Anda di halaman 1dari 38

Komponen-Komponen Kurikulum

Posted on 22 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT 54 Komentar

Oleh : Akhmad Sudrajat

Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3) strategi,
pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima komponen tersebut memiliki
keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing komponen tersebut.

A. Tujuan

Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara telah mewajibkan para
warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, melalui berbagai ragam teknis
penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik
kemampuan sumber daya dan keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam
hal menentukan tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama. Seperti yang
disampaikan oleh Hummel (Uyoh Sadulloh, 1994) bahwa tujuan pendidikan secara universal
akan menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu:

1. Autonomy; gives individuals and groups the maximum awarenes, knowledge, and ability
so that they can manage their personal and collective life to the greatest possible extent.
2. Equity; enable all citizens to participate in cultural and economic life by coverring them
an equal basic education.
3. Survival ; permit every nation to transmit and enrich its cultural heritage over the
generation but also guide education towards mutual understanding and towards what
has become a worldwide realization of common destiny.)

Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab..

Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik, selanjutnya
dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap
jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.

Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan kurikuler;
yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di
setiap sekolah atau satuan pendidikan.

Berikut ini disampaikan beberapa contoh tujuan kurikuler yang berkaitan dengan pembelajaran
ekonomi, sebagaimana diisyaratkan dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar :

1. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP/MTS

Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan


lingkungannya
Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

2. Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi di SMA

Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah


ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu,
rumah tangga, masyarakat, dan negara
Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk
mendalami ilmu ekonomi
Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan
dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri
sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara
Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam
masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional

3. Tujuan Mata Pelajaran Kewirausahaan pada SMK/MAK

Memahami dunia usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan
masyarakat
Berwirausaha dalam bidangnya
Menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya
Mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha.

4. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMK/MAK

Memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan


lingkungannya
Berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial
Berkomitmen terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
Berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di
tingkat lokal, nasional, dan global.

Tujuan-tujuan pendidikan mulai dari pendidikan nasional sampai dengan tujuan mata pelajaran
masih bersifat abstrak dan konseptual, oleh karena itu perlu dioperasionalkan dan dijabarkan
lebih lanjut dalam bentuk tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan tujuan
pendidikan yang lebih operasional, yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran dari
setiap mata pelajaran.

Pada tingkat operasional ini, tujuan pendidikan dirumuskan lebih bersifat spesifik dan lebih
menggambarkan tentang what will the student be able to do as result of the teaching that he was
unable to do before (Rowntree dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 1997). Dengan kata lain,
tujuan pendidikan tingkat operasional ini lebih menggambarkan perubahan perilaku spesifik apa
yang hendak dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran. Merujuk pada pemikiran Bloom,
maka perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.

Lebih jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih Sukmadinata (1997)
memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai pada tujuan pembelajaran,
yakni :

1. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik, dengan : (a)
menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat diamati; (b)
menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta didik; dan (c) memberikan
pengkhususan tentang sumber-sumber yang dapat digunakan peserta didik dan orang-
orang yang dapat diajak bekerja sama.
2. Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam bentuk: (a)
ketepatan atau ketelitian respons; (b) kecepatan, panjangnya dan frekuensi respons.
3. Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang menunjang perilaku peserta didik
berupa : (a) kondisi atau lingkungan fisik; dan (b) kondisi atau lingkungan psikologis.

Upaya pencapaian tujuan pembelajaran ini memiliki arti yang sangat penting.. Keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran pada tingkat operasional ini akan menentukan terhadap
keberhasilan tujuan pendidikan pada tingkat berikutnya.
Terlepas dari rangkaian tujuan di atas bahwa perumusan tujuan kurikulum sangat terkait erat
dengan filsafat yang melandasinya. Jika kurikulum yang dikembangkan menggunakan dasar
filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) sebagai pijakan utamanya maka
tujuan kurikulum lebih banyak diarahkan pada pencapaian penguasaan materi dan cenderung
menekankan pada upaya pengembangan aspek intelektual atau aspek kognitif.

Apabila kurikulum yang dikembangkan menggunakan filsafat progresivisme sebagai pijakan


utamanya, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada proses pengembangan dan aktualisasi
diri peserta didik dan lebih berorientasi pada upaya pengembangan aspek afektif.

Pengembangan kurikulum dengan menggunakan filsafat rekonsktruktivisme sebagai dasar


utamanya, maka tujuan pendidikan banyak diarahkan pada upaya pemecahan masalah sosial
yang krusial dan kemampuan bekerja sama.

Sementara kurikulum yang dikembangkan dengan menggunakan dasar filosofi teknologi


pendidikan dan teori pendidikan teknologis, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada
pencapaian kompetensi.

Dalam implementasinnya bahwa untuk mengembangkan pendidikan dengan tantangan yang


sangat kompleks boleh dikatakan hampir tidak mungkin untuk merumuskan tujuan-tujuan
kurikulum dengan hanya berpegang pada satu filsafat, teori pendidikan atau model kurikulum
tertentu secara konsisten dan konsekuen. Oleh karena itu untuk mengakomodir tantangan dan
kebutuhan pendidikan yang sangat kompleks sering digunakan model eklektik, dengan
mengambil hal-hal yang terbaik dan memungkinkan dari seluruh aliran filsafat yang ada,
sehingga dalam menentukan tujuan pendidikan lebih diusahakan secara bereimbang. .

B. Materi Pembelajaran

Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori
pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum
yang didasari filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi
pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis
dan sistematis, dalam bentuk:

1. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi
hubungan hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan
meramalkan gejala tersebut.
2. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan,
merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari
analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan
hubungan antara beberapa konsep.
5. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus
dilakukan peserta didik.
6. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari
terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam
materi.
8. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas
suatu uraian atau pendapat.
9. Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam
garis besarnya.
10. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya
mencapai tujuan kurikulum.

Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang
kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus
diambil dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang
didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam
bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang krusial,
misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan
pada teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian
rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi.
Materi pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub
kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.

Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat dari filsafat yang melandasi
pengembangam kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan materi pembelajaran,. Namun
dalam implementasinya sangat sulit untuk menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya
dari satu filsafat tertentu., maka dalam prakteknya cenderung digunakan secara eklektik dan
fleksibel..

Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi pembelajaran, sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran. Dalam prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan
hal-hal berikut :.

1. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah
teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan
merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi
untuk pemahaman ke depan.
2. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa
dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non
akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan
keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut.
Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap
yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat
kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya
terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi
peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga
memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.

Terlepas dari filsafat yang mendasari pengembangan materi, Nana Syaodih Sukamadinata (1997)
mengetengahkan tentang sekuens susunan materi pembelajaran, yaitu :

1. Sekuens kronologis; susunan materi pembelajaran yang mengandung urutan waktu.


2. Sekuens kausal; susunan materi pembelajaran yang mengandung hubungan sebab-akibat.
3. Sekuens struktural; susunan materi pembelajaran yang mengandung struktur materi.
4. Sekuens logis dan psikologis; sekuensi logis merupakan susunan materi pembelajaran
dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana menuju kepada yang
kompleks. Sedangkan sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan menuju bagian-
bagian, dan dari yang kompleks menuju yang sederhana. Menurut sekuens logis materi
pembelajaran disusun dari nyata ke abstrak, dari benda ke teori, dari fungsi ke struktur,
dari masalah bagaimana ke masalah mengapa.
5. Sekuens spiral ; susunan materi pembelajaran yang dipusatkan pada topik atau bahan
tertentu yang populer dan sederhana, kemudian dikembangkan, diperdalam dan diperluas
dengan bahan yang lebih kompleks.
6. Sekuens rangkaian ke belakang; dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah
akhir dan mundur kebelakang. Contoh pemecahan masalah yang bersifat ilmiah, meliputi
5 langkah sebagai berikut : (a) pembatasan masalah; (b) penyusunan hipotesis; (c)
pengumpulan data; (d) pengujian hipotesis; dan (e) interpretasi hasil tes.
7. Dalam mengajarnya, guru memulai dengan langkah (a) sampai (d), dan peserta didik
diminta untuk membuat interprestasi hasilnya (e). Pada kasempatan lain guru menyajikan
data tentang masalah lain dari langkah (a) sampai (c) dan peserta didik diminta untuk
mengadakan pengetesan hipotesis (d) dan seterusnya.
8. Sekuens berdasarkan hierarki belajar; prosedur pembelajaran dimulai menganalisis
tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kemudian dicari suatu hierarki urutan materi
pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi tersebut. Hierarki tersebut
menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula harus dikuasai peserta didik,
berturut-berturut sampai dengan perilaku terakhir.

C. Strategi pembelajaran

Telah disampaikan di atas bahwa dilihat dari filsafat dan teori pendidikan yang melandasi
pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan tujuan dan materi
pembelajaran, hal ini tentunya memiliki konsekuensi pula terhadap penentuan strategi
pembelajaran yang hendak dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran
adalah penguasaan informasi-intelektual,sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh
kalangan pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan budaya ataupun keabadian, maka
strategi pembelajaran yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan
tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan
pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif
menerima sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan pada
umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau seminar. Selain
itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.

Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan
progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses
pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan
tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana
cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya.
Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan
rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika
kelompok.

Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan
tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan
memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran moduler,
obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan sejenisnya.

Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi. Peran guru hanya sebagai fasilitator,
motivator dan guider. Sebagai fasilitator, guru berusaha menciptakan dan menyediakan
lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk
mendorong dan menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar.
Sedangkan sebagai guider, guru melakukan pembimbingan dengan berusaha mengenal para
peserta didiknya secara personal.

Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang menekankan pentingnya


penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam penentuan strategi pembelajaran.
Meski masih bersifat penguasaan materi atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik, tetapi
dalam pembelajaran teknologis masih dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara
individual. Dalam pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa tatap
muka langsung dengan guru, seperti melalui internet atau media elektronik lainnya. Peran guru
dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung sebagai director of learning, yang berupaya
mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai
dengan apa yang telah didesain sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk menentukan strategi


pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan keunggulannya
tersendiri.

Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, belakangan ini mulai muncul konsep
pembelajaran dengan isitilah PAKEM, yang merupakan akronim dari Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Oleh karena itu, dalam prakteknya seorang guru seyogyanya
dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi
yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan
menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi.
D. Organisasi Kurikulum

Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan terjadinya


keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Setidaknya terdapat enam ragam
pengorganisasian kurikulum, yaitu:

1. Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari sejumlah mata
pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan
mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak
mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi
diberikan sama
2. Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi
kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh
adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta
didik memahami pelajaran tertentu.
3. Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan
beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan
(difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan
core subject, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core tersebut.
4. Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum yang
menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata pelajaran.
5. Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit masalah, dimana
masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya
diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalahnya. Mata
pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi.
6. Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi
kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.

Berkenaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih cenderung


menggunakan pengorganisasian yang bersifat eklektik, yang terbagi ke dalam lima kelompok
mata pelajaran, yaitu : (1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; (2) kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; (3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi; (4) kelompok mata pelajaran estetika; dan (5) kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga dan kesehatan

Kelompok-kelompok mata pelajaran tersebut selanjutnya dijabarkan lagi ke dalam sejumlah


mata pelajaran tertentu, yang disesuaikan dengan jenjang dan jenis sekolah. Di samping itu,
untuk memenuhi kebutuhan lokal disediakan mata pelajaran muatan lokal serta untuk
kepentingan penyaluran bakat dan minat peserta didik disediakan kegiatan pengembangan diri.

E. Evaluasi Kurikulum

Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi
kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang
ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright
bahwa : curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of
students toward objectives or values of the curriculum

Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa
kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang
dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan
(feasibility) program. Sementara itu, Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam
kurikulum, yaitu meliputi ; objective, its scope, the quality of personnel in charger of it, the
capacity of students, the relative importance of various subject, the degree to which objectives
are implemented, the equipment and materials and so on.

Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum
sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut
ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu
saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu
dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.

Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu.


Dengan mengutip pemikian Doll, dikemukakan syarat-syarat evaluasi kurikulum yaitu
acknowledge presence of value and valuing, orientation to goals, comprehensiveness,
continuity, diagnostics worth and validity and integration.

Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang menjadi fokus
evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas dan kualitas.
Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi
kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes standar,
tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan, instrumen untuk mengevaluasi
dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori, interview, catatan anekdot dan
sebagainya

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan
pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil
evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para
pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem
pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.

Hasil hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para
pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik,
memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta
fasilitas pendidikan lainnya. (disarikan dari Nana Syaodih Sukmadinata, 1997)

Selanjutnya, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam evaluasi
kurikulum, yaitu : (1) pendekatan penelitian (analisis komparatif); (2) pendekatan obyektif; dan
(3) pendekatan campuran multivariasi.
Di samping itu, terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah Model CIPP
(Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan
progran pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : karakteristik peserta didik dan
lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan
program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari
berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada
deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi. Model ini
kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program pendidikan atas empat dimensi,
yaitu : Context, Input, Process dan Product. Menurut model ini keempat dimensi program
tersebut perlu dievaluasi sebelum, selama dan sesudah program pendidikan dikembangkan.
Penjelasan singkat dari keempat dimensi tersebut adalah, sebagai berikut :

1. Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan
strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan, seperti :
kebijakan departemen atau unit kerja yang bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh
unit kerja dalam kurun waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit
kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.
2. Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan, seperti :
dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan, staf pengajar, sarana
dan pra sarana, media pendidikan yang digunakan dan sebagainya.
3. Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi : pelaksanaan
proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh para pengajar,
penglolaan program, dan lain-lain.
4. Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup : jangka
pendek dan jangka lebih panjang.

Sumber Bacaan :

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Bahan Kajian; Pelayanan Profesional Kurikulum


Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
________. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif; Pelayanan Profesional
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang
________. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Pelayanan Profesional Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
________. 2003. Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus; Pelayanan Profesional
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
________. 2003. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah; Pelayanan Profesional
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
________. 2003. Penilaian Kelas; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan
Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
_________. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi; Panduan Pembelajaran
KBK. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
_________. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya
Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek.
Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
Permendiknas No. 22, 23 dan 24 Tahun 2007
Tim Pengembang MKDK. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.
Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek

https://akhmaMakalah KOMPONEN KURIKULUM

MAKALAH
BELAJAR & PEMBELAJARAN

KOMPONEN KURIKULUM

Disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Pendidikan Belajar dan Pembelajaran

Dosen:

Rosmiana Thamrin S.pd, M.pd

Disusun Oleh:

Kelompok I

Rosdiana { 2142010 } Hamzah { 2142013 }

Ayu Rahmani { 2142011 } Sri Wahyuni { 2142012 }


JURUSAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

COKROAMINOTO PINRANG

TAHUN AJARAN 2014-2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebatas pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Rosmiani Thamrin S.pd, M.pd selaku Dosen mata
kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Komponen Kurikulum. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Adapun makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang diperoleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan komponen kurikulum serta infomasi dari media massa yang
berhubungan dengan tema. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saranyangmembangun demi perbaikan di masa depan.

Pinrang,16 Maret 2015

Penulis

Ketua
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

RUMUSAN MASLAH ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

A. KURIKULUM SEBAGAI SISTEM ................................................................... 2

B. KOMPONEN KOMPONEN KURIKULUM .................................................. 2

C. KOMPONEN PELAKSANAAN ........................................................................ 6

D. KOMPONEN PELAKSANA dan PENDUKUNG KURIKULUM .................... 7

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 10

A. KESIMPULAN ................................................................................................... 10

B. SARAN ............................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.

Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh
kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra
kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat,
melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam

Dan pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponenKomponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara
mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui
fungsi suatu komponen kurikulum terhadap komponen-komponen kurikulum yang lain.

Melihat bahwa sangat pentingnya komponen-komponen dalam kurikulum maka pemakalah


mengambil tema "komponen komponen sistem kurikulum"

Demikian strategisnya posisi dan peranan pendidikan, sehingga umat Islam senantiasa concern
terhadap masalah tersebut. Sehingga banyak sekali bermunculan lembaga lembaga pendidikan
dengan berbagai macam program yang sampai hari ini masih berkibar, dalam rangka ikut serta
mensukseskan pembangunan nsional di bidang pendidikan yang bermuara pada terwujudnya manusia
Indonesia seutuhnya.

Dalam rangka mencapai sebuah hasil yang dicita-citakan dalam dunia pendidikan yang dalam hal
ini pendidikan Islam, perlu sebuah kejelasan konsep yang dikonstruksi dari sumber-sumber ajaran Islam,
dengan tanpa meninggalkan rumusan para pakar pendidikan yang dianggap relevan yang kemudian
konsep tersebut dituangkan dan dikembangkan dalam kurikulum pendidikan (Muhaimin, 1991: 10).
Kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kependidikan dalam suatu Lembaga
Pendidikan Islam (Arifin, 2003: 77). Dengan kurikulum akan tergambar secara jelas secara berencana
bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam pendidikan.
Kurikulum sebagai sebuah bangunan atau sistem, tidak bisa lepas dari berbagai komponen yang
saling mendukung satu dengan lainnya. Dengan berbagai bagian tersebut akan menghasilkan sebuah
bangunan dalam rangka mencapai sebuah titik akhir berupa tujuan yang dalam hal ini adalah tujuan
pendidikan Islam.

2. Rumusan Masalah.

a. Apakah maksud kurikulum sebagai sistem?


b. Apa saja komponen-komponen dalam kurikulum?

BAB II

PEMBAHASAN

A. KURIKULUM SEBAGAI SISTEM.

Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan, informasi, dsb) yang
terkait dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan organisasai dalam
mencapai satu tujuan.

Jika pemahaman sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yang
terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, dipandang sistem
terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang
saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.

Definisi diatas memberikan gambaran bahwa pendekatan sistem dalam pengembangan kurikulum
merupakan bentuk berputar dan dinamis dimana empat komponen dari suatu model saling
berhubungan. Jadi dapat disimpulkan dilihat dari gambar diatas bahwa anatara satu komponen dengan
komponen yang lain mempunyai hubungan erat dan tidak dapat dipisahahkan hal itu ditunjukkan
dengan tanda panah yang memiliki dua mata panah.

B. KOMPONEN - KOMPONEN KURIKULUM.


Dalam komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: a. tujuan
yang ingin dicapai, b. materi yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan, c. susunan
materi/pengalaman belajar dan d. evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan tercapai (Tyler, 1949).

Komponen-komponen kurikulum antara lain:

1. Tujuan Kurikulum

Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan
diberikan pada anak didik Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat
dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional,
bahwa : " Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab".
Tujuan pendidikan antara lain:

1. Tujuan Institusional (Kompetensi Lulusan)

Adalah tujuan yang yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, contoh : SD, SMP, SMA

2. Tujuan kurikuler (Standart Kompetensi)

Adalah tujuan bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencapai hakikat keilmuan yang ada
didalamnya.

3. Tujuan instruksional (Kompetensi Dasar)

Tujuan instruksional (Kompetensi Dasar) dirumuskan sebagai kemampuan-kemampuan yang diharapkan


dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan prosesbelajar mengajar.

1. Tujuan instruksional Umum (Indikator Umum)

Kemampuan tersebut sifatnya lebih luas dan mendalam.

2. Tujuan instruksional khusus (Indikator khusus)

Kemampuan lebih terbatas dan harus dapat diukur pada saat berlangsunganya prose belajar mengajar.
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan
belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang
diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut
disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada.
Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum.
Kriteria itu natara lain:

1. Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
2. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.
3. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji
4. Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas
5. Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan.

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik
pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran
2. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran
3. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan
dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan
menjadi :

1. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan.


2. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral
3. Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.

Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsif-prinsif sebagai berikut:

1. Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran.


2. Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.

materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk :

1. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
menspesifikasi hubungan hubungan antara variabel-variabel dengan maksud
menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan,
merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari
analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan
hubungan antara beberapa konsep.
5. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus
dilakukan peserta didik.
6. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari
terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam
materi.
8. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas
suatu uraian atau pendapat.
9. Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam
garis besarnya.
10. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam
upaya mencapai tujuan kurikulum.

2. Strategi pelaksanaan Kurikulum.


Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan dalam
pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja.
Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi
pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan penilaian,
pelaksanaan bimbiungan dan mengatur kegiatan, baik yang secara \umum berlaku maupun yang
bersifat khusus dalam pengajaran.

Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan


disekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan secara nyata disekolah,
sehingga mampu mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang baik
tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang baik bagi
anak didik. Komponen strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan
penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.

3. Evaluasi Kurikulum.

Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks
kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang
akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu
sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri, pembelajaran,
kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan.

Jenis-jenis penilaian meliputi :


a) Penilaian awal pembelajaran (Input program)
b) Penilaian proses pembelajaran (Program)
c) Penilaian akhir pembelajaran.(output program)
4. Komponen Organisasi Kurikulum.

Komponen organiasi berkaitan dengan bagaimana materi disusun (diorganisasikan) sehingga peserta
didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.
Organisasi materi dan pengalaman belajar memiliki dua dimensi : horizontal dan vertikal. Organisasi
horizontal menyangkut ruang lingkup dan keterpaduan dari keseluruhan materi. Organisasi horizontal
merupakan kaitan antara satu mata pelajaran dengan pelajaran lain pada kelas yang sama. Organisasi
vertikal mencakup urutan dan kesinambungan materi pelajaran berupa hubungan
longitudinal/pengalaman belajar peserta didik.

Beberapa jenis organisasi kurikulum yaitu:


1. Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subject).
Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah sendiri-sendiri tanpa ada hubungan
dengan mata pelajaran lain. Diberikan waktu tertentu tanpa melihat perbedaan siswa semua dipandang
sama.
2. Mata pelajaran berkorelasi (correlated).
Korelasi berpungsi untuk mengurangi kelemahan-kelemahan akibat pemisahan mata pelajaran.
3. Bidang studi (broad field).
Organisasi kurikulum berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran dan mengkorelasikan beberapa
mata pelajaran dan sejenis yang memiliki ciri-ciri yang sama dan difungsikan disatu bidang mata
pelajaran.
4. Program yang berpusat pada anak (child centered).
Program yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan siswa, bukan pada mata pelajaran.

5. Inti masalah (core programs).


Core program adalah program berupa unit-unut masalah, dimana masalah diambil dari suatu mata ajar
tertentu, disini bermaksud untuk dapat memecahkan masalah.
6. Eclectic program
Yaitu suatu program mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata ajar
dan peserta didik.

C. KOMPONEN PELAKSANAAN.

Kelompok komponen-komponen pelaksanaan pendidikan, mencakup materi pendidikan, sistem


penjenjangan, sistem penyampaian, proses pelaksanaan, dan pemanfaatan lingkungan.

1. Materi pendidikan.
Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Sebagai perantara mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, diperlukan bahan
ajar atau materi pendidikan. Materi pendidikan tersusun atas topik-topik dan sub topik tertentu.
Kenyataan menunjukkan bahwa banyak sekali tuntutan yang harus dipenuhi lembaga
pendidikan pada umumnya, begitu pula Islam, sedangkan waktu yang tersedia terbatas. Sehingga dalam
hal ini, menjadi penting menyeleksi materi pendidikan.

Dalam rangka memilih materi pendidikan, Hilda Taba mengemukakan beberapa kriteria
diantaranya: (1) harus valid dan signifikan, (2) harus berpegang pada realitas sosial, (3) kedalam dan
keluasannya harus seimbang, (4) menjangkau tujuan yang luas, (5) dapat dipelajari dan disesuaikan
dengan pengalaman siswa, dan (6) harus dapat memenuhi kebutuhan dan menarik minat peserta didik
(Ghofir, 1993: 37-38).

Islam dengan Al Qurannya menurut Abdurrahman Saleh Abdullah dipandang sebagai landasan
pendidikan Islam yang prinsipnya hendak menyatukan mata pelajaran yang bermacam-macam. Tidak
ada klasifikasi mata pelajaran umum dan agama, dimana semua materi termasuk ilmu alam harus
diajarkan menurut pandangan Islam.

Untuk mencapai materi pendidikan seperti yang diinginkan ini, paling tidak yang perlu
diperhatikan dalam rangka pengembangannya adalah jenis materi, ruang lingkup materi, klasifikasi
materi, sekuensi materi, serta sumber acuannya.

2. Sistem penyampaian.
Sistem penyampaian merupakan sistem atau strategi yang digunakan dalam menyampaikan
materi pendidikan yang telah dirumuskan. Sistem penyampaian ini paling minim berkaitan dengan
metode yang digunakan dalam menyampaikan materi, serta pendekatan pembelajaran. Ketika guru
menyusun materi pendidikan, secara otomatis ia juga harus memikirkan strategi yang sesuai untuk
menyajikan materi pendidikan tersebut.

Sementara itu Muhaimin (2003: 184) mengidentifikasi bahwa sistem pengampaian ini mencakup
beberapa hal pokok, yaitu: strategi dan pendekatannya, metode pengajarannya, pengaturan kelas, serta
pemanfaatan media pendidikan.

Metode misalnya, ia ikut menentukan efektif atau tidaknya proses pencapaian tujuan
pendidikan. Semakin tepat metode yang digunakan, akan semakin efektif proses pencapaian tujuan
pendidikan tersebut. Sehingga dalam hal ini terlihat betapa pentingnya pengetahuan tentang metode
bagi seorang guru. Bagi Ahmad Tafsir, pengetahuan tentang metode mengajar yang terpenting adalah
pengetahuan tentang cara menyusun urutan kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan
(Tafsir, 1999: 34).

3. Proses belajar Mengajar (pelaksanaan).


Proses pelaksanaan belajar mengajar dalam pendidikan Islam secara umum dilaksanakan
dengan lebih banyak mengacu kepada bagaimana seorang peserta didik belajar selain kepada apa yang
dipelajari. Sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antara peserta didik dengan guru, sesama
peserta didik, dan peserta didik dengan lingkungannya.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan belajar mengajar antara lain
adalah pola atau pendekatan belajar-mengajar yang digunakan, intensitas dan frekuensinya, model
interaksi pendidik-peserta didik , dan / atau antar peserta didik di dalam dan di luar kegiatan belajar
mengajar, serta pengelolaan kelas, serta penciptaan suasana betah di sekolah.

4. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar.


Dalam pendidikan Islam, sangat diperlukan adanya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar. Lingkungan tersebut bisa lingkungan sekolah maupun luar sekolah dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Kalau di lingkungan sekolah, siswa dapat belajar dari guru dan sesama temannya,
maka di lingkungan luar sekolah juga demikian halnya.

Pemanfaatan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar bisa dilakukan dengan cara:
melakukan kerja sama dengan orang tua murid, membawa sumber dari luar ke dalam kelas, membawa
siswa ke masyarakat, dan sebagainya.

D. KOMPONEN PELAKSANA DAN PENDUKUNG KURIKULUM.

1. Komponen Pendidik.
Dalam perspektif pendidikan Islam, seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, muallim,
murabby, mursyid,mudarris, dan muaddib (Muhaimin, 2003: 209-213). Sebagai ustadz, ia dituntut untuk
komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya yaitu menyiapkan generasi penerus
yang akan hidup pada zamannya di masa depan. Sebagai muallim ia dituntut mampu mengajarkan
kandungan ilmu pengetahuan dan al hikmah atau kebijakan dan kemahiran melaksanakan ilmu
pengetahuan itu dalam kehidupan yang mendatangkan manfaat dan semaksimal mungkin menjauhi
madlarat. Sebagai murabby,

guru dituntut menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara
hasil kreasinya agar tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam sekitarnya. Guru
sebagai mursyid dituntut menularkan penghayatan (transinternalisasi) akhlaq dan/atau kepribadiannya
pada peserta didik, baik itu berupa etos ibadah, etos kerja, etos belajar, maupun dedikasinya, atau
dalam pengertian yang lebih semple seorang guru harus merupakan model atau pusat anutan, teladan
bagi peserta didik. Sementara sebagai mudarris guru bertugas mencerdaskan peserta didiknya,
menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta melatih ketrampilan
peserta didik sesuai bakat, minat, dan kemampuannya. Sebagai muaddib, seorang guru memliki peran
dan fungsi untuk membangun peradaban (civilization) yang berkualitas di masa yang akan datang.

Sedangkan dalam perspektif humanisme religius, secara konvensional guru paling tidak harus
memiliki tiga kualifikasi dasar, yaitu menguasai materi, antusiasme, dan penuh kasih sayang (loving)
dalam mengajar dan mendidik (Abdurrahman Masud, 2002: 194).

Dilihat dari segi aktualisasinya, pendidikan merupakan proses interaksi antara guru (pendidik)
dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Pekerjaan mendidik merupakan pekerjaan
profesional, sehingga guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik profesional. Peranan
guru sebagai pendidik profesional akhir-akhir ini dipertanyakan eksistensinya, akibat munculnya
serangkaian fenomenalulusan pendidikan yang secara moral cenderung merosot dan secara intelektual
akademik juga kurang siap memasuki lapangan kerja (Abuddin Nata, 2003: 136).

Kalau fenomena tersebut benar adanya, maka baik langsung maupun tidak langsung akan
terkait dengan peranan guru sebagai pendidik profesional. Sehingga sejalan dengan hal tersebut terkait
dengan masalah pendidik sebagai komponen kurikulum pendidikan, perlu diperhatikan beberapa hal
yaitu: kode etik guru/pendidik, kualifikasinya, pengembangan tenaga pendidik, placement, imbalan atas
kesejahteraan, dan sebagainya.

2. Peserta Didik.
Banyak sebutan di sekitar kita mengenai peserta didik ini. Ada yang menyebut murid, siswa,
santri, anak didik dan berbagai sebutan lainnya. Murid misalnya, secara terminologi dapat diartikan
sebagai orang yang sungguh-sungguh mencari ilmu dengan mendatangu guru. Sedangkan dalam
pendidikan Islam, ketika dihadapkan pada orang yang meguru kepada seorang guru, maka melahirkan
konsep santri kelana. Istilah santri kalau berasal dari kata cantrik lebih pas dengan pendidikan Islam.
Karena di padepokan, seorang cantrik pasti patuh pada sang guru.

Dalam pendidikan Islam, beberapa hal yang perlu dikembangkan terkait dengan komponen
peserta didik (input) antara lain adalah persyaratan penerimaan (rekrutmen) siswa baru. Selain itu juga
perlu diperhatikan mengenai rumusan tentang kualitas output peserta didik yang diinginkan, akan
dibawa ke mana anak didiknya harus secara jelas dan tegas dirumuskan.

Kemudian yang juga perlu mendapatkan perhatian adalah jumlah peserta didik yang diinginkan,
karena ini akan berkaitan erat dengan kapasitas sarana pendidikan yang dimiliki oleh sebuah lembaga
pendidikan Islam. Dan tak kalah pentingnya adalah latar belakang peserta didik, baik itu mengenai
pendidikannya, sosialnya, budayanya, pengalaman hidupnya, potensi, minat, bakat, dan lainnya.

3. Komponen Bimbingan dan Konseling.


Bimbingan dan penyuluhan adalah terjemahan dari bahasa Inggris guidance (bimbingan) dan
counseling (penyuluhan). Bimbingan mengandung pengertian proses pemberianbantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu dapat memahami dirinya sehingga
sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat (Natawidjaja, 1987: 7). Sedangkan konseling merupakan
bantuan yang diberikan kepada klien dalam memecahkan masalah kehidupan dengan wawancara face
to face atau yang sesuai dengan keadaan klien yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya
(Sukardi, 2003: 67).

Sedangkan bimbingan dan konseling dalam pendidikan Islam merupakan proses pengajaran dan
pembelajaran psikososial yang berlaku dalam bentuk tatap muka antara konselor dengan peserta didik,
dalam rangka antara lain memperkembangkan pengertian dan pemahaman pada diri siswa untuk
mencapai kemajuan di sekolah. Pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam pendidikan akan efektif
dan berhasil apabila dilaksanakan atau dilakukan oleh suatu tim kerja (team work). Kemudian tim kerja
inilah kemudian yang akan menyusun program perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling di
lembaga pendidikan.

Program perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling perlu disusun agar upaya kegiatan
layanan bimbingan di sekolah benar-benar berdaya guna dan berhasil guna, serta mengena pada
sasarannya sebagai sarana pencapaian tujuan pendidikan (Sukardi, 2003: 7).

Selain itu dalam kegiatan bimbingan dan konseling perlu diperhatikan pula strategi
pendekatannya, jenis program dan layanannya, proses layanan serta termasuk di dalamnya teknik
bimbingan dan konselingnya.

Selain komponen tersebut sebagai bagian dari komponen pelaksana dan pendukung, masih ada
komponen lain diantaranya: administrasi pendidikan (manajemen kelembagaannya, ketenagaannya,
hubungan dengan orang tua dan masyarakat, ketatausahaan, serta manajemen informasi), sarana dan
prasarana (buku teks, perpustakaan, laboratorium, perlengkapan sekolah, media pendidikan, serta
gedung sekolah), dan biaya pendidikan (sumber biaya dan alokasinya, perencanaan penggunaan biaya,
serta sistem pertanggungjawaban keuangan dan pengawasannya) (Muhaimin, 2003: 186-187).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN.
sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-
komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan. Dalam
komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: a. tujuan yang ingin
dicapai, b. materi yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan, c. susunan materi/pengalaman belajar
dan d. evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan tercapai.

Kurilulum terdiri dari komponen-komponen yang membentuknya, dan antara komponen yang
satu dengan yang lain saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Komponen kurikulum terdiri dari ; komponen tujuan, kompnen materi, komponen metode, komponen
organisasi dan komponen evaluasi. Sebagai mana tiap komponen memiliki peran-peran yang sangat
menentukan agar tercipta kurikulum yang baik dan benar.

Dari kesemua komponen yang ada pada dasarnya semuanya berfungsi, berperan atau bertujuan
ingin mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Kurikulum mengacu kearah pencapaian pendidikan
nasional. Sesuai dengan UU No. 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional, Kurikulum menyediakan
kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional khususnya dan menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas umumnya.

B. SARAN.
Dalam kesempatan ini kami berusaha memahami, kurikulum adalah sarana untuk mencapai
tujuan pendidikan. Dan kami sarankan alangkah baiknya kalau kurikulum ini dipahami oleh semua orang
yang berkiprah dalam dunia pendidikan khususnya golongan pendidik dari tingkat Sekolah Dasar sampai
Perguruan Tinggi, dengan cara apapun mereka memahaminya agar pendidikan di linkungan kita bisa
berjalan lebih baik dan optimal.

Pahami, gunakan dan laksanakan sarana pendidkan untuk menghasilkan pembelajaran yang
diharapkan agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai, tingkatkan pengetahuan akademik dan
keterampilan dengan cara belajar belajar dan belajar.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.rokhim.net/2013/04/komponen-kurikulum.html

https://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/29/komponen-komponen-kurikulum-2/

http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/komponen-komponen-kurikulum.html

https://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/komponen-komponen-kurikulum/

http://www.scribd.com/doc/18825373/KOMPONEN-KOMPONEN-KURIKULUM#scribd
Hamid syarif. Pengembanagan kurikulum Pasuruan: garoeda buana indah, 1993

Nana Sudjan. Pembinaan dan pengembangan kurikulum disekolah Bandung: Sinar Baru, 1991

Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi konsep, karakteristik, dan implementasi Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003

Akhmad Sudrajat, Komponen-Komponen Kurikulum, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ bahan-


ajar/komponen-komponen-kurikulum/, diakses tanggal 17 Januari 2008

Diposkan oleh Rosdyanha Anhhaa di 07.49

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Lokasi: South Sulawesi, Republic of Indonesia


nen-kurikulum/

http://makalahbelajardanpembeljaran.blogspot.co.id/2015/05/makalah-komponen-kurikulum.html

http://herususilofia.lecture.ub.ac.id/files/2014/12/Kurikulum.pdf

makalah komponen kurikulum

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah


Kurikulum sebagai suau rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang straegis, karena
seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulu.Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana
sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang
kuat, melalui penelitian dan pemikiran secara mendalam.
Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya, yakni tujuan, materi, metode, media dan evaluasi.Komponen-komponen baik
secara sendiri maupun bersama menjadi dasar utama dalam upaya pengembangan sisem pembelajaran.

1.Tujuan
1. Ingin mengetahui tentang pengertian konsep kurikulum

2. Ingi mengeahui komponen-komponen dalam kurikulum

2.Ruang lingup

a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan


b. Meliputi konsep kurikulum, fungsi kurikulum, komponen kurikulum, pengembangan kurikulum,
landasan-landasan pengembangan kurikulum.
BAB II

LANDASAN TEORI

Knowledges (isi atau materi)

School learning experiences (interaksi belajar mengajar di sekolah)

Evaluation (penilaian)

Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution (1988), Fuaduddin dan Karya (1992), serta Nana
Sudjana (1991: 21). Walaupun istilah komponen yang dikemukakan berbeda, namun pada intinya sama
yakni:

Tujuan

Isi dan struktur kurikulum

Strategi pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar)

Evaluasi.

Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa
dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan
sebagaimana mestinya.

Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan komponen-komponen kurikulum.Ada yang


mengemukakan 5 komponen kurikulum dan ada yang mengemukakan hanya 4 komponen kurikulum.
Untuk mengetahui pendapat para ahli mengenai komponen kurikulum berikut Subandiyah (1993: 4-6)
mengemukakan ada 5 komponen kurikulum, yaitu:

komponen tujuan

komponen isi/materi

komponen media (sarana dan prasarana)

komponen strategi
komponen proses belajar mengajar.

BAB III

PEMBAHASAN

A.Pengertian kurikulum

Arti kurikulum didasarkan tiga teori, yaitu:


1. Kurikulum diartikan sebagai rencana pembelajara
2. Kuriklum diartikan sebagai pengalaman belajar diperoleh siswa dari sekolah
3. Kurikulum diartikan sebagai rencana belajar siswa
Menurut Tyler, kurikulum sama dengan pengajaran. Pengembangan krurikulum sama dengan
merencanakan pengajaran.
Kurikulum menurut UU. 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan nasional.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu
lembaga penyelenggaraan pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan jalam penyelenggaraan
pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari system
pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju
arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Kurikulum dapat diumpamakan suatu organisme baik manusia ataupun binatang yang memiliki
susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama
adalah : (1) tujuan; (2) materiatau bahan ajar; (3) strategi, mengajar; (4) organisasi kurikulum; (5)
evaluasi dan (6) penyempurnaan pengajaran. Keenam komponen tersebut berkaitan erat antara satu
dengan lainnya.

Sebuah kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi.Kesesuaian ini meliputi dua hal,
pertama kesesuaian kurikulum tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat.Kedua,
kesesuaan antara komponen-komponen kurikulum, yaitu sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga
dengan evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu
lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta
didik dalam satu periode jenjang pendidikan.

Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada
dasarnya kurikulum memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama
lainnya dalam rangfka mencapai tujuan tersebut.

Komponen merupakan satu system dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak
dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya.

B. Komponen-komponen kurikulum
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi atau bahan ajar; (3)
strategi, mengajar; (4) organisasi kurikulum; (5) evaluasi dan (6) penyempurnaan pengajaran. Kelima
komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Untuk lebih jelasnya, di
bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing komponen tersebut.

1. Tujuan
Dalam kurikulum, tujuan memegang peranan penting, akan mengarahkan semuaa kegiatan pengajaran
dan mewarnai komponen-komponen lainnya. Tujuan kurikulum berdasarkan dua hal.Pertama,
perkembangan Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang
akan diberikan pada anak didik Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat
dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional,
bahwa : " Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab".

Tujuan pendidikan antara lain:


tujuan Institusional (Kompetensi Lulusan)
Adalah tujuan yang yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, contoh : SD, SMP, SMA

Tujuan kurikuler (Standart Kompetensi)


Adalah tujuan bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencapai hakikat keilmuan yang ada
didalamnya.

Tujuan instruksional (Kompetensi Dasar)


Tujuan instruksional (Kompetensi Dasar) dirumuskan sebagai kemampuan-kemampuan yang
diharapkan dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan prosesbelajar mengajar.

a. Tujuan instruksional Umum (Indikator Umum) : Kemampuan tersebut sifatnya lebih luas dan
mendalam.

b. Tujuan instruksional khusus (Indikator khusus) : Kemampuan lebih terbatas dan harus dapat
diukur pada saat berlangsunganya prose belajar mengajar.

Tujuan mata ajaran. Mata ajaran dikelompokan menjadi beberapa bidang studi, yakni:

1). Bidang studi Bahasa dan Seni.

2). Bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial

3). Bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam

4). Bidang studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Setiap mata ajaran mempunyai tujuan sendiri dan berbeda dengan tujuan yang hendak dicapai
oleh mata ajaran lainnya tujuan mata ajaran merupakan penjabaran dari tujuan kurikulum dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional. Sebagai contoh, kita pilih tujuan mata ajaran Berhitung, sebagai
berikut:

1). Menanamkan, memupuk, dan mengembvangkan pengetahuandan kecakapan dasar


berhitung yang praktis.

2). Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan kemampuanberpikir logis dan kritis dalam
pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari.
3). Menanamkan, memupuk dan mengembangkan kemampuan untuk hemat dan pandai
menghargai waktu,rasional, ekonomis.

4). Menanamkan, memupuk dan mengembangkan sikap gotong royong, jujur, serta percaya
kepada diri sendiri.

2. Komponen/ Isi materi


Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Dalam Undang-undang pendidikan dalam
system pendidkan nasional telah ditetapakana bahwa . . . isi kurikulum merupakan bahan kajian dalam
pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka
upaya pencapaian tujuan pendidikannasional (Bab IX, Ps. 39).

Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan orang-orang, alat-alat, dan
ide-ide.Tugas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong siswa
melakukan interaksi yang produktif dan memberikan dirancang dalam suatu rencana mengajar. Dalam
menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan
dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari
filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi
hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk :

Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang
menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan hubungan antara
variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan definisi
singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau
pembuktian dalam penelitian.
Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara
beberapa konsep.
Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta
didik.
Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan
tempat serta kejadian.
Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau
pendapat.
Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya.
Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai
tujuan kurikulum.

Topik-topik atau sub-sub topik tersebut tersusun dalam sekuens tertentu yng membentuk suatu
sekuens bahan ajar. Ada beberapa cara untuk menyusun sekuens bahan ajar, yaitu :

a) Sekuens kronologis; susunan materi pembelajaran yang mengandung urutan waktu.

b) Sekuens kausal; susunan materi pembelajaran yang mengandung hubungan sebab-akibat.

c) Sekuens struktural; susunan materi pembelajaran yang mengandung struktur materi.

d) Sekuens logis dan psikologis; sekuensi logis merupakan susunan materi pembelajaran dimulai
dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana menuju kepada yang kompleks. Sedangkan
sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan menuju bagian-bagian, dan dari yang kompleks menuju
yang sederhana.Menurut sekuens logis materi pembelajaran disusun dari nyata ke abstrak, dari benda
ke teori, dari fungsi ke struktur, dari masalah bagaimana ke masalah mengapa.

e) Sekuens spiral ; susunan materi pembelajaran yang dipusatkan pada topik atau bahan
tertentu yang populer dan sederhana, kemudian dikembangkan, diperdalam dan diperluas dengan
bahan yang lebih kompleks.

f)Sekuens rangkaian ke belakang; dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah akhir dan
mundur kebelakang.

g) Sekuens berdasarkan hierarki belajar; prosedur pembelajaran dimulai menganalisis tujuan-


tujuan yang ingin dicapai, kemudian dicari suatu hierarki urutan materi pembelajaran untuk mencapai
tujuan atau kompetensi tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-
mula harus dikuasai peserta didik, berturut-berturut sampai dengan perilaku terakhir.

3. Strategi mengajar
Penyusunan sekuens bahan ajar berhubungan erat dengan strategi atau metode belajar. Pada
waktu guru menyusun sekuens suatu bahan ajar, ia juga harus memikirkan strategi mengajar yang sesuai
untuk menyajikan bahan ajar. Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan
dipandang sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai
obyek yang secara pasif menerima sejumlah informasi dari guru.Metode dan teknik pembelajaran yang
digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau
seminar.Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.

4.Organisasi Kurikulum

Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan terjadinya


keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Setidaknya terdapat enam ragam pengorganisasian
kurikulum, yaitu:

a) Mata pelajaran terpisah (isolated subject)


Tiap mata ajaran disampaikan sendiri-sendiri tanpa ada hubungannya dengan mata ajaran
lainnya. Masing-masing diberikan waktu tertentu, dan tidak mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan
kemampuan siswa, semua materi diberikan sama.

b) Mata pelajaran berkorelas


Kolerasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangikelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan
mata ajaran.Prosedur yang ditempuh ialah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkolerasi guna
memudahkan siswa memahami pelajaran tersebut.
c) Bidang studi (broad field)
Beberapa mata ajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama dikolerasikan dalam satu bidang
pengajaran, misalnya Bidang Studi Bahasa, meliputi membaca, bercerita, mengarang, bercaka-cakap,
dansebagainya.
d) Program yang berpusat pada anak (cild centered)
Program ini adalah orientasi baru dimana kurikulum dititkberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta
didik, bukan pada mata ajaran.
e) Inti masalah (core program)
Core program adalah suatu program inti berupa suatu inti atau masalah.Masalah itu diambil dari suatu
mata ajaran tertentu, misalnya bidang studi IPS.Beberapa mata ajaran lainnya diberikan melalui
kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalah tersebut.
f) Ecletic program
Ecletic program adalah suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang
berpusat pada mata ajaran dan yang berpusat pada peserta didik.

5. Evaluasi kurikulum

Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Evaluasi ditujukan untuk menilai
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditujukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara
keseluruhan.Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa : curriculum evaluation may be defined as
the estimation of growth and progress of students toward objectives or values of the curriculum.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja
kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan
pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil hasil
evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan
lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran,
memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.

Ada pun beberapa model evaluasi kurikulum diantaranya;

Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan
yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan, seperti : kebijakan departemen atau unit
kerja yang bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu tertentu,
masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.
Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan, seperti : dokumen
kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan, staf pengajar, sarana dan pra sarana, media
pendidikan yang digunakan dan sebagainya.
Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi : pelaksanaan proses belajar
mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh para pengajar, penglolaan program, dan lain-lain.
Product, keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, yang mencakup ; jangka pendek dn
jangka lebih panjang.
Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa
keberhasilan progran pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : karakteristik peserta didik
dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan
program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai
dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment
mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi.

6. Penyempurnaan Pengajaran
Hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi pelaksanaan mengajar secara
keseluruhan merupakan umpan balik bagi penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut.Sesuai dengan
komponen-komponen yang dievaluasi, pada dasarnya semua komponen mengajar mempunyai
kemungkinan untuk disempurnakan. Suatu komponen mendapatkan prioritas lebih dulu atau
mendapatkan penyempurnaan lebih banyak, dilihat dari peranannya dan tingkat kelemahannya (
Rowntree, 1974 Rowntree, 1974: 150-151). Penyempurnaan juga mungkin dilakukan secara langsung
begitu didapatkan sesuatu informasi umpan balik, atau ditangguhkan sampai janka waktu tertentu
bergantung pada urgensinya dan kemungkinannya mengadakan penyempurnaan. Penyempurnaan
mungkin dilaksanakan sendiri oleh guru, tetapi dalam hal-hal tertentu mungkin dibutuhkan bantuan
atau saran-saran orang lain baik sesame personalia sekolah atau ahli pendidikan dari luar sekolah.
Penyempurnaan juga mungkin bersifat menyeluruh atau hanya menyangkut bagian-bagian
tertenu.Semua hal tersebut bergantung pada kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Komponen- komponen yang saling mendukung akan membentuk kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dalam komponen kurikulum yang perlu diperhatiakan yaitu: Tujuan, Materi, Strategi
mengajar, organisasi kurikulum, evaluasi, penyempurnaan pengajaran. Dan setiap komponen memiliki
peranan-peranan yang sangat penting dan menentukan agar terciptanya kurikulum yang baik dan benar.

Saran

Pembuatan makalah ini untuk menambahkan wawasan tentang komponen-komponen


kurikulum.Kami dapat sarankan bahwa kurikulum adalah sarana untuk mencapainya sebuah tujuan
pendidikan yang lebih baik lagi.

Daftar pustaka
Kurikulum.info/2014/12/komponen-kurikulum-menurut-para-ahli.html

Ari Saeful Bahri di 8:31 PM

http://arsipkuliahhusnul.blogspot.co.id/2011/05/komponen-komponen-
kurikulum.html

Nana syaodih Sukmadinata.Pengembangan Kurikulum dan Praktek,remaja


rosdakarya:Bandung halaman 102

Nana syaodih Sukmadinata.Pengembangan Kurikulum dan Praktek,remaja


rosdakarya:Bandung 104

Prof. Dr. Hamalik Oemar (1994), Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta :PT.Bumi
Aksara halaman 23

Prof. Dr. Hamalik Oemar (1994), Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta:PT.Bumi


Aksara halaman 24

Prof. Dr. Hamalik Oemar (1994), Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta :PT.Bumi
Aksara halaman 25

Prof. Dr. Hamalik Oemar (1994), Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta :PT.Bumi
Aksara halaman 26

http://myaliranfilsafattimur.blogspot.co.id/2016/01/makalah-komponen-kurikulum.html

Anda mungkin juga menyukai