Anda di halaman 1dari 14

Rangkuman Diskusi Mailing List Migas Indonesia Bulan Mei 2007

Tanya: MudLogging Unit #2

Harry Eddyarso

Apa itu mudlogging services?


Mudlogging services adalah salah satu service di lokasi rig yang unitnya biasanya dilengkapi
dengan suatu portable laboratory, yang bertugas untuk:
a. mengambil sampel serbuk bor dan menganalisanya (jenis formasi batuan atau lithology, ada
hydrocarbon apa enggak, dsb)
b. mengamati dan mengukur kadar gas (dengan alat chromatograph) yang terkandung / terbawa di
dalam lumpur pengeboran
c. mencatat semua parameter pengeboran (weight on bit, RPM, pump flow rate, hook load, hole
volume, annulus volume, pit volume, mud weight, pore pressure, dsb). Data parameter
pengeboran ini sangat penting bagi Company Man, drilling engineer, geologist dsb karena data2
tsb "berbicara" tentang apa yang ada atau apa yang sedang terjadi di sumur tsb.
d. dalam situasi sumur yang sedang bertingkah aneh2, biasanya mudlogger akan mengetahuinya
terlebih dahulu melalui warning dari instrumen2 yang ada di mudlogging unit tsb. Setelah itu
biasanya mudlogger akan contact driller di rig floor atau mud engineer atau pihak2 yang relevan
lainnya, dsb untuk memverifikasi tentang apa yang mungkin sedang terjadi (loss, kick atau hole
problem lainnya).
e. membuat mudlog report.. --> ini output (mainly) dari mudlogging services.
f. dsb

Jadi, seorang mudlogger adalah "mata" kita selama proses pengeboran di drilling site.
Pengamatan dan report dari mudlogger tsb akan diverifikasi lagi kemudian pada saat itu
melakukan wireline logging.

Emergency Response Plan System (ERP):


Mudlogger juga berfungsi sebagai "early warning" system bila akan terjadi kondisi2 yang
berpotensi mendatangkan problem di sumur pengeboran tsb. Bisa dibayangkan kalo
mudloggernya ngalamun atau tidak melaporkan gejala2 kick (misalnya), akan bisa berakibat fatal
karena penanganan yang terlambat.

OK Bung Athur, semoga ini semua menjawab pertanyaan anda (tentang output mudlogging unit,
job desc mudlogger dan scope of services mereka).

Note:
Saya lagi nge-draft jawaban pertanyaannya Bung Nico (Trisakti) tentang horizontal drilling. Sabar
yaa.... (aku lagi sibuk ngejar setoran nih...) :-)
athur queen

Terima kasih pak buat penjelasannya.


Saya penasaran nih, kenapa parameter drilling harus dicatat seorang mudlogger? Bukankah itu
scope kerjanya drilling engineer?

Bukankah scope kerja mudlogger hanya sebatas yang berhubungan dengan drilling mud?
Klo deskripsi lithologi berdasarkan cutting juga dikerjakan oleh mud engineer, trus kerjaannya
Wellsite Geologist apa donk pak?
Mohon bantuannya.
Terima kasih.

Best Regards,
Athur Lasmaria

PS: Sekedar meluruskan, saya cewek pak bukan cowok. Nama asli Arthur Lasmaria, sengaja
menghilangkan huruf "R" yang pertama untuk menunjukan klo saya cewek.

Harry Eddyarso

GUBRAAKKK...!!!!

Dari awal saya emang udah curiga, jangan2 Athur ini cewek, terutama dari nama "queen" dan atau
"lasmaria", tapi ya udahlah, kalo saya salah pasti yang punya nama akan teriak. Eh ternyata teriak
beneran.. :-) Maaf ya Mbak Athur.. :-)

1. Parameter drilling (WOB, RPM, Pump Pressure, Torque, dsb):

a. Drilling engineer adalah orang yang merencanakan (biasanya tertulis di well plan) berdasarkan
data2 offset wells. Tapi pada kenyataannya, drilling parameter itu bisa saja berbeda di lapangan,
biasanya diubah2 untuk mencari parameter yang optimum yang menghasilkan ROP (rate of
penetration) yang maximum. Bahkan bila perlu driller akan melakukan apa yang disebut "drill-off
test" untuk mencari drilling parameter yang optimum dan tepat tsb.
b. Nah, semua actual drilling parameter tsb dicatat oleh mudlogger untuk referensi pada pemboran
sumur2 berikutnya. Selain itu, konsistensi pencatatan oleh mudlogger ini sangat penting dilakukan
sebagai bagian dari analisa mereka tentang lithology, terutama tentang hardness dari formasi yang
sedang dibor. Misalnya: kalo ROP lambat, biasanya kita sedang ngebor shale atau dolomite atau
chertz. Sedangkan kalo ROP makin cepat (misalnya saat drilling break), itu pertanda kita sedang
menembus formasi yang lunak, yang mungkin aja porous (sandstone, limestone). Setelah itu kita
biasanya stop drilling, lakukan flow-check (bisa loss, bisa juga kick, atau bisa juga gak terjadi
apa2). Kalo lapisan porous itu mengandung hydrocarbon, biasanya terbaca oleh mudlogger, baik
dari bottom up gas reading nya, maupun dari drill cuttings yang terbawa lumpur ke surface.

2. Drilling mud itu scope kerjanya mud engineer mbak, jangan dibingungkan dengan mudlogger.
Baik mud engineer maupun mudlogger dua2nya ada di rig dan biasanya mewakili 2 service
company yang berbeda. Lha wong scope of worknya memang beda koq. Yuk, kapan2 aku ajak
keliling2 di rig ku, mau gak ? :-)
3. Deskripsi lithology dilakukan oleh mudlogger DAN Wellsite geologist (yang geologist biasanya
orang perwakilan dari KPSnya). Keduanya membuat mudlog report masing2 dan seharusnya
saling memperkuat dalam analisa geologi dan batuannya (berdasarkan drill cuttings).

Nataniel Mangiwa

drilling engineer itu tidak pergi ke rig. parameter drilling itu sifatnya Real Time, tidak mungkin kan
kalau bukan di analisa langsung di rig..kalau di analisa di kantor bisa telat...sudah keburu ada Blow
Out baru kita tau ternyata ada 'signal' sebelumnya (gain).

mudlogger adalah anggota mudlogging unit. drilling mud yg ngurusin namanya mud engineer
(baroid, MI, baker). deskripsi cutting dikerjakan oleh wellsite geologist juga oleh mudlogger. wellsite
geologist yg mem-validasi hasil deskripsi cutting dari mudlogger.

athur queen

BINGGO!!!!

Klo tadinya gak ngaku, gak diajak ya pak?! He..he...


Sik.., asik.., asyik..! Boleh donk, klo ada kesempatan buat ninjau rig, jadi bisa lebih jelas gambaran
lingkungan kerjanya. Gak cuma membayangkan via versi teori aza. Ditunggu ya pak?!

Sekarang lanjut lagi pak, dengan beberapa pertanyaan baru, masih seputar drilling juga kok!
- Bila sebelum memulai drilling, driller melakukan drill-off test untuk mendapatkan parameter drilling
yang optimum. Apa itu berarti dalam drilling tidak ada design parameter seperti pada akuisisi
seismik? Klo ada, apakah parameter drilling yang dicatat mudlogger sama dengan
design parameter?

- Bukankah semua tahapan eksplorasi sebelum dikerjakan sudah mempunyai proposal


perencanaan pengerjaan? Berarti dalam well plan juga pasti dicantumkan parameter drilling yang
akan digunakan. Apa yang mendasari driller merasa perlu untuk melakukan drill-off test?

- Bila sumur yang dibor adalah sumur wildcat, tidak memiliki data sumur sebelumnya hanya
berdasarkan data seismik, bagaimana drilling dilaksanakan?

- Untuk deskripsi lithologi berdasarkan cutting. Apa kontribusi dari pencatatan lag time?

- Bila deskripsi lithologi dilakukan oleh mudlogger dan wellsite. Data apa saja yang digunakan?

- Bagaimana caranya menentukan pemilihan pemakaian drilling mud? Apa pengaruhnya terhadap
proses logging?

Segini dulu ya pak. Semoga tidak keberatan untuk menjelaskan dan penjabarannya.
Terima kasih.

Thomas Yanuar

Wah Pak Harry, mosok cuma mbak Athur aja yang ditawarin, saya juga mau dong Pak hehehe...

Harry Eddyarso

Maaf Pak Thomas, ladies first .!!!


Nggak ding, becanda, HWAHAHAHAHA..! :-) :-)
Semua boleh ikutan koq, paling enggak bisa browsing ke website kami: www.bormindo.com
<http://www.bormindo.com/> dalam beberapa hari lagi (sekarang lagi aku siapin nih).

Thomas Yanuar

Wah..boljug neh Pak. Kebetulan saya lagi cuti sampai 18 Mei. Mohon maaf baru balas karena
sejak sampai ditanah air, baru sekarang sempat buka email.
Thanks banget lho Pak.

roni tang

Bapak2/Ibu2,

Bapak2/ibu2, saya ingin menanyakan masalah test pada propertis(formula) dari fluids(new
mud)/lumpur baru yang digunakan pada saat akan melakukan pengeboran. Apakah ada standard
yang mengatur berapa besaran %LGS,%HGS,ASG,O/W ratio, Salinity, Electrical Stability, YP, PV,
Excess Lime, Density, Viscosity, HP-HT, Gel Strenght dll. atau besaran tersebut tergantung dari
formasi lubang. Atau tiap2 company mempunyai standard tersendiri.atau mungkin ada di API atau
standard lain..Mohon pencerahan dan penjelasannya.

Terima Kasih

Segini dulu ya pak. Semoga tidak keberatan untuk menjelaskan dan penjabarannya.
Terima kasih.

Ridwan Hardiawan

Subject: [Oil&Gas] Re: Mohon Pencerahan Drilling Mud

Bapak Roni,
Sepengetahuan saya, tidak pernah ada standar yang menyebutkan angka2 besaran untuk
parameter lumpur. Begitu pula di antara company2, tidak ada standar masing2 company yang
menyebutkan angka spesifik untuk

parameter2 yang anda sebutkan. Semuanya benar bergantung pada kondisi sumurnya masing2
dan metode pengeboran yang direncanakan, sumur yang hanya berbeda puluhan meter saja bisa
berbeda requirement lumpurnya.

Umumnya nilai2 uji lab digunakan untuk pembanding antara satu lumpur dengan lumpur lainnya.

Di dalam perencanaan lumpur untuk satu sumur tentunya didapatkan dari data lumpur/ data drilling
yang didapat dari hasil pemboransumur-sumur tetangga/ sumur yang dekat. Apakah harus pakai
densitas tinggi/ atau rendah untuk menahan tekanan formasi dan juga menghindari loss
circulation?, viskositas tinggi atau rendah untuk hole cleaning purpose dan bit hydraulic?, apa
harus pakai filtration loss agent?, apa harus pakai swelling inhibitor? apa lebih cocok oil base mud
atau water base mud? bagaimana performanya di tekanan rendah dan tinggi?dsb. Maka dari itu
sumur2 ekspolrasi selalu lebih mahal karena lumpurnya bisa berkali2 berganti, perencanaannya
selalu lebih sulit daripada sumur yang sudah punya data dari tetangga sebelumnya. Tambahan
lainnya, lumpur akan diuji setiap hari dalam proses pengeboran karena angka2 parameternya akan
terus berubah2 seiring masuknya kontaminan2 dari dalam sumur, nilai2 seperti LGS, HGS,
Electrical stability, salinity, excess lime lebih informatif ketika pengeboran sedang berlangsung
(pada saat pengujian awal biasanya tidak berarti apa2), nantinya nilai2 ini di plot setiap hari untuk
melihat trendnya, nantinya mud engineer akan memutuskan jika nilai2 ini berubah drastis makan
harus bagaimana, seperti mengganti ukuran shaker screen, atau menambah additif lainnya.

Demikianlah yang saya tahu, jadi menjawab pertanyaan Pak Roni, adakah standar yang
menentukan besaran untuk parameter lumpur? jawabannya adalah tidak ada. Mungkin ada yang
lain yang bisa menambahkan atau mengkoreksi?

Harry Eddyarso

BINGGO!!!!

Klo tadinya gak ngaku, gak diajak ya pak?! He..he...


Sik.., asik.., asyik..! Boleh donk, klo ada kesempatan buat ninjau rig, jadi bisa lebih jelas gambaran
lingkungan kerjanya. Gak cuma membayangkan via versi teori aza. Ditunggu ya pak?!

Sekarang lanjut lagi pak, dengan beberapa pertanyaan baru, masih seputar drilling juga kok!

RHE:

Kalo masih seputar drilling kok judul emailnya "logging" ? Illegal logging 'kali ya..?? :-)

Bila sebelum memulai drilling, driller melakukan drill-off test untuk mendapatkan parameter drilling
yang optimum. Apa itu berarti dalam drilling tidak ada design parameter seperti pada akuisisi
seismik? Klo ada, apakah parameter drilling yang dicatat mudlogger sama dengan design
parameter?

RHE:

1. Drill-off test bisa dilakukan kapan saja, tapi tentunya pada saat drilling dong. Lha, kalo sebelum
drilling dimulai, apanya yang bisa di test??

2. Saya tidak tau persis apa yang anda maksudkan dengan design parameter di seismic
acquisition. Namun yang jelas, dalam drilling design, umumnya drilling engineer membuat well plan
berdasarkan data offset wells yang ada di sekitar sumur yang akan di bor tsb. Dari seismic map,
umumnya hanya diperoleh informasi tentang perkiraan type formasi dan kedalamannya melalui
drilling prognosis yang dibuat oleh group sub-surface di KPS yang bersangkutan.

3. Drilling parameter (WOB, RPM, Pump Pressure, Torque, BHA dsb) yang dibuat oleh mudlogger
umumnya sama dengan yang disiapkan oleh drilling engineer di well plan mereka, hanya
besarannya yang mungkin berbeda: "actual" versus "plan".

Bukankah semua tahapan eksplorasi sebelum dikerjakan sudah mempunyai proposal


perencanaan pengerjaan? Berarti dalam well plan juga pasti dicantumkan parameter drilling yang
akan digunakan. Apa yang mendasari driller merasa perlu untuk melakukan drill-off test?

RHE:

1. Betul, dan umumnya memang harus begitu (tapi ada lho KPS "kecil" yang tidak menyiapkan
proposal rencana kerja dengan benar - dan ini bisa sangat ber-resiko).

2. Betul, di dalam well plan dicantumkan juga semua drilling parameter dengan perkiraan
besarannya (umumnya berupa "range": dari sekian ke sekian, gitu...).

3. Drill-off test dilakukan untuk mencari besaran2 yang tepat dan optimum dari setiap drilling
parameter untuk suatu formasi tertentu yang menghasilkan rate of penetration (ROP) tertinggi.
Drill-off test bisa dilakukan kapan saja pada saat drilling. Seandainya setelah beberapa kali
dilakukan test tidak ada kenaikan ROP, berarti mungkin ada sebab2 lain yang menyebabkan ROP
melambat, atau memang drilling parameter yang sedang dipakai sudah tepat untuk jenis formasi
yang sedang dibor (formasinya memang keras banget).

Bila sumur yang dibor adalah sumur wildcat, tidak memiliki data sumur sebelumnya hanya
berdasarkan data seismik, bagaimana drilling dilaksanakan?

RHE:

Untuk wildcat wells atau exploratory wells atau sumur taruhan, umumnya design sumur (well plan)
dibuat lebih konservatif : untuk safety first !!
Bahkan bila perlu akan dilakukan shallow hazard survey bila di daerah tsb dicurigai ada shallow
gas hazard. Shallow gas hazard ini - bila ada - umumnya terlihat di seismic map berupa spot2 di
kedalaman yang relative dangkal (gambarnya pernah saya postingkan sebelumnya). Bila diyakini
ada shallow gas hazard, umumnya dilakukan pilot hole drilling dulu sebagai salah satu mitigation
plannya (sudah pernah saya bahas di posting2 sebelumnya).
Memang pada sumur wildcat, cost nya akan lebih mahal karena umumnya casing stringnya pun
akan lebih banyak (berlapis) karena kita tidak pernah tau "hazard" atau bahaya apa aja yang akan
kita encounter pada saat kita drilling deeper. Dalam setiap pengeboran sumur2 explorasi, kita akan
selalu berusaha mencari data sebanyak-banyaknya, agar sumur2 development berikutnya (bila
ada hydrocarbon discovery) akan lebih murah drilling cost nya tanpa mengurangi kualitas safety
dan kualitas sumur2 itu sendiri.

Conton kasus: Sumur Banjar Panji #1 Lapindo yang menyemburkan lumpur panas itu:

Sumur BP#1 adalah sumur wildcat atau sumur taruhan dimana rencana awal di well plannya
adalah untuk pasang casing 9 5/8" di kedalaman 8500ft, tapi entah mengapa pemboran jalan terus
sampai di kedalaman 9297ft yang akhirnya membuahkan bencana. The only reason (dari
kacamata drilling) yang bisa saya perkirakan adalah kawan2 Lapindo ingin "menghemat" casing 9
5/8", sebab bila sumur tsb "dry hole", mereka bisa plug back dan abandon the well tanpa harus
menggunakan casing tsb. Tapi dengan open hole section sepanjang 6000ft untuk sebuah sumur
taruhan, saya pikir mereka "terlalu berani bertaruh" karena hanya bersandarkan pada aspek kick
tolerance 0.58ppg (yang secara teoritis dalam keadaan normal tanpa gangguan bisa ngebor
sampai kedalaman 9400ft).
Seperti kita ketahui bahwa ternyata mereka menembus loss circulation zone di kedalaman 9270ft
(?) yang memporakporandakan scenario awal - dan akhirnya berbuntut "national disaster". Untuk
topic yang satu ini akan saya bahas secara khusus di posting terpisah.

Untuk deskripsi lithologi berdasarkan cutting. Apa kontribusi dari pencatatan lag time?

RHE:

Lag time dibutuhkan untuk memperkirakan dari kedalaman berapa drill cutting itu berasal. Lag time
dihitung berdasarkan drilling string dan annulus volume serta pump stroke per minute (SPM). Bila
diperkirakan lobang sumur sudah membesar (karena tergerus atau washed out) biasanya
dilakukan "carbide check" untuk mengetahui annulus volume yang sebenarnya - sehingga koreksi
kemudian bisa dilakukan. Kedalaman yang lebih tepat bisa dilakukan / di verifikasi pada saat
running electric logging untuk hole section yang besangkutan.

Bila deskripsi lithologi dilakukan oleh mudlogger dan wellsite. Data apa saja yang digunakan?

RHE:

Data yang digunakan adalah deskripsi lithology dari sampel drill cuttings tsb: jenis batuan (shale,
limestone, sandstone, coal, dsb), hardness, color, gas readings (umumnya C1 s/d C5, H2S, CO2
bila ada, dsb), oil shows, ROP, bottom hole assembly (BHA), dsb. Semuanya itu dirangkum dan
dibuat dalam sebuat report yang disebut mudlog.

Bagaimana caranya menentukan pemilihan pemakaian drilling mud? Apa pengaruhnya terhadap
proses logging?
RHE:

1. Soal drilling mud ini pernah saya tulis diposting sebelumnya (tanggal 25 July 2006) Please see
below.

2. Pengaruhnya pada logging? Umumnya alat2 electric logging yang dipakai sama aja, hanya
untuk sumur2 yang memakai oil base mud, resistivity tool biasanya diganti dengan Induction tool..
Untuk hal yang satu ini saya persilakan Bung Doddy Samperuru dan Bung Ridwan Hardiawan
(Moderator KBK Bor yang lain) untuk menjelaskannya dengan lebih detail, karena kebetulan
beliau2 ini berkiprah di bisnis electric logging services.

Ini lho, posting saya yang tanggal 25 July 2006 itu:

Bung Roni,

Menambahkan penjelasan dari Bung Ridwan Hardiawan di bawah ini, standar "baku" memang
tidak ada. Tapi pada prinsipnya, type lumpur (dan propertiesnya) yang akan dipakai ditentukan
oleh faktor2 sbb:

1. Type formasi yang akan dibor (limestone, shale, sand, chert, dsb)
2. Temperature, pore pressure, permeability serta strength dari formasi tsb.
(Untuk penentuan mud weight, kita perlu juga mempertimbangkan fracture gradientnya).
3. Prosedur yang dipakai untuk mengevaluasi formasi (coring, logging, etc)
4. Kualitas dari air lokal yang tersedia (terutama kandungan Chloride, Calsium, Potassium)
5. Pertimbangan2 aspek lingkungan (biasanya Water based mud vs Oil Based mud).

Tujuan akhir adalah untuk memperoleh system lumpur yang efektif namun dengan cost per barrel
yang optimum.

Susunan kimiawi batuan dari satu daerah di kedalaman tertentu bisa berbeda-beda dengan
tempat2 yang lain. Bahkan di lobang yang sama, mud properties dari hole section yang atas
dengan hole section di bawahnya bisa berbeda karena perbedaan kimiawi batuan tsb, selain
formation pressure dan temperaturenya juga bisa berbeda. Semakin tinggi temperature dan
tekanan di hole section tertentu, semakin ketat pula pengawasan mud properties yang diperlukan
(mud cost / bbl nya pun biasanya akan semakin mahal). Dalam operasi drilling, mud properties ini
akan di cek terus secara kontinu, at least 2x sehari untuk me-maintain mud properties yang
diinginkan. Lumpur yang sudah dipersiapkan dengan cantik akan berubah propertiesnya karena
adanya kontaminasi dengan masuknya material2 serta fluida2 lain yang berasal dari lubang yang
sedang dibor, seperti yang sudah disebut oleh Bung Ridwan di bawah ini.

Di bawah ini saya ambilkan contoh range dari mud properties yang saya ambil dari sebuah sumur
di daerah Ramba. Biasanya mud properties untuk daerah2 lain juga tidak akan beranjak jauh dari
range di bawah ini:
1. Density (Mud Weight) = ???? [ppg] -> beratnya tergantung formation pressure dan fracture
gradient dari hole section yang sedang dibor. Gunanya untuk hole stability dan mencegah kick /
blow-out.

2. Viscosity = 40-55 [sec/quart] -> Diukur dengan mengunakan Marsh Funnel untuk mengetahui
dengan cepat konsistensi dari lumpur bor (untuk air tawar pada suhu 75degF, Viscosity-nya = 26
[sec/qt], used as the baseline).

3. PV (Plastic Viscosity) = 6-15 [centipoises]

4. YP (Yield Point) = 14-22 [lbs/100ft2]

5. Gel Strength (10 sec / 10 mins) = 2/3 - 4/5 [lbs/100ft] PV, YP maupun Gel
Strength merupakan parameter2 rheology lumpur yang pada intinya mencerminkan hole cleaning
capability dari system Lumpur yang digunakan. Gel Strength mencerminkan kemampuan lumpur
untuk "memegang" atau "men-suspend" drill cuttings agar tidak turun kembali ke dasar lobang dan
stay di tempat pada saat pompa lumpur sedang "off". Parameter rheology lumpur ini diukur dengan
menggunakan alat rotational viscometer, dimana:

PV = Bacaan pada 600RPM - Bacaan pada 300RPM, dengan satuan [centipoise] YP = Bacaan
pada 300RPM - PV, dengan satuan [lbs/100ft2]

6. pH = 8.5 - 10 -> dibuat dalam suasana basa untuk mencegah korosi.

7. API Fluid Loss = 5-7 [cc/30 mins] -> mencerminkan jumlah relatif fluida lumpur yang masuk ke
dalam formasi. Mud cake yang terbentuk sebaiknya tidak tebal dan sifatnya liat (tough) untuk
stabilitas dinding sumur dan meminimize "formation damage" karena intrusi fluida lumpur.

8. HT-HP Fluid Loss = ??? [cc/30 mins] -> as required, tergantung kondisi setempat dan drilling
program.

9. Drill Solids = <6 [% by volume]. Low Gravity Solid (LGS) akan banyak berpengaruh pada mud
viscosity, sedangkan High Gravity Solid (HGS) pada density dari lumpur tsb.

10. Salinity (Chloride content) -> tergantung kondisi setempat. Pada intinya kandungan Chloride
dalam air menentukan kemampuan bentonite (clay) untuk terhydrasi. Itulah sebabnya, untuk
operasi drilling di offshore diperlukan air tawar untuk pre-hydrate gel/bentonite terlebih dahulu
sebelum lumpur bisa dicampur dengan air laut dan mud additive yang lain.

11. Excess Lime = 150-200 mg/liter -> menggunakan hardness test, yang mencerminkan jumlah
Calsium yang terlarut / tersuspensi di dalam lumpur.

12. Selain mud properties tersebut di atas, dilakukan juga Alkalinity test yang dinyatakan dalam Pm
(untuk mud) dan Pf (untuk filtrate) untuk mengetahui kemampuan campuran lumpur untuk bereaksi
terhadap asam (menggunakan larutan phenolphthalien). Ada juga Methylene Blue Test (MBT) <
17ppb equivalent bentonite, dst dst ...
Untuk referensi tambahan, ada baiknya anda membaca buku American Petroleum Institute (API)
Recommended Practice (RP 13D) "Recommended Practice on the Rheology and Hydraulics of
Oilwell Drilling Fluids" dan API RP 13I "Recommended Practice for Laboratory Testing of Drilling
Fluids"

Maaf kalau penjelasan saya ini terlalu panjang, semoga gak bikin bingung.

Harry Eddyarso

Hallo Mbak MacAthur,

Wuih, saya senang sekali dengan semangat anda yang menggebu2 untuk tau banyak tentang ilmu
drilling. Omong2 pingin jadi drilling engineer nih..?
Gak apa2 kok, asyik memang! Saya juga punya murid cewek tamatan Teknik Sipil UI, namanya
Karinasari (member di milis ini juga). Baru diajarin sebentar aja doi udah tau banyak, bahkan udah
jagoan bikin drilling AFE dan well plan segala (Hooii Karin...., ngomong doooooong... .!!) :-)
So, Mbak Athur, jawaban saya ada di bawah ini ya (please see below):
"I shall return...!", kata Jenderal MacAthur

athur queen

Makasih pak, buat pujiannya dan TERUTAMA buat PENJELASANnya!


Makasih juga buat koreksi judulnya!
Nanya lagi nih pak, boleh ya? Semoga tidak bosen memberikan penjelasan!

Drilling
- Apakah logging termasuk dalam pekerjaan drilling? Atau driling dan logging termasuk pekerjaan
yang beda, hanya saja pelaksanaannya bersamaan?

Casing
- Ada berapa jenis casing? Saya pernah mendengar surface casing, intermediate / protective
casing, production / liner casing, tapi gak ngerti maksudnya apa. Selama ini yang saya tahu bahwa
casing dipasang untuk menahan agar formasi tidak runtuh ke dalam well.
- Kenapa casing dipasang berlapis?
- Apa bedanya casing dengan conductor pipe?
- Kenapa musti dipasang conductor pipe terlebih dahulu baru menyusul casing? Bukankah fungsi
conductor pipe juga sama dan bisa diwakilkan oleh casing saja?

Dari email-email diskusi bapak yang lama di milis, saya mendapatkan beberapa istilah yang tidak
saya mengerti. Mohon dijelaskan ya pak!
- pilot hole
- casing point
- hole opener / underreamer
- abnormal pressure zone
- skid beam

Logging
Apakah yang dimaksud dengan logging adalah identik dengan wireline logging? klo begitu, mud
logging beda lagi donk pak?

Terima kasih.

Karina sari

Halo pak Harry,

maap aku baru spud sumur Sriwijaya-1 tanggal 5 may 2007 pukul 16:00 kemaren, jadi masuk
hutan dan ngga keluar-keluar lagi sampai sekarang tuh (hanya nebeng mandi aja di lubuk linggau-
ditempuh 1 jam off-road).

ini baru aja mengalami masalah sedikit buat loggingnya karena aku bawa alat logging resistivity
saja (ini rangkaian supercombo untuk dilubang pilot hole 12.1/4"-yang akan dienlarge menjadi
17.1/2") DLL-SFL-MSFL-MSonic(DT-SDT)-RHOB-GR-SP-NPHI-CAL eh ternyata keseluruhan tool
nya kalau dirun mencapai 130 ft sedangkan kita hanya mempersiapkan pocket max 30 ft,
akibatnya sekitar 100 ft data dari DLL dan SP tidak bisa dibaca.

sedihnya, sekali lagi, karena daku hanya membawa tool berdasarkan kontrak, ada miss
deh...karena mud yang dipakai masih native mud-pre spud mud (bentonite aja...) sehingga hasil
DLL dikhawatirkan tidak maksimal karena kandungan salinitas lumpurnya sangat minim...
(harusnya bawa induction tool) ya jadi a very good lesson learned deh...

Pak Harry, mau nemenin aku disini? Hehehe....


sekarang aku ngga jago bikin afe loh pak....tapi juga jago mancing!
regards, KS

-masih terjebak dihutan-

Nataniel Mangiwa

Q: Apakah logging termasuk dalam pekerjaan drilling? Atau driling dan logging termasuk pekerjaan
yang beda, hanya saja pelaksanaannya bersamaan?

A: Logging dari view geology ada 2 jenis.


1. Logging While drilling (LWD) = Logging tool di attach langsung di BHA
2. Logging After drilling (WIRELINE/TLC) = Setelah drilling - TD - POOH - lalu running LOGGING
"abnormal pressure zone = zone yang mempunyai tekanan formasi di atas normal. Setau saya, di
laut Jawa tekanan normalnya (gradientnya) adalah 0.465 psi/ft. Pada daerah2 yang mempunyai
abnormal pressure zone, pressure gradientnya bisa mencapai > 0.8 psi/ft"

ABNORMAL pressure kurang tepat kalau SELALU diartikan sebagai pressure yg DI ATAS normal,
karena abnormal artinya adalah TIDAK normal (di luar normal). ABnormal bisa saja di atas trend
normal pressure tapi bisa juga di bawah trend normal pressure. Kalau di atas normal, namanya
OVER pressure. pressure gradien di muka bumi dimanapun hukumnya adalah sama. Kalau
pernah tau hukum P=rho.g.h, semuanya akan mengacu ke hukum dasar tersebut. Pressure
gradient tidak sama dengan Gradien geothermal, kalau gradien geothermal memang akan
berbeda-beda di belahan bumi.

Pressure normal di satu lapisan sub-surface, hanya bergantung kepada kedalamannya saja dan
tentu saja jenis fluidanya. Adapun yg disebut sebagai Pressure Normal adalah Hydrostatic
Pressure dari suatu kedalaman dan dengan SATU asumsi, bahwa fluida in place adalah WATER.
Kenapa WATER? karena kandungan reservoir/aquifer terbanyak di seluruh muka bumi ini adalah
WATER, bukan OIL/GAS.

Mudahan membantu,

Harry Eddyarso

Mbak Athur,

Please see my responses below.

_____

From: athur queen [mailto:athur_queen@yahoo.com]


Sent: Tuesday, May 08, 2007 3:24 PM
To: Migas_Indonesia@yahoogroups.com
Cc: pemboran@migas-indonesia.com
Subject: RE: [Oil&Gas] (bor) Tanya # 3: Logging

Makasih pak, buat pujiannya dan TERUTAMA buat PENJELASANnya!


Makasih juga buat koreksi judulnya! Nanya lagi nih pak, boleh ya? Semoga tidak bosen
memberikan penjelasan!

Drilling
- Apakah logging termasuk dalam pekerjaan drilling? Atau driling dan logging termasuk pekerjaan
yang beda, hanya saja pelaksanaannya bersamaan?

RHE:
Ya, logging termasuk bagian dari aktifitas drilling. Logging bisa diartikan sebagai "data acquisition"
dalam proses drilling, baik itu data2 atau informasi dari mudlogging maupun yang dari electric
logging. Data2 itu dikumpulkan, di compiled dan disajikan dalam bentuk "mud log report" atau
"logs" untuk dianalisa lebih lanjut.

Casing
- Ada berapa jenis casing? Saya pernah mendengar surface casing, intermediate / protective
casing, production / liner casing, tapi gak ngerti maksudnya apa. Selama ini yang saya tahu bahwa
casing dipasang untuk menahan agar formasi tidak runtuh ke dalam well.
- Kenapa casing dipasang berlapis?
- Apa bedanya casing dengan conductor pipe?
- Kenapa musti dipasang conductor pipe terlebih dahulu baru menyusul casing?
Bukankah fungsi conductor pipe juga sama dan bisa diwakilkan oleh casing saja?

RHE:

Conductor adalah selubung terluar dari sebuah sumur dan umumnya berfungsi sebagai "struktur"
yang menahan beban vertical (axial stress) dari beban2 di bawahnya. Conductor pipe sebenarnya
TIDAK didesign untuk menahan pressure, baik internal pressure (burst rating) maupun external
pressure (collapse rating). Dalam bangunan lepas pantai (platform), biasanya selubung conductor
diconsider sebagai bagian dari struktur tsb. Bahkan di platform type tripod, leg A (kaki yang
vertical) biasanya dipakai juga sebagai conductor dari salah satu sumurnya.

Soal casing ini sudah pernah saya tulis dalam posting saya tanggal 28 October 2006, terus saya
postingkan lagi tanggal 1 April 2007. Please check (kalo dipostingkan lagi entar orang2 bosan
melihatnya)..

Dari email-email diskusi bapak yang lama di milis, saya mendapatkan beberapa istilah yang tidak
saya mengerti. Mohon dijelaskan ya pak!

RHE:

- pilot hole = lubang "yang relative" lebih kecil dari ukuran lobang sebenarnya untuk hole section
yang bersangkutan. Kenapa di bor pilot hole?
Ada beberapa alasan, di antaranya: untuk alasan safety terutama untuk daerah2 yang disinyalir
mengandung shallow gas hazards, atau untuk keperluan electric logging quality (karena kalau kita
logging di lubang besar hasil log nya kurang akurat), dsb.
- casing point = kedalaman dimana sebuah casing string akan di set dan di semen.
- hole opener / underreamer = alat drilling yang berfungsi untuk "membuka" atau "membesarkan"
pilot hole menjadi ukuran lobang yang sebenarnya. Kalo hole opener, ke-3 arm atau lengannya
umumnya bersifat "fixed", sedangkan pada underreamer, ke-3 armnya akan terbuka dengan
tekanan Lumpur yang dipompakan melalui drill string.
- abnormal pressure zone = zone yang mempunyai tekanan formasi di atas normal. Setau saya, di
laut Jawa tekanan normalnya (gradientnya) adalah 0.465 psi/ft. Pada daerah2 yang mempunyai
abnormal pressure zone, pressure gradientnya bisa mencapai > 0.8 psi/ft.
- skid beam = beam yang buat menumpu rig untuk bergeser (skidding).
Logging
Apakah yang dimaksud dengan logging adalah identik dengan wireline logging? klo begitu, mud
logging beda lagi donk pak?

RHE:

Logging itu bisa mudlogging atau electric / wireline logging. Keduanya berbeda dalam bentuk dan
cara akuisisi datanya, namun kalau keduanya digabung untuk sumur yang sama, data2nya saling
menguatkan (verified). Untuk acuan kedalaman interval perforasi digunakan wireline logs karena
lebih
akurat. Mudlog kurang akurat karena drill cuttings yang diambil sebagai sample, kedalaman
asalnya hanya dikira2 berdasarkan lag time.

Note: Kalau belum pernah ke rig ya agak susah saya ngejelasinnya. (maaf ya.).

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai