Laporan Tutorial Kanker Cervix
Laporan Tutorial Kanker Cervix
Skenario 2
BLOK 6.1
Shanti , 50 tahun, ibu rumah tangga, datang ke poliklinik obstetri dan ginekologi, karena post coital
bleeding sejak 8 bulan yang lalu. Siklus menstruasi normal. Dokter kemudian melakukan
pemeriksaan ginekologi dan paps smear. Dari hasil pemeriksaan paps smear dokter
menyimpulkan sel cervix shanti mengalami dysplasia ringan. Dokter menjelaskan bahwa displasia
ini dapat berkembang menjadi kanker cervix jika tidak ditangani dengan baik. Dokter juga
menyarankan shanti untuk melakukan pemeriksaan paps smear secara berkala. Dari anamnesis
lebih lanjut dokter mendapatkan informasi bahwa shanti tidak memiliki banyak pasangan, belum
pernah mendapat imunisasi HPV, memiliki 5 orang anak dan pernah mengalami abortus dua kali
dan ternyata saudara perempuan shanti juga ada yang menderita kanker ovarium.
KLARIFIKASI ISTILAH1
1. Obstetri
Spesialis pembedahan yang menangani pelayanan kesehatan wanita selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas1
2. Gynekology
Ilmu yang mempelajari dan menangani kesehatan alat reproduksi wanita1
3. Post coital gleeding
Perdarahan yang terjadi setelah/selama hubungan seksual, tidak berhubungan dengan
menstruasi2
4. Paps smear
Tes skrining untuk mendeteksi dini perubahan/abnormalitas dalam serviks sebelum sel-sel
tersebut menjadi kanker3
5. Dysplasia
Suatu keadaan dimana terjadi perubahan sel1
6. Imunisasi HPV
Imunisasi yang dapat melindungi wanita terhadap jenis infeksi human papiloma virus
mungkin bisa menurunkan resiko kanker serviks
7. Abortus
Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan
pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram2
IDENTIFIKASI MASALAH
Ada karena pada umur 50 tahun telah terjadi proses meneposue yang menyebabkan
proliferasi dari dinding mukosa serviks berkurang sehiingga jika terjadi koitus sebagian
besar akan menyebabkan adanya ulserasi.
Pada polip serviks : lesi ini berasal dari peradangan meskipun lesi ini membentuk tumor
yang mungkin menonjol sebagai masa polipoid. Timbul perdangan kronik dapat
menyebabkan metaplasia sel gepeng pembungkus dan ulserasi. Lesi ini dapat berdarah.
Pada keganasan serviks : pada sel-sel neoplasma dimana mitosis tinggi sehingga akan
terbentuk banyak sel-sel muda. Sel-sel muda ini mengalami gangguan dalam maturasi
sehingga rapuh dan mudah mengalami ulserasi yang dapat menyebabkan perdarahan
Pada umur yang sudah tua terjadi penipisan dari mukosa serviks sehingga jika terjadi koitus
akan mudah timbul ulserasi.
4. Apa pemeriksaan penunjang pada pst coital bleeding ?
a. Pap smear
b. IVA Tes
c. Radiologi/USG
Siklus ovarium
A. Fase pertumbuhan
Pada sekitar permulaan siklus menstruasi konsentrasi FSH dan LH meningkat yang
akan menyebabkan percepatan pertumbuhan sel teka dan sel granulosa dalam sekitar 20
folikel ovarium setiap bulan. Sel teka dan sel granulosa juga menyekresikan cairan
folikular yang mengandung estrogen. Penimbunan cairan ini dalam folikel menyebabkan
terbentuknya antrum. Setelah antrum terbentuk, sel teka dan sel granulosa terus
mengadakan proliferasi , dan setiap folikel yang sedang tumbuh menjadi folikel vesicular.
Bila folikel ini terus berkembang, sel teka dan sel granulosa terus berkembang pada satu
kutub folikel. Dalam massa ini terletak ovum. Setelah pertumbuhan selama satu minggu
atau lebih, salah satu folikel mulai tumbuh keluar dari semua lumen, sisanya mulai
mengalami involusi (atresia). Hal ini disebabkan folikel yang berkembang pesat
menyekresikan lebih banyak estrogen sehingga menimbulkan penghambatan umpn balik
sekresi hormone gonadotropin FSH. Kekurangan rangsangan FSH pada folikel yang tidak
berkembang inilah yang menyebabkan folikel atresia.
B. Fase ovulasi
Dengan bertambah matang folikel hingga akhirnya matang benar, dan oleh karena
pembentukan cairan folikel makin bertambah, maka folikel makinterdesak ke permukaan
ovarium, malahan menonjol keluar. Sel-sel pada permukaan ovarium menjadi tipis, folikel
pecah dan keluarlah cairan dari folikel bersama-sama ovum yang dikelilingi sel-sel
kumulus oofurus. Ovulasi terjadi pada hari ke 14 setelah timbulnya menstruasi.
C. Fase Luteal
Selama hari terakhir sebelum ovulasi dan diteruskan selama sehari atau lebih setelah
ovulasi dibawah rangsangan hormon luteinisasi, sel-sel teka dan sel granulose mengalami
luteinisasi. Jadi massa sel yang masih tetap pada tempat folikel yang pecah menjadi korpus
luteum yang menyekresikan hormone progesterone dan estrogen. Setelah itu ia mulai
mengalami involusi dan kehilangan fungsi sekresinya serta sifat lipidnya sekitar 12 hari
setelah ovulasi yang kemudian menjadi korpus albikans.
Siklus Endometrium
Setelah menstruasi hanya lapisan tipis stroma endometrium tersisa pada basis
endometrium asli, dan satu-satu nya sel epitel yang tertinggal terletak pada bagian dalam
sisa-sisa kelenjar dan kriptus endometrium. Di bawah pengaruh estrogen yang sekresinya
ditingkatkan oleh ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan sel-
sel epitel dengan cepat berproliferasi. Permukaan endometrium mengalami reepitelisasi
dalam 3-7 hari setelah permulaan menstruasi
C. Fase menstruasi
13.
Kapan saja jadwal paps smear ?6
1. Dapat dilakukan pada seorang wanita 3 tahun setelah senggama pertama kali ataua
tidak melebihi umur 21 tahun.
2. Pemeriksaan rutin tiap tahun s/d umur 30 tahun.
3. Dilakukan setiap 2-3 tahun,bila dalam 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan hasil
normal pada usia diatas 30 tahun.
4. Pada hari 10-20 siklus haid.
14.
Apa hubungan banyak pasangan dengan kejadian ca. serviks ?6
Banyak pasangan atau berganti-ganti pasangan merupakan salah satu faktor risiko
minor dari kejadian ca. serviks. Berganti-ganti pasangan akan meningkatkan kemungkinan
virus ini ditularkan dari orang yang sudah terinfeksi ke orang lainnya.
Serviks terdiri dari epitel dan jaringan stroma dibawahnya.Epitel ektoserviks adalah
epitel gepeng berlapis (skuamosa) dan tidak berkeratin (nonkreatinizing stratified squamous
epithelium).Epitel skuamosa terdiri dari empat lapis sel, yaitu : lapisan basal, parabasal,
intermediate dan superfisial.Lapisam basal terdiri dari satu lapis sel dan berada diatas membran
basalis yang tipis.
Endoserviks ditutupi oleh epitel kolumnar selapis yang mensekresi musin, yang
menutupi permukaan dan kelenjar-kelenjar dibawahnya.Kelenjar ini bukanlah kelenjar
sebenarnya, tetapi merupakan lipatan-lipatan yang mengarah kedalam menyerupai celah
(criptus) dengan sejumlah kolateral-kolateral menyerupai terowongan.
20. Bagaimana tatalaksana dysplasia agar tidak berkembang menjadi kanker serviks?5,8
Tatalaksana dari dysplasia tergantung pada derajat keparahan dysplasianya
o Displasia Ringan = biasanya dapat sembuh dengan sendirinya, yang sangat
dipengaruhi oleh daya imunitas tubuh, jika imunitas tubuh menurun dysplasia ini
akan dapat berkembang menjadi kanker serviks
o Displasia sedang = biasanya dengan kemoterapi dan dilaksanakannnya eksisi
pengangkatan jaringan yang terkena dysplasia
o Displasia Berat = hampir sama dengan yang sedang, namun dilaksanakan
dulu eksisi, dan dikontrol dengan kemoterapi atau radioterpi.
Salah satu penyebab kanker serviks adalah karena infeksi human Papilloma Virus
(hPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Dalam perkembangan
kemajuan di bidang biologi molekulaer dan epidemiologi tentang hPV, kanker serviks
disebabkan oleh virus HPV.
b) Radioterapi
o Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai stadium
II B sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tetapi tidak
merupakan kandidat untuk pembedahan. Penambahan Cisplatin selama
radioterapi whole pelvic dapat memperbaiki kesintasan hidup 30-50%.
o Komplikasi radiasi yang paling sering adalah komplikasi gastrointestinal
seperti proktitis, colitis, dan traktus urinarius seperti sistitis dan stenosis
vagina.
o Teleterapi dengan radioterapi whole pelvic diberikan dengan fraksi 180-200
cGy perhari selama 5 minggu sebagai awal pengobatan. Tujuannya
memberikan radiasi seluruh rongga panggul, parametrium, kelenjanr getah
bening iliaka, dan para-aorta.
o Teleterapi kemudian dilanjutkan dengan brakiterapi dengan menginsersi
tandem dan ovoid (dengan dosis total ke titik A 8500 cGy dan 6500 cGy ke
titik B) melalui 2 aplikasi. Tujuan brakiterapi untuk memberikan radiasi
dosis tinggi ke uterus, serviks, vagina, dan parametrium.
o Titik A adalah titik 2 cm superior dari ostium uteri eksterna dan 2 cm lateral
dari garis tengah uterus. Titik ini berada di parametrium.
o Titik B adalah titik 2 cm superior dari ostium uteri eksterna dan 5 cm lateral
dari garis tengah uterus. Titik ini berada di dinding pelvis.
o Radioterapi ajuvan dapat diberikan pada pasien pascabedah dengan resiko
tinggi.
c) Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi ajuvan
atau untuk terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif adalah
Cisplatin. Carboplatin juga mempunyai aktivitas yang sama dengan Cisplatin. Jenis
kemoterapi lainnya yang mempunyai aktivitas yang dimanfaatkan dalam terapi
adalah Ifosfamid dan paclitaxel.
2. Keadaan umum
k. Laparotomi
Tidak ada bukti bahwa pembadahan yang dilakukan pada awal kehamilan
menyebabkan aborsi. Akan tetapi, peritonitis memang meningkatkan resiko
abortus.
2. Abortus Terinduksi
Terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup
(viabel) karena beberapa indikasi.
o Abortus elektif (volunter): Intersi kehamilan sebelum janin mampu hidup atas
permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan atas alasan penyakit janin
atau gangguan kesehatan ibu.
o Abortus Septik: Penyulit serius pada abortus yang umumnya terjadi akibat
abortus kriminalis. Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal
akut permanen pernah terjadi pada abortus legal tetapi dengan frekuensi lebih
kecil.
o
38. Apa saja komplikasi dari abortus ?7,12
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi,
syok, dan gagal ginjal akut.
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisasisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita pelu diamati dengan teliti. Jika ada
tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.Perforasi uterus pada
abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persolan gawat karena
perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih
atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,laparotomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar
lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh
syok.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi
berat (syok endoseptik).
b. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek
infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat berat
sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi klostridium
yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal ginjal pasti
terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah menyusun rencana untuk memulai dialysis yang
efektif secara dini sebelum gangguan metabolik menjadi berat (Cunningham, 2005).
Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan
konseling kontrasepsi pasca keguguran.
Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus :
o Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidaknya man
selama tindak anevakuasi ,serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi pasca
keguguran.
o Jika usia kehamilan < 16minggu : lakukan evakuasi isi uterus . Jika evakuasi tidak
dapat dilakukan segera :
o Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa hasil
konsepsi dari dalam uterus.
o Bila perlu ,berikan infuse 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu pengeluaran hasil
konsepsi
o Berikan misoprostol
1. Kemoterapi
Pasien dengan Stadium I A derajat 1 dan 2 jenis epitel mempunyai kesintasan hidup
5 tahun 95% dengan atau pemeberian kemoterapi
Beberapa kliniskus akan memberikan kemoterapi pada kanker ovarium derajat 2
stadium I A dan IB derajat 3, stadium II sampai IV : Kemoterapi: paclitaxel (taxol)
dengan carboplatin atau cisplatin.
- Setelah kemoterapi, ada 3 pilihan yang ditetapakn pada pasien:
a. observasi
b. Pencegahan Sekunder
Bertujuan untuk menghambat progresifitas penyakit, pencegahan ini dapat
dilakukan dengan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.
c. Pencegahan Tersier
Bertujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi
supaya penderita dapat melakukan aktifitasnya kembali. Upaya rehabilitasi
dilakukan baik secara fisik ataupun psikis, seperti dukungan moril dari orang-orang
terdekat terhadap pasien pasca operasi karena dia akan ketakutan tidak dapat
mempunyai anak bagi yang belum memiliki anak. Selain itu dia akan merasa
kehilangan harga dirinya sebagai seorang wanita.
1. Edukasi
a. Menjauhi faktor resiko
b. Pada 2 tahun pasca pengobatan pasien harus melakukan evaluasi setiap 3 bulan,
dan sebagian besar tumor residif terjadi pada 2 tahun pertama.
c. Pada tahun ketiga hingga kelima evaluasi setiap 6 bulan, selanjutnya setelah 5 tahun
evaluasi dilakukan setiap 1 tahun.
Shanti, 50 tahun menderita kanker serviks et causa post coital bleading dan displasia ringan
padasel serviks.
MIND MAPPING
Klasifikasi Komplikasi
DAFTAR PUSTAKA