Anda di halaman 1dari 8

Serumen Prop

1. Definisi

Serumen dapat ditemukan pada kanalis akustikus eksternus. Serumen

merupakan campuran dari material sebaseus dan hasil sekresi apokrin dari

glandula seruminosa yang bercampur dengan epitel deskuamasi dan

rambut.Serumen prop di definisikan sebagai akumulasi dari serumen yang

menyebabkan gejala, mengganggu pemeriksaan liang telinga/membran timpani

atau sistem audiovestibular atau keduanya tanpa harus menimbulkan obtruksi total

(Roland & Smith, 2008).

2. Epidemiologi

Serumen prop umumnya terjadi pada orang dewasa dan pasien dengan

gangguan kognitif. Sebuah studi pada 1507 pasien dewasa dengan gangguan

pendengaran menunjukkan bahwa sebesar 2,1% keluhan yang muncul diduga

akibat dari serumen. Berdasarkan penelitian ini diperkirakan terdapat 1,2 juta-

3,5 juta orang yang menderita serumen prop (Greener, et al., 2004).

Sekitar 150.000 prosedur ekstraksi serumen telah dilakukan setiap

minggu di Amerika Serikat. Gangguan akibat serumen mengenai sekitar 10%

anak-anak, 5% pada orang dewasa yang sehat, 57% pada pasien usia lanjut di

rumah jompo, dan 30% pasien dengan retardasi mental. Dalam sebuah

penelitian, 35% pasien rawat inap berusia >65 tahun mengeluhkan gangguan

akibat serumen dan 75% diantaranya mengalami perbaikan pendengaran setelah

ekstraksi serumen (Beatrice, et al., 2009).


3. Gejala Klinis

Serumen prop dapat menimbulkan beberapa macam gejala antara lain

gatal, otalgia, rasa penuh di telinga, batuk, penurunan pendengaran, tinnitus, dan

pusing sampai vertigo (Roland & Smith, 2008).

Serumen prop yang tidak diobati dapat menyebabkan penurunan

pendengaran, penarikan sosial, menurunnya fungsi kerja, bahkan sampai paranoia

ringan. Pada beberapa pasien terjadi perforasi pada gendang telinga akibat usaha

membersihkan serumen sendiri. Namun demikian, perforasi nantinya dapat

menimbulkan fistula pada perilimfe sehingga dapat muncul robekan atau lubang

pada oval window di koklea. Hal ini menyebabkan munculnya nistagmus,

gangguan pendengaran neurosensorik dan tinnitus. Selain itu, tinnitus juga bisa

terjadi bila serumen prop yang mengenai gendang telinga dikeluarkan secara tiba-

tiba (Greener, et al., 2004).

Oklusi akibat serumen akan menimbulkan penurunan pada fungsi

pendengaran. Penelitian yang dilakaukan oleh Hydri & Siddiqui (2016)

menunjukkan besar penurunan fungsi pendengaran yang tercantum pada tabel 1.

Rata-rata penurunan Rata-rata penurunan Total rata-rata


Presentase oklusi
pendengaran karena pendengaran karena penurunan
liang telinga
serumen kering serumen basah pendengaran
1/3 5 0 dB 5 0 dB 5 0 dB
2/3 7,7 0,9 dB 9,5 1,3 dB 8,6 1,2 dB
3/3 13,7 3,9 dB 14,2 1,3 dB 13,9 0,4 dB
Secara kseluruhan rata-rata penurunan pendengaran akiba serumen kering dan basah: 9,2
4,5 dB.
Singkatan: dB: decibel

Tabel 1. Rata-rata penurunan pendengan pada oklusi serumen

Liang telinga memiliki inervasi terhadap N.IX sehingga rangsangan akibat

adanya serumen dapat menimbutkan reflek batuk. Inervasi N.IX dan N.X pada
liang telinga juga menyebabkan stimulasi yang dapat menimbulkan efek pada

jantung dan sirkulasi darah dan menyebabkan pusing sampai dengan pingsan pada

individu yang sensitif ketika liang telinga dibersihkan dari serumen (Moller,

2006)

Pemeriksaan fisik untuk menilai kondisi liang telinga dapat dilakukan

dengan menggunakan spekulum telinga, otoskop, ataupun binokular mikroskop

(Roland & Smith, 2008).

4. Penatalaksanaan

Secara umum terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk mengeluarkan

serumen yaitu secara manual (kuretase) dan irigasi. Masing-masing memiliki

kelebihan dan resiko yang berbeda. Kuretase memungkinkan klinisi melihat

secara langsung proses pengambilan serumen dan mengurangi resiko infeksi

akibat penggunaan air, namun tindakan ini membutuhkan kemampuan yang

memadai dari klinisi. Berbeda dengan kuretase, tindakan irigasi lebih mudah,

hanya membutuhkan alat yang sedikit dan resiko yang lebih rendah sehingga

biasanya menjadi pilihan pertama dalam penanganan serumen (Greener, et al.,

2004).

Pada beberapa kasus dibutuhkan pelunak serumen (cerumenolytic agent)

untuk memudahkan tindakan pengambilan serumen dengan irigasi maupun secara

manual. Melunakkan serumen akan mengurangi resiko laserasi ataupun nyeri

yang mungkin timbul saat pengangkatan serumen yang keras (Beatrice, et al.,

2009).
A. Irigasi telinga

Irigasi pada telinga umumnya efektif dilakukan untuk mengeluarkan serumen

yang relatif mudah. Tindakan ini dapat dilakukan dengan atau tanpa penggunaan

cerumenolytic agent. Penggunann tetes telinga sebagai pelunak dilakukan pada

serumen yang keras. Tindakan ini harus dilakukan oleh dokter yang

berpengalaman. Air yang dimasukkan ke liang telinga akan melewati serumen dan

dipantulkan keluar oleh membran timpani ke luar liang telinga (Beatrice, et al.,

2009).

Untuk anak-anak digunakan 20-30 cc sedangkan untuk dewasa digunakan

50-60 cc dengan tekanan yang ringan dan pelan dan kateter palastik dari butterfly

needle ataupun kateter intravena ukuran 18 (Beatrice, et al., 2009).

Irigasi dilakukan dengan air yang sesuai dengan suhu tubuh untuk

menghindari terjadinya respon reflek kalori. Air yang digunakan tidah harus steril.

Daun telinga dipegang dengan lembut ke arah superoposterior untuk meluruskan

liang telinga dan mempermudah irigasi (Beatrice, et al., 2009).

Irigasi liang telinga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan suspek

perforasi membran timpani, pasien dengan riwayat penyakit telinga tengah,

operasi telinga, terapi radiasi pada daerah telinga, otitis eksterna berat dan vertigo

(Beatrice, et al., 2009).

B. Cerumenolytic agent

Melunakkan serumen merupakan salah satu cara yang dilakukan terlebih

dahulu sebelum melakukan pengambilan serumen. Sama seperti pada irigasi liang

telinga, penggunaan cerumenolytic agent dihindari pada pasien dengan membran

timpani yang perforasi. Ada beberapa bahan yang umumnya digunakan antara lain
oleic acid polypeptide complex, triethanolamine polypeptide, carbamide peroxide,

olive oil, mineral oil, sodium bicarbonate, acetic acid, dan docusate sodium. Pada

dasarnya bahan yang digunakan terbagi menjdi 3 jenis yaitu sediann berbahan

dasar air, minyak, ataupun bahan yang tidak berbahan dasar minyak ataupun air.

Sediaan yang dapat digunakan seperti pada tabel 2.

Sediaan Bahan aktif


Bahan dasar air Asam asetat Larutan asam acetat
Cerumenex Triethanolamin polypeptide oleat
Colace Natrium dokusat
Hidrogen peroksida Larutan hydrogen peroksida
Natrium bikarbonat Natrium bikarbonat
Larutan steril garam Air
salin
Bahan dasar Minyak almond Minyak almond
minyak
Minyak arachis Minyak arachis
Earex Minyak almond, Minyak arachis, minyak
kamfer
Minyak zaitun Minyak zaitun
Liquid petrolatum Liquid petrolatum
Bahan lainnya Audax Gliserin, choline salisilat
Debrox Carbamide peroksida (urea-hidrogen
peroksida)
Tabel 2. Sediaan cerumenolytic agent

C. Suction dan pengangkatan secara manual

Pengambilan secara manual memiliki kelebihan karena mampu melihat

kondisi liang telinga secara langsung. Tindakan ini membutuhkan iluminasi,

visualisasi dan instrument yang memdai. Untuk memaksimalkan iluminasi dan

visualisasi digunakan speculum ataupun otoskop, lampu kepala, ataupun

mikroskop binocular.instrumen laiinnya digunakan untuk mengambil serumen

antara lain forsep alligator, hook, kapas, suction lengkung dan Jobsone-Horne

probe (Roland & Smith, 2008).

Tindakan ini paling baik dilakukan oleh dokter spesialis THT karena

membutuhkan penanganan yang khusus serta pengalaman dalam melakukannya.


Tindakan ini dapat menjadi alternatif untuk mengangkat serumen pada pasien

dengan kontraindikasi untuk irigasi liang telinga seperti otitis eksterna ataupun

perforasi membran timpani (Beatrice, et al., 2009).

Gambar 2. Teknik pengambilan serumen secara manual


Masing masing teknik pengambilan serumen memiliki kelebihan dan

kekurangannya sendiri (Roland & Smith, 2008). Perbandingan keuntungan dan kerugian

masing masing tindakan tercantum dalam tabel 3.

Irigasi Cerumenolytic agent Manual


Keuntungan Efektif Aplikasi mudah Efektif
Komplikasi dan Butuh keahlian
Perforasi MT Otitis eksterna
kerugian khusus
Laserasi pada kulit,
Nyeri, vertigo Reaksi alergi
nyeri
Pasien harus
Neri dan vertigo pada
koorporatif
Otitis eksterna pasien dengan MT yang
(terutama pasien
tidak intak
pediatri)
Trauma pada liang
Gangguan pendengaran
telinga
serumen masih
tersisa
Gangguan audio-
vestibular

Tabel 3. Pilihan teknik pengambilan serumen


PENULISAN RESEP

dr. Brian Pasa N


1061050080
Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia
Jl. Mayjen sutoyo no. 69, Cawang, Jakarta Timur

R/ Carbogliserin 10 % ED NO. I fls


S 4 dd IV gtt ADS

Pro: Ny. XY
Usia: 23 thn

Anda mungkin juga menyukai