Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

FARMAKOLOGI KOLINERGIK

DAN ANTIKOLINERGIK

Oleh:
HAFIDHOTUSSADIAH
NPM. 11310150

DISUSUN OLEH:
Hafidhotussadiah, S.Ked

PEMBIMBING:
dr. H. Imam Ghozali, Sp.An., M.kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESIOLOGI


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2016
DAFTAR ISI

Halaman

BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Susunan Saraf Otonom ....................................................................................2
2.1.1. Perangsangan Simpatik dan Parasimpatik .............................................3
2.1.2. Antikolinergik ........................................................................................7
2.1.3. Farmakologi Klinik .................................................................................8
2.1.4. Obat Antikolinergik ..............................................................................10
2.2. Kolinergik ......................................................................................................12
2.2.1. Definisi .................................................................................................12
2.2.2. Penggolongan kolinergik ......................................................................12
2.2.3. Contoh Penggunaan Obat Kolinergik ...................................................15
BAB III KESIMPULAN......................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN

Sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu system saraf pusat (SSP) dan system saraf
tepi (SST). SSP terdiri dari otak, dan medulla spinalis. SST mempunyai 2
cabang, system saraf somatik (SSS) dan system saraf otonom (SSO). S S S
m e r u p a k a n s a r a f v o l u n t e r k a r e n a m e n s a r a f i o t o t r a n gk a ya n g d a p a t
dikendalikan. Sedangkan SSO bekerja pada otot polos dan kelenjar yang tidak dapat
dikendalikan. Fungsi SSO adalah mengendalikan dan mengatur organ-organ otonom,
seperti jantung, saluran gastrointestinal (GI), mata, kandung kemih, pembuluh darah,
kelenjar, paru-paru, dan bronkus. S S O m e m p u n ya i 2 n e u r o n , ya i t u a f e r e n
(sensorik) dan eferen ( m o t o r i k ) . Neuron aferen mengirimkan inpuls
(informasi) ke SSP, untuk diinterprestasikan. Neuron eferen menerima impuls dari
otak dan diteruskan melalui medulla spinalis kesel-sel organ efektor, seperti jantung,
paru-paru, dan saluran pencernaan. Jalur eferen dari SSO dibagi menjadi 2, saraf
simpatik dan saraf parasimpatik. System saraf simpatik dan parasimpatik jika
bekerja pada organ yang sama akan menghasilkan efek yang berlawanan untuk
tujuan keseimbangan, kecuali padaorgan tetentu. System saraf simpatik bersifat
katabolik artinya menghabiskan energy,misalnya saat flight or fight. System
saraf parasimpatik bersifat anabolik berarti berusaha menyimpan energy, yaitu
berlangsung rest and digest. Kerja obat pada kedua system saraf ini
menyebabkan perangsangan atau penghambatan.Istilah untuk obat perangsang
simpatik adalah adrenergik, simpatomimetik a t a u agonis adrenergik,
dan penghambat simpatik disebut simpatolitik atau
antiadrenergik. Istilah untuk perangsang parasimpatik
adalah k o l i n e r g i k , parasimpatomimetik atau agonis kolinergik dan
penghambat parasimpatik disebut parasimpatolitik atau antikolinergik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Susunan saraf otonom adalah susunan saraf yang bekerja tanpa
mengikutikehendak kita. Misalnya detak jantung, mata berkedip,
kesadaran, pernafasan maupun pencernaan makanan. Menurut
fungsinya, susunan saraf otonom dibagi menjadi 2 bagian, antara lain:

Susunan saraf simpatis (adrenergik dan adrenolitik)

Susunan saraf parasimpatis (kolonergik dan antikolinergik)

Pada umumnya kedua saraf ini bekerja berlawanan tetapi dalam


beberapa halkhasiatnya berlainan sekali atau bahkan bersifat sinergis.
Rangsangan dari susunansaraf pusat untuk sampai ke ganglion efektor
memerlukan sesuatu penghantar yangdisebut transmiter neurohormon
atau neurotransmiter. Bila rangsangan tersebut berasal dari saraf
simpatis maka neurohormon yang bekerja adalah
noradrenalin(adrenalin) atau norephinephrin (ephinephrin). Sebaliknya
apabila rangsangantersebut berasal dari saraf parasimpatis maka
neurohormon yang bekerja adalah asetil kolin.Untuk menghindarkan
kumulasi dari neurohormon yang dapat mengakibatkan perangsangan
saraf terus menerus maka neurohormon harus diuraikan oleh
enzimkhusus yang terdapat dalam darah maupun jaringan. Untuk
neurohormonnoreadrenalin diuraikan oleh enzim m etal transferase dan
di dalam hati oleh monoamin oksidase (mao) sedangkan neurohormon
asetilkolin diuraikan oleh enzimkolinesterase.

3
Obat-obat otonom bekerja mempengaruhi pengaruhi penerusan inpuls
dalamsusunan saraf otonom dengan jalan mengganggu sintes a,
penimbunan, pembebasanatau penguraian hormon tersebut dan
khasiatnya atas reseptor spesifik.

2. Perangsangan Simpatik dan Parasimpatik

Efek perangsangan simpatik dan parasimpatik pada organ otonom


tertentutercantum dalam tabel di bawah ini :

Perangsangan Simpatis Perangsangan Parasimpatis


-Meningkatkan tekanan darah -Menurunkan tekanan darah

-Meningkatkan denyut nadi -Menurunkan denyut nadi

-Relaksasi bronkus -Kontraksi bronkus

-Dilatasi pupil -Kontraksi pupi

-Relaksasi uterus-Meningkatkan -Meningkatkan kontraksi


gula darah salurankemih

-Meningkatkan kontraksi GI

- Meningkatkan tonus otot

Istilah lain dari Simpatik dan Parasimpatik

Simpatik Parasimpatik Efek


Simpatomimetik Parasimpatomimetik Berlawanan

Adrenergik Kolinergik Berlawanan


Simpatomimetik Parasimpatomimetik Serupa

Adrenergik Kolinergik Serupa


Simpatolotik Parasimpatomimetik Serupa

Antiadrenergik Kolinergik Serupa


Simpatolotik Parasimpatolitik Berlawanan

Antiadrenergik Antikolinergik Berlawanan

4
3. Hubungan (signaling) Kimiawi Antar Sel

Neurotransmitter (NT) adalah zat yang digunakan dalam hubungan


(kimiawi) antar sel. Tipe lain signaling kimiawi antar sel adalah pelepasan
mediator lokal (histaminedan prostaglandin) dan sekresi hormon oleh sel atau
kelenjar.1.Mediator LokalKebanyakan sel tubuh mengeluarkan zat kimia yang
dapat bekerja lokaldalam lingkungan mereka. Zat kimia tersebut dengan cepat
dirusak ataudieleminasi sehingga tidak sampai masuk ke sirkulasi sistemik atau
terdistribusikeseluruh tubuh.2.HormonSel kelenjar tertentu mengeluarkan hormon
yang dapat masuk kesirkulasidarah dan dapat terdistribusi keseluruh tubuh.
Hormon tersebut suatu saat akanmencapai sel sasaran dan menimbulkan efek.
Contoh hormon adalahkortikotropin, oksitosin, tiroksin, insulin, estrogen, dan
progesteron.3.Neurotransmitter Neuron adalah unit anatomi yang secara
structural tidak saling tersambung.Komunikasi antar sel saraf atau sel saraf
dengan organ efektor terjadi melalui zatkimia yang disebut neurotransmitter. NT
dengan cepat menembus sinap (celahatau gap antar sel) selanjutnya berikatan
dengan reseptor spesifik pada post sinapatau sel/ organ target.Semua NT dan
hormon bersifat hidrofilik sehingga sangat sukar menembusmembran sel, dan
hanya mampu mangikat reseptor di permukaan membran sel diujung saraf
berikutnya. NT yang banyak dikenal dan sudah diidentifikasi adalahnorepinefrin
(NE) dan senyawa-senyawa sejenisnya, asetilkolin (Ach), dopamine,serotonin,
histamine, dan -asam amino. Zat yang dapat bekerja seperti NT seringdigunakan
untuk pengobatan. Ach merupakan NT sistem saraf parasimpatik dan NE sebagai
NT system saraf simpatik.

4. Sintesis, Penyimpanan, Pelepasan, dan Inaktifasi Nt

Sintesis, penyimpanan, pelepasan, dan inaktivasi NE atau Ach adalah


pentinguntuk dimengerti karena merupakan target atau tempat kerja obat. Ach
disintesis dariasetil coenzim A (asetil CoA) dan kolin. Efek Ach dapat dihentikan
dengan diuraikankembali menjadi unsur penyusunnya oleh enzim
asetilkolinesterase. NE dan senyawasejenisnya disintesis dari tirosin yang
dikatalisis oleh -hidroksilase menjadi DOPA,selanjutnya menjadi dopamin, NE,

5
dan efineprin.Inaktivasi NE terjadi karena diambil kembali ke sel saraf dari sinap
ataudiinaktivasi oleh enzim catecol-o-methyl-transferase (COMT) dan
monoamineoxidase (MAO) terutama di hati dan otak.Obat adrenergik bekerja
dengan memperbanyak jumlah NE disinap melalui penghambatan kerja COMT/
MAO atau menghambat pengambilan kembali. Atauefek adrenergik dapat dicapai
dengan menambahkan zat yang bekerja seperti NE dariluar. Selain itu, dapat juga
dengan cara mendorong pengeluaran NE dari tempat penyimpanannya di ujung
saraf.Obat kolinergik bekerja meningkatkan junlah Ach dengan cara
mengikatenzim asetilkolinesterase atau pemberian obat yang dapat bekerja
sebagaimana Ach,seperti bethanecol dan methanekolin darim luar tubuh.
Sebaliknya pengurangan Achakan menimbulkan efek antikolinergik.

5. Reseptor

Pada bab selanjutnya kita telah membahas apa yang disebut dengan
reseptor,yaitu tempat kerja obat. Yang dimaksud disini adalah reseptor untuk NT
simpatik atau parasimpatik atau obat-obat yang bekerja seperti NT tersebut. Ada 2
jenis reseptor Ach, yaitu muskarinik dan nikotinik yang masing-masing
mempunyai sub tipe,muskarinik tipe I (M1), dan tipe 2 (M2). Semua serabut saraf
post ganglion parasimpatik melepaskan Ach yangreseptornya adalah muskarinik.
Reseptor muskarinik terutama terdapat pada saluran pencernaan. Reseptor
nikotinik terutama pada ujung saraf motor and plate padasemua ganglion
otonom dan medulla adrenal.

Pada SSS menggunakan Ach sebagai NT untuk mengontrol pergerakan,


yangsemua reseptornya adalah nikotinik. Pada SSO, semua serabut saraf pree
ganglionmelepaskan Ach yang reseptornya juga nikotinik.Reseptor untuk NE
dibagi menjadi reseptor dan reseptor . Reseptor dibagimenjadi 1, 2, dan
3. Sedangkan rseptor dibagi menjadi 2 macam, yaitu 1dan 2. Efek
perangsangan muskarinik dan nikotinik adalag sebagai berikut :

6
1. Perangsangan muskarinik menghasilkan efek berikut:-miosis (kontraksi
pupil),-denyut jantung berkurang,-kontriksi bronkus dan peningkatan sekresi,-
peningkatan motilitas GI dan relaksasi sphincter,-kontraksi kandung kemih,
dan-peningkatan sekresi kelenjar.
2. Perangsangan nikotinik meningkatkan kontraksi otot.Efek utama
perangsangan NE adalah sebagai berikut:

a.Reseptor 1

-vasokontriksi

-peningkatan resistensi perifer

-peningkatan tekanan darah, dan

-midriasis.

b.Reseptor 2

-penghambatan pelepasan NE

-dan penghambatan pelepasan insulin.

c.Reseptor 1

-takikardi

-peningkatan peruraian lemak,

- peningkatan kontraksi jantung.

d.Reseptor 2

-vasodilatasi

-sedikit mengurangi resistensi perifer

-bronkodilatasi-meningkatkan penguraian glikogen di otot dan hati

-peningkatkan pelepasan glucagon

-relaksasi uterus.

7
A. Penggolongan

Berdasarkan khasiatnya obat-obat saraf otonom dibagi menjadi:

1. Obat yang berkhasiat terhadap saraf simpatis:


a. Simpatomimetik/ adrenergik, yaitu obat yang meniru efek
perangsangan darisaraf simpatis (oleh noreadrenalin), contohnya
efedrin, isoprenalin dll.
b. .Simpatolitik / adrenolitik, yaitu obat yang meniru efek bila saraf
parasimpatisditekan atau melawan efek adrenergik, contohnya alkaloid
sekale, propanololdll.
2. Obat yang berkhasiat terhadap saraf parasimpatis :
a. Para simpatomimetik / kolinergik, yaitu obat yang meniru
perangsangan darisaraf parasimpatis oleh asetilkolin, contohnya
pilokarpin dan phisostigmin.
b. Parasimpatolitik / anti kolinergik, yaitu obat yang meniru bila saraf
parasimpatis ditekan atau melawan efek kolinergik, contohnya
alkaloida belladonna.

Namun yang akan dibahas dalam makalah ini hanya tentang saraf
parasimpatolitik.

a. Antikolinergik

Antikolinergik adalah ester dari asam aromatik dikombinasikan dengan basa


organik. Ikatan ester adalah esensial dalam ikatan yang efektif antara
antikolinergik dengan reseptor asetilkolin. Obat ini berikatan secara blokade
kompetitif dengan asetilkolin dan mencegah aktivasi reseptor. Efek selular dari
asetilkolin yang diperantarai melalui second messenger seperti cyclic guanosine
monophosphate (cGMP) dicegah.Reseptor jaringan bervariasi sensitivitasnya
terhadap blokade. Faktanya : reseptor muskarinik tidak homogen dan subgrup
reseptor telah dapat diidentifikasikan : reseptor neuronal (M1),cardiak (M2) dan
kelenjar (M3).

8
i. Farmakologi Klinik

Karakteristik farmakologis umum

Dalam dosis klinis, hanya reseptor muskarinik yang dihambat oleh


obat antikolinergik. Kelebihan efek antikolinergik tergantung dari derajat
dasar tonus vagal. Beberapa sistem organ dipengaruhi :

1. Kardiovaskular

Blokade reseptor muskarinik pada SA node berakibat takikardi.


Efek ini secara khusus mengatasi bradikardi karena reflek vagal (reflek
baroreseptor,stimulasi peritoneal atau reflek okulokardia). Perlambatan
transien denyut jantung karena antikolinergk dosis rendah telah
dilaporkan. Mekanisme ini merupakan respon paradoks karena efek agonis
perifer yang lemah, diduga obat ini tidak murni antagonis. Konduksi
melalui AV node akan memendekkan interval P-R pada EKG dan sering
menurunkan blokade jantung disebabkan aktivitas vagal. Atrial disritmia
dan ritme nodal jarang terjadi. Antikolinergik berefek kecil pada fungsi
ventrikel atau vaskuler perifer karena kurangnya persarafan kolinergik
pada area ini dibanding reseptor kolinergik. Dosis besar antikolinergik
dapat menghasilkan dilatasi pembuluh darah kutaneus (atropin flush).

2. Respirasi

Antikolinergik menghambat sekresi mukosa saluran


pernafasan,dari hidung sampai bronkus. Efek kering ini penting sebelum
pemberian agen inhalasi yang kurang iritasi. Relaksasi dari otot polos
bronkus akan mengurangi resistensi jalan nafas dan meningkatkan ruang
rugi anatomi. Efek ini penting pada pasien dengan penyakit paru obstruksi
kronis atau asma.

3. Cerebral

Antikolinergik dapat mempengaruhi sistem saraf pusat mulai dari


stimulasi sampai depresi,tergantung pemilihan obat dan dosis. Stimulasi
seperti eksitasi,lemah atau halusinasi. Depresi dapat menyebabkan sedasi
dan amnesia. Physostigmin, penghambat kolinesterase dapat menembus
sawar darah otak,dapat mengatasi efek ini.

9
4. Gastrointestinal

Sekresi air liur berkurang oleh obat antikolinergik. Sekresi gastrik


juga berkurang,tapi dosis besar diperlukan.Motilitas dan peristaltik
intestinal berkurang dan waktu pengosongan lambung memanjang.
Tekanan spingter esofagus bagian bawah berkurang. Obat antikolnergik
tidak bermanfaat dalam hal mencegah aspirasi pneumonia.

5. Mata

Antikolinergik menyebabkan midriasi (dilatasi pupil) dan siklopegi


( tidak dapat akomodasi penglihatan dekat); glaukoma akut sudut tertutup
diikuti pemberian secara sistemik dari obat antikolinergik.

6. Genitourinary

Antikolinergik dapat menurunkan tonus ureter dan blader sebagai


hasil dari relaksasi otot polos dan retensi urin, khususnya pada pasien usia
klanjut dengan pembesaran prostat.

7. Termoregulasi

Penghambatan kelenjar liur dapat meningkatkan temperatur suhu


tubuh ( demam atropin).

8. Immune-mediated hypersensitivity

Berkurangnya cGMP inraselular secara teori berguna dalam


pengobatan reaksi hipersensitivitas. Secara klinis,antikolinergik
mempunyai efek kecil pada kasus ini.

Contoh obat-obat antikolinergik adalah atropin, skopolamin, ekstrak


beladona, oksifenonium bromida dan sebagainya. Indikasi penggunaan
obat ini untuk merangsang susunan saraf pusat (merangsang nafas, pusat
vasomotor dan sebagainya, antiparkinson), mata (midriasis dan
sikloplegia), saluran nafas (mengurangi sekret hidung, mulut, faring dan
bronkus, sistem kardiovaskular (meningkatkan frekuensi detak jantung, tak
berpengaruh terhadap tekanan darah), saluran cerna (menghambat
peristaltik usus/antispasmodik, menghambat sekresi liur dan menghambat
sekresi asam lambung).

Obat antikolinergik sintetik dibuat dengan tujuan agar bekerja lebih


selektif dan mengurangi efek sistemik yang tidak menyenangkan.
Beberapa jenis obat antikolinergik misalnya homatropin metilbromida
dipakai sebagai antispasmodik, propantelin bromida dipakai untuk

10
menghambat ulkus peptikum, karamifen digunakan untuk penyakit
parkinson.

b. Obat Antikolinergik Spesifik

ATROPIN

Struktur fisik
Atropin merupakan amin tertier terdiri dari asam tropis ( asam
aromatik) dan tropin (basa organik). Secara murni berbentuk levorotari
aktif, tapi secara komersial adalah rasemik

Dosis dan Kemasan


Sebagai premedikasi,atropin diberikan secara intravena atau
intramuskular dengan rentang dosis 0,01 0,02 mg/kg ,dosis biasa dewasa
0,4 0,6 mg. Dosis intravena lebih besar diperlukan sampai 2 mg untk
blokade komplit saraf vagal kardiak dalam pengobatan bradikardia hebat.
Dosis yang tepat untuk meminimalkan efek samping penghambat
antikolinesterase dalam melawan blokade nondepolarisasi. Atropin sulfat
tersedia dalam konsentrasi berbeda.

Dasar klinis
Atropin berefek khusus pada jantung dan otot polos dan sebagai
antikolinergik yang paling baik untuk mengatasi bradiaritmia. Pasien
penyakit arteri koroner tidak dapat mentoleransi peningkatan kebutuhan
oksigen dan berkurangnya suplai oksigen karena takikardia disebabkan
atropin. Derivatif atropin (iprapropium bromida) tersedia dalam inhaler
dosis terukur untuk pengobatan bronkospasme. Larutan ipratropium
(0,5mg dalam 2,5 cc) sangat efektif dalam mengobati penyakit akut kronis
paru obstruksi dikombinasikan dengan obat beta agonis ( albuterol) .Efek
saraf pusat akibat atropin minimal dengan dosis biasa,walaupun amin
tertier dapat melewati sawar darah otak. Atropin mengakibatkan defisit
memori pasca operasi, dan reaksi eksitatori bila dosis toksik. Dosis
intramuskular 0,01 0,02 mg/kg sebagai antisialagogue. Atropin harus
dipakai secara hati-hati pada pasien galukoma sudut sempit,hipertropi
prostat atau obstruksi bladder neck.

SKOPOLAMIN

Struktur fisik
Skopolamin berbeda dengan atropin oleh jembatan oksigen ke basa
organik membentuk skopin.

11
Dosis dan Kemasan
Dosis premedikasi skopolamin sama dengan atropin dan selalu
diberikan intramuskular. Skopolamin hidrobromida tersedia dalam larutan
0,3,0,4 dan 1 mg/cc.

Dasar klinik
Skopolamin lebih poten sebagai antisialagogue dibanding atropin
dan berefek lebih besar pada susunan saraf pusat. Dosis klinis selalu
menyebabkan ngantuk dan amnesia,walaupun gelisah dan delirium juga
terjadi. Efek sedatif dapat dicapai sebagai premedikasi tapi dapat
memperlama bangun bila prosedur pendek. Skopolamin dapat mencegah
motion sickness. Kelarutannya dalam lemak dapat terjadi absorpsi
transdermal. Karena efeknya pada mata, skopolamin dihindari pada pasien
glaukoma sudut tertutup.

GLIKOPIROLAT

Struktur fisik
Glikopirolat merupakan sintesis amonium quaternary mengandung
asam mandelik dalam asam tropik

Dosis & Kemasan


Dosis biasa glikopirolat setengah dari atropin.Dosis premedikasi
0,005-0,01 mg/kg sampai 0,2 0,3 mg pada dewasa. Glikopirilat injeksi
dikemas dalam bentuk larutan 0,2 mg/cc

Dasar klinik
Karena struktur quaternary,glikopirolat tidak dapat menembus
sawar darah otak dan hampir tidak mempengaruhi saraf pusat dan aktivitas
mata. Inhibisi kuat kelenjar liur dan sekresi saluran pernafasan sebagai
alasan utama memakai glikopirolat sebagai premedikasi. Denyut jsntung
selalu meningkat setelah intravena-tapi tidak secara intramuskular.
Glikopirolat berefek lebih lama dibanding atropin (2-4 jam dibanding 30
menit setelah pemberian intravena.

TRIHEKSIFENIDIL
Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral
lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi
penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan
asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf
pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis
toksik.
Pada pemberian oral triheksifenidil diabsorbsi cukup baik dan tidak
terakumulasi dalam jaringan. Ekskresi terutama bersama urin dalam
bentuk metabolitnya.

12
Komposisi:
Tiap tablet mengandung triheksifenidil hidroklorida 2 mg.
Indikasi:
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensefalitis dan idiopatik,
sindroma parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazin.

Dosis:

Sehari 1 15 mg dibagi dalam 2 4 dosis


Dewasa : awal 2 mg, atau 3 kali sehari dosis dinaikkan sampai diperoleh
hasil yang diharapkan.
Untuk reaksi ekstrapiramidal kecuali tardive dyskinesia.
Dewasa: awal 1 mg, jika gejala tidak terkontrol dalam beberapa jam dosis
ditingkatkan sehingga hilang gejala.
Dosis sehari 5 15 mg, dosis 15 20 mg jarang dibutuhkan

B. Pengertian Kolinergika (Parasimpatomimetika)

Obat kolinergik singkatnya di sebut kolinergik juga di sebut


parasimpatomimetikan, berati obat yang kerja serupa perangsangan saraf
parasimpatis. Tetapi karena ada saraf, yang secara anatomis termasuk saraf
simpatis, yang transmitornya asetilkolin maka istilah obat kolinergik lebih tepat
dari pada istilah parasimpatomimetik.
1. Penggolongan Kolinergika (Parasimpatomimetika)
Berdasarkan Efek Kolinergis :
Efek kolinergis faal yang terpenting adalah sebagai berikut :
a. Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi
kelenjar ludah dan getah lambung (HCL), juga sekresi air mata dan lain-
lain.
b. Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan
jantung, vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.
c. Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi,
sedangkan sekresi dahak di perbesar.
d. Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan
menurunnya tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.

13
e. Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar
pengeluaran urin.
f. Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
g. Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.

Semua efek ini juga dapat dihasilkan oleh kolinergika.


Berdasarkan Efek Muskarin Dan Efek Nikotin :
Reseptor-reseptor kolinergika terdapat dalam semua ganglia, sinaps dan
neuron postganglioner dari SP, juga di pelat-pelat ujung motoris (otot lurik)
dan di bagian susunan saraf pusat yang di sebut sistem ekstrapiramidal.
Berdasarkan efeknya terhadap rangsangan, reseptor ini dapat dibagi dalam 2
jenis, yakni reseptor-muskarin dan resptor-nikotin, yang masing-masing
menghasilkan efek belainan.
1. Reseptor-muskarin (M)
berada di neuron postganglioner dan dapat dibagi dalam minimal 3
subtipe, yakni reseptor-M1-M2, dan M3 1,2. Ketiga jenis reseptor ini bila di
rangsang memberikan efek yang berlainan, lihat tabel dibawah ini.
Dewasa ini sudah di temukan dua subtipe reseptor M lainnya lagi.

Reseptor Jaringan Efek stimulasi


M1 Neuron2 ganglia simpatis Aktivasi pelepasan NA>

M2 Myocard jaringan nodus Kontraksi> bradycardia

M3 Kelenjar eksokri. Ileum Penyaluran AV< sekresi


pembuluh relaksasi langsung:
kontraksi, via endotel:
relaksasi

Muskarin (M) adalah derivat-furan yang bersifat sangat beracun dan


terdapat sebagai alkaloida pada jamur merah Amanita Muscaria. Reseptor-

14
muskarin setelah di aktivasi oleh neurotransmmiter asetilkolin atau kolinergika
dapat menimbulkan semua efek fisiologis yang tertera di atas.
Reseptor ini, selain ikatannya dengan asetilkolin, mengikat pula
muskarin, yaitu suatu alkaloid yang dikandung oleh jamur beracun tertentu.
Sebaliknya, reseptor muskarinik ini menunjukkan afinitas lemah terhadap
nikotin. Dengan menggunakan study ikatan dan panghambat tertentu, maka
telah ditemukan beberapa subklas reseptor muskarinik seperti M1, M2, M3,
M4, M5. Reseptor muskarinik dijumpai dalam ganglia sistem saraf tepi dan
organ efektor otonom, seperti jantung, otot polos, otak dan kelenjar eksokrin.
Secara khusus walaupun kelima subtipe reseptor muskarinik terdapat dalam
neuron, namun reseptor M1ditemukan pula dalam sel parietal lambung, dan
reseptor M2 terdapat dalam otot polos dan jantung, dan reseptor M3 dalam
kelenjar eksokrin dan otot polos. Obat-obat yang bekerja muskarinik lebih peka
dalam memacu reseptor muskarinik dalam jaringan tadi, tetapi dalam kadar
tinggi mungkin memacu reseptor nikotinik pula.
2. Reseptor nikotin (N)
Terutama terdapat dipelat-pelat ujung myoneural dari otot kerangka dan di
ganglia otonom (simpatis dan parasimpatis). Stimulasi reseptor ini oleh
kolinergika (neostigmin dan piridostigmin) menimbulkan efek yang
mempunyai efek adrenika, jika bersifat berlawanan sama sekali. Misalnya
vasokonstriksi dengan naiknya tensi ringan, penguatan kegiatan jantung, juga
stimulasi SPP ringan. Pada dosis rendah timbul konstarksi otot lurik,
sedangkan pada dosis tinggi terjadi depolarisasi dan blokade neoromuskuler.
Mekanisme kerjanya berdasarkan stimulasi penerusan impuls di ganglia
simpatis dan stimulasi anak ginjal dengan sekresi noradrenalin. Di samping itu
juga terjadi stimulasi ganglia kolinergis (terutama di saluran lambung-usus
dengan peningkatan peristaltik) dan pelat-pelat ujung motoris otot lurik, di
mana terdapat banyak reseptor nikotin.
Efek nikotin dari Ach juga terjadi pada perokok, yang disebabkan oleh
sejumlah kecil nikotin yang diserap ke dalam darah melalui mukosa mulut.

15
Berdasarkan mekanisme kerja:
Kolinergika dapat dibagi menurut cara kerjanya, yaitu zat-zat dengankerja
langsung dan zat-zat dengan kerja tak-langsung.
1. Bekerja langsung:
Karbachol, pilokarpin, muskarin dan arekolin (alkaloid dari pinang, Areca
catechu). Zat-zat ini bekerja langsung terhadap organ-ujung dengan kerja
utama yang mirip dengan efek-muskarin dari Ach. Semuanya adalah zat-zat
amonium kwaterner yang bersifat hidrofil dan sukar memasuki SSP, kecuali
arekolin.
2. Bekerja tak-langsung:
Zat-zat antikolinesterase seperti fisostigmin, neostigmin dan piridostigmin.
Obat-obat ini menghambat penguraian ACh secara reversibel yakni hanya
untuk sementara. Setelah zat-zat tersebut habis diuraikan oleh kolinesterase,
ACh segera akan dirombak lagi.
Disamping itu ada pula zat-zat yang mengikat enzim secara irreversibel,
misalnya parathion dan organofosfat lain. Kerjanya panjang karena bertahan
sampao enzim terbentuk baru lagi. Zat ini banyak digunakan sebagai
insektisid beracun kuat di bidang pertanian dan sebagai otot kutu rambut
(malathion). Gas saraf yang digunakan sebagai senjata perang termasukpula
kelompok organofosfat ini, misalnya sari dan soman.

Contoh Penggunaan Kolinergika


Penggunaan:
Kolinergika khusus digunakan pada penyakit mata glaukoma, myasthenia
gravis, demensia alzheimer dan atonia.

1. Glaukoma
Star hijau (glaukoma) adalah penyakit mata yang bercirikan
peningkatan tekanan cairan mata intraokuler (TIO) di atas 21 mm Hg, yang
bisa menjepit saraf mata. Saraf ini berangsur-angsur dirusak secara progresif,
sehingga penglihatan memburuk dan akhirnya dapat menimbulkan kebutaan.
Akan tetapi hanya presentase kecil pasien dengan TIO menigkat dihinggapi
glukoma. Nilai tekanan intraokuler normal adalah antara 10-21 mm Hg.
Gejalanya tidak begitu nyata dan berlangsung secara sangat berangsur-
angsur, terutama penyempitan pandangan perspektif dengan timbulnya blind

16
spots. Oleh karena itu umunya glaukom baru menjadi manifes pada stadium
lanjut dengan sudah adanya kerusakan irrwversibel. Maka itu orang-orang di
atas 50 tahun sebaiknya memeriksakan matanya setiap 1-2 tahun untuk
mengukur TIO-nya (tonometri).

Contoh penggunaan obatnya: Pilokarpin.


Pilokarpin adalah Alkaloida yang terdapat pada daun tanama
amerika, Pilokorpus jaborandi. daya kerjanya terutama berkhasiat muskarin,
efek nikotinnya ringan sekali. SSP permulaan distimulasi, kemudian ditekan
aktivitasnya. Penggunaan utamanya adalah sebagai miotikum pada glukoma.

2. Myasthenia gravis (yun.myo= otot, asthenia=kelemahan).


Ini adalah suatu penyakit auto-imun yang bercirikan keletihan dan
kelemahan dari terutama otot-otot muka, mata dan mulut. Penyebabnya
adalah kekurangan relatif dari Ach di pelat ujung motoris dari otot lurik.
Kekurangan ini disebabkan oleh antibodies IgG, yang telah merusak reseptor
Ach setempat. Oleh karenanya penerusan impuls dari saraf ke otot oleh Ach
tidak berlangsung sebagaimana mestinya. Zat-zat antikolinesterase
(fisostigmin dan derivatnaya) merintagi perombakan pesat dari ACh oleh
kolinesterase, sehingga kerjanya lebih lama. Dengan demikian transmisi
impuls diperbaiki atau bahkan kerusakan reseptor dapat dihambat.
Obat lain yang sering digunakan adalah prednison, yang berkhasiat
menghambat seluruh proses penyakit.

3. Demensia Alzheimer
Berdasarkan penemuan bahwa kadar ACh di otak berkurang pada
demensia, maka digunakan penghambat kolinesterase untuk mencegah
perombakan dan peningkatan kadar ACh di otak. Contoh obat yang tersedia
adalah Takrin.

4. Atonia (keadaan kelemahan otot polos)


Setelah pembedahan besar dengan stessnya bagi tubuh adakalnya
terjadi penigkatan aktivitas saraf adrenergis. Akibatnya dapat berupa
obstipasi dan sukar berkemih (
atonia kandung kemih) bahkan obstruksi usus (ileus paralyticus) akibat
pengenduran dan kelumpuhan peristaltik. Keadaan ini dapat dittanggulangi
oleh kolinergik. Contoh obat yang tersedia adalah (karbachol dan
neostigmin).

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Obat yang berpengaruh terhadap saraf parasimpatis :


1. Para simpatomimetik / kolinergik, yaitu obat yang meniru perangsangan
darisaraf parasimpatis oleh asetilkolin, contohnya pilokarpin dan
phisostigmin.
2. Parasimpatolitik / anti kolinergik, yaitu obat yang meniru bila saraf
parasimpatis ditekan atau melawan efek kolinergik, contohnya alkaloida
belladonna

a. Kolinergik adalah zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan
stimulasi sususnan saraf parasimpatis (SP), karena melepaskan ACh
(asetikolin) di ujung sarafnya.
Penggolongan kolinergika dibagi atas berdasarkan:
Berdasarkan efek kolinergis
Berdasarkan reseptor
Dan berdasarkan mekanisme kerjanya.
Sebagian besar obat penggunaan kolinergika adalah untuk penyakit
Glaukoma, Myastenia gravis, Demensia alzheimer dan Atonia.

b. Antikolinergik adalah zat yang dapat menghambat reseptor muskarinik


atau anti muskarinik pada saraf parasimpatis, penyekat ganglionik untuk
menyekat reseptor nikotinik pada ganglia simpatis dan parasimpatis. Dan
penyekat neuromuskular, yaitu mengganggu transmisi impuls eferen yang
menuju otot rangka.

Obat antikolinergik diantaranya adalah


Alkaloid antimuskarinik, atropin dan skopalamin
Penyekat ganglionik, mekamilamin, nikotin, trimetafan
Penyekat neuromuskular, atrakurium, doksakurium, dsb

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2001. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta : Penerbit Ikatan


Apoteker Indonesia
2. Tjay, Tan Hoan.2007. ObatObat Penting Edisi ke Enam.Jakarta:Gramedia
Zunilda.2007.Farmakologi dan Terapi Edisi V.Jakarta:FKUI
3. http://www.scribd.com/doc/76277692/farmakologi-kel-3-8-4b
4. http://obat-penyakit.com/trihexyphenidyl-2-mg.html
5. http://askepterlengkap.blogspot.com/2009/06/obat-obat-
antikolinergik.html?zx=ac26cb6da4e4dea0

19

Anda mungkin juga menyukai