1. PRESS RELEASE
Press Release adalah informasi dalam bentuk berita yang dibuat oleh Public Relations
(Humas) suatu organisasi/perusahaan yang disampaikan kepada pengelola pers/redaksi media
massa (TV, radio, surat kabar, majalah) untuk dipublikasikan dalam media massa tersebut.
Thomas Bivins dalam bukunya Handbook for Public Relations Writing menyebutkan bahwa
press release adalah informasi yang disiarkan untuk pers, biasanya media massa cetak. Bivins
mengatakan meskipun semua Press Release yang dibuat public relations memiliki format
yang sama, sebenarnya memiliki perbedaan penekanan pada informasinya yaitu :
1. Basic Press Release / Basic Publicity Release.
Mencakup berbagai informasi yang terdapat didalam suatu organisasi/perusahaan yang
memiliki berbagai nilai berita (news value) untuk media lokal, regional, ataupun nasional.
2. Product Release.
Mencakup transaksi tentang target suatu produk khusus atau produk regular lainnya untuk
suatu publikasi perdagangan didalam suatu industri. Mereka dapat bertransaksi dengan
produknya sendiri, pelanggan menggunakan produk sebagai bisnis andalan atau penguasa
pasar.
3. Financial Release.
Digunakan terutama dalam membina hubungan dengan pemegang saham. Umumnya banyak
media lokal, regional dan nasional menyoroti masalah keuangan. Press Release atau News
Release ( pemberitaan pers ) merupakan kegiatan penulisan yang paling banyak dilakukan
oleh praktisi PR untuk publikasi melalui media massa cetak ( surat kabar dan majalah ) dan
media massa elektronik ( TV dan radio ). Supaya Press Release itu bisa bersaing untuk
dimuat, praktisi PR harus bisa seolah-olah menjadi reporter/wartawan. Pada dasarnya seorang
PR harus memahami gaya jurnalistik dalam pengiriman Press Release nya. Selain itu,
informasi Press Release harus memiliki nilai berita ( news value ) dan berharga sebagai berita
( news worthy ). Penulisan Press Release layak muat apabila cara penulisannya seperti halnya
wartawan menulis berita langsung (straight news) dengan gaya pyramid terbalik (inverted
pyramid). Dimulai dengan membuat lead / teras berita / kepada berita sebagai paragraph
pertama yang mengandung unsur 5 W + 1 H ( What: apa yang terjadi, Where : dimana
terjadinya, When : Kapan peristiwa tersebut terjadi, Who : siapa yang terlibat dalam peristiwa
tersebut, Why : mengapa peristiwa tersebut terjadi, How : bagaimana berlangsungnya
peristiwa tersebut ? )
2. PENULISAN FEATURE / TUTURAN / KARANGAN KHAS
Publisitas tentang suatu informasi, kadang kali tidak cukup hanya disampaikan dalam
bentuk Press Release, sehingga perlu disajikan lebih lengkap dan rinci dari hanya sekedar
Press Release. Publisitas tersebut bisa dibuat dalam bentuk feature/tuturan/karangan khas.
Sama dengan Press Relase, isinya lebih kuat berupa penyampaian informasi yang perlu
diketahui masyarakat, dan bukan promosi. Karena pada surat kabar, majalah, radio dan
televisi sudah ada ruangan untuk promosi yaitu iklan (Hutabarat. 1993:137). Karangan
khas/tuturan biasanya dibuat lebih dari satu, dengan isi berkaitan satu sama lain, dengan
maksud agar redaksi bisa memilih mana yang cocok dan pas untuk penerbitannya.
Setiap feature dilengkapi dengan ilustrasi baik chart, figure, grafik maupun foto/
gambar. Umar Nur Zain, dalam bukunya Penulisan Features, mengatakan bahwa feature
dalam arti luas adalah tulisan-tulisan di luar berita, biasanya berupa tulisan ringan, tulisan
berat, tajuk rencana, tulisan opini, sketsa, laporan pandang mata dan sebagainya. Sedangkan
dalam arti sempit, feature adalah tulisan khas yang sifatnya bisa menghibur, mendidik,
memberi informasi dan sebagainya mengenai aspek kehidupan dengan gaya yang bervariasi
(Zain, 1992:19). Untuk membedakan feature dalam arti sempit dengan tulisan lainnya,
perhatikan hal-hal berikut: Beda dengan tajuk rencana dan cerita pendek :
feature dalam mengemukakan opininya, tidak begitu kentara, menggunakan contoh-
contoh, pelukisan suasana, meminjam pernyataan-pernyataan pihak yang bertanggung
jawab, dan lebih panjang, sedangkan tajuk rencana lebih rasional serta hangat padat.
feature berdasarkan pada fakta, sebagai nilai jurnalistik, sedangkan cerita pendek
lebih condong ke fiksi.
Menulis feature, ungkap Zain, agak sulit dibandingkan dengan membuat berita (press
release). Hampir-hampir merupakan suatu seni tersendiri. Si penulis harus mempunyai
kepekaan untuk memilih objek dan membawakannya secara memikat. Si penulis tidak bosan-
bosannya memilih bagian yang paling prima untuk tulisannya. Kalau pun beropini, tulisan itu
tidak kentara mengemukakan opininya.
Dalam uraian penulisan feature ini, sebagai seorang yang berprofesi Humas (Public
Relations) sebaiknya mampu pula menulis feature, di samping menulis Press Relesase. Selain
feature untuk dikirim ke media massa, juga bisa dimanfaatkan kemampuan menulis feature
ini untuk mengisi rubrik-rubrik dalam media Public Relations dalam bentuk House Journal
(seperti buletin, majalah, surat kabar, koran dinding suatu perusahaan/organisasi) atau nama
lain. House in Journal adalah company newspaper (surat kabar perusahaan), in house
magazine (majalah internal) atau employee newspaper (surat kabar karyawan).
3. PENULISAN ARTIKEL
Setelah profesi tulis-menulis berkembang, mulailah dibedakan antara tulisan berisi
fakta, peristiwa, dan proses (yang disebut feature), tulisan berisi pendapat (yang disebut
kolom opini), dan tulisan berisi sikap atau pendirian subyektif mengenai masalah yang
sedang dibahas (yang disebut artikel). Sejak tahun l980, para jurnalis Amerika sepakat untuk
memakai istilah article itu bagi tulisan yang terutama berisi sikap atau pendirian subjektif,
yang disertai alasan dan bukti yang mendukung pendirian itu.
Seorang penulis yang hanya memberikan tulisan tentang kegiatan para petani yang
beramai-ramai beralih menanam rebung asparagus (dulu kobis) karena adanya peluang bisnis
yang menggiurkan, misalnya, belum dapat dikatakan menulis artikel, sebab ia hanya
menyampaikan fakta berikut penjelasan. Tulisannya hanya berupa interpretative news atau
mungkin berupa news feature. Tetapi kalau ia mengemukakan pendirian seorang pakar
budidaya asparagus atau pejabat Departemen Perdagangan yang berwenang melaksanakan
keputusan pemerintah, bahwa rebung asparagus patut digalakan penanamannya karena ekspor
asparagus selalu kurang memenuhi permintaan pasar dalam 10 tahun belakangan ini, disertai
angka statistik ekspor asparagus dan permintaan pasar Eropa dari tahun 1980 sampai 1990.
Berikut kutipan intisari pidato pengarahan Menteri Perdagangan kepada semua Kepala
Kantor Wilayah Departemen Perdagangan, berisikan pertimbangan apa yang membenarkan
penggalakan bisnis asparagus itu untuk ekspor, tulisan sudah berkembang menjadi artikel,
bukan feature lagi. Apalagi kalau disertai usul bagaimana cara mengatasi kesulitan yang akan
terjadi nanti, kalau penggalakan itu dilaksanakan (Soeseno, 1995:101-102).
Dalam mengemukakan pendapat itu, penulis opini dituntut agar yang dikemukakan itu
benar-benar pendapat saja. Bukan cerita, bukan berita, bukan tuturan seperti feature dan juga
bukan feature pendek yang diakhiri dengan pendapat. Tulisan opini tidak mempunyai struktur
tertentu. la tidak mempunyai lead dan jembatan. Langsung saja berisi tubuh, yang
mengemukakan apa masalah yang menjadi pokok bahasan, diikuti langsung oleh pendapat
penulis mengenai masalah itu. Karena itu, tulisan opini biasanya pendek. Kira-kira hanya
sepanjang satu atau dua kolom dalam surat kabar (satu halaman dalam majalah).
Artikel sebuah tulisan yang isinya masalah (yang tidak hanya satu tetapi beberapa
sekaligus yang saling berkait), diikuti pendirian subjektif yang disertai argumentasi
berdasarkan teori keilmuan dan bukti berupa data statistik yang mendukung pendirian itu. Hal
itu dipandang bukan opini lagi, tapi sudah berkembang sebagai artikel. Biasanya pendirian ini
dikemukakan (kadang-kadang ditulis sendiri) oleh pakar di bidang keilmuan tertentu. Atau
pendapat pejabat eksekutif yang berwenang, yang mestinya pakar juga. Seperti tulisan opini,
tulisan artikel pun tidak mempunyai struktur. Penulisnya bebas menuangkan masalah yang
sedang dibahasnya, kemudian menyambungnya dengan pendiriannya yang subyektif. Asal
jelas dan dapat ditangkap isinya. Artikel tidak periu diusahakan susah payah menarik
perhatian, karena akan dibaca oleh seorang pakar, pejabat atau tokoh terkenal. Juga tak perlu
disusun yang penting didahulukan dan kurang penting belakangan. Seperti halnya
kemampuan menulis feature, penulisan artikel dan opini pun sebaliknya dimiliki oleh mereka
yang berprofesi Humas. Selain mampu menjadi kolumnis atau penulis artikel di media massa,
keterampilan ini juga dapat digunakan dalam mengisi rubrik-rubrik di House Journal, In
house magazine atau company newspaper.
7. PROSPEKTUS ( SELEBARAN )
Prospectus (selebaran) dirancang dan dibuat oleh Public Relations. Adapun bentuk-
bentuk selebaran itu sendiri sebagai berikut:
1) Leaflet: asal kata dari leaf (daun), yaitu selebaran satu lembar tidak dilipat.
2) Folder: selebaran yang terdiri dari sejumlah halaman dilipat, dapat dimasukkan kedalam
amplop atau mudah dibawa dalam saku.
3) Brochures dan Booklets: selebaran berbentuk buku kecil, dijepit atau dijahit.
4) Broadsheet: jenis lain folder tidak dilipat, ukurannya mirip halaman surat kabar. Poster
dibuat dengan gaya ini.
5) Catalogues: brosur yang menggambarkan dan mengilustrasikan produk yang ditawarkan
dan tertera harga produk tersebut.
6) Time Tables: seperti brosur pada umumnya, ukuran seperti airline time tables (daftar
jadwal penerbangan) atau lebih kecil dari folder seperti jasa pelayanan bis dan kereta api.
Kini selebaran jasa kereta api dan penerbangan sudah beralih dalam bentuk buku.
7) Picture Poscard: kartu pos bergambar ini merupakan salah satu publisitas yang banyak
diminati pelanggan, seperti di hotel, pesawat, dan kapal laut. Banyak juga orang yang
mengoleksi kartu pos bergambar ini.
8) Hotel Stationery: Blangko surat dan amplop yang ditempatkan di ruang hotel. Tidak hanya
dipakai sebagai bentuk pelayanan tetapi digunakan sebagai sarana iklan.
9) Stuffer: Sejumlah leaflet yang dimasukkan dalam bentuk kemasan. Biasanya berisi
instruksi atau bagaimana menggunakan suatu produk, dan bisa juga digunakan sebagai iklan
produk jenis lainnya.
10) Diaries: agenda diterbitkan setahun sekali.
11) Telephone number reminder: catatan nomor telepon berupa kartu gantung atau buku
pencatat pesan seukuran saku.
12) Swing Tags: kartu berisikan macam-macam produk dan memberikan petunjuk bagaimana
cara menggunakan produk itu dan cara memeliharanya.
13) Guarante cards: kartu guarantee pembelian suatu produk.
14) Price list and order form: daftar harga dan formulir pemesanan produk, tetapi dirancang
agar memudahkan memperoleh informasi akurat tentang produk dan lengkap seperti jumlah
barang dan pembayarannya (Jefkins. 1991:102-104).
15) Press Kitt (sekumpulan selebaran yang dimasukkan ke dalam sebuah map atau tas) dibuat
oleh Public Relations untuk berbagai kegiatan, misalnya: konferensi pers, seminar soft atau
grand opening. Press Kitt disebut juga Media Kitt atau Information Kitt. Item-item yang
terdapat pada press kitt adalah: a) sebuah surat pengantar menjelaskan kitt tentang apa itu, b)
a table of contents (daftar isi/topik), c) sebuah press release, a backgrounder (latar belakang
informasi), d) satu atau dua lembaran informasi seperti: selebaran yang sudah dicetak,
majalah perusahaan atau news letter (laporan berkala), buku laporan tahunan, naskah
berbentuk feature, biografi dan foto perusahaan (Bivins, 1991:76-77).
8. SPANDUK
Spanduk adalah sebuah media promosi yang berbahan dasar kain yang berisi tentang
ajakan, promosi usaha, himbauan dan tulisan-tulisan serta gambar yang bersifat mengajak,
mempengaruhi dan memamerkan. Spanduk berbeda dengan banner. Yaitu, spanduk
menggunakan bahan dasar kain. Dari segi keawetannya spanduk dan fungsinya lebih awet
dari pada banner. Tidak gampang luntur gambar dan tulisannya. Bahkan dalam kondisi cuaca
seperti apapun. Namun proses pembuatan spanduk memang lebih lama dari pada banner.
Kebanyakan spanduk memang berfungsi sebagai ajang promosi. Dominannya menggunakan
kalimat-kalimat promosi dan gambar yang mendukungnya. Dengan adanya spanduk ini,
maka akan ada banyak orang yang mengetahui tentang sebuah usaha..
Namun sebenarnya fungsi spanduk bukan hanya sebagai ajang promosi, melainkan
sebagai ajang informasi. Seperti informasi akan adanya program pemerintah, himbauan
kepada masyarakat, dan lain-lain. Fungsi ini lebih efektif jika menggunakan spanduk, karena
siapa bisa membaca dan mengetahuinya.Walaupun di tengah perkembangan teknologi yang
semakin maju, spanduk tidak pernah kehilangan eksistensinya. Banyaknya pelanggan tidak
pernah berkurang, bahkan semakin bertambah. Untuk itulah spanduk ini bisa dikatakan
sangat kuat di bidangnya. Fungsinya benar-benar nyata.
9. BALIHO
Baliho merupakan suatu sarana atau media berpromosi yang memiliki unsur
memberitakan informasi event atau kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat luas,
selain itu baliho juga digunakan untuk mengiklankan suatu produk baru. Dikenalnya baliho
merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya mesin cetak
digital yang semakin canggih. Selain baliho kadang masyarakat memberikan informasinya
bisa melalui pamflet, brosure, bulletin, majalah dan yang lainnya. Adapun fungsi dan manfaat
baliho yang diantara yaitu:
Menyampaikan materi iklan
Sebagai media promosi yang mudah untuk dilakukan sebab biaya yang dikeluarkan
tidak terlalu besar
Perubahan cuaca yang sering terjadi akan menyebabkan kerusakan pada baliho karena
letaknya yang diluar ruangan (out door). Apabila penempatan billboard (baliho) berada di
pinggir jalan raya akan mempunyai resiko untuk dilewatkan atau tidak sengaja terlewatkan
oleh pengendara dengan kecepatan tinggi serta memerlukan tempat yang luas dalam
pemasangannya. Baliho bisa dibuat dalam berbagai ukuran, untuk titik pemasangan pun harus
dipikirkan secara matang, oleh karena itu konsultasi kepada penyedia jasa baliho sangatlah
diperlukan.