Anda di halaman 1dari 13

Press Release (Siaran Pers)

Press Release (PRL) adalah informasi dalam bentuk berita yang dibuat
oleh Public Relations (humas) suatu organisasi/perusahaan yang isampaikan
kepada pengelola pers/redaksi media massa (tv, radio, surat kabar, majalah)
untuk dipublikasikan dalam media massa tersebut.Thomas Bivins dalam
bukunya Handbook for Public Relations writing, seperti yang disitir Soemirat
dan Ardianto (2003), menyebutkan bahwa PRL adalah informasi yang
disiarkan untuk pers, biasanya media massa cetak.

Bivins mengatakan meskipun semua PRL yang di buat PR memiliki


format yang sama, sebenarnya memiliki perbedaan penekanan pada
informasinya yaitu: (1). Basic Press Release mencakup berbagai informasi
yang terdapat didalam suatu organisasi/perusahaan yang memiliki berbagi
nnilai berita untuk media lokal, regional atau pun nasional; (2) Product
Releases mencakup mencakup transaksi tentang target suatu produk khusus
atau produk reguler lainnya untuk suatu publikasi perdagangan di dalam
suatu industri. Mereka dapat bertransaksi dengan produknya sendiri,
pelanggan menggunakan produk sebagai bisnis andalan atau penguasaan
pasar; (3) Financial releases digunakan terutama dalam membina hubungan
dengan pemegang saham.

Press Release atau new release (siaran pers) merupakan kegiatan


penulisan yang paling banyak dilakukan oleh praktisi PR untuk publikasi
melalui media massa cetak (surat kabar dan majalah ) dan media massa
elektronik (tv dan radio).

Media massa setiap harinya selalu kebanjiran informasi dalam bentuk


PRL ke meja redaksinya bisa puluhan, ratusan atau mungkin ribuan setiap
bulannya. PR mengirimkan PRL karena bentuk ini masi dianggap epektif
dalam publisitas PR di media massa. Supaya PRL itu bisa bersaing untuk
dimuat, praktisi PR harus bisa seolah menjai reporter/wartawan. Pada
sarnnya PR harus memahami gaya jurnalistik dalam mengirimkan PRL nya.
Selain itu, Informasi PRL harus memiliki nilai berita (news value) dan
berharga sebagai berita (news worthy).
Penulisann PRL layak muat apabila cara menulisnya seperti halnya
wartawan meniulis berita langsung (straight news) dengan gaya piramida
terbalik (inverted pyramid). Dimulai dengan membuat load/teras
berita/kepala berita sebagai paragraf pertama yang mengandung unsure
5W+!H (what:apa yang terjadi? Where:dimana terjadinya? When :kapan
peristiwa tersebut terjadi? Who:Siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut?
Why:mengapa peristiwa tersebut terjadi? How: bagaimana berlangsungnya
peristiwa tersebut?).

Bentuk Piramida terbalik sebagai berikut:

JUDUL

LEAD Sangat penting


(5W+1H
TUBUH
Rincian lead, latar
belakang dan
informasi Kurang penting
lanjutan

Mengapa menggunakan piramida terbalik dalam menulis Press Release?


Ada tiga alasan untuk menjelaskannya: Pertama, pembaca di kategorikan
sebagai orang sibukdan mempunyai waktu yang singkat untuk mendapatkan
berita-berita yang factual. Kedua, redaksi media massa harus memotong press
relesee tersebut tanpa mengurangi isi pokoknya. Ketiga, redaksi tidak
mempunyai cukup waktu untuk membaca keseluruhan Press Release
tersebut, sebelum redaksi memutuskan dibuang atau dipakai release tersebut,
mereka harus tahu dengan cepat apa keseluruhan isi release itu.

Setelah menulis lead sebagai paragraph pertama, kembangkan lead itu


dalam paragraph kedua untuk menjelaskan atau mendukung paragraph
pertama yang perlu dijelaskan. Kemudian masuk kepada tubuh berita.
Penulisan dengan gaya piramid terbalik ini berarti menulis berita dari mulai
yang sangat penting (lead) sampai kepada semakin tidak penting. Sedangkan
judul diambil dari lead (berita yang sangat penting tadi).(Soemirat dan
Ardianto. 2003: 54-56)
Features (Karangan Khas/Tuturan)

Publisitas tentang suatu informasi, kadangkali tidak hanya cukup


disampaikan dalam bentuk Press Release, sehingga perlu disajikan lebih
lengkap dan rinci dari hanya sekedar Press Release. Publisitas lebih lengkap
bisa dibuat dalam bentuk Feature/tuturan/karangan khas.Sama dengan
Press Release, isinya lebih kuat berupa penyampaian informasi yang perlu
diketahui masyarakat, dan bukan promosi. Karena pada surat kabar, majalah,
radio dan televisi sudah ada ruangan untuk promosi yaitu iklan
(Hutabarat.dalam Soemirat dan Ardianto. 2003: 65)

Biasanya dilepas setahun dua kali, sedikitnya setahun sekali, untuk


memudahkan badan-badan dunia ini menunnjukan perusahaan Public
Relations lokal atau kantor berita lokal untuk menyipapkan bahan-bahan siap
pakai dalam bahasa Indonesia (misalnya) yang diterjemahkan dalam naskah
asli, yang biasanya dalam bahasa Inggris. Bahan-bahan ini amat membantu
Koran-koran lokal uuntuk mengisi halaman Feature-nya. Ini juga sangat
menguntungkan karena Koran-koran tersebut tidak dipungut bayaran untuk
memuat karangan khas tersebut (lain halnya bila kita berlangganan Feature
dari kantor berita, dipungut uang langganan). Hanya biasanya diminta
dengan kerendahan hati agar penerbitan yang memuat tulisabn tersebut sudi
mengirimkan klipingnya.

Karangan khas/tuturan biasanya dibuat lebih dari satu, dengan isi


berkaitan satu sama lain. Maksudnya agar redaksi bisa memilih mana yang
cocok dan pas untuk untuk penerbitannya. Setiap Feature dilengkapi dengan
ilustrasi baik chart, figure, grafik maupun foto/gambar. Jadi, biasalah
dibayangkan betapa tebalnya satu karangan-nya dengan empat atau lima
lembaran ukuran A4 spasi rangkap.

Slamet Soeseno, dalam bukunya Teknik Penulisan Ilmiah Populer,


menyebutkan struktur penulisan Feature berbeda sekali dengan tulisan news
(berita/ Press Release) yang disusun seperti piramida terbalik yang hanya
terdiri ataas lead, tubuh, dan penutup. Feature disusun seperti kerucut
terbalik yang terdiri atas lead, jembatan di antara lead dan tubuh, tubuh
tulisan dan penutup.bagian atasnya berupa lapisan lead dan jembatan yang
amat pentingnya, dan bagian tenngahj berupa tubuh tulisan yang makin ke
bawah makin kurang kepentingannya. Bagian bawahnya berupa alinea
penutup yang bulat.

LEAD
JEMBATAN

TUBUH

PENUTUP

Lead Feature berisi hal-hal yang penting untuk mengarahkan perhatian


pembaca pada suatu hal yang akan di jadikan sudut pandang dimulainya
tulisan.

Jembatan bertugas sebagai perantara antara lead dan tubuh, yang


dengan lead, masih terkait, tetapi ke tubuh tulisan sudah mulai masuk. Ia
semata-mata melukiskan identitas dan situasi dari hal yang akan dituturkan
nanti.

Tubuh Feature berisi situasi dan proses, disertai penjelasan mendalam


tentang mengapa dan bagaimananya. Pada human interest Feature, situasii
yang dituturkan disertai pendapat atau pandangan yang subjektif dari
penulisnya mengenai situasi yang diutarakan. Tetapi pada bentuk Feature
ilmiah popular, situasi dan proses yang dituturkan tida disertai pendapat
subjektif, melainkan tetap dipertahankan keobjektifan pandangannya.

Penutup Feature berupa alinea berisi pesan yang mengesankan.

Soeseno mengelempokoan Feature menjadi tiga yaitu: news Feature,


Feature pengetahuan dan human interest Feature.

News Feature: bentuk penulisan ini tumbuh sebagai hasil sampigan dari
penulisan hard news. Berbeda dengan human interest Feature yang
membicarakan pelaku berita, pada news Feature yang dibicarakan adalah
kejadiannya, berikut proses timbulnya kejadian itu. Tidak dalam bentuk
berita (kalau begitu namanya interpretative news) tetapi Feature.
News Feature juga bukan human interest Feature, karena sama sekali
tidak berbicara tentang story/kisah orang.

Kebutuhan menulis news Feature ini memang timbul karena menulis


suatu proses dari peristiwa dalam bentuk interpretative news kurang
memadai. Proses yang biasanya panjang dan membentuk lebih cocok
diwadahi dalam tulisan Feature. Karena gagasan untuk menulis timbul
setelah ada peristiwa yang menjadi news-lah, maka Feature semacam itu
terpaksa diberi label “news”Feature.

Feature pengetahuan: kalau bahan untuk menyusun Feature itu lebih


ilmiah, karena data dan informasi yang dikumpulkan mengenai topik yang
akan dibahas kebetulan melimpah, mendalam dan terinci, sayang kalau hanya
ditulis sebagai news Feature. Ia lebih cocok ditulis sebagai Feature
pengetahuan.

Ciri Feature pengetahuan yang jelas ialah kedalaman pembahasan


materi dan keobjektifan pandaangan yang dikemukakan. Tulisan tidak hanya
mengemukakan mengapa dan bagaimananya suatu fakta tetapi juga mengapa
dan bagaimana proses, disertai penjelasan ilmiahnya yang ketemu
nalar.Feature pengetahuan yang diberi penjelasan ilmia ini disebut juga
Feature ilmiah. Karena ditulis cengan bahasa popular, ia disebut Feature
ilmiah populer.

Jenis penyajian : Pada garis besarnya ada tiga jenis penyajian tulisan
ilmiah popular yang berbeda-beda kedalaman materinya yaitu: pertama,
penyajian deskriptif, yang hanya memberikan suatu pengetahuan sebagai
kumpulan fakta sebagaimana adanya.Atau mengemukakan penemuan
mutakhir di bidang keilmuantertentu, tanpa banyak menjelaskan bagaimana
jalannya proses (riwayat atau latar belakang ) penemuan itu.

Kedua, jenis penyaian deskriptif, tetapi disertai penjelasan tentang


jalannya proses pembentukan, riwayat penemuan, atau sejarah terjadinya hal,
penjelasan mengapa sampai begitu, dan bagaimana duduk perkaranya.

Feature pengetahuan ini sudah meningkat menjadi Feature ilmiah.


Media massa yang suka memuat tulisan yang mendalam semacam itu,
misalnya Harian Kompas dan Suara Pembaharuan; majalah bulanan untuk
umum intisari;majalah hobi pertanian dan agribisnis trubus, majalah
psikologi dan perilaku Anda dan Tiara; majalah komputer Infokomputer.

Ketiga, jenis penyajian deskriptif yang disertai proses terjadinya, berikut


alasan mengapa bisa terjadi, dan bagaimana duduk perkaranya, ditambah
dengan masalah yang berkaitan dengannya, berikut bagaimana jalan keluar
atau pemecahan masalah itu. Penyajian tulisan semacam ini merangsang
pemikiran dan khusus melayani pembaca ilmiah populer dari tingkat atas.

Tulisan yang mengemukakan masalah dan pemecahannya, seperti


ditemukan dalam majalah prisma dan medika, tulisannya seringkali tidak di
edit sebagai Feature, tetapi dibiarkan begitu saja apa adanya dalam bentuk
paparan seminar dan laporan penelitian.

Umar Nur zain, dalam bukunya Penulisan Feature, mengatakan bahwa


Feature dalam arti luas adalah tulisan-tulisan di luar berita bahwa, biasanya
berupa berupa tulisan ringan, tulisan berta , tajuk rencana,tulisan opinni,
sketsa, laporan pandang mata dan sebagainya. Sedangkan dalam arti sempit,
Feature adalah tulisan khas yang sifatnya bisa menghibur, mendidik,
memberi informasi dan sebaginya mengenai aspek kehidupan dengan gaya
yang bervariasi (Zain, dalam Soemirat dan Ardianto. 2003: 68).

Untuk membedakan Feature dalam dalam arti sempit dengan tulisan


lainnya, kata zain, perhatikan hal-hal berikut:

 Beda dengan tajuk rencana : Feature dalam mengemukakan opininya,


tidak begitu kentara, menggunakan contoh-contoh, pelukisan suasana,
meminjam pernyataan-pernyataan puihak yang bertanggung jawab, dan
lebih panjang. Sedangkan tajuk rencana lebih rasional serta hangat padat.

 Beda dengan cerita pendek : Feature berdasarkan pada fakta, sebagai


nilai jurnalistik, sedangkan cerita pendek lebih condong ke fiksi.

Menulis Feature, ungkap Zain, agak sulit di bandingkan dengan


membuat berita (Press Release). Hampir-hampir merupakan suatu seni
tersendiri. Si penulis harus mempunyai kepekaan untuk memilih objek dan
membawakannya secara memikat. Si penulis tidak bosan-bosannya memilih
bagian yang paling prima untuk tulisannya. Kalau pun beropini, tulisan itu
tidak kentara mengemukakan opininya.
Dalam Uraian penulisan Feature ini, sebagai seorang yang berprofesi
Humas (Public Relations) sebaiknya mampu pula menulis Feature, disamping
menulis press relesase. Selain Feature dikirim ke media massa, juga bisa
dimanfaatkan kemampuan menulis Feature ini untuk mengisi rubrik-rubrik
dalam media Public Relations dalam bentuk House Journal (seperti buletin,
majalah, suratkabar, Koran dinding suatu perusahaan/organisasi atau nama
lain house in journal adalah company newspaper (surat kabar perusahaan ),
in house magazine (majalah internal) atau employee newspaper (suratkabar
karyawan). (Soemirat dan Ardianto. 2003: 65-69).

Penulisan Artikel

Menurut Soeseno, ia memang tidak salah, karena masyarakat Eropa dan


Amerika pada tahun 50-an menyebut setiap tulisan dalam media massa cetak
itu article. Tidak peduli apakah tulisan itu berbentuk Feature, opini, atau soft
news. Semuanya disebut article, selama tulisan itu dimaksudkan untuk
dimuat dalam media massa cetak. Itu untuk membedakannya dari tulisan
berbentuk paper atu tesis.

Kini, tambahnya, setelah profesi tulis-menulis berkembang mulailah


dibedakan antara tulisan berisi fakta, peristiwa, dan proses (yang disebut
Feature), tulisan berisi pendapat (yang disebut kolom opini), dan tulisan
berisi sikap atau pendirian (yang disebut artikel).

Sejak tahun 1980, para jurnalis Amerika sepakat untuk memakai istilah
artikel itu bagi tulisan yang terutama berisi sikap atau pendirian subjektif,
yang disertai alasan dan bukti yang mendukung pendirian itu.

Seorang penulis yang hanya memberikan tulisan tentang kegiatan para


petani beramai-ramai beralih menanam rebung asparagus (dulu kobis) karena
adanya peluang bisnis yang menggiurkan, mmisalnya belum dapat dikatakan
menulis aartikel.Sebab ia hanya menyampaikan fakta berikut penjelasan.
Tulisannya hanya berupa interpretative news atau mungkin berupa news
Feature

Tetapi kalau ia mengemukakan pendirian seorang pakar budidaya


asparagus atau pejabat departemen perdaganan yang berwenang
melaksanakan keputusan pemerintah, bahwa rebung asparagus patut
digalakan penanamannya karena ekspor asparagus selalu jkurang memenuhi
permiuintaan pasar dalam 10 tahun belakangan ini, disertai angka statistik
ekspor asparagus dan permintaan pasar Eropa dari tahun 1980 sampai 1990.
Berikut kutipan intisari pidato pengarahan menteri Perdagangan kepada
semua Kepala Kantor Wilayah Departemen perdagangan,berisikan
pertimbangan apa yang membenarkan penggalakan bisnis asparagus itu
untuk diekspor, tulisan sudah berkembang menjadi artikel bukan Feature
lagi.

Mengemukakan pendapat itu, penulis opini dituntut agar yang


dikemukakan irtu benar-benar pendapat sajja. Bukan cerita, bukan tuturan
seperti Feature dan juga bukan Feature pendek yang diakhiri dengan
pendapat.

Tulisan opini tidak mempunyai struktur tertentu. Ia tidak mempunyai


lead dan jembatan. Langsung saja berisi tubuh, yang mengemukakan apa
masalah yang menjadi pokok bahasan, diikuti langsung oleh pendapat penulis
mengenai masalah itu. Karena itu, tulisan opini biasanya pendek. Kira-kira
hanya sepanjang satu atau dua kolom dalam surat kabar (satu halaman dalam
majalah ), tulisan seperti itu disebut column. Penulisnya columnist.Dalam
surat kabar, kolom opini disajikan dalam berbagai bentuk. Bentuk kolom oleh
kolumnis. Sentilan pokok atau karikatur oleh seorang staf redaksi media
massa cetak itu sendiri. Tajuk rencana oleh redaktur senior yang
menyuarakan pendapat Koran itu mengenai masalah yang sedang
dibahasnya.

Dalam majalah, kolom opini kadang-kadang dipandang sebagai esai,


meniru bentuk esai yang sesungguhnya dari kalangan penulis sastra. Sebuah
esai (versi asli para sastrawan) ialah karangan kesusastraan pendek mengenai
satu pokok bahasan, yang biasanya ditinjau dari segi penulisnya sendiri
sebagai sastrawan (ahli sastra)tanpa usaha ke arah kelengkapan bahan
pembicaraan.Dulu, esai semacam itu dipakai untuk menganalisis (membedah,
meninjau) suatu karangan hasil karya sastra. Tetapi belakangan juga dipakai
untuk meninjau isi buku yang bukan sastra. Juga menganalisis topik (pokok
bahasan) biasa yang lain.
Artikel, sebaliknya, sebuah tulisan yang isinya fakta berikut masalah
(yang tidak hanya satu tetapi beberapa sekaligus yang saling berkait), diikuti
pendirian subjektif yang disertai argumentasi berdasarkan teori keilmuwan
dan bukti berupa data statistik yang mendukung pendirian itu. Hal itu
dipandang bukan opini atau esai lagi, tapi sudah berkembang sebagai artikel.
Biasanya pendirian ini dikemukakan (kadang-kadang ditulis sendiri) oleh
pakar di bidang keilmuwan tertentu. Satau pendapat pejabat eksekutif yang
berwenang, yang mestinya pakar juga..

Seperti tulisan opini, tulisan artikel pun tidak mempunyai sttruktur.


Penulisnya bebas menuangkan masalah yang sedang dibhasnya, kemudian
menyambungnya dengan pendiriannya yang subyektif. Asal jelas dan dapat
ditangkap isinya. Artikel tidak perlu diusahakan susah payah menarik
perhatian, karena toh akan dibaca oleh seorang pakar, pejabat, atau tokoh
terkenal. Juga tak perlu disusun yang penting didahulukan dan kurang
penting belakangan.Seperti halnya kemampuan menulis Feature penulisan
artikel dan opini pun sebaliknya dimiliki oleh mereka yang berprofesi Humas.
Selain mampu menjadi kolumnis atau penulis artikel di media massa,
keterampilan ini juga dapat digunakan dalam mengisi rubrik-rubrik di house
journal, in house magazine atau company newspaper. (Soemirat dan
Ardianto. 2003: 69-72).

Bentuk-Bentuk Publisitas MPR

Product Release:
1. Menginformasikan produk baru
2. Menginformasikan fitur & manfaat produk
3. Menginformasikan khalayak untuk memperoleh informasi
tambahan
4. Biasanya dipublikasikan di bagian bisnis/produk dari suatu
publikasi

Executive Statement:
1. Perkembangan & trend industri
2. Pandangan tentang perekonomian
3. Program launching product
4. Komentar tentang isu-isu lingkungan

EXECUTIVE STATEMENT RELEASE:

PELUANG BISNIS PELUMAS PERTAMINA


Ketatnya persaingan minyak pelumas untuk kendaraan bermotor di
Indonesia akhir-akhir ini mendorong para pengusaha untuk menawarkan
nilai baru yang unik kepada konsumen. Mereka mestinya tidak bersaing
dalam hal kualitas produk, melainkan terutama mutu layanan.
Pertarungan di pasar pelumas Indonesia makin seru saja. Tidak hanya
mereknya yang beragam, tetapi hampir setiap brand mengeluarkan berbagai
variasi produk sejalan dengan kemajuan teknologi itu sendiri. Hampir
semuanya meluncurkan yang terbaik. Sebab, kalau tidak, bagaimana mereka
bisa merebut hati konsumen yang semakin selektif dalam memilih oli yang
tepat bagi kendaraan.
Serunya kompetisi bisnis pelumas tidak lepas dari melimpah ruahnya
jumlah kendaraan bermotor yang menjejali ruas-ruas jalan di setiap bagian
wilayah Indonesia akhir-akhir ini. Perkembangan yang paling mencolok
terlihat pada jumlah sepeda motor dan kendaraan pribadi. Dengan lonjakan
jumlah kendaraan bermotor justru menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
Sebab kebutuhan oli terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah
alat-alat angkutan tersebut. Sebab itu pertamina sebagai perusahaan minyak
nasional mengeluarkan produk pelumas untuk kendaraan motor melalui
kemasan yang terbaik dan kualitas terpadu.
Choerniadi T, Asisten Manajer Layanan Pelanggan Pelumas-
Pertamina, menyebutkan beberapa fakta yang membuat pertamina menjadi
leader di pasar pelumas, antara lain:
1. dari segi marketing dan sales, Pertamina memproduksi oli
dengan dukungan teknologi pelumas yang sangat prima.
2. dari segi teknikal, pelumas Pertamina menjalin hubungan yang
baik dengan perusahaan minyak swasta nasional lainnya dan
kendaraan motor dan mobil seperti PT. Astra, Suzuki, Toyota, dsb.
3. pelumas-pelumas Pertamina juga memiliki jaringan dengan
bengkel-bengkel resmi kendaraan bermotor.

Bahkan untuk kalangan industri, Pertamina menawarkan program


PEMAP (Pemeliharaan Mesin melalui analisa pelumas secara progresif dan
komprehensif), yang dirancang untuk meningkatkan sistem maintance mesin
dan peralatan industri melalui pengamatan data kondisi mesin secara
kontinuitas yang dapat dibaca dari data hasil analisa pelumas bekasnya.
Dengan semua pengalaman, pengetahuan, teknologi, fasilitas dan
jaringan yang dibina selama bertahun-tahun, Pertamina siap menjadi pemain
terdepan di jalur bisnis minyak pelumas. ”ANDA UNTUNG BANGSA
UNTUNG”

Bandung, Mei 2008


Asisiten Manajer Layanan Pelanggan
Pt. Pertamina
ADVETORIAL:

BANDUNG EXPO
MULTIMEDIA AND GRAPHIC 2008

Tanggal 24-25 Mei 2008 akan digelar pameran komputer dan


notebook serta printing and graphics arts di Bandung Super Mall (BSM).
Kegiatan ini menjadi tempat bertemunya para produsen dan suplier mesin
atau layanan yang berkaitan dengan industri graphic dan multimedia.
Persertanya tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri. Antara
lain, Singapura, Malaysia, Jepang, China, Taiwan, Korea dan Jerman.
Tidak hanya pesertanya yang begitu banyak, tetapi juga produk baru
yang dipamerkan disana. Ini juga menunjukkan betapa industri multimedia
and graphic arts semakin berkembang di Indonesia. Banyaknya peserta yang
datang dari luar negeri juga menunjukkan bahwa Indonesia merupakan
pangsa pasar yang potensial.
Kepala Pusat Grafika Indonesia P. Sumedi, mengatakan teknologi
graphic arts saat ini sedang berkembang pesat, tidak hanya teknik percetakan
offset, tetapi juga teknik yang lain seperti flexografi, gravure sampai yang
sekarang sedang marak percetakan secara digital (digital printing). Oleh
karenanya, trend perkembangan teknologi ini perlu mendapat perhatian dari
segenap pihak yang terlibat dalam industri ini. Dan adanya pameran seperti
ini akan semakin menambah berkembangnya industri printing dan
multimedia pada umumnya.
Bagi para praktisi sendiri kegiatan ini sangat dibutuhkan. Selain
sebagai ajang memamerkan produk dan servis perusahaan, juga sekaligus
untuk menjualnya. Sehingga tidak salah kalau anda seorang pembisnis di
bidang multimedia untuk selayaknya datang ke pemeran ini yang pertama di
Bandung. Pameran kali ini akan dibuka oleh Walikota Bandunng dan Kepala
Kadin Kota Bandung dan disemarakan dengan kontes robot Indonesia.
Pameran ini diselenggarakan mulai jam 09.00 sampai dengan 20.00 WIB dan
gratis.
Panitia Penyelenggara
BANDUNG EXPO TECHNOLOGY 2008

Anda mungkin juga menyukai