KABINET PRESIDENSIAL
Pengertian, Sistem Dan Kabinet Presidensial Serta Tugasnya Sistem presidensial (presiden),
juga disebut sistem kongres, sistem pemerintahan republik di mana kekuasaan eksekutif dipilih
melalui pemilu dan memisahkan kekuasaan legislatif.
Kedaulatan negara dipisahkan (separation of power) menjadi tiga cabang kekuasaan, yakni
legislatif, eksekutif, dan yudikatif, yang secara ideal diformulasikan sebagai Trias Politica oleh
Montesquieu.
Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat untuk masa kerja yang lamanya
ditentukan konstitusi.
Konsentrasi kekuasaan ada pada presiden sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan.
Dalam sistem presidensial para menteri adalah pembantu presiden yang diangkat dan
bertanggung jawab kepada presiden.
Sistem Presidensial
Disebut sistem presidensial, bentuk pemerintahan harus memiliki tiga unsur, yaitu:
Presiden terpilih yang di pilih oleh rakyat
Presiden sekaligus menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, dan dalam
posisi ini mengangkat pejabat pemerintah yang bersangkutan.
Presiden harus dijamin memiliki kekuasaan legislatif oleh konstitusi atau konstitusi.
Sistem Presidensial
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat dijatuhkan
karena rendah subjektif seperti kurangnya dukungan politik. Tetapi tidak ada mekanisme untuk
mengontrol presiden. Jika presiden melanggar konstitusi, pengkhianatan, dan melibatkan
masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Ketika ia dipecat karena pelanggaran tertentu,
biasanya seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.
Model ini diadopsi oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-negara
Amerika Latin dan Amerika Tengah.
Ciri-ciri pemerintahan presidensial, yaitu:
Dipimpin oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara.
Kekuasaan eksekutif diangkat menjadi presiden oleh demokrasi rakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
Presiden memiliki hak prerogatif (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan
menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
Menteri yang bertanggung jawab hanya untuk kekuasaan eksekutif (tidak kekuasaan
legislatif).
Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
Kekuasaan eksekutif tidak bisa dipaksakan oleh legislatif.
Kelebihan dan kelemahan dari sistem presidensial
Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:
Cabang eksekutif adalah posisi yang lebih stabil karena tidak tergantung pada parlemen.
Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, istilah
presiden AS empat tahun, Presiden Filipina adalah enam tahun dan Presiden Indonesia
adalah lima tahun.
Penyusunan program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
Legislatif bukan tempat regenerasi untuk posisi eksekutif karena dapat diisi oleh orang
luar, termasuk anggota parlemen.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial:
Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan
kekuasaan mutlak.
Sistem Akuntabilitas kurang jelas.
Pengambilan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara
eksekutif dan legislatif, sejauh tidak keputusan tegas
Membuat keputusan memakan waktu yang lama.
Sistem Semipresidensial
Sistem semipresidensial adalah sistem pemerintahan yang menggabungkan kedua sistem
pemerintahan presidensial dan parlementer.
Sistem ini juga disebut dengan Dual Eksekutif (Eksekutif Ganda). Dalam sistem ini, presiden
dipilih oleh rakyat sehingga memiliki kekuasaan yang kuat. Presiden melaksanakan kekuasaan
bersama-sama dengan perdana menteri.
Sistem ini digunakan oleh Republik Kelima Perancis
Ciri-ciri pemerintahan semipresidensial yaitu:
Dari presidensial
Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
Dari parlementer
Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala
negara dikepalai oleh presiden.
Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
Kabinet Presidensial
Kabinet Presidensial adalah kabinet pertama dibentuk di Indonesia setelah Proklamasi
Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Kabinet pertama ini hanya formal dan tidak dapat
melaksanakan roda pembangunan dan pemerintahan.
Nama kabinet pertama ini yang juga sering dieja Kabinet Presidentiil. Dinamakan demikian
karena setelah kemerdekaan, Indonesia telah mengadopsi sistem presidensial di mana presiden
berfungsi sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Tugas Presiden sebagai Kepala Negara:
Kepala negara adalah orang yang memimpin negara dan sebagai simbol resmi negara Indonesia
di dunia yang memiliki tugas sebagai berikut:
Membangun dan mengajukan anggota hakim konstintusi.
Mengambil duta dan konsul ke negara-negara lain dengan pertimbangan DPR.
Menerima duta besar dari negara-negara lain dengan pertimbangan DPR.
Memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan pertimbangan Mahkamah Agung / MA.
Memberikan Amnesti dan Abolisi Rehabilitasi dengan pertimbangan DPR.
Memegang kekuasaan tertinggi dari Angkatan Udara / Angkatan Udara, Angkatan Darat /
TNI dan Angkatan Laut / Angkatan Laut.
Menyatakan keadaan bahaya bahwa istilah yang ditetapkan oleh hukum.
Menyatakan perang dengan bangsa lain, perdamaian dengan negara dan perjanjian
dengan negara lain dengan persetujuan DPR lainnya.
Buatlah kesepakatan mengenai kehidupan banyak orang, mempengaruhi beban keuangan
negara dan atau memerlukan revisi / pembentukan UU harus mendapat persetujuan
parlemen.
Memberikan judul, dekorasi, kehormatan dan diatur oleh Undang-Undang
Menetapkan calon Hakim Agung yang diajukan oleh / Komisi Yudisial KY dengan
persetujuan DPR.
Saat membuka anggota BPK dipilih atas dasar Parlemen DPD.
Membentuk Dewan Pertimbangan yang memiliki tugas memberikan saran dan
pertimbangan kepada Presiden diatur oleh hukum.
2. MAKNA KEMERDEKAAN
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 menyimpan arti dan makna yang mendalam bagi bangsa
Indonesia. Betapa tidak, berabad-abad lamanya negara ini diduduki, dikuasai dan dijajah bangsa
asing mulai dari Portugis, Spanyol, Inggris, Verenigde Oostindische Compagnie (VOC),
Belanda, hingga Jepang.
Para pejuang dan pahlawan bangsa beradarah-darah mempertaruhkan segala jiwa dan raganya
supaya Nusantara ini terbebas dari penjajahan, merdeka! Kita bisa bekerja, sekolah, beribadah
dan berbuat segala sesuatu dengan tenang setelah kemerdekaan itu diraih.
Maka, tugas generasi bangsa saat ini adalah bagaimana kemerdekaan itu menjadi modal
pembangunan nasional. Pembangunan di bidang infrastruktur, pendidikan, ekonomi, sosial-
budaya, politik, teknologi, dan lain sebagainya.
Makna kemerdekaan sebagai modal pembangunan nasional akan tercapai bila pembangunan itu
ditujukan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia seutuhnya, bukan untuk
investor asing. Indonesia adalah negara matirim, negara agraria, dan negara industri dengan
sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah ruah.
Kekayaan Nusantara itu menjadi incaran negara-negara di dunia dengan menguasai kilang
minyak, pertambangan, kelapa sawit, semen, dan sejumlah komoditas penting yang tidak
dipunyai negara lain. Mereka menguasai pusat sumber daya alam Indonesia dengan alasan
investasi.
Para pemimpin bangsa pembuat kebijakan regulasi pun rata-rata memuluskan para investor
asing, karena mendapatkan uang yang tidak sedikit. Dalihnya pun sama, yaitu investasi. Maka,
bentuk penjajahan baru di Indonesia saat ini adalah kapitalisme.
Sumber kekayaan Nusantara yang diberikan Tuhan dan dirawat dengan baik oleh para leluhur
bangsa, diperjuangkan para pahlawan, sekarang harus terjual dan dinikmati bangsa asing. Maka,
pembuat kebijakan seperti bupati atau gubernur yang mengesahkan penjajahan baru berkedok
investasi itu bisa disebut orang penghianat.
Persis pada zaman kolonialisme Belanda, Bupati dan para penguasa adalah orang-orangnya
Kolonialisme Belanda. Bupati dan para penguasa ikut memerangi para pejuang yang melakukan
pemberontakan pada pemerintah Hindia-Belanda. Di mata mereka, pejuang kemerdekaan adalah
pemberontak. Itu terjadi pada tahun 1800-an atau era perjuangan Pangeran Diponegoro.
Dalam kehidupan sosial, pastilah ada norma yang mengatur kehidupan tersebut. Sebagai
makhluk sosial, manusia lahir, berkembang, dan meninggal dunia dalam masyarakat. Setiap
individu berinteraksi dengan individu atau kelompok lainnya. Interaksi yang dilakukan manusia
senantiasa didasari oleh aturan, adat, atau norma yang berlaku dalam masyarakat.Dalam hidup
bernegara diatur dengan norma hukum yang berbeda dengan norma-norma lainya. Persamaannya
adalah norma-norma tersebut mengatur tata tertib dalam masyarakat, sedangkan perbedaannya
terletak pada sanksinya. Dalam kehidupan bernegara, norma hukum memiliki peranan yang lebih
besar karena mengikat dan memaksa seluruh warga negara dan para penyelenggara negara.
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Apa
yang dimaksud dengan negara hukum? Pelajari beberapa pendapat berikut.
1. Negara hukum adalah negara yang mendasarkan segala sesuatu, baik tindakan maupun
pembentukan lembaga negara pada hukum tertulis atau tidak tertulis.
2. Menurut A.V. Dicey, negara hukum mengandung tiga unsur berikut ini.
Supremacy of law. Dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan sehingga
seseorang warga boleh dihukum jika melanggar hukum.
Equality before of law. Setiap orang sama di depan hukum tanpa melihat status dan
kedudukannya, baik bagi rakyat maupun pejabat.
Human rights. Diakui dan dijaminnya hak-hak asasi manusia dalam undang-undang atau
keputusan pengadilan.
3. Jaminan UUD 1945 bahwa Indonesia sebagai negara hukum dapat ditemukan dalam UUD
1945.
Pasal 1 ayat (3) tentang Indonesia sebagai negara hukum.
Pasal 27 ayat (1) tentang prinsip equality before of law dan pasal lain yang disertai
dengan kata undang-undang, seperti Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (1).
Sebagai negara hukum, tentu bangsa Indonesia menerapkan aturan hukum dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Setelah kalian memahami negara hukum, kalian juga harus memahami, menyadari, dan
melaksanakan hukum tersebut.
Hukum memiliki sifat memaksa dan mengatur. Oleh karena itu, norma hukum lebih ditaati oleh
masyarakat daripada norma lainnya. Hukum dapat memaksa seseorang untuk menaati tata tertib
yang berlaku di dalam masyarakat dan terhadap orang yang tidak mentaatinya diberikan sanksi
yang tegas. Suatu ketentuan hukum mempunyai tugas untuk:
1. menjamin kepastian hukum bagi setiap orang di dalam masyarakat.
2. menjamin ketertiban, ketentraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran, kebahagiaan, dan
kebenaran; serta.
3. menjaga agar tidak terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam kehidupan masyarakat.
Seandainya dalam masyarakat tidak ada aturan yang mengatur kehidupan masyarakat, tentu
kehidupan masyarakat akan tidak tertib dan timbul kekacauan di mana-mana.
Info
Kewarganegaraan
Negara Indonesia merupakan negara hukum. Seluruh warga negara harus taat dan tunduk
pada hukum yang berlaku. Menaati norma dan hukum yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan menciptakan ketertiban dan keadilan. Hal
itu sesuai dengan tujuan dibentuknya hukum, yaitu untuk menciptakan ketertiban dan
keadilan.
Membayar pajak merupakan salah satu bentuk ketaatan warga negara terhadap norma
hukum. Dengan membayar pajak maka pemerintah dapat melaksanakan pembangunan di
seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan diarahkan untuk menciptakan kesejahteraan
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Arti Proklamasi
Proklamasi yaitu pernyataan bangsa Indonesia kepada diri sendiri maupun kepada dunia luar
bahwasanya Indonesia telah merdeka. Hal ini dapat dilihat pada :
1. Bagian pertama (alinea pertama) Proklamasi Kemerdekaan (Kami bangsa Indonesia
dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia) mendapat penegasan dan penjelasan
pada alinea pertama sampai dengan alinea ketiga Pembukaan UUD 1945.
2. Bagian kedua (alinea kedua) Proklamasi Kemerdekaan (Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya) yang merupakan amanat tindakan yang segera harus
dilaksanakan yaitu pembentukan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Pembukaan UUD 1945
"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan."
"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya."
"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
2. Dalam proklamasi dan pembukaan UUD 1945 menjelaskan bahwa rakyat Indonesia ingin
mencapai cita-cita nasional yaitu menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
7. LEMBAGA EXECUTIVE
LEMBAGA EKSEKUTIF ( SISTEM POLITIK INDONESIA )
Lembaga Eksekutif
Eksekutif berasal dari kata eksekusi (execution) yang berarti pelaksana. Lembaga
eksekutif adalah lembaga yang ditetapkan untuk menjadi pelaksana dari peraturan perundang-
undangan yang telah dibuat oleh pihak legislatif. Kekuasaan eksekutif biasanya dipegang oleh
badan eksekutif. Eksekutif merupakan pemerintahan dalam arti sempit yang melaksanakan
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan haluan negara, untuk mencapai tujuan negara yang telah ditetapkan sebelumnya.
Organisasinya adalah kabinet atau dewan menteri dimana masing-masing menteri memimpin
departemen dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.
Menurut tafsiran tradisional azas Trias Politica yang dicetuskan oleh Montesquieu, tugas
badan eksekutif hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh badan
legislatif serta menyelenggarakan undang-undang yang dibuat oleh badan legislatif. Akan tetapi,
dalam pelaksanaannya badan eksekutif leluasa sekali ruang-geraknya. Zaman modern telah
menimbulkan paradoks, bahwa lebih banyak undamg-undang yang diterima oleh badan legislatif
dan yang harus dilaksanakan oleh badan eksekutif, lebih luas pula ruang lingkup kekuasaan
badan eskekutifnya.
Secara umum arti lembaga eksekutif adalah pelaksanaan pemerintah yang dikepalai oleh
presiden yang dibantu pejabat, pegawai negeri, baik sipil maupun militer. Sedangkan wewenang
menurut Meriam Budiardjo mencangkup beberapa bidang: Diplomatik: menyelenggarakan
hubungan diplomatik dengan negara-negara lainnya. Administratif: melaksanakan peraturan
serta perundang-undangan dalam administrasi negara. Militer: mengatur angkatan bersenjata,
menjaga keamanan negara dan melakukan perang bila di dalam keadaan yang
mendukung. Legislatif: membuat undang-undang bersama dewan
perwakilan. Yudikatif:memberikan grasi dan amnesti.
Fungsi-fungsi kekuasaan eksekutif ini garis besarnya adalah : Chief of state, Head of
government, Party chief, Commander in chief, Dispenser of appointments, dan Chief legislators.
a. Eksekutif di era modern negara biasanya diduduki oleh Presiden atau Perdana
Menteri. Chief of State artinya kepala negara, jadi seorang Presiden atau Perdana Menteri
merupakan kepada suatu negara, simbol suatu negara. Apapun tindakan seorang Presiden
atau Perdana Menteri, berarti tindakan dari negara yang bersangkutan. Fungsi sebagai
kepala negara ini misalnya dibuktikan dengan memimpin upacara, peresmian suatu
kegiatan, penerimaan duta besar, penyelesaian konflik, dan sejenisnya.
b. Head of Government, artinya adalah kepala pemerintahan. Presiden atau Perdana
Menteri yang melakukan kegiatan eksekutif sehari-hari. Misalnya mengangkat menteri-
menteri, menjalin perjanjian dengan negara lain, terlibat dalam keanggotaan suatu
lembaga internasional, menandatangi surat hutang dan pembayarannya dari lembaga
donor, dan sejenisnya. Di dalam tiap negara, terkadang terjadi pemisahaan fungsi antara
kepala negara dengan kepala pemerintahan.
c. Party Chief berarti seorang kepala eksekutif sekaligus juga merupakan kepala dari
suatu partai yang menang pemilu. Fungsi sebagai ketua partai ini lebih mengemuka di
suatu negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer. Di dalam sistem
parlementer, kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri yang berasal dari partai
yang menang pemilu.
d. Commander in Chief adalah fungsi mengepalai angkatan bersenjata. Presiden atau
perdana menteri adalah pimpinan tertinggi angkatan bersenjata. Seorang presiden atau
perdana menteri, meskipun tidak memiliki latar belakang militer memiliki peran ini.
Namun, terkadang terdapat pergesekan dengan pihak militer jika yang menjadi presiden
ataupun perdana menteri adalah orang bukan kalangan militer.
e. Dispenser of Appointment merupakan fungsi eksekutif untuk menandatangani
perjanjian dengan negara lain atau lembaga internasional. Dalam fungsi ini,
penandatangan dilakukan oleh presiden, menteri luar negeri, ataupun anggota-anggota
kabinet yang lain, yang diangkat oleh presiden atau perdana menteri.
f. Chief Legislation, adalah fungsi eksekutif untuk mempromosikan diterbitkannya
suatu undang-undang. Meskipun kekuasaan membuat undang-undang berada di tangan
DPR, tetapi di dalam sistem tata negara dimungkinkan lembaga eksekutif
mempromosikan diterbitkannya suatu undang-undang oleh sebab tantangan riil dalam
implementasi suatu undang-undang banyak ditemui oleh pihak yang sehari-hari
melaksanakan undang-undang tersebut.
Orde lama adalah sebutan bagi orde pemerintahan sebelum orde baru yang dianggap
tidak melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen yang ditandai dengan
diterapkannya Demokrasi Terpimpin di bawah kepemimpinan Soekarno. Presiden Soekarno
sebagai tokoh sentral orde lama adalah Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, bahkan ia
bertindak sebagai pemimpin besar revolusi.
Kekuasaan Eksekutif Masa Demokrasi Kontitusional (1945-1959)
Sistem parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan diproklamirkan
dan kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 ,dan1950, ternyata kurang cocok
untuk Indonesia meskipun dapat berjalan secara memuaskan dalam beberapa negara Asia lain.
Persatuan yang dapat digalang untuk salalu menghadapi musuh bersama menjadi kendor dan
tidak dapat dibina menjadi kekuatan-kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan tercapai. Karena
lemahnya benih-benih demokrasi sistem parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-
partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Undang-Undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer di mana
badan eksekutif yang terdiri atas presiden sebagai kepala negara konstitusional dan mentri-
mentrinya mempunyai tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai-partai politik setiap
kabinet berdasarkan koalisi yang berkisar pada pada satu atau dua partai besar dengan beberapa
partai kecil.
Koalisi ternyata kurang mantap dan partai-partai dalam koalisi sewaktu-waktu tidak
segan menarik dukungannya. Di lain phak partai oposisi, tidak mampu berperan sebagai oposisi
yang kontruktif, tetapi hanya menonjolkan segi-segi negatif dari tugas oposisi.
Umumnya kabinet dalam masa pra pemilu yang diadakan pada tahun 1955 tidak dapat
bertahan lebih lama dari rata-rata delapan bulan, dan hal ini menghambat perkembangan
ekonomi dan politik oleh karena pemerintah tidak mendapat kesempatan untuk menjalankan
programnya. Pun pemilu tahun 1955 tidak membawa stabilitas yang diharapakan, bahkan tidak
dapat menghindarkan perpecahan yang paling gawat antara pemerintah pusat dan beberapa
daerah.
Faktor-faktor semacam ini, ditambah dengan tidak adanya anggota-anggota partai-partai
yang tidak tergabung dalam konstituante untuk mencapai konsensus mengenai dasar negara
untuk Undang-undang Dasar baru, mendorong Ir. Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Presiden
5 Juli 1959 yang menentukan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini menjadi
awal dari masa demokrasi terpimpin yang menggantikan masa demokrasi kontitusional.
1. Aspek Ekonomi
Advertisement
Dampak positif sistem desentralisasi dari segi ekonomi adalah pemerintah daerah dapat
dengan mudah mengelola SDA yang dimilikinya, sehingga pendapatan daerah dan
pendapatan masyarakat meningkat.
Dampak negatif sistem desentralisasi dalam aspek ekonomi adalah dapat menimbulkan
KKN jika terdapat pejabat daerah (tidak benar).
2. Aspek Sosial Budaya
Dampak positif sistem desentralisasi pada aspek sosial budaya adalah dapat memperkuat
ikatan sosial budaya daerah dan mengembangkan kebudayaan dimiliki setiap daerah.
Dampak negatif sistem desentraliasi pada aspek sosial budaya adalah setiap daerah
berlombang-lomba untuk menonjolkan kebudayaannya. Sehingga secara tidak langsung,
dapat melunturkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia itu sendiri.
3. Aspek Keamanan
Dampak positif sistem desentralisasi dari segi keamanan adalah suatu upaya untuk
mempertahankan NKRI dengan kebijakan kebijaksanaan dapat meredam setiap daerah
untuk memisahkan diri dengan NKRI.
Dampak negatif sistem desentralisasi dari segi keamanan adalah desentralisasi juga dapat
berpotensi konflik antar daerah, jika terdapat daerah yang kurang puas dengan sistem
yang menyangkut NKRI.
4. Aspek Politik
Dampak positif sistem desentralisasi dalam bidang politik adalah daerah lebih aktif dalam
mengelolah daerahnya karena sebagian besar keputusan dan kebijakan berada dan
diputuskan di daerah tersebut.
Dampak negatif sistem desentralisasi bidang politik adalah terdapat euforia berlebihan
jika kewenangan tersebu disalah gunakan untuk kepentingan golongan dan kelompok
tertentu demi kepentingan pribadi atau oknum. Hal ini sulit dikontrol pemerintah di
tingkat pusat.
C. Dekonsentrasi
Dekosentrasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintahan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah yaitu gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau ke instansi vertikal di
wilayah tertentu. Kewenangan tersebut hanya sebatas wewenang administrasi, sedangkan
wewenang politik tetap berada di tangan pemerintah pusat. Dekonsentrasi adalah perpadungan
dari sentralisasi dan desentralisasi. Dasar hukum dekosentrasi diatur dalam peraturan pemerintah
Republik Indonesia No. 39 Tahun 2001 tentang pembagian wilayah dan wewenang yang harus
dijalankan oleh badan-badan dari pemerintah tersebut.
Tujuan Sistem Dekosentrasi
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan
Pengelolaan pembangunan dan peayanan terhadap kepentingan umum
Terpeliharanya komunikasi sosial kemasyarakatan dan sosial budaya dalam sistem
administrasi negara
Adanya kerharmonisan dalam keselarasan pelaksanaan pembagunan nasional
Terpeliharanya keutuhan NKRI
Contoh Sistem Dekosentrasi
Kantor pelayanan pajak
Penyelenggaraan dinas perhubungan
Penyelenggaraan dinas pekerjaan umum
Namun sadarkah kita bahwa dibalik kebebasan tersebut, ada terselubung suatu hal yang harus
kita hargai yaitu tanggung jawab yang penuh atas segala ide, tindakan yang kita lakukan tersebut
agar tidak merugikan pihak lain? Banyak dari kita mungkin tidak menyadari hal tersebut. Kita
merasa terkekang dengan kata yang disebut tanggung jawab tersebut.
Banyak orang merasa kebebasan tersebut adalah hak mereka yang harus meraka peroleh, tanpa
memikirkan efek negatif yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut. Tidak sedikitpun terlintas
dalam pikiran mereka hal-hal apa yang akan timbul dari perbuatan tersebut. Misalnya saja, orang
bebas saja mengendarai kendaraan, namun dalam kebebasan berkendara tersebut, tentunya kita
juga harus memikirkan orang yang berkendara disekitar kita,yang juga punya hak yang sama atas
penggunaan jalan raya. Bukan sembarangan saja kita mengendarai kendaraan tersebut, sehingga
dapat mengakibatkan kerugian pada orang lain.
Kebebasan yang bertanggung jawab adalah kebebasan yang kita jalankan, tanpa harus
menimbulkan kerugian pada lain pihak. Kebebasan yang kita jalankan haruslah dapat memberi
keuntungan pada diri kita dan juga kepada orang disekitar kita. Kita bebas untuk berbicara,
namun kebebasan yang kita pakai tersebut janganlah kita gunakan untuk mefitnah orang lain
sehingga merugikan orang tersebut. Kita bebas untuk bicara namun pembicaraan kita jangan
sampai menyakiti orang lain.
Bebas untuk menulis memberikan kritikan, namun kebebasan tersebut tidak menyudutkan suatu
pihak tertentu, namun memberikan jalan keluar atas suatu permasalahan yang kita kritik tersebut.
Sehingga memang kebebasan yang kita pergunakan tersebut adalah kebebasan yang benar-benar
memberi keuntungan bukan hanya untuk pribadi kita tapi untuk kepentingan orang lain juga.