Anda di halaman 1dari 18

FERMENTASI URINE SAPI SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk memenfaatkan urine sapi sebagai


pupuk cair untuk meningkatkan produksi pertanian. Penelitan ini dilaksanakan
selama bulan Desember 2007, bertempat di Laboratorium Biologi SMA Pancasila
1 Wonogiri. Komposisi bahan yang digunakan adalah: urine sapi, lengkuas,
kunyit, temu ireng, jahe, kencur, butrowali, tetes tebu. Dari hasil penelitian yang
dipoeroleh kesimpulan bahwa urine sapi bisa dibuat pupuk cair dengan
menambahkan bahan - bahan tambahan seperti lengkuas, kunyit, temu ireng,
jahe, kencur, butrowali. Bahan - bahan tadi berfungsi untuk menghilangkan bau
urine sapi. Sedangkan untuk tetes tebu berfungsi untuk fermentasi dan
memenyuburkan mikroorhanisme yang ada didalam tanah, tetes tebu ini sendiri
mengandung bakteri Sacharomyces Sereviceae yang berfungsi untuk
fermentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa urine sapi bisa
dibuat pupuk cair yang sangat menyuburkan tanaman pertanian.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sapi (Bison benasus L) merupakan ternak ruminansia besar

yang mempunyai banyak manfaat baik untuk manusia ataupun tumbuhan,

seperti daging, susu, kulit, tenaga dan kotoran. Selain itu urinenya juga bisa

dimanfaatkan. Urine sapi (Bison benasus L) bisa di buat pupuk cair sebagai

pestisida untuk tanaman. Penulis telah membuat pupuk cair dan hasilnya

cukup baik
Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini

sangatlah mudah dan tidak membutuhkan waktu lama serta baik untuk

tanaman dibandingkan dengan pupuk buatan pabrik. Bahan yang digunakan

untuk membuat pupuk cair ini juga mudah di dapat dan biayanya relatif

murah. Dengan adanya pembuatan pupuk cair ini masyarakat diharapkan

mau mencoba membuat dan memakinya.

Produk yang dibuat ini mempunyai keunggulan tersendiri yaitu

harganya murah, pembuatannya mudah, bahan mudah didapat, dan tidak

membutuhkan waktu yang lama. Pupuk cair ini mengandung protein yang

menyuburkan tanaman dan tanah seperti padi, palawija, sayur-sayuran,

buah-buahan, bunga dan lain-lain. Produk ini berfungsi sebagai pengusir

hama tikus, wereng, walang sangit, dan penggerek serta sebagai sumber

pupuk organik.

Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini

membutuhkan bahan tambahan lainnya agar urine berkomposisis kimia yag

baik. Bahan tambahan ini seperti lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur,

brotowali, dan tetes tebu. Untuk lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur,

brotowali maksud penambahan bahan-bahan ini untuk menghilangkan bau

urine ternak dan memberikan rasa yang tidak disukai hama. Untuk tetes

tebunya untuk fermentasi urine sapi (Bison benasus L) dan menyuburkan

mikroba yang ada di dalam tanah, karena tetes ini mengandung bakteri

Sacharomyces cereviceae. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengambil


penelitian yang berjudul "FERMENTASI URINE SAPI (Bison benasus L)

SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI

PERTANIAN".

B. Pembatasan masalah

1. Urine sapi yang digunakan sapi (Bison benasus L)

jantan jawa dirumah Bapak Ridhiyanto desa

Ngemplak, Kecamatan Ngadirojo

2. Lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur,

butrowali dibeli dipasar Ngadirojo

3. Tetes tebu dan starter atau bibit bakteri

Sacharomycec sereviceae dibeli di Bapak Panut

sentra produksi Alkohol Bekonang

C. Permasalahan

Apakah urine sapi (Bison benasus L) bisa dijadikan pupuk

cair untuk meningkatkan produksi pertanian?

D. Tujuan Penelitian

Untuk memanfaatkan urine sapi (Bison benasus L) untuk

dibuat pupuk cair untuk meningkatkan produksi pertanian

E. Manfaat Penelitian
1. Memanfaatkan limbah petarnakan khususnya urine sapi

untuk pupuk cair

2. Meningkatkan intensifikasi pertanian

3. Meningkatkan masyarakat untuk berwirausaha sendiri

4. Untuk perkembangan teknologi pertanian

BAB II

LANDASAN TEORI

Siapa bilang air kencing sapi merusak lingkungan.

Buktinya, sapi di Sumatra Barat (Sumbar), tepatnya di

Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Air kencing dari

satu ekor sapi mamp menyuburkan sekitar empat hektare sawah

yang setiap hektarenya bisa menghasilkan enam hingga delapan

ton padi atau gabah.Air kencing, ya tetap air kecing, yang

keluar dari alat vital sapi,. Kandungan kimia urine sapi

adalah N : 1,4 sampai 2,2 %, P: 0,6 sampai 0,7%, dan K 1,6

sampai 2,1. Namun sebelum keluar dari tubuh sapi itu,

makanan sapi harus direkayasa dulu. Awalnya, hasil penemuan

yang disebut sistem pupuk organik urine sapi (kosarin),

semata-mata memang bukan untuk menyuburkan tanaman atau

tumbuhan. Melainkan untuk menyuburkan sapi. Cara


menggemukkan sapi ini dengan memberikan makanan jeram

.dicampur garam dan enzym Bossdext (Setiono Hadi, 2004)

Peningkatan produksi jahe di Indonesia sangat

diperlukan, yang dapat dilakukan melalui perbaikan tehnik

budidaya terutama pada fase awal pertumbuhan tanaman.

Penggunaan pupuk kandang dan urin sapi sebagai zat

pengatur tumbuh diharapkan mampu memperbaiki pertumbuhan

tanaman jahe sehingga produksinya meningkat. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis

pupuk kandang, pengaruh konsentrasi urin sapi dan

interaksi antara penggunaan beberapa macam pupuk kandang

dan konsentrasi urin sapi terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman jahe muda ( Hary Witriyono, 1993).

Budidaya tanaman kencur di pedesaan umumnya masih

bersifat sampingan. Maka tidak heran bila kuantitas dan

kualitasnya beraneka ragam. Buku ini menyajikan cara

penanaman kencur agar dapat memperoleh hasil yang

maksimal ( Rahmat Rukmana, 1994).

Brotowali adalah tanaman asli Asia Tenggara. Di

balik rasanya yang pahit,ternyatabrotowali mampu

menyembuhkan berbagai jenis penyakit, ringan dan berat,

seperti diabetes mellitus, hepatitis, rematik, dan gatal-


gatal. Harapannya, dengan buku ini pembaca bisa

mengaplikasikan atau meramu sendiri resep-resep obat dari

brotowali. Sebagai pelangkap, buku ini disertai juga

dengan pengalaman para penggunanya ( Budy Kresnady,

2003).

Kunyit sudah lama dikenal sebagai tanaman untuk

bumbu dapur. Selain itu, kunyit juga sudah turun temurun

digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Akhir-

akhir ini, kunyit juga sudah diolah secara modern dalam

skla industri sebagai bahan baku obat, kosmetik, dan

pewarna tekstil. Ramuan obat berbahan kunyit dijelaskan

dalam buku ini dengan tujuan agar pembaca dapat mengolah

sendiri resep-resep tersebut ( Winarto, 2004).

Masyarakat semakin menyukai cara pengobatan atau

pencegahan gangguan kesehatan dengan bahan-bahan alami.

Jahe, Kunyit, Kencur, dan Temulawak merupakan bahan alami

yang berkhasiat bagi kesehatan. Salah satu bentuk

penyajiannya adalah dengan dibuat menjadi minuman yang

cepat saji dan praktis, dengan kata lain dikemas dalam

bentuk bubuk instan. Buku ini memberikan informasi

lengkap, mulai dari pengenalan komoditasnya, peralatan,

proses pembuatan, pengemasan, pemasaran, hingga analisis


usaha instan jahe, kunyit, kencur, dan temulawak

( Prastyo, 2003).

Temu-temuan dan empon-empon banyak dimanfaatkan

untuk bumbu masak, bahan minuman, bahan kosmetika, dan

bahan obat/jamu tradisional. Komoditas temu-temuan dan

empon-empon saat ini tidak hanya dikenal di dalam negeri

melainkan juga di luar negeri. Dengan demikian, komoditas

ini memiliki prospek pasar yang sangat luas sehingga

patut diperhitungkan oleh para petani ataupun pemerintah

karena dapat mendatangkan pendapatan tambahan bagi petani

dan devisa bagi negara. Buku ini menyajikan aneka temu-

temuan dan empon-empon, baik yang sudah dikenal oleh

masyarakat maupun yang belum, mulai dari pengenalan

masing-masing komoditas, budidaya, manfaat, dan

khasiatnya (Fauzilah Muhlisin, 1999).

Lengkuas merupakan sejenis rizom dengan kegunaan

masakan dan perubatan, dan banyak digunakan di Asia

Tenggara. Rupanya hampir sama dengan halia.

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Order : Zingiberales
Famili : Zingiberacea sp

( Wikipeda.Org, 2007)

Infeksi cacing tidak selalu menimpa anak-anak.

Siapa pun bisa terinfeksi bila pola hidupnya kurang

higienis. Untuk mengusir cacing dari saluran pencernaan

kita itu bisa digunakan bahan-bahan alami di sekitar

kita. Di antaranya temu ireng (hitam) atau temu giring

( Aliadi, 1996).

Tetes atau ampas tebu adalah cairan kental sisa

kristalisasi dari pabrik gula. Badek adalah bibit

fermentasi ciu yang diambil dari sisa penyulingan ciu

sebelumnya. Setelah diaduk, pada permukaan campuran bahan

dasar ciu akan keluar buih. Campuran bahan dibiarkan

sampai tujuh hari sampai buih menghilang, baru siap

dimasak, Bagi pembuat ciu, kalau badek habis atau tak

sanggup menghasilkan buih pada campuran bahan ciu,

berarti produksi mandek. Hasil sulingan tetes tebu

biasanya mengandung alkohol 30-45 persen. Produsen ciu di

Bekonang umumnya juga memproduksi alkohol 90 persen.

Alkohol itu campuran tetes tebu yang disuling dua kali.

Setelah jadi ciu, dimasak lagi, ditambah zat kimia

kostik. Jadinya alkohol 90 persen,.Dari 200 liter


campuran bahan akan menghasilkan 30 liter ciu setelah

melewati tiga jam penyulingan. Kalau tetesnya bagus

uapnya keluar cepat. Kalau jelek bisa empat jam baru

selesai, Ciu paling jelek kandungan alkoholnya berkisar

25 persen. Hasil sulingan ciu berwarna agak keruh ( Taman

Kembang Pete, 2006)

Wibowo (1989) menyatakan bahwa fermentasi sering

didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dari

asam amino secara anaerobik yaitu tanpa memerlukan

oksigen. Karbohidrat terlebih dahulu akan dipecah menjadi

unit - unit glukosa dengan bantuan enzim a amilase dan

enzim glukosidose, dengan adanya kedua enzim tersebut

maka pati akan segera terdegradasi menjadi glukosa,

kemudian glukosa tersebut oleh khamir akan diubah menjadi

alkhohol.

Buckel (1987) menyatakan bahwa fermentasi adalah

perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh

enzim. Enzim yang berperan dapat dihasilkan oleh

mikroorganisme dan interaksi yang terjadi diantara produk

dari kegiatan kegiatan tersebut dan zat zat yang

merupakan pembentuk bahan pangan tersebut.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi SMA

Pancasila 1 Wonogiri

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan 2 minggu selama bulan

Desember

B. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

No Nama alat Jumlah

1 Ember 1 buah

2 Pengaduk 1 buah

3 Saringan 1 buah

4 Botol Bekas 5 buah

5 Bakcer Glass 1 buah

6 Drum Plastik 1 buah

2. Bahan yang digunakan


No Nama Bahan Jumlah Satuan

1 Urine Sapi (Bison 10 Liter

benasus L)

2 Lengkuas 2 Ons

3 Kunyit 2 Ons

4 Temu ireng 2 Ons

5 Jahe 2 Ons

6 Kencur 2 Ons

7 Brotowali 2 Ons

8 Tetes tebu/bibit 0.5 Liter

bakteri

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Urine sapi (Bison benasus L) di tampung dan dimasukkna

ke dalam drum plastik

2. Lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali,

ditumbuk sampai halus kemudian dimasukkan ke dalam drum

plastik, maksud penambahan bahan-bahan ini untuk

menghilangkan bau urine ternak dan memberikan rasa yang

tidak disukai hama.


3. Setelah itu tetes tebu dimasukkan kedalam drum

plastik, lalu dimasukkan starter Sacharomyces

cereviceae. Tetes tebu dan starter Sacharomyces

cereviceae ini berguna untuk fermentasi dan nantinya

setelah jadi pupuk cair bisa menambah jumlah mikroba

menguntungkan yang ada didalam tanaah.

4. Fermentasi urine didiamkan selama 14 hari dan diaduk

setiap setiap hari.

5. Drum plastik ditutup dengan kain serbet atau kertas.

6. Setelah 14 hari pupuk cair sudah jadi kemudian

disaring dan dikemas.

D. Hasil yang dicapai

Setelah pembuatan pupuk cair selesai hasilnya

bagus. Urine sapi (Bison benasus L) sebelum difermentasi

warnanya coklat kekuning-kuningan, baunya masih berbau

urine, tetapi setelah difermentasi warnanya berubah

menjadi coklat kehitam-hitaman, dan sudah tidak berbau

urine. Penulis sudah mencobakan pada tanaman sayur dan

bunga ternyata bagus. Tanaman sayuran dan bunga yang

telah diberi pupuk cair ini menjadi lebih subur, daunnuya

kelihatan segar dan hijau serta ulat yang menghinggapinya


hilang. Pupuk cair ini juga dapat meningkatkan keuntungan

pertanian serta memberikan keuntungan bagi kita.

E. Perhitungan Biaya Wirausaha

1.Pengeluaran

Harga

NO Uraian Jumlah Per


Total
satuan

A Bahan

1 Urine sapi (Bison benasus10 Rp. 1000 Rp. 10.000

L) Liter

2 Lengkuas 2 Ons Rp. 750 Rp. 1.500

3 Kunyit 2 Ons Rp. 750 Rp. 1.500

4 Temu ireng 2 Ons Rp. 750 Rp. 1.500

5 Jahe 2 Ons Rp. 750 Rp. 1.500

6 Kencur 2 Ons Rp. 750 Rp. 1.500

7 Butrowali 2 Ons Rp. 500 Rp. 1.000

8 Tetes/starter Sacharomyces 0,5 Rp. 2.000 Rp . 1.000

cereviceae Liter

Total Bahan Rp. 19.500

B Alat
Harga

NO Uraian Jumlah Per


Total
satuan

1 Drum Plastik 1 buah Rp. Rp. 10.000

10.000

2 Saringan 1 buah Rp. 2.000 Rp. 2.000

3 Botol bekas 5 buah Rp. 100 Rp. 500

4 Ember 1 buah Rp. 3.000 Rp. 3.000

Total Alat Rp. 15.500

Pengeluaran Total

1. Bahan : Rp. 19.500

2. Alat : Rp. 15.500

3. Tenaga kerja : Rp. 15.000

4. Biaya Pemasaran : Rp. 10.000 +

Total : Rp. 50.000

Pemasukan

1. Jual pupuk cair 10 liter X Rp. 10.000 = 100.000


Keuntungan = Pemasukan - Pengeluaran

= Rp. 100.000 50.000 = Rp. 50.000

F. Sasaran Pemasaran

Dalam pembuatan pupuk cair yang bahan dasarnya urine sapi

(Bison benasus L) ini yang menjadi sasaran adalah

masyarakat khususnya petani dan pengusaha peternakan,

karena pupuk cair ini bermanfaat untuk meningkatkan

produksi pertanian.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di dalam menyusun lapora ini penulis memperoleh

kesimpulan:

1. Limbah cair peternakan khususnya urine sapi (Bison

benasus L) dapat digunakan sebagai pupuk cair dengan

menambahkan bahan tambahan didalamnya seperti

lengkuas, kunyit, temuireng, jahe, kencur, brotowali,

tetes tebu dan starter Sacharomyces cereviceae.


2. Dengan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L)

ini mesyarakat dapat memanfaatkan limbah urine sapi

(Bison benasus L) dari peternakan sapi (Bison benasus

L).

3. Dengan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L)

ini masyarakat dapat meningkatkan penghasilan dan

dapat berwirausaha

B. Saran

1. Harus ditingkatkan pengetahuan bioteknologi kita biar

dapat menghasilkan produk baru yang bermanfaat bagi

manusia.

2. Harus ada pembinaan Karya Ilmiah Remaja di SMA

Pancasila 1 Wonogiri secara berkelanjutan, untuk

meningkatkan Ilmu pengetahuan.

3. Fasilitas LAB IPA khususnya Biologi perlu dilengkapi,

sehinggha dalam praktek bisa berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Aliadi. 1996. Tanaman Obat Peliharaan. Sidowayah. Jakarta

Buckle, 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia


press
Hadi, Setiono. 2004. Urine Sapi Bangkitkan Harapan Petani,
Bogor.

Kresnady, Budy. 2003. Si Pait Yang Menyembuhkan. Agromedia

Pustaka. Jakarta

Muhlisah, Fauziah. 1999. Temu-temuan dan Empon- Empon Budi


Daya dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.

Prastyo. 2003. Teknologi Tepat Guna Instan. Kanisius.

Yogyakarta

Rukmana Rahmat. 1994. Kencur. Kanisius. Yogyakarta

Wibowo. 1989. Biokimia Pangan dan Gizi. Yogyakarta: UGM


Press.

Winarto, Ir. 2004. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia

Pustaka. Jakarta

Witriyono Harry, 1993. Peningkatan Produksi Jae. Yogyakarta

. 2007. Lengkuas. Wikipeda, Org.

. 2006. Bangsa Penenggak Arak. Taman Kembang Pete. Jakarta.

LAMPIRAN

1. Sapi (Bison benasus L) yang akan diambil urinenya

2. Urine Sapi (Bison benasus L)


3. Tetes Tebu dan Starter Sacharomyces

cereviceae

4. Penambahan lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur,

brotowali

5. Fermentasi Dan Penyaringan

6. Pengemasan

Anda mungkin juga menyukai