Dian Nurafifah
Karies gigi paling banyak menyerang manusia, di Kota Lamongan 16,4% menderita karies
(DepKes RI, 2007). Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan
bahwa anak usia 1-4 tahun yang tidak menyikat giginya sama sekali sebanyak 64,9%. Berdasarkan
hasil survey awal didapatkan 9 dari 10 anak (90%) menderita karies gigi yang tampak dari gigi
yang berwarna hitam atau berlubang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
perilaku pencegahan karies gigi dengan kejadian karies gigi pada anak.
Desain dalam penelitian ini adalah studi korelasi. Populasi yaitu seluruh anak usia 7 12
tahun di Dusun Sumberpanggang Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten
Lamongan sebanyak 45 anak. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling
dengan sampel sebanyak 40 anak. Variabel independen adalah perilaku pencegahan karies gigi.
Variabel dependen adalah kejadiankaries gigi pada anak. Pengumpulan data dengan observasi dan
metode wawancara menggunakan kuesioner. Analisa data dengan editing, coding, scoring,
tabulating kemudian dianalisa dengan uji statistic Uji Kontingensi dengan 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar responden memiliki perilaku kurang
baik dalam pencegahan karies gigi, dan sebagian besar responden mengalami karies gigi. Dengan
menggunakan uji Koefisien Kontingensi menggunakan = 0,05, didapatkan nilai p = 0,014,
sehingga p < maka H0 ditolak artinya terdapat hubungan antara perilaku pencegahan karies
dengan kejadian karies pada anak.
Melihat hasil penelitian ini diharapkan semua pihak berperan dalam mempertahankan upaya
pencegahan karies gigi pada anak usia agar anak tidak mudah mengalami karies gigi. Upaya yang
dapat dilakukan antara lain sosialisasi ke institusi pendidikan atau kerjasama dengan pihak terkait.
yang tidak menyikat giginya sama sekali membatasi jenis-jenis makanan manis dan
sebanyak 64,9%. lengket yang dikonsumsi anaknya. Jika
Berdasarkan survey awal yang terpaksa harus mengkonsumsi makanan
dilakukan didapatkan dari 9 dari 10 anak tersebut, anak harus segera menggosok gigi
(90%) mengalami karies gigi. Kondisi atau setidaknya berkumur menggunakan air
tersebut tampak dari hasil observasi gigi putih. Perawatan gigi yang baik dan
yang mulai berubah warna, menghitam, kunjungan dokter gigi yang rutin dapat
bahwa sudah berlubang dan gigi tidak utuh. mencegah terjadinya permasalahan pada gigi
Dari 9 anak yang mengalami karies dan mulut.
mengatakan bahwa mereka tidak teratur
dalam menjaga kesehatan gigi misalnya METODE PENELITIAN. .
tidak teratur menggosok gigi dan
mempunyai kebiasaan makan yang dapat Desain dalam penelitian ini adalah
merusak gigi misalnya banyak studi korelasi. Populasi yaitu seluruh anak
mengkonsumsi coklat dan permen yang usia 7 12 tahun di Dusun Sumberpanggang
manis serta tidak diakhiri dengan menyikat Desa Kembangbahu Kecamatan
gigi. Kembangbahu Kabupaten Lamongan
Faktor yang dapat mempengaruhi sebanyak 45 anak. Teknik sampling yang
terjadinya karies gigi berasal dari internal dan digunakan adalah Simple Random Sampling
eksternal. Faktor internal meliputi bakteri, dengan sampel sebanyak 40 anak. Variabel
karbohidrat, kerentanan permukaan gigi, dan independen adalah perilaku pencegahan
waktu. Faktor eksternal meliputi usia, jenis karies gigi. Variabel dependen yaitu kejadian
kelamin, suku bangsa, letak geografis, kultur karies gigi pada anak. Pengumpulan data
social penduduk, dan peran orang tua. dengan observasi dan metode wawancara
Dampak karies gigi jika dibiarkan menggunakan kuesioner. Analisa data
akan timbul radang saraf gigi yang akan dengan editing, coding, scoring, tabulating
membuat gigi terasa sakit, dan terlambat kemudian dianalisa dengan uji statistic Uji
menemukan karies pada akhirnya gigi tidak Kontingensi dengan 0,05
bisa ditambal lagi maka gigi tersebut harus
dicabut. Bila sesudah pencabutan, gigi tidak HASIL .PENELITIAN
diganti dengan gigi palsu, maka gigi yang Data Umum
ada di kanan kirinya akan bergeser ke arah 1. Karakteristik responden berdasarkan
gigi yang baru dicabut, akibatnya gigi jenis kelamin
menjadi renggang, sisa-sisa makanan tersebut Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
akan membusuk, menyebabkan bau mulut berdasarkan jenis kelamindi Dusun
tidak sedap dan suasana mulut asam, banyak Sumberpanggang Desa Lopang
kuman yang mengakibatkan terjadinya Kecamatan Kembangbahu
kerusakan atau lubang pada gigi tersebut, dan Kabupaten Lamongan
dapat menyebabkan kerusakan pada gigi No. Jenis Frekuensi Prosentase
yang lain (Panji, 2008). kelamin (%)
Upaya untuk mencegah karies yaitu 1. Laki-laki 10 25
2. Perempuan 30 75
menggosok gigi dengan pasta berflourida
Jumlah 40 100
dengan rutin dua kali sehari yaitu pada pagi
hari setelah sarapan dan malam hari sebelum Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa
tidur (Arisman, 2004). Orang tua dapat sebagian besar responden mempunyai jenis
membantu anaknya membersihkan gigi jika kelamin perempuan yaitu 30 responden (75%)
anak belum bisa memegang sikat gigi. dan sebagian kecil responden mempunyai
Setelah mampu memegang sikat gigi, orang jenis kelamin laki-laki yaitu 10 responden
tua sebaiknya mulai melatih cara menggosok (25%)
gigi yang benar. Orang tua juga perlu
SURYA 52 Vol.01, No.XIV, April 2013
Hubungan Perilaku Pencegahan Karies Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak di Dusun
Sumberpanggang Desa Lopang Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan
dapat menyebabkan kerusakan pada gigi kegemaran makan makanan manis. Frekuensi
yang lain (Panji, 2008). makanan atau minuman manis yang tinggi
Seluruh responden mempunyai akan mempengaruhi pembentukan karies gigi
pendidikan dasar yaitu SD. Kemungkinan pada anak.
responden tidak pernah mendapat informasi/ Berdasarkan tabel 1 diketahui
sosialisasi tentang kebersihan gigi dan mulut sebagian besar responden berjenis kelamin
sehingga kurang paham terhadap akibat perempuan yaitu 30 responden (75%).
penyakit gigi dan mulut. Menurut Arif Mansur (2002) prevalensi
Perilaku menjaga kebersihan gigi karies gigi sulung anak perempuan lebih
dilakukan sebatas apa yang diketahui saja, tinggi dibanding anak laki-laki, karena erupsi
sehingga banyak responden yang melakukan gigi anak perempuan akan lebih cepat
upaya pencegahan karies tetapi dengan cara dibanding anak laki-laki. Akibatnya anak
yang kurang benar. Misalnya menyikat gigi perempuan akan lebih lama berhubungan
dengan cara yang salah, menyikat gigi pada dengan faktor resiko terjadinya karies. Hal
waktu yang kurang tepat, dan membiarkan ini dapat terjadi karena gigi anak perempuan
karies gigi selama tidak terjadi kesakitan cenderung lebih sensitif terhadap makanan
karena menganggap karies bukan penyakit. dan minuman sehingga mudah mengalami
karies gigi.
2. Kejadian Karies gigi pada anak Ditinjau dari keadaan atau
Terdapat dua faktor yang struktur dari gigi, anak sangat sensitif
mempengaruhi terjadinya karies gigi yaitu terhadap serangan asam sehingga mudah
faktor internal dan eksternal. Faktor internal mengalami karies gigi. Anatomi gigi juga
meliputi struktur gigi, agen atau berpengaruh pada pembentukan karies.
mikroorganisme, substrat atau diet, dan
Gigi tidak tahan terhadap serangan asam
waktu. Faktor eksternal meliputi ras, umur,
jenis kelamin, kultur sosial penduduk, dan jika rusak ia tidak mempunyai data
kesadaran sikap, dan perilaku. reparatif (memperbaiki diri sendiri)
Salah satu faktor yang sebagaimana anggota tubuh lainnya.
mempengaruhi terjadinya karies gigi pada Karena itu, sekali lubang gigi terbentuk
responden di Dusun Sumberpanggang Desa maka tidak ada jalan lain untuk
Kembangbahu adalah kebiasaan makan. mengembalikannya ke keadaan semula
Kebiasaan makan anak yang tidak baik kecuali dengan ditambal.
memicu munculnya karies gigi. Kebiasaan Pada permulaan periode pra
makan seperti makan coklat terlalu sering sekolah, pertumbuhan gigi susu telah
atau tidak diakhiri dengan menggosok gigi, lengkap. Perawatan gigi penting untuk
kebiasaan makan permen atau makanan
mempertahankan gigi sementara ini dan
manis dapat mempercepat terjadinya karies
gigi. mengajarkan kebiasaan dental. Meskipun
Faktor kultur sosial yang kontrol motorik halus anak pra sekolah
berkembang juga dapat menyebabkan telah maju, mereka masih memerlukan
banyaknya kejadian karies gigi. Budaya yang bantuan dan supervisi dalam penyikatan
ada misalnya anggapan bahwa karies adalah gigi dan membersihkan gigi dengan
hal yang lumrah terjadi pada anak, dapat benang gigi harus dilakukan orang tua
sembuh seiring dengan bertambahnya usia (Wong, 2008). Dan diperkuat oleh Agus
anak, merupakan penyebab masalah karies Susanto (2007), dalam hal ini, masih
selalu terjadi pada anak. diperlukan peran orang tua mengingat
Sejalan dengan bertambahnya usia anak usia pra sekolah masih sangat
seseorang jumlah karies pun akan bertambah.
tergantung dengan orang tuanya.
Kejadian karies banyak terjadi pada anak-
anak karena kebanyakan anak-anak memiliki
SURYA 55 Vol.01, No.XIV, April 2013
Hubungan Perilaku Pencegahan Karies Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak di Dusun
Sumberpanggang Desa Lopang Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan