Mengenai artinya peraturan wet, yang menentukan tempatnya dan batas nya
hukum adat (sipil) orang Indonesia dalam lingkungan keseluruhan hukum di
Hindia Belanda, terdapatlah sejak dulu samapi sekarang banyak perbedaan
pendapat. Disana-sini saya pernah ambil bagian pembicaraan mengenai masalah
ini tapi dalam buku ini hanya saya cantumkan saja pndapat saya dalam bentuk dalil
.
Bilamana saya harus membentangkan ( mau tidak mau secara panjang lebar
). Alasannya dari pada yang harus berlaku dalam pada itu , maka tindakan saya ini
akan menjadi menulis apa sekitar hukum adat, pada hal mestinya tentang
hukum adat , hal mana sebagaimana telah di tunjuk oleh Van Vollenhoven
merupakan suatu penyakit dari pada lebih dari sebuah karangan.
1. Hukum adat sipil berlaku atas Bumiputera , berdasarkan atas fatsal 131 ayat 6
Indische staatsregeling, seberapa jauh hubungan sipil itu tidak diganti dengan
ordonnansi ( menurut wet ) atau dengan hukum untuk golongan Eropah (
Europeanen-recht ) yang sudah ditakluki menurut batas yang sudah di tentukan
oleh wet.
1
2. Ordonnasi yang telah ditetapkan sebelum 1 Januari 1920 dan yang mengatur
hukum sipilnya Bumiputera , harus berupa pertanyaan berlakunya ( toepasselijk
verklaring ) undang yang digolongkan Eropah kalau perlu sesudahnya diubah
( fatsal 75 lama Regeringsreglement ), itupun untuk sahnya dan untuk dapat
diberlakukan oleh hakim atas bumiputera.
3. Ordonnansi yang ditetapkan sesudah 1 Januari 1920 dan yang mengatur hukum
sipil Bumiputera harus :
a. Berupa pernyataan berlakunya (toepasselijk verklaring) ketentuan hukum
untuk golongan Eropah atas golongan Bumiputera , itupun bilamana
terdorong oleh kebutuhan masyarakat yang ternyata ada di kalangan
Bumiputera atau sebagian daripada nya ;
b. Bumiputera dan golongan Eropah dengan peraturan bersamajadi satu; itupun
bilamana terdorong oleh kebutuhan masyarakat yang ternyata ada
dikalangan Bumiputera atau sebagian daripadanya;
c. Luas daripada itu ( bila tidak ternyata ada kebutuhan masyarakat yang
serupa itu dikalangan Bumiputera ) dihormatilah hukum adat , tetapi dapat
menyimpang dari itu bilamana terdorong oleh kepentingan umum atau oleh
kebutuhan masyarakat yang ternyata ada dikalangan Bumiputera itu ( fatsal
131 ayat 2 b Indische Staats-regeling ).
4. Mengenai perintahnya wet supaya tidak diberlakukan hukum nya adat bila ia
bertentangan dengn asas yang sudah diakui umum daripada kepatutan dan
keadilan ( fatsal 75 lama Regeringsreglement ayat 3 penutup nya ) dan
perintahnya wet supaya dipakai sebagai pedoman : asas umum daripada hukum
sipil dan hukum dagang . Untuk golongan Eropah itupun bilamana harus
diputus perkara ( zaken )yang tidak diatur ( niet geregeld )dalam hukum adat
( fatsal 75 lama Regeringsreglement ayat 6 ), maka kedua perintah itu tidak
2
berlaku lagi sesuda 1 Januari 1920 karena peraturan itu oleh fatsal 131 ayat 6
Indische Staatsregeling tidak dipertahankan .
5. Tentang alam ini yang meliputi kecuali pembatasan oleh atau berdasarkan
ondonnantie . Penduduk Bumiputera Aceh raya dan Singkel seluruhnya;
Tapanuli Utara , Nias dan Padang Lawas; Kerinci dan mentawai ; Bengkulen
luar ibukota ; Palembang luar ibukota ; Jambi luar Ibukota ; Bekas kesultanan
Lingga Riau ; Kalimantan Barat dibagian yang langsung dibawah pemerintahan
gobernement luar ibukota ; Mahakam Hulu dan Pasu ; Gorontalo , Laikang (
ditambah beberapa masyarakat adat ) . Maluku yang langsung dibawah perintah
gobernemen ( kecuali ibukota ternate, banda, ambon dan kepulauan oliaser )
dan lombok. Maka disitu yang berlaku ialah hukum sipil adat. Hukum pidana
adat, dan hukum acara adat, sepanjang tidak diganti dengan algemene
verordeningen atau ( mengenai hukum pidana dan hukum acara ) tidak diganti
dengan residentsverordeningen ke semuanya yang dengan tegas dinyatakan
berlaku dalam lingkungan situ (fatsal 130 dan131 ayat 5 Indische
Staatsregeling).
3
B. 7. Menurut hukum tata negara
Dari pada landschap dalam Hindia Belanda, kecuali bilamana berdasarkan kontrak
atau menurut ,. Zelfbestuursregelen kekuasaan mengadili atas kaula itu
diserahkan kepada hakim gobernemen ( didaerah swapraja di jawa hampir semua.
Kekuasaan mengadili diserahkan kepada hakim gobernemen, dan di lain tempat
kekuasan mengadili dalam hal perkecualian saja yang di serahkan ).
Dalam dua tiga hal perkecualian, yaitu bilamana mereka dulu pada waktu
permulaan pemeriksaan perkara adalah termasuk kaula landschap atau bilamana
perkara itu mengenai tanah milik yayasan , mengenai rumah dan tanaman yang
4
lebih dari satu tahun umurnya (overjarig) benda-benda mana kesemuanya yang
terletak didaerah landschap situ ; maka yang berlaku dalam bentuk ,.
Relfbestuursverordeningen), sepanjang tidak diganti dengan ordonnantie yang
dengan tegas dan berdasarkan wewenang yang diberikan kepada gobernemen
menurut kontrak atau korte verklaring (kontrak pendek) yang di nyatakan berlaku
buat alam situ; dan mengenai hukum pidana dan hukum acara sepanjang tidak
diganti dengan residentsverordeningen (fatsal 12 dan 13 ,. Zelfbestuursregelen
1938 dan ketentuanyang sesuai dengan itu dalam kontrak panjang ; bandingkanlah
fatsal 21 ayat 2 Indische Staatsregeling.
10. Dalam alam hakim ini yang mengadili orang islam sepanjang menurut
hukum adanya sekarang dan ordonnantie mengizinkan bahwa perkaranya diadili
oleh seorang hakim peradilan agama. Yang berlaku bukannya hukum sipil adat
buat perkaranya itu, tapi hukum fikih islam , yang walaupun demikian dalam
beberapa soaltelah terpungut (opgenomen) dalam hukum adat (fatsal 134 ayat 2
Indische Staatsregeling ).
5
11. Pada sekarang ini hakim peradilan agama di Jawa dan di Kalimantan
Tenggara itu berkuasa mengadili hanya perkara yang harus diputus menurut
hukum perkawinan (huwelijksrecht), kecuali bilamana Burgerlijk Wetboek
berlaku atas perkara itu ( fatsal 2 a daripada staatsblad 1882 No 152 (Jawa) yang
telah ditambah dengan staatsblad 1937 No 116 dan fatsal 3 daripada staatblad
1937 No. 688 ( Kalimantan Tenggara ).
6
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
BAB PERTAMA
BAB KEDUA
BAB KETIGA
BAB KE EMPAT
BAB 6
BAB KE 7
BAB KEDELAPAN
(VERWANTSCHAPSRECHT)
7
BAB KESEMBILAN
BAB KESEPULUH
BAB KESEBELAS
8
BAB PERTAMA.
SUSUNAN RAKYAT
A. CORAK UMUM
9
mengecualikan lain orang ; terjadinya masyarakat itu di alaminya sebagai takdir
alam , sebagai suatu kenyataan daripada hukum gaib ; tiada seorang mempunyai
pikiran atau timbul angan angan nya akan kemungkinan membubarkan
gerombolan itu ; yang mungkin buat orang seorang ialah hanya keluar dari
gerombolan atau melepaskan diri dai rangkaian , itu pun hanya mungkin
terhadap persekutuan yang adanya tergantung dari daerahnya .
10
Untuk menginsyafi bagaimana bentuk dan susunan persekutuan hukum
dikalangan rakyat di Nusantara ini , maka terutama orang harus tahu akan arti
faktor Territorial ( Daerah ) dan Genealogis ( Keturunan ) bagi timbul nya dan
kelangsungan masyarakat itu.
11
dan ibu ) , dan alternerend ( hukum keturubab pihak bapak dan pihak ibu ,
berganti ganti ).
Walaupun satu sama lain bertalian erat , namun lingkungan raja raja
dapat dipandang berhadapan dengan lingkungan rakyat di masyarakat
masyarakat hukum yang kecil kecil ; baik raja berasal dari keturunan dari
bangsa bangsa raja raja , maupun dia seorang indonesia berasal dari luar
daerah situ ataupun bahkan dia seorng berasal dari luar indonesia , namun
dimana mana lingkungan raja raja itu mempunyai corak corak yang sama
jenisnA . Pribadi raja itu adalah sebagai pemilik kekuasaan , titik pusat daripada
kekajaan daya sakti dalam kerajaan itu ,beserta lembaga ( kerajaan) ,perhiasan
perhiasan kerajaan nya ,ialah benda keramat itu ( sebagai perwujudan
kesatuan kerajaan ) mewarisi dia .
12
dan ya g menerima dan meneruskan pajak pajak ( mereka ari tingkat atasan
berpangkalan di ibukota , mereka dari tingkat bawahan di pedesaan .
3 . PEDAGANG
13
,,lungguh ( apanages ) kecil kecil kepada orang orang lain ( yaitu pegawai
pegawai atau sanak sanak saudara diberi hak memungut hasil daripada
beberapa bidang sawah msyarakt masyarakat ( Gemeenschappen ) ,yang batas
batasnya di abaikan untuk diri sendiri , pungutan mana semestinya kepunyaan
dan di peruntukkan raja yang memberikan ( ,,lungguh ) itu .
14
BAB KEDUA
HUKUM TANAH
Hubungan hidup antara umat manusia yang teratur susunan nya dan
beralian satu sama lain di satu pihak dan tanah di lain pihak yaitu tanah dimana
mereka berdiam , tanah yang memberi maka mereka ,tanah dimna orang orang
harus pelindungannya beserta arwah leluhurnya , tanah dimana meresap daya
daya hidup , termasuk juga hidupnya ummat itu dan karennnya tergntung dari
padanya , maka pertalian demekian itu yang dirasakan dan beakar dalam alam
pikirana ,, serba berpasangan ( participerend denken ) itu dapat dan seharusnya
dianggap sebagai pertalian hukum ( rechtsbetrekking ) ummat manusia terhadap
tanah .
Sebagaimana kita telah maklum , maka ummat manusia ada yang berdiam
di suatu pusat as disebut masyarakat dusun ( dorpsgemeenschap ) , atau mreka ada
yang tersebar di pusat pusat kediaman yang sama nilainya satu sama lain ,disuatu
wilayah yang terbatas , maka bila demikian mereka merupakan masyarakat
wilayah ( streekgemenschap ) .
Berlaku nya ke dalam Masyarakat itu , dalam arti kata anggota - anggota nya
bersama , mempegunakan hak pertuanan ( beschik-kingsrecht ) nya berupa dan
dengan jalan memungut keuntungan dai tanah itu dan dari binatang binatang
dan tanaman tanaman yang terdapat dengan tak terpelihara di situ .
15
Masyarakat dalam arti kata kesatuan dari pada para anggota anggotanya
perseorangan berdasarkan atas haknya atas tanah itu dan untuk kepentingan itu
sendiri ( kepentingan masyarakat ) .
16
beschikkingskring ). Pertama ( sebagai perkecualian ). Suatu lingkungan
,,beschikkingsrecht dari pada sebuah dusun di pedalaman yaitu daerah sesungguh
nya yang dialami dan di pungut hasil nya untuk hidup, dan disamping itu kadang
kadang jauh jarak nya dari situ lingkungan ,,beschikkingrecht sepanjang
lautdan garam yang sangat di butuhkannya.
2. HAK PERSEORANGAN
17
oleh hak hak perseorangan terbatas oleh kelonggaran yang di tentukan ( yang
harus di tentukan ) oleh ,,beschikkingsrecht itu.
18
rupa rupanya karena penyalah gunaan menjadi tanah tanah cadangan tetap buat
sesuatu kerabat hasil hasil hutannya.
Maksud nya ialah suatu hak untuk membeli tanah tanah pertanian ,
halaman halaman , dan empang empang ikan dengan harga yang di tawarkan
oleh lain orang calon pembeli dengan mengesampingkanorang calon pembeli itu .
Hak Pungut Hasil Karena Jabatan nya ( ambtelijk prolijtrecht ) . Suatu hak
macam lain atas tanah ditangan penghulu penghulu dan pengurus pengurus
masyarakat. Adalah hak pungut hasil karena jabatannya ( ambtelijk profijtrecht )
yaitu ; hak atas bagian bagian tanah dalam lingkungan ,,beschikkingsrecht
yang oleh masyarakat di berikan kepada pejabat - pejabat golongan nya, perlu
untuk nafkah nya ialah ; tanah tanah bengkok ( ambtsvelden ). Bila jabatan itu
berakhir karena pejabat nya mati atau di berhentikan , maka tanah bengkok itu
jatuh kembali kepada masyarakatmjadi ,,beschikkingsrecht lagi seutuh utuh
nya.
Hak Gadai dan Hak Sewa ( pand en huurrecht ). Akhirnya ada juga yang
dapat di sebut hak hak yang timbul karena perjanjian atas tanah ( terlepas dari
19
adanya hak hak asing ) yaitu Hak Gadai daripada si pemegang gadai , pula hak
nya seorang yang menyewa tanah dengan pembayaran uang sewanya terlebih dulu
.
Dalam alam raja raja maka ketegangan seperti yang telah di uraikan tadi,
yaitu antara masyarakat beserta ,,beschikkingsrechtnya, dan hak hak
perseorangan , juga terdapat antara raja dan perseorangan perseorangan penemu
nya hak tanah . Bilamana di pakai untuk pangkal peninjauan kekuasaan
pemerintahan raja raja. ( jadi bukan nya suatu hak atas tanah nya raja ), maka hak
perseorangan dari pada kaula kaula negara adalah Hak Milik ( Islands
bezitsrecht ) yang begitu berat beban nya sehingga tidak selalu dapat di harapkan
tinggi dan oleh karenan nya mudah menjadinya lenyap ( dan karena goyah nya
kedudukan maka disebut juga ,, ( Hak Menggarap ) ( bewerkingsrecht ) atau Hak
Pungut Hasil Karena Jabatan ( ambtelijk profijt recht ), mungkin juga Hak Pungut
Hasil Karena Kekerabatan ( familie profijtrecht ) atas tanah pertanian atau
pekarangan .
20
hakimnya , pula pemerintahannya. Dasar dari imbangan itu terletak dalam
Indischen Staatsregeling ( het Regeeringsreglement ) di mana Koning dan Staten
Generaal sejak awal mula nya sudah menetapkan bahwa ketertiban hukum
pribumi di Indonesia akan di pakai sebagai dasar dan titik pangkal dalam
hubungan hubungan hukum antara orang orang Indonesia satu sama lain, pun
juga mengenai hubungan hukum antara orang orang Indonesia satu sama
lain pun juga mengenai hubungannya dengan tanah.
21
BAB KETIGA
1. PENDIRIAN DUSUN
Pendirian Dusun dalam masyarakat wilayah sendiri atas tanah yanh telah di
miliki oleh pendirinya dengan ,,Hak milik ( seperti di kalangan orang orang
Batak ). Pada umum nya adalah suatu proses yang kurang hebatnya dan yang
hanya memakan tempo pendek saja.
Bilamana pendirian dusun dan peletakan hak pertuanan itu dapat di sebut
suatu perbuatan ber-,,segi satu (eezijdig) dari pada rombongan orang atas tanah ,
maka dengan tepat perbuatan segi satu dari individu adalah pembukaan tanah
sebagian dari daerah hak pertuanan (beschikkingskring) oleh seorang anggota
masyarakat.
Menurut Hukum Adat maka hak membuka tanah (ontginningsrecht) itu tidak
dapat di tempatkan di sisi hak pertuanan (beschikkingsrecht), melainkan lebih baik
disebutnya sebagai hak nya si anggota sendiri untuk melakukannya dengan cara
tertentu atas ,,beschikkingsrecht yang dia ikut mendukung nya juga. Melakukan
nya itu dengan cara gerombolan atau dengan cara perseorangan, dengan ketahuan
nya penghulu masyarakat lebihi dulu ; jadi, dalam ketertiban hukum masyarakat.
22
cara demikian maka ini ternyatalah suatu perbuatan hukum yang menimbulkan
hubungan hubungan yang berhak menuntut perlindungan dalam ketertiban
hukum masyarakat itu.
Penghulu ( kepala ) menjaga jangan sampai hak hak nya oang- orang lain
ialah hak-hak terdahulu ( voorkeursrecht ) di langgarnya ( pemeliharaan hukum
pencegahan preventieve rechtszorg ) , pula ia menjaga jangan sampai terlanggar
; tanah yang di sediakan untuk kepentingan masyarakat atas dasar
,,beschikkingsrecht masyarakat atau tanah yang di lepaskan dari pemakaian
perseorangan ( perbuatan terakhir ini ia sebagai perwakilan dari masyarakat yang
berhak perbuatan itu.
Pembukaan Tanah di daerah tak bertuan aturan nya semata mata menurut
aturan kerajaan Pribumi atau Gobernemen. Undang undang pembukaan tanah (
ontginningsordonnanties ). Didaerah Gobernemen dengan demikian tidak di halang
halangi berlakunya oleh hak pertuanan daripada masyarakat masyarakat .
Undang undang itu berlaku juga terhadap lingkungan lingkungan
,,beschikkingsrecht sepanjang tak menyalahi hak pertuanan itu .
A K I BA T H U K U M N O M O R D U A ( S E C U N D A I R ) dari
pada pembukaan tanah . Karena tindakan hukum segi satu perseorangan itu , ialah
pembukaan tanah , maka di letakkan lah hubungan perseorangan oleh si pembuka
tanah atas tanah pertanian yang di buka itu , ialah hubungan sihir ( magisch )dan
hubungan huhkum dalam lingkungan keseluruhan sihir dan keseluruhan hukum
yang ada pada ummat dan tanah.
23
Dalam hukum tanah maka perjanjian perjanjian jual itu dapat mengandung tiga
jenis maksud :
B. Menyerahkan tanah untuk terima tunai pembayaran uang tanpa hak menebus
nya , jadi buat selama lamanya ( menjual lepas ( Ind ), adol plas, runtumurun,
pati bogor ( J ), menjual jaja , ( kalimantan ) ;
C. Menyerahkan tanah untuk terima tunai pembayaran uang dengan janji bahwa
tanah akan di kembalikan kembali lagi kepada pemilik nya tanpa perbuatan -
perbuatan hukum lagi , itupun sesudah nya berlalu beberapa tanah panen ( menjual
tahunan ( Ind ), adol oyodan ( J ).
Jadi menurut Hukum Adat maka penggadaian tanah , penjualan tanah dan
penyewaan tanah dengan pembayaran uang sewa lebih dulu, adalah pembayaran
24
tanah di muka penghulu masyarakat dan dengan setahu nya waris dan pemilik
pemilik tanah berdampingnya, untuk menerima tunai sejumlah uang, dan
penyerahan sedemikian itu untuk selama lama nya, atau dengan pemufakatan di
belakang baik untuk dapat di tebusnya kembali , maupun untuk kembalinya tanah
sesudah lewat tempo tertentu. Kebanyakan perjanjian sedemikian itu di buat
dengan tertulis, ialah di atas surat perjanjian atau akte .
Alasan,
Alasan untuk perjanjian tanah itu lazim nya ialah bahwa si pemilik tanah
butuh uang. Bilamana ia tidak dapat mencukupi kebutuhannya itu dengan jalan
meminjam uang ( membuat perjanjian uang ) maka ia dapat mempergunakan tanah
nya untuk memperoleh uang itu dengan jalan membuat perjanjian tanah ( grond
transa
Pembayaran sebahagian .
25
Pada saaat dinyatakan di hadapan penghulu (kepala) saya mengaku sudah
menyerahkan tanah dan untuk itu sudah menerima uang harganya, maka saat itu
lah saat di taruh nya hak pihak lain itu atas tanah itu, yaitu baik hak gadai atau
milik , maupun hak sewa.
Pertama kali ; yaitu di Jawa , dapat di buat persetujuan dalam perjanjian jual ,
bahqwahak yang di peroleh karena trans aksi tadi baru berlaku sesudahnya satu
atau dua tahun atau lebih yang akan datang ; sesudah habs tempo tadi , maka tak
usah di adakan tindakan ke dua. Namun hak nya si penerimatanah mulai berlaku
pada saat mudah di mufakati . Ini di sebut di gangsur setahun , rong tahun dan
sebagai nya.
Kedua, ketika sesudahnya di buat perjanjian maka dapat lah seseorang , yaitu
orang yang menyerahkan tanahnya, di izinkan memakai tanah itu secara nyata .
Misalnya : berdasarnya atas perjanjian paruh hasil tanam . ( deelbouw ).
Dan Ketiga, Penundaan pemakaian tanah secara nyata itu dapat disebabkan
kareana pemakaianyang tidak sah oleh seseorang , misalnya : oleh si penyerah
sendiri.
Saksi,
26
Gadai tanah berhadapan dengan jual tanah.
Jadi bila gadai tanah dan jual tanah harus di anggap sebagai perjanjian
perjanjian tanah yang pada hakekat nya sangat karib satu sama lain. Namum
kemungkinan untuk mengembalikan tanah yang digadaikan kepada si penjual
gadai lagi, itulah yang kadang kadang menyebabkan perbedaan penting dalam
kedudukan nya perjanjian ituketimbang dengan penyerahan tanah untuk selama
lama nya.
A. Gadai tanah
Pemberian nama .
Si pembeli gadai sesudah nya di taruhkan hak gadai nya oleh tanah di
hadapan penghulu rakyat, dapat memetik hasil tanah itu sepenuhnya , mengerjakan
atau mendiami nya menyuruh mengerjakan nya, atau mendiami nya membuat
perjanjian perjanjian mana berakhir atau dapat berakhir setiap panen .
27
Si pembeli gadai sebagai telah di nyatakan tadi menurut hukum sama sekali
tidak boleh menuntut kembali uang gadai nya dari si penjual gadai . Sedemikian itu
akan sama sekali bertentangan dengan sifat hukum nya perjanjian gadai ( dengan
susunan hukum adat ) dan yang lazim nya bersama sama jalan nya dengan
fungsi sosial dari pada gadai tanah . Sebab seandainya si penjual gadai di hukum
mengembalikan uang gadai nya Tapi tak dapat atau tak suka membayar nya , maka
sudah tentu barang barang nya bergerak ( roernde goederen ) . dan sesudah itu
barang barang nya tetap ( onroerende goederen ) .
Bilamana tentang ini tidak ada persetujuan suatu apa ( dalam hal gadai tanah
macam biasa ) maka hak menebus tetap ada di tangan pemilik tanah ( semula ) dan
beralih kepada waris waris nya , begitu juga berkewajiban membuka
kemungkinan di tebus kembali nya tanah itu- ,, milik yang dapat di tebus kembali -
,, beralih kepada waris - waris nya si pembeli gadai .
Bila selewat nya tempo menebus si pembeli gadai tak mempergunakan hak
nya untuk ambil inisiatif mengakhiri perjanjian gadai . Maka hubungan gadai tetap
berlaku terus ; namun si penjual tetap berhak menebus tanah nya dan si pembeli
gadai tetap berhak mengakhiri hubungan gadai ini dengan cara yang di uraikan tadi
.
Pada perjanjian gadai di antara kedua belah pihak dapat dijanjikan suatu
tempo. Sama sekali lain jenis nya , yaitu untuk menetapkan saat sebelum mana si
penjual gadai tidak akan boleh menebus. Bila mengenai saat ini tidak ada
perjanjian nya , maka buat penebus berlaku dua aturan ini, tidak boleh menebus
28
sebelum si pembeli gadai paling sedikit satu kali sudah memungut panen dari tanah
itu. ( atau tidak boleh menebus dalam satu tahun itu ). Dan boleh menebus pada
saat tanah itu tidak di kerjakan dan tidak di tanami , jadi di waktu pendek sesudah
panen yang terakhir .
Mengembalikan Tanah .
Di waktu tebus nya , maka tanah itu harus di kembalikan nya dalam keadaan
nya di waktu itu juga . Kenaikan harga tanah atau perbaikan perbaikan yang
sudah di kerjakan tidak mendapat ganti .
Uang gadai itu harus di bayar kembali sekali gus , pembayaran sebagian
demi sebagian harus di artikan bhwa sebagian dari uang gadai di serahkan lebih
dulu kepada si pembeli gadai . Sedangkan baru ada penebusan bagian yang terakhir
sudah terlaksana .
Gadai tanah itu adalah : suatu perjanjian yang banyak terdapat boleh di
katakan di masing masing lingkungan hukum ; sudah barang tentu dimana
mana terdapat pada nya ragam dan sifat sifat nya setempat, yang bertalian
dengan keadaan keadaan sosial di lingkungan masing masing .
B. Jual Tanah
29
Lelang ( openhare verkoop ) . Pertanyaan yang timbul sejalan dengan itu
ialah, bagaimana kah hukum nya bilamana ada tanah pertanian kepada dijual
lelang untuk kepentingan bukan pemilik tanah itu ? Lelang berdasarkan vonis yang
memerintahkan pemisah dan pembagian harta, atau berdasarkan vonis yang
memerintahkan pemisah dan pembagian harta , atau berdasarkan pelaksana vonis
atau notaris tidak di atur dalam sedemikian . Sehingga bersambung dengan azas
azas hukum adat ; ia menerobos. Tegasnya tidak ada dengan aturan aturan
penjagaan supaya penjualan lelang itu dapat berlaku sebagai suatu penjualan dalam
ketertiban hukum dusun. Maka dari itu si pembeli di lelangan, walaupun ia di beli
dengan berhati .jujur , tidak dapat mempertahankan haknya atas pembelian di
lelengan. Itu melawan tuntutan pemilik tanah yang sejati , ia tidak dapat menuntut
dari peristiwa pembelian di leleng itu.
Adol taunan , ayodin , dan sebagainya adalah acara persewaan tanah yang
biasa di kalangan di rakyat Jawa , di luar pulau Jawa rupa rupanya perjanjian
semacam itu kurang di kenal orang . atau dianggap sebaai ialah dondon susut.
Di tempat sini untuk peringatan ( pro memorie ) haus disebut nya sebagai
perjanjian tanah ;
30
5. P E M B ER I A N TA N A H
Pemberian tanah kepada orang orang luaran , dimana hak milik seketika
itu juga berpindah tangan, menurut berita , terdapat terutama di sulawesi . Lebih
lebih terdapat atau dula terdapat pemberian tanah pertanian kepada raja ( raja
bolang mongondow misalnya ). Atau kepada penghulu penghhulu ( minahasa )
supaya mendapat rela kasih , pula pembayaran dengan tanah sebagai denda atau
sebagai hadiah untuk pekerjaan pekerjaan hakim. Di Mnahasa tanah pertanian
juga diberikan juga sebagai tanda ambil anak ( adoptie teken , Sebagai jujur (
BRUID SCHAT ). Dan sebagai nya. , demikian juga di Sulawesi Selatan. Tanah
tanah yang di terima sedemikian itu kadang kadang mempunyai nama nama
yang menunjukan asal nya. ( tanah pei pamoya tanah yang di berikan sebagai
jujur , Minahasa ).
6. PENGHIBAHAN TANAH
Syarat Hibah :
31
1. Dilakukan dengan akta notaries untuk barang bergerak, dan dengan akta
PPAT untuk tanah dan bangunan.
2. Merupakan pemberian secara Cuma-Cuma (gratis/tanpa bayaran).
3. Diberikan pada saat pemberi hibah masih hidup.
4. Pemberi hibah adalah orang cakap bertindak menurut hukum (artinya
pemberi hibah bukan seorang yang masih dibawah umur atau tidak sedang
dalam pengampuan).
5. Yang dapat dihibahkan adalah barang bergerak dan barang tidak bergerak.
6. Pemberian hibah hanyalah untuk barang-barang yang sudah ada.
7. Penerima hibah sudah ada pada saat pemberian hibah tersebut dilakukan.
8. Pemberian hibah bersifat final dan tidak dapat ditarik kembali.
1. Hibah yang dilakukan antara suami istri, kecuali sebelumnya sudah dibuat
perjanjian pranikah mengenai pemisahan harta dalam pernikahan.
2. Hibah dengan suatu perjanjian si pemberi hibah tetap berhak menjual barang
yang dia hibahkan.
3. Jika dalam akta hibah dinyatakan si penerima hibah berkewajiban melunasi
utang-utang selain dari maksud dalam akta hibah.
4. Pemberian hibah dalam surat di bawah tangan
32
Surat akte yang tersusun di terimakan kepada orang yang memberi lepas
tanah itu, atau yang membeli nya gadai, atau menyewa nya, atau yang di hibahi
nyaatau diberinya. Dengan surat akte itu dia dapat membuktikan sah nya ( menurut
hukum ) hubungan nya baru dengan tanah itu , terhadap siapa saja, terutama
terhadap orang - orang dari luar masyarakat nya sendiri, lebih lebih terhadap
hakim jabatan , hal mana nanti di bicarakan lebih lanjut.
Fungsi penandatangan surat akte adalah : penghulu rakyat itu ialah , bahwa
ia secara nyata berjanji untuk seterusnya mengekui hubungan yang baru itu sebagai
hubungan hukum
33
BAB KE EMPAT
Pokok pikiran perjanjian perjanjian tanah segi dua ialah : saya melepaskan
tanah seterima nya sejumlah uang yang tertentu, tuan adalah ( buat selama
lamanya , atau selama saya tidak menebusnya , atau buat beberapa tahun )
penemu nya hak atas tanah itu, di golongkan atas perjanjian- perjanjian riil (reele
overenkomsten ) atas tanah ( dan atas obyek obyek yang dalam hal ini dapat di
samakan itu ) berhadapan dengan perjanjian perjanjian macam lain.
(DEELBOUW OVERENKOMST)
Perjanjian berperangi tepat yang bersangkutan dengan tanah, tapi yang tidak
dapat dikatakan berobyek tanah dalam arti hukum adat tehnis ialah perjanjian
paruh hasil tanam (deelbouw transactie) , yaitusuatu perjanjian yang terkenaldan
lazim dalam segala lingkungan lingkungan hukum. Dasar nya perbuatan hukum
dan fungsinya tiada sama sekali perbandngan dengan perjanjian perjanjian jual.
Dasar perjanjian paruh hasil tanam ialah : saja ada sebidang tanah tapi tak
ada kesempatan atau kemauan mengusahakan sendiri sampai berhasil nya : tapi
walaupun begitu saya hendak memungut hasil tanah itu dan saya membuat
persetujuan dengan orang lain supaya ia mengejakan nya, menanaminya dan
memberikan kepada saya sebagian hasil panennya ; padahal dasar daripada
34
perjanjian jual ialah : saya ada sebdang tanah yang saya pergunakan untuk
mencukupi kebutuhan saya yang akan uang mendadak. Atau saya lebih suka ( buat
sementara ) mempunyai uang ( dari pada tanah ).
Fungsi perjanjian paruh hasil tanam ialah : membuat berhasilnya milik tanah
tanpa pengusahaan tanah tanpa pengusahaan tanah sendiri dan mempergunakan
tenaga pekerjaan dari orang lain yang tanpa milik tanah sendiri.
Jadi perjanjian paruh hasil tanaman itu terlaksana dengan jalan mengizinkan
orang lain masuk ke tanah pertanian di mana ia melakukan haknya dengan
pemufakatan bahwa orang lain di izinkan masuk tadi si pemaruh akan
menanam tumbuh tumbuhan dan akan menyerahkan sebagian hasil panen nya
kepada si penemunya hak atas tanah itu. Tentang permufakatan - permufakatan
lebih lanjut mengenai bibit padi, lembu untuk membajak dan mengenai bagiannya
tepat daripada hasil panen yang akan diserahkan kepada penemu nya hak atas
tanah dan lain lain nya lagi. Maka hal hal ini biasanya disebutkan dengan
tepatnya dalam perjanjian itu.
35
BAB 6
YAYASAN (STICHTINGEN)
1. WAKAP
Suatu perbuatan hukum yang bersifat tersendiri dan di pandang dari suatu
sudut tertentu bersifat rangkap dan oleh karenanya harus di sini di bicarakan
tersendiri , ialah mewakapkan tanah atau benda .
Maksud bersikap rangkap ialah bahwa perbuatan itu di suatu pihak adalah
suatu suatu perbuatan mengenai tanah atau benda , yang menyebabkan obyek itu
mendapat kedudukan hukum yang khusus . tetapi di lain pihak seraya itu ,
perbuatan tadi menimbulkan suatu badan dalam hukum adat , ialah suatu badan
hukum (rechtspersoon) yang bersanggup ikut serta dalam kehidupan hukum
sebagai subyek hukum (rechtssubject) .
36
Kedua memperuntukan sebagaian dari pada kekayaanya , bagian mana tak
dapat di pindahkan tangan buat selama lamanya , buat anak cucu yang di
perkenankan memungut hasilnya . sebagaimana di katakan tadi, maka lembaga
hukum ini terterima (gerecipieerd) oleh orang orang Indonesia islam dari hukum
islam sebagaimana telah di aturnya di situ .
Bila mana pembuatan wakap itu telah terlaksana sepenuhnya , ( untuk itu
kebanyakan di buat surat akta) maka kedudukan hukum dari pada barang itu di atur
oleh hukum adat (oleh unsur-unsur agama dari padanya) . segala sesuatu yang
harus di tindakan untuk mencapai tujuanya adalah kewajiban si pengurus ,
termasuk juga penuntut perkara .
Andai kata wakap itu semata mata hanya bersangkutan dengan hukum tak
tertulisnya orang pribumi saja , maka akan cukuplah dengan tokoh hukum
(rechtsfiguur) demikian , yaitu pada suatu benda yang tidak ada pemunyanya dan
tujuanya di tentukan dengan lengkap dan tujuan itu dapat di capai sepenuhnya ,
bila perlu dengan memaksa supaya aturan aturan yang di tentukan dengan
pembuat wakap itu di jalankan .
Aturan aturan mana berlaku sebagai hukumnya wakap itu . tetapi pada saat
bila mana wakap bersinggungan dengan system hukum tertulis yang berdasarkan
paham bahwa semua barang-barang adalah pergaulan hukum harus ada pemiliknya
(ambilah sebagai missal: kitab undang undang hukum pidana) maka haruslah di
anggap , bahwa memang ada pemilik atas barang yang di wakapkan itu .
Jadi ada wakap yang mempunyai seorang pengurus sebagai wakilnya . oleh
karenanya tokoh itu menjadi lebih lengkap , perbuatan perbuatan hukum mengenai
37
wakap misalnya ( menjual sesuatu kepada wakap ) dapat di laksanakan juga dalam
hukum tak tertulis dalam tiada kerusakan .di pandang dalam sudut demikian maka
wakap itu dalam hal berdirinya sendiri (zelfstandingheid) menurut hukum adat
sama dengan perkumpulan yang bertindak sebagai badan hukum (rechtspersoon)
hanya bedanya dengan 2 itu ialah wakap itu bukanya kebanyakan (veilheid) yang
bertindak sebagai kesatuan maka dari itu seharusnya di masukanya golongan badan
hukum pribumi (inlands rechtspersoon) .
2. YAYASAN (STICHTING) .
Demikianlah wakap yang di tafsirkan seperti tadi benar benar dalam sistim
hukum adat adalah suatu jembatan yang memungkinkan pencadangan , tanah ,
benda , uang sebagai suatu badan hukum adat yang berdiri sendiri , ialah sebagai
yayasan (stichting), terlepas dari pembatasan pembatasan yang ada pada wakap
menurut agama islam oleh karenanya terlahir suatu badan hukum (rechtpersoon)
yang dapat ikut serta dalam pergaulan hukum dalam batas batas yang di tetapkan di
dalam waktu mendirikanya , yaitu dalam surat aktenya .
38
BAB KE 7
HUKUM PERSEORANGAN
(PERSONENRECHT)
Dalam peraturan peraturan wet maka adanya badan badan hukum pribumi
ini sudah lama mendapat pengakuan (landsohap, masyarakat wilayah , dusun
dusun, jemJemaahmaah kristen , bagian bagian berdiri sendiri dari pada gereja ,
kerabat kerabat Minangkabau , perkumpulan perkumpulan koperasi) .
Suatu peraturan (untunglah )sudah ada dalam persiapan (1938), yaitu yang
akan bermaksud mengakui perkumpulan perkumpulan dan kongsi kongsi ,asal saja
memenuhi syaratnya yang bersifat materiel, dan formil . peraturan peraturan yang
sejajar dengan itu selanjutnya tentu juga akan di susun mengenai yayasan yayasan
(sitchtingen) , untuk menjaga jangan sampai bentuk yayasan yayasan itu di pakai
untuk menghindarkan diri dari syarat syarat yang harus di penuhi oleh sesuatu
perkumpulan yang dapat di akui berdirinya sendiri , syarat syarat mana di perlukan
untuk pemeliharaan hukum . Di lapangan ini , maka demi susunan tertib dari pada
hukum , harus tidak mungkin ada pengaturan sebagaian demi sebahagian .
39
Menurut hukum adat , maka yang cakap untuk berbuat
(handelingsbekwaam) ialah lelaki dewasa dan perempuan dewasa , itupun sudah
tentu dalam batas ikatan milik kerabat dan milik keluarga , ikatan mana
sebagimana sudah cakap kali sudah ternyata dalam pelbagi lingkungan hukum
tidak lagi sama sifatnya dan tidak sama kekuatanya .
Bila ada simpangan (afwijking) dari jalan yang normal (kolot) dalam sesuatu
, maka dapatlah timbul pelbagi persoalan . bagaimana jika dalam suatu keluarga
ibu bapak meninggal dunia dan anak laki laki tertua yang mengoper pimpinan ,
sedangkan ia tetap tak berkawin dalam tempo lebih lama dari pada lazimnya .
bagaimana jika ada pemuda diangkat menjadi kepala desa , dan ia berdiam
dirumah dan berdiri sendiri , tetapi belum juga kawin . bagaimana jika ada pemuda
pemuda yang mendapat didikan di tempat jauh dari keluar itu sebagai bujang hidup
berdiri sendiri dan dalam keadaan demikian menerima suatu jabatan .
40
Hukum adat yang berlaku tersebut hanya dapat diketahui dan dilihat dalam
bentuk keputusan-keputusan para fungsionaris hukum (kekuasaan tidak terbatas
pada dua kekuasaan saja, eksekutif dan yudikatif) tersebut. Keputusan tersebut
tidak hanya keputusan mengenai suatu sengketa yang resmi tetapi juga di luar itu
didasarkan pada musyawarah (kerukunan). Keputusan ini diambil berdasarkan
nilai-nilai yang hidup sesuai dengan alam rohani dan hidup kemasyarakatan
anggota-anggota persekutuan tersebut .
41
BAB KEDELAPAN
HUKUM KESANAK-SAUDARAAN
(VERWANTSCHAPSRECHT)
Hal-hal serupa itu tidak dapat ditentukan terlebih dulu dan harus diselidiki
tersendiri untuk suku bangsa masing- masing Bila disebutkan semua macam
perhubungan-perhubungan hukum di mana kesanak-saudaraan ada arti baginya,
maka sedemikian itu akan mengakibatkan ulangan-ulangan daripada apa yang telah
diuraikan, yang tak ada gunanya disini. Ikatan kesanak-saudaraan sebagai faktor
dalam susunannya masyarakat-masyarakat hukum telah dibicarakan dalam bab
pertama : mengenai
42
Hubungan-hubungan kesanak-saudaraan yang mengakibatkan perintang
perkawinan atau kecenderungan perkawinan, maka hal ini kesanak-saudaraan
sebagai dasarnya hukum waris seharusnya dibicarakan dalam bab hukum waris
tentang ikatan kesanak-saudaraan sebagai dasar buat pertanggungan-jawab
bersama terhadap suatu kejahatan atau pelanggaran, maka soal ini termasuk bab :
hukum pelanggaran (delictenrecht) dan mengenai tuntutan-tuntutan hak daripada
seorang waris berhubung dengan hak-haknya salah seorang dari mereka atas
sebidang tanah pertanian atau perkarangan, maka hal ini telah disinggung dalam
bab : hukum tanah.
1. Kapan dan sampai dimana anak di waktu lahirnya terhadap seorang perempuan
dan seorang lelaki berkedudukan sebagai kedudukannya anak terhadap ibu dan
bapa;
43
hokum perkawinan, hokum kekayaan perkawinan dan hukum waris ; yaitu
ketegangan yang sedari dulu selalu terdapat, tapi pada masa akhir-akhir ini menjadi
lebih kuat karena keadaan penghidupan dan pengembaraan yang makin meluas
seluruh nusantara dan makin meningkatnya kendaraan akan kemerdekaan di
kalangan pemuda karena pendidikannya sekolah secara barat.
Oleh karena itu maka makin tambahlah arti keluarga, hal mana menyebabkan
makin merosotnya arti kerabat.
44
daripada keadaan biasa (normal), yang mungkin terdapat. Anak yang lahir diluar
perkawinan dalam beberapa lingkungan hokum beribu serupa tadi, ialah orang
perempuan tak berkawin yang melahirkan, sebagaimana seorang anak terlahir
dalam perkawinan beribu si perempuan yang melahirkan dia (minahasa, ambon,
timor, mentawai).
Tapi ditempat-tempat lain terdapat perkawinan keras terhadap ibu yang tak
berkawin beserta anaknya. Di minahasa, maka perhubungan seorang anak dengan
lelaki tak berkawin yang menurunkannya, sama dengan perhubungan anak dengan
bapanya. Bilamana si bapa buat dia sendiri menghendaki supaya perhubungan itu
tidak di ragu-ragukan maka ia memberikan kepada ibunya anak itu bila ia (lelaki)
tidak berhidup kumpul dengan dia (perempuan) suatu hadiah , yang disebut
lilikur.
Menurut hukum adat rupa-rupanya tidak menjadi soal tempo berapa lama
sesudahnya perkawinan anak itu lahir ; hokum islam menuntut lahirnya anak harus
dalam tempo lebih dari enam bulan sesudah perkawinan supaya anak itu dapat
dianggap sah ; aturan ini boleh jadi disana-sini (tapi se-tidak2nya jarang)
berpengaruh atas hokum adat ; namun dengan pasti aturan tadi tidak mengubah
aturan perkawinan paksa dan kawin darurat tersebut.
45
Menurut hukum adat, maka anak yang lahir sesudah terputus perkawinan,
berbapa lelaki bekas suami, itupun bilamana lahirnya dalam tempo lamanya orang
hamil ; tempo empat tahun yang ditetapkan oleh hokum islam tidak pernah diambil
oper di manapun juga.
46
sewaktu - waktu diambi oleh orang tuanya dengan penggantian biaya - biayanya
pelihara.
Masih kurang diselidiki orang, apakah anak terlahir di luar perkawinan, yang
ibunya tak berkawin itu bersama anaknya hampir-hampir tidak diperbolehkan
dalam masyarakat, apakah anak sedemikian itu perhubungannya dengan golongan
sanak-saudara fihak ibunya samaseperti anak yang sah. Di rejang, tidak demikian,
anak terlahir diluar perkawinan tidak termasuk golongan sanak-saudara disana
rupa-rupanya dalam hal ini tidak ada bedanya antara anak terlahir di luar
perkawinan dan anak yang sah. Dimana perhubungan anak terlahir diluar
perkawinan dengan bapanya diakui orang, maka pengakuan ini berlaku juga atas
perhubungannya dengan golongan sanak-saudaranya.
47
Dalam lingkungan - lingkungan hukum lainnya maka susunan sanak-saudara
social bukanna segi dua (weezijdig), melainkan segi satu (eenzijdig) ialah
unilateral dan berhukum bapa atau berhukum ibu. Ini berarti pertama : bahwa
golongan-golongan kesanak-saudara (kerabat-kerabat bagian clan) yang dapat
dikenal sebagai kesatuan-kesatuan social ialah karenan susunannya kedalam dan
karena sebagai kesatuan tersangkut pada tanah, rumah-rumah dan benda-benda
lainnya, pula pada nama, gelar, pangkat adat atau apapun juga adalah terdiri atas
dasar keturunan segi satu, dan oleh karenanya golongan-golongan itu hanya
meliputi mereka yang berasal keturunan menurut garis lelaki dari sesame bapa
leluhur, atau hanya meliputi mereka yang bersal keturunan menurut garis
perempuan dari sesame ibu leluhur.
Bila dalam satu masyarakat kedua dasar susunan yang segi satu itu
menyebabkan timbulnya kesatuan social yang nyata jadi golongan-golongan
sanak-saudara segi campuran masing-masing dengan penghulunya sendiri,
namanya sendiri, milik-milik dan kepentingan-kepentingan sendiri, jadi dimana
masing-masing termasuk dua clan yaitu clan sanak-saudara seibu leluhur menurut
garis perempuan dan clan sanak-saudara (lain sekali) sebapa leluhur menurut garis
lelaki, maka dalam hal ini dapatlah susunan ini diberi nama yang terkutip dari ilmu
ethnologie, ialah susunan dubbelunilateraal (segi satu rangkap). Beraoa patutnya
dan mudahnya susunan rangkap serupa itu buat anggota-anggota yang
bersangkutan, tapi mungkin sangat ruwetnya buat si peninjau luar.
48
kesegisatuannya itu. Jadi kesigisatuan susunan sanak-saudara itu berarti, kedua ;
bahwa dalam susunan serupa itu perhubungan social anak yang menurut susunan
termasuk golongan kesanak-saudaraan ibu berada dalam sutu perhubungan social
lain terhadap golongan sanak-saudara dari pihak bapanya.
Dalam susunan berhukum ibu maka golongan sanak-saudara pihak ibu buat
si anak adalah penting dalam socialnya melebihi segalanya seketika anak itu dalam
segala perhubungan2nya hidup menjumpai ; larangan perkawinan, begitu juga
exogamie, berlalu digolongan situ ; dalam susunan berhukum bapa maka clannya
bapalah sedemikian juga pentingnya. Tapi itu tidak berarti bahwa dalam susunan
berhukum ibu bagian clanya bapa (berhukum ibu) buat sianak seakanakan tidak
ada artinya juga tidak berarti bahwa dalam susunan berhukum bapa bagian clannya
ibu (berhukum bapa) buat sianak seakan akan tak berarti. Di minangkabau
misalnya golongan kerabat bapa (bako baki) di berbagai upacara-upacara ada
wakilnya, terkadang golongan tadi datang menolong untuk nafkah sianak, ada
kecenderungan tegas untuk perkawinan dengan golongan itu, dan mereka dapat
dengan mendahului orang-orang asing lainnya menoper barang-barangnya suatu
kerabat yang akan habis mati.
Jadi walaupun hanya satu dari kedua golongan sanak-saudara bersegi satu
itu yang menjadi penting dalam sosialnya disuatu masyarata, namun buat seorang
anak, golongan-golongan (segi satu) daripada bapa dan ibu keduanya mempunyai
arti social, biarpun golongan bapa artinya jauh lebih besar dalam suatu susunan
berhukum bapa dan golongan ibu jauh lebih besar dalam suatu susunan berhukum
ibu. suatu perkara yang penting tapi masih kurang diselidiki orang ialah soal
sampai dimana pemutusan ikatan-ikatan kesanak-saudaraan sebagai akibat
pendirian dusun ada pengaruhnya atas exogamie.
49
Mengenai kemungkinan membelah golongan exogaam itu karenan diadakan
suatu perkawinan, maka hal ini sebagaimana berikut. Soal dimana suatu keluarga
berdian dikerabat bapanya (patrilokaal) ataukah di kerabatnya ibu (matrilokaal)
adalah menurut kenyataannya penting sekali buat sianak, tapi perhubungan-
perhubungan menurut hokum adat dengan golongan-golongan sanak-saudara dapat
juga menerobosnya ; di Kalimantan misalnya walaupun disana ada perhubungan-
perhubungan menurut hokum ibu-bapa tapi si isteri hampir selalu, setidak2nya
sesudah lahir anaknya yang pertama, suka berdiam dalam lingkungan sendiri.
Bilamana dalam suatu keluarga tiada salah seorang dari orang tuanya,
padahal disitu ada anak-anaknya yang belum dewasa, maka dalam suatu wilayah
yang susunan sanak-saudarnya berhukum ibu-bapa seorang, orang tua yang masih
ada itu meneruskan memegang kekuasaan ibu-bapa seorang, orang tua yang masih
ada itu meneruskan memegang kekuasaan ibu-bapa melainkan bila anak-anak itu
diserahkan kepada kerabat daripada yang mati itu sebagai halnya dikalangan suku
dayak ngaju jika suaminya itu adalah orang asing.
50
Bila mana dalam wilayah berhukum ibu-bapa sedemikian itu kedua orang
tuanya tidak ada, maka wajiblah sanak-saudara atau kerabat yang terdekat daripada
salah satu segi yang berkesempatan paling baik, memelihara anak piatu itu. Justru
dalam pada itu sudah barang tentu sangat pentingnya soal dalam suasana apa anak-
anak itu terdidik di masa orang tuanya masih hidup. Juga soal pembayaran di
waktu perkawinan orang tuanya dulu berpengaruh pula atas soal pemeliharaan tadi,
sebagaimana halnya dikalangan suku dayak dikalimantan. Anak-anak yang sudah
agak besar mengambil keputusan sendiri menurut sukanya sendiri.
Bila dalam keadaan sedemikian itu meninggal dunia juga seorang orang tua
lainya itu jadi dia menyerahkan anaknya dalam lingkungan kekuasaan
kerabatnya sendiri maka lantas nampaknya tegas ketengangan antara keluarga
dan kerabat. Diminangkabau anak-anak itu tetap berada dibawah kekuasaan
kerabat ibunya (yang mati) ; bapanya akan perdulikan kepada mereka sedemikian
51
rupa sepanjang keadaaan-keadaan senyatanya mengizinkannya. Dikalangan orang-
orag batak, begitu juga dibali maka ibunya anak-anak sesudah matinya bapanya
tetap sebagi pendidik anak-anaknya itu tertinggal dalam kerabat bapanya baik
sebagai isteri daripada adik lelaki bapanya anak-anak, maupun sebagai janda.
Bila ia ingin akan kembali kekerabatnya sendiri atau akan kawin dengan
orang lain, maka dapatlah ia bercerai dari kerabat suaminya, tapi anak-anaknya
tetap berada di bawah kekuasaan kerabat bapanya tadi. Bila terjadi hidup
kekeluargaan menjadi lebih kokoh dari pada apa yang biasa sebelum itu, ialah
sebagai akibat pengembaraan atau keadaan-keadaan lainnya, maka keadaan-
keadaan yang sudah berubah itu dapat melanggar aturan pokok tadi dengan jalan
mempergunakan aturan perkecualian demikian : kecuali bila kepentingan sanak-
anak mengharuskan mereka sampai dewasanya bersama ibunya merupakan suatu
keluarga dibawah kekuasaan orang tua yaitu bunya, dan dalam suasana kehidupan
dimana mereka sudah biasa.
Tapi barang-barangnya tetap diurus oleh kerabat pihak bapa itu, walaupun
hasilnya harus diperuntukkan buat anak-anak itu. Bila kedua orang tua meninggal
dunia, maka disusunan anak saudara segi satu kekuasaan atas anak-anak artinya
baik pemeliharaan dirinya maupun barang-barangnya jatuh (tetap) pada kepala-
kepala kerabat atau tertua kerabat yang sudah menguasai keluarga itu seluruhnya.
4. PENGAMBILAN ANAK
52
Diatas tadi sudah disinggung bahwa dengan jalan suatu perbuatan hokum
dapatlah orang mempengaruhi adanya pergaulan-pergaulan yang berlaku sebagai
ikatan-ikatan kesanak-saudraan biologis yang dalam sosialnya telah ditentukan.
Yaitu pertama ; halnya kawin ambil anak.
53
penghulu-penghulu, hal ini harus terang, harus ditingkatkan dalam ketertiban
hokum masyakarat. Diminangkabau rupa-rupanya adoptie itu tidak ada, didaerah
perbatasan antara minangkabau dan mandailing terkadang sekali tempo ada, di
angkola tidak ada.
54
Ketiga : harus disebutkan bentuk pengambilan anak kemenakan-kemenakan
laki-laki dan kemenakan perempuan disulawesi, jawa dan lain-lain tempat. Adoptie
kemenakan ini adalah perkisaran dalam kerabat dalam arti luas (dibandingkan
dengan perkisaran milik tanah karena penghibahan). Pada akhirnya harus disebut
juga aturan ambil anak oleh seorang suami yang tak beranak dan yang di adopter
ialah anak2nya tiri (anak-anak isteri). Perangkatan anaknya laki-laki bini selir
menjadi anaknya lakilaki bini tua membawa perubahan kedudukannya hokum dan
memberikan kepadanya ha katas penggantian bapanya dalam martabatnya
(lampung).
Membatalkan adoptie itu pada asasnya mungkin dalam hal-hal dimana ada
kemungkinan mengusir anak ; dibali itu mungkin, karena sebab-sebab lain lahi
yang tak menyenangkan. Begitu juga dikalimantan, tapi disini diharuskan
pembayaran pelanggaran yang tinggi.
55
BAB KESEMBILAN
HUKUM PERKAWINAN
1. Bentuk perkawinan
Dapat dikatakan , bahwa menurut hukum adat maka perkawinan itu adalah
urusan kerabat, urusan keluarga, urusan masyarakat, urusan derajat dan urusan
pribadi, satu sama lain dalam hubungannya yang sangat berbeda
Perkawinan pinang
Menurut cara bagaimana perkawinan itu dilaksanakan, maka dapat dipasang satu di
samping yang lain dan satu di hadapan yang lain
56
sesudah perundingan dengan mereka yang bersangkutan atau yang bersangkutan
sesudah perundingan dengan mereka.
c. Perkawinan anak-anak
57
d. Permaduan
Setelah agama islam atau agama Kristen di peluk oleh suatu bangsa yang
berhukum tak tertulis, maka timbul lah karenannya suatu keteganggan di lapangan
hukum perkawinan. Tidak begitu karena seperti telah diutarakan tadi, ada
pertentangan antara kepercayaan dan kebiasaan dari alam peribadatan sihir yang
sudah mendarah daging di satu pihak dan ketentuan-ketentuan agama tentang
perkawinan di lain pihak.
2. PERPUTUSAN PERKAWINAN
58
yang sudah semestinya di anggap patut, dan yang diurus oleh tertua kerabat dan
penghulu masyarakat.
Talaaq ialah pengusiran terhadap si isteri oleh si suami. Sesudah jatuh satu
talak, maka mulailah masa iddah: tiga masa haid (100 hari) atau, bilamana si isteri
hamil, samapai 40 hari sesudah melahirkan anak.
59
Selama masa iddah perempuan itu tidak boleh kawin lagi, sedangkan si
lelaki tidak boleh menambah jumlah isterinya sampai lebih dari empat orang
terhitung bininya yang di talaaq itu, pula selama masa itu si perempuan ada ha
katas kehidupan, ialah nafkah dari bekas suaminya dan suami ini dapat cabut
kembali talaaq nya rujuq dan ambil kembali isterinya.
60
3. HUKUM HARTA PERKAWINAN ( HUWELIJKS GOEDEREN RECHT )
A. Harta warisan
Seorang perempuan atau laki-laki yang memiliki harta sendiri buat diri
sendiri sebelum berlangsungnya pernikahan di antara keduanya
61
besar, bila ada terdapat aturan yang tidak luluskan kesempatan untuk
mewujudkan harta berasama serupa tersebut di atas itu.
62
BAB KESEPULUH
HUKUM WARIS
Dalam hubungan yang sangat eratnya dengan apa yang telah dibicarakan
dalam bab-bab lainnya maka hukum waris adat itu meliputi aturan-aturan hukum
yang bertalian dengan proses dari abad ke abad yang menarik perhatian, ialah
proses penerusan dan peralihan kekayaan materiel dan immaterieel dari turunan ke
turunan.
Adanya harta peninggalan tetap tinggal tak dibagi-bagi itu dalam beberapa
lingkungan hukum ada hubungannya dengan aturan bahwa harta benda yang di
tinggalkan oleh kakek-kakek dan nenek-nenek itu tidak mungkin dimiliki,
melainkan secara milik bersama beserta waris lainnya, yang satu dengan yang lain
merupakan suatu kebulatan yang taka dapat terbagi-bagi.
63
meterieel anggota-anggota keluarga dalam keturunan-keturunan berikutnya
adalah pembagian-pembagian harta peninggalan di waktu masih hidup
pemiliknya.
4. Ahli waris
Ternyata dari apa yang telah diuraikan tadi, bahwa pada umumnya mereka
yang paling karib dengan generasi berikutnya, ialah mereka yang menjadi
besardalam keluarga si peninggal warisan, mereka itulah ahli waris.
64
BAB KESEBELAS
65
BAB KEDUA BELAS
Baik hak hak atas tanah, maupun hubungan hubungan hukum di antara
perseorangan adalah menurut hukum adat tergantung pengaruh lamanya waktu.
Jangka waktu yang ditetepkan tahunan sesudah manah waktu hak dapat diperoleh
atau menjadi lenyap, haknya dimana terdapat di mana penetapan jangka waktu
sedemikian itu sungguh terjadi, ialah oleh perundangan desa (Bali), oleh peraturan
raja.
Oleh pengaturan pangreh praja, atau oleh keputusan hakim kerajaan atau
keputusan hakim gubernemen. Dalam hukum tak tertulis dari pada masyarakat
hukum, maka yamg menyebabkan seseorang tak dapat melakukan hak yang ia
katakan ada padanya-dan yang sebaliknya menyebabkan pihak lainnya menjadi
aman oleh karenanya ialah : perubahan yang nyata disebabkan karena lamanya
waktu, misalnya perubahan keadaanya tanah, atau tidak demikian karena sudah
tidak teringatnya lagi teringatnya peristiwa sebenarnya yang terjadi pada waktu
yang sudah lama lampaunya.
Hak atas pohon pohon yang tumbuh di rimba menjadi lenyap bila mana
tanda yang diparangkan padanya itu telah tertutup kembali oleh kulit kayunya yang
66
baru tumbuh kembali. Hak terdahulu (voonkeursrecht) dari pada si pembuka tanah
dapat menjadi lenyap bilamana tanda larangannya (verbodsteken) sudah hilang.
Tapi diluar suatu batas tertentu dan dalam hubungan di luar situ lebih juga
terhadap pembayaran berkalamaka memang terdapat pengaruh sikap diam dan
sikap dingin dari pada sipenagih hutang ; aturan hukum yang berlaku dari pada
seharusnya lebih lanjut ditentukan dalam putusan.
Pertama memang dianggap benar, bahwa hak madi (materiele rechten) atas
tanah menjadi lenyap misalkan karena dilalaikannya dalam waktu yang lama, atauu
67
hak itu dapat terbit karena berlangsungnya sampai lama kedanya yang syatanya,
keadaanya mana sesuai pelaksanaan sesuatu hak : juga, bahwa hutang tidak dapat
ditagih lagi karena si penagih hutang kelamaan berdiamkan diri. Dalam hukum
adat akan sesalu diperhitungkan lamanya waktu dan apa yang akan terjadi dalam
waktu itu setelah di pertimbangkan menurut kepatutan -: dan tidak di
perhitungkan jumblahnya tahun yag pasti, walaupun tidak mustahil bahwa
dikalangan yang penuduknya paling lama makin banyak menghitung dengan
almanak dan tahun, keputusan atas soal terakhir ini akan dianut orang juga.
68
Ketiga, hakim dalam memeriksa perkara dapat menganggap tidak perlu lagi
si penggugat membuktuikan gugatanya, ialah hanya berdasarkan hanya atas satu
satunya pendirian si penggugat sendiri, bahwa ia dalam perkara ini hanya menuntut
suatau hak yang timbul dari suatu peristiwa yang timbul dimasa yang sudah amat
lama lampan : hakim dalam pada itu dapat menolak memeriksa perkaranya itu
karena perkara lama, karena kadaluarsa.
69
BAB KETIGA BELAS
BAHASA HUKUM.
Sebuah lukisan hukum adat dalam bahasa belanda harus dengan susah payah
menempuh kesukaraan yang di sebabkan karena bahsa belanda adalah satu satunya
bahasa yang ,,memang cocok buat hukum belanda saja. Suatu pembangunan
lanjutan secara keilmuan dari pada susunan hukum yang berdasarkan atas
pengertian tentang hukum belanda, dalam pada itu dengan sendirinya musti
bertujuan membersihkan bahasa hukum belanda.
Lebih tegas lagi (karena keduanya ini adalah satu) : untuk selalu
menyadarkan diri lebih dalam dan untuk membuat dirinya sadar tentang bagian
umunya dan bagian kesatuan khususnya kesatuan hukum belanda (sebagai sudut
khusus dari pada hukum dalam arti kata yang umum) yang dunamis dan berlaku,
maka orang harus mempergunakan bahasa hukum belanda yang oleh karena itu
selalu menuju kemurniannya.
Pekerjaan ini dijalankan dalam hubungan bertimbal balik oleh rakyat dan
oleh para ahli hukum (yang termasuk golongan rakyat) sebagai bahsa hukum
rakyat dan bahasa hukum teknis, yang dinederland menimbulkan bahasa undang
undang dalam susunannya yang istimewa dan yang ber tak kebebasan yang nisbi
(betrekkelijkezelfstandigheid) pula. Suatu bahasa hukum yang murni itu bukannya
suatu barang yang dapat diperoleh dan dapat dioertahankan sebagai milik tetp
sekaligus pada suatu hari, melaikan ia adalah suatu peroses yang berlangsung terus
dan tak pernah berakhir.
70
Apa yang dalam bahasa rakyat sebagai keinginan hukum dan yang dalam
keputusan hakimrakyat sebagai hukum yang berlakudinyatakan dengan bahasa
yang tak sempurna dipikiranya itu, dipikirkan lebih lanjut, difahami dan ditentukan
lebih lanjut dalam bahasa yang telah disaring oleh ahli hukum, oleh hakim jabatan,
oleh pengundang undang (bila ia ada seorang ahli hukum) dan oleh ilmu
pengetahuan. Apa yang disumbangkan oleh hukum yang berlaku oleh para ahli
hukum, hakim dan oleh para pengundang undang, adalah sumbangan berupa
bahasa hukum yang telah disaring, itupun sepanjang pengertian mereka
mengijinkannya.
Dengan adanya ketidak cermatan sebagai akibat berubah dari pada hukum,
disamping ketidak banyakan kecermatan karena pengertian yang kurang sempurna
(dari fihak rakyat dan fihak yurist (semua) ) maka gal ini dapat dimengerti, dimana
dan akan selalu terus begitu keadaanya. Oleh karena itu istilah hukum belanda
yang ada pada waktu sekarang ini penting artinya pertama dalam proses yang
tersebut tadi.
Pertama : perkembangan teknis secara sabar dari pada bahasa yang dipakai
untuk menyebutkan hubungan hukum dan perbuatan hukum adalah memang disana
sini (batak,minangkabau,sunda) sudah berlangsung dengan cara sendiri, tapi
dimana ada ketinggalan dibanding dengan pembentukan kelas ahli hukum
(juristenstand) anak negeri pada masa sekarang, itupun, sudah barang tentu, karena
bentukan itu berlangsung dalam bahasa belanda dan inisiatif untuk menyadur
bahasa sendiri sampai sekarang tidak ada.
Untuk ini maka buah tangan vergouven tentang batak toka yang berisi kata
buat bagian hukum yang penting lebih berjasa dari pada lain orang, dan korn minta
perhatian untuk bahasa hukum bali yang sudah berkembang sampai suatu tingkatan
71
tertentu, pula ia minta perhatian untuk pengaruh yang merusak dari pada bahasa
melayu sekarang yang terpakai dipengadilan peribumi. Pada suatu saat para ahli
hukum indonesia akan harus mengerti bahasa pribumi tadi dan mereka akan terus
berusaha mempelajarinya apa yang perlu untuk dapat lebih memahami cara
pembedaanya pribumi dan faham hukum pribumi. Diperingankan kiranya misalnya
akan sekian banyak sebutan mengenai delik dan pembayaran delik, yang orang
belanda yang mempelajari hukum adat masih sedikit dapat mempergunakanya.
72
BAB KEEMPAT BELAS.
Tiada suatu alasanpun juga untuk menyebut barang sesuatu dengan nama
,,hukum selainya apa yang diputuskan sebagai ,,hukum oleh pejabat masyarakat
yang bertugas menetapkan dalam keputusanya bagaimana hukumnya kira dengan
kata demikian itu orang ingris gray pada hemat saya, juga terhadap hukum adat,
memberi jawaban yang tepat atas pertanyaan, bilamanakah secara teoritis orang
dapat menamakan hukum adat yang berlaku ( gelden adat recht) (berhadap dengan
adat), dan kaidah hukum tak tertulis yang berlaku (geldende ongeschreven rechts
normen) berhadapan dengan hukum tak tertulis yang diambil oleh pendukung
kekuasaan, ialah penghulu rakyat, keputusan mana selalu dapat dan harus
ditafsirkan tidak hanya sebagai keputusan yang kongkrit, melainkan juga sebagai
suatu kaidah untuk suatu perkara yang ,,sama (yaitu perkara yang mengandung
kejadian yang bersagkutan dengan itu, jadi perkara yang seberapa jauh sama).
Tapi kaidah hukum serupa itu tidak semua sama padatnya : bertambah dan
berkurangnya padatnya itu tergantung dari : apakah disokongnya oleh soal ada
pertalianaya atau tiada pertalianya secara sistem dengan kaidah lainya (karena
sistimnya), apakah disokong oleh penghargaan baik atau kurang baik oleh
kenyataan sosial (sociale werkelijkheid) dan oleh syrat prikemanusiaan, atau
apakah disokong oleh keputusan yang sama sejumlah besar atau sejumblah kecil.
73
Faktor mana kesemuanya dapat memperkuat atau memperlemah satu sama
lain. Barang siapa yang memberi keputusan oleh karena itu harus benar sadar akan
tanggung jawabnya bahwa ia adalah unsur dalam pembentukan hukum. Karena
fungsinya haruslah ia, dari sebab ia adalah pembesar masyarakat, memberi
keputusan sedemikian rupa sehingga dapat disalurkan dari padanya : kaidah
(keputusan yang ditafsirkan sebagai kaidah) yang menurut keyakinannya akan
berlaku dalam lingkungan dimana ia mengadili itu, yaitu pertama untuk perkara
yang kongkrit itu. Tapi juga untuk semua perkara lainya yang seberapa jauh
mengandung kejadian yang sama dan yang bersangkutan (relevant) (dalam
keadaan sosial yang sama dan yang bersangkutan pula).
Demikian lah tugas hakim menurtut hukum adat : baik tugas hakim rakyat,
maupun tugas hakim pemerintah. Pada haketnya tiada perbedaan dalam fungsi
mereka bagaimana besarnya mungkin perbedaanya dalam kesadaran mereka
mengenai apa yang tindakan (yang harus ditindakan) . penghulu rakyat hakim
masyarakat yang tumbuh dari dalamnya bertindak (kalau dikatakan dengan tajam)
menurut intuisi (intuitief) kearah kaidah yang dirumuskan di atas tadi ; hakim
pemerintah yang datang dari luar dan yang berpendidikan akademisi (kalau
dikataan dengan tajam) menjadi dasar akan kaidah yang berlaku untuk dia karena
insyaf akan tugasnya secara theoritis.
Kekuatan struktural dari pada hukum adat. Pertahanan diri yang ulet dari
hukum adat terhadap pengingkaran dan pelanggaran bahkan dari pihak
pengundang pusat. Hakim dan pejabat pemerintah, kesemuanya itu tidak dapat
diterangkan sebab apa, selainya oleh karenya adanya ketertiban hukum masyarakat
kecil, yang dipelihara dengan jalan keputusan penghulu rakyat dan pendukung
kekuasaan adat dalam prakteknya sehari bila ada suatu perbuatan hukum atau bila
timbul perselisihan.
74
Kewajiban yang dibebankan atas pundak hakim pemerintah untuk mengadili
menurut hukum adat berarti kewajiban untuk melakukan apa yang dalam
ketertiban hukum pribumi sudah menjadi ,,hukum yang berlaku dengan
sendirinya, yang olehnya dipahami menurut sistemnya dan olehnya dibangun terus
menurut sitemnya pila : berarti dalam menyelidiki dapat bertahan atau tidaknya
suatu kaidah yang sudah diketemukan begitu juga dalam hal membuatnya
keputusan sepanjang belum ada pembentukan hukumnya memakai sebagi titik
pangkal : kenyataan sosial dari pada penduduk rakyat pribumi.
Oleh karena ahli hukum yang berpendidikan terlalu kebaratan belum cukup
siap untuk tugas itu, oleh karena organisasi dari pada kekuasaan kehakiman kurang
menyokong terlaksananya tugas itu (walaupun dalam hal ini sudah ada perbaikan
banyak), maka dari itu akibatnya ialah : kurangnya penghargaan dan ketiada
pengakuannya nilai hukum sebenarnya dari kepada keputusan hakim (lebih
keputusan landraad) hal mana walaupun demikian tak mengurangi sedikitpun arti
keputusan itu yang principeel.
Harus dipikirkan, bahwa hakim gubernemen pun nomor satu juga harus
memutuskan (dalam rangka wewenangnya) itu pun berdasarkan hakiki fungsinya,
maupun berdasarkan peraturan undang undang. Ia dilarang mengadili
(rechtsweigering) . ia harus memutus menurut hukum, ia harus memberi keputusan
hukum dalam perhubungan, dimana ia menjalankan tugasnya. Kewajiban tersebut,
ialah memberikan keputusan hukum, membuat keputusannya menjadi (kaidah)
hukum dan menuntut dari padanya cara bekerja yang diuraikan di atas tadi.
Dari uraian ini tak dapat sama sekali diambil kias jangankan diambil kias
secara patut suatu dalil, bahwa hakim itu cukup hanya meninjau keputusan dahulu
saja, cukup mengambil kumpunya yurisprudensi saja untuk dibacanya.
75
Juga tidak dikatakan dalam uraian itu, bahwa seakan tugas hakim itu semata
hanya terdiri dari pembikinan keputusan hukum, dan tidak terdiri dari
mengusahakan (dengan seagala daya upay) tercapainya penyelesaian perdamaian
(schikkingen) ; hal itu adalah diluar acara pembicaraan dalam soal ini.
Dalam buku ini telah dicoba untuk melakukan susunan (stelsel) hukum adat
indonesia. Lukisan susunan itu saban diperkuat dengan jalan penyebutan kaidah
hukum adat sebagai kaidah yang berlaku, hanya buat sebagia dapat disebutkan
keputusan yang menjadi dasar kaidah itu ; buat bagian terbesar maka pemberitaan
kaidah hukum adat itu berdasarkan atas pengetahuan dari kesusteraan, jadi dari
tangan kedua dan saya hanya pilih pemberitaan yang dapat hemat saya tahanuji
terhadap dapat atau tidak dapat diterimanya, itu pun berhubung dengan susunan
76
hukum, kenyataan sosial dan syrat perikemanusian, sebagaimana kesemuanya itu
nampak pada saya dan menimbulkan penghargaan saya terhadapnya.
77
BAB KELIMA BELAS.
Pusat kesusasteraan hukum adat buku penutup dari pada masa lampau,
pondamen buat masa depan adalah akan tetap buat selamanya buah tangan yang
agung dari pada VAN VOLLENHOVEN : ,,het adatrecht van nederlandsch-indie
jilid 1 1906 1918.
Bila ditinjau ke arah lainya maka jilit dari pada kitabnya van vollenhoven itu
tetep dapat disebut pusatnya pelukisan hukum adat dan kesusasteraan hukum adat,
karena kesusasteraan yang terbit sesudah itu seluruhnya berdasarkan atas urainya
78
secara sistem itu ; peristiwa dan penglihatan baru yang mendatang benar juga
memperluas sistimnya, menanmbahnya, disana sini sekedar mempertegakanya,
akan tetapi pada hakekatnya tidak sedikitpun dapat merombaknya.
79