Kerangka Untuk Perikatan Asurans PDF
Kerangka Untuk Perikatan Asurans PDF
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam,
atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Institut Akuntan
Publik Indonesia dan Penerbit Salemba Empat.
iii
(Berlaku efektif untuk perikatan audit atau reviu atas laporan keuangan
untuk periode yang dimulai pada atau setelah: (i) tanggal 1 Januari 2013
(untuk Emiten), atau (ii) tanggal 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten;
penerapan dini dianjurkan). Perikatan audit atau reviu atas laporan keuangan
untuk periode yang dimulai sebelum: (i) tanggal 1 Januari 2013 (untuk
Emiten), atau (ii) tanggal 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten (jika
tidak melakukan penerapan dini)) tetap menggunakan Standar Auditing
(untuk perikatan audit atau perikatan reviu laporan keuangan entitas publik)
atau Standar Jasa Akuntansi dan Review yang tercantum dalam Standar
Profesional Akuntan Publik versi 31 Maret 2011 yang ditetapkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia.)
DAFTAR ISI
Paragraf
Pendahuluan............................................................................. 16
Definisi dan Tujuan Perikatan Asurans..................................... 711
Ruang Lingkup Kerangka......................................................... 1216
Penerimaan Perikatan............................................................... 1719
Unsur-Unsur Perikatan Asurans............................................... 2060
Penggunaan Nama Praktisi yang Tidak Semestinya............... 61
Lampiran: Perbedaan antara Perikatan yang Memberikan Keyakinan
Memadai dengan Perikatan yang Memberikan Keyakinan Terbatas
iv
1 Pendahuluan
2
3 1. Kerangka ini menjelaskan unsur-unsur dan tujuan perikatan
4 asurans, dan mengidentifikasi perikatan-perikatan yang
5 diterapi Standar Audit (SA), Standar Perikatan Reviu
6 (SPR), dan Standar Perikatan Asurans (SPA). Kerangka
7 ini menyediakan kerangka acuan untuk:
8 (a) Akuntan profesional dalam praktik publik (praktisi)
9 pada waktu melaksanakan perikatan asurans. Akuntan
10 profesional dalam sektor publik mengacu ke Perspektif
11 Sektor Publik yang dijelaskan di akhir Kerangka ini.
12 Akuntan profesional yang tidak dalam praktik publik
13 atau tidak berpraktik dalam sektor publik didorong untuk
14 mempertimbangkan Kerangka ini bila melaksanakan
15 perikatan asurans.1
16 (b) Pihak-pihak lain yang terlibat dalam perikatan asurans,
17 termasuk pengguna laporan asurans yang dituju dan
18 pihak yang bertanggung jawab terhadap hal pokok.
19 (c) Dewan Standar Profesional Akuntan Publik (DSPAP)
20 Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada waktu
21 mengembangkan SA, SPR, dan SPA selain audit dan
22 reviu.
23
24 2. Kerangka ini tidak menetapkan standar atau menyediakan
25 prosedur untuk melaksanakan perikatan asurans. SA, SPR,
26 dan SPA berisi prinsip dasar, prosedur pokok dan panduan
27 terkait, yang konsisten dengan konsep Kerangka ini, untuk
28 pelaksanaan perikatan asurans. Hubungan antara Kerangka
29 dengan SA, SPR, dan SPA ini digambarkan dalam Struktur
30 Standar Profesi yang ditetapkan oleh DSPAP.
31
32
33
34
Jika seorang akuntan profesional tidak dalam praktik publik (seperti seorang
1
35
auditor internal), menerapkan Kerangka ini, dan (a) Kerangka ini, SA, SPR, atau
36 SPA diacu dalam laporan akuntan profesional, serta (b) akuntan profesional
37 tersebut atau anggota lain tim asurans dan, jika relevan, pemimpin akuntan
38 profesional, tidak independen dengan entitas yang terhadapnya perikatan
39 asurans dilaksanakan, ketiadaan independensi dan sifat hubungan tersebut
dengan entitas harus secara mencolok diungkapkan dalam laporan akuntan
40
profesional. Demikian juga, laporan tersebut tidak boleh mencantumkan kata
41 independen dalam judulnya, dan harus mencatumkan pembatasan tujuan
42 serta pengguna laporan tersebut.
1 Penerimaan Perikatan
2
3 17. Praktisi menerima perikatan asurans hanya jika pengetahuan
4 awal praktisi atas kondisi perikatan menunjukkan bahwa:
5 (a) Ketentuan etika profesi yang relevan, seperti independensi
6 dan kompetensi profesional akan terpenuhi; dan
7 (b) Perikatan tersebut memiliki karakteristik sebagai
8 berikut:
9 (i) Hal pokok adalah semestinya;
10 (ii) Kriteria yang digunakan adalah tepat dan tersedia
11 bagi pengguna laporan yang dituju;
12 (iii) Praktisi memiliki akses untuk mendapatkan bukti
13 yang cukup dan tepat untuk mendukung kesimpulan
14 praktisi;
15 (iv) Kesimpulan praktisi, dalam perikatan yang
16 memberikan keyakinan memadai atau perikatan
17 yang memberikan keyakinan terbatas, harus
18 dimasukkan dalam laporan tertulis; dan
19 (v) Praktisi yakin bahwa ada suatu tujuan rasional
20 untuk perikatan tersebut. Jika terdapat pembatasan
21 signifikan terhadap ruang lingkup pekerjaan praktisi
22 (lihat paragraf 55), kemungkinan perikatan tersebut
23 tidak memiliki tujuan rasional. Demikian juga,
24 jika praktisi yakin bahwa pihak yang melakukan
25 perikatan dengan praktisi, bermaksud mengaitkan
26 nama praktisi dengan hal pokok dengan cara yang
27 tidak patut (lihat paragraf 61).
28 SA, SPR dan SPA tertentu mungkin saja mencakup ketentuan
29 tambahan yang harus dipenuhi sebelum menerima perikatan
30 tersebut.
31
32 18. Bila suatu perikatan potensial tidak dapat dikategorikan
33 sebagai suatu perikatan asurans karena tidak memiliki seluruh
34 karakteristik yang dijelaskan dalam paragraf sebelum ini,
35 pihak yang melakukan perikatan dengan praktisi mungkin
36 dapat membuat suatu perikatan lain yang dapat memenuhi
37 kebutuhan pengguna laporan yang dituju. Sebagai contoh:
38 (a) Jika kriteria awal tidak sesuai, perikatan asurans masih
39 tetap dapat dilakukan jika:
40 (i) Praktisi dan pihak yang melakukan perikatan dapat
41 mengidentifikasi suatu aspek hal pokok awal
42 yang sesuai dengan kriteria perikatan asurans,
10
11
12
1 Hal Pokok
2 31. Hal pokok, dan informasi hal pokok suatu perikatan asurans
3 dapat memiliki berbagai bentuk, seperti:
4 Kinerja atau kondisi keuangan (sebagai contoh: posisi
5 keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas historis
6 atau prospektif) yang untuknya informasi hal pokok
7 dapat berupa pengakuan, pengukuran, penyajian,
8 dan pengungkapan yang tercermin dalam laporan
9 keuangan.
10 Kinerja atau kondisi non-keuangan (sebagai contoh:
11 kinerja suatu entitas) yang untuknya informasi hal
12 pokok mungkin merupakan indikator utama efisiensi dan
13 efektivitas.
14 Karakteristik fisik (sebagai contoh: kapasitas suatu
15 fasilitas) yang untuknya informasi hal pokok dapat berupa
16 dokumen tentang spesifikasi.
17 Sistem dan proses (sebagai contoh: pengendalian
18 internal atau sistem teknologi informasi suatu entitas)
19 yang untuknya informasi hal pokok dapat berupa asersi
20 tentang efektivitas.
21 Perilaku (sebagai contoh: praktik tata kelola korporasi,
22 kepatuhan terhadap peraturan, sumber daya manusia)
23 yang untuknya informasi hal pokok dapat berupa
24 suatu pernyataan kepatuhan atau suatu pernyataan
25 efektivitas.
26
27 32. Hal pokok memiliki beberapa karakteristik yang berbeda,
28 yang mencakup seberapa kualitatif atau kuantitatif, objektif
29 atau subjektif, dan historis atau prospektif informasi tentang
30 hal pokok tersebut, serta apakah informasi tentang hal pokok
31 tersebut terkait dengan suatu titik waktu atau suatu periode.
32 Karakteristik tersebut memengaruhi:
33 (a) Tingkat ketepatan atas pengevaluasian dan pengukuran
34 hal pokok terhadap kriteria; dan
35 (b) Tingkat kepersuasifan dari bukti yang tersedia.
36 Laporan asurans menyajikan karakteristik tertentu yang
37 relevan dengan pengguna yang dituju.
38
39 33. Suatu hal pokok yang tepat adalah hal yang:
40 (a) Dapat diidentifikasi, dan dapat dievaluasi atau diukur
41 secara konsisten dengan kriteria yang telah diidentifikasi;
42 dan
13
14
15
38 hanya bagi pengguna tertentu yang dituju atau untuk suatu tujuan tertentu,
39 ketiadaan pembatasan tersebut tidak dengan sendirinya mengindikasikan
bahwa suatu tanggung jawab hukum menjadi kewajiban praktisi dalam
40
hubungannya dengan pengguna yang dituju atau tujuan tersebut. Kondisi
41 setiap kasus dan yurisdiksi yang berlaku akan menentukan apakah suatu
42 tanggung jawab hukum menjadi kewajiban praktisi.
16
1 Skeptisisme Profesional
2 40. Praktisi merencanakan dan melaksanakan perikatan asurans
3 dengan suatu sikap skeptisisme profesional dengan menyadari
4 bahwa mungkin terdapat kondisi yang dapat menyebabkan
5 terjadinya kesalahan penyajian material atas informasi hal
6 pokok. Suatu sikap skeptisisme profesional berarti praktisi
7 membuat suatu penilaian kritis (critical assessment) dengan
8 pikiran yang selalu mempertanyakan tentang validitas bukti-
9 bukti yang diperoleh, dan waspada terhadap bukti yang
10 kontradiktif atau keandalan dokumen atau representasi yang
11 diberikan oleh pihak yang bertanggung jawab. Sebagai contoh,
12 suatu sikap skeptisisme profesional diperlukan praktisi selama
13 proses perikatan untuk mengurangi risiko terabaikannya hal-
14 hal yang mencurigakan, tersamaratakannya hasil observasi
15 ketika menarik kesimpulan, serta digunakannya asumsi
16 yang keliru dalam menentukan sifat, saat, dan luas prosedur
17 pengumpulan bukti dan pengevaluasian hasil yang terkait.
18
19 41. Suatu perikatan asurans jarang sekali mencakup autentikasi
20 dokumentasi, karena praktisi tidak dilatih sebagai, atau
21 diharapkan menjadi, pakar dalam autentikasi tersebut. Namun,
22 praktisi mempertimbangkan keandalan informasi yang akan
23 digunakan sebagai bukti, sebagai contoh fotokopi, faksimile,
24 dokumen yang difilmkan atau didigitalisasi, atau dokumen
25 elektronik lainnya, termasuk pertimbangan atas pengendalian
26 terhadap pembuatan dan pemeliharaan informasi tersebut,
27 jika relevan.
28
29 Kecukupan dan Ketepatan Bukti
30 42. Kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti. Ketepatan adalah
31 ukuran kualitas bukti tersebut; yaitu relevansi dan keandalan
32 bukti tersebut. Kuantitas bukti yang diperlukan dipengaruhi
33 oleh risiko kesalahan penyajian material suatu informasi
34 hal pokok (makin besar risiko, kemungkinan besar makin
35 banyak bukti yang dibutuhkan) dan juga oleh kualitas bukti
36 tersebut (makin berkualitas suatu bukti, kemungkinan makin
37 sedikit bukti yang dibutuhkan). Oleh karena itu, kecukupan
38 dan ketepatan bukti terkait satu sama lain. Namun, kuantitas
39 bukti yang lebih banyak belum tentu dapat mengompensasi
40 kualitas bukti yang buruk.
41
42
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
1 LAMPIRAN
2
3 Perbedaan antara Perikatan yang Memberikan
4 Keyakinan Memadai dengan Perikatan yang
5 Memberikan Keyakinan Terbatas
6
7 Lampiran ini memberikan gambaran tentang perbedaan antara perikatan
8 asurans yang memberikan keyakinan memadai dengan perikatan
9 asurans yang memberikan keyakinan terbatas seperti yang dibahas
10 dalam Kerangka (lihat secara khusus paragraf yang dirujuk).
11
12 PROSEDUR
13 TIPE LAPORAN
TUJUAN PENGUMPULAN
14 PERIKATAN ASURANS
BUKTI12
15 Perikatan yang Suatu Bukti yang Uraian tentang
16 memberikan penurunan cukup dan kondisi perikatan
17 keyakinan risiko perikatan tepat diperoleh dan suatu
18 memadai asurans ke sebagai bagian pernyataan
19 tingkat rendah dari suatu kesimpulan
20 yang dapat proses perikatan dalam bentuk
21 diterima yang sistematis positif. (paragraf
22 dalam kondisi yang mencakup: 58)
23 perikatan, Memperoleh
24 sebagai suatu
25 basis untuk pemahaman
26 pernyataan atas kondisi
27 kesimpulan perikatan;
28 praktisi dalam Menilai risiko;
29 bentuk positif Merespons
30 (paragraf 11) risiko yang
31 telah dinilai;
32 Melaksanakan
33 prosedur
34 lanjutan yang
35 secara jelas
36 berkaitan
37
38
39
40
41 Diskusi detil atas buktipersyaratan pengumpulan hanya layak dalam SPA
12
29
1 PROSEDUR
2 TIPE LAPORAN
TUJUAN PENGUMPULAN
3 PERIKATAN ASURANS
BUKTI12
4 dengan
5 risiko yang
6 diidentifikasi,
7 dengan
8 menggunakan
9 suatu
10 kombinasi
11 dari inspeksi,
12 observasi,
13 konfirmasi,
14 perhitungan
15 kembali,
16 pelaksanaan
17 kembali,
18 prosedur
19 analitis, dan
20 permintaan
21 keterangan.
22 Prosedur
23 lanjutan
24 tersebut
25 melibatkan
26 prosedur
27 substantif,
28 termasuk,
29 jika relevan,
30 pemerolehan
31 informasi
32 penguat, dan
33 tergantung
34 dari sifat
35 hal pokok,
36 pengujian
37 efektivitas
38 operasi
39 pengendalian;
40 dan
41
42
30
1 PROSEDUR
2 TIPE LAPORAN
TUJUAN PENGUMPULAN
3 PERIKATAN ASURANS
BUKTI12
4 Mengevaluasi
5 bukti yang
6 diperoleh.
7 (paragraf 51
8 dan 52).
9 Perikatan yang Suatu Bukti yang Uraian tentang
10 memberikan penurunan cukup dan kondisi perikatan
11 keyakinan risiko perikatan tepat diperoleh dan pernyataan
12 terbatas asurans ke sebagai bagian kesimpulan
13 tingkat yang dari proses dalam bentuk
14 dapat diterima perikatan yang negatif. (paragraf
15 sesuai dengan sistematis yang 59)
16 kondisi mencakup
17 perikatan yang pemerolehan
18 bersangkutan, suatu
19 namun risiko pemahaman
20 tersebut lebih tentang hal
21 besar daripada pokok dan
22 risiko dalam kondisi lain
23 perikatan yang perikatan,
24 memberikan namun
25 keyakinan prosedurnya
26 memadai, bersifat terbatas
27 sebagai dibandingkan
28 dasar untuk dengan
29 pernyataan perikatan yang
30 kesimpulan memberikan
31 praktisi dalam keyakinan
32 bentuk negatif. memadai.
33 (paragraf 11) (paragraf 53)
34
35
36
37
38
39
40
41
42
31
32