TINJAUAN PUSTAKA
Ban adalah salah satu komponen kendaraan yang krusial karena bersentuhan
langsung dengan jalan, serta memberikan kestabilan antara kendaraan dan tanah
untuk meningkatkan percepatan dan mempermudah pergerakan, sekaligus sebagai
output terakhir dari tenaga yang dihasilkan oleh mesin. Ban juga merupakan produk
campuran yang rumit/ kompleks lebih dari 200 jenis bahan baku (Zuarsa, 2016).
Fungsi utama dari ban adalah membawa, memutar, mengendalikan,
mengerem dan akselerasi bagi kendaraan. Ban harus tahan terhadap banyak bentuk
agresi dan penggunaan, tahan lama dan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kenyamanan, mekanis, dan penggunaan bahan bakar (Zuarsa, 2016).
Ban yang digunakan pada dump truck di tambang adalah jenis ban off-road
tire. Ban jenis ini memiliki ketahanan spesifik terhadap abrasi yang berasal dari
permukaan jalan yang kasar ataupun yang licin karena berlumpur hingga yang
berbatu, dengan kata lain kualitas jalan yang buruk seperti kondisi umum jalan
hauling road di tambang (Zuarsa, 2016).
F1
F2
R4 R1
R3 R2
5
Keterangan:
F1: depan kiri (front left)
F2: depan kanan (front right)
R1: belakang samping kiri (rear side left)
R2: belakang tengah kiri (rear mid-left)
R3: belakang tengah kanan (rear mid-right)
R4: belakang samping kanan (rear side right)
6
7. Sisi Luar Ban (Side-walls)
Bagian ini terbuat dari karet yang fleksibel berfungsi untuk melindungi
bagian samping ban, dapat melentur tanpa menjadi retak.
8. Carcass
Bagian ini terbuat dari lembaran lembaran ply cord dan berfungsi untuk
menahan berat, goncangan, tumbukan dan tekanan angin.
Ban dengan struktur bias adalah yang paling banyak dipakai. Dibuat dari
banyak lembar cord yang digunakan sebagai rangka dari ban. Ban bias adalah ban
luar yang benang-benang kanvasnya disusun berselang secara diagonal terhadap
pada garis lingkar tengah-tengah telapak. Arah benang lawon membentuk sudut
25o 40o terhadap garis tengah pada telapak. Ban bias menghasilkan jalannya
kendaraan lebih lembut, tetapi kemampuan belok dan ketahanan membelok dan
ketahanan ausnya berkurang bila dibandingkan dengan ban radial.
7
Gambar 2.3 Kotruksi Bias Ply ( Fauzan, 2001)
2) Ban Radial
Pada ban radial benang lawon atau kawat baja yang ditenun untuk ply
tersusun melingkar. Arah benang atau kawat baja tersebut akan membentuk
sudut 90 dengan garis tengah pada telapak ban. Konstruksi ban radial,
biasanya dilengkapi sabuk (belt) beberapa lapis untuk memperkokoh telapak.
8
3) Ban Belted
Disebut ban belted karena mempunyai sabuk (belt) yang terbuat dari
benang atau kawat baja. Jenis ban ini dibedakan menjadi dua, yaitu ban bias
belted dan ban radial belted. Arah benang lawon yang ada pada ply untuk ban
bias belted tersusun miring (bias) dan membentuk sudut 25 - 40. Sedangkan
pada radial belted tersusun melingkar dan membentuk sudut 90.
Zuarsa (2016) pada alat angkut dump truck yang masuk kategori earthmover
(Komatsu handbook 26th edition) ban diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu:
1. E-3 : Ban yang cocok digunakan pada daerah dengan material terdiri dari batuan
keras, dimana ketahanan terhadap kerusakan eksternal dan abrasi penting untuk
dimiliki.
2. E-4 : Ban yang cocok digunakan pada daerah dengan material yang
membutuhkan ketahanan yang lebih kuat terhadap kerusakan eksternal (lempung,
berlumpur), dan abrasi.
9
Ban tipe E-3 Ban tipe E-4
Dari Gambar 2.6 di atas dapat dilihat perbedaan antara ban kode E-3 dan E-4,
dimana ban untuk material keras (E-3) memiliki ketebalan tread yang lebih kecil
dibanding ban untuk material berlumpur (E-4), karena untuk material berlumpur
membutuhkan ketahanan yang lebih baik terhadap selip dan terhadap kerusakan
eksternal.
2.3 Karakteristik Ban
Murprasetyo (2009) agar ban dapat bekerja secara optimal, pemilihan ban
harus disesuaikan dengan kondisi kerja yang ada di lapangan, yaitu berdasarkan
kebutuhan akan ketahanan terhadap potongan (cut) atau ketahanan terhadap panas
(heat). Berikut adalah pembagian karakteristik ban:
10
2.4 Pola Kembangan Ban
Kerusakan pada ban menyebabkan ban tersebut tidak dapat digunakan untuk
beroperasi. Jenis-jenis kerusakan ban dapat dilihat pada table 2.2 berikut.
11
Tabel 2.2 Jenis-jenis kerusakan pada ban
No Jenis Kerusakan Gambar Ban Keterangan
1 Cut Separation Pemisahan pada bagian tread
ban, disebebkan oleh
eksternal cut
12
6 Cut Chipping Karet tread pecah seperti
bersisik, disebabkan oleh
kondisi jalan keras
13
12 Heat Separation Separasi antara tread dan
belt akibat temperatur tread
berlebih, yang disebabkan,
TKPH operasi berlebih
Tekanan angin rendah
Over loading
Tekanan suspensi yang
tidak seimbang
Kesalahan product
13 Run Flat Kerusakan casing akibat ban
berjalan dalam kondisi
kurang tekanan angin
Murprasetyo (2009) berdasarkan jenis kerusakan pada tabel 2.2 di atas, bila
ditinjau dari penyebabnya, maka jenis kerusakan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu:
1) Road hazard : kerusakan yang diakibatkan kondisi dan material yang ada di
lapangan, diantaranya cut separation, impact break, sidewall cut, cut cheaping,
cut trough, dan shoulder cut.
2) Worn out : kerusakan yang diakibatkan keausan normal
3) Kerusakan lain (other): kerusakan yang diakibatkan TKPH berlebih, dan masalah
tekanan angin, diantaranya chungking, irregular wear, ply separation, bead
bulging, bead separation, heat separation, dan run flat.
1. Kemiringan jalan
14
tinggi jalan maka ban akan lebih mudah untuk selip dan umurnya lebih singkat
(Bridgestone book, 2002).
2. Dimensi jalan
5. Perawatan jalan
15
2.6.2 Tekanan Udara Ban
Isuzu Training Center (2000) tekanan udara pada ban adalah faktor penting
bagi kemampuan dan keselamatan berkendaraan. Meskipun ban dibuat dari bahan
yang rapat, udara masih dapat bocor walaupun sedikit. Oleh karena itu tekanan ban
harus diperiksa secara teratur.
Tekanan udara yang berlebihan dapat menyebabkan :
1) Kemampuan pengereman dan stabilitas berkendara berkurang.
2) Kenyamanan berkendara berkurang.
3) Bagian tengah tread aus lebih cepat.
4) Lapisan benang ban terlalu tegang dan mudah rusak karena adanya tumbukan
dari luar.
5) Lapisan tread mudah terkelupas karena panas gesekan terkonsentrasi pada bagian
tengah tread.
Tekanan udara yang kurang dapat menyebabkan :
1) Gesekan ban dengan jalan bertambah sehingga menyerap tenaga.
2) Kemudi bertambah berat.
3) Tepi ban aus lebih cepat.
4) Ban menjadi terlalu lentur sehingga temperatur dalam ban bertambah dan ban
dapat pecah pada kecepatan tinggi.
5) Pada kecepatan tinggi cenderung terjadi standing wave dan hydro-planing.
16
2.7 Indikator Kinerja Utama Ban
Zuarsa, dkk (2016) umur pakai ban dihitung dari ban tersebut dipakai hingga
dinyatakan scrap (dibuang karena sudah tidak bisa dipakai lagi). Satuannya adalah
HM (hourmeter). Tingkat penggunaan tapak ban, parameter ini dapat
memperlihatkan seberapa besar penggunaan ban dari pertama dipasang hingga habis
masa pakainya (scrap). Penentuannya berdasarkan kecepatan penurunan ketebalan
kembangan ban (tread). Satuan yang digunakan adalah persen.
Ton Kilometer Perjam (Ton Kilometer Per Hour/ TKPH), ban yang
bergesekan dengan jalan akan menimbulkan panas sehingga meningkatkan suhu pada
ban. Jika peningkatan suhu tersebut melampaui toleransinya, maka ban akan
mengalami deformasi. Hal tersebut diakibatkan oleh beban yang diterima oleh ban.
Kecepatan juga berpengaruh terhadap timbulnya gesekan sehingga
meningkatkan suhu ban. Pabrik ban telah memberikan rekomendasi seberapa besar
beban dan kecepatan yang dapat diterima oleh ban, yang disebut dengan ton
kilometer perjam (ton kilometer perhour) atau TKPH rating. TKPH di lapangan
dapat berbeda dengan rekomendasi pabrik.
Perbedaan tersebut dapat dianalisis dari beban dan kecepatan operasional ban.
Tujuan akhirnya adalah agar sedapat mungkin TKPH aktual mendekati atau sama
dengan TKPH rating dari pabrik, sehingga defromasi ban akan berkurang dan dapat
menambah waktu kerja ban.
Rumus TKPH adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Beban kosong dan isi dalam ton
Kecepatan km/jam
17