Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kimia Indonesia

Vol. 1 (1), 2006, h. 7-12

Sintesis Senyawa Kompleks K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O dan


[N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O
Kiki Adi Kurnia,1 Djulia Onggo,1 Dave Patrick,2 K. L. Stevenson2
1
Kimia Fisik dan Anorganik, FMIPA ITB
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
2
Chemistry Department, Purdue University
Fort Wayne, Indiana 46805, Amerika Serikat
Email: djulia@chem.itb.ac.id

Abstrak. Senyawa kompleks K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O dan [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O telah


berhasil disintesis. Rumus kimia kedua senyawa tersebut ditentukan dari kadar ion-ion penyusunnya.
Ikatan ion oksalat pada ion logam telah diamati dari spektrum IR pada 520490 cm1 dan 460405
cm1 sedangkan puncak pada 16501610 cm1 dan 810780 cm1 menunjukkan peran ion oksalat
sebagai ligan jembatan. Ligan oksalat pada senyawa kompleks terkoordinasi secara oktahedral. Ini
diamati dari spektrum elektronik pada daerah sinar tampak. Senyawa [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O
merupakan kompleks polimer yang ditandai dengan hantaran molar yang relatif kecil, sekitar 50-60
S. Pada suhu ruang, kedua senyawa kompleks bersifat paramagnet. Momen magnet K[Cr(C2O4)2
(H2O)2].2H2O bernilai 3,8 BM sesuai dengan keberadaan tiga elektron tidak berpasangan pada ion
Cr(III). Pengukuran kerentanan magnet senyawa [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O pada rentang 1-300
K menunjukkan bahwa senyawa kompleks ini memiliki interaksi feromagnet, dengan tetapan Weiss
+ 4,31 dan suhu Curie, Tc, terjadi pada 25 K. Senyawa [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O memberikan
momen magnet maksimum 49 BM pada suhu 1 K.
Kata kunci: ligan oksalat, feromagnet, kompleks polimer, ligan jembatan, paramagnet.

Senyawa kompleks binuklir oksalat memiliki


Pendahuluan
struktur bervariasi yang terdiri dari jaringan ion-
Ion oksalat merupakan ligan yang istimewa ion logam bi- dan tri-valensi berkoordinasi dengan
karena mampu membentuk senyawa kompleks oksalat sebagai ligan jembatan membentuk
dengan berbagai ion logam transisi menghasilkan lapisan-lapisan berdimensi satu sampai tiga.
senyawa dengan sifat dan karakter yang bervariasi. Dengan struktur ini ion oksalat berperan sebagai
Ion oksalat memiliki empat atom donor namun mediator pertukaran sifat magnet di antara ion-ion
hanya dua atom yang menjadikannya sebagai ligan logam tersebut.
bidentat yang berikatan dengan ion logam
membentuk senyawa kompleks mono, bis dan tris
oksalat. Ion oksalat juga dapat berfungsi sebagai
ligan jembatan yang menghubungkan lebih dari
satu inti ion logam transisi, baik ion logam yang
sejenis maupun berbeda jenis sehingga membentuk
kompleks polimer berdimensi satu, dua, bahkan Gambar 1. Struktur ion oksalat
tiga.1 Senyawa kompleks oksalat dengan satu ion Senyawa kompleks binuklir-oksalat yang me-
pusat disebut senyawa kompleks mononuklir miliki sifat magnet unik adalah senyawa kompleks
oksalat dan senyawa kompleks dengan dua ion A[M(II)Cr(III)(C2O4)3 ] dengan A adalah kation
pusat, baik sama maupun berbeda, disebut senyawa N(n-C4H9)4]+, dan M(II) adalah ion logam Co, Ni,
kompleks binuklir oksalat. Struktur ion oksalat Mn, dan Fe. Senyawa kompleks tersebut bersifat
dapat dilihat pada Gambar 1. feromagnet dengan suhu Curie, Tc, berkisar antara
Senyawa kompleks mononuklir oksalat dengan 6 14 K.3 Penggantian ion krom(III) dengan ion
ion Cr3+ sebagai ion pusatnya menunjukkan sifat besi (III) membentuk kompleks
thermochromic, yaitu perubahan warna yang A[M(II)Fe(III)(C2O4)3] dengan M(II) adalah ion
disebabkan oleh suhu dan gugus optis aktif.2

Dapat dibaca di www.kimiawan.org/journal/jki


Kiki Adi Kurnia, Djulia Onggo, Dave Patrick, K.L Stevenson

logam Ni dan Fe, ternyata menunjukkan sifat Hasil dan Pembahasan


ferimagnet dengan suhu Neel, TN, pada 28 K dan Sintesis K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O yang dilaku-
43 K.4 Jika M(II) yang digunakan pada senyawa kan melalui dua teknik sintesis yang berbeda
tersebut adalah ion mangan(II), ternyata perilaku ternyata menghasilkan dua padatan senyawa kom-
antiferimagnet teramati pada suhu sekitar 50 K. pleks yang berbeda. Pada metode yang pertama,
Sintesis kompleks mono dan bi-nuklir dengan dihasilkan padatan berwarna merah-ungu, sedang-
ligan oksalat dilakukan untuk mendapatkan infor- kan pada metode yang kedua dihasilkan padatan
masi keterkaitan struktur dan sifat magnet senyawa berwarna ungu. Padatan berwarna merah-ungu
kompleks yang terbentuk. relatif mudah terbentuk tetapi kelarutannya cukup
Percobaan tinggi dalam air sehingga rendeman yang diperoleh
hanya 68%. Sedangkan padatan berwarna ungu,
Sintesis K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O. Pada pe-
relatif sulit terbentuk dan kelarutannya juga cukup
nelitian ini, dilakukan dua teknik sintesis senyawa
tinggi dalam air dan rendemen yang diperoleh
kompleks K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O. Pada meto-
berkisar 64%. Hasil analisis unsur dan gugus pe-
de yang pertama, sebanyak 4 gram kalium
nyusun kedua senyawa ini tidak menunjukkan
dikromat dilarutkan dalam 5 mL air mendidih.
perbedaan yang berarti, kedua senyawa tersebut
Setelah larut sempurna, ke dalam larutan ini
memiliki rumus kimia yang sama dan keduanya
ditambahkan larutan 12 gram asam oksalat dihidrat
merupakan senyawa kompleks mononuklir.
dalam 10 mL air mendidih. Larutan didinginkan
Senyawa kompleks binuklir yang telah di-
perlahan hingga terbentuk padatan. Padatan yang
sintesis berupa serbuk berwarna kuning keemasan,
terbentuk disaring dengan menggunakan kaca
dengan rumus kimia [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3].
masir dan dicuci menggunakan etanol dingin.
H2O yang dihitung atas dasar hasil analisis ion dan
Kemudian padatan dikeringkan dalam desikator.
gugus pendukungnya. Sintesis senyawa ini relatif
Metode kedua dilakukan dengan jumlah bahan
lebih sulit dilakukan dibandingkan sintesis
yang sama namun prosedur sintesis berbeda. Asam
senyawa kompleks oksalat mononuklir. Waktu
oksalat dihidrat dan kalium dikromat, keduanya
yang diperlukan untuk pembentukan produk lebih
dimasukkan ke dalam mortar dan digerus hingga
lama dan rendemen yang diperoleh relatif rendah
halus kemudian dipindahkan ke dalam gelas kimia
yaitu sekitar 32%. Ini disebabkan kelarutan
100 mL dan ditambahkan 5 tetes air panas. Reaksi
senyawa kompleks yang cukup tinggi dalam air,
kimia segera terjadi yang teramati dengan warna
bahkan dalam air dingin sekalipun. Hasil analisis
larutan menjadi makin gelap. Kemudian sebanyak
unsur-unsur penyusun senyawa kompleks terang-
20 mL etanol ditambahkan ke dalam larutan
kum pada Tabel 1.
tersebut sambil dipanaskan menggunakan pemanas
Karakterisitik adanya ion oksalat dalam
listrik. Pemanasan berlangsung sampai volumenya
senyawa kompleks dapat diamati dari spektrum
menjadi setengah dari volume awal. Setelah itu la-
inframerah. Pada spektrum inframerah senyawa
rutan didinginkan secara perlahan hingga terbentuk
kompleks mononuklir oksalat, adanya ion oksalat
padatan. Padatan yang terbentuk disaring dengan
dapat diamati pada bilangan gelombang 1660 cm1,
menggunakan kaca masir dan dicuci dengan meng-
dan ikatan ligan oksalat pada ion logam
gunakan etanol dingin. Padatan dikeringkan di
ditunjukkan oleh puncak pada bilangan gelombang
dalam desikator.
520490 cm1 and 460400 cm1. Selain itu puncak
Sintesis [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O.
lebar pada 3400-3350 cm-1 mengindikasikan
Sebanyak 4,87 gram senyawa kompleks
adanya molekul air. Dalam senyawa kompleks
K3[Cr(C2O4)3]. 3H2O dimasukkan ke dalam gelas
binuklir oksalat, ion oksalat menunjukkan getaran
kimia 100 mL dan dilarutkan dalam 5 mL air.
asimetri (C=O) pada 1655 cm-1 dan (CO) pada
Larutan dipanaskan menggunakan pemanas listrik,
897 cm-1. Vibrasi pada 16501610 cm1 dan 810
dan ke dalam larutan ini ditambahkan 2,78 gram
780 cm1 mengindikasikan ion oksalat sebagai
FeSO4.7H2O sambil diaduk hingga semua padatan
ligan jembatan yang menghubungkan ion-ion
melarut. Pada larutan ini ditambahkan 3,23 gram
logam, dan puncak pada 3300-3500 cm-1
N(n-C4H9)4Br yang telah dilarutkan dengan sedikit
menunjukkan adanya molekul amina kuarterner.
air. Larutan didinginkan perlahan hingga terbentuk
Spektrum inframerah ion oksalat bebas, ion oksalat
padatan yang kemudian dipisahkan dan dicuci
sebagai ligan bidentat dan ion oksalat sebagai ligan
dengan air dingin dan dikeringkan dalam desikator.
jembatan dapat dilihat pada Gambar 2.

8 Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(1), 2006


Sintesis Senyawa Kompleks K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O dan [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O

Tabel 1. Hasil Analisis Unsur-unsur Penyusun Senyawa Kompleks


Senyawa Kompleks Komponen Penyusun (%)
K+ Cr3+ C2O42- H2 O
Padatan Merah Ungu 10,95 15,25 52,25 20,75
(11,50) (15,34) (51,52) (21,24)
Padatan Ungu 10,88 15,30 53,05 20,55
(11,50) (15,34) (51,52) (21,24)

Senyawa Kompleks Komponen Penyusun (%)


Cr3+ M2+ C2O42- C H N
[N(n-bu)4][CrCu(ox)3] 8,36 10,15 43,43 42,45 5,77 2,25
(8,36) (10,22) (43,47) (42,47) (5,79) (2,25)
Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan perhitungan teoritis

(a) (b) (c).


Gambar 2 Spektrum inframerah (a). asam oksalat. (b) K[Cr(C2O4)2(H 2O)2].2H2O
(c) [N(n- C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O

Spektrum elektronik ion Cr3+ pada senyawa segera berubah warnanya menjadi hijau. Demikian
kompleks oktahedral menunjukkan dua serapan pula dengan padatan merah ungu, larut dalam air
maksimum pada daerah tampak yaitu pada panjang menghasilkan warna merah, namun warna larutan
gelombang 418 nm yang sesuai dengan transisi ini segera berubah menjadi berwarna merah ungu
4
T2g 4A2g dan pada 588 nm yang sesuai dengan dan akhirnya dihasilkan larutan berwarna hijau
transisi 4T1g 4A2g. Puncak yang diamati pada gelap. Warna hijau yang dihasilkan adalah warna
spektrum elektronik kompleks [N(n-bu)4] larutan senyawa kompleks K[Cr(C2O4)3].
[CrFe(C2O4)3].H2O hanya pada 595 nm yang Ketidakstabilan kedua senyawa kompleks ini
menunjukkan transisi 4T1g 4A2g ion Cr3+ dalam dalam air sesuai dengan hasil yang telah
medan oktahedral. Puncak kedua untuk transisi dilaporkan oleh Stevenson.5
4
T2g 4A2g tidak teramati karena puncak ini Ketidakstabilan senyawa kompleks
terhalangi oleh serapan ion Fe2+ yang sangat tinggi K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O bukan hanya dapat
pada panjang gelombang di bawah 400 nm. diamati dalam larutan air saja, namun dapat
Spektrum elektronik senyawa kompleks binuklir diamati juga menggunakan parameter waktu. Pada
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. saat awal sintesis, dihasilkan padatan merah ungu
Senyawa kompleks mononuklir K[Cr(C2O4)2 mengkilap, yang telah diketahui merupakan
(H2O)2].2H2O merupakan senyawa ion 1:1 senyawa kompleks trans-K[Cr(C2O4)2(H2O)2].
sedangkan binuklir [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3]. 2H2O. Lima bulan kemudian, warna padatan merah
H2O tidak memiliki daya hantar yang sesuai untuk ungu mengkilap telah berubah warnanya menjadi
senyawa ion, oleh karena itu senyawa binuklir ini ungu. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa
disebut kompleks polimer. Data hantaran molar kompleks trans-K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O relatif
senyawa kompleks dapat dilihat pada Tabel 2. tidak stabil dibandingkan dengan isomernya, cis-
Padatan ungu larut dalam air menghasilkan K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O. Seperti halnya senyawa
larutan berwarna ungu, namun warna larutan ini kompleks mononuklir oksalat yang tidak stabil

9
Kiki Adi Kurnia, Djulia Onggo, Dave Patrick, K.L Stevenson

[N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O

Gambar 3. Spektrum elektronik senyawa kompleks

Tabel 2. Data Hantaran Molar Senyawa Kompleks


Larutan Pelarut (S)* Jumlah Perbandingan
Ion Ion (+ : -)
NaCl air 127,71 2 1:1
MgCl2.6H2O air 273,62 3 1:2
AlCl3.6H2O air 421,13 4 1:3
c-K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O MeOH** 124,65 2 1:1
t-K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O MeOH** 124,76 2 1:1
[N(n-C4H9)4][CrCu(C2O4)3] air 52,55 - -
* Nilai hantaran telah dikoreksi terhadap nilai hantaran air.
** Nilai hantaran telah dikoreksi terhadap nilai hantaran metanol.

terhadap parameter waktu, pada senyawa kompleks Tabel 3. Momen Magnet Senyawa Kompleks
binuklir juga teramati sifat ini, yaitu pada senyawa Senyawa Kompleks eff (BM)
kompleks [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O. Pada Teoretis Praktis
awal sintesis, warna padatan senyawa kompleks
c-K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O 3,87 3,65
yang dihasilkan adalah kekuningan. Lima bulan t-K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O 3,87 3,74
kemudian, warna senyawa kompleks yang [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3] 6,24 6,71
dihasilkan telah berubah warnanya, yaitu coklat Keterangan: Angka dalam kurung menunjukkan
gelap. perhitungan teoritis
Pengukuran sifat magnet menunjukkan bahwa
semua senyawa kompleks bersifat paramagnet Hasil pengukuran kerentanan magnet molar
pada suhu kamar. Besarnya momen magnet senyawa kompleks [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3]
senyawa kompleks K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O, menunjukkan bahwa pada rentang 300 25 K
sesuai dengan keberadaan tiga elektron tidak penurunan suhu menyebabkan kerentanan molar
berpasangan pada ion Cr3+ dengan SCr = 3/2. meningkat secara perlahan. Namun, pada suhu
Momen magnet senyawa kompleks [N(n- sekitar 25 K, penurunan suhu menyebabkan
C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O lebih besar dibanding terjadinya lonjakan kenaikan kerentanan molar
secara teoritis yang dihitung dari efek spin saja. secara drastis. Ini menunjukkan senyawa
Ini berarti, momen magnet yang dihasilkan bukan kompleks binuklir [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3]
hanya disebabkan oleh momen spin saja, tetapi memiliki suhu Curie, Tc, yaitu 25 K. Alur
juga dihasilkan dari sumbangan momen orbital. kerentanan magnet terhadap rentang suhu 1 300
Momen magnet senyawa kompleks dirangkum K dapat dilihat pada Gambar 4.
pada Tabel 3.

10 Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(1), 2006


Sintesis Senyawa Kompleks K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O dan [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O

Gambar 6. Pengaluran momen magnet terhadap suhu


Gambar 4. Kurva pengaluran kerentanan magnet molar
terhadap suhu. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan
Pada suhu 25300 K, kerentanan magnet molar senyawa kompleks yang berhasil disintesis me-
senyawa kompleks [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3] miliki rumus kimia K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O dan
mengikuti hukum Curie-Weiss. Pengaluran [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O. Senyawa kom-
1/(kerentanan magnet) terhadap suhu pleks K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O memiliki dua
menghasilkan kurva dengan cekungan ke atas yang isomer yaitu cis-K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O yang
menunjukkan interaksi feromagnet pada senyawa berwarna ungu dan trans-K[Cr(C2O4)2(H2O)2].
kompleks [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3]. Dengan 2H2O yang berwarna merah-ungu. Padatan isomer
membuat persamaan garis lurus yang melalui trans-K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O dapat berubah
kurva pengaluran 1/(kerentanan magnet) terhadap menjadi cis-K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O dalam
suhu dihasilkan garis dengan persamaan y = selang waktu lima bulan. Ini ditandai dari per-
0.0013x 0,0056. Persamaan garis ini sesuai ubahan warna padatan senyawa kompleks. Kedua
dengan Persamaan Curie-Weiss 1/M = T/C /C. isomer K[Cr(C2O4)2(H2O)2].2H2O larut dalam air
Dari persamaan ini dapat diperoleh nilai tetapan dan larutannya relatif tidak stabil untuk
Weiss, , sebesar +4,31. Nilai yang positif menghasilkan senyawa kompleks K3[Cr(C2O4)3].
menunjukkan interaksi magnet yang terjadi antar Demikian pula dengan ketidakstabilan senyawa
inti ion Cr3+ dan Fe2+ adalah feromagnet. kurva kompleks [N(n-C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O yang
pengaluran 1/M terhadap suhu dapat dilihat pada mengalami perubahan warna dari kuning keemasan
Gambar 5. menjadi coklat tua.
Ikatan antara kedua inti melalui ligan jembatan
oksalat telah diamati pada 16501610 cm1 dan
810780 cm1. Ligan oksalat terkoordinasi secara
okatahedral pada kedua inti ion logam. Ini di-
buktikan dari spektrum elektronik senyawa
kompleks binuklir oksalat pada daerah sinar
tampak. Senyawa kompleks [N(n-C4H9)4]
[CrFe(C2O4)3].H2O memiliki struktur kompleks
polimer. Ini dibuktikan dari nilai hantaran yang
relatif kecil dalam pelarut air, yaitu sekitar 50-60
Gambar 5. Kurva pengaluran 1/M terhadap suhu. S. Semua senyawa kompleks oksalat yang
Pada suhu 1 K momen magnet yang dihasilkan dihasilkan menunjukkan sifat paramagnet pada
sebesar 49 BM. Nilai yang dihasilkan ini jauh suhu kamar. Pada suhu rendah, senyawa kompleks
lebih besar dibanding dengan nilai momen magnet binuklir oksalat dengan rumus kimia [N(n-
pada suhu kamar. Ini menunjukkan bahwa pada C4H9)4][CrFe(C2O4)3].H2O menunjukkan interaksi
suhu rendah terjadi interaksi feromagnet. Kurva feromagnet dengan Tc terjadi pada 25 K dan nilai
momen magnet terhadap suhu dapat dilihat pada momen magnet 49 BM pada 1 K serta tetapan
Gambar 6. Weiss + 4,31.

11
Kiki Adi Kurnia, Djulia Onggo, Dave Patrick, K.L Stevenson

Penghargaan. Penulis mengucapkan terima Pustaka


kasih pada Program Studi Kimia, FMIPA, Institut 1. Kahn, O; Angew. Chem., Int. Ed. Engl, 1985, 24.
Teknologi Bandung untuk kesempatan melakukan 2. Benard, S., Yu, P., Coradin, T., Riviere, E.,
penelitian, dan pada Chemistry Department, Nakatani, K., Clement, R. Adv. Mater. 1997, 9, 981.
Purdue University, Fort Wayne, Indiana, untuk 3. Tamaki, H., Zhong, Z. J., Matsumoto, N., Kida, S.,
pengukuran kerentanan magnet pada rentang suhu Koikawa, M., Achiwa, N., Hashimoto Y., Okawa,
rendah. H. J. Am. Chem. Soc., 1992, 114, 6974-6979.
4. Okawa, H., Matsumoto, N., Tamaki, H., Ohba., M.
Mol. Cryst. Liq. Cryst. 1993, 233, 25.
5. Stevenson, K.L., J.Ing.Nucl.Chem. 1971, 33, 147-
151.

12 Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(1), 2006

Anda mungkin juga menyukai