Anda di halaman 1dari 2

Materi Penulisan Berita

Majalah Cremona HMS ITB


Sabtu, 20 Mei 2017

KARAKTERISTIK BERITA MAJALAH

Berita majalah isinya berbeda dengan koran maupun media online. Karena majalah masa terbitnya lebih
lama dari kedua jenis media tersebut, maka pengelola majalah harus menjaga agar isi beritanya tidak
basi.

Perlu ada pengembangan dan pendalaman isu yang lebih jauh untuk isi berita majalah. Itu sesuatu yang
sulit atau jarang dilakukan oleh koran atau media online. Karena itu, laporan isi majalah lazim
dinamakan indepth reporting atau laporan mendalam.

Laporan mendalam biasanya cukup panjang. Ia menggali fakta atau peristiwa di permukaan seperti isi
koran, atau berita dangkal yang jamak muncul di media online.

Misalnya ada kasus, landasan Bandara Husein Sastranegara Bandung, ambles hingga menimbulkan
lubang besar. Media online maupun koran akan memberitakan kejadian itu, dampaknya bagi
penerbangan, kerugian akibat bandara ditutup, atau dugaan penyebabnya.

Adakah sisi yang masih dimainkan untuk berita majalah secara mendalam?

Geolog maupun ahli geofisika misalnya, menyatakan penyebab amblesnya bandara akibat turunnya
permukaan tanah akibat penyedotan air tanah besar-besaran. Isu bisa dikembangkan menjadi
bagaimana kelayakan bandara ke depannya, tulisan kedua terkait luasan dan lokasi penurunan tanah
serta potensi amblesan di tempat lain.

Isi berita majalah, juga terkait dengan NILAI BERITA, atau unsur-unsur berita, seperti KEBARUAN,
BERDAYA TARIK dan BERDAMPAK LUAS, UNIK, LUAR BIASA, KEDEKATAN DENGAN PEMBACA, dan terkait
dengan ORANG atau TOKOH TERKENAL, serta HUMAN INTEREST.

Khusus terkait dengan unsur KEBARUAN bagi MAJALAH, ini bisa merepotkan yaitu bagaimana berita
yang disajikan masih segar walau misalnya terbit satu, dua pekan, atau sebulan sekali.

Peg atau kaitan peristiwa yang sudah lalu, bisa disajikan majalah dengan cara merekonstruksi kejadian
atau kronologi peristiwa dengan rinci, akurat, dan logika terjaga. Cara lain dengan mengikuti sampai
perkembangan terbaru, solusi, maupun inovasi baru.

PENULISAN BERITA MAJALAH

Umumnya majalah punya rubrikasi sehingga isinya tidak monoton. Misalnya ada LAPORAN UTAMA yang
biasanya tentang ISU BESAR yang jadi SOROTAN PUBLIK. Ada pula LAPORAN KHUSUS, SELINGAN atau
INTERMEZO, PERJALANAN, SENI, TOKOH, WAWANCARA. Rubrikasi majalah memadukan laporan serius
dan ringan.
Biasanya, penulisan berita di koran atau media online bergaya HARD NEWS atau langsung, maupun SOFT
NEWS atau feature/ficer. Polanya umum berbentuk piramida terbalik. Informasi penting diprioritaskan
di bagian atas, yang kurang penting di bagian bawah. Pola ini juga untuk memudahkan EDITOR
menggunting panjang berita.

Namun untuk penulisan buat majalah, formatnya agak berbeda. Ia memadukan gaya penulisan langsung
seperti HARD NEWS dan SOFT NEWS dalam artikelnya, bahkan bisa bergaya cerpen atau novel, sehingga
muncul istilah jurnalisme sastrawi. Isinya tetap berdasarkan hasil liputan di lapangan berupa reportase,
wawancara, atau investigasi sebagai dewanya karya jurnalistik.

Isi berita di majalah juga mengandung unsur 5W+1H seperti jenis media massa lainnya. Rumus itu
mencakup WHO, WHAT, WHERE, WHEN, WHY, dan HOW. Majalah menekankan porsi utama artikelnya
untuk menjawab unsur WHY dan HOW.

Penulisan yang efektif menggunakan KALIMAT AKTIF, minim KALIMAT MAJEMUK. Karena per kalimat
biasanya juga ringkas kata, per paragraf bisa sekitar 5-6 kalimat. Rangkaian kata SEDERHANA, berbahasa
LUGAS dan JELAS, serta DIPAHAMI SEMUA ORANG.

Jika ada kata-kata teknis, jelaskan secara ringkas dengan bahasa umum dan populer. Istilah teknis bisa
ditulis dengan bahasa aslinya lalu diberi terjemahan katanya.

Agar tidak monoton, kalimat berita perlu diberi KUTIPAN narasumber. Kutipan merupakan kalimat yang
terasa kuat emosinya, atau penegas, maupun penguat fakta dalam berita.

Panjang tulisan menyesuaikan ruang halaman. Misalnya dibatas 4.500-6.000 karakter atau 750-1.500
kata. Untuk membantu editor, wartawan bisa melakukan penyuntingan sendiri semampunya, terutama
kosa kata dan memotong atau mengganti kalimat dengan lebih ringkas setelah membaca ulang
tulisannya kembali.

Disarankan untuk menumpahkan semua gagasan dan gaya tulisan pada saat pertama kali menulis tanpa
perlu memikirkan penyuntingan sendiri. Setelah semua tulisan selesai, dibaca ulang. Perbaiki kalimat
rancu, tidak jelas, atau membingungkan. Kalau gagal, lebih baik dihapus atau dibuang.

Pemeriksaan itu juga bisa sekalian dengan menerjemahkan istilah bahasa asing ke bahasa Indonesia.
Periksa juga alur tulisan dan kaitan antar paragraf, apakah ada yang terputus atau tidak. Selamatkan
paragraf yang dianggap penting. Pindahkan dari bagian bawah ke atas agar tidak dibabat gunting editor.

***

Anda mungkin juga menyukai