Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
KOHESI DAN KOHERENSI

Dosen pembimbing
Dr. Enny Zubaidah, M.Pd.

Disusun oleh
Kelompok 13
Ova Sharfina (16108241031)
Aprilia Nurul Huda (16108241140)
Galang Sansaka Megahantara (16108244022)
KELAS 2D

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini akan membahas tentang Kohesi dan Koherensi.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan hambatan.
Maka dari itu tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing ibu Dr.
Enny Zubaidah, M.Pd. yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi
baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari segi materi maupun penyusunannya, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Yogyakarta, 25 April 2017

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
KATA PENGANTAR.ii
DAFTAR ISI......iii
BAB 1 PENDAHULUAN...1
A. LATAR BELAKANG.......1
B. RUMUSAN MASALAH...1
BAB 1I PEMBAHASAN2
KOHESI...2
KOHERENSI...4
BAB III PENUTUP.9
A. SIMPULAN...9
B. SARAN..9
C. DAFTAR PUSTAKA9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Keterampilan bahasa pada manusia memimiliki empat komponen yang saling dan
berkaitan satu sama lain. Keempat komponen ini adalah keterampilan Menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca serta keterampilan menulis. Komponen-komponen tersebut
sangat mempengaruhi keterampilan berbahasa pada diri seseorang, sehingga seseorang perlu
untuk mempelajari setiap komponen agar memiliki kemampuan berbahasa yang baik.
Salah satu komponen yang terpenting dalam pembelajaran bahasa ini adalah keterampilan
menulis. Keterampilan ini pada tata urutan komponen pembelajaran menempati urutan terakhir
atau yang teratas karena memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari komponen pembelajaran
bahasa yang lain.
Keterampilan menulis memiliki hubungan yang sangat berkaitan dengan komponen
keterampilan membaca. seseorang yang memiliki kesenangan terhadap kegiatan membaca maka
akan memiliki kecenderungan untuk menuliskan apa yang mereka pelajari. sedangkan mereka
yang memiliki hobi atau kegemaran menyimak maka akan lebih memiliki kecenderungan untuk
berbicara.
Kepaduan makna dan keterkaitan bentuk merupakan faktor penting untuk menentukan
tingkat keterbacaan dan pemahaman suatu tulisan. Kepaduan (kohesi) dan keterkaitan (koherensi)
merupakan unsur yang penting dalam suatu tulisan. Jika dikaitkan dengan aspek bentuk dan
makna, kohesi mengacu kepada aspek bentuk, dan koherensi kepada aspek makna. Selanjutnya
dapat juga dikatakan bahwa kohesi mengacu kepada aspek formal bahasa, sedangkan koherensi
mengacu kepada aspek ujaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa uraian latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka dapat
disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah definisi dari kohesi dan koherensi?
2. Bagaimanakah penanda kohesi dan koherensi ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

Kohesi
Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai dengan penggunaan unsur
bahasa. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk.

1. Penanda Kohesi
Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks, kohesi pada dasarnya mengacu
kepada hubungan bentuk. Sebuah paragraf agar dapat dikatakan kohesif atau memiliki
unsur kohesi memiliki beberapa penanda, diantaranya :

a. Referensi (penunjukan)
Referensi berkaitan dengan penggunaan kata atau kelompok kata untuk menunjuk kata
atau kelompok kata atau satuan gramatikal lainya (M. Ramlan dalam Mulyana,
2005:27). Dalam aspek referensi, terlihat juga adanya bentuk-bentuk pronomina ( kata
ganti orang, kata ganti tempat, dan kata ganti lainya.)
Contoh :
Hati Sukir terasa berbunga-bunga. Dia yakin Watik menerima lamaranya.

Bentuk Dia pada kalimat kedua, menjadi menjadi penghubung bagi kalimat
sebelumnya. Kata Dia menunjuk Sukir pada kalimat pertama. Pola penunjukan
inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut berkaitan secara padu dan
saling berhubungan.

Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut.
a. Pupuk menjadi bagian penting dalam bidang pertanian.
b. Pemeliharaan tanaman tergantung banyak faktor.

Bentuk berikut pada kalimat diatas mengacu atau menunjuk pada hal-hal
lain yang dijelaskan sesudahnya, yaitu poin (a) dan (b).

b. Substitusi (penggantian)
Substitusi adalah proses dan hasil penggantian unsur bahasa unsur lain dalam satuan
yang lebih besar. Contoh :

Rasa hormat dan ucapan terimakasih yang setinggi-tingginya penulis


sampaikan kepada pembimbing skripsi, yaitu Prof. Dr. Suwardi dan Dr.
Afendy Widayat, M.A. Atas bimbingan beliau berdua penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2
Frasa beliau berdua pada kalimat kedua merupakan bentuk yang menggantikan
unsur lain yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu Prof. Dr. Suwardi dan Dr.
Afendy Widayat, M.A.

c. Elipsi (penghilangan/pelepasan)
Elipsi adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain. Bentuk atau
unsur yang dilepaskan dapat diperkirakan wujudnya dari konteks bahasa atau konteks
luar bahasa (Harimurti Kridalaksana dalam Mulyana, 2005:28). Elipsi juga merupakan
penggantian unsur kosong, yaitu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan
atau disembunyikan, tujuan pemakaian elipsi adalah untuk mendapatkan kepraktisan
bahasa. Dengan kata lain, elipsi digunakan untuk efektivitas dan efisiensi bahasa.
Contoh :

Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-


saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. Saya megucapkan
terimakasih Tuhan.

Dalam kalimat diatas, perlu diberlakukan elipsi sehingga menjadi kalimat yang lebih
efektif, yaitu dengan menghilangkan kata saya mengucapkan. Sehingga menjadi
kaliamat yang efektif.

Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-


saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih Tuhan.

d. Konjungsi (kata sambung)


Konjungsi adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi sebagai penyambung,
perangkai, atau penghubung antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan
klausa, dan seterusnya. Contoh

Badan terasa lelah. Namun, ia tetap berangkat ke kantor. Masuk atau tidak,
pekerjaan harus rampung. Sebab bulan depan buku laporan proyek harus segera
selesai.

Dalam paragraf diatas, terdapat konjungsi namun dan sebab.

3
Koherensi
Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainya, sehingga
kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh (Brown dan Yule dalam Mulyana, 2005:30)

a. Penanda Koherensi
Hubungan koherensi dalam paragraf dan wacana sebenarnya adalah hubungan
semantis. Artinya hubungan itu terjadi antarposisi. Secara struktural, hubungan ini
direpresentasikan oleh peratutan secara semantis antara kalimat (bagian) yang satu dengan
kalimat yang lainya (Harimurti Kridalaksana dalam Mulyana, 2005:32). Dari penjelasan
tersebut dapat diartikan bahwa suatu paragraf dapat dikatakan koheren jika memiliki
keterkaitan atau hubungan antar kalimatnya. Hubungan dan keterkaitan tersebut
diantaranya :

a. Hubungan sebab-akibat
Hubungan sebab-akibat ditandai dengan kalimat satu bermakna sebab dan kaliamt
lainya bermakna akibat.
Contoh :

Ia tidak mungkin menemukan buku fiksi di perpustakaan itu. Koleksi di


perpustakaan itu khusus buku nonfiksi ilmiah.

Pada kalimat diatas, kalimat pertama memiliki makna akibat dan kalimat kedua
memiliki makna sebab.

b. Hubungan sarana-hasil
Hubungan sarana-hasil menunjukan pola hubungan dari kalimat dengan makna hasil
dari suatu pencapaian tertentu dan makna tentang prosesnya.
Contoh :

Atlit bulutangkis kita akhirnya mendominasi kejuaraan inodonesia Terbuka.


Kita tidak usah heran, mereka berlatif dengan ketat dan disiplin.

Dalam paragraf diatas, kalimat pertama menunjukan hasil atau suatu


pencapaian. Kalimat kedua menunjukan proses untuk mencapai suatu
pencapaian.

c. Hubungan alasan-sebab
Hubungan alasan-sebab menerangkan hubungan kalimat yang memiliki makna alasan
dari suatu masalah dan kamilat lainya memiliki makna sebab atau penyebab dari
masalah tersebut.
Contoh :

4
Randi dan Reni memiliki keinginan yang kuat. Tahun ini mereka bertekad
membangun rumah sendiri. Sudah lama sekali mereka numpang di rumah
saudara.

Dalam paragraf diatas kalimat kedua menunjukan alasan dari kalimat pertama.
Kalimat ketiga menunjukan sebab dari alasan pada kalimat kedua.

d. Hubungan sarana-tujuan
Hubungan sarana-tujuan merupakan hubungan yang menunjukan kalimat yang
memiliki makna tujuan tertentu namun belum tercapai, sedangkan laimat lainya
menjelaskan cara atau bagaimana dapat mencapai tujuan tersebut.
Contoh :

Bekerjalah dengan keras. Cita-citamu menjadi orang kaya bakal kesampaian.

Pada kalimat pertama menunjukan sarana atau proses yang harus dilalui,
sedangkan kalimat kedua menunjukan hasil dari proses yang dilalui.

e. Hubungan latar-kesimpulan
Hubungan kalimat yang menunjukan kalimat dengan makna latar, kemudian diikuti
dengan kalimat kesimpulan yang menunjukan kesimpulan dari latar tersebut.
Contoh :

Mobil itu sudah tua, tetapi sehat. Rupanya pemilik mobil itu pandai
merawatnya.

Dalam paragraph diatas, kaliamt pertama menunjukan latar bahwa mobil


tersebut sudah tua. Pada kalimat kedua menunjukan kesimpulan dari latar
tersebut.

f. Hubungan kelonggaran-hasil
Dalam hubungan kelonggaran-hasil dijelaskan bahwa suatu kalimat menjelaskan suatu
kegagalan dari kalimat lainya.
Contoh :

Sudah lama aku dikota ini mencarinya. Alamat itu tak juga kutemukan.

Dalam paragraph diatas, kalimat kedua menjelaskan kegagalan dari kalimat


pertama.

5
g. Hubungan syarat-hasil
Hubungan syarat dan hasil menerangkan kalimat dengan makna syarat atau ketentuan
yang harus dilakukan. Kalimat lainya memiliki makna hasil atau pencapaian jika kita
melakukan syarat atau ketentuan tersebut.
Contoh :

Beri bumbu dan penyedap rasa yang tepat. Masakanmu pasti enak.

Dalam paragraf diatas, kalimat pertama menyatakan syarat dan kalimat kedua
menyatakan hasil dari syarat tersebut.

h. Hubungan perbandingan
Hubungan perbandingan menyatakan, salah satu kalimat menyatakan pembanding
dengan kalimat lainya.
Contoh :

Pengantin itu sangat anggun. Seperti dewa-dewi dari khayangan.

Dalam paragraf diatas, kalimat kedua membandingkan kalimat pertama.

i. Hubugan parafratis
Dalam hubungan parafratis salah satu bagian kalimat mengungkapkan isi dari bagian
kalimat yang lain dengan cara lain.
Contoh :

Saya tidak setuju dengan penambahan anggaran untuk proyek ini, karena tahun
lalu dana juga tidak habis. Sudah saatnya kita menghemat uang rakyat.

Dalam paragraf diatas, kalimat kedua menyatakan isi atau inti dari kalimat
pertama yaitu : Sudah saatnya kita menghemat uang rakyat.

j. Hubungan aplikatif
Dalam hubungan aplikatif, salah satu bagian kalimat memperkuat atau memperjelas
bagian kalimat lainya.
Contoh :

Dua burung itu jangan dipisahkan. Masukkan dalam satu kadang saja.

Dalam paragraf diatas, kalimat kedua memperjelas kamilat pertama, bahwa dua
burung itu jangan dipisahkan, tapi dimasukan dalam satu kandang.

6
k. Hubungan aditif waktu (simultan dan beruntun)
Dalam hubungan aditif terdapat dua pola :
a. Simultan
Simultan berarti sesuatu yang terjadi atau dilakukan pada saat bersamaan dan tidak
saling mengganggu.
b. Berurutan
Berurutan berarti suatu kejadian atau kegiatan dilakukan secara berurutan atau
memiliki pola urutan tertentu.
Contoh :

Biarkan ia duduk dulu. Saya akan selesaikan pekerjaan ini. (simultan)

Dalam paragraf diatas, terdapat dua kegiatan yaitu istirahat dan bekerja. Kedua
kegiatan itu dilakukan secara bersamaan namun tidak saling mengganggu.

Kita sudah sampai di Yogya. Langsung ke Parangtritis saja. Habis itu baru
belanja dan cari makan di Malioboro.(beruntun)

Dalam paragraf diatas, terdapat pola berurutan dari Yogya ke Parangtritis


kemudian ke Malioboro.

l. Hubungan aditif non waktu


Hubungan aditif non waktu menunjukan hubungan sebuah pertanyaan pembanding
antara kalimat satu dengan kalimat lainya.
Contoh :

Petani itu malas? Atau kurang beruntung?

Dalam paragraph diatas, kalimat satu dan kalimat dua menyatakan pertanyaan
perbandingan dari keduanya. Apakah seorang petani itu malah atau hanya
karena petani tersebut kurang beruntung.

m. Hubungan identifikasi
Hubungan identifikasi menyatakan, salah satu bagian kalimat menjadi penjelas
identifikasi dari suatu istilah yang ada pada kalimat lainya.
Contoh :

Tidak bisa masuk ke universitas itu tidak berarti bodoh. Kamu tahu tidak,
Einstein? Fisikawan genius itu juga pernah gagal masuk universitas.

7
Dalam paragraph diatas, kalimat kedua merupakan identifikasi dari pernyataan
pada kalimat pertama. Sedang kalimat ketiga merupakan penjelas dari
identifikasi pada kalimat kedua.

n. Hubungan generik-spesifik
Hubugnan generik-spesifik menyatakan, kalimat pertama menunjukan pernyataan
secara umum dan kalimat selanjutnya menunjukan pernyataan secara khusus atau lebih
spesifik.
Contoh :

Gadis model itu sangat cantik. Wajahnya bersih, matanya indah, bibirnya
sangat menawan. Apalagi jalanya, luar biasa.

Dalam paragraf diatas, kalimat pertama merupakan pernyataan umum.


Sedangkan kalimat kedua merupakan bagian lebih spesifik yang menerangkan
kalimat pertama.

o. Hubungan ibarat
Hubungan ibarat menyatakan, salah satu bagian kalimat memberikan gambaran tentang
perumpamaan.
Contoh :

Kelihaianya mengelola bisnis sugguh piawai. Memang ia seperti belut di


lumpur basah.

Dalam paragraf diatas, kalimat kedua memberikan perumpamaan seorang yang


pandai berbisnis dalma kalimat pertama.

8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kohesi dan koherensi memiliki penanda
masing-masing. Kohesi tersirat pengertian akan kepaduan dan keutuhan. Koherensi
terkandung pengertian pertalian dan hubungan. Suatu paragraf dikatakan kohesijika memiliki
beberapa penanda yaitu adanya referensi, subtitusi, elipsi, dan konjungsi. Suatu paragraf
dikatakan koheren jika memiliki penanda, diantara penanda tersebut adalah terdapat
hubungan sebab-akibat, hubungan sarana-hasil, dan lain-lain.

B. Saran
Dari simpulan diatas, penulis berharap kita dapat mengerti tentang kohesi dan koherensi.
Penulis juga memiliki harapan bahwa pembaca dapat mengenali penanda kohesi dan
koherensi dalam paragraf agar dapat menuliskan paragraf yang kohesi dan koheren.

C. Daftar Pustaka

Mulyana, M.HUM. 2005. Analisi Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana

Aflahah. 2012. Kohesi dan Koherensi dalam Wacana. Pamekasan: STAIN.

Anda mungkin juga menyukai