Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Ban

Ban adalah salah satu komponen kendaraan yang krusial karena bersentuhan
langsung dengan jalan, serta memberikan kestabilan antara kendaraan dan tanah
untuk meningkatkan percepatan dan mempermudah pergerakan, sekaligus sebagai
output terakhir dari tenaga yang dihasilkan oleh mesin. Ban juga merupakan produk
campuran yang rumit/ kompleks lebih dari 200 jenis bahan baku (Zuarsa, 2016).
Fungsi utama dari ban adalah membawa, memutar, mengendalikan,
mengerem dan akselerasi bagi kendaraan. Ban harus tahan terhadap banyak bentuk
agresi dan penggunaan, tahan lama dan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kenyamanan, mekanis, dan penggunaan bahan bakar (Zuarsa, 2016).
Ban yang digunakan pada dump truck di tambang adalah jenis ban off-road
tire. Ban jenis ini memiliki ketahanan spesifik terhadap abrasi yang berasal dari
permukaan jalan yang kasar ataupun yang licin karena berlumpur hingga yang
berbatu, dengan kata lain kualitas jalan yang buruk seperti kondisi umum jalan
hauling road di tambang (Zuarsa, 2016).

F1
F2

R4 R1

R3 R2

Gambar 2.1 Posisi ban pada dump truck (Miniatur Construction


Word 2012 dalam Zuarsa, 2016)

5
Keterangan:
F1: depan kiri (front left)
F2: depan kanan (front right)
R1: belakang samping kiri (rear side left)
R2: belakang tengah kiri (rear mid-left)
R3: belakang tengah kanan (rear mid-right)
R4: belakang samping kanan (rear side right)

2.1.1 Bagian-bagian Ban


Zuarsa (2016) secara umum, ban terdiri dari beberapa bagian :
1. Tapak Ban (Tread)
Tapak ban (tread) adalah bagian terluar (kulit) dari ban yang berfungsi
untuk menahan abrasi dan goresan. Pola pada tread memberikan traksi yang baik
pada ban, penggunaan yang lebih lama, dan ketahanan lebih terhadap goresan.
2. Breaker
Breaker adalah lapisan tambahan berupa kawat yang dilapisi karet di
antara lapisan luar dan tread. Fungsinya adalah untuk mencegah goresan
mencapai kawat ply melalui tread serta menyerap guncangan.
3. Plies
Ban terdiri dari beberapa ply yang melapisi bagian luar dan dalam terbuat
dari benang nilon yang tahan terhadap tegangan dan berfungsi untuk menjaga
tekanan ban yang menahan beban.
4. Lapisan dalam (Inner-liner)
Lapisan ini terbuat dari karet yang melindungi bagian dalam antar bead
pada ban tubeless, seperti tube pada ban tube-type, yang juga berfungsi untuk
mencegah penurunan tekanan ban.
5. Beads
Bagian ini menempel pada velg. Pemasangan yang benar mencegah ban
keluar dari velg pada saat bergerak.
6. O-Ring (rim packing)
Bagian ini mencegah udara keluar melalui celah pada velg.

6
7. Sisi Luar Ban (Side-walls)
Bagian ini terbuat dari karet yang fleksibel berfungsi untuk melindungi
bagian samping ban, dapat melentur tanpa menjadi retak.
8. Carcass
Bagian ini terbuat dari lembaran lembaran ply cord dan berfungsi untuk
menahan berat, goncangan, tumbukan dan tekanan angin.

Gambar 2.2 Bagian-bagian ban (Komatsu Specifications & Application


Handbook 30th Edition dalam Zuarsa, 2016)

2.1.2 Konstruksi Ban


Ban berdasarkan konstruksinya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
ban bias, ban radial, ban belted (Fauzan, 2001 dalam Sunanto, 2013).
1) Ban Bias

Ban dengan struktur bias adalah yang paling banyak dipakai. Dibuat dari
banyak lembar cord yang digunakan sebagai rangka dari ban. Ban bias adalah ban
luar yang benang-benang kanvasnya disusun berselang secara diagonal terhadap
pada garis lingkar tengah-tengah telapak. Arah benang lawon membentuk sudut
25o 40o terhadap garis tengah pada telapak. Ban bias menghasilkan jalannya
kendaraan lebih lembut, tetapi kemampuan belok dan ketahanan membelok dan
ketahanan ausnya berkurang bila dibandingkan dengan ban radial.

7
Gambar 2.3 Kotruksi Bias Ply ( Fauzan, 2001)

2) Ban Radial
Pada ban radial benang lawon atau kawat baja yang ditenun untuk ply
tersusun melingkar. Arah benang atau kawat baja tersebut akan membentuk
sudut 90 dengan garis tengah pada telapak ban. Konstruksi ban radial,
biasanya dilengkapi sabuk (belt) beberapa lapis untuk memperkokoh telapak.

Gambar 2.4 Kontruksi Radial Ply (Fauzan, 2001)

8
3) Ban Belted
Disebut ban belted karena mempunyai sabuk (belt) yang terbuat dari
benang atau kawat baja. Jenis ban ini dibedakan menjadi dua, yaitu ban bias
belted dan ban radial belted. Arah benang lawon yang ada pada ply untuk ban
bias belted tersusun miring (bias) dan membentuk sudut 25 - 40. Sedangkan
pada radial belted tersusun melingkar dan membentuk sudut 90.

Gambar 2.5 Kontruksi Belted (Fauzan, 2001)

2.2 Klasifikasi Ban

Zuarsa (2016) pada alat angkut dump truck yang masuk kategori earthmover
(Komatsu handbook 26th edition) ban diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu:

1. E-3 : Ban yang cocok digunakan pada daerah dengan material terdiri dari batuan
keras, dimana ketahanan terhadap kerusakan eksternal dan abrasi penting untuk
dimiliki.
2. E-4 : Ban yang cocok digunakan pada daerah dengan material yang
membutuhkan ketahanan yang lebih kuat terhadap kerusakan eksternal (lempung,
berlumpur), dan abrasi.

9
Ban tipe E-3 Ban tipe E-4

Gambar 2.6 Ketebalan tread ban berdasarkan tipe material ( Zuarsa,


2016)

Dari Gambar 2.6 di atas dapat dilihat perbedaan antara ban kode E-3 dan E-4,
dimana ban untuk material keras (E-3) memiliki ketebalan tread yang lebih kecil
dibanding ban untuk material berlumpur (E-4), karena untuk material berlumpur
membutuhkan ketahanan yang lebih baik terhadap selip dan terhadap kerusakan
eksternal.
2.3 Karakteristik Ban

Murprasetyo (2009) agar ban dapat bekerja secara optimal, pemilihan ban
harus disesuaikan dengan kondisi kerja yang ada di lapangan, yaitu berdasarkan
kebutuhan akan ketahanan terhadap potongan (cut) atau ketahanan terhadap panas
(heat). Berikut adalah pembagian karakteristik ban:

1) General Purpose: Ban yang mempunyai ketahanan yang seimbang terhadap


keterpotongan dan panas
2) Cut Resistance: Ban yang mempunyai ketahanan yang baik terhadap potongan
akibat material lepas maupun benda tajam
3) Heat Resistance: Ban yang mempunyai ketahanan yang baik terhadap panas,
cocok untuk pengangkutan jarak jauh

10
2.4 Pola Kembangan Ban

Kembangan ban memiliki fungsi untuk memberikan daya cengkeram pada


saat ban dioperasikan sehingga bentuk dan pola alurnya dibuat berdasarkan kondisi
medan yang dilaluinya, seperti dijelaskan pada Tabel 2.1 berikut ini,

Tabel 2.1 Pola Kembangan Ban


No Jenis Gambar Keterangan
1 Rib Kemampuan pada tikungan
dan tingkat pengereman
yang baik
Traksi dan stabilitas dari ban
yang baik
Cocok untuk kondisi jalan
yang licin

2 Lug Memiliki ketahanan yang


baik terhadap material lepas.

3 Block Ketahanan terhadap


material lepas yang lebih
kuat.
Kemungkinan slip lebih
kecil.

Sumber : (Komatsu Specification Handbook 26th edition)

2.5 Kerusakan Pada Ban

Kerusakan pada ban menyebabkan ban tersebut tidak dapat digunakan untuk
beroperasi. Jenis-jenis kerusakan ban dapat dilihat pada table 2.2 berikut.

11
Tabel 2.2 Jenis-jenis kerusakan pada ban
No Jenis Kerusakan Gambar Ban Keterangan
1 Cut Separation Pemisahan pada bagian tread
ban, disebebkan oleh
eksternal cut

2 Impact Break Casing pecah akibat adanya


tekanan keras/ kejutan pada
casing, yang disebabkan
benturan dengan benda-
benda besar dan keras

3 Side Wall Cut Sobekan pada sisi ban akibat


membentur benda tajam.

4 Chunking Blok tread cuil/ terbuka


sebagian, disebabkan oleh,
Tekanan angin tidak
tepat.
Mengendarai melebihi
kecepatan
Selip
Akselerasi secara cepat
atau pengereman secara
mendadak
5 Irregular Wear Keausan tidak merata/
asymetric pada tread, yang
disebabkan
Kondisi suspensi yang
tidak rata/ tidak sama
Rotasi ban yang kurang
tepat waktu
Axle-beam/ poros ban
bengkok

12
6 Cut Chipping Karet tread pecah seperti
bersisik, disebabkan oleh
kondisi jalan keras

7 Cut Trough Cut di daerah crown yang


menembus ke dalam atau
menembus casing, karena ban
melindas batu

8 Shoulder Cut Cut/potongan di daerah


shoulder, akibat terpotong
atau tergores material-
material asing.

9 Ply Separation Pemisahan yang terjadi pada


bagian ply mndiakibatkan
oleh,
Tekanan rendah.
Overloading.
Kesalahan product

10 Bead Bulging Bergelombang atau


menggelembung di
permukaan luar pada daerah
bead, dikarenakan,
Tekanan angin rendah
Overloading
Kesalahan product
11 Bead Separation Bagian karet tidak melekat/
terlepas di daerah bead yang
disebabkan;
Tekanan angin rendah
Over Loading
Pemasangan rim yang
kurang tepat
Kesalahan product .

13
12 Heat Separation Separasi antara tread dan
belt akibat temperatur tread
berlebih, yang disebabkan,
TKPH operasi berlebih
Tekanan angin rendah
Over loading
Tekanan suspensi yang
tidak seimbang
Kesalahan product
13 Run Flat Kerusakan casing akibat ban
berjalan dalam kondisi
kurang tekanan angin

Sumber: (Bridgestone Off-Road Tire Damage Inspection Guide, 2005)

Murprasetyo (2009) berdasarkan jenis kerusakan pada tabel 2.2 di atas, bila
ditinjau dari penyebabnya, maka jenis kerusakan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu:
1) Road hazard : kerusakan yang diakibatkan kondisi dan material yang ada di
lapangan, diantaranya cut separation, impact break, sidewall cut, cut cheaping,
cut trough, dan shoulder cut.
2) Worn out : kerusakan yang diakibatkan keausan normal
3) Kerusakan lain (other): kerusakan yang diakibatkan TKPH berlebih, dan masalah
tekanan angin, diantaranya chungking, irregular wear, ply separation, bead
bulging, bead separation, heat separation, dan run flat.

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Performa Ban

2.6.1 Kondisi Jalan

1. Kemiringan jalan

United State Bureau of Mines (USBM) kemiringan jalan yang disarankan


yang diijinkan pada suatu jalan tambang < 10%, hal ini didasarkan pada kekuatan
mesin alat angkut ketika membawa beban berat. Tetapi idealnya kemiringan jalan
untuk menjaga umur ban adalah berkisar 5-6%. Hal ini dikarenakan semikin

14
tinggi jalan maka ban akan lebih mudah untuk selip dan umurnya lebih singkat
(Bridgestone book, 2002).
2. Dimensi jalan

Couzens (1979) dalam Murprasetyo (2009) lebar standar suatu jalan


angkut adalah 4 kali lebar alat angkut terbesar yang melalui jalan tersebut.

3. Kemiringan melintang jalan

Kemiringan permukaan jalan merupakan faktor penting dalam


perencanaan jalan, sebab bertujuan mengalirkan air dari permukaan jalan ke sisi
jalan, sehingga mempengaruhi tingkat kekerasan jalan, kemiringan jalan standar
di area tambang adalah 1,5-5 % dan nilai ini juga dipengaruhi kedap air atau
tidaknya permukaan jalan tersebut. Pemilihan kemiringan melintang jalan yang
tidak tepat akan menyebabkan air tergenang dan merembes ke lapisan perkerasan
jalan yang akhirnya menurunkan daya dukung lapisan perkerasan jalan, yang
dapat mempengaruhi kinerja ban (Murprasetyo, 2009).

4. Lapisan perkerasan jalan

Lapisan ini diperlukan untuk memberikan daya dukung jalan dalam


menahan beban yang diberikan alat angkut. Beban yang diterima oleh lapisan ini
akan diteruskan dengan sistem penyebaran tekanan, sehingga semakin ke bawah
beban akan semakin kecil (Murprasetyo, 2009).

5. Perawatan jalan

Murprasetyo (2009) perawatan jalan dengan membersihkan material-


material lepas yang berserakan di jalan, sangat penting dilakukan, untuk
menghindari kerusakan prematur pada ban, perawatan tersebut diantaranya,
1) Pembersihan tumpahan batu di jalur hauling serta pembuatan drainase yang
mencukupi.
2) Jangan pernah membiarkan terjadinya lubang di jalan .
3) Jangan biarkan kondisi jalan bergelombang, karena dapat menaikkan beban
dinamis menjadi 1,5 3 kali rata-rata beban tire, pada kecepatan 48 km/jam.
(Bridgestone Off Road Tireseminar maint)
4) Penyiraman rutin untuk jalur jalan yang berdebu.

15
2.6.2 Tekanan Udara Ban

Isuzu Training Center (2000) tekanan udara pada ban adalah faktor penting
bagi kemampuan dan keselamatan berkendaraan. Meskipun ban dibuat dari bahan
yang rapat, udara masih dapat bocor walaupun sedikit. Oleh karena itu tekanan ban
harus diperiksa secara teratur.
Tekanan udara yang berlebihan dapat menyebabkan :
1) Kemampuan pengereman dan stabilitas berkendara berkurang.
2) Kenyamanan berkendara berkurang.
3) Bagian tengah tread aus lebih cepat.
4) Lapisan benang ban terlalu tegang dan mudah rusak karena adanya tumbukan
dari luar.
5) Lapisan tread mudah terkelupas karena panas gesekan terkonsentrasi pada bagian
tengah tread.
Tekanan udara yang kurang dapat menyebabkan :
1) Gesekan ban dengan jalan bertambah sehingga menyerap tenaga.
2) Kemudi bertambah berat.
3) Tepi ban aus lebih cepat.
4) Ban menjadi terlalu lentur sehingga temperatur dalam ban bertambah dan ban
dapat pecah pada kecepatan tinggi.
5) Pada kecepatan tinggi cenderung terjadi standing wave dan hydro-planing.

2.6.3 Muatan dan Distribusi Muatan


Murprasetyo (2009) muatan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
nilai TKPH di lapangan, sehingga pemantauan terhadap nilai muatan sangat besar
pengaruhnya terhadap nilai TKPH dan umur penggunaan ban. Berdasarkan
rekomendasi yang terdapat dalam Komatsu handbook 26th edition, diketahui bahwa
kapasitas muatan maksimum untuk dump truck tipe HD 465-7 adalah sebesar 61 ton,
sedangkan untuk HD 785-5 sebesar 100 ton. Apabila muatan aktual melebihi
rekomendasi tersebut, dapat menyebabkan nilai TKPH melebihi nilai maksimum
yang diijinkan sehingga berpotensi terjadinya kerusakan dini pada ban. Penempatan
muatan pada unit truk juga berpengaruh terhadap ban, sebab apabila muatan tidak
terdistribusi secara merata, dapat menyebabkan beban yang dialami ban tidak
seimbang, yang berpengaruh terhadap kinerja ban tersebut.

16
2.7 Indikator Kinerja Utama Ban

Zuarsa, dkk (2016) umur pakai ban dihitung dari ban tersebut dipakai hingga
dinyatakan scrap (dibuang karena sudah tidak bisa dipakai lagi). Satuannya adalah
HM (hourmeter). Tingkat penggunaan tapak ban, parameter ini dapat
memperlihatkan seberapa besar penggunaan ban dari pertama dipasang hingga habis
masa pakainya (scrap). Penentuannya berdasarkan kecepatan penurunan ketebalan
kembangan ban (tread). Satuan yang digunakan adalah persen.
Ton Kilometer Perjam (Ton Kilometer Per Hour/ TKPH), ban yang
bergesekan dengan jalan akan menimbulkan panas sehingga meningkatkan suhu pada
ban. Jika peningkatan suhu tersebut melampaui toleransinya, maka ban akan
mengalami deformasi. Hal tersebut diakibatkan oleh beban yang diterima oleh ban.
Kecepatan juga berpengaruh terhadap timbulnya gesekan sehingga
meningkatkan suhu ban. Pabrik ban telah memberikan rekomendasi seberapa besar
beban dan kecepatan yang dapat diterima oleh ban, yang disebut dengan ton
kilometer perjam (ton kilometer perhour) atau TKPH rating. TKPH di lapangan
dapat berbeda dengan rekomendasi pabrik.
Perbedaan tersebut dapat dianalisis dari beban dan kecepatan operasional ban.
Tujuan akhirnya adalah agar sedapat mungkin TKPH aktual mendekati atau sama
dengan TKPH rating dari pabrik, sehingga defromasi ban akan berkurang dan dapat
menambah waktu kerja ban.
Rumus TKPH adalah sebagai berikut :

Beban Kosong + Beban Isi Kecepatan Isi + Kecepatan Kosong


TKPH = x
2 2

Keterangan :
Beban kosong dan isi dalam ton
Kecepatan km/jam

17

Anda mungkin juga menyukai