya lost circulation dapat diketahui dari flow sensor dan berkurangnya
jumlah lumpur dalam mud pit. Beberapa metode yang digunakan untuk
Shale atau serpih merupakan batuan sedimen yang terbentuk olwh deposisi
dan kompaksi sedimen untuk jangka waktu yang lama. Komposisi utama dari
shale adalah lempung (clay), lanau (silt), air, sejumlah kecil quartz dan feldspar.
Berdasarkan kandungan airnya, serpih dapat berupa batuan yang kompak yang
disebut dengan clay atau serpih lumpur. Serpih ini dapat berbentuk metamorphic
merepotkan dan paling sukar diatasi. Ketidakstabilan shale dapat terjadi karena
problem mekanik dan kimia. Problem mekanik seperti sifat plastik dari shale yang
sangat lunak, dan runtuhnya shale diakibatkan karena tekanan berlebih dan
Shale tidak stabil disebabkan oleh dua hal yaitu dilihat dari segi formasi dan
shale antara lain: tekanan overburden yang besar, tekanan formasi besar, gerakan
pemboran antara lain: erosi (kecepatan lumpur di annulus terlalu besar), pengaruh
penekan dan penyedotan (pressure surge dan swabbing pada operasi cabut dan
lurus. Namun ada beberapa faktor yang tidak mungkin dilakukan dengan
program yang baik, efisien dan efektif. Permasalahan yang terjadi pada pemboran
menggunakan sistem cluster karena cadangan minyak dan gas dinilai ekonomis
beberapa sumur pengeboran yang lokasinya saling berdekatan. Sistem cluster ini
lumpur untuk setiap interval agar proses dapat berlangsung lancar. Program ini
disesuaikan dengan kondisi formasi berdasarkan data mudlog dan off set wel.
Perencanaan yang matang dan teliti akan mengurangi permasalahan yang akan
menggunakan lumpur SOBM pada section 20, 13 3/8, dan section 9 5/8, dan
bagian utama yaitu vertikal dan horizontal. Rencana kick off point adalah pada
kedalaman 1054 ft MD dan landing point pada kedalaman 9950 ft MD. Berikut ini
Pada lapangan ini mempunyai lapisdan shale yang cukup reaktif, oleh
sloughing shale, rangkaian pipa terjepit, dan juga masalah lainnya seperti
berbeda bahan dasar pembuatannya, yaitu Oil Base Mud dan KCL. Untuk lumpur
bahan dasar minyak, proses pembuatannya dilakukan di LMP (Liquid Mud Plant)
permukaan digunakan spud mud. Lumpur bahan dasar minyak atau oil base mud
digunakan dengan alasan-alasan tertentu dimana lumpur bahan dasar air tidak
Lumpur bahan dasar minyak tidak seluruhnya menggunakan minyak, hal ini
lain lime dan CaCl2 . Oleh karena itu konsentrasi air yang digunakan lebih kecil
dibandingkan dengan konsentrasi minyak, dengan Oil Water Ratio berkisar antara
karena didalam lumpur oil base mud ion Ca2+ dari semen diperlukan untuk ion
exchange pada formasi shale, tidak seperti pada water base mud dimana ion Ca2+
merupakan kontaminasi.
sebelumnya menggunakan lumpur oil base mud namun pada trayek ini (7)
menggunakan lumpur KCl Polymer. Operasi pemboran pada section lubang 8 1/2
ini dimulai membor semen dengan menggunakan 8 1/2 PDC Bit dari 9370 ft MD
(top of cement) ke 9580 ft MD. SOBM diganti dengan WBM dengan besar Mud
Weight adalah 8.7 ppg. Kontrol YP sampai 17.0 lbs/100 ft2 dengan bentonite dan
XCD Polymer. API filtrate dijaga pada kurang lebih 9.0 cc/30 menituntuk
menjaga gumbor dan UNI detergent tercampur dengan lumpur untuk mengurangi
Pada pemboran lumpur oil base mud dan KCl Polymer terjadi beberapa
Pada lubang sumur 26 menggunakan TCB dan BHA berukuran lubang 26.
ft sampai dengan 900 ft dengan berat jenis lumpur berkisar antara 9.5-11.8 ppg
dengan sistem lumpurnya adalah SOBM. Litologi formasi pada trayek ini ialah
claystone dan sandstone yang terdapat pada formasi Lidah. Pada trayek ini
mengandung sedikit gas, maka dari itu dibutuhkan data yang lengkap dari mud
mengandung serpihan pasir. Dapat pula terjadi overshaker yang disebabkan oleh
OBM yang mempunyai temperatur rendah yang dapat meangakibat surface loss.
Solusi yang dapat dilakukan jika terjadi overshaker yang diakibatkan serpihan
pasir ialah menggunakan shale shaker yang mempunyai ukuran 40-60 mesh dan
ini juga digunakan pada lubang 171/2. Pada pemboran ini selalu ada cutting dryer
down yang merupakan salah satu solid control yang sudah tidak digunakan pada
saat pemboran berlangsung dan pergantiannya dilakukan setiap hari pada section.
yaitu 9,6 -10,1 ppg. Berikut ini parameter dan rheologi pada trayek lubang 26:
Tabel 4.1
Pada interval trayek (dengan kedalaman 900 ft 4680 ft) ini, litologi yang
(terjadi hampir disebagian besar sumur X) saat menggunakan lumpur oil base
mud adalah gumbo. Gumbo disini dapat diatasi dengan menggunakan lumpur
Synthetic Oil Base Mud yang terbukti dapat mengurangi kereaktifan clay dan
Berikut ini adalah parameter dan reologi pada trayek lubang 171/2:
Tabel 4.2
9630 ft pada lubang sumur ini sudah memasuki pemboran berarah dengan
menggunakan bit PDC. Setiap lubang mengandung H2S dan CO2 sangat serius,
Lime berfungsi sebagai aktivator dan emulsifier. Lime di dalam oil base
mud sangat penting untuk mengatasi formasi yang mengandung gas influx berupa
gas CO2 dan H2S agar tidak merusak sistem lumpur. Yield point terjadi pada 24.0
lbs/100 ft2.
Berikut ini adalah parameter dan rheologi pada trayek lubang 121/4:
Tabel 4.3
9603 ft 9950 ft. Lumpur yang digunakan pada trayek ini menggunakan KCL
polimer. Litologi formasi ini terdapat pada formasi Tuban yang mengandung
karbonat. Pada formasi ini terdapat masalah yaitu berupa partial loss karena
terdapat karbonat didalam. Partial loss terjadi pada kedalaman 9785 ft MD.
lubang dan juga mengecilkan mud weight dengan kisaran 8,7 8,9 ppg.
Tabel 4.4