KTI Emfisema
KTI Emfisema
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
1. 2. Tujuan
1
6. Mengetahui apa tatalakasana emfisema paru
7. Mengetahui apa pencegahan emfisema paru
8. Mengetahui apa prognosa emfisema paru
9. Mengetahui bagimana diagnosa emfisema paru
1. 3. Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Definisi
Emfisema adalah suatu kelainan anatomik paru yang ditandai oleh pelebaran
secara abnormal saluran napas bagian distal bronkus terminalis, disertai dengan
kerusakan dinding alveolus yang ireversibel. Emfisema adalah jenis penyakit paru
obstruktif kronik yang melibatkan kerusakan pada kantung udara (alveoli) di paru-paru.
Akibatnya, tubuh tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan. Penyakit Efisema
disebut juga penyakit paru obstruktif kronik yang menyebabkan kerusakan pada
kantong udara atau kebocoran pada kantong udara (alveoli) di dalam paru-paru.
Kerusakan alveoli akan membuat penderita kesulitan bernafas, sesak, dan batuk kronis
3
spontan. Giant bullae kadang-kadang menyebabkan kompresi yang berat terhadap
jaringan paru di sekitarnya.
2. 2. Anatomi / Fisiologi
Pernapasaan adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh
organisme hidup yang dgunakan untuk serangkaian metabolisme yang akan
menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus dikeluarkan, karena tidak dibutuhkan
oleh tubuh. Setiap makluk hidup melakukan pernafasan untuk memperoleh oksigen O2
yang digunakan untuk pembakaran zat makanan di dalam sel-sel tubuh. Alat pernafasan
setiap makhluk tidaklah sama, pada hewan invertebrata memiliki alat pernafasan dan
mekanisme pernafasan yang berbeda dengan hewan vertebrata.
4
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah : hidung
faringlaringtrakheabronkusdanbronkiolus.
Mekanisme Pernafasan Manusia. Pada saat bernafas terjadi kegiatang inspirasi dan
ekspirasi. Inspirasi adalah pemasukan gas O2 dan udara atmosfer ke dalam paru-paru,
sedangkan ekspirasi adalah pengeluaran gas CO2 dan uap air dari paru-paru ke luar
tubuh. Setiap menitnya kita melakukan kegiatan inspirasi dan ekspirasi kurang lebih
16-18 kali. Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Pernafasan dada
Pada pernafasan dada otot yang berperan penting adalah otot antar tulang rusuk.
Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang
berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi
menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang
rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada
bertambah besar. Bertambah besarnya akan menybabkan tekanan dalam rongga dada
lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena tekanan udara kecil pada rongga
dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh,
proses ini disebut proses inspirasi
Sedangkan pada proses ekspirasi terjadi apabila kontraksi dari otot
dalam, tulang rusuk kembali ke posisi semula dan menyebabkan tekanan udara didalam
tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan
aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut ekspirasi
5
2. Pernafasan perut
Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot
dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan
mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga tekanan
udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan mengembangnya
paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru- paru(inspirasi).
Bila otot diafragma bereaksi dan otot dinding perut berkontraksi, isi rongga perut akan
terdesak ke diafragma sehingga diafragma cekung ke arah rongga dada. Sehingga
volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat. Meningkatnya tekanan
rongga dada menyebabkan isi rongga paru-paru terdesak ke luar dan terjadilah proses
ekspirasi.
Kelainan yang terjadi pada sistem pernapasan yang terjadi pada organ paru-paru seperti
emfisema.
2. 3. Etiologi
1. Rokok
Rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitits kronik dan emfisema paru.
Secara patologis rokok berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan
metaplasia epitel skuamus saluran pernapasan.
2. Faktor Genetik
Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan anti
elastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan
menimbulkan jaringan elastik paru rusak. Arsitektur paru akan berubah dan timbul
emfisema.
6
4. Infeksi
5. Polusi
Sebagai factor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi
bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi
3. Dispnea.
5. Anoreksia.
7. Takikardia, berkeringat.
7
Gejala
1.Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis Kronis
2.Napas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit
3.Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita
sampai membungkuk
4.Bibir tampak kebiruan
5.Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun
6.Batuk menahun.
8
Pada Emfisema paru penyempitan saluran nafas terutama disebabkan elastisitas
paru yang berkurang. Pada paru-paru normal terjadi keseimbangan antara tekanan yang
menarik jaringan paru ke luar yaitu disebabkan tekanan intrapleural dan otot-otot
dinding dada dengan tekanan yang menarik jaringan paru ke dalam yaitu elastisitas
paru.
Bila terpapar iritasi yang mengandung radikal hidroksida (OH-). Sebagian besar
partikel bebas ini akan sampai di alveoulus waktu menghisap rokok. Partikel ini
merupakan oksidan yang dapat merusak paru. Parenkim paru yang rusak oleh oksidan
terjadi karena rusaknya dinding alveolus dan timbulnya modifikasi fungsi dari anti
elastase pada saluran napas. Sehingga timbul kerusakkan jaringan interstitial alveolus
Partikel asap rokok dan polusi udara mengendap pada lapisan mukus yang
melapisi mukosa bronkus. Sehingga menghambat aktivitas silia. Pergerakan cairan
yang melapisi mukosa berkurang. Sehingga iritasi pada sel epitel mukosa meningkat.
Hal ini akan lebih merangsang kelenjar mukosa. Keadaan ini ditambah dengan
gangguan aktivitas silia. Bila oksidasi dan iritasi di saluran nafas terus berlangsung
maka terjadi erosi epitel serta pembentukan jaringan parut. Selain itu terjadi pula
metaplasi squmosa dan pembentukan lapisan squamosa. Hal ini menimbulkan stenosis
dan obstruksi saluran nafas yang bersifat irreversibel sehingga terjadi pelebaran
alveolus yang permanen disertai kerusakan dinding alveoli
9
2. 6. Tatalaksana Empisema Paru
Terapi Aerosol
Aerosol (proses membagi partikel menjadi serbuk yang sangat halus) dari
bronkodilator salin dan mukolitik sering kali digunakan untuk membantu dalam
bronkodilatasi. Aerosol yang dinebulizer menghilangkan edema mukosa dan
mengencerkan sekresi bronkial. Hal ini mempermudah proses pembersihan
bronkhiolus, membantu mengendalikan proses inflamasi dan memperbaiki fungsi
ventilasi
Terapi infeksi
Pasien dengan emfisema rentan dengan infeksi paru dan harus diobati pada saat
awal timbulnya tanda-tanda infeksi seperti sputum purulen, batuk meningkat dan
demam. Organisme yang paling sering adalah S. Pneumonia, H. Influenza, dan
10
Branhamella catarrhalis catarrhalis. Terapi antimikroba dengan tetraksilin, ampisilin,
amoksisilin atau trimetoprim sulfametoxazol (Bactrim) mungkin diresepkan
Oksigenasi
Fisioterapi
2. 7.Pencegahan
Berhenti merokok
2. 8. Prognosis
Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan
gejala klinis waktu berobat.
Sesak sedang, 5 tahun kemudian 42 % penderita akan sesak lebih berat dan
meninggal
11
2.9. Diagnosis
1. Anamnesa
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi misalnya BBLR, infeksi saluran
nafas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Sternum menonjol
Palpasi
Perkusi
Hipersonor
12
Hepar terdorong ke bawah
Auskultasi
Ekspirasi memanjang
3. Pemeriksaan penunjang
Uji bronkolidator
setelah pemberian bronkolidator inhalasi sebanyak 8 hisapan 15-20 menit
kemudian dilihat perubahan nilai VEP 1
Darah rutin
Hb.Ht,leukosit
Gambar radiologi
pada emfisema terlihat gambaran :
Diafragma letak rendah dan datar
Ruang retrosternal melebar
13
Jantung tampak sempit dan memanjang
Pembuluh darah perifer mengecil
Pemeriksaan EKG
Untuk mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai hipertensi pulmonal
dan hipertrofi ventrikel kanan
Pemeriksaan enzimatik
Kadar alfa-1 antitripsin rendah
14
BAB III
KESIMPULAN
Emfisema adalah suatu kelainan anatomik paru yang ditandai oleh pelebaran
secara abnormal saluran napas bagian distal bronkus terminalis, disertai dengan
kerusakan dinding alveolus yang ireversibel. Penyebab utama adalah rokok. Gejala
dapat berupa batuk produktif kronis pada bulan-bulan musim dingin, batuk kronik dan
pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak, dispnea, nafas pendek
dan cepat (Takipnea), anoreksia, penurunan berat badan dan kelemahan,takikardia,
hipoksia, sesak dalam dada. Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas terutama
disebabkan elastisitas paru yang berkurang. Pada paru-paru normal terjadi
keseimbangan antara tekanan yang menarik jaringan paru ke luar dan otot-otot dinding
dada dengan tekanan yang menarik jaringan paru ke dalam . Tujuan pengobatan adalah
untuk memperbaiki kualitas hidup, untuk memperlambat kemajuan proses penyakit,
dan untuk mengatasi obstruksi jalan napas untuk menghilangkan hipoksia.
15
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
16