Anda di halaman 1dari 101

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

STUDI HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR-


AKTIVITAS ANTI-TUBERKULOSIS SENYAWA
AMIDASI ETIL P-METOKSISINAMAT DENGAN
PENDEKATAN HANSCH DAN PENAMBATAN
MOLEKULER PADA ENZIM Inh A

SKRIPSI

WAHIDIN SALEH
NIM: 1111102000072

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JUNI 2015
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

STUDI HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR-


AKTIVITAS ANTI-TUBERKULOSIS SENYAWA
AMIDASI ETIL P-METOKSISINAMAT DENGAN
PENDEKATAN HANSCH DAN PENAMBATAN
MOLEKULER PADA ENZIM Inh A

SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Far)

WAHIDIN SALEH
NIM: 1111102000072

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JUNI 2015

ii
iii
iv
v
ABSTRAK

Nama : Wahidin Saleh


Program Studi: Farmasi
Judul : Studi Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas Anti-tuberkulosis
Senyawa Amidasi Etil p-metoksisinamat dengan Pendekatan
Hansch dan Penambatan Molekuler pada Enzim Inh A

Telah dilakukan uji aktivitas anti-tuberkulosis senyawa amidasi etil p-


metoksisinamat dengan Metode Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA)
Hansch dan penambatan molekuler pada Enzim Inh A. HKSA di analisa dengan
regresi multilinier menggunakan program SPSS. Penambatan molekuler di analisa
dengan program autodockvina dan divisualisasi dengan program Pymol dan
Ligplot. Hasil persamaan HKSA terbaik adalah Log(1/MIC) = -18.7 +
0.298(logD) -1.22(Energi HOMO) - 2.812(Energi LUMO) + 0.034(Harary Index)
- 1.106(Randic Index) + 0.243(MolarRefractivity). Hasil penambatan molekuler,
menunjukkan senyawa ((2E)-N,N-dibenzyl-3-(4- methoxyphenyl)prop-2-enamide)
memiliki nilai Gbind terendah (-9,4 kcal/mol) dan hasil dari HKSA memiliki nilai
MIC prediksi terkecil (0,008 M). Hal ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut
diprediksikan memiliki aktivitas anti-tuberkulosis yang potensial dibandingkan
oleh EPMS.
Kata kunci: Anti-tuberkulosis, Hansch, penambatan molekul

vi UIN Syarif HIdayatullah Jakarta


ABSTRACT

Name : Wahidin Saleh


Program Study : Pharmacy
Title : Quantitative Structure-Activity Relationship study of
amidation derivate of Ethyl p-methoxycinnamate on its Anti-
tuberculosis using Hansch analysis and molecular docking at
Inh A enzyme.

The anti-tuberculosis activity of amidation derivatives ethyl p-methoxycinnamate


has been determined by using Quantitative Structure-Activity Relationship
(QSAR) Hanschs method and molecular docking at Inh A enzyme. QSAR was
analyzed by multilinier regression using SPSS. Molecular docking was analyzed
by autodockvina program and visualized by Pymol dan Ligplot program. The best
QSAR equation is Log(1/MIC) = -18.7 + 0.298(logD) -1.22(Energy HOMO) -
2.812(Energy LUMO) + 0.034(Harary Index) - 1.106(Randic Index) +
0.243(MolarRefractivity). Results of molecular docking, indicated that ((2E)-N,N-
dibenzyl-3-(4- methoxyphenyl)prop-2-enamide) compound has the lowest Gbind
value (-9.4 kcal / mol) and the result of QSAR has the smallest MIC predictive
value (0,008 M). Its suggested that this compound have potential anti-
tuberculosis activity compared by EPMC.
Key Word: Anti-tuberculosis, Hansch, Molecular docking

vii UIN Syarif HIdayatullah Jakarta


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam selalu tercurah
kepada junjungan kita, Nabi Muhamad SAW karena dengan segala rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan
judul Studi Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas Anti-tuberkulosis Senyawa
Amidasi Etil p-metoksisinamat dengan Pendekatan Hansch dan Penambatan
Molekuler pada Enzim Inh A. Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua bapak dan ibu tercinta, Bapak Mamat dan Ibu Tri Larasati
yang telah memberikan kasih sayangnya, doa, semangat, dukungan moril
maupun materi, tiada yang bisa penulis balas atas semua pemberiannya,
hanya ucapan terimakasih ini yang bisa penulis sampaikan.
2. Bapak Supandi, M.Si.,Apt sebagai pembimbing I dan Ibu Ismiarni
Komala, M.Sc.,Ph.D.,Apt sebagai pembimbing II yang telah memberikan
ilmu, nasihat, waktu, tenaga, dan pikirannya selama penelitian dan
penulisan skripsi ini.
3. Bapak Professor Dr. Dede Rosyada, MA selaku rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Yardi.,Ph.D., Apt, selaku Kepala Program Studi Farmasi dan Ibu
Nelly Suryani., Ph.D., Apt selaku sekertaris Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

viii UIN Syarif HIdayatullah Jakarta


6. Ibu Dr. Hj. Delina Hasan, M. Kes., Apt selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan arahan selama masa perkuliahan
7. Bapak dan Ibu dosen staf pengajar yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang banyak dalam menempuh pendidikan di Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Andrianopsyah Mas Jaya Putra M.Sc dan Kak Fikri yang turut
membantu dan menambahkan ilmu tentang penelitian ini.
9. Teman-teman seperjuangan Docking Team: Eko, Cacad, Haidar,
Mazaya, dan Wahyu yang telah memberikan waktu dan pikiran untuk
saling sharing permasalahan dan ilmu tentang penelitian ini.
10. Teman satu kontrakan dan bermain: Ali, Rijal, Mozer, Andis, Rais, Galih,
Ari, Akas, dll.
11. Teman belajar selama kuliah: Reza, Echa, Aziz, Fio, Achi, Nicky, Ayu,
Henny, Ichob, Wina, Gina, Merri, dll.
12. Teman-teman Farmasi 2011, khususnya untuk kelas C atas kebersamaan
dan memori selama menempuh ilmu dikampus ini.
13. Para staf dan karyawan program studi farmasi, staf laboran, ka Eris, ka
Tiwi, ka Lisna, Ka liken, Mba Rani, dan Ka Rahmadi yang banyak
membantu selama penelitian dan praktikum semester sebelumnya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan guna tercapainya kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi kalangan akademis, khususnya bagi
mahasiswa Farmasi, Masyarakat pada umumnya dan bagi dunia ilmu
pengetahuan.
Ciputat, Juni 2015

Penulis

ix UIN Syarif HIdayatullah Jakarta


x UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii


HALAMAN PERNYATAAN ORISIONALITAS ............................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEBIMBING .................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1 Etil p-Metoksisinamat ........................................................................ 5
2.2 Reaksi Amidasi .................................................................................. 6
2.3 Tuberkulosis ....................................................................................... 8
2.4 Pengobatan Tuberkulosis ................................................................... 9
2.5 Isoniazid ........................................................................................... 10
2.6 Asam Amino, Protein, dan Enzim.................................................... 12
2.7 Enzim Inh A .................................................................................... 17
2.8 Jenis Ikatan ....................................................................................... 18
2.9 Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas Biologis (HKSA)
pendekatan Hansch ............................................................................ 18
2.9.1 Parameter hidrofobik ...................................................... 20
2.9.2 Parameter elektronik ...................................................... 21
2.9.3 Parameter sterik .............................................................. 22
2.9.4 Analisis statistik HKSA Hansch .................................... 23
2.9.5 Kriteria Statistik ............................................................. 24
2.10 Penambatan molekuler (Molecular Docking) .................................. 25
2.11 Pemograman HKSA dan Penambatan Molekuler ............................ 27
2.11.1 Hyperchem ..................................................................... 27
2.11.2 Protein Data Bank .......................................................... 27
2.11.3 Discovery Studio 4.0 Visualizer .................................... 28
2.11.4 Marvin Sketch ................................................................ 28
2.11.5 Autodock ........................................................................ 28
2.11.6 Autodock Vina ............................................................... 29
2.11.7 Pymol ............................................................................. 30
2.11.8 Ligplot ............................................................................ 30

xi UIN Syarif HIdayatullah Jakarta


BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 31
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 31
3.2 Alat .................................................................................................... 31
3.2.1 Perangkat Keras ............................................................. 31
3.2.2 Perangkat Lunak............................................................. 31
3.3 Bahan ................................................................................................. 32
3.3.1 Struktur molekul tiga dimensi Enzim Inh A
Mycobacterium tuberculosis .......................................... 32
3.3.2 Struktur tiga dimensi Ligan senyawa Amidasi Etil p-
metoksisinamat............................................................... 32
3.3.3 Data Anti-tuberculosis beberapa Senyawa beserta
strukturnya ..................................................................... 32
3.4 Cara Kerja .......................................................................................... 32
3.4.1 HKSA pendekatan Hansch ............................................. 32
3.4.1.1 Pemilihan data sets ........................................... 32
3.4.1.2 Pemilihan deskriptor training sets .................... 33
3.4.1.3 Membangun persamaan HKSA ........................ 33
3.4.1.4 Perhitungan deskriptor test sets ........................ 33
3.4.1.5 Validasi persamaan HKSA ............................... 34
3.4.1.6 Prediksi aktivitas sample sets ........................... 34
3.4.2 Penambatan Molekul ...................................................... 34
3.4.2.1 Penyiapan dan optimasi enzim Inh A ............... 34
3.4.2.2 Penyiapan dan optimasi ligan (Senyawa uji) .... 35
3.4.2.3 Penambatan molekul dengan autodock vina .... 35
3.4.2.4 Analisa dan visualisasi hasil penambatan
molekul ............................................................. 36
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 37
4.1 Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas pendekatan Hansch .......... 37
4.1.1 Pemilihan data sets ........................................................ 37
4.1.2 Pemilihan deskriptor training sets ................................. 40
4.1.3 Membangun dan Validasi persamaan HKSA ................ 42
4.1.4 Prediksi aktivitas sample sets ......................................... 46
4.2 Penambatan molekul.......................................................................... 51
4.2.1 Penyiapan dan optimasi makromolekul enzim Inh A .... 51
4.2.2 Penyiapan dan optimasi ligan (senyawa uji) .................. 52
4.2.3 Penambatan molekul dengan Autodock vina ................. 56
4.2.4 Analisa dan Visualisasi penambatan molekul ................ 57
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 63
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 63
5.2 Saran .................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 64
LAMPIRAN ................................................................................................... 68

xii UIN Syarif HIdayatullah Jakarta


DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Etil p-metoksisinamat............................................................ 5
Gambar 2.2 Contoh Penamaan amida ..................................................................... 7
Gambar 2.3 Contoh Struktur amida yang penting .................................................. 7
Gambar 2.4 Reaksi Sintesis Amida......................................................................... 7
Gambar 2.5 Struktur Isoniazid .............................................................................. 11
Gambar 2.6 Mekanisme kerja Isoniazid................................................................ 12
Gambar 2.7 Struktur umum Asam Amino ............................................................ 13
Gambar 2.8 Koefisien Partisi dan Distribusi senyawa terion dan tak terion ........ 21
Gambar 4.1 Grafik korelasi perbandingan Log (1/MIC) eksperimen dan Log
(1/MIC) prediksi .............................................................................. 46
Gambar 4.2 Perbandingan Struktur EPMS, EPHS, Amida_9, dan Amida_11 ..... 50
Gambar 4.3 Visualisasi interaksi Makromolekul dan Ligan (Isoniazid dan 3
senyawa uji dengan Gbind terendah ................................................ 60

xiii UIN Syarif HIdayatullah Jakarta


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Asam Amino ......................................................................................... 13


Tabel 2.2 Pengelompokan Asam Amino .............................................................. 15
Tabel 2.3 Penggolongan Enzim ............................................................................ 16
Tabel 4.1 Data sets yang digunakan ..................................................................... 37
Tabel 4.2 Data Training sets ................................................................................. 39
Tabel 4.3 Data test sets.......................................................................................... 39
Tabel 4.4 Data nilai setiap deskriptor training sets............................................... 41
Tabel 4.5 Hasil analisa persamaan HKSA ............................................................ 42
Tabel 4.6 Model Persamaan .................................................................................. 43
Tabel 4.7 Data Nilai PRESS ................................................................................. 44
Tabel 4.8 Data deskriptor terpilih pada test set ..................................................... 45
Tabel 4.9 Nilai RMSD Model persamaan 2 dan 3 pada test set ........................... 45
Tabel 4.10 Data sample sets .................................................................................. 47
Tabel 4.11 Data deskriptor sample sets ................................................................ 48
Tabel 4.12 Data aktivitas prediksi sample sets menggunakan persamaan HKSA
2 ........................................................................................................... 49
Tabel 4.13 Senyawa ligan yang akan di-docking .................................................. 53
Tabel 4.14 Hasil penambatan molekuler ............................................................... 58
Tabel 4.15 Perbanding Gbind dan MIC prediksi .................................................. 61

xiv UIN Syarif HIdayatullah Jakarta


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Alur Penelitian .................................................................................. 68


Lampiran 2. Prosedur Kerja HKSA ...................................................................... 70
Lampiran 3. Prosedur Kerja Penambatan Molekuler ............................................ 77
Lampiran 4. Hasil penambatan molekul dan visualisasinya ................................. 81

xv UIN Syarif HIdayatullah Jakarta


DAFTAR ISTILAH

Enzim Inh A Enoyl acyl carrier protein reductase


EPHS Etil p-hidroksisinamat
EPMS Etil p-metoksisinamat
HKSA Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktifitas
HOMO Highest Occupied Moleculer Orbital
INH Isoniazid
LUMO Lowest Unoccupied Molecular Orbital
MIC Minimum Inhibitor Concentration
NADH Nicotinamide Adenin Dinucleotide
PDB Protein Data Bank
PRESS Predicted Residual Sums of Squares
RMSD Root Mean Square Deviation
SE Standard Error

Gbind Energi bebas Gibss

xvi UIN Syarif HIdayatullah Jakarta


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri basil tahan asam Mycobacterium tuberculosis serta bertahan dalam
tubuh manusia selama bertahun-tahun, ditularkan melalui droplet yang
mengandung basil tersebut (airborne disease). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes
RI, 2011). Genus Mycobacterium mempunyai karakteristik unik karena
dinding selnya kaya akan lipid, dan lapisan tebal peptidoglikan yang
mengandung arabinogalaktan, lipoarabinomanan dan asam mikolat. Asam
mikolat tidak biasa dijumpai pada bakteri dan hanya dijumpai pada
dinding sel Mycobacterium dan Corynebacterium. Dalam jaringan tubuh
kuman Mycobacterium tuberculosis dapat mengalami fase dorman
(tertidur lama) selama beberapa tahun (Poeloengan et al., 2007; Depkes
RI, 2002).
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 2013, 6,1 juta kasus TB telah
dilaporkan pada WHO. Dari jumlah tersebut, 5,7 juta merupakan pasien
dengan diagnosa baru dan 0,4 juta lainnya telah menjalani pengobatan.
Pada tahun 2009, Indonesia merupakan negara dengan pasien TB
terbanyak ke-5 di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria.
Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah
pasien TB didunia. (Depkes RI, 2011; WHO, 2014).

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


2

Obat yang umum dipakai pada pengobatan tuberkulosis adalah


Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin.
Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer. Isoniazid adalah obat TB
yang paling poten dalam hal membunuh bakteri dibandingkan dengan
rifampisin dan streptomisin (Depkes RI, 2005).
Isoniazid bekerja dengan menghambat biosintesis asam mikolat
yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Beberapa
hipotesis diajukan berkaitan dengan mekanisme kerja isoniazid,
diantaranya adalah efek pada lemak, biosintesis asam nukleat dan
glikolisis. (Goodman and Gilman, 2005; Katzung, B., 2004).
Enzim Inh A atau enoyl acyl carrier protein reductase dari
Mycobacterium tuberculosis, merupakan salah satu enzim penting yang
terlibat dalam jalur biosintesis asam lemak tipe II dari M. tuberculosis.
Adanya isoniazid yang berikatan dengan kofaktor Nicotinamide Adenine
Dinucleotide (NADH) membentuk INH-NAD akan menghambat aktivitas
enzimatik Inh A, sehingga akan mengganggu biosintesis asam mikolat
yang merupakan unsur utama dari dinding sel mikobakterium (He et al,
2007).
Etil p-metoksisinamat (EPMS) yang merupakan salah satu zat
kimia dari rimpang kencur (Kaempferia galanga), telah dilaporkan tidak
hanya memiliki aktivitas analgesik-anti inflamasi seperti NSAID yang
menghambat siklooksigenase, tetapi juga menghambat proliferasi sel
tumor dalam spesimen epidermis tikus, selain itu juga memiliki aktivitas
biologis terhadap penghambatan pertumbuhan Mycobacterium
tuberculosis dan Candida albicans (Dash et al., 2014). Hasil dari
penelitian Lakhsmanan et al., (2011), Etil p-metoksisinamat diprediksikan
memiliki sifat anti-tuberkulosis dengan mekanisme yang mirip dengan
isoniazid, yaitu berpengaruh terhadap proses biosintesis asam mikolat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan


uji aktivitas anti-tuberkulosis senyawa hasil modifikasi struktur dari reaksi
amidasi senyawa EPMS sebagai senyawa penuntunnya (lead compound),
yang telah diketahui memilki aktivitas anti-tuberkulosis. Salah satu cara
untuk memberikan informasi aktivitas biologis suatu senyawa adalah
dengan menggunakan metode hubungan kuantitatif struktur-aktivitas
(HKSA).
HKSA merupakan bagian penting rancangan obat dalam usaha
mendapatkan obat baru dengan aktifitas yang lebih besar, keselektifan
yang lebih tinggi, toksisitas atau efek samping sekecil mungkin dan
kenyamanan yang lebih besar. Selain itu dengan menggunakan model
HKSA, akan lebih banyak menghemat biaya atau lebih ekonomis, karena
untuk mendapatkan obat baru dengan aktifitas yang dikehendaki, faktor
coba-coba ditekan sekecil mungkin sehingga jalur sintesis menjadi lebih
pendek (Siswandono, 2008).
Selain dengan pendekatan HKSA antara senyawa turunan amidasi
EPMS dengan senyawa turunan asam sinamat yang memiliki aktivitas
anti-tuberkulosis, diketahui juga penentuan aktivitas bisa menggunakan
metode penambatan molekuler (molecular docking). Senyawa amidasi
EPMS akan digunakan sebagai ligan yang akan diprediksi hasil
penambatannya dengan suatu makromolekul, yaitu enzim Inh A yang
terdapat di M. tuberculosis, kemudian divisualisasi interaksi ligan-
makromolekul dengan menggunakan program Pymol dan LigPlot. Hasil
dari penelitian ini, diharapkan akan mendapatkan senyawa amidasi EPMS
yang memiliki prediksi aktivitas yang baik untuk pengobatan anti-
tuberkulosis dengan metode HKSA Hansch dan penambatan molekul pada
enzim Inh A. Sehingga, senyawa tersebut pada penelitian selanjutnya
dapat disintesis dan diuji secara in-vitro dan in-vivo terhadap aktivitas anti-
tuberkulosisnya.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


4

1.2 Rumusan Masalah


Apakah senyawa amidasi Etil p-metoksisinamat memiliki aktivitas
anti-tuberkulosis dengan menggunakan metode hubungan kuantitatif
struktur-aktivitas pendekatan Hansch dan melalui penambatan molekuler
pada enzim Inh A?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Memperoleh hubungan kuantitatif struktur-aktivitas anti-tuberkulosis
senyawa amidasi etil p-metoksisinamat dengan pendekatan Hansch.
b. Melihat interaksi senyawa amidasi etil p-metoksisinamat dengan
enzim Inh A dalam penghambatan pembentukan asam mikolat
Mycobacetrium tuberculosis.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Memberikan informasi acuan senyawa amidasi etil p-metoksisinamat
yang akan disintesis dan diujikan secara in-vitro untuk aktivitas anti-
tuberkulosis.
b. Membantu dalam memberi informasi pada pembuatan obat anti-
tuberkulosis baru.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etil p-metoksisinamat


Senyawa etil p-metoksisinamat termasuk dalam golongan
senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi
yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil
yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat
menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran
yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksana, termasuk turunan
asam sinamat, dimana asam sinamat adalah turunan senyawa phenil
propanoad. Senyawa-senyawa yang termasuk turunan sinamat
adalah para hidroksi sinamat, 3,4-dihidroksisinamat, dan 3,4,5
trimetoksisinamat (Barus, 2009).

Gambar 2.1 Struktur Etil p-metoksisinamat (Barus, 2009)

Tanaman kencur memang mengandung senyawa tabir surya


yaitu etil p-metoksisinamat, yang telah dibuktikan kebenarannya
oleh pengalaman nenek moyang kita. Etil p-metoksisinamat (EPMS)
adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang kencur yang
merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit
dari sengatan sinar matahari. (Barus, 2009). Umar et al, (2014)
menyatakan bahwa Etil p-metoksisinamat memilki potensi anti-
inflamasi dengan menghambat sitokin proinflamasi dan
angiogenesis, sehingga menghambat fungsi utama dari sel endotel.
Dengan demikian, etil p-metoksisinamat bisa menjadi agen terapi
yang menjanjikan untuk pengobatan penyakit inflamasi dan
gangguan yang berkaitan dengan angiogenesis.

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


6

Sebagai antimikroba, Etil p-metoksisinamat diisolasi dari


ekstrak Kampheria galanga memiliki aktivitas yang cukup terhadap
Mycobacterium tuberculosis dan Candida albicans. (Kanjanapothi et
al., 2004; Techaprasan et al., 2010). Baru-baru ini, Etil p-
metoksisinamat dengan uji microtiter resazurin telah terbukti
menghambat isolat klinis pasien multidrug resistant (MDR) dari
Mycobacterium tuberculosis dengan konsentrasi hambat minimum
(MIC) dari 0,242-0,485 mM. (Lakshmanan et al., 2011). Aktivitas
larvasida Etil p-metoksisinamat telah ditunjukkan oleh Kim et al.,
(2008), sekitar (LC50 = 12,3-20,7 mg/L) terhadap A. aegypti, O.
togoi dan C. pipens pallens. Namun, etil-sinamat dan 3-Carene
memiliki aktivitas larvasida yang lebih (LC50 = 24,1 dan 21,6 mg/L
masing-masing) terhadap C. pipens pallens tapi kurang aktivitas
(LC50=40-60 mg/L) terhadap A. aegypti dan O. togio.

2.2 Reaksi Amidasi


Proses amidasi adalah suatu reaksi penambahan gugus aktif
amin dengan pengantian atom nitrogen pada gugus karbonil dengan
struktur RCONRR. Amin merupakan senyawa organik dan
memiliki gugus fungsional yang mengandung atom Nitrogen. Amin
adalah turunan ammonia dengan salah satu atom hidrogen diganti
dengan alkil atau aril (David, 2007). Amida adalah suatu senyawa
yang mempunyai suatu nitrogen trivalent yang terikat pada gugus
karbonil.
Suatu amida diberi nama dari nama asam kaboksilat
induknya, dengan mengubah imbuhan asam -oat (atau -at)
menjadi amida. Amida di sintesa dari derivat asam karboksilat dan
ammonia atau amina yang sesuai (Fessenden, 1999).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


7

a. b.
Gambar 2.2 Contoh Penamaan amida (Fessenden, 1999)

a. IUPAC: etanamida b. IUPAC: butanamida

Trivial: asetamida Trivial: butiramida

Berikut ini beberapa amida yang penting, gugus amidanya


dilingkari:

a. b.

c.

Gambar 2.3 Contoh Struktur amida yang penting (Fessenden, 1999):

a. nikotinimida b. kafeina c. LSD

Amida disintesis dari derivat asam karboksilat dan amonia


atau amina yang sesuai (Fessenden, 1999). Contoh reaksi pembuatan
amida adalah seperti di bawah ini:

Gambar 2.4

Reaksi Sintesis Amida (Fessenden, 1999)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


8

2.3 Tuberkulosis
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit bakteri menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang paling sering
menyerang paru-paru. Hal ini ditularkan dari orang ke orang melalui
droplet dari tenggorokan dan paru-paru orang dengan penyakit
pernapasan aktif. Pada orang yang sehat, infeksi Mycobacterium
tuberculosis sering tidak menimbulkan gejala, karena sistem
kekebalan tubuh seseorang bertindak sebagai "wall off" bakteri.
Gejala TB aktif paru seperti batuk, kadang-kadang dengan sputum
atau darah, nyeri dada, kelemahan, penurunan berat badan, demam
dan berkeringat di malam hari. Tuberkulosis bisa diobati dengan
program antibiotik enam bulan (WHO, 2015).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru (Brunner et al., 2002).
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9
juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia.
Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB
didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga,
kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena
kehamilan, persalinan dan nifas. Pada tahun 2013, 6,1 juta kasus TB
telah dilaporkan pada WHO, dari jumlah tersebut, 5,7 juta
merupakan pasien dengan diagnosis baru dan 0,4 juta lainnya telah
menjalani pengobatan. Pada tahun 2009, Indonesia merupakan
negara dengan pasien TB terbanyak ke-5 di dunia setelah India,
Cina, Afrika Selatan dan.Nigeria. Diperkirakan jumlah pasien TB di
Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB didunia.
Diperkirakan, setiap tahun ada 429.730 kasus baru dan kematian
62.246 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 102 per
100.000 penduduk. (Depkes RI 2011; WHO 2014).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


9

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri aerob obligat


yang pertumbuhannya di bantu oleh tekanan CO2 5-10 %, tetapi di
hambat oleh pH di bawah 6,5 dan asam lemak rantai panjang. Basil
tuberkel tumbuh hanya pada suhu 35-37C, yang sesuai dengan
kemampuannya menginfeksi organ dalam terutama paru. Genus
Mycobacterium mempunyai karakteristik unik karena dinding selnya
kaya akan lipid, dan lapisan tebal peptidoglikan yang mengandung
arabinogalaktan, lipoarabinomanan dan asam mikolat.
Asam mikolat tidak biasa dijumpai pada bakteri dan hanya
dijumpai pada dinding sel Mycobacterium dan Corynebacterium.
Bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Basil Tahan
Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch
pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya
bakteri tersebut diberi nama basil Koch (Poeloengan et al., 2007).
Mycobacterium tuberculosis ini berbentuk batang, berukuran
panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu
disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Secara khas kuman
membentuk granula dalam paru menimbulkan nekrosis atau
kerusakan jaringan. Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh dapat mengalami fase dorman
selama bertahun-tahun (Suarni, 2009; Depkes RI, 2002).

2.4 Pengobatan Tuberkulosis


Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) (Depkes RI, 2011). Pengobatan terhadap
TB dimulai sejak 1940-an dengan streptomisin. Obat anti
tuberkulosis pada saat ini digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu
lini pertama dan lini kedua.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


10

Kelompok lini pertama, yaitu isoniazid, rifampisin,


etambutol, streptomisin, dan pirazinamid. Secara umum kelompok
lini pertama ini efektifitasnya tinggi, toksisitas dapat ditolerir.
Kelompok lini kedua, adalah antibiotika golongan fluorokuinolon,
sikloserin, etionamid, amikasin, kanamisin, kapreomisin, dan para
aminosalisilat (Niemann, S. dan Gerdes, S.R., 2003).
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Obat anti TB (OAT) harus diberikan dalam bentuk
kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat,
dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly
Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap
intensif dan lanjutan.

2.5 Isoniazid
Isoniazid (Hydrazide Penisilamin, INH) telah digunakan
sebagai anti-tuberkulosis yang paling umum sejak pengakuan
tentang aktivitas klinisnya pada tahun 1952 (Robitzek et al., 1952).
Terdiri dari cincin piridin dan gugus hydrazide, INH adalah analog
nikotinamid, secara struktural terkait dengan obat anti-TB Etionamid
dan pirazinamid (Kolyva et al., 2012).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


11

Gambar 2.5 Struktur Isoniazid (Kolyva et al., 2012)

Isoniazid adalah turunan hidrazida dan merupakan obat


utama dalam pengobatan penyakit tuberkulosis. Sering digunakan
dalam bentuk kombinasi. Penggunaan pada pasien dewasa secara
umumnya adalah 300 mg per hari melalui oral pada keadaan
lambung kosong. Sedangkan pada pasien anak-anak bervariasi,
yakni: 5 mg/kg per hari (WHO), 10 mg/kg per hari di Inggris dan 10
mg/kg hingga 15 mg/kg per hari di Amerika Serikat (USA), dengan
semuanya mencantumkan batas maksimum 300 mg per hari
(Sweetman, 1999).
INH merupakan obat anti tuberkulosis yang bersifat pro-drug
dimana obat ini akan dirubah menjadi metabolit aktifnya didalam sel
supaya menjadi substansi yang toksik untuk sel mikobakterial. INH
yang telah aktif ini nantinya akan mempengaruhi sintesis asam
mikolat. Asam mikolat ini merupakan salah satu komponen penting
untuk pembentuk dinding sel (Nofriyanda, 2010).
Setelah masuk ke dalam sel mikobakterium, INH dirubah
menjadi bentuk aktifnya oleh enzim katalaseperoksidase (Kat G)
dimana enzim ini dikode oleh gen katG. INH yang telah aktif ini
akan bereaksi dengan Nicotinamide Adenine Dinucleotide ( NADH )
yang merupakan suatu kofaktor yang terikat pada enzim Inh A. INH
aktif dengan NADH ini akan membentuk suatu ikatan kovalen INH
NAD. Enzim Inh A atau enoyl acyl carrier protein (ACP) reductase
merupakan suatu enzim yang berperan dalam proses katalisis tahap
awal sintesis asam mikolat dimana enzim ini di kode oleh gen InhA.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


12

Kepekaan terhadap INH yang disebabkan karena


penggabungan INHNAD akan menghambat aktivitas enzimatik
InhA dan akan menghambat sintesis asam mikolat yang merupakan
salah satu bahan utama sebagai pembentuk dinding sel (Nofriyanda,
2010).

Gambar 2.6 Mekanisme kerja Isoniazid

2.6 Asam amino, protein, dan enzim


Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih
gugus karboksil (COOH) dan satu atau lebih gugus amino (NH2)
yang salah satunya terletak pada atom C tepat disebelah gugus
karboksil (atom C alfa). Asam-asam amino bergabung melalui ikatan
peptida yaitu ikatan antara gugus karboksil dari asam amino dengan
gugus amino dari asam amino yang disampingnya (Sudarmadji,
1989). Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut
dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform.
Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun
dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang
terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air
tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian amina pula umumnya
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik (Poejiadi,
1994).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


13

Gambar 2.7 Struktur umum Asam Amino (Sumardjo, 2008)

Ada dua struktur kimia asam amino, yaitu struktur yang tidak
bermuatan dan struktur ion pada pH fisiologis. Gugus karboksil
bersifat sebagai sebagai donor proton; gugus amino bersifat sebagai
akseptor proton; dan gugus R yang dikenal sebagai rantai samping
atau rantai cabang mempunyai sifat yang khas (Sumardjo, 2008).
Di alam, terdapat sekitar 300 jenis asam amino. Namun
ternyata hanya 20 asam amino yang secara alami merupakan bahan
pembangun protein. Asam amino pembangun atu penyusun protein
adalah alfa asam amino, yaitu asam amino yang gugus anionnya
terikat pada atom karbon alfa (Sumardjo, 2008).

Tabel 2.1 Asam Amino (Sumardjo, 2008)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


15

Rantai samping atau rantai cabang asam-asam amino


mempunyai sifat yang khas. Berdasarkan sifat yang khas tersebut,
asam-asam amino diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: asam
amino yang bersifat basa yaitu asam amino dengan rantai samping
mengandung gugus anion atau lingkar heterosiklik berupa hetero
atom nitrogen; asam amino yang bersifat asam, yaitu asam amino
dengan rantai samping mengandung gugus karboksil; dan asam
amino netral, yaitu asam amino dengan rantai samping selain yang
telah disebutkan (Sumardjo, 2008).

Tabel 2.2 Pengelompokan Asam Amino (Sumardjo, 2008)

Protein merupakan makrobiomolekul asam-asam alfa amino


dengan susunan yang kompleks dan berat molekulnya sekitar 5000
sampai beberapa juta. Struktur tiga dimensi protein tersebut dapat
dijelaskan dengan mempelajari tingkat organisasinya, yaitu
menyangkut struktur primer, sekunder, tersier, dan quartener.
Struktur primer protein adalah jumlah, jenis, serta urutan asam
amino yang membentuk rantai polipeptida. struktur primer
menentukan sifat dasar berbagai macam protein. Struktur sekunder
adalah struktur yang berikatan kovalen dan berikatan hydrogen dari
polipeptida dalam molekul protein dan dapat berbentuk spiral (-
heliks) atau lembaran (zig-zag).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


16

Struktur tersier terbentuk karena terjadi pelipatan rantai


polipetida sehingga membentuk protein globular. Struktur kuartener
protein dibentuk oleh dua atau lebih rantai polipeptida saling
dihubungkan oleh ikatan elektrostatik dan ikatan hidrogren. Dalam
struktur kuartener protein yang kompleks, gaya van der walls di
antara atom-atom yang berdekatan kemungkinan ikut berperan
(Sumardjo, 2008).
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis
seluruh reaksi kimia dalam sistem biologis. Semua enzim murni
yang telah diamati sampai saat ini adalah protein. Aktivitas
katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya sebagai
protein. Enzim dapat mempercepat reaksi biologis, dari reaksi yang
sederhana, sampai ke reaksi yang sangat rumit. Enzim bekerja
dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang
bereaksi sehingga mempercepat proses reaksi. Percepatan reaksi
terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan
sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Enzim mengikat
molekul substrat membentuk kompleks enzim substrat yang bersifat
sementara dan lalu terurai membentuk enzim bebas dan produknya
(Lehninger, 1995).
Penggolongan enzim secara internasional telah dilakukan
secara sistematis. Sistem ini menempatkan semua enzim ke dalam
enam kelas utama, masing-masing dengan sub kelas, berdasarkan
atas jenis reaksi yang dikatalisa.

Tabel 2.3 Penggolongan Enzim

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


17

2.7 Enzim Inh A


Inh A atau enoyl acyl carrier protein reductase dari
Mycobacterium tuberculosis, merupakan salah satu enzim penting
yang terlibat dalam jalur biosintesis asam lemak tipe II dari M.
tuberculosis. Dependent-NADH enoil-ACP reduktase dikodekan
oleh gen Inha Mycobacterium yang telah diketahui sebagai target
molekul utama dari frontline obat anti tuberkulosis isoniazid (INH).
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa Inh A juga sebagai
secondline target untuk obat antitubercular etionamid (ETA). Inh A
mengkatalisis pengurangan rantai panjang trans-2-enoil-ACP di jalur
biosintesis asam lemak tipe II dari M. tuberculosis. Penghambatan
Inh A mengganggu biosintesis asam mikolat yang merupakan unsur
utama dari dinding sel mikobakteri. Sebagai pro-drug, INH pertama-
tama harus diaktifkan oleh mikobakteri katalase-peroksidase katG ke
dalam bentuk aktif radikal asilnya. Produk adisi yang dihasilkan dari
ikatan kovalen INH diaktifkan dengan Inh A kosubstrat NADH, atau
produk oksidasi NAD+, berfungsi sebagai Inh A inhibitor yang
ampuh. (He et al., 2007).
Gen katG berfungsi dalam mengkode enzim catalase-
peroxidase (Kat G). Enzim ini berperan dalam merubah INH
menjadi metabolit aktifnya supaya INH bisa berikatan dengan
NADH membentuk ikatan INH-NAD. Terjadinya mutasi pada gen
katG akan menyebabkan hilangnya aktivitas enzim catalase-
peroxidase sehingga INH yang masuk ke dalam sel tidak dapat
dirubah menjadi bentuk aktifnya. INH yang tidak dalam bentuk
aktifnya tidak dapat mengganggu aktivitas enzim enoyl acyl carrier
protein (ACP) reductase.
INH yang telah aktif ini akan bereaksi dengan Nicotinamide
Adenine Dinucleotide (NADH) yang merupakan suatu kofaktor yang
terikat pada enzim Inh A. INH aktif dengan NADH ini akan
membentuk suatu ikatan kovalen INHNAD.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


18

Enzim Inh A atau enoyl acyl carrier protein (ACP) reductase


merupakan suatu enzim yang berperan dalam proses katalisis tahap
awal sintesis asam mikolat dimana enzim ini di kode oleh gen inhA.
Kepekaan terhadap INH yang disebabkan karena penggabungan
INHNAD akan menghambat aktivitas enzimatik InhA dan akan
menghambat sintesis asam mikolat yang merupakan salah satu bahan
utama sebagai pembentuk dinding sel.
Setelah terjadi perubahan INH menjadi bentuk aktifnya, maka
INH ini akan bekerja pada target utamanya yaitu mengganggu Inh A
atau enzim enoyl acyl carrier protein (ACP) reductase melalui
adanya ikatan kovalen INH-NAD. Dengan adanya ikatan ini maka
terjadi hambatan aktivitas enzimatik Inh A sehingga mengganggu
sintesis asam mikolat. (Nofriyanda, 2010).

2.8 Jenis Ikatan


Ada beberapa bentuk ikatan yang berperan dalam interaksi
ligan-makromolekul. Biasanya dalam bentuk interaksi ikatan
intermolekular seperti ikatan ion, ikatan hidrogen, ikatan van der
waals, dan ikatan dipoldipol. Beberapa obat juga membentuk ikatan
kovalen terhadap targetnya (Patrick, 2001). Selain ikatan tersebut,
terdapat ikatan hidrofob yang merupakan salah satu kekuatan
penting pada proses penggabungan daerah non polar molekul obat
dengan daerah non polar reseptor biologis (Siswandono, 2008)

2.9 Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA) pendekatan


Hansch
Pendekatan hubungan struktur dan aktivitas biologis mulai
berkembang pesat setelah tahun 1960-an, dengan dipelopori oleh
Corwin Hansch dan kawan-kawan, yang menghubungkan struktur
kimia dan aktivitas biologis obat melalui sifat-sifat kimia fisika
umum seperti kelarutan dalam lemak, derajat ionisasi, atau ukuran
molekul (Siswandono, 2008).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


19

Analisis Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA)


merupakan salah satu aplikasi dari kimia komputasi dan juga bagian
yang dipelajari dalam bidang kimia medisinal. Dengan metoda
analisis HKSA, senyawa yang akan disintesis dapat didesain terlebih
dahulu berdasarkan hubungan antara sifat-sifat kimia serta fisik
molekul dengan aktivitas biologisnya, dengan menggunakan
hubungan tersebut, aktivitas teoritik suatu senyawa baru dapat
diprediksi, dan dengan demikian fokus riset dapat dipersempit, biaya
dan waktu pun dapat dihemat. Saat ini telah dikenal tiga metoda
analisis HKSA yakni metoda HKSA Free-Wilson, metoda Hansch
dan metoda HKSA tiga dimensi (Kubinyi, 1993).
Hansch (1963), mengemukakan suatu konsep bahwa
hubungan struktur kimia dengan aktivitas biologis (log 1/C) suatu
turunan senyawa dapat dinyatakan secara kuantitatif melalui
parameter-parameter sifat kimia-fisika dari substituent yaitu
parameter hidrofobik (), elektronik () dan sterik (Es).
Model pendekatan ini disebut juga dengan model hubungan
energi bebas linier (linier free energy relationship = LFER) atau
pendeakatan ekstra termodinamika. Pendekatan ini menggunakan
dasar persamaan Hammet yang didapat dari kecepatan hidrolisis
turunan asam benzoat (Siswandono, 2008).
Proses interaksi obat-reseptor sangat dipengaruhi oleh ikatan
kimia, kerapatan elektron, ukuran molekul, dan efek sterokimia.
Dalam hubungan struktur dan aktivitas, ketiga parameter tersebut
dilibatkan, terutama parameter eketronik dan sterik.
Pendekatan hubungan struktur aktivitas melalui parameter
sifat kimia fisika oleh Hansch dinyatakan melalui persamaan regresi
linier dibawah ini:
= +d

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


20

C : Kadar untuk respons biologis baku


: Sumbangan sifat-sifat lipofilk, elektronik,
dan sterik dari gugus-gugus terhadap sifat-sifat senyawa
induk yang berhubungan dengan aktivitas biologis
a, b, c, dan d : Bilangan yang didapat dari perhitungan analisis
regresi linier (Siswandono, 2008).

2.9.1 Parameter hidrofobik


Parameter hidrofobik (lipofilik) yang sering digunakan
dalam HKSA antara lain adalah logaritma koefisien partisi
(log P), tetapan Hansch, tetapan fragmentasi f Rekker-
Mannhold dan tetapan kromatografi Rm (Siswandono, 2008).
Koefisien partisi oktanol/air yang dinyatakan dalam log P
merupakan standar kuantitas untuk menentukan sifat
hidrofobik/hidrofilik suatu molekul. Parameter
hidrofobik/hidrofilik adalah sifat yang sangat penting dalam
aplikasi biomedis (Katritzky et al., 1996).
Koefisien partisi atau log P dapat diartikan sebagai
perbandingan konsetrasi suatu senyawa dalam oktanol dan air.
Selain log P terdapat juga parameter hidrofobik yang sering
digunakan, yaitu koefisien distribusi atau Log D. Koefisien
distribusi adalah perbandingan konsentrasi dari seluruh jenis
senyawa dalam oktanol dan air. Berdasarkan reaksi disosiasi
asam-basa, konsep koefisien partisi digunakan untuk senyawa
bersifat kationik, anionic, dan netral (ChemAxon, 2014)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


21

Gambar 2.8 Koefisien Partisi dan Distribusi senyawa terion dan tak terion
(ChemAxon, 2014)
2.9.2 Parameter Elektronik
Ada tiga jenis sifat elektronik yang digunakan dalam
HKSA model LFER Hansch, yaitu:
a. Pengaruh berbagai substituent terhadap reaktivitas
bagian molekul yang tidak mengalami perubahan.
Penetapannya menggunakan perhitungan orbital
molekul, contoh : tetapan Hammet
b. Sifat elektronik yang berkaitan dengan tetapan
ionisasi (pKa) dan berhubungan bentuk terionkan dan
tak terionkan dari suatu senyawa pada pH tertentu.
Penetapannya menggunakan persamaan Handerson-
Hasselbach.
c. Sifat oksidasi-reduksi atau reaktivitas senyawa.
Penetapannya menggunakan perhitungan mekanika
kuantum dari energi orbital (Siswandono, 2008).
Energi HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital)
dan energi LUMO (Lowest Unoccupied Molecular Orbital)
merupakan deskriptor yang sangat populer dalam kimia
kuantum. Orbital-orbital ini memainkan peran yang sangat
penting dalam menentukan berbagai reaksi kimia dan dalam
penentuan celah pita elektronik.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


22

Energi HOMO berhubungan langsung dengan potensial


ionisasi dan sifat kerentanan molekul dalam penyerangan
terhadap elektrofil (Katritzky et al, 1996). Sedangkan energi
LUMO berhubungan langsung dengan afinitas elektron dan
sifat kerentanan molekul dalam penyerangan terhadap
nukleofil. Selisih antara energi HOMO dan LUMO (celah
HOMO-LUMO) penting dalam penentuan ukuran stabilitas
molekul. Molekul dengan celah HOMO-LUMO yang besar
berarti molekul tersebut memiliki stabilitas yang tinggi,
sehingga memiliki reaktivitas yang rendah dalam reaksi-
reaksi kimia. Celah ini juga digunakan pada perkiraan energi
eksitasi terendah molekul (Katritzky et al., 1996).

2.9.3 Parameter sterik


Tetapan sterik substituent dapat diukur berdasarkan sifat
meruah gugus-gugus dan efek gugus pada kontak obat dengan
sisi reseptor yang berdekatan (Siswandono, 2008). Parameter
sterik yang sering digunakan para kimiawan dalam setiap
kasus adalah indeks topologi untuk melakukan evaluasi
terhadap toksisitas dan untuk memprediksi aktivitas biologi.
Hal ini karena indeks topologi menawarkan cara yang mudah
dalam pengukuran cabang molekul, bentuk, ukuran, siklisitas,
simetri, sentrisitas, dan kompleksitas (Devillers, 1997).
Indeks topologi menjelaskan bahwa suatu struktur kimia,
disebut sebagai grafik kimia, yaitu suatu model kimia yang
digunakan untuk menjelaskan sifat interaksi antara obyek-
obyek kimia (atom, ikatan, gugusan atom, molekul, pasangan
molekul, dan sebagainya). Salah satu jenis indeks topologi
yang ada adalah indeks harary, Indeks Harary yang
dinyatakan dengan H diturunkan dari hubungan timbal balik
(resiprokal) matriks jarak dan dari sejumlah sifat-sifat yang
menarik.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


23

Indeks ini berdasarkan pada dugaan para kimiawan


bahwa situs-situs yang terletak berjauhan dalam suatu struktur
seharusnya memiliki pengaruh yang lebih kecil antara satu
dengan lainnya daripada situs-situs yang letaknya berdekatan
(Fatimah, 2008).
Indeks Randic atau indeks konektivitas molekular Randic
sangat mirip dengan indeks Zagreb, namun lebih dapat
diterima dan digunakan secara luas. Secara matematis
dituliskan pada persamaan:

Sesuai dengan definisi yang diberikan, maka semakin


rapat grafik, maka akan semakin rendah harga (Fatimah,
2008). Selain itu descriptor parameter sterik yang biasa
digunakan adalah Refraksi molar (molar refraction = MR)
Refraksi molar dihitung melalui persamaan Lorenz-Lorenz
sebagai berikut:
MR= (n2-1) x BM / (n2-1) x d
n : indeks refraksi
d : kerapatan (density) (Siswandono, 2008).

2.9.4 Analisis statistik HKSA Hansch


Perhitungan statistic yang sering digunakan dalam
hubungan struktur dan aktivitas melalui parameter-parameter
kimia fisika adalah analisa regresi linier dan non linier. Untuk
mengetahui hubungan kuantitatif antara struktur kimia dan
aktivitas biologis melalui parameter kimia fisika, dapat
dilakukan perhitungan statistic dengan bantuan computer,
menggunakan program MICROSAT, ABSTAT, QSAR,
STATGRAPHIC, STATISTICA, SIGMASTAT, SPSS, atau
program statistic lainnya (Siswandono, 2008).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


24

Analisa regresi linier bila dilihat dari jumlah variabel


bebas yang digunakan, terbagi menjadi dua yaitu analisa
regresi linier tunggal yang menggunakan satu variabel bebas
dan analisa regresi multi linier (Multilinier Regresion) yang
menggunakan lebih dari satu variabel bebas. Perhitungan
regresi linier digunakan untuk mencari hubungan antara
aktivitas biologis dengan satu parameter kimia fisika atau
lebih. Salah satu contoh bentuk persamaan untuk regresi
multilinier yang menggunakan dua dan tiga parameter adalah
sebagai berikut:
Y = aX1+ bX2 + c
Y= aX1 + bX2 + cX3 + d
X1, X2, X3 : parameter-parameter kimia fisika 1, 2, dan 3
(Siswandono, 2008).

2.9.5 Kriteria Statistik


Keabsahan persamaan yang diperoleh dan arti perbedaan
parameter yang digunakan dalam hubungan struktur-aktivitas
model Hansch, dapat dilihat dengan beberapa kriteria statistik,
seperti r, r2, F, t dan s. arti kriteria statistik:
a) Nilai r (koefisien kolerasi) menunjukkan tingkat
hubungan antara data aktivitas biologis pengamatan
percobaan dengan data hasil perhitungan berdasarkan
persamaan yang diperoleh dari analisi regresi. Koefisien
korelasi adalah angka bervariasi mulai dari 0 sampai 1.
Semakin tinggi nilai koefisien kolerasi maka semakin
baik hubungannya.
b) Nilai r2 menunjukkan berapa % aktivitas biologis yang
dapat dijelaskan hubungannya dengan parameter sifat
fisika-kimia yang digunakan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


25

c) Nilai F menunjukkan kemaknaan hubungan bila


dibandingkan dengan tabel F. Makin besar nilai F makin
besar derajat kemaknaan hubungan. Nilai F adalah
indikator bilangan untuk menunjukkan bahwa hubungan
yang dinyatakan oleh persamaan yang didapat, adalah
benar atau merupakan kejadian kebetulan. Semakin tinggi
nilai F semakin kecil kemungkinan hubungan tersebut
adalah karena kebetulan.
d) Nilai t menunjukkan perbedaan koefisien regresi a, b, c,
dan d dari persamaan regresi bila dibandingkan dengan
tabel t
e) Nilai s (simpangan baku) menunjukkan nilai variasi
kesalahan dalam percobaan.

2.10 Penambatan molekuler (Molecular Docking)


Molecular docking atau penambatan molekuler adalah
prosedur komputasional yang digunakan untuk memprediksikan
ikatan non kovalen makromolekul, lebih sering, sebuah molekul
besar (reseptor) dan sebuah molekul kecil (ligan) secara efisien,
dimulai dari struktur-struktur yang tidak saling berikatan, struktur
yang ditemukan dari simulasi dinamika molekul, homology
modeling, dll. Tujuan dari molecular docking adalah untuk
memprediksikan konformasi ikatan dan afinitas pengikatan (Yanuar,
2012).
Dalam bidang pemodelan molekul, docking adalah metode
untuk memprediksi orientasi yang lebih diutamakan dari suatu
molekul ketika terikat satu sama lain untuk membentuk kompleks
yang stabil.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


26

Informasi tentang oreintasi ini dapat digunakan untuk


memprediksi kekuatan hubungan atau afinitas ikatan antara dua
molekul yang digunakan misalnya fungsi penilaian. Hubungan
antara molekul biologis yang relevan seperti protein, asam nukleat,
karbohidrat, dan lipid memainkan peran sentral dalam transduksi
sinyal.
Selanjutnya, orientasi relatif dari dua pasangan yang
berinteraksi dapat mempengaruhi jenis sinyal yang dihasilkan. Oleh
karena itu docking berguna untuk memprediksi baik kekuatan dan
jenis sinyal yang dihasilkan. Docking sering digunakan untuk
memprediksi orientasi ikatan kandidat obat bermolekul kecil
terhadap target proteinnya untuk memprediksi afinitas dan aktivitas
molekul kecil. Maka docking memainkan peran penting dalam
desain obat secara rasional (Mukesh & Rakesh, 2011).
Prediksi pengikatan molekul kecil pada protein penting
karena data tersebut digunakan untuk screening database virtual
molekul mirip obat untuk menemukan senyawa penuntun untuk
mengembangkan obat selanjutnya. Docking juga dapat digunakan
untuk mencoba memprediksi konformasi ikatan dari pengikat yang
diketahui, ketika percobaan seluruh struktur tidak tersedia (Yanuar,
2012).
Untuk melakukan skrining penambatan, syarat pertama
adalah struktur protein yang dikehendaki. Biasanya struktur telah
ditentukan dengan menggunakan teknik biofisik seperti kristalografi
sinar-x, atau spektroskopi NMR.
Struktur protein dan basis data ligan yang potensial ini
berfungsi sebagai input untuk program docking. Keberhasilan
program docking tergantung pada dua komponen: pencarian
algoritma dan fungsi scoring (Mukesh, 2011). Fungsi scoring dapat
memprediksi afinitas ikatan antara makromolekul dengan ligan.
Identifikasi ini didasarkan pada beberapa teori seperti teori energi
bebas Gibbs.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


27

Nilai energi bebas Gibbs yang kecil menunjukkan bahwa


konformasi yang terbentuk adalah stabil, sedangkan nilai energi
bebas Gibbs yang besar menunjukkan tidak stabilnya kompleks yang
terbentuk. Sedangkan penggunaan algoritma berperan dalam
penentuan konformasi (docking pose) yang paling stabil dari
pembentukan kompleks (Funkhouser, 2007).

2.11 Pemograman HKSA dan Penambatan Molekuler


2.11.1 Hyperchem
Program HyperChem, merupakan program kimia aplikasi
32 bit, yang dikembangkan oleh HyperCube Inc. HyperChem
merupakan program yang handal dari pemodelan molekul yang
telah diakui mudah digunakan, fleksibel dan berkualitas. Dengan
menggunakan visualisasi dan animasi tiga dimensi hasil
perhitungan kimia kuantum, mekanika dan dinamika molekular,
menjadikan HyperChem terasa sangat mudah digunakan
dibandingkan dengan program kimia kuantum yang lain. Program
Kimia menyediakan fasilitas pembuatan model tiga dimensi (3D),
perhitungan mekanika molekular dan mekanika kuantum
(semiempiris dan ab initio). Disamping itu tersedia pula database
dan program simulasi Monte Carlo dan molecular dynamics (MD)
(Pranowo, 2009).

2.11.2 Protein Data Bank


Protein data bank (PDB; http://www.pdb.org) merupakan
kumpulan arsip tunggal mengenai data structural makromolekul
biologi dari seluruh dunia. Penentuan struktur molekul protein yang
terdapat berkas PDB diperoleh dengan menggunakan data
eksperimen. Data eksperimen ini berasal dari kristalografi sinar x
atau spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance (NMR).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


28

Kemudian dilakukan proses dengan program komputer untuk


membuat molekul yang paling sesuai dengan data eksperimen
(Berman et al, 2000). PDB merupakan tempat penampungan data
struktur 3D dari protein dan asam nukleat. Situs PDB dapat diakses
pada alamat http://www.pdb.org oleh seluruh pengguna internet
seluruh dunia secara gratis (Yanuar, 2012).

2.11.3 Discovery Studio 4.0 Visualizer


Discovery Studio Visualizer adalah penampil gratis yang dapat
digunakan untuk membuka, mengedit data serta alat untuk
melakukan analisis data yang dihasilkan oleh perangkat lunak lain.
Perangkat ini dirancang untuk memberikan gambaran yang
interaktif untuk melihat dan mengedit struktur molekul, urutan,
data refleksi X-ray, script, dan data lainnya.Aplikasi ini dapat
digunakan pada Windows dan Linux dan terintegrasi dengan
desktop yang menyediakan akses ke fitur sistem operasi standar
seperti sistem berkas, clipboard, dan percetakan (Accelrys
Enterprise Platform, 2005).

2.11.4 MarvinSketch
MarvinSketch merupakan aplikasi mendesain gambar struktur
yang didirikan oleh ChemAxon, perangkat lunak yang
dikembangkan untuk bioteknologi dan farmasetikal industry.
MarvinSketch adalah perangkat chemical drawing berbasis Java
yang memungkinkan membuat dan mengedit molekul dalam
berbagai format file (DBM et al., 2014).

2.11.5 Autodock
Autodock merupakan sebuah perangkat lunak yang dibangun
untuk melakukan suatu prosedur dalam rangka memprediksi
interaksi sebuah molekul kecil dari suatu senyawa dengan molekul
target.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


29

Hal yang menyebabkan tercetusnya pembuatan software ini


adalah karena adanya permasalahan dalam merancang suatu
senyawa bioaktif, khususnya dalam hal perancangan obat dengan
bantuan komputer (Computer Aided Drug Design). Program ini
bertujuan sebagai alat yang dapat digunakan pada computer untuk
membantu proses pembentukan interaksi yang akurat (Yanuar,
2012).
Setiap proses docking dengan AutoDock membutuhkan paling
sedikit empat input file, yaitu: PDBQT file untuk ligan; PDBQT
file untuk makromolekul atau reseptor; grid parameter file (GPF)
untuk perhitungan oleh AutoGrid; dan docking parameter file
(DPF) untuk perhitungan oleh AutoDock (Yanuar, 2012).

2.11.6 Autodock Vina


AutoDock Vina adalah salah satu perangkat lunak yang tepat
dan dapat diandalkan yang tersedia untuk penemuan obat,
penambatan molekul dan skrining virtual yang dirancang dan
diterapkan oleh Dr. Oleg Trott. Vina menawarkan fungsi yang
beragam, tingkat kinerja tinggi dan meningkatkan akurasi untuk
mempermudah penggunaan. Perangkat lunak ini dapat dioperasikan
dengan bantuan AutoDockTools (ADT) atau instruksi command
line.
Untuk hasil input dan output vina, file type yang digunakan
dalah struktur molekul PDBQT seperti yang digunakan pada
software Autodock. Untuk pengaplaksiannya, hanya diperlukan
struktur molekul yang akan di docking dan spesifikasi binding site
(Yanuar, 2012).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


30

2.11.7 Pymol
Pymol adalah program visualisasi molekuler yang diciptakan
oleh Warren Lyford DeLano. Pymol memberikan kualitas gambar
tiga dimensi yang baik dari molekul kecil dan makromolekul
seperti protein.
Pymol merupakan salah satu program visualisasi yang
digunakan untuk memahami suatu struktur biologi dan dapat
menampilkan gambar tiga dimensi yang berkualitas dan mampu
menyajikan tampilan struktur dalam beberapa warna dari suatu
molekul kecil maupun makromolekul seperti protein. Visualisasi
sangatlah penting untuk lebih memahami dan mendalami struktur
suatu molekul (DeLano & Bromberg, 2004).

2.11.8 LigPlot
Program Ligplot secara otomatis menghasilkan skema
gambaran 2-D dari interaksi kompleks protein-ligan dari input file
standar Protein Data Bank. Hasil Output yang diberikan berupa
warna, atau hitam-putih, file PostScript memberikan representasi
sederhana dan informatif tentang interaksi antarmolekul dan
kekuatan interaksinya, termasuk ikatan hidrogen, interaksi
hidrofobik dan aksesibilitas atom. Program ini sepenuhnya secara
umum digunakan untuk ligan apapun dan juga dapat digunakan
untuk menunjukkan jenis interaksi protein dan asam nukleat
(Wallace et al., 1994).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) Universita Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
dan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Serpong selama bulan
Maret hingga Juni 2015.

3.2. Alat
3.2.1. Perangkat Keras
Notebook Asus (X44C series) dengan spesifikasi Intel
celeron CPU (B800 @ 1.50GHz (2 CPUS), ~1.50 GHz), RAM
(Random Access Memory) 2.00 gigabyte, dan Graphic Card (Intel
HD Graphics Family) 784 MB. Notebook terhubung dengan
AC/DC adapter dan terkoneksi internet.

3.2.2. Perangkat Lunak


Sistem operasi menggunakan Windows 7 Ultimate 64 bit,
Autodock Tools, Discovery Studio 3.5 Visualizer (Accelrys
Enterprise Platform), Open Babel 2.3.2, Autodock Vina, Pymol
(De Lano Scitientific LLC), Marvin Sketch 5.5.1.0
(http://www.chemaxon.com), LigPlot, HyperchemTM trial for
Windows, Protein Data Bank (http://www.rcsb.org/pdb), SPSS
16.0 for windows, Microsoft Excel 2007.

31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


32

3.3. Bahan
3.3.1. Struktur molekul tiga dimensi enzim Inh A Mycobacterium
tuberculosis
Struktur tiga dimensi enzim Inh A diunduh dari Bank Data
Protein melalui situs http://www.rcsb.org/pdb. Makromolekul
protein yang dipilih adalah enzim Inh A pada Mycobacterium
tuberculosis yang didapat dari metode X-ray Diffraction dengan
resolusi 2,70 . Identitas makromolekul tersebut adalah 1ENY
dengan format .pdb.

3.3.2. Struktur tiga dimensi ligan senyawa amidasi Etil p-metoksisinamat.


Ligan yang digunakan adalah ligan dari senyawa amidasi
etil p-metoksisinamat (EPMS) yang dibuat dengan Marvin Sketch
dengan format .mol untuk perhitungan deskriptor dan format .pdb
untuk proses docking.

3.3.3 Data anti-tuberculosis beberapa senyawa beserta strukturnya


Data anti-tuberkulosis beberapa senyawa di ambil dari
referensi dan jurnal penelitian, kemudian digunakan sebagai
training sets dan test sets untuk membangun persamaan HKSA.
Data aktivitas anti-tuberkulosis yang didapat adalah nilai Minimum
Inhibitor Concentration (MIC) dan strukturnya dalam format .mol.

3.4. Cara Kerja


3.4.1. HKSA pendekatan Hansch
3.4.1.1 Pemilihan Data Sets
Pemilihan Senyawa Data sets anti-tuberkulosis yang digunakan
melalui pencarian literatur kemudian dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu senyawa training sets dan test sets. Senyawa training sets
digunakan untuk membangun persamaan HKSA. Sedangkan
senyawa test sets digunakan untuk memvalidasi persamaan HKSA
yang telah dibuat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


33

3.4.1.2 Pemilihan deskriptor training sets

Data deskriptor yang digunakan mewakili parameter


hidrofobik, elektronik, dan sterik. Untuk parameter hidrofobik
digunakan nilai Log D dengan menggunakan aplikasi
Marvinsketch. Parameter elektronik yang digunakan adalah energi
HOMO, energi LUMO, dan Momen dipol dengan menggunakan
aplikasi Hyperchem, perhitungan menggunakan metode
semiempiris AM1. Sedangkan parameter sterik yang digunakan
adalah Harary index, Randic index, dan Molar refractivity dengan
aplikasi Hyperchem dan Marvinsketch. Training sets yang telah
dipilih kemudian dihitung tiap deskriptornya untuk membangun
persamaan HKSA.

3.4.1.3 Membangun persamaan HKSA


Persamaan HKSA dibuat melalui perhitungan statistik analisis
regresi multilinier dengan program SPSS. Analisa regresi
multilinier dilakukan dengan metode backward, yaitu dengan
memasukkan semua variabel bebas (data deskriptor) yang
digunakan. Kemudian dicoba penghilangan satu-persatu dalam satu
waktu. Persamaan HKSA tersebut merupakan hubungan parameter
sifat fisika-kimia yang merupakan variable bebas pada metode
Hansch dengan aktivitas anti-tuberkulosis (log 1/MIC) sebagai
variable terikat.

3.4.1.4 Perhitungan deskriptor test sets


Test set yang telah dipilih dihitung nilai descriptor log D,
Energi HOMO, energi LUMO, Momen dipol, Harary index,
Randic index, dan Molar refractivity menggunakan aplikasi
Hyperchem dan MarvinSketch.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


34

3.4.1.5 Validasi persamaan HKSA


Setelah membangun persamaan multilinier regression metode
backward akan didapatkan beberapa model persamaan. Kemudian
diuji validitasnya dengan menghitung nilai r2, Fhit/Ftabel, Standar
Error, dan predicted residual sums of squares (PRESS). Persamaan
yang diterima harus memenuhi syarat:
1. nilai r2 dari 0,8 hingga 1
2. nilai Fhit/Ftabel > 1
3. nilai SE dan PRESS terkecil atau mendekati 0
Kemudian dihitung nilai Root Mean Standar Deviation
(RMSD) dengan membandingkan nilai Log (1/MIC) eksperimen
pada data test sets dengan Log (1/MIC) prediksi test sets dari hasil
model persamaan yang dibuat. Model persamaan yang diterima
bila nilai RMSD terkecil atau mendekati 0.

3.4.1.6 Prediksi aktivitas sample sets


Senyawa amidasi etil p-metoksisinamat pada format .mol
dihitung nilai deskriptor dengan model persamaan yang telah
memenuhi syarat. Nilai deskriptor yang didapat kemudian di
masukkan kedalam persaman HKSA untuk mendapatkan prediksi
aktivitas anti-tuberkulosis (Log 1/MIC) yang baik.

3.4.2. Penambatan Molekuler


3.4.2.1 Penyiapan dan Optimasi Enzim Inh A
Makromolekul enzim InhA diunduh dari Bank Data Protein
melalui situs http://www.rcsb.org/pdb/. Identitas molekul pada
situs tersebut adalah 1ENY dalam format .pdb.
Makromolekul protein kemudian dilakukan proses pemisahan
molekul air dan ligan atau residu non standar. Proses ini dilakukan
dengan menggunakan software Discovery Studio 3.5 Visualizer.
Hasil makromolekul yang telah dipisahkan disimpan pada dalam
format .pdb.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


35

Selanjutnya, dilakukan proses optimasi makromolekul


menggunakan software Autodock Tool. Buka software Autodock
tool klik file read molecul pilih makromolekul dengan
format .pdb. Optimasi meliputi penambahan atom hidrogen dan
pengaturan grid box parameter untuk menentukan lokasi
penambatan molekul ligan. Hasil optimasi makromolekul disimpan
dalam format .pdbqt.

3.4.2.2 Penyiapan dan Optimasi Ligan (senyawa uji)


Ligan yang digunakan sebagai pembanding adalah Isoniazid
yang dapat diunggah melalui PubChem
(http://PubChem.ncbi.blm.nih.gov). Sedangkan senyawa amidasi
Etil p-metoksisinamat yang akan diujikan dibuat struktur tiga
dimensinya dengan software Marvinsketch dan disimpan dalam
format .mol, kemudian dikonversi menjadi .pdb dengan program
open babel. Optimasi struktur ligan yang telah dibuat dengan
menggunakan software Autodock Tools. Dengan cara: Buka ligan
yang telah dibuat (ligand input open). Kemudian, optimasi
pengaturan number of active torsion. Simpan ligan hasil optimasi
(ligand output save as pdbqt save) dalam format .pdbqt.

3.4.2.3 Penambatan Molekul dengan Autodock Vina


Langkah awal yang dilakukan adalah mengkopi atau
menyimpan data Ligan dan Protein format .pdbqt yang telah
dioptimasi kedalam folder Vina. Kemudian buat pengaturan
konfigurasi file vina pada notepad dan disimpan dengan format
conf.txt. Selanjutnya, jalankan software Vina melalui Command
prompt.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


36

3.4.2.4 Analisis dan Visualisasi Penambatan Molekul


Hasil kalkulasi penambatan dilihat pada output dalam format
out.pdbqt. Pemilihan hasil penambatan dengan memilih ligan yang
memilki nilai energi bebas Gibbs (Gbind) terendah. Data nilai
energi ikatan setiap ligan dapat dilihat pada output hasil
penambatan log.txt.
Visualisasi posisi setiap ligan pada makromolekul dan asam
amino yang terikat pada ligan dengan menggunakan program
Pymol dan Ligplot. Pymol digunakan untuk melihat kecocokan
situs tambat pada makromolekul dengan ligan. Pymol akan
menvisualisasi secara 3 dimensi, sedangkan ligplot secara 2
dimensi.
Makromolekul yang sebelumnya telah dioptimasi dengan
format .pdbqt dan data hasil penambatan output.pdbqt, dibuka
menggunakan wordpad. Data dari output.pdbqt disalin kedalam
data makromolekul, kemudian disimpan dalam format .pdb dan
dilihat interaksi asam amino dan ligannya menggunakan program
Ligplot secara dua dimensi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas pendekatan Hansch


4.1.1 Pemilihan data sets
Data sets yang digunakan adalah senyawa turunan asam sinamat
yang memiliki kemiripan dengan senyawa amidasi EPMS dan
mempunyai aktivitasi anti-tuberkulosis. Data senyawa turunan sinamat
yang digunakan adalah hasil percobaan secara in-vitro yang dilakukan
oleh Guzman et al, (2014) terhadap penghambatan pertumbuhan
Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv atau konsentrasi hambat
minimum (MIC). Data senyawa yang digunakan adalah sebanyak 14,
kemudian dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 9 senyawa sebagai training
sets dan 5 senyawa sebagai test sets.

Tabel 4.1 Data sets yang digunakan


Kode MIC
No. Nama Senyawa dan Struktur
Senyawa (M)
ethyl p-methoxycinnamate

1 S1 485

Cinamic acid

2 S2 270

3,4-methylenedioxycinnamic acid

3 S3 312

37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


38

3-Coumaric acid

4 S4 366

2-O-prenylcoumaric acid

5 S6 258

4-O-prenylcoumaric acid

6 S7 86.1

4-O-geranylcoumaric acid

7 S8 66.8

Methyl 3-O-Prenylcoumarate

8 S9 172

Methyl 4-O-Prenylcoumarate

9 S10 81.2

Methyl 2-Coumarate

10 S12 112

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


39

Caffeic aldehyde

11 S13 154

2-Coumaric acid

12 S14 122

Methyl 4-Coumarate

13 S15 224

3-O-prenylcoumaric acid

14 S16 127

Catatan: Untuk mempermudahkan input data, nama senyawa selanjutnya akan


digantikan oleh kode senyawa

Tabel 4.2 Data Training sets Tabel 4.3 Data test sets

No. Kode Senyawa MIC No. Kode Senyawa MIC

1 S1 485 1 S4 366
2 S2 270 2 S3 312
3 S6 258 3 S16 172
4 S15 224 4 S14 122
5 S9 172 5 S7 86.1
6 S13 154
7 S12 112
8 S10 81.2
9 S8 66.8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


40

4.1.2 Pemilihan deskriptor Training sets


Deskriptor yang digunakan merupakan hasil dari perhitungan
logika matematika yang mengubah informasi yang dikodekan dalam
suatu molekul kemudian direpresentasikan kedalam angka-angka yang
berguna bagi penelitian berikutnya, baik sebagai pengetahuan tentang
molekul tersebut maupun sebagai model untuk mempresiksi molekul
lain (Todeschini, 2009).
Sehingga hasil dari deskriptor tersebut dapat mewakili parameter
hidrofobik, elektronik, dan sterik pada HKSA model Hansch. Hal ini
dikarenakan proses distribusi, penembusan membran biologis sangat
dipengaruhi oleh sifat kelarutan obat dalam lemak/air, suasana pH dan
derajat ionisasi (pKa) sehingga dalam HKSA, parameter yang sering
digunakan adalah parameter hidrofobik dan elektronik.Sedangkan untuk
proses interaksi obat-reseptor sangat dipengaruhi oleh ikatan kimia,
kerapatan elektron, ukuran molekul, dan efek sterokimia, sehingga
dalam HKSA, ketiga parameter tersebut ikut dilibatkan, terutama
parameter elektronik dan sterik (Siswandono, 2008).
Deskriptor yang digunakan untuk mewakili parameter hidrofobik
adalah nilai Log D dengan menggunakan program Marvin sketch,
Struktur training sets yang telah dibuat dalam aplikasi Marvin sketch
kemudian pilih clean 3D, setelah itu pilih tools partitioning logD,
untuk mendapatkan nilai logD.
Untuk deskriptor elektronik yang digunakan adalah nilai energi
HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital), energi LUMO (Lowest
Unoccupied Molecular Orbital), dan momen dipol menggunakan
aplikasi Hyperchem. Setelah struktur training sets dibuat, kemudian
pilih Build add H and model build. Sebelum dilakukan perhitungan
deskriptor, dilakukan optimasi struktur dengan metode semiempiris
AM1 dan optimasi geometri.
Pemilihan metode semiempiris AM1, karena metode tersebut
sering digunakan dan merupakan metode semiempiris standar untuk
perhitungan senyawa organik (Bultink et al., 2004).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


41

Proses optimasi struktur berfungsi untuk mendapatkan struktur


yang stabil ketika dilakukan perhitungan parameter elektroniknya,
sehingga hasil perhitungan deskriptor yang didapat sesuai dengan sifat-
fisika kimia senyawa yang sebenarnya. Proses perhitungan deskriptor
energi HOMO dan LUMO dengan cara, pilih Compute kemudian pilih
Orbitals. Sedangkan untuk momen dipol, pilih Compute Single Point
Properties.
Kemudian, pemilihan deskriptor yang mewakili parameter sterik
adalah Molar refractivity, Harary Index, dan Randic Index. Pehitungan
molar refractivity menggunakan aplikasi Hyperchem dengan cara, pilih
Compute QSAR Properties Refractivity klik Compute.
Sedangkan untuk Harary Index dan Randic Index menggunakan
aplikasi MarvinSketch. Setelah struktur dibuat dan telah di-clean 3D,
pilih tools GeometryTopological analysispilih Harary Index dan
Randic IndexOk. Semua data kemudian dikumpulkan pada program
SPSS dan Microsoft Excel, yang nantinya digunakan untuk membangun
persamaan HKSA. Selanjutnya, aktivitas senyawa yaitu nilai MIC
diubah menjadi Log (1/MIC) sebagai variabel tak bebas dan 7 data
deskriptor sebagai variabel bebas.
Tabel 4.4 Data nilai setiap deskriptor training set
Kode Log Energi Energi Momen Harary Randic Molar
No logD
Senyawa (1/MIC) HOMO LUMO dipol index index refractivity
-2.686
1 S1 2.71 -8.943 -0.639 2.346 39.412 12.815 63.09
-2.431
2 S2 -0.665 -9.471 -0.793 2.679 25.102 8.734 47.2
-2.412
3 S6 0.183 -9.394 -0.615 2.02 47.893 14.695 72.69
-2.350
4 S15 2.207 -9.059 -0.731 3.731 32.25 10.419 53.57
-2.236
5 S9 0.237 -9.215 -0.784 4.055 47.233 14.695 72.69
-2.188
6 S13 1.36 -8.974 -0.847 5.397 29.204 9.272 49.48
-2.049
7 S12 2.205 -9.304 -0.72 1.099 32.639 10.419 53.57
-1.91
8 S10 3.719 -8.922 -0.642 3.029 50.65 15.842 77.46
-1.825
9 S8 1.845 -8.97 -0.71 3.959 66.316 20.222 96.49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


42

4.1.3 Membangun dan validasi Persamaan HKSA


Persamaan HKSA yang dibuat dengan cara analisa regresi
multiliner dengan metode backward dibantu oleh program SPSS.
Pemilihan analisa regresi multilinier dikarenakan dalam pembuatan
persamaan, parameter-parameter sifat fisika-kimia yaitu data deskriptor
yang digunakan lebih dari satu. Sembilan data akitivitas (Log 1/MIC)
senyawa training sets dengan masing-masing memiliki 7 data
deskriptor di input pada program SPSS. Kemudian dilakukan analisa
statistic regresi multiliner metode backward dengan cara, pilih analyze
RegressionLinier pilih dependent variabel adalah aktivitas
senyawa (Log 1/MIC) dan independent variabel adalah 7 deskriptor
yang digunakanubah method menjadi backwardOk.
Hasil yang didapat dari program SPSS adalah 3 model persamaan
HKSA dengan nilai r, r2, Fhitung, SE (Standar Error), dan Deskriptor
yang digunakan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5. Model
persamaan yang diterima dalam penelitian HKSA adalah yang memiliki
nilai r diantara 0,9 hingga 1, nilai r2 antara 0,8 hingga 1, nilai standar
error (SE) < 1 atau mendekati 0, dan nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel
atau Fhit/Ftab>1. Nilai r (koefisien kolerasi) menunjukkan tingkat
hubungan antara data aktivitas biologis pengamatan percobaan dengan
data hasil perhitungan berdasarkan persamaan yang diperoleh dari
analisa regresi. Sedangkan nilai r2 menunjukkan persentase aktivitas
biologis yang dapat dijelaskan hubungannya dengan sifat fisika kimia
yang digunakan (Siswandono, 2008; Rifai. et al., 2014).

Tabel 4.5 Hasil analisa persamaan HKSA


Model Deskriptor yang digunakan r r2 SE Fhit Ftab Fhit/Ftab
1 Log D, energi HOMO, energi 0.994 0.988 0.083 12.218 237 0.052
LUMO, Momen dipol, Harary
Index, Randic Index, Molar
refractivity
2 Log D, energi HOMO, energi 0.992 0.985 0.0679 21.179 19.33 1.096
LUMO, Harary Index, Randic
Index, Molar refractivity
3 Log D, energi HOMO, energi 0.988 0.976 0.0684 24.906 9.01 2.764
LUMO , Randic Index, Molar
refractivity

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


43

Tabel 4.6 Model Persamaan

Model Bentuk Persamaan

log(1/MIC) = -14.130+0.251(logD)-0.693(EH)-3.027(EL)-0.068(MD)+0.044(HI)-
1
1.364(RI)+0.294(MR)

2 log(1/MIC) = -18.7+0.298(logD)-1.22(EH)-2.812(EL)+0.034(HI)-1.106(RI)+0.243(MR)

3 log(1/MIC) = -19.106+0.302(logD)-1.226(EH)-2.828(EL)-1.083(RI)+0.265(MR)
Keterangan: EH = energi HOMO, EL = energi LUMO, MD = momen dipole, HI =
Harary Index, RI = Randic Index, MR = Molar refractivity

Dari hasil analisa yang didapat, model persamaan yang memenuhi


syarat adalah persamaan model 2 dan 3. Karena pada persamaan model
1, nilai Fhit/Ftab kurang dari 1 yaitu 0,052. Hal ini dikarenakan nilai F
menunjukkan kemungkinan persamaan tersebut adalah suatu hubungan
yang bermakna diantara hasil-hasil yang didapat. Jika nilai F
perhitungan data percobaan lebih besar dari nilai F tabel maka hasil-
hasil percobaan mempunyai hubungan yang besar pada tingkat
probabilitas yang diberikan (Siswandono, 2008).
Setelah dilakukan validasi pada data output SPSS dilakukan uji
PRESS (prediction sum of squares) dengan menggunakan data aktivitas
senyawa training sets berdasarkan eksperimen (Log 1/MIC eksperimen)
dan data aktivitas senyawa training sets dengan menggunakan model
persamaan yang terpilih ( Log 1/MIC prediksi), yaitu model 2 dan 3.
Perhitungan nilai PRESS dengan menggunakan rumus:
{(log 1/MIC eksperimen) (Log 1/MIC prediksi)}2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


44

Tabel 4.7 Data Nilai PRESS


Kode Log(1/MIC) Log(1/MIC) prediksi
Senyawa eksperimen Model 2 Model 3
S1 -2.686 -2.688 -2.676
S2 -2.431 -2.450 -2.404
S6 -2.412 -2.416 -2.446
S15 -2.350 -2.344 -2.354
S9 -2.236 -2.166 -2.172
S13 -2.188 -2.203 -2.227
S12 -2.049 -2.064 -2.085
S10 -1.910 -1.878 -1.859
S8 -1.825 -1.874 -1.874
Nilai PRESS 0.009 0.014

Dari tabel 4.7 diketahui nilai PRESS yang terkecil atau mendekati
0 adalah model 2 yaitu 0,009. Nilai PRESS yang kecil menandakan
aktivitas prediksi dari suatu persamaan HKSA mendekati aktivitas
eksperimen. Untuk memvalidasi lagi model persamaan yang terpilih,
maka dilakukan uji diluar data senyawa pembuat persamaan HKSA
yaitu pada data test sets.
Sebanyak 5 data tes sets yang digunakan dihitung data deskriptor
terpilih dari persamaan model 2 dan 3, yaitu; Log D, energi HOMO,
energi LUMO, Harary Index, Randic Index, dan Molar refractivity.
Setelah semua data deskriptor terkumpul, maka dilakukan
perhitungan aktivitas yaitu nilai Log 1/MIC prediksi senyawa tes set
menggunakan persamaan model 2 dan 3 untuk mendapat nilai RMSD
(root mean square deviation) terkecil, dengan membandingkannya pada
Log 1/MIC eksperimen senyawa tes set. Perhitungan RMSD dengan
rumus:

n = jumlah senyawa test sets yang digunakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


45

Tabel 4.8 Data deskriptor terpilih pada test set


Kode Energi Energi Harary Randic Molar
log(1/MIC) logD
Senyawa HOMO LUMO Index Index Refractivity
S4 -2.563 -1.322 -9.323 -0.889 28.921 9.272 48.8
S3 -2.494 -1.77 -9.086 -0.947 38.024 10.103 52.79
S16 -2.236 -0.19 -9.172 -0.816 47.233 14.695 72.69
S14 -2.086 -1.309 -9.316 -0.942 29.136 9.272 48.8
S7 -1.935 0.186 -8.973 -0.713 46.751 14.695 72.69

Tabel 4.9 Nilai RMSD Model persamaan 2 dan 3 pada test set
Kode Log(1/MIC) Log(1/MIC) prediksi
Senyawa eksperimen Model 2 Model 3
S4 -2.563 -2.633 -2.671
S3 -2.494 -2.533 -2.775
S16 -2.236 -2.255 -2.263
S14 -2.086 -2.481 -2.526
S7 -1.935 -2.692 -2.684
Nilai RMSD 0.384 0.411

Dari hasil RMSD dapat diketahui bahwa model persamaan dengan


nilai RMSD kecil adalah model persamaan 2, hal ini sesuai dengan hasil
uji PRESS, dimana model persamaan 2 memiliki nilai PRESS terkecil.
Sehingga dapat disimpulkan dari hasil validasi model persamaan,
persamaan 2 telah memenuhi syarat pemodelan persamaan HKSA.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


46

Log (1/MIC) eksperimen

0
-3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0
-0.5

-1
Log (1/MIC)
-1.5
R = 0.9843 prediksi
-2

-2.5

-3

Log(1/MIC) = -18.7 + 0.298(logD) - 1.22(Energi HOMO) - 2.812(Energi LUMO) + 0.034(Harary


Index) - 1.106(Randic Index) + 0.243(MolarRefractivity)
(r = 0.992; r2 = 0.98; SE = 0.0679; Fhit/Ftab = 1.096)

Gambar 4.1 Grafik korelasi perbandingan Log (1/MIC) eksperimen dan Log (1/MIC)
prediksi dengan model persamaan HKSA 2 pada 9 senyawa training sets.

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa semakin besar nilai


deskriptor log D, Harary index, dan Molar refractivity akan
meningkatkan aktivitas anti tuberkulosis. Sedangkan semakin kecil nilai
deskriptor energi HOMO, energi LUMO, dan Randic Index akan
meningkatkan aktivitas anti tuberculosis. Hal ini dikarenakan koefisien
pada setiap deskriptor mempengaruhi nilai aktivitas suatu senyawa.

4.1.4 Prediksi aktivitas sample sets


Sampel yang digunakan yaitu 11 senyawa amidasi EPMS dan
EPHS (etil p-hidroksisinamat) dibuat bentuk strukturnya dan dihitung
nilai deskriptor terpilih pada persamaan HKSA kedua. Senyawa yang
diujikan merupakan senyawa yang dimungkinkan dapat disintesis,
sehingga nantinya dapat dilakukan uji in-vitro aktivitas anti-
tuberkulosis pada senyawa tersebut.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


47

Sebelum melakukan proses perhitungan deskriptor pada


Hyperchem maupun Marvinsketch, dilakukan optimasi yang sama
seperti perhitungan deskriptor pada training sets dan test sets, yaitu
menggunakan metode semiempirik AM1 pada Hyperchem dan
dilakukan clean 3D pada marvin sketch. Setelah semua data deskriptor
di dapat, dengan menggunakan Microsoft excel semua data
direkapitulasi dan dilakukan perhitungan MIC prediksi senyawa
sampel.
Tabel 4.10 Data sample sets
No. Kode Nama IUPAC Struktur
Senyawa

(2E)-3-(4-methoxyphenyl)prop-2-
1 Amida_1
enamide

(2E)-N-hydroxy-3-(4-
2 Amida_2
methoxyphenyl)prop-2-enamide

(2E)-3-(4-methoxyphenyl)-N-methylprop-
3 Amida_3
2-enamide

(2E)-3-(4-methoxyphenyl)-N,N-
4 Amida_4
dimethylprop-2-enamide

(2E)-N-(hydroxymethyl)-3-(4-
5 Amida_5
methoxyphenyl)prop-2-enamide

(2E)-N,N-bis(hydroxymethyl)-3-(4-
6 Amida_6
methoxyphenyl)prop-2-enamide

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


48

(2E)-N-(2-hydroxyethyl)-3-(4-
7 Amida_7
methoxyphenyl)prop-2-enamide

(2E)-N,N-bis(2-hydroxyethyl)-3-(4-
8 Amida_8
methoxyphenyl)prop-2-enamide

(2E)-N-benzyl-3-(4-methoxyphenyl)prop-
9 Amida_9
2-enamide

ethyl (2E)-3-(4-aminophenyl)prop-2-
10 Amida_10
enoate

(2E)-N,N-dibenzyl-3-(4-
11 Amida_11
methoxyphenyl)prop-2-enamide

ethyl (2E)-3-(4-hydroxyphenyl)prop-2-
12 EPHS
enoate

Catatan: Untuk mempermudah analisa data, nama senyawa IUPAC diganti


dengan kode senyawa

Tabel 4.11 Data deskriptor sample sets


Kode Energi Energi Harary Randic Molar
No. Log D
Senyawa HOMO LUMO Index Index Refractivity
1 Amida_1 1.171 -8.866 -0.484 32.302 10.791 55.4
2 Amida_2 1.165 -9.01 -0.737 35.874 11.329 56.87
3 Amida_3 1.395 -8.842 -0.468 35.874 12.003 60.29
4 Amida_4 1.619 -8.862 -0.505 39.946 13.214 65.19
5 Amida_5 0.815 -8.942 -0.544 39.412 12.563 61.39
6 Amida_6 0.459 -9.022 -0.546 47.938 14.335 67.39
7 Amida_7 0.705 -8.862 -0.491 42.951 13.813 66.58
8 Amida_8 0.239 -8.891 -0.472 56.083 16.835 77.77
9 Amida_9 3.12 -8.874 -0.279 60.358 16.678 89.04
10 Amida_10 2.043 -8.527 -0.528 35.697 12.041 60.27
11 Amida_11 5.068 -8.673 -0.204 97.07 22.565 122.69
12 EPHS 2.564 -9.039 -0.698 35.697 11.669 58.32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


49

Tabel 4.12 Data aktivitas prediksi sample sets menggunakan persamaan HKSA 2
Kode MIC prediksi
No. log(1/MIC)
Senyawa (M)
1 Amida_11 2.122 0.008
2 Amida_9 -0.916 8.249
3 EPHS -2.466 292.434
4 Amida_2 -2.779 601.082
5 Amida_4 -3.401 2518.767
6 Amida_1 -3.548 3530.954
7 Amida_3 -3.586 3856.257
8 Amida_5 -3.655 4519.205
9 Amida_10 -3.662 4587.203
10 Amida_6 -3.870 7410.952
11 Amida_7 -3.935 8619.499
12 Amida_8 -4.269 18581.125
Keterangan: MIC EPMS = 485 M

Dari tabel diatas dapat dilihat 3 senyawa yang memiliki nilai MIC
terkecil bila dibandingkan dengan EPMS, yaitu Amida_11, Amida_9,
dan EPHS. Prediksi aktivitas pada senyawa amida_11 adalah 0,008 M,
amida_9 adalah 8,249 M, dan EPHS adalah 292,434 M. Bila dilihat
dari data deskriptor yang berpengaruh terhadap aktivitas, pada
amida_11 terdapat deskriptor yang memiliki nilai yang besar yaitu Log
D, Harary index, Randic index, dan Molar refractivity. Hal ini
berbanding lurus dengan persamaan yang digunakan, semakin besar
deskriptor Log D, Harary index, dan Molar refractivity, aktivitas
semakin besar (MIC kecil).Walaupun nilai randic index senyawa
amida_11 besar yang seharusnya kecil, hal ini tidak terlalu berpengaruh
dan juga untuk nilai deskrptor lainnya tidak terlalu berbeda nilainya
dengan deskriptor senyawa lain. Pada amida_9 sama seperti dengan
senyawa amida_11 deskriptor yang memiliki nilai terbesar adalah Log
D, Harary index, Randic index, dan Molar refractivity.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


50

Untuk senyawa EPHS (etil p-hidroksi sinamat), peneliti mencoba


melihat pengaruh modifikasi pada gugus metoksi pada cincin benzene
EPMS, yaitu menggantinya dengan gugus hidroksi pada posisi para.
Terlihat bahwa hal ini mempengaruhi nilai energi HOMO dan energi
LUMO yang lebih kecil dari senyawa lainnya. Sedangkan untuk
deskriptor lainnya, nilainya tidak terlalu berbeda dengan deskriptor
senyawa lain. Tetapi peningkatan aktivitas pada EPHS tidak terlalu jauh
dengan MIC EPMS, sehingga perubahan gugus metoksi menjadi
hidroksi tidak terlalu berpengaruh pada aktivitas anti-tuberkulosis.

EPMS EPHS

Amida_9 Amida_11
Gambar 4.2 Perbandingan Struktur EPMS, EPHS, Amida_9, dan Amida_11

Penelitian yang dilakukan oleh De et al., (2011), tentang desain,


sintesis, dan uji aktivitas anti-tuberkulosis senyawa turuan asam
sinamat baru, menyatakan bahwa gugus samping pada posisi para
cincin benzene asam sinamat berperan penting terhadap sifat lipofilitas
senyawanya. Sedangkan gugus samping karbonil asam sinamat, yang
pada penelitian ini digantikan oleh gugus amina, merupakan gugus
mirip obat (drug-like molecule) yang berperan penting dalam aktivitas
anti tuberkulosisnya. Berdasarkan hal itu, pada amida_9 dan amida_11
memiliki aktivitas yang baik kemungkinan karena adanya gugus
benzilamin dan dibenzilamin yang memiliki kemiripin dengan struktur
isoniazid.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


51

4.2 Penambatan molekuler


4.2.1 Penyiapan dan optimasi makromolekul enzim Inh A
Dalam proses penambatan molekul, hal yang harus disiapkan
adalah makromolekul dan ligan yang akan ditambatkan, kemudian
dilakukan optimasi terhadap makromolekul dan ligan tersebut.
Penyiapan makromolekul pada penelitian ini adalah dengan cara
mengunduh makromolekul enzim Inh A dalam 3D pada Protein Data
Bank (http://www.rcsb.org). Enzim Inh A yang di unduh dengan format
.pdb adalah makromolekul dengan kode 1ENY dan merupakan enzim Inh
A pada Mycobacterium tuberculosis yang diperoleh dari kristalografi
sinar X dengan resolusi 2,20 . Pemilihan kode 1ENY mengacu pada
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Cohen et a.,(2011),
tentang penambatan molekul pada enzim Inh A.
Enzim Inh A yang telah diunduh kemudian dilakukan optimasi
makromolekul. Optimasi bertujuan untuk menghilangkan molekul non
standar dan menargetkan ruang tambat ligan pada makromolekul.
Molekul non standar seperti ligan dan molekul air yang ikut terunduh
dihilangkan dengan menggunakan program Discovery studio, dengan
cara, Pilih ScriptSelectionSelect water molecul dan ligandelete.
Dengan menghilangkan molekul air dan ligan, makromolekul nantinya
akan tepat menambat pada senyawa uji (ligan sampel). Enzim Inh A yang
telah teroptimasi dengan menggunakan program Discovery studio
kemudian di simpan dalam format .pdb.
Optimasi kedua yang dilakukan adalah penambahan atom hidrogen
dan penentuan grid box parameter menggunakan program Autodock
tools. Penambahan atom hidrogen penting untuk interaksi ligan dan
reseptor. Atom hidrogen yang diperhitungkan adalah yang bersifat polar,
karena atom ini terlibat dalam ikatan hidrogen (Yanuar, 2012). Proses
penambahan atom hidrogen adalah, pilih EditHydrogenAddOk.
Setelah dilakukan penambahan atom hidrogen, dilakukan optimasi
grid box parameter. Optimasi grid box parameter berfungsi untuk
membuat peta tiga dimensi interaksi protein dengan setiap jenis atom
yang terdapat pada ligan (Yanuar, 2012).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


52

Peta tiga dimensi tersebut merupakan ruang tambat antara


makromolekul dan ligan. Penentuan grid box parameter bisa melalui
pencarian literatur atau melihat ruang tambat ligan yang berasal dari
makromolekul itu sendiri.
Pada penelitian ini grid box parameter mengikuti penelitian yang
dilakukan oleh Cohen et al., (2011). Pengaturan pada grid box meliputi
center_x, center_y, center_z, untuk mengatur letak parameter box pada
makromolekul. Kemudian size_x, size_y, size_z, dan spacing (angstrom),
untuk menentukan ukuran grid box sebagai ruang tambat ligan tersebut.
Hasil pengaturan grid box yang diperoleh adalah center_x = -3.609,
center_y = 37.853 center_z = 18.312, size_x = 37, size_y = 22, size_z =
22, dan spacing (angstrom) = 0,375. Cara pengaturan grid box adalah
dengan pilih Gridgrid boxatur grid box parameter yang
adafileclose saving current. Setelah semua optimasi selesai,
makromolekul tersebut di simpan dalam format .pdbqt, untuk selanjutnya
akan dilakukan proses penambatan molekul dengan program autodock
vina.

4.2.3 Penyiapan dan optimasi ligan (senyawa uji)


Ligan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 senyawa
amidasi etil p-metoksi sinamat dengan kontrol positifnya adalah isoniazid.
Senyawa yang digunakan dianggap sebagai bukan pro-drug, sehingga
tidak berikatan dengan NADH untuk berinteraksi dengan enzim Inh A.
Hal ini dikarenakan belum diketahui secara langsung bagaimana proses
senyawa amidasi EPMS berinteraksi dengan enzim Inh A. Sedangkan
telah diketahui, suatu senyawa yang berinteraksi dengan enzim Inh A
tidak selalu berikatan dengan NADH.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


53

Tabel 4.13 Senyawa ligan yang akan di-docking


Kode
No. Nama Senyawa (IUPAC)
Senyawa
(2E)-3-(4-methoxyphenyl)prop-2-enamide

1 Amida_1

(2E)-N-hydroxy-3-(4-methoxyphenyl)prop-2-enamide

2 Amida_2

(2E)-3-(4-methoxyphenyl)-N-methylprop-2-enamide

3 Amida_3

(2E)-3-(4-methoxyphenyl)-N,N-dimethylprop-2-enamide

4 Amida_4

(2E)-N-(hydroxymethyl)-3-(4-methoxyphenyl)prop-2-enamide

5 Amida_5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


54

(2E)-N,N-bis(hydroxymethyl)-3-(4-methoxyphenyl)prop-2-
enamide

6 Amida_6

(2E)-N-(2-hydroxyethyl)-3-(4-methoxyphenyl)prop-2-enamide

7 Amida_7

(2E)-N,N-bis(2-hydroxyethyl)-3-(4-methoxyphenyl)prop-2-
enamide

8 Amida_8

(2E)-N-benzyl-3-(4-methoxyphenyl)prop-2-enamide

9 Amida_9

ethyl (2E)-3-(4-aminophenyl)prop-2-enoate

10 Amida_10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


55

(2E)-N,N-dibenzyl-3-(4-methoxyphenyl)prop-2-enamide

11 amida_11

ethyl (2E)-3-(4-hydroxyphenyl)prop-2-enoate

12 EPHS

Isoniazid

13 INH

Senyawa tersebut dibuat dengan menggunakan aplikasi Marvin


sketch, setelah proses pembuatan selesai, struktur yang dibuat kemudian
dilakukan clean 3D, dengan cara, pilih structurepilih cleaning
method fine with hydrogenizeclean in 3D. Struktur kemudian
disimpan dalam format .mol. Untuk bisa dilakukan optimasi ligan
dengan menggunakan program autodocktools, maka dilakukan
perubahan format .mol menjadi .pdb dengan menggunakan program
open babel.
Struktur dengan format .pdb kemudian dioptimasi number of active
torsion-nya. Proses ini berfungsi untuk menentukan ikatan-ikatan aktif
pada ligan yang dapat diputar selama proses docking berlangsung.
Proses pengoptimasian dengan cara, pilih ligandtorsion treeset
number of torsiondismiss. Kemudian di simpan dalam format .pdbqt,
dengan cara pilih ligandoutputsave as pdbqt.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


56

4.2.4 Penambatan molekul dengan Autodockvina


Setelah data makromolekul dan ligan selesai di optimasi dan di
ubah format file menjadi .pdbqt. Kedua data tersebut kemudian di
pindahkan ke dalam folder vina yang terdapat pada local disc (C:).
Dalam folder vina kemudian juga ditambahkan file konfigurasi
menggunakan notepad, proses konfigurasi dapat dilihat pada lampiran
3. Data konfigurasi pada notepad, meliputi reseptor yang merupakan
makromolekul yang digunakan yaitu 1ENY.pdbqt dan ligan yang
merupakan senyawa uji dengan format .pdbqt. Selanjutnya data
out.pdbqt merupakan hasil dari visualisasi docking ligan pada
makromolekul dan log.txt merupakan nilai energi bebas (Gbind) yang
akan keluar setelah proses docking selesai. Dan terakhir adalah data
center_x, center_y, center_z, size_x, size_y, dan size_z yang
merupakan grid box parameter yang sudah diatur sebelumnya. File
konfigurasi ini disimpan dengan nama conf.txt.
Setelah semua data yang ada difolder vina sudah lengkap, yaitu
1ENY.pdbqt, Ligand.pdbqt, dan conf.txt, maka proses docking dapat
dimulai. Proses docking dijalankan dengan program Command Prompt.
Melalui Command Prompt, masuk kedalam folder vina kemudian
dilakukan perintah dengan mengetik:
Vina --config conf.txt --log log.txt
Proses docking pada penelitian ini berjalan selama 2-5 menit,
kecepatan dari proses docking dipengaruhi oleh spesifikasi computer
dan bentuk ligan yang ditambatkan. Semakin tinggi spesifikasi atau
semakin sederhana bentuk ligan, maka semakin cepat proses docking
berlangsung. Setelah proses docking selesai, akan muncul data baru
pada folder vina, yaitu log.txt dan out.pdbqt. Data log.txt memberikan
hasil nilai afinitas/energi bebas (Gbind) dan RMSD dari hasil docking.
Sedangkan data out.pdbqt merupakan bentuk hasil konformasi
ligan dengan ruang tambatnya pada makromolekul. Data tersebut dapat
divisualisasi dengan program autodock tools, Pymol, dan Ligplot, untuk
dilihat interaksi ligan dengan asam amino pada makromolekul.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


57

4.2.5 Analisa dan Visualisasi Penambatan Molekuler


Hasil yang didapat dari proses penambatan molekuler adalah nilai
Gbind dan RMSD, serta visualisasi interaksi ligan dengan asam amino
pada enzim Inh A. Nilai Gbind merupakan energi konformasi hasil
docking antara ligan dan makromolekul, energi konformasi tersebut
merupakan kontribusi dari ikatan van der waal, hidrofobik, ikatan
hidrogen dari atom-atom netral, ikatan hidrogen atom-atom bermuatan,
dan jumlah ikatan berotasi (Adelin et al., 2013). Sedangkan RMSD
(root mean square deviation), merupakan nilai validasi dari hasil
Gbind, semakin kecil nilai RMSD maka konformasi yang terbentuk
semakin baik, sehingga nilai RMSD yang diambil adalah mendekati
atau sama dengan 0.
Interaksi ligan dan asam-asam amino pada enzim Inh A yang
terlihat melalui progam ligplot adalah adanya ikatan hidrogen dan
interaksi hidrofobik secara 2 dimensi, sedangkan pada program Pymol
visualisasi yang terlihat adalah tempat penambatan ligan pada
makromolekulnya yang disebut dengan binding pocket secara 3
dimensi. Proses visualisasi pada Ligplot adalah dengan cara membuka
file ligan hasil docking dan makromolekul dengan format .pdb, dengan
cara, filepdb filecari file yang akan divisualisasiOkRun.
Kemudian, visualisasi pada pymol dengan cara membuka file ligan
out.pdbqt dan makromolekul (1ENY.pdbqt). Prosesnya dengan cara
pilih openpilih file out.pbqt dan 1ENY.pdbqtok, dan untuk
melihat daerah binding pocket ligan dengan makromolekul dengan
cara allactionpresetligand sitepilih tampilan yang diinginkan
(misalkan, solid better)klik kiri. Hasil visualisasi dengan program
Ligplot dan Pymol dapat dilihat pada Lampiran 4.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


58

Tabel 4.14 Hasil Penambatan molekuler


Jenis asam amino
Struktur Gbind
Ikatan Hidrogen Ikatan Hidrofobik
Thr39, Val65, Gly14, Ala198, Ser13, Leu63, Ile95,
Amida_11 -9.4 Gly96
Asp42, Ile15, Phe41, Ile47, Ile16
Leu63, Gly14, Ser13, Ile95, Val65, Phe97, Gly96,
Amida_9 -8.4 Thr39
Asp42, Ile15, Ile16, Phe41, Met130
Amida_2 -7.2 Thr39, Gly14 Phe97, Phe41, Ser13,Ile95, Leu63, Ile122
Amida_7 -7.1 Gly14, Ala22, Ser94 Phe41, Val65, Gly96, Ile16, Ser20, Ile21, Ile95, Asp64
Amida_5 -6.9 Ile21, Ala22, ser94 Asp64, Ile95, Gly96, Ile16, Ser20, Gly14, Phe41
Leu63, Val65, Phe41, Phe97, Gly96, Ile95, Ser13,
Amida_3 -6.7 Thr39
Gly14, Met130
Amida_1 -6.6 Thr39, Gly14 Phe97, Phe41, Ser13,Ile95, Leu63, Ile122
Amida_4 -6.6 Thr39 Ser13, Gly14, Leu63, Phe41, Ile16, Ile95, Val65, Met130
Ile95, Ile122, Gly96, Ile16, Ser20, Thr196, Ile21, Phe41,
Amida_8 -6.5 Gly14, Ala22, Ser94
Val65
Gly14, Ala22, Ser94,
Amida_6 -6.4 Ile16, Phe41, Ile95, Ser20, Ile15, Asp42
Ile21, Gly96
Amida_10 -6.1 Thr39 Ile95, Leu63, Phe41, Phe97, Gly14, Val65
EPHS -6.1 Thr39 Gly14, Phe41, Phe97, Val65, Ile95, Leu63
Isoniazid -6 Thr39, Gly14 Ile22, Ser13, Gly40, Ile95, Leu63, Phe41, Val65

Dari tabel 4.14 nilai Gbind tiga senyawa terkecil adalah senyawa
dengan kode Amida_11, Amida_9, dan Amida_2, dengan nilai energi
-9,4 kcal/mol, -8,4 kcal/mol, dan -7,2 kcal/mol. Nilai Gbind kecil
menandakan bahwa konformasi yang terbentuk antara ligan dengan
makromolekul merupakan kompleks yang stabil. Selain itu, bisa dilihat
bahwa isoniazid yang merupakan kontrol positif pada docking memilki
nilai Gbind besar yaitu -6, hal ini membuktikan bahwa isoniazid
memang harus berikatan dengan NADH untuk membentuk konformasi
yang stabil dengan enzim Inh A.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


59

Senyawa Visualisasi Ligplot Visualisasi Pymol


INH

Amida_11

Amida_9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


60

Amida_2

Keterangan: C=hitam, O=Merah, Keterangan: C=hijau, O=merah, N=biru,


N=biru, ikatan hidrogen=garis hijau, H=putih, P=jingga
dan ikatan hidrofobik= garis merah
menyerupai alis
Gambar 4.3 Visualisasi interaksi Makromolekul dan Ligan (Isoniazid dan 3
senyawa uji dengan Gbind terendah)

Dilihat dari residu asam amino yang berinteraksi, isoniazid


berikatan hidrogen dengan Thr39 dan Gly14, sedangkan untuk yang
berikatan hidrofobik adalah dengan asam amino Ile22, Ser13, Gly40,
Ile95, Leu63, Phe41, Val65.
Selanjutnya pada 3 senyawa dengan Gbind terendah. Amida_11
dan Amida_9 memilki jumlah residu asam amino yang sama yaitu 13
asam amino dan lebih banyak dari amida_2. Amida_11 berikatan
hidrogen dengan Gly96, dan berikatan hidrofobik dengan Thr39, Val65,
Gly14, Ala198, Ser13, Leu63, Ile95, Asp42, Ile15, Phe41, Ile47, Ile16.
Amida_9 berikatan hidrogen dengan Thr39, dan berikatan hidrofobik
dengan Leu63, Gly14, Ser13, Ile95, Val65, Phe97, Gly96, Asp42, Ile15,
Ile16, Phe41, Met130. Sedangkan pada Amida_2 hanya berikatan
dengan 8 asam amino, yaitu Thr39 dan Gly14 yang berikatan hidrogen,
serta Phe97, Phe41, Ser13,Ile95, Leu63, Ile122 yang berikatan
hidrofobik.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


61

Ikatan hidrogen merupakan ikatan antara atom H yang mempunyai


muatan positif parsial dengan atom lain yang bersifat elektronegatifan
dan mempunyai sepasang oktet lengkap, seperti O, N, dan F. Adanya
ikatan hidrogen dapat mempengaruhi sifat fisika kimia obat, sehingga
berperan penting terhadap aktivitas biologis obat.
Sedangkan ikatan hidrofobik adalah ikatan yang menggambungkan
daerah non polar molekul obat dengan daerah non polar pada reseptor
biologis (Siswando, 2008). Oleh karena itu, ikatan hidrogen dan ikatan
hidrofobik mempengaruhi kestabilan konformasi yang terjadi antara
ligan dan makromolekul. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Eghdami, et al (2015) tentang target ikatan isoniazid dengan enzim Inh
A, menyatakan bahwa situs aktivitas enzim Inh A, dicirikan dengan
adanya 5 asam amino, yaitu G1y14, Thr39, Phe41, Leu63 and Ile95.
Berdasarkan hal tersebut, Senyawa dengan nilai Gbind terendah yaitu
amida_11 telah tepat menambat pada binding pocket enzim Inh A untuk
memberikan aktivitas anti-tuberkulosis.
Tabel 4.15 Perbanding Gbind dan MIC prediksi

Penambatan
HKSA
No. Struktur molekuler
Gbind (Kcal/mol) MIC prediksi (M)
1 Amida_11 -9.4 0.008
2 Amida_9 -8.4 8.249
3 Amida_2 -7.2 601.082
4 Amida_7 -7.1 8619.5
5 Amida_5 -6.9 4519.21
6 Amida_3 -6.7 3856.26
7 Amida_1 -6.6 3530.95
8 Amida_4 -6.6 2518.77
9 Amida_8 -6.5 18581.1
10 Amida_6 -6.4 7410.95
11 Amida_10 -6.1 4587.2
12 EPHS -6.1 292.434

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


62

Dari tabel 4.15 terlihat bahwa senyawa dengan kode amida_11


selain memiliki nilai Gbind terendah (-9,4 Kcal/mol), juga memiliki
MIC prediksi terkecil yaitu 0,008 M. Diketahui bahwa MIC Isoniazid
yang merupakan pengobatan lini pertama tuberkulosis adalah 0,030,06
g/ml (Zhang et al, 2005), bila dikonversikan dalam satuan molar yaitu
membagi dengan berat molekulnya (137,14 g/mol) (Depkes, 1995),
maka didapat MIC isoniazid adalah 0,219-0,438 M. Berdasarkan hal
tersebut, nilai MIC prediksi amida_11 memiliki aktivitas sekitar 100
kali lebih baik dari isoniazid.
Walaupun MIC prediksi amida_11 lebih kecil dari isoniazid, nilai
tersebut hanya didapat dari perhitungan aktivitas senyawa yang
dibandingkan dengan sifat fisika-kimianya, sehingga perlu dilakukan uji
selanjutnya, seperti uji in-vitro senyawa dengan kode amida_11 pada
Mycobacterium tuberculosis langsung. Karena tujuan dari penggunaan
model HKSA adalah proses awal dalam rancangan obat dalam usaha
mendapatkan suatu obat baru dengan aktivitas yang lebih besar,
keselektifan yang lebih tinggi, toksisitas atau efek samping sekecil
mungkin dan kenyamanan yang lebih besar, dengan biaya yang lebih
ekonomis, waktu yang lebih singkat, dan dapat menekan faktor coba-
coba sekecil mungkin dalam sintesis kandidat senyawa uji, sehingga
jalur sintesis menjadi lebih pendek (Siswandono, 2008).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a. Hasil analisa hubungan kuantitatif struktur-aktivitas (HKSA) pendekatan
Hansch, deskriptor yang mempengaruhi aktivitas anti-tuberkulosis adalah
LogD, energi HOMO, energi LUMO, Randic Index, Harary Index, dan
Molar refractitvity. Dengan persamaan:
Log(1/MIC) = -18.7 + 0.298(logD) -1.22(Energi HOMO) - 2.812(Energi
LUMO) + 0.034(Harary Index) - 1.106(Randic Index) + 0.243(Molar
Refractivity).
b. Hasil penambatan molekuler dan persamaan HKSA, senyawa dengan
kode amida_11 yaitu ((2E)-N,N-dibenzyl-3-(4- methoxyphenyl)prop-2-
enamide) memiliki nilai Gbind terendah yaitu, -9,4 dengan MIC prediksi
0,008 M.

5.2 Saran
Hasil data aktivitas anti-tuberkulosis (MIC) yang didapat merupakan nilai
prediksi yang dilihat dari sifat fisika-kimia senyawa dan penambatan
molekuler pada enzim Inh A Mycobacterium tuberculosis. Sehingga
dibutuhkan pengujian lebih lanjut seperti uji in-vitro dan in-vivo terhadap
senyawa Amidasi EPMS dengan aktivitas anti-tuberkulosis terbaik.

63 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR PUSTAKA

Accelrys Enterprise Platform. (2005). Introduction to the Discovery Studio


Visualizer. San Diego, California, U.S.A: Accelrys Software Inc
Adelin, et al (2013). Penambatan molekuler kurkumin dan analognya pada enzim
Siklooksigenase-2. Jurnal Medika Veterinaria. Vol. 7, No. 1, Februari
2013
Barus, rosbiana. (2009). Amidasi Etil p-metoksisinamat yang diisolasi dari
Kencur (Kaempheria Galanga, Linn),USU Repository
Bultink, P., Winter, H. D., Langenaeker, W. dan Tollenaere, J. P., 2004,
Computational Medicinal Chemistry for Drug Discovery, Marcel Dekker,
Inc., New York
Chemaxon, (2014) Log P and Log D Calculation. ChemAxon docs.
https://docs.chemaxon.com/display/CALCPLUGS/LogP+and+logD+calcu
lations
Cohen et al. (2011). Effect of the explicit flexibility of the InhA enzyme from
Mycobacterium tuberculosis in molecular docking simulations. BMC
Genomic. Ouro Preto, Brazil
Darmin Sumardjo. 2008. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.
Dash, Pritesh Ranjan , et al. (2014). In vivo cytotoxic and In vitro antibacterial
activities of Kaempferia galangal. Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistry 2014; 3 (1): 172-177
DBM, Virupakshaiah, et al. In Silico Designing of Methicillin Antibiotic Analog
for The Treatment of Staphylococcus aureus. Journal of Advanced
Bioinformatics Applications and Research ISSN 0976-2604.Online ISSN
22786007 Vol 5, Issue1, 2014, pp33-36
De, et al (2011). Design, Synthesis, and Biological Evaluation of New Cinnamic
Derivatives as Antituberculosis Agents. Journal of medicinal chemistry.
France
DeLano, W. L., & Bromberg, S. (2004). PyMOL User's Guide. San Carlos,
California, U.S.A: DeLano Scientific LLC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995), Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

64 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


65

Depkes RI. (2005). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis. Direktorat


Bina Farmasi Kominitas dan Klinik: Jakarta.
Depkes RI. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Edisi 2
Cetakan Tahun 2011: Jakarta.
Eghdami, et al (2015). Investigation of Physicochemical Properties of Isoniazid
and its Target Protein-Ligand Docking. Biological ForumAn
International Journal 7(1): 1248-1255(2015).
Fatimah, Nur Fitri. (2008). Aplikasi Metode MLR dan PCR pada Analisis
Hubungan Kuantitatif Struktutr dan Aktivitas Antitoksoplasma Senyawa
Turunan Kuinolon Berdasarkan Deskriptor Teoritik. Jurusan Kimia
FMIPA UGM: Yogyakarta.
Fessenden, R. J., Fessenden, J. S. (1999), Kimia Organik, Jilid 1, Edisi ketiga,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Funkhouser, T. (2007). Protein-Ligand Docking Methods. Princeton, New Jersey,
U.S.A: Princeton University.
Goodman and Gilman. (2005). Dasar Farmakologi Terapi Edisi 10. Jakarta: EGC
Gusmita, W., Mustafa, D., & Emdeniz. (2013). Studi Toksisitas Nitro Anilin
Berdasarkan Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA) Toksis
Amina Aromatik. Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2
Nomor 1, Maret 2011.
Guzman, et al, (2014). 2-Hydroxy-substituted cinnamic acids and acetanilides are
selective growth inhibitors of Mycobacterium tuberculosis. Med. Chem.
Commun., 2014, 5, 47.
Pranowo, Harno D. 2009. Peran Kimia Komputasi dalam Desain Molekul Obat.
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
He, xin, et al. (2007). Inhibition of the Mycobacterium tuberculosis enoyl acyl
carrier protein reductase InhA by arylamides. Bioorg. Med. Chem. 15
(2007) 66496658.
Katritzky, A.R., Karelson, M., dan Lobanov, V.S., 1996, Quantum-Chemical
Descriptors in QSAR/QSPR Studies, J. Am. Chem. Soc. 96, 3, 1027 -1044.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


66

Katzung, Bertram G. (2004) Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 4. Alih bahasa :
Staf Dosen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Jakarta : EGC.
Kolyva, A.S., Karakousis, P.C. (2012). Old and New TB Drugs: Mechanisms of
Action and Resistance . USA: Johns Hopkins University Center for
Tuberculosis Research Baltimore, M.D.,
Kubinyi, H. (1993). QSAR: Hancsh Analysis and Related Approaches, VCH
Verlaggesellschaft, Wienhem.
Lakshmanan et al, (2011). Ethyl pmethoxycinnamate isolated from a traditional
anti-tuberculosis medicinal herb inhibits drug resistant strains of
Mycobacterium tuberculosis in vitro. Fitoterapia. In Press, Corrected
Proof.
Mukesh, B., & Rakesh, K. (2011). Molecular Docking : A Review. IJRAP.
Nofriyanda. (2010). Analisis Molekuler Pada Proses Resistensi Mikrobakterium
tuberculosis terhadap Obat-Obat Anti Tuberkulosis. Bagian Pulmonologi
dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNAND dan RS.DR.M.DJAMIL
PADANG.
Patrick, G. (2001). Instant Notes in Medicinal Chemistry. Oxford: BIOS Scientific
Publisher.
Poeloengan, M, I. Komala and S.M. Noor ( 2007). Bahaya dan Penanganan
Tuberculosis.Lokakarya Nasional Zoonosis . Balai Penelitian Veteriner
Bogor.
Rifai, et al. (2014). Kajian HKSA Senyawa Turunan Deoksibenzoin terhadap
Aktivitas Antioksidan Menggunakan Analisis Regresi Multilinier. Indo. J.
Chem. Sci. 3 (3) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science.
Robitzek, E. H. and I. J. Selikoff (1952). "Hydrazine derivatives of isonicotinic
acid (rimifon marsilid) in the treatment of active progressive caseous-
pneumonic tuberculosis; a preliminary report." Am Rev Tuberc 65(4):
402-428.
Siswandono, (2008). Kimia Medisinal edisi 2 cetakan 2 jilid 1. Surabaya:
Airlangga University Press.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


67

Techaprasan J, Klinbunga S, Ngamriabsakul C, Jenjittikul T (2010). Genetic


variation of Kaempferia (Zingiberaceae) in Thailand based on chloroplast
DNA (psbA-trnH and petA-psbJ) sequences. Genet. Mol. Res., 9: 1957-
1973.
Todeschini et al.,(2009) Molecular descriptor for Cheminformatics. Volume I &
II. Wiley-VCH
Umar, et al. (2011) Phytochemistry and medicinal properties of Kaempferia
galanga L. (Zingiberaceae) extracts African Journal of Pharmacy and
Pharmacology Vol. 5(14), pp. 1638-1647, 15 October, 2011.
WHO,2015, Health Topics Tuberculosis
http://www.who.int/topics/tuberculosis/en/.
Yanuar, Arry. 2012. Penambatan molekular: Praktek dan Aplikasi Virtual
Screening. Depok: Fakultas Farmasi UI.
Zhang, Y.et al. ( 2005 ). Mechanisms of drug resistance in Mycobacterium
tuberculosis. In Tuberculosis and the Tubercle Bacillus, 2nd edn, pp. 115
140. Edited by S. T. Cole and others. Washington, DC: American Society
for Microbiology.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


LAMPIRAN
Lampiran 1. Alur Penelitian

1.1 Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas Model Pendekatan Hansch

Pencarian literatur data anti-tb (MIC)


turunan asam sinamat beserta Struktur senyawa
strukturnya (Data sets) amidasi EPMS

Training sets Test sets

Pemilihan dan
Pemilihan dan Perhitungan Pemilihan dan
Perhitungan
deskriptor Perhitungan deskriptor
deskriptor

Membangun Validasi Persamaan


persamaan HKSA HKSA

Persamaan HKSA

Prediksi aktivitas anti-tb senyawa


amidasi Etil p-Metoksisinamat

68 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


69

1.2 Penambatan Molekul

Penyiapan struktur molekul enzim InhA, dengan Penyiapan struktur ligan. Ligan yang
v
mengunduh struktur dari Bank Data Protein digunakan adalah struktur senyawa
(http://www.rcsb.org/pdb/). amidasi EPMS. Struktur 3D dibuat dengan
program MarvinSketch, simpan dalam
format .pdb

Output berupa file 1ENY.pdb

Pemisahan dari pelarut dan ligan atau residu non


standar dengan Discovery Studio 4.0 Visualizer.
Output berupa file ligan.pdb

Pemisahan dari pelarut dan ligan atau residu non


standar dengan Discovery Studio 4.0 Visualizer.

Output berupa file 1ENY.pdb Pengoptimasian dengan Autodock


Tools, yaitu pengaturan number of
active torsion.

Pengoptimasian dengan Autodock Tools yang


meliputi : penambahan atom hidrogen dan
pengaturan grid box parameter.

Output berupa file ligan.pdbqt


Output berupa file 1ENY.pdbqt

Penambatan molekul dengan program autodock vina

Analisis hasil pada nilai log.txt dan visualisasi hasil pada out.pdbqt dengan program Pymol serta
Ligplot

Output berupa nilai:

1. Pose: Posisi dan Orientasi Ligan terhadap Asam Amino Protein


2. Gbind

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


70

Lampiran 2 Prosedur Kerja HKSA

2.1 Pembuatan struktur pada marvin sketch

Setelah struktur dibuat, kemudian dilakukan clean 3D dengan cara: pilih


structureclaening methodfine with HydrogenizeClean in 3D
2.2 Perhitungan deskriptor Log D

Proses perhitungan dengan pilih toolspartitioningLogDklik kiri. Akan didapat hasil


seperti gambar diatas, kemudian pilih nilai Log D pada pH 7,4

2.3 perhitungan deskriptor Harary dan Randic index

Pilih toolsGeometryTopology Analysisklik kiriOk. Akan muncul hasil nilai


Randic dan Harary index (lingkaran merah) seperti pada gambar diatas

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


71

2.4 Pembuatan struktur pada Hyperchem

Struktur yang telah dibuat kemudian ditambahkan atom hidrogen dengan cara:
buildadd H & model buildklik kiri

2.5 Optimasi struktur pada Hyperchem

optimasi dengan cara pilih setupsemiempiricalklik kirikemudian pilih AM1Ok

2.6 Perhitungan deskriptor energi HOMO dan LUMO

Pilih computeGeometry Optimizationklik kiriPilih pada semiempirical


optimization Polak Ribere Ok

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


72

Setelah optimasi selesai pilih computeOrbitalsklik kiripilih energi HOMO


dan LUMO

2.7 Perhitungan deskriptor momen dipole

Pilih computesingle pointproperties akan didapat tampilan diataspilih momen


dipoleok

2.8 Perhitungan deskriptor Molar refractivity

Pilih computeQSAR propertiesPilih RefractivityComputeAkan didapat


nilai Molar refractivity

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


73

2.9 Rekapitulasi Data Deskriptor Training dan Test sets pada Microsoft excel

2.10 Membangun persamaan HKSA

Setelah semua data training set telah di input ke dalam program SPSS, kemudian pilih
analyzeRegressionLinierakan muncul tampilan pada gambar disamping.
Masukkan data dependent variabel: Log(1/MIC) dan Independent variabel:7 data
deskriptorganti method: BackwardOk

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


74

2.11 Hasil Validasi HKSA pada SPSS


b
Variables Entered/Removed

Variables
Model Entered Variables Removed Method

1 Molar_Refractivit
y, MomenDipole,
LogD, E_LUMO,
. Enter
E_HOMO,
Harary_Index,
a
Randix_Index

2 Backward (criterion: Probability of F-to-remove >=


. MomenDipole
.100).

3 Backward (criterion: Probability of F-to-remove >=


. Harary_Index
.100).

a. Tolerance = .000 limits reached.

b. Dependent Variable: Log(1/MIC)

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .994 .988 .908 .083051
b
2 .992 .985 .938 .067998
c
3 .988 .976 .937 .068409

a. Predictors: (Constant), Molar_Refractivity, MomenDipole, LogD,


E_LUMO, E_HOMO, Harary_Index, Randix_Index

b. Predictors: (Constant), Molar_Refractivity, LogD, E_LUMO,


E_HOMO, Harary_Index, Randix_Index

c. Predictors: (Constant), Molar_Refractivity, LogD, E_LUMO,


E_HOMO, Randix_Index

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


75

d
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square Fhitung Sig.


a
1 Regression .590 7 .084 12.218 .217

Residual .007 1 .007

Total .597 8
b
2 Regression .588 6 .098 21.179 .046

Residual .009 2 .005

Total .597 8
c
3 Regression .583 5 .117 24.906 .012

Residual .014 3 .005

Total .597 8

a. Predictors: (Constant), Molar_Refractivity, MomenDipole, LogD, E_LUMO, E_HOMO,


Harary_Index, Randix_Index

b. Predictors: (Constant), Molar_Refractivity, LogD, E_LUMO, E_HOMO, Harary_Index,


Randix_Index

c. Predictors: (Constant), Molar_Refractivity, LogD, E_LUMO, E_HOMO, Randix_Index

d. Dependent Variable: Log(1/MIC)

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -14.130 8.466 -1.669 .344

LogD .251 .094 1.278 2.677 .228

E_HOMO -.693 .955 -.535 -.726 .600

E_LUMO -3.027 .793 -.871 -3.817 .163

MomenDipole -.068 .116 -.320 -.584 .664

Harary_Index .044 .044 2.104 .992 .503

Randix_Index -1.364 .569 -18.640 -2.398 .252

Molar_Refractivity .294 .122 17.387 2.400 .251

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


76

2 (Constant) -18.700 2.637 -7.092 .019

LogD .298 .039 1.518 7.655 .017

E_HOMO -1.220 .253 -.943 -4.832 .040

E_LUMO -2.812 .575 -.809 -4.890 .039

Harary_Index .034 .034 1.637 1.018 .416

Randix_Index -1.106 .292 -15.108 -3.781 .063

Molar_Refractivity .243 .070 14.353 3.475 .074

3 (Constant) -19.106 2.622 -7.286 .005

LogD .302 .039 1.543 7.789 .004

E_HOMO -1.226 .254 -.947 -4.824 .017

E_LUMO -2.828 .578 -.814 -4.889 .016

Randix_Index -1.083 .293 -14.804 -3.693 .034

Molar_Refractivity 0.265 .067 15.681 3.978 .028

2.12 Nilai Ftabel

Nilai Ftabel model persamaan 1 (lingkaran merah), nilai Ftabel model persamaan 2
(lingkaran biru), dan nilai Ftabel model persamaan 3 (lingkaran hijau)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


77

2.13 Perhitungan Log(1/MIC)prediksi dengan Microsoft Excel

Pada cell K3, ketik persamaan HKSA yang sudah tervalidasi (persamaan HKSA 2)
seperti pada lingkaran warna merahUbah deskriptor yang digunakan sesuai letak cell-
nyakemudian enterdrag kebawah cell K3 untuk melihat data Log(1/MIC)prediksi
senyawa lain

Lampiran 3. Prosedur Penambatan Molekuler


3.1 Penyiapan Makromolekul Enzim Inh

Enzim Inh A di unduh dari situs http://www.rcsb.org/pdb/, dengan kode 1ENY. Data
enzim yang di dunduh adalah dalam bentuk 3D dengan format .pdb.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


78

3.2 Proses penghilangan molekul non standar pada Makromolekul


dengan Discovery studio

Pilih scriptselectionSelect water molecule dan Select ligandeletesave as


1ENY.pdb

3.3 Optimasi penambahan atom hidrogen pada makromolekul dengan


Autodock tools

Pilih
editHydrogenAddall
hydrogenOk

3.4 Optimasi Grid Box parameter makromolekul

Pilih GridMacromolecule
Choose pilih 1ENYselect
moleculeSave as
1ENY.pdbqt

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


79

Kemudian atur grid option sesuai pada gambar di


sampingpilih fileClose saving current

3.5 Konversi format ligan (sampel uji) menjadi .pdb dengan Open Babel

Pada input format pilih kemudian dipilih ligan yang akan digunakan. Pada output
format, pilih kemudian pilih destinasi tempat menyimpan. Pastikan format dalam
bentuk .pdb. Klik Convert

3.6 Optimasi number of active torsion pada ligan dengan program Autodock
tools

pilih ligandinputopenpilih ligan yang akan dioptimasiTorsion treeSet number


of torsionpilih fewest atomsdismisssave as .pdbqt

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


80

3.7 Penambatan molekul dengan Autodock vina

Proses penambatan molekul dimulai dengan menyalin data ligan.pdbqt dan


makromolekul 1ENY.pdbqt yang telah di optimasi pada folder vina di Local Disc (C:).
Kemudian ditambah data config file (conf.txt) dengan notepad, pengaturan conf.txt sesuai
pengaturan gridbox parameter

3.8 Proses penambatan dengan menggunakan Command prompt

Masuk kedalam folder vina cd C:\vina enterketik: vina -config conf.txt -log
log.txtenter.

3.9 Hasil penambatan molekuler

Akan muncul file baru log.txt dan out.pdbqt. Log.txt merupakan hasil nilai Gbind dan
out.pdbqt visualisasi hasil docking ligan dengan makromolekul

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


81

Lampiran 4. Hasil penambatan molekul dan visualisasinya

1. Isoniazid
Ligplot Pymol Nilai RMSD

2. Amida_11
Ligplot Pymol Nilai RMSD

3. Amida_9
Ligplot Pymol Nilai RMSD

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


82

4. Amida_2
Ligplot Pymol Nilai RMSD

5. Amida_7
Ligplot Pymol Nilai RMSD

6. Amida_5
Ligplot Pymol Nilai RMSD

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


83

7. Amida_3
Ligplot Pymol Nilai RMSD

8. Amida_1
Ligplot Pymol

9. Amida_4
Ligplot Pymol Nilai RMSD

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


84

10. Amida_8
Ligplot Pymol Nilai RMSD

11. Amida_6
Ligplot Pymol Nilai RMSD

12. Amida_10
Ligplot Pymol Nilai RMSD

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


85

13. EPHS
Ligplot Pymol Nilai RMSD

Keterangan: C=hitam, O=Merah, Keterangan: C=hijau, O=merah,


N=biru, ikatan hidrogen=garis N=biru, H=putih, P=jingga
hijau, dan ikatan hidrofobik=
garis merah menyerupai alis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai