Disusun oleh:
Kelompok 7
Ketua : Siva Purwati
Sekertaris : Dea Amelia Lisanti
Bendahara : Yola Lasmini
Anggota : Aji Saputra
XI IPS 4
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
memasak, kendaraan bermotor, dan industri, kedua bahan bakar tersebut berasal
dari pelapukan sisa-sisa organisme sehingga disebut bahan bakar fosil.
Oleh karen itu sebagai generasi penerus bangsa, kita juga harus memikirkan
bahan bakar alternatif apa yang dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar
fosil ini, jika suatu saat nanti bahan bakar ini habis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan minyak bumi?
2. Bagaimana proses pembentukan minyak bumi?
3. Apa saja komposisi minyak bumi?
4. Apa dampak penggunaan minyak bumi?
5. Mengapa minyak bumi disebut sebagai sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui?
6. Bagaimana potensi minyak bumi di Indonesia?
7. Dimana daerah mana saja persebaran minyak bumi di Indonesia?
8. Bagaimana AMDAL dalam pembangunan berkaitan dengan minyak bumi?
9. Bagaiamana pemanfaatan minyak bumi dengan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Minyak Bumi
2. Untuk mengetahui Pembentukan Minyak Bumi
3. Untuk mengetahui Komposisi Minyak Bumi
4. Untuk mengetahui Dampak Penggunaan Minyak Bumi
5. Untuk mengetahui Minyak Bumi Sebagai Sumber Daya Alam Yang Tidak
Dapat Diperbaharui
6. Untuk mengetahui Potensi Minyak Bumi di Indonesia
7. Untuk mengetahui Persebaran Minyak Bumi di Indonesia
8. Untuk mengetahui AMDAL Dalam Pembangunan Berkaitan Dengan Minyak
Bumi
9. Untuk mengetahui Pemanfaatan Minyak Bumi Dengan Prinsip-prinsip
Pembangunan Berkelanjutan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon tidak tersaturasi yang memiliki
satu atau lebih cincin planar karbon-6 yang disebut cincin benzena, dimana atom
hidrogen akan berikatan dengan atom karbon dengan rumus umum CnHn.
Hidrokarbon seperti ini jika dibakar maka akan menimbulkan asap hitam pekat.
Beberapa bersifat karsinogenik.
Semua jenis molekul yang berbeda-beda di atas dipisahkan dengan distilasi
fraksional di tempat pengilangan minyak untuk menghasilkan bensin, bahan bakar
jet, kerosin, dan hidrokarbon lainnya. Contohnya adalah 2,2,4-Trimetilpentana
(isooktana), dipakai sebagai campuran utama dalam bensin, mempunyai rumus
kimia C8H18 dan bereaksi dengan oksigen secara eksotermik:
2 C8H18(l) + 25 O2(g) 16 CO2(g) + 18 H2O(g) + 10.86 MJ/mol (oktana)
Jumlah dari masing-masing molekul pada minyak Bumi dapat diteliti di
laboratorium. Molekul-molekul ini biasanya akan diekstrak di sebuah pelarut,
kemudian akan dipisahkan di kromatografi gas, dan kemudian bisa dideteksi
dengan detektor yang cocok.
Pembakaran yang tidak sempurna dari minyak Bumi atau produk hasil
olahannya akan menyebabkan produk sampingan yang beracun. Misalnya, terlalu
sedikit oksigen yang bercampur maka akan menghasilkan karbon monoksida.
Karena suhu dan tekanan yang tinggi di dalam mesin kendaraan, maka gas buang
yang dihasilkan oleh mesin biasanya juga mengandung molekul nitrogen oksida
yang dapat menimbulkan asbut.
4
2. Teori Organik
Teori Organik dikemukakan oleh Engker yang menyatakan bahwa minyak
bumi terbentuk dari proses pelapukan dan penguraian secara anaerob jasad
renik (mikroorganisme) dari tumbuhan laut dalam batuan berpori.
5
4. Hidrokarbon aromatik
a. Dikenal sebagai seri aromatik
b. Keberadaannya sebagai komponen yang kecil/sedikit
c. Senyawa penyusunannya:
d. Senyawa Lain
1) Keberadaannya sangat sedikit sekali
2) Senyawa yang mungkin ada dalam minyak bumi adalah belerang,
nitrogen, oksigen dan organo logam (kecil sekali).
6
disajikan beberapa dampak negatif penggunaan energi fosil terhadap manusia dan
lingkungan:
1. Dampak Bagi Cuaca Dan Iklim.
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya:
minyak bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida
(CO2), nitrogen oksida (NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan
pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di
udara, setengah dari konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya
pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan
sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan mikroorganisme yang
mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi asam
nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang
berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar
NOx di udara, setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan
manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat
(H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan
dan membentuk asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang
merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air hujan tersebut
bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH hujan
normal), yang dikenal sebagai hujan asam. Hujan asam menyebabkan tanah
dan perairan (danau dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan,
dengan asamnya tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi.
Untuk perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya makhluk hidup
di dalamnya. Selain itu hujan asam secara langsung menyebabkan rusaknya
bangunan (karat, lapuk). Proses terjadinya hujan asam.
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar
gas NOx, SO2, O3 di udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan
7
bermotor, dan kegiatan industri. Smog dapat menimbulkan batuk-batuk dan
tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam memandang.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2)
ke udara. Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer
meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan
global. CO2 tersebut menyerap sinar matahari (radiasi inframerah) yang
dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal tersebut
dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut. Proses
terjadinya efek rumah kaca.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal,
antara lain, dari gas bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi
adalah gas metana. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang
menyebabkan pemasanan global.
2. Dampak Terhadap Perairan.
Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan
minyak bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau
kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau
air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pada dasarnya
pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia. Pencemaran air oleh
minyak bumi umumnya disebabkan oleh pembuangan minyak pelumas secara
sembarangan. Di laut sering terjadi pencemaran oleh minyak dari tangki yang
bocor. Adanya minyak pada permukaan air menghalangi kontak antara air
dengan udara sehingga kadar oksigen berkurang.
3. Dampak Terhadap Tanah.
Dampak penggunaan energi terhadap tanahdapat diketahui, misalnya dari
pertambahan batu bara. Msalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul
terutama dalam pertambangan terbuka (Open Pit MiniJika terhirup dan masuk
ke tubuh, sebagian besar akan ditimbun dalam tulang. Ketika orang mengalami
stres, pebe diremobilisasi dari tulang dan masuk ke peredaran darah sehingga
menimbulkan risiko keracunan. Dalam jangka panjang, penimbunan pebe bisa
berbahaya.
8
E. Minyak Bumi Sebagai Sumber Daya Alam Yang Tidak Dapat Diperbaharui
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources)
ialah sumber daya alam yang apabila telah dimanfaatkan tidak dapat digunakan
lagi. Sumber daya alam ini dapat terbentuk kembali namun dalam waktu yang
sangat panjang hingga ratusan bahkan jutaan tahun. Jumlah sumber daya ini relatif
tetap karena tidak ada penambahan atau pembentukan kembali.
Sumber daya alam tidak dapat diperbaharui kebanyakan berupa mineral-
mineral bumi seperti mineral logam (timah, bijih besi, emas, bauksit, dan nikel),
mineral non-logam (marmer, fosfat, pasir, dan batu) dan sumber daya alam energi
yaitu minyak bumi.
Minyak bumi terbentuk pada zaman primer, sekunder, dan tersier yang
berbentuk endapan pada suatu wilayah yang cekung, rawa atau lautan dangkal.
Endapan tersebut terbentuk dari mikroplankton yang mati kemudian bercampur
dengan lumpur disebut Sapropelium. Proses selanjutnya adalah terjadinya
destilasi yaitu sapropelium yang terbentuk karena tekanan dari lapisan-lapisan
atasnya serta pengaruh aktivitas magma maka membentuk minyak bumi kasar.
Minyak bumi kasar yang telah melalui pembusukan oleh organisme dan tersebar
di antara pori-pori lempung keluar melalui butir-butir pasir di dekatnya
membentuk lapisan minyak bumi. Minyak bumi Indonesia tersebar di Cepu (Jawa
Tengah), Cirebon (Jawa Barat), Kutai, Tarakan (Kalimantan Timur), dan Sorong
(Papua).
9
sisanya sama sekali belum dilakukan eksplorasi. Dari cekungan yang telah
dieksplorasi, 16 cekungan sudah memproduksi hidrokarbon, 9 cekungan belum
diproduksi walaupun telah diketemukan kandungan hidrokarbon, sedangkan 15
cekungan sisanya belum diketemukan kandungan hidrokarbon. Kondisi di atas
menunjukkan bahwa peluang kegiatan eksplorasi di Indonesia masih terbuka
lebar, terutama dari 22 cekungan yang belum pernah dilakukan kegiatan
eksplorasi dan sebagian besar berlokasi di laut dalam (deep sea) terutama di
Indonesia bagian Timur.
Potensi minyak bumi Indonesia terus mengalami penurunan karena
dimanfaatkan terus-menerus. Bahkan, saat ini Indonesia telah mulai mengimpor
minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tak lagi mencukupi.
Minyak bumi dimanfaatkan sebagai sumber energy kendaraan bermotor, mesin
pabrik, dan lain-lain. Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagian menggunakan
minyak bumi untuk menghasilkan listrik. Oleh karena itu, marilah kita melakukan
tindakan penghematan listrik maupun bahan bakar minyak agar cadangannnya
tidak cepat habis.
10
1. Wilayah Sumatra
Merupakan cekungan minyak terbesar di Indonesia karena 78% produksi
minyak mentah di Indonesia berasal dari wilayah Sumatra.
a. Cekungan sedimen tersier Sumatra bagian utara meliputi Nanggroe Aceh
Darussalam (Lhok Sukon dan Peureulak) dan Sumatra Utara (Telaga Said,
Tangai, Tanjung Miring Barat, Sukaraja, Mambang Sebasa, Securai,
Seruwai, Pakam, Rantau, dan Siantar). Hasil minyak mentah dari lokasi ini
diolah lebih lanjut di Unit Pengolahan Minyak (UP)I Kilang Minyak
Pangkalan Brandan (Sumatra Utara).
b. Cekungan sedimen tersier Sumatra bagian tengah meliputi Riau Daratan
(Minas, Duri, Lirik, Rengat, Ungus, dan Kuantan), dan Riau Kepulauan
(Bunguran, Anambas, Tarempa, Udang, dan Laut Natuna). Hasil minyak
mentah dari lokasi ini diolah di Unit Pengolahan Minyak (UP)II Kilang
Minyak Dumai (Riau).
c. Cekungan sedimen tersier Sumatra bagian selatan meliputi Jambi (Meraup,
Betung, Bangko, serta pantai dan lepas pantai Tanjung Jabung), Sumatra
Selatan (Talang Akar, Pendopo, Limau Tengah, Berau-Berau Barat, Suban
Jerigi, Babat, Kukui, Mangun Jaya, Benakat, Bentayan, Beringin-Kuang,
Kayu Agung, Plaju-Sungai Gerong, timur laut Betara, lepas pantai Sungai
Gelam, dan lepas pantai Ramok-Senabing), dan Lampung (Menggala dan
lepas pantai Lampung di Laut Jawa). Hasil minyak mentah dari lokasi ini
diolah di Unit Pengolahan Minyak (UP)III Kilang Minyak Plaju (Sumatra
Selatan).
d. Cekungan sedimen tersier intermountana meliputi wilayah yang memanjang
di sebelah barat Pegunungan Bukit Barisan, yang meliputi ladang minyak di
lepas pantai Meulaboh dan lepas pantai Tapaktuan (NAD), cekungan
Mentawai terdapat di lepas pantai Sibolga, yaitu antara pantai barat Sumatra
dan pulau Simeuleu, serta cekungan Ombilin terdapat di Sumatra Barat
antara lain terdapat di blok Sinamar. Hasil minyak mentah dari lokasi ini
diolah bersamaan dengan minyak mentah yang dihasilkan dari Sumatra
11
bagian selatan, yaitu di Unit Pengolahan Minyak (UP)III Kilang Minyak
Plaju (Sumatra Selatan).
2. Wilayah Jawa
a. Jawa Barat, mencakup lepas pantai barat laut Jawa dan cekungan Sunda
(Mundu, Indramayu, Rangkas, Jatibarang, Jatinangor).
b. Jawa Tengah, meliputi cekungan Cepu (Blora), lepas pantai Pekalongan,
lepas pantai Rembang, dan pantai selatan Banyumas.
c. Jawa Timur, meliputi delta sungai Brantas, lepas pantai Bawean, lepas
pantai Madura, Sampang, serta di lepas pantai utara Bali. Hasil minyak
mentah dari lokasi ini diolah di Unit Pengolahan Minyak (UP)IV Kilang
Minyak Balongan (Jawa Barat) dan Cilacap (Jawa Tengah).
3. Wilayah Kalimantan
a. Cekungan sedimen tersier Ketungau dan Melawi terdapat di daerah
perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
b. Cekungan sedimen tersier Kalimantan Timur terdapat di Attaka, Serang,
Melahin, Kerindingan, Sepinggan, Kutai, Samboja, Sangatta, Sanga-Sanga,
Nilam, Pulau Tarakan, Pulau Bunyu, Karang Besar, Tanjung, Delta
Mahakam, dan Balikpapan.
c. Cekungan sedimen tersier Barito (Kalimantan Selatan). Hasil minyak
mentah dari lokasi ini diolah di Unit Pengolahan Minyak (UP)V Kilang
Minyak Balikpapan (Kalimantan Timur).
4. Wilayah Sulawesi
a. Cekungan sedimen tersier Sulawesi Selatan, terdapat di Subaru (lepas pantai
tenggara Sulawesi Selatan).
b. Cekungan sedimen tersier Sulawesi Tenggara terdapat di Wowoni dan
Buton (lepas pantai timur Sulawesi Tenggara).
c. Cekungan sedimen tersier Selat Makassar terdapat di Masalima, Popodi,
Papalang, Donggala, Taritip, Jangeru, dan Tanjung Aru.
5. Wilayah Maluku dan Nusa Tenggara
a. Cekungan sedimen tersier Nusa Tenggara terdapat di Laut Sawu (Nusa
Tenggara Timur).
12
b. Cekungan sedimen tersier Maluku terdapat di Pulau Seram dengan pusatnya
di Bula, Bangai-Sula, Pulau Buru, lepas pantai utara Pulau Seram,
lepas pantai Barakan di Laut Arafuru, dan lepas pantai Pulau Leti.
6. Wilayah Papua
a. Salawati (Sorong, Babo, Klamono, Kasim, Tamulaai, Sabaku, dan Berau).
b. Bintuni (Kaimana, Kilimana, Arguni, Babo, Roabiba, Mogoi, Wiriagar,
Vorwata, Amborip, Wasan, dan Ubadari).
c. Misool (Femin, Sabuda, dan Samai).
d. Lepas pantai Jayapura dan Vlakke (lepas pantai barat daya Papua).
13
Tahun 1999 tentang Amdal. Secara umum AMDAL mempunyai tujuan yaitu
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta menekan
pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin. contoh
kasus AMDAL di Indonesia
Kasus Lumpur Lapindo Surabaya, Akibat Meremehkan AMDAL
__
Peristiwa lumpur lapindo terjadi pada tanggal 26 Mei 2006 tepatnya di
Surabaya. Kejadian ini merupakan akibat kelalaian PT. lapindo brantas yang
merupakan kontraktor pertambangan minyak melakukan kesalahan prosedur
pengeboran. PT Lapindo Brantas telah lalai dalam melaksanakan dengan tidak
memasang casing yang menjadi standar keselamatan pengeboran. Hal tersebut
bertentangan dengan Pasal 39 ayat (2) dan (4) Peraturan Pemerintah Nomor 34
Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
Kelalaian tersebut menimbulkan kerusakan lingkungan yang sangat
merugikan masyarakat. Dampak yang terlihat dari aspek ekologis dan social.
Dalam aspek social banyak masyarakat kehilangan rumah tinggal. Dalam aspek
ekologis banyak sawah maupun perkebunan masyarakat yang ditenggelamkan
oleh lumpur akbitanya mematikan perekonomian. Selain itu air sumur didaerah
sekitar semburan lumpur tercemar dan tidak dapat digunakan masyarakat.
Selain melakukan perusakan lingkungan, berdasarkan hasil investigasi
WALHI, selama melakukan usaha pertambangannya, Lapindo Brantas Inc. tidak
memiliki AMDAL. Hal tersebut tentu saja bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, mengingat bahwa AMDAL merupakan
prasyarat mutlak dalam memperoleh izin usaha, dalam hal ini adalah kuasa
pertambangan. Kasus Lumpur Lapindo merupakan salah satu bentuk sengketa
lingkungan yang harus segera diselesaikan.
14
K. Pemanfaatan Minyak Bumi Dengan Prinsip-prinsip Pembangunan
Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan masa kini, tentu saja tanpa mengorbankan hak pemenuhan
kebutuhan generasi masa mendatang. Artinya, dalam eksploitasi kekayaan alam
yang ada, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada masa sekarang,
tetapi dilakukan tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang. Dengan
demikian, anak cucu kita sebagai generasi yang akan datang juga dapat merasakan
dan menikmati kekayaan alam negara yang saat ini kita rasakan.
Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Alam Belakangan ini, sedang
hangat dibicarakan tentang cadangan minyak bumi dunia, terutama Indonesia,
yang semakin menipis. Pemerintah telah mengadakan beberapa langkah
pencegahan, diantaranya adalah dengan mengeluarkkan kebijakan konversi
minyak tanah ke gas. Hal ini dilakukan karena menurut penelitian para ahli,
ketersediaan sumber daya alam gas bumi masih sangat melimpah di Indonesia.
Hal tersebut merupakan contoh pemanfaatan sumber daya alam secara maksimal,
namun tidak mengorbankan kebutuhan generasi mendatang.
Memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang masih melimpah ruah
dan menghemat sumber daya alam yang semakin menipis dengan tetap
memperhatikan keuntungan yang maksimal, namun kerugiannya minimal.
Berbagai pihak telah berdaya upaya untuk melakukan penghematan, dengan
menggunakan energi alternatif. Sumber energi alternatif, akan dapat mengurangi
penggunaan sumber energi tidak terbarukan seperti minyak bumi dan batu bara.
Beberapa cara dalam mengelola minyak bumi secara berkelanjutan :
1. Penghematan dalam pemakaiannya dengan selalu mengingat generasi penerus
2. Melakukan ekspor tambang bukan sebagai bahan mentah, tetapi sudah menjadi
bahan baku atau jadi
3. Mengadakan penyelidikan dan penelitian untuk menemukan lokasi
pertambangan yang baru
4. Apabila dimungkinkan diusahakan bahan pengganti yang sifatnya dapat
diperbaharui.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang kita pelajari mengenai pengelolaan sumber daya alam
minyak bumi dapat disimpulkan bahwa minyak bumi terbentuk dari berjuta-juta
tahun yang berasal dari mikroplankton yang telah mati. Dan penambagan minyak
bumi harus sesuai dengan kekayaan tambang. Pengolahan minyak bumi terbagi
menjadi dua tahap yaitu tahap pemisahan minyak bumi dan tahap perubahan
struktur kimia. Lalu pengolahan untuk minyak bumi tersebut dapat menghasilkan
minyak atau gas yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dan yang paling penting
bahwa minyak bumi memiliki keunggulan yang lebih tingi dibandingkan sumber
energi lainnya.
B. Saran
Sebagai negara yang kaya akan hasil minyak bumi kita harus benar-benar
dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Selain dengan pemanfaatan yang
benar kita harus tetap dapat mengelola daerah-daerah yang memiliki sumber daya
alam minyak bumi yang tinggi. Jangan sampai hasil minyak bumi kita dikuasai
oleh negara lain (perusahaan asing). Karena minyak bumi adalah salah satu
sumber energi yang berpengaruh dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.
Oleh sebab itu karena Indonesia kaya sumber minyak bumi maka pemerintah
harus berusaha agar kita bisa mengekspor kembali minyak bumi ke negara-negara
lain yang bukan termasuk anggota OPEC (Organitation Petroleum Exportir
Countries).
16
DAFTAR PUSTAKA
17