Makalah Asam Lemak PDF
Makalah Asam Lemak PDF
Disusun oleh:
Kelompok Sodium Lauryl Sulfate
Cindy Sandra 1406
M Ryo Tjokrosoedomo 1406574371
M Yusuf Arya R 1406533421
Nabila Hana Dhia 1406573394
Osel Sakadewa 1406604600
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang asam
lemak secara garis besar seperti pengertian, jenis-jenis, sifat, proses pembuatan,
teknologi dan perolehan asam lemak dari Mortierella isabellina menggunakan
karbondioksida supercritical (SFE-CO2) dan compressed Liquefied Petroleum Gas
(LPG). Penulis mengucapkan terimakasih kepada segala pihak yang telah
berpartisipasi atas penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen kami, Ibu Dr.
Dianursanti, S.T, M.T dan Ibu Dr. Tania Surya Utami, S.T., M.T., sebagai
pembimbing dan fasilitator mata kuliah pilihan Industri Oleokimia.
Makalah yang berjudul pemicu Perolehan Asam Lemak dari Mortierella
isabellina menggunakan Karbondioksida Supercritical (SFE-CO2) dan
Compressed Liquefied Petroleum Gas (LPG) ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah pilihan Industri Oleokimia pada pemicu PBL 1. Materi yang terdapat pada
makalah ini memiliki bahan acuan dari jurnal internasional yang berjudul
Obtaining fatty acids from Mortierella isabellina using supercritical carbon
dioxide and compressed liquefied petroleum gas milik Daniella Sallet et. al.
Adapun materi yang disampaikan dalam makalah ini berupa pendahuluan,
yang memuat latar belakang, problem statement, dan isu-isu pembelajaran, daftar
isi, jawaban pemicu, kesimpulan, serta daftar pustaka, yang berisi tentang berbagai
referensi yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, oleh karena itu atas segala kekurangan kami memohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami memohon kritik dan saran agar kiranya dapat memperbaiki
penulisan kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun
yang menggunakannya.
Penulis
ii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
iv Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Proses Pembuatan Asam Lemak pada Industri .............. 13
v Universitas Indonesia
1
1. BAB 1.
PENDAHULUAN
optimal tetapi tidak dapat disintesis oleh tubuh. Jamur oleaginous dari genus
Mortierella diteliti dapat digunakan untuk memproduksi lipid yang kaya akan
PUFA yaitu -linolenic acid, asam linolenat - asam linolenat, asam arakidonat, dan
asam docosahexaenoic. Ekstraksi diperlukan untuk menghilangkan PUFA dari sel
jamur, seperti ekstraksi cairan superkritis (SFE) dan penggunaan LPG. SFE adalah
teknologi yang menawarkan keunggulan dibandingkan metode ekstraksi
konvensional sedangkan penggunaan bahan bakar gas cair yang terkompresi (LPG)
untuk mengekstrak terutama Asam lemak memiliki waktu ekstraksi yang cepat dan
penggunaan pelarut bisa dikurangi.
Universitas Indonesia
3
2. BAB 2.
SOAL DAN PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
mengandung asam lemak tidak jenuh, sedangkan lemak cair atau yang biasa disebut
minyak mengandung asam lemak tidak jenuh.
Struktur asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh sangat berbeda sekali.
Apabila ada ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak, maka akan
didapat isomer geometrik. Pada asam lemak jenuh, ujung rantai karbonnya
berkonformasi tidak terbatas karena tiap ikatan tulang karbonnya dapat bebas
berotasi. Sedangkan asam lemak tidak jenuh berotasi kaku karena adanya rantai
ikatan rangkap. Bentuk cis kurang stabil jika dibandingkan dengan bentuk trans,
karena itu dengan katalis, bentuk cis bisa berubah menjadi bentuk trans. Sebagai
contoh asam oleat dapat berubah isomer trans-nya asam elaidat yang mempunyai
titik cair jauh lebih tinggi.
Asam lemak pada umumnya bersifat semakin reaktif terhadap oksigen dengan
bertambahnya jumlah ikatan rangkap pada rantai molekul. Sebagai contoh asam
linoleat akan teroksidasi lebih mudah dari pada asam oleat pada kondisi yang sama.
Di samping itu variasi stabilitas lemak terhadap proses oksidasi dipengaruhi oleh
perbedaan sumber lemak.
Obtaining fatty acids from Mortierella isabellina using supercritical carbon
dioxide and compressed liquefied petroleum gas sebagai jurnal acuan membahas
mengenai PUFA. Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) merupakan asam lemak tak
jenuh rantai panjang yang termasuk kelompok omega-3 atau omega-6, tergantung
dari posisi ikatan rangkap dari ujung metil. PUFA bersifat cair pada suhu kamar
bahkan tetap cair pada suhu dingin, karena titik lelehnya lebih rendah dibandingkan
dengan MUFA atau SFA.
PUFA dianggap sebagai asam lemak penting asam lemak karena dibutuhkan
untuk kesehatan manusia yang optimal tetapi tidak dapat disintesis oleh tubuh,
PUFA (asam lemak arakhidonat, linoleat dan linolenat) antara lain berperan penting
dalam transpor dan metabolisme lemak, fungsi imun, mempertahankan fungsi dan
integritas membran sel. Asam lemak omega-3 dapat membersihkan plasma dari
lipoprotein kilomikron dan kemungkinan juga dari VLDL (Very Low Density
Lipoprotein), serta menurunkan produksi trigliserida dan apolipoprotein (beta) di
dalam hati. Selain berperanan dalam pencegahan penyakit jantung koroner dan
artritis, asam lemak omega-3 dianggap penting untuk memfungsikan otak dan retina
Universitas Indonesia
6
secara baik. Asam alfa linoleat (omega 6) dan asam alfa linolenat (omega 3)
merupakan prekursor sekelompok senyawa eikosanoid yang mirip hormon, yaitu
prostaglandin, prostasiklin, tromboksan, dan leukotrien. Senyawa-senyawa ini
mengatur tekanan darah, denyut jantung, fungsi kekebalan, rangsangan sistem
saraf, kontraksi otot serta penyembuhan luka.
Secara keseluruhan, asam lemak dapat ditemukan di alam, seperti di laut ikan
dan makanan laut, kedelai, canola, perilla, jagung, dan sebagainya. Selain itu, asam
lemak dapat diproduksi oleh mikroorganisme seperti bakteri laut, jamur, protista
dan mikroalga. Beberapa mikroorganisme menawarkan beberapa keuntungan untuk
produksi asam lemak, seperti membutuhkan masukan nutrisi yang sederhana,
memungkinkan kondisi kultur yang dapat dikontrol dan menyediakan komposisi
asam lemak sederhana.
Universitas Indonesia
7
Nabati
Minyak tumbuhan (minyak goreng, kedelai, jagung, kelapa, zaitun, biji
bunga matahari, wijen, kacang), kacang-kacangan (kacang tanah, mete,
almond, hazelnut, macademia, kenari), biji-bijian (wijen, kedelai, jagung,
kapas, bunga matahari), buah, tahu, kelapa, cokelat.
Hewani
Mentega, ikan (salmon, tuna, sarden, makarel, trout), susu, krim, keju, es
krim, lemak daging (sapi, domba, babi, ayam, kulit ayam).
Sumber asam lemak berdasarkan tingkat kejenuhan:
Universitas Indonesia
8
Produksi biodiesel
Asam lemak dikonversi menjadi metil ester (biodiesel) dengan reaksi
esterifikasi atau transesterifikasi. Caranya asam lemak direaksikan dengan
alkohol dengan bantuan katalis.
Sintesis membran polimer
Poliuretan (PU) dimanfaatkan sebagai busa tempat tidur, sofa, aksesoris
mobil, elastomer, coating, serat. Asam lemak yang mengandung gugus
hidroksil dan ikatan rangkap digunakan sebagai sumber OH. PU dibuat
dengan cara mencampur asam lemak pada isosianat.
Industri karet
Digunakan sebagai softening dan plasticizing effect.
Industri lilin
Sebagai campuran bahan untuk pembuatan lilin yang fungsinya untuk
mempermudah melepaskan lilin dari cetakannya. Selain itu, asam lemak
membuat lilin yang dihasilkan tidak cepat meleleh ketika dinyalakan, asap
yang dihasilkan lebih sedikit, dan mengurangi timbulnya tetesan-tetesan
lilin.
Indusri kosmetik
Sebagai bahan campuran pembuatan produk-produk kosmetik yang
fungsinya untuk memberikan keharuman dan kemilauan.
Industri sabun
Untuk memproduksi sabun, memberikan busa lebih banyak, memberikan
keharuman dan kemilauan.
Dapat digunakan sebagai minyak pelumas (lubricants).
Waktu panen yang tidak tepat membuat kualitas turun karena meningkatkan
asam lemak bebas
Menumpuk buah terlalu lama juga akan membuat kualitas turun
Nutrisi
Iklim
Tanah
Musim pertumbuhan
Kematangan tanaman
Kesehatan tanaman
Variasi genetik
Universitas Indonesia
9
Hewan:
Umur
Semakin berumur, maka semakin gemuk sehingga kandungan asam lemak
semakin banyak.
Jenis kelamin
Biasanya hewan betina lebih banyak mengandung asam lemak dari pada
jantan.
Kastrasi
Hewan yang dikastrasi lebih gemuk dari pada yang tidak, sehingga asam
lemaknya meningkat.
Makanan
Semakin banyak makan lemak, kemampuan hewan untuk mencerna asam
lemak turun, jadi lebih sedikit asam lemak yang dicerna, sehingga
konsentrasi asam lemak dalam tubuh hewan meningkat
2.4. Proses Pembuatan Asam Lemak baik secara Hayati maupun Komersil
Proses pembuatan di industri:
Twitchell process
Cara paling awal dalam pembuatan asam lemak. Caranya lemak dan minyak
di campurkan dengan asam sulfat dan reagen Twitchell di dalam suatu
reaktor tahan korosi. Campuran tersebut kemudian dididihkan pada tekanan
atmosfir dengan menggunakan steam. Proses tersebut di ulang sampai dua
atau empat kali. Di akhir proses ditambahkan air dan campuran dididihkan
untuk menghilangkan sisa asam yang masih tertinggal.
Universitas Indonesia
10
Autoclave
Lemak/minyak dan air dimasukkan dalam reaktor autoclave dari stainless
steel secara kontinu. Lalu steam diinjeksikan secara kontinu dari bawah
reaktor untuk menaikkan tekanan. Setelah beberapa jam, akan terkonversi
menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian masuk ke dalam settling tank
dimana akan terbentuk dua fasa, yaitu fasa asam lemak pada bagian atas dan
fasa gliserin (sweet water) pada bagian bawah. Asam lemak kemudian
dipisahkan dari gliserin, lalu dilakukan pencucian untuk menghilangkan
pengotor dan asam mineral yang masih terkandung di dalamnya.
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
spesifik disebut lipolysis atau pemecahan molekul lemak. Proses ini dapat
berlangsung secara kimiawi atau enzimatis. Sehingga, faktor-faktor yang
mempengaruhi pembuatan asam lemak adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi proses hidrolisis. Berikut adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi reaksi hidrolisis
a. Suhu
Suhu mempengaruhi jalanya reaksi hidrolisis, terutama pada
kecepatan reaksinya. Hidrolisis dari trigliserida mengikuti persamaan
reaksi orde satu dengan kecepatan reaksi yang berbeda-beda untuk
setiap jenis trigliserida. Untuk kisaran suhu 90 - 100 oC, kecepatan
reaksi meningkat dua kali lebih cepat setiap kenaikan suhu 5 oC.
Sedangkan secara keseluruhan, pada umumnya kecepatan reaksi
hidrolisis akan meningkat dua kali lebih cepat setiap kenaikan suhu 10
o
C. Dengan penggunaan suhu yang lebih tinggi, maka waktu reaksi
dapat diminimalkan. (Groggins, 1958). Penggunaan suhu tinggi juga
dapat meminimalkan penggunaan katalis sehingga biaya operasional
lebih ekonomis.
b. Waktu
Waktu reaksi mempengaruhi konversi yang dihasilkan. Semakin
lama waktu reaksi, maka semakin tinggi pula konversi yang di hasilkan.
Hal ini disebabkan oleh kesempatan zat reaktan untuk saling
bertumbukan dan bereaksi semakin besar, sehingga konversi yang di
hasilkan semakin tinggi.
c. Tekanan
Tekanan reaksi mempengaruhi konversi yang dihasilkan. Semakin
besar tekanan untuk reaksi, maka semakin tinggi pula konversi yang di
hasilkan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kemungkinan zat
reaktan untuk saling bertumbukan dan bereaksi, sehingga konversi yang
di hasilkan semakin tinggi.
d. Katalis
Penggunaan katalis pada reaksi hidrolisis dilakukan pertama kali
oleh Braconnot pada 1819. Beliau menghidrolisis linen (selulosa)
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
CPO dan CPKO yang diekspor selalu mengalami penurunan semenjak tahun
2010 (KEMENPERIN, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan
industri hilir sebagai bagian dari industri dalam negeri, dan program hilirisasi
oleh pemerintah telah berhasil dilaksanakan. Pada tahun 2016, hampir semua
negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia pun mengalami penurunan
kecuali Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa (GAPKI, 2016).
Penurunan permintaan minyak kelapa sawit terjadi akibat pergeseran
program industri masing-masing negara. Sehingga banyak pemain industri
minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit yang bergeser menjadi pemain
industri oleokimia. Selain untuk memenuhi permintaan pasar global, hal ini juga
untuk memenuhi kebutuhan oleokimia dalam negeri seabgai bentuk upaya
pembangunan keekonomian Indonesia. Beberapa pemain swasta yang
berkiprah di bidang oleokimia di Indonesia adalah Unilever, Wilmar, dan
Permata Hijau Group.
Universitas Indonesia
18
cell/mL (Xinyao Liu et al, 2011). Selain itu, penggunaan bakteri E. coli juga
mengalami perkembangan, yaitu dikembangkannya stain E. coli yang mampu
menghasilkan asam lemak sebagai produk ekstraselular. Selain memudahkan
proses pemisahan produk, hal ini juga meningkatkan keekonomian proses
produksi asam lemak berbasis mikroba karena meminimalisasi kebutuhan
pengkulturan dan pemisahan biomassa. (Hui Liu et al, 2012).
Pada studi jurnal untuk mendapatkan asam lemak dari Mortierella
isabellina menggunakan CO2 superkritis dan compressed LPG, metode
ekstraksi baru sedang dikembangkan. Seperti penggunaan solven yang lebih
modern, dalam hal ini CO2 superkritis dan compressed LPG. Kedua solven ini,
terutama CO2 superkritis, terbukti memiliki yield asam lemak yang lebih baik
jika dibandingkan dengan metode ekstraksi konvensional menggunakan n-
heksana dan dietil eter, maupun metode konvensional lainnya seperti
homogenisasi menggunakan kloroform dan metanol, autoklaf, HCl digestion,
sonikasi, bead-beating, dan ekstraksi microwave.
Yield maksimum asam lemak sebesar 361 mg/g minyak didapatkan dari
ekstraksi CO2 superkritis pada suhu 40 C dan tekanan 150 bar sangat lebih
besar dibandingkan dengan metode ekstraksi menggunakan n-heksana dan
dietil eter yang hanya memiliki yield sebesar 6,6 sampai 10,2 mg/100 g minyak
dan homogenisasi menggunakan kloroform dan methanol yang memiliki yield
0,4 3,4 mg/100 g minyak.
Universitas Indonesia
19
3. BAB 3.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997. Chemical Reactions of Oil, Fat and Fat based Products (diakses dari
http://journeytoforever.org/biofuel_library/chemoils.html 04 Oktober 2017
Pukul 09.45 WIB)
ASEAN Oleochemical Manufacturers Group, 2012, Introduction to Oleochemical,
[ONLINE], Tersedia di: http://aomg.org.my/ [Diakses pada 5 Oktober 2017]
Day, R. A., Jr, and Underwood, A.L., 1993, "Analisa Kimia Kuantitatif", edisi 4,
Erlangga, Jakarta.
Durrant, P.J., 1959, "Organic Chermstry", 7th edition, p.333-497, Longmans Green
and Company Ltd, Glasgow.
EU, 2012, European Oleochemicals & Allied Products Group Public Hearing,
[ONLINE] Tersedia di:
http://www.europarl.europa.eu/hearings/20060601/itre/decooman_en.pdf/.
[Diakses pada 5 Oktober 2017]
Fauzi S. 2006. Teknologi Oleokimia. Medan: Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
Fessenden and Fessenden, 1997, "Dasar Dasar Kimia Organik", p. 77 614.
Binarupa Aksara, Jakarta.
GAPKI. 2016. Refleksi Industri Kelapa Sawit Tahun 2016 dan Prospeknya di
Tahun 2017. [ONLINE] Available at: https://gapki.id/refleksi-industri-
kelapa-sawit-2016-prospek-2017/ [Accessed 27 August 2017]
Groggins, P.H., 1985, "Unit Process in Organic Synthesys", 5th edition, p.751
783. Mc Graw Hil Kogakusha Co. Ltd., Tokyo.
Gunstone, F.D, John Hamilton, Richard. 2001. Oleochemical Manufacture and
Application. Sheffield Academic Press
Haupt, D. E.; Drinkard, G.; Pierce, H. F. 1984. Future of Petrochemical Raw
Materials in Oleochemical Markets. Journal of the American Oil Chemists
Society
Hawk-Oser-Summerson, 1951,"Practical Physiological Chemistry", 12th edition,
p. 73 79, Mapple Press Company, Philadelphia.
Hui Liu. 2012. Production of Extracellular Fatty Acid Using Engineered
Escherichia coli. Microbial Cell Factories 11:41.
K. Hill. Fats and Oils as Oleochemical Raw Materials, IUPAC,1257 1258.
(2000).
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia