Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam kebudayaan bangsa Indonesia, profesi guru mempunyai kedudukan paling


tinggi dan dihormati oleh masyarakat. Masyarakat jawa mengenal ungkapan guru, ratu,
wong tuwo karo artinya adalah taatilah pertama-tama gurumu, lalu rajamu, kemudian kedua
orang tuamu. Penghargaan guru tersebut juga terjadi pada masa kolonial, dimana status
profesi guru mempunyai kedudukan yang terhormat karena itu guru dihargai oleh
masyarakat. Mereka dianggap panutan masyarakat, pemimpin masyarakat, dipanggil ndoro
guru dengan status ekonomi yang cukup tinggi. Pada masa kolonial, memang status profesi
guru relatif tinggi.
Pada masa penjajahan Jepang, sang guru mendapat kehormatan dengan julukan Sensei
yang sesuai dengan kebudayaan Jepang dimana guru mempunyai kedudukan sosial yang
sangat dihormati. Selanjutnya pada masa pasca kemerdekaan sekitar tahun 1950-an, profesi
guru pernah menjadi dambaanorang. Dalam berbagai daerah, ambil contoh di kawasan
Indonesia Timur, yang dicari adalah pegawai negeri atau guru.
Dengan perkembangan jaman dan pola fikir masyarakat, terjadilah pergeseran anggapan
tentang guru, berkaitan dengan perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.
Profesi guru bukanlah merupakan pilihan utama dan bergensi, bahkan status profesi guru
lebih rendah dibandingkan dengan profesi lain seperti dokter, hakim, teknisi, dan bahkan
buruh sekalipun. Profesi guru semakin terpuruk, khususnya guru Sekolah Dasar (SD) yang
terkesan terbelakang kesejahteraannya. Padahal keprofesian guru menuntut kecakapan dan
usaha intelektual yang tinggi, serta pendidikan formal yang cukup tinggi.
Selain itu, Guru juga mempunyai peranan penting di dalam memperjuangkan dan
merebut kemerdekaan. Namun tidak banyak orang yang mengetahui hal tersebut. Oleh sebab
itu, makalah ini di tulis untuk menjelaskan bagaimana pentingnya tokoh seorang guru dan
seberapa besarnya peranan guru di dalam berjuang melawan penjajah.

SPJD PGRI 1
2.1 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih
mendalam tentang materi kuliah Sejarah Pendidikan Jati Diri PGRI yaitu tentang
Musyawarah Kerja Nasional & Hasil Mukernas

SPJD PGRI 2
BAB II

PEMBAHASAN

1.2 Musyawarah Kerja Nasional V 1999

Kongres adalah pertemuan besar para wakil organisasi ( politik, sosial,


profesi) untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan. Musyawarah dibutuhkan organisasi
guru untuk memecahakan permasalahan fundamental yang terjadi di dimasa demokrasi
liberal. Menjadi satu keharusan untuk memajukan organisasi PGRI ini agar tetap berkembang
dan memperjuangkan nasib-nasib guru.

Kongres V merupakan konsolidasi organisasi mulai nyata, lebih-lebih dalam


pelaksanaan ART, komisariat-komisariat daerah dibetuk beserta susunan pengurusnya.
Setelah itu, konferensi daerah (KONFERDA) mulai dilaksanakan. Jika pada mulanya
Konferda dilaksanakan di Jawa (Cirebon, Solo, Jember) pada Maret 1952, maka selanjutnya
KONFERDA meluas kepulau-pulau lainnya, misalnya 27 februari 1952 di Makassar, dan 20
Maret 1952 di Banjarmasin.
Disamping itu, Hasil nyata dari konsolidasi tersebut adalah masuknya 47 cabang di
Sulawesi dan Kalimantan ke dalam barisan PGRI, sedangkan sebanyak 2.500 orang guru
yang sedianya akan digaji berbeda-beda menurut ketentuan swapraja/swatantra dapat
tertolong dan digaji mengikuti standar yang seragam dari pusat. Sebelum melangkah ke
konsolidasi lebih lanjut, organisasi ini disibukkan oleh aksi guru yang menuntut kenaikan
honorrium dan mengenai tuntutan itu terdapat dua pendapat. Di satu pihak ada yang kurang
menyetujui aksi ini yang kemudian disusul dengan pertanyaan pengunduran diri pihak
tersebut dari PGRI. Dipihak lain (sebagian besar) mendukung tuntutan tersebut. Setelah
melalui sidang di parlemen, tuntutan (pihak yang kedua) dapat diterima. Dengan demikian,
PGRI berhasil memperjuangkan nasib para guru disekolah-sekolah lanjutan. Di samping
jumlah honorarium meningkat, maksimum jam ajar guru pun dikurangi.

A. Kongres V PGRI di Bandung pada 19-24 Desember 1950


Kongres V diadakan 10 bulan setelah Kongres IV di Yogyakarta. Selain untuk
menyongsong Lustrum I PGRI. Dapat dikatakan bahwa kongres tersebut merupakan
Kongres Persatuan untuk pertama kalinya cabang-cabang yang belum pernah hadir
sebelumnya datang pada kongres ini yang secara keseluruhan melibatkan 202 cabang dari

SPJD PGRI 3
301 cabang PGRI yang ada pada saat itu. Jika acara resepsi Kongres IV di Yogyakarta
diadakan di bangsal Kepatihan tanpa membayar sewa, maka kongres V di Bandung sudah
jauh lebih baik keadaanya. Resepsinya diadakan di Hotel Savoy Homann yang dibuka oleh
Ketua PB PGRI, Rh. Koesnan. Kongres ini juga dihadiri oleh perwakilan luar negeri yang
ada di jakarta. Rapat-rapat diadakan di Pusat Kebudayaan Jl. Naripan. Acara pun lebih
bervariasi karena dalam kongres ini dibicarakan suatu masalah yang prinsip dan fundamental
bagi kehidupan dan perkembangan PGRI selanjutnya yaitu asas organisasi ini: apakah akan
memilih sosialisme keadilan sosial ataukah pancasila dan akhirnya pancasila diterima sebagai
asas organisasi. Selain itu, didiskusikan pula bentuk pendidikan guru KPKPKB ( Kursus
Pengantar Kepada Persiapan Kewajiban Belajar), yang menurut penilaian peserta kongres
tidak sesuai dengan upaya peningkatan mutu pendidikan bangsa. Upaya mempersatukan guru
yang bersifat Non- (pro-Republik) dan Ko- (bekerjasama dengan belanda).
Bubarnya Negara RIS dan kembalinya NKRI memunculkan dua golongan yang
saling bertentangan dan saling mencurigai serta perbeaan pandangan yang tajam.
Kongres juga menugaskan Pengurus Besar (PB) PGRI agar dalam waktu singkat
melakukan segala usaha untuk menghilangkan perbedaan gaji antara golongan Non- (pro-
Republik) dan Ko- (bekerjasama dengan belanda) yang telah ditetapkan oleh peraturan
pemerintah. Hal ini terutama menyangkut penyesuaian gaji pegawai, disamping penghargaan
kepada kaum Non- dalam bentuk pembayaran uang pemulihan.
Untuk menyelesaikan masalah ini Kongres PGRI di Bandung menugaskan kepada
Pengurus Besar PGRI terpilih dalam Kongres V untuk secepatnya :
1. Melaksanakan penyesuaian golongan gaji pegawai berdasarkan Peraturan Pemerintah yang
telah ditetapkan.
2. Menyelesaikan pelaksanaan upaya pemberian penghargaan kepada golongan Non- dalam
bentuk pembayaran pemulihan.
3. Mendesak pemerintah agar segera menyusun peraturan gaji baru.
4. Mendudukan wakil PGRI dalam Panitia Penyusunan Peraturan Gaji Baru, baik secara
langsung maupn melalui Vaksentral.
Hasil perjuangan PGRI mengenai desakan menyangkut penyesuaian gaji pegawai,
dan penghargaan kepada kaum Non tersebut adalah :
1. Lahirnya PP 16/1950 tentang penyesuaian gaji baru.
2. Lahirnya PP 32/1950 tentang penghargaan kepada pelajar pejuang

SPJD PGRI 4
B. Konsolidasi Organisasi dan Hasil Pencapaian
Menjelang Kongres V dilaksanakan, jumlah cabang PGRI ada 301 dengan jumlah
anggota 39.000 orang. Hal ini menunjukan PGRI semakin berkembang. Oleh karena itu
konsolidasi organisasi perlu dilaksanakan terus-menerus sesuai dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga PGRI.
AD/ART harus mengantisipasi munculnya organisasi baru baik di dalam maupun
diluar PGRI. Membuka kemungkinan organisasi yang bernaung di bawah PGRI berperan
lebih aktif dengan pemberian peran yang lebih besar. Struktur organisasi disetiap jenjang
harus dapat mendukung gerak langkah organisasi yang lebih transparan, demokratis, dan
kolektif. Jika tidak para anggota akan mencari alternatif lain yang akan memungkinkan
mereka dapat dihargai, diakui, dan diberi kebebasan menyampaikan aspirasinya secara lebih
aktif. Struktur organisasi harus luwes sehingga daerah dapat memilih yang paling sesuai
dengan kondisi daerahnya dan perlu ada batasan dan koridor yang tidak boleh dilewaati.
Upaya-upaya konsolidasi yang dilakukan oleh PB PGRI hasil Kongres V membuahkan hasil
menggembirakan diantaranya sebagai berikut :
1. 47 cabang PGRI di Sulawesi dan Kalimantan masuk kedalam barisan PGRI.
2. 2.500 guru yang sedianya akan di gaji menurut ketentuan Swapraja/Swatantra tertolong dan
akhirnya digaji secara sama dari pusat.
3. Pada bulan April 1951 tuntutan PGRI kepada pemerintah tentang kenaikan guru Honorium
guru dikabulkan.
4. Mulai dilaksanakannya secara teratur Konferensi-konferensi daerah:
a. Maret 1951 Konferensi Daerah se-Jawa
b. 27 Febuari 1952 Konferensi Daerah di Makasar
c. 30 Maret 1952 Konferesni Daerah di Banjarmasin
d. PB PGRI mulai sering melakukan kunjungan ke pengurus-pengurus daerah atau cabang
PGRI
e. PB PGRI berhasil menerbitkan majalah Suara Guru sebagai alat komunikasi organisasi

Pada rapat ini diputuskan hal-hal antara lain seperti berikut:


1. Menegaskan kembali pancasila sebagai azaz organisasi.
2. Menugaskan PB PGRI agar dalam waktu singkat melakukan segala usaha untuk
menghilangkan perbedaan gaji antara golongan yang pro dan kontra Republik.
3. Melakukan konsolidasi organisasi dengan membentuk pengurus komisaris-komisaris daerah.
4. PGRI menjadi anggota Gabung Serikat Buruh Indonesia (SBSI).

SPJD PGRI 5
Kongres PGRI V mengandung dua momentum penting yaitu :
1. Menyambut Lustrum PGRI yang segenap berusia 5 tahun
2. Wujud rasa syukur dan sukacita yang mendalam karena SGI/PGI (Serikat Guru Indonesia
atau Persatuan Guru Indonesia) meleburkan diri dalam PGRI.
Kedua momentum ini mengandung makna bahwa Kongres ke V di bandung merupakan
Kongres Persatuan.
Kongres IV di Yogyakarta berhasil memilih Pengurus Besar PGRI dengan susunan
sebagai berikut:
Ketua I : Soedjono
Ketua II : M.E.Subiadinata
Sekretaris Jenderal : Moehamad Hidajat
Sekretaris Urusan Perburuhan : M.E. Soebiadinata
Sekretaris Urusan Pendidikan : Ibnutadji
Sekretaris Urusan Penerangan : J.M.S. Hutagalung
Sekretaris Urusan Keuangan dan Usaha : Moehamad Hidajat
Komisaris Umum dan Pendidikan : F. Wachendorff
Komisaris Umum dan Perburuhan : Alamsjahroeddin
Komisaris Umum dan Keuangan : M. Sastraatmadja
Komisaris Umum dan Usaha : Soemahardja
Redaksi Majalah Suara Guru : J.M.S. Hitagalung dan Soedjono
Komisariat-komisariat daerah yang dibentuk adalah seperti berikut:
1. Sumatra Utara : T.Z. Anwar
2. Sumatra Tengah : A. Manan
3. Sumatra Selatan : Noezoear
4. Jawa Barat : Jaman Soedjana Prawira
5. Jawa Tengah : Soenarto
6. Yogyakarta : Moh. Djomali
7. Jawa Timur : Soebandri
8. Sulawesi Selatan : A.N. Hadjarati
9. Jakarta Raya : Soemadi( Koordinator)
10. Kalimantan* : E. Simamongkiir ( digantikan Sjahran)
11. Sulawesi Utara* : E.A Parengkuan
12. Maluku* : O. Nanulaitta
13. Bali* : Made Mendra

SPJD PGRI 6
C. Lahirnya Organisasi-Organisasi yang Berasaskan Ideologi, Agama, dan Kekaryaan
1. Gejala Separatisme
Politik devide et impera yang diciptakan oleh penjajah belanda bertujuan untuk
memecah belah bangsa Indonesia. Dengan sengaja dan terencana pemerintah Belanda
membakar dan memperuncing sentimen rasa kedaerahan, agama, keturunan, Adat-istiadat,
lingkungan kerja, dan sebagainya. Pengaruh politik devide et impera itu sangat terasa dalam
memasyarakatkan dan banyak yang terpengaruh. Di dalam tubuh PGRI pun mulai nampal
gejala-gejala tersebut. Karena perasaan tidak puas, merasa aspirasinya belum tertampung,
kurang mendapat perhatian dan sebagainya, mulai ada kasak-kusuk dan keinginan untuk
mendirikan organisasi guru di luar PGRI, seperti: Ikatan PS/PSK Ikatan Direktur SMP/SMA,
Ikatan Guru CVO/DVO, mendirikan IGN, IGM, PGH, Persatuan Guru Tionghoa, dengan
alasan perbedaan politik, agama, dan etnis.
2. Usaha-usaha PGRI Mengatasi Gejala Separatisme
PGRI menanggapi gejala-gejala ini dengan penuh kebijakan, jiwa besar, dan
mempelajari penyebabnya. Usaha yang dilakukan PGRI dalam upaya mengatasinya adalah:
a. PB PGRI lebih meningkatkan konsolidasi organisaisi sampai ke daerah/cabang.
b. Membangkitakn kembali rasa persatuan dan kesatuan, jiwa semangat juang 45, melalui
berbagai kegiatan.
c. Menjelaskan hasil-hasil perjuangan PGRI dan program-program yang akan dilaksanakan.
Hasil yang telah dicapai antara lain:
1. Keberhasilan dalam menyelesaikan masalah PS/PSK yang berhasil mengecilkan wilayah
PS/PSk menerima uang jalan tetap dan kedudukannya dalam PGP baru yang lebih baik.
2. Pengurangan maksimum jam mengajar dalam seminggu, dan perbaikan honorarium.
3. Perbaikan nasib rekan-rekan guru yang berijazah CVO/DVO.
4. PGRI berhasil menyelamatkan guru dari bahaya perpecahan. Semua guru yang ingin
memisahkan diri dari PGRI akhirnya dengan penuh kesadaran kembali lagi kedalam barisan
dibawah naungan panji-panji PGRI.

SPJD PGRI 7
2.2 Hasil Mukernas
Peran Penting Guru Anggota PGRI dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

Kemajuan dunia pendidikan di tentukan oleh segenap pemangku pendidikan.


Pendidiakan bukan urusan semata belaka melainkan semua pihak harus peduli, ada
kesadaran dari partisipasi dan akhirnya ada tangung jawab dari semua pihak untuk
membangun dunia pendidikan berkualitas ( Musaheri : 2007)

Dalam membangun dunia pendidikan dewasa ini, memerlukan berbagai elemen yang
mendukungnya. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan sangat
diperlukan dalam era globalisasi saat ini. Dengan adanya pendidikan yang baik dan
benar, secara langsung kita telah mempersiapkan generasi masa depan yang yang
cemerlang dan kehidupan yang layak.

Dalam pendidikan, yang paling ditekankan adalah prosesnya, karena pendidikan


merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung dari diri
peserta didik karena itu pendidikan sangat menekankan pada proses, maka sebagai
pendidik kita harus mengetahui bahwa tumpuan utama pendidikan ada pada pendidikan
dan peserta didik.

Pendidikan merupakan proses pendewasaan bagi anak didik dan sebagai media
pengembangan segenap potensi yang dimiliki sehingga pada akhirnya anak didik
mampu mewujudkan cita-cita yang diinginkan. Dalam proses pendidikan Peserta didik
sangat memerlukan pertolongan dari seorang guru dalam bentuk bimbingan,
pembalajaran atau pelatihan supaya rohaninya (fikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani)
berkembang dan jasmaninya (fisik dan panca indra) tumbuh sehat. Disitulah urgensi
keberadaan guru sangat dipentingkan.

Kunci sukses pembelajaran adalah dengan menempatkan peserta didik sebagai subjek,
bukan objek pembelajaran. Pembelajaran bisa efektif bila menempatkan peserta didik
sebagai pusat kegiatannya. Sedangkan guru menghargai dan menghormati masing-
masing pribadi peserta didik, keunikan, kemampuan dan potensi belajar mereka.
Penerimaan apa adanya akan menciptakan suasana yang merdeka dan nyaman, sehingga

SPJD PGRI 8
dapat membangun relasi pribadi dengan guru dan temannya secara bebas dan terbuka.
Mereka akan selalu jujur mengekspresikan apa yang dirasakan di dalam hati dan
mengutarakan gagasan yang ada dalam pikirannya. Yang pada akhirnya proses
pembelajaran betul-betul mampu mengejawantahkan tujuan hakiki dari pendidikan
yakni memanusiakan manusia. Atau dalam bahasa yang berbeda bisa membentuk
manusia seutuhnya.

Guru harus mampu dan memiliki kepekaan menangkap kata-kata dan bagaimana cara
mengatakannya sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik. Disinilah diperlukan
kreatifitas dan kemampuan agar betul-betul bisa berbuat sesuai kebutuhan anak didik.
Akan menjadi mala petaka pendidikan jika tuntutan tersebut tidak bisa dipenuhi oleh
seorang guru. Dan dengan sendirinya apa yang menjadi pesan yang harus disampaikan
oleh guru tidak tersampaikan.

Dalam hal ini Guru tidak sekedar mendengarkan kata-kata yang terucap, tetapi juga
yang secara non verbal maksudnya ketika mendengarkan sikap guru tidak mengadili,
namun sungguh menempatkan diri sebagai pendengar yang baik. Guru juga harus
melaksanakan 4 kompetensinya diantaranya kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial
dan professional.

Guru sebagai tenaga inti kependidikan memiliki tanggung jawab untuk


mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal dan membangun pertumbuhan
yang dapat menunjang perkembangan peserta didik. Dengan demikian, guru harus
memiliki modal dasar penting dalam mengarahkan peserta didik untuk mencapai yang
diharapkan baik perkembangan ranah afektif, kognetif dan psikomotoriknya..

Dalam upaya mewujudkan hal tersebutlah peranan PGRI sebagai organisasi yang
menghimpun para guru diperlukan. PGRI dituntut bisa mengikuti perkembagan terbaru
dalam pendidikan. Sehingga dengan demikian PGRI lebih mudah untuk melahirkan
program-program yang sesuai dengan tuntutan masa kini. Yakni tuntutan pendidikan di
bawah gebrakan globalisasi dengan segala dinamikanya.

Artinya dalam konteks kekinian PGRI dituntut mampu menyusun program-program


yang dapat membantu meningkatkan kemampuan guru dalam segala aspek. Mulai dari

SPJD PGRI 9
kamampuan secara intelektual maupun kamampuan-kemampuan yang lain yang bisa
menambah kecakapan guru. Sebab dengan demikian sebagai organisasi guru, PGRI
akan mampu mambantu meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

Hal ini merupakan tugas penting PGRI sebagai organisasi guru dalam menyiapkan
guru-guru masa depan. Yakni guru yang betul-betul mampu menjadi tumpuan dalam
proses pembelajaran. Sebab masih diyakini bahwa proses pendidikan sangat ditentukan
oleh keberadaan seorang guru. Maka dalam melakukan proses tersebut profesionalisme
seorang guru menjadi prasyarat wajib menuju pendidikan yang bermutu, pendidikan
yang berkualitas. Yang pada akhirnya juga akan mampu menyiapkan kader-kader yang
berkualitas dan siap berdialektika dengan segala tuntutan keadaan baik yang dihadapi
maupun akan diihadapi..

1. Manfaat dan keuntungan dengan keterlibatan masyarakat profesi dalam pendidikan

- dalam meningkatkan kualitas dunia pendidikan tentunya memerlukan adanya


dukungan dari berbagai pihak salah satunya adalah masyarakat profesi yang bergerak
dan intent dalam dunia pendidikan. Salah satu elemen dari masyarakat profesi adalah
oganisasi profesi yakni PGRI (persatuan guru republik indonesia) yang mempunyai
peran strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan fokus perhatian pada
peningkatan profesionalisme guru disertai kesejahteraan yang ada melalui bimbingan,
pelatihan dan pengembangan mutu. Dengan terciptanya profesionalitas pada guru maka
sudah dipastikan guru tersebut mempunyai kompetensi dan kredibilitas tinggi dalam
meningkatkan mutu pendidikan saat ini. Karena bagaimanapun guru merupakan salah
satu ujung tombak dari dunia pendidikan. Selain dari pada itu :

- proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar

- pembangunan nasional akan segera tercapai / terlaksana

- akan tercipta suasana baru yang lebih berkreasi dan mengedepankan kehidupan yang
cara berfikirnya masih lawas.

SPJD PGRI 10
2. kerugian dan dampak yang ditimbulkan dengan tidak adanya keterlibatan masyarakat
profesi dalam pendidikan

- masyarakat Indonesia tidak akan pernah maju karena mudah terpengaruh oleh hal-hal
yang berbau negatif terutama masalah moral yang semakin hari moral masyarakat
Indonesia sangatlah memprihatinkan.

- Pergaulan bebas, yang saat ini sudah menjadi lumrah bagi masyarakat Indonesia
bukan hanya bagi anak-anak remaja tetapi bagi orang-orang yang sebenarnya sudah
tidak lazim lagi (orang yang lebih tua dari kita) mereka tidak pernah berfikir apakah
yang mereka lakukan sudah benar/ sangatlah pantas untuk dilakukan, ini sangat
berpengaruh sekali terhadap terhadap generasi penerus bangsa yang juga bisa
menghambat terlaksananya pembangunan nasional.

- Menurunnya minat / keinginan untuk menuntut ilmu, yang sangat menunjang masa
depan kita dan sangat berpengaruh terhadap berkembangnya bangsa Indonesia.

3. manfaat yang bisa dipetik jika guru dan calon guru menguasai dan mendalami
pengetahuan ke-PGRI-an

- mengetahui sejarah dan kiprah PGRI

- mengetahui struktur dan gambaran besar mengenai organisasi pgri

- sebagai langkah awal dalam mengevaluasi diri akan kekurangan pada dirinya

- sebagau bekal awal dalam meningkatkan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru.

- Sebagai wadah / tempat menuangkan ide ide kreatif

- pembangunan nasional akan segera terlaksana / tercapai.

SPJD PGRI 11
- Proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancer karena kedua belah pihak sudah
memahami dan mengerti tentang materi yang akan disampaikan.

- Tidak akan ada kebodohan yang merajalela dinegara kita, karena semuanya sudah
cerdas, jadi tidak mudah dibohongi oleh orang lain.

4. kegunaan dari keterlibatan guru jika menjadi anggota PGRI serta kaitannya dengan 4
kompetensi guru.

- dapat menciptakan PGRI yang fungsional terutama terhadap tuntutan perubahan dan
dapat menjawab tantangan yang dihadapi oleh guru yang pada gilirannya PGRI menjadi
organisasi yang dibutuhkan guru dan tenaga kependidikan lainnya serta berwibawa dan
disegani bagi organisasi lain yang peduli untuk kemajuan pendidikan.

- Membantu guru dalam kesulitan dalam banyak hal, mulai memperjuangkan


kesejahteraan dan juga meningkatkan kemampuan melalui program yang ada

3.2 Pengertian Otonomi Daerah & Daerah Otonomi


Otonomi Daerah
Otonomi Daerah artinya adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan masyarakat setempat, sesuai
dengan peraturan perundang undangan.

Hal ini mengandung suatu makna bahwa dalam urusan pemerintahan pusat yang
menjadi kewenangan pusat tidaklah mungkin bisa di lakukan dengang sebaik-baiknya
oleh pemerintah pusat guna kepentingan pelayanan umum pemerintahan dan
kesejahteraan rakyat di semua daerah.

Daerah Otonom
Daerah Otonom artinya adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-
batas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri, bedasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Bedasarkan rumusan di atas terdapat unsur-unsur yang terkandung dalam daerah


otonom

Unsur Daerah Otonom:

SPJD PGRI 12
1. Unsur Batas Wilayah
Artinya adalah bahwa suatu daerah harus mempunyai wilayah dengan batas-batas
yang jelas sehingga dapat dibedakan antara satu daerah dengan daerah yang lainnya.
Sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum, batas suatu wilayah adalah sangat penting
dan menentukan untuk menjamin kepastian hukum bagi pemerintah dan masyarakat
dalam melakukan interaksi hukum, misalnya dalam penetapan kewajiban tertentu
sebagai warga masyarakat serta pemenuhan hak-hak masyarakat sebagai warga
masyarakat serta pemenuhan masyarakat terhadap fungsi pelayanan umum
pemerintahan dan peningkatan kesejahteraan secara luas kepada masyarakat
setempat.

2. Unsur Pemerintahan
Dalam unsur pemerintahan ini, elemen pemerintah daerah adalah meliputi
pemerintahan daerah dan lembaga DPRD segbagai penyelenggara pemerintahan
daerah.
Eksistensi pemerintahan di daerah, berlandaskan atas legitimasi (seberapa jauh
masyarakat mau menerima dan mengakui kewenangan, keputusan atau kebijakan
yang diambil oleh seorang pemimpin), Undang-undang yang memberikan
kewenangan kepada pemerintah daerah, untuk menjalankan urusan pemerintahan
yang berwenang mengatur bedasarkan kreativitasnya sendiri.

3. Unsur Masyarakat
Dalam unsur masyarakat ini, masyarakat sebagai elemen pemerintahan yang dalam
artian merupakan kesatuan masyarakat hukum, baik gemeinschaft (biasanya terdapat
pada masyarakat desa) maupun gesselschaft (kehidupat masyarakat yang ditandai
dengan perhitungan untung rugi/kota), jelas mempunyai tradisi, kebiasaan, dan istiadat
yang turut mewarnai sistem pemerintahan daerah, mulai dari bentuk cara berpikir,
bertindak, dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat.

4.2 Hubungan PGRI dengan Bilateral & Multilateral

Hubungan luar negeri meliputi hubungan kerjasama dalam tingkat regional dan
internasional, diantaranya

A. Bilateral

Perjanjian bilateral , yaitu perjanjian yang diadakan oleh dua negara untuk
mengatir kepentingan kedua belah pihak. Kerjasama bilateral telah terbina dengan STU
(Singapura), Kurusapha (Thailand), JTU (Jepang), KFTA (korea selatan), AEU
(Australia), dan NUTP (Malaysia).

SPJD PGRI 13
Bentuk kerjasama PGRI dengan Luar Negeri dengan pertukaran pelajar dapat
dibuktikan dengan adanya sembilan mahasiswa IKIP PGRI Semarang praktik mengajar
di Malaysia. Pada tanggal 17 April sembilan calon guru IKIP PGRI Semarang dilepas
oleh rektor, Muhdi SH MHum untuk melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan di
beberapa sekolah setingkat SLTA di Johor Malaysia. Kesembilan mahasiswa tersebut di
antaranya berasal dari beberapa program studi antara lain Pendidikan Bahasa Inggris
(3), Pendidikan Matematika (2), Pendidikan Biologi (2), dan Pendidikan Fisika (2).
Praktek mengajar yang akan berlangsung selama 1 bulan tersebut merupakan salah satu
bentuk kelanjutan dari kerjasama yang dijalin antara IKIP PGRI Semarang dengan
Universitas Teknologi Malaysia.

Jajaran Pengurus dan Anggota PGRI Provinsi Gorontalo pada Agustus 2009 ini
kembali mendapat bagian menyelenggarakan Seminar Education Internasional (EI)-
PGRI Consortium Project. Kegiatan untuk yang ke-enam kalinya dilaksanakan di
daerah ini dipusatkan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo dari 7-9 Agustus 2009.
Sementara yang menjadi narasumber antara lain Koordinator EI Wilayah Asia Pasifik
Chusnul Savitri, Ketua PB PGRI Drs. H. Sugito, M.Si, Wakil Ketua PGRI Provinsi
Gorontalo Dra. Hj. Z. Mentemas Jusuf dan Ketua Lembaga Penelitian (LEMLIT) UNG
Prof. Dr. Hj. Ani M. Hasan, M.Pd. Seperti tahun-tahun sebelumnya peserta Seminar
merupakan utusan Pengurus dan Anggota PGRI Cabang dan Cabang Khusus se
Provinsi Gorontalo sebanyak 40 orang Guru, Dosen, Pengawas yang berasal dari
berbagai tingkatan pendidikan mulai dari TK, SD,SMP-SMA, Perguruan Tinggi, dan
Kepala Sekolah. Meski tidak sempat dihadiri Ketua PGRI Provinsi Gorontalo

Mahasiswa jurusan Bahasa Inggris FKIP Universitas PGRI Palembang bernama


Oktaryna terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar pada tahun
2010. Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumsel mengirimkan salah seorang
pelajar untuk mengikuti program tahunan Kementrian Dispora RI. Hal itu berkaitan
dengan upaya meningkatkan wawasan kebangsaan bagi Pemuda Indonesia. Program
kapal pemuda Asean Jepang (ship for east asia yourt program-SSEAYP).

Kemudian pada 14 Desember 2010 di Guangzhou, China, PGRI telah menandatangani


MoU dengan South China Normal University dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.

SPJD PGRI 14
Jumat, 12 Maret 2010, PGRI bersama ILO IPEC baru saja mengadakan kegiatan
Workshop Guru dan Murid dengan Tema Teachers-Students Workshop on
Eliminating Child Labour. Kegiatan ini dihadiri oleh Pekerja Anak yang berasal dari
dua SMA, dua SMK, dan 3 SMP PGRI, masing-masing sekolah mengirim 3 orang
pekerja Anak dan ketua OSIS, guru BP, dan Kepala Sekolah. Tujuan Workshop ini
adalah meningkatkan peran guru terutama guru Bimbingan KOnseling dan OSIS dalam
memberantas Pekerja Anak, serta usaha-usaha dalam mendorong pekerja anak agar
kembali ke sekolah. Kegiatan ini dibuka oleh Sekjen PB PGRI, dihadiri oleh 3 tamu
undangan dari ILO, Mr. Partrick Daru , Ms Arum Ratnawati, Mr. Abdul Hakim,
perwakilah YPLP DKI, perwakilan Pengurus PGRi Provinsi (Jawa Timur), dan
Pemgurus Besar lainnya. Koordinator Unifah Rosyidi Ketua bidang Kerjasama dan
Hubungan Luar Negeri, Pendidikan dan Pelatihan PB PGRI

Organisasi guru Indonesia dan Malaysia mendeklarasikan kerja sama untuk


memberikan sumbangan yang bermakna bagi pengembangan profesi guru, kemajuan
pendidikan, dan masyarakat kedua negara. Kesepakatan kerja sama itu ditandatangai
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistiyo dan
Presiden Persatuan Pendidikan Malaysia Dato Ibrahim Bin Ahmad Bajunid di Jakarta,
Rabu (13/10/2010). Sulistiyo mengatakan, kerja sama itu dilandasi adanya ikatan
kesejarahan, profesi, dan silaturahim yang kuat antara Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) dan Persatuan Pendidikan Malaysia (Perpema) dalam
mempertahankan dan membangun guru yang profesional, sejahtera, terlindungi, dan
bermartabat. Lewat kerja sama ini, penguatan profesionalisme guru bisa ditingkatkan
lewat pelatihan, penelitian, dan lain-lain. Ibrahim mengatakan, dalam pendidikan,
negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia sering kali merujuk pada teori-teori
pendidikan di negara Barat. Oleh karena itu, kedua negara harus bisa mengembangkan
dunia pendidikan yang tidak kalah dengan negara maju. Pendidikan itu netral, tidak
ada kaitan dengan naik-turunnya hubungan politik saat ini. Kerja sama lewat
pendidikan ini justru bisa jadi sarana untuk mencapai perdamaian, kata Deputi
Sekretaris Jenderal Perpema Ramanathan Perianan. Program yang akan segera
dilaksanakan antara lain kerja sama riset bidang pendidikan, latihan kepemimpinan,
serta membuat situs dan makalah bersama.

SPJD PGRI 15
Pada 5 Maret 2011 di Seoul, Korea Selatan PGRI melakukan Penandatanganan Kerja
sama dengan Korean Federation of Teachers Association. Kerja sama di antaranya
tentang Joint Research dan Workshop.

B. Multilateral

Perjanjian multilateral, yaitu perjanjian yang dilakukan oleh banyak negara untuk
mengatur kepentingan bersama negara peserta perjanjian tersebut.

1) Konvensi ILO/UNESCO

Tanggal 5 Oktober 1966 Konvensi ILO/UNESCO di Paris menghasilkan Status of


Teachers (Status Guru Dunia).Pemerintah RI dan PGRI (HM Hidajat dan Ir. GB
Dharmasetia) hadir dan menandatangani Konvensi ILO/UNESCO tersebut.

2) Education International (EI)

Education International (EI) adalah suatu serikat pekerja atau organisasi guru dan
personal pendidikan dengan 24.000.000 anggota. Mereka dalah para guru dan pekerja
di sektor pendidikan dari tingkat pra-sekolah sampai perguruan tinggi yang berasal dari
304 organisasi di 155 negara.

EI mempunyai hubungan kerja dengan UNESCO, termasuk IBE (international Buereau


of Edication atau Biro Pendidikan Internasional) serta memiliki status konsultatif
dengan United Nation Economics and Social Council (ECOSOC) ataunDewan
Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa Bangsa. Secara khusus, EI bekerjasama dalam
pelaksanaan kegiatan bersama dengan WHO, UNAIDS, ILO, World Bank, dan
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Hubungan tersebut memberikan kesempatan bagi EI dalam mempromosikan tujuan


guru dan pekerja pendidikan di forum internasional dan dalam memberikan masukan
dalam diskusi ketika sedang menyusun keputusan tentang kebijakan penting.

Program dan anggaran belanja EI diadopsi setiap tiga tahun oleh Kongres Dunia
Education International, yang dihadiri oleh semua organisasi anggota EI dan para
pengamat dari organisasi internasional serta lembaga-lembaga antara negara. Resolusi
kebijakan EI diadopsi dan Dewan Pimpinan Pusat dipilih di Kongres Dunia yang
terakhir diselenggarakan di Jontien, Thailand, pada bulan Juli 2001.

SPJD PGRI 16
Sekretariat Markas Besar atau Kantor Pusat EI teretak di Brussel Belgia. Kantor-kantor
kawasan terletak di Afrika (Lome, Togo), Asia Pasific (Kuala Lumpur, Malaysia), dan
Fiki, Eropa (Brussel, Belgia), Amerika Latin (San Jose, Cose Rica) dan Amerika Utara
dan Karibia(santalucia). Setiap 3 tahun sekali di tiap-tiap kawasan diselenggarakan
Konvereverensi Regional.

Secara khusus, EI bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan bersama dengan WHO,


UNAIDS, ILO, World Bank, dan Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD).

EI dibentuk pada tahun 1993 sebagai hasil penggabungan antara The International
Federation of Free Teacher Union (IFFTU) dan The World Confederation of
Organizations of The Teaching Profession (WCOTP).

Sekertariat pengurus EI bermarkas di Brussels, Belgia, yang dilengkapi dengan lima


departemen yaitu: pendidikan, serikat sekerja, hak asasi manusia dan keadilan,
pengembangan kerjasama, informasi dan administrasi. Kantor regional EI bermarkas di
Afrika (Lome, Togo), Asia (Kuala Lumpur, Malaysia), Pasifik (Fiji), Eropa (Brussels,
Belgia), Amerika Latin (San Jose, Costa Rica), Amerika Utara dan Karibia (ST. Lucia).
Konferensi regional diadakan setiap tiga tahun oleh negera-negara anggota EI di
kawasan yang bersangkutan untuk menyepakati program dan kegiatan.

Pada tahun 1999, EI mengumpulkan konsorsium yang terdiri dari rekan kerja sama
berikut: Lrarfrbundet(Sweden), Utdanningsfrbundet (Norway), Japan Teachers
Union (Japan), Australian Education Union(Australia) danNational Education
Association (USA)untuk bekerja sama dengan PGRI untuk menjadi sebuah organisasi
guru independen, demokratis dan efektif.

Agenda ini dimulai di dua propinsi pada tahun 2000, dan dalam tujuh tahun secara
bertahap meningkat menjadi 26 dari 33 provinsi. Program ini terutama menargetkan
para pemimpin tingkat provinsi dan kabupaten.

Pertemuan diadakan setiap tahun untuk mengevaluasi dan merencanakan setiap tahun
berikutnya dengan perwakilan dari organisasi bekerja sama lima.PGRI sekarang
memainkan peran aktif dalam gerakan buruh di Indonesia.

Tujuan PGRI mengikuti organisasi ini adalah:

SPJD PGRI 17
a) Memperkuat PGRI sebagai serikat pekerja guru.

b) Membuat organisasi yang lebih demokratis, independen, transparan dan


berkelanjutan.

PGRI mengikutsertakan dirinya dalam organisasi ini tentu memperoleh manfaat:

a) Membuat kesadaran serikat buruh, good governance, transparansi dan


akuntabilitas di semua tingkat organisasi.

b) Untuk mendapatkan alokasi anggaran 20% oleh pemerintah untuk pendidikan di


tingkat nasional dan daerah untuk dapat membahas masalah yang dihadapi oleh
pendidikan, guru, anak-anak, dan untuk mencapai pendidikan berkualitas untuk semua

c) Mempromosikan partisipasi perempuan dan pemimpin muda dalam proses


pengambilan keputusan dan semua kegiatan serikat.

d) Dibuat kolam pelatih terampil di tingkat kabupaten dan propinsi.

e) Berkaitan dengan keuangan organisasi dan membuat organisasi mandiri secara


finansial.

f) Peningkatan proses komunikasi dalam organisasi antara tingkat nasional, provinsi


dan kabupaten.

EI bertujuan untuk :

a) Melindungi hak profesional dan industrial dari para guru dan pekerja pendidikan;

b) Mempromosikan perdamaian, demokrasi, keadilan sosial, dan persatuan kepada


seluruh manusia si semua negara, melalui pembangunan pendidikan umum berkualitas
bagi semua.

c) Memerangi semua bentuk rasialisme dan diskriminasi dalam pendidikan dan


masyarakat.

d) Memberikan perhatian khusus bagi pembangunan peran kepengurusan dan


keterwakilan wanita di masyarakat, dalam profesi mengajar, dan dalam organisasi guru
dan pekerja pendidikan.

SPJD PGRI 18
e) Memastikan hak-hak kelompok kelompok yang terlemah seperti masyarakat
pribumi, etnik minoritas, migran dan anak-anak. EI bertujuan dan bekerja untuk
menghapuskan pekerja anak yang merupakan bagian penting dari hak asasi manusia.

Dalam organisasi ini, setidaknya 1.440 pemimpin dan anggota aktif dari 28 provinsi
akan memilikikesadaran dan pemahaman tentang hak dan tanggung jawab sebagai agen
perubahan baik sebagai guru dan anggota serikat serta keterampilan untuk bernegosiasi
dengan masing-masing kabupaten, provinsi dan pemerintah nasional untuk
meningkatkan anggaran pendidikan.

Keikutsertaan PGRI dalam organisasi ini dapat dibuktikan dengan lima tahun sekali
Kongres PGRI berhasil dilakukan, diantaranya di Palembang, Sumatera Selatan,
Indonesia, ditangani oleh Presiden Republik Indonesia dan Sekretaris Jenderal
Pendidikan Internasional. Pidato Fred Van Leeuwen sangat menyentuh penonton
termasuk presiden negara itu. Hal itu membuat presiden mengubah pidatonya di tempat,
dengan menambahkan instruksi untuk semua departemen

SPJD PGRI 19
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kongres V merupakan kongres persatuan, karenauntuk pertama kalinya cabang-


cabang yang belum pernah hadir sebelumnya datang pada kongres ini. Acaranya pun lebih
bervariasi karena dalam kongres ini membicarakan suatu masalah yang prinsip dan
fundamental bagi kehidupan dan perkembangan PGRI selanjutnya.
Hasil kongres V adalah:
1. Menegaskan kembali pancasila sebagai azaz organisasi.
2. Menugaskan PB PGRI agar dalam waktu singkat melakukan segala usaha untuk
menghilangkan perbedaan gaji antara golongan yang pro dan kontra Republik.
3. Melakukan konsolidasi organisasi dengan membentuk pengurus komisaris-komisaris daerah.
4. PGRI menjadi anggota Gabung Serikat Buruh Indonesia (SBSI).
Dan kongres V mengandung 2 momentum penting yaitu :
1. Menyambut lustrum PGRI yang segenap berusia 5 tahun.
2. Wujut rasa syukur dan suka cita yang mendalam karena SGI/PGI (Serikat Guru Indonesia
atau Persatuan Guru Indonesia) meleburkan diri dalam PGRI.
Kedua momentum ini mengandung makna bahwa kongres V di bandung merupakan kongres
persatuan. Kongres juga menugaskan PB PGRI agar dalam waktu singkat melakukan segala
usaha untuk menghilangkan perbedaan gaji antara Non (pro-republik) dan Ko (bekerja
dengan belanda) yang telah di tetapkan oleh peraturan pemerintah.

SPJD PGRI 20
DAFTAR PUSTAKA

http://sajaagus90.blogspot.co.id/2016/06/mukernas-
https://www.slideshare.net/waqhyoearryee1/pgri-sejak-lahirnya-orde-baru

SPJD PGRI 21

Anda mungkin juga menyukai