Sapta Mustika1
Sapta Mustika1
MALAYSIA ABAD 21
(GLOBALISASI, KAPITALISME, POLITIK, KEDAULATAN DAN HAK ASASI
MANUSIA SERTA STRATEGI MASA DEPAN)
Pendahuluan
Sejak Alvin Toffler, pada tahun 1980 mengeluarkan buku yang berjudul The
Third Wave ; Umat manusia (di Amerika Serikat) telah melalui dua
gelombang peradaban yaitu gelombang masyarakat agraria, yang disusul
dengan gelombang masyarakat industri sebagai gelombang kedua ; Pada
akhir abad ke-20 masyarakat sedang berada di dalam gelombang ketiga
(Third Wave) yang ditandai oleh penemuan chip komputer dan
komputerisasi. Setiap gelombang baru mencerminkan perubahan yang
fundamental dalam pandangan hidup dan paradigma dunia.
Kemudian H.B. Maynard, Jr. dan Susan E. Mehtrens (1995) Menulis buku "
The Fourth Wave" ; Sebagai kelanjutan atau akibat perkembangan
komputerisasi di gelombang ketiga, yaitu globalisasi di segala bidang ;
Jarak semakin tak berarti ; Telekomunikasi semakin berperan sebagai
media komunikasi, jadilah masyarakat informasi.
Peduli Singer
Disiplin Motekar
Sifat pribadi kedua yang diperlukan adalah sifat hemat. Salah satu sebab
mengapa orang Indonesia sering kalah dalam persaingannya dengan
bangsa lain adalah karena dia tidak hemat, artinya kurang bisa mengatur
kekayaannya untuk tujuan-tujuan yang produktif. Hemat tidak berarti kikir
melainkan berarti tidak mengadakan pengeluaran-pengeluaran yang tidak
perlu atau yang tidak ada manfaatnya. Hemat tidak saja dapat diterapkan
pada kekayaan, tetapi juga pada tenaga, pikiran dan waktu.
Sifat pribadi ketiga yang diperlukan manusia Indonesia masa kini adalah
sifat rajin. Di dalam dunia yang bersaing sudah tidak ada tempatnya lagi
bagi orang yang malas. Sikap yang malas atau tidak suka bekerja memang
tidak menjadi soal dalam masyarakat yang tertutup dimana tidak terdapat
banyak kegiatan lainnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer. Di dalam
masyarakat kini yang penuh persaingan, sifat malas akan mengakibatkan
kerugian pada kita.
Sifat pribadi lainnya yang perlu dimiliki dalam masa kini adalah sifat jujur.
Kejujuran memang merupakan suatu sifat yang dianjurkan oleh agama dan
etika sejak nenek moyang kita. Tetapi di dalam pergaulan masa kini sifat
jujur juga merupakan suatu keharusan. Lepas daripada apakah itu sifat
yang dititahkan agama atau secara etika sifat yang terpuji, orang yang
jujur di dalam perdagangan atau pinjam-meminjam akan mendapatkan
kepercayaan dan kepercayaan adalah modal di dalam kita berusaha.
Dengan perkataan lain, dalam pergaulan masa kini kejujuran itu perlu demi
kemajuan lepas daripada dianjurkan tidaknya sifat ini oleh agama atau
norma-norma etika.
Sifat manusia Indonesia masa kini yang lain yang perlu diperhatikan adalah
sifat bertepat waktu. Orang yang bertepat waktu selain bisa menggunakan
waktunya lebih hemat, juga menunjukkan hormatnya kepada partner
pergaulannya. Segala hubungan akan dipermudah dan berjalan lebih efisien
apabila orang-orang bertepat waktu. Bertepat janji sangat penting bagi
pemeliharaan kepercayaan orang pada diri kita. Hal ini menjadi dasar yang
penting di dalam bidang usaha dan perdagangan.
Selain apa yang telah diuraikan oleh Mochtar Kusumaatmadja di atas, adab-
adab lain yang diwariskan nenek moyang bangsa kita masih banyak.
Seperti yang terpajang dalam tabel di atas kini telah dikembangkan juga
oleh Ari Ginanjar Agustian melalui pelatihan ESQnya. Demikian pula di tatar
sunda penulis menemukan "tujuh mustika hirup" yang jika dilihat isinya
adalah adab-adab yang luar biasa bermutunya. Penulis berkeyakinan bila
manusia-masusia di dunia melayu ini cageur, bageur, bener, jujur, pinter,
singer dan motekar maka tidak mustahil menjadi "mercusuar dunia" dan
"kiblat peradaban".
Malaysia (2008). Pada kasus Ambalat, situasi yang relatif serius terjadi karena pada tanggal 7 Maret 2005 ditindaklanjuti oleh TNI
dengan pengiriman delapan kapal tempur yang didukung oleh empat pesawat tempur jet F-16 oleh Armada Wilayah Timur di
Balikpapan. Pada kejadian yang lain, usaha-usaha klarifikasi dilakukan melalui komunikasi politik di antara pejabat kedua negara.
Pada kasus "Rasa Sayange", protes muncul dari kalangan masyarakat Maluku (sebagai kelompok etnis yang mengklaimnya) dan
anggota parlemen (DPR). Semenjak gelombang besar pekerja Indonesia yang datang ke Malaysia pada tahun 1980-an, yang pada
tahun 2007 telah mencapai 90% dari seluruh pekerja asing di negara tersebut, timbul pandangan di kalangan generasi baru
Malaysia yang merendahkan orang Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah berbagai pemberitaan di pers Malaysia yang secara
terbuka menyebutkan orang Indonesia atau "Indon" sebagai pelaku berbagai tindakan kriminal. Akibatnya, tumbuh konotasi
negatif atas penggunaan kata tersebut, yang dianggap sebagai penghinaan. Ekspresi ketidaksukaan dinyatakan dalam berbagai
cara. Demonstrasi sempat terjadi di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, khususnya setelah kasus Ambalat terjadi. Akibat
protes dari Indonesia mengenai lagu Rasa Sayange ditanggapi secara dingin, muncul berbagai tulisan kasar di berbagai forum
internet. Beberapa blog juga menuliskan kekecewaannya. Bahkan, iklan suatu obat tradisional menyinggung masalah ini. Malaysia
dicitrakan sebagai "pencuri" kebudayaan Indonesia. Dari sini kemudian muncul jargon sarkastik "Malingsia" untuk menegaskan
bahwa orang Malaysia hanya bisa mencuri (maling) karya seni orang lain (Indonesia). Istilah "Malon" (dengan konotasi negatif)
juga diinvensi sebagai counterpart atas istilah 'Indon' yang dipakai di Malaysia. Kenyataan bahwa banyak terjadi kesamaan
warisan budaya (seperti keris, berbagai jenis makanan, dan beberapa lagu daerah) dianggap sebagai "pencurian" yang dilakukan
pihak Malaysia. Hal ini diperparah dengan adanya pandangan di Malaysia yang menganggap "Melayu" adalah semua suku bangsa
dengan ciri fisik dan agama yang sama dengan orang Melayu asli Malaysia, termasuk juga apabila sebenarnya seseorang berasal
Oleh karena itu antara Negara Indonesia dan Negara Malaysia sudah
saatnya membuat produk hukum bersama pula yang diakui hukum
internasional seperti Traktat yang inti materi muatannya (het onderwerp)
berisi adad-adab yang bisa jadi pedoman bersama sebagai pewaris Budaya
Nusantara sekaligus pengikat hubungan batin peradaban melayu, serta
kerjasama dua negara serumpun untuk melestarikan, melindungi dan
promosi warisan budaya di tingkat global.
Akhirnya tulisan ini ditutup oleh "peringatan cerdas" seorang Fuad Hassan
bahwa suatu strategi pengembangan kebudayaan harus dirancang
secermat-cermatnya dan diproyeksikan sejauh mungkin ke masa depan.
Membiarkan dinamika kebudayaan itu berlangsung tanpa arah bisa jadi
akan ditandai oleh munculnya budaya-sandingan (sub-culture) atau bahkan
budaya-tandingan (counter-culture) yang tidak selalu sesuai dengan apa
yang kita cita-citakan. Terbengkalainya upaya pengembangan kebudayaan
bisa berakibat terjadinya kegersangan dalam proses pengalihannya dari
satu generasi bangsa ke generasi berikutnya. Kegersangan itu pada
gilirannya merupakan kerawanan untuk diisi oleh appresiasi budaya "baru"
yang mungkin diamati dan diambilalih dari pertemuan-pertemuan dengan
budaya lain atau asing.
Penutup
B. Sumber Lain
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Oleh :