Anda di halaman 1dari 5

Nama : Novchella Safitri

NPM : 5020210

Kelas : 2E

Mata Kuliah : Ke-PGRI-an

Dosen Pengampu : Erwin Susanto, M.Pd

Hari, Tanggal : Selasa, 08 Juni 2021

Tugas !

Buat lah resume dari halaman 33-37!

7. PGRI pada Era Reformasi

a. Kongres PGRI XVIII di Bandung

Kongres PGRI XVIII diselenggarakan pada tanggal 25-28 November 1998 di Lembang
Bandung dengan tema "Reformasi Pendidikan dan PGRI dalam Memasuki Era Baru Abad 21".
Kongres PGRI XVIII dibuka oleh Presiden RI Prof. Dr. Ir. B.J. Habibie di Istana Negara, didampingi
Menteri Pendidikan Nasional dan dihadiri para Menteri Kabinet Reformasi pembangunan lainnya.

Pada waktu yang bersamaan dengan upacara pembukaan kongres di Jakarta bertempat di
Bandung di Gedung sasana Budaya Ganesha ITB (Institut Teknologi Bandung) diselenggarakan HUT
PGRI dan Hari Guru Nasional dan ternational yang dihadiri sebag pengurus besar PGRI. Gubenur
Jawa Barat, dan peserta kongres dari seluruh Indonesia. Ketika acara berlangsung "diramaikan" pula
oleh kehadiran para demonstran mahasiswa IKIP Bandung (UPI = Universitas Pendidikan Indonesia).

Berbeda dengan kongres-kongres sebelumnya, kongres PGRI XVIII mempunyai ciri khusus:
berlangsungnya dalam suasana gegap gempitanya semangat reformasi.

Sebagai organisasi perjuangan PGRI sangat aspiratif terhadap tuntutan perubahan dan
perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, oleh karena itu PGRI terpanggil untuk
menata kembali strategi perjuangannya.
Berdasarkan AD/ART PGRI, kongres adalah forum tertinggi organisasi dan pemegang
kedaulatan anggota dengan semangat reformasi kali ini dipercepat 8 bulan dari waktu seharusnya.
Berdasarkan hasil keputusan konferensi pusat ke 4 masa bakti XVII bulan Juli 1998, fungsi dan tugas
kongres adalah mengevaluasi laporan pertanggung jawaban Pengurus Besar (PB), menyempurnakan
AD/ART, menetapkan program umum organisasi, dan memilih Pengurus Besar yang baru.

b. Hal-hal yang muncul dan berkembang dalam kongres PGRI XVIII

Seluruh aktivitas selama kongres berlangsung dapat direkam berbagai hal yang muncul dan
borkambang antara tain Gebagat berikut:

1). Kongres PGRI XVIII merupakan kongres terakhir di penghujung abad XX yang penuh keprihatinan
dan ketidakpastian. Krisis ekonomi, krisis politik dan krisis kepercayaan yang mengakibatkan
jatuhnya pemerintahan Orde Baru. Reforhasi yang digulirkan oleh para mahasiswa dan kaum
cendekiawan menuntut dilakukannya perubahan di segala bidang seperti: politik, ekonomi dan
hukum. Hujatan terhadap mantan pejabat dan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).

Kondisi semakin tidak jelas, demonstrasi di kota-kota besar mengarah kepada kebrutalan,
pengrusakan dan penjarahan, akhimya krisis moral pada sebagian masyarakat pada titik yang
terendah. Hal ini merupakan tantangan bagi kaum pendidikan dan PGRI untuk mencari solusi agar
dapat keluar dari krisis tersebut.

2). Kongres PGRI XVIII menyepakati visi dan misi bersama, dengan mengadakan reformasi diri baik
secara kelembagaan, wawasan maupun tujuan.

Harkat, martabat dan status guru anggota PGRI temasuk kesejahteraannya merupakan
sorotan pokok dan perdebatan dalam kongres.

Guru di masa depan adalah bagian dari masyarakat madani yang memiliki martabat, harkat
dan status sosial yang memadai serta mempunyai kemampuan dalam melaksanakan tugasnya.

Disamping beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Disisi lain guru anggota PGRI
sebagai warga rcgara Indonesia perlu mendapatkan perlindungan hukum sesuai hak asasi manusia,
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 dan rekomendasi UNESCO dan ILO tahun 1966 tentang
status guru.

3). Dalam sejarah PGRI sesudah 53 tahun berkiprah ada satu hal yang, menarik dari peristiwa sejarah
itu. Kongres PGRI XVIII tahun 1998 memutuskan PGRI kembali ke jatidirinya semula yaitu sebagai
organisasi - perjuangan, organisasi profesi dan organisasi ketenagakerjaan. Adapun sifat PGRI adalah
unitaristik, independen, dan tidak berpolitik praktis (Lihat ADIART PGRI Pasal 1).

Keputusan kongres PGRI XVIII memberikan nuansa baru bagi kehidupan PGRI, tidak terikat
dan mengikatkan diri pada kekuatan politik manapun, sedangkan secara individu bebas untuk
menyalurkan aspirasi politiknya sesuai dengan hati nurani masing-masing.

4). Pemilihan Pengurus Besar masa bakti XVIII merupakan klimaks dari kongres XVIII. Pemilihan
dilaksanakan dengan pemungutan suara (voting) secara bebas, langsung dan rahasia mengingat
jumlah suara begitu besar (741) suara untuk memudahkan dari 27 Provinsi dibagi menjadi 4
kelompok, masing-masing 1 tempat pemungutan suara (TPS). Sesuai tata tertib pemilihan, diawali
memilih calon ketua umum, Pada pemilihan calon ketua umum hanya muncul dua kandidat, yaitu:
Prof Dr. H. Mohamad Surya dari Jawa Barat dan Drs. Alwi Nurdin, M.M. dari Jakarta. Dari pemilihan
ini suara terbanyak diraih oleh Prof. Dr. H. Mohamad Surya.

Sedangkan pemilihan calon para ketua kandidat yang muncul cukup banyak. Setelah
perhitungan suara terbanyak masing-masing sebagai

(a) Dr. H. Alwi Nurdin, M.M. berikut:

(b) Drs. W.D.F. Rindorindo

(c) Drs. Sockarno

(d) Prof. Dr. Amran Halim

(e) Kocsrin Wardoyo, S. IP. SH.

(f) Dr. Drs. M. Alli SH., Dip. Ed., M. Sc.

Dari 6 orang terpilih sebagai ketua 4 orang baru dan 2 orang lama yaitu Drs. W.D.F
Rindorindo, yang sebelumnya menjabat sebagai sekretaris jenderal dan Prof. Amran Halim yang
pemah menjadi ketua pada masa bakti XV. Kandidat yang muncul pada pemilihan Sekretaris Jenderal
sejumlah 8 orang, suara terbanyak diraih oleh Drs. H. Sulaiman SB Ismaya, yang sebelumnya adalah
menjabat wakil Sekretaris Jenderal pada masa bakti XVII.

c. Menetapkan PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan dalam Memasuki Era Baru Awal Abad XXI

1). Visi dan Misi PGRI

(a). Visi PGRI


Abad 21, adalah abad yang sarat dengan kemajuan, penuh tantangan, persaingan bebas
dalam suasana yang semakin semarak- nya proses demokrasi keterbukaan, pelaksanaan hak azasi
manusia dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan hidup.

Berdasarkan kondisi dan tantangan masa depan yang harus dihadapi serta tujuan dan cita-
cita perjuangan organisasi maka PGRI harus menjadi organisasi guru yang kuat, berwibawa, terper-
caya, solid, profesional, mempunyai peran penting dalam pengam- bilan kebijaksanaan
pembangunan pendidikan, pengembangan keguruan dan ilmu pendidikan di Indonesia.

PGRI berkewajiban membina dan meningkatkan kemampuan profesionalisme anggotanya


agar menjadi tenaga kependidikan yang memiliki profesionalitas yang tinggi, demokratis,
memperoleh kehormatan dan penghargaan sesuai harkat martabatnya,

(b). Misi PGRI

PGRI sebagai organisasi profesi mengemban misi:

(1). Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, membela dan
mempertahankan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 setia mewujudkan cita- cita
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

(2). Menyukseskan pembangunan nasional khususnya pem- bangunan pendidikan dan kebudayaan
yang berlandaskan pada asas demokrasi keterbukaan, pengakuan dan penghor- matan atas hak azasi
manusia memotivasi untuk mampu berdiri diatas kaki sendiri, penuh percaya diri, bebas dan sifat
keter. gantungan pada siapa pun juga. Azas kemandirian ini menuntu pula kokohnya rasa persatuan
dan kesatuan, penuh dedikasi semangat keria keras, berlandaskan pada asas kebersamaan dalam
mitra kesejajaran.

(3). Non politik, Sebagai organisasi PGRI tidak terikat atau mengikat kan diri pada salah satu
kekuatan sosial politik maupun. PGR memberikan kebebasan kepada individu anggotanya untuk
menyalurkan aspirasi politiknya tanpa meninggalkan asas dan jatidiri PGRI,

(4). Kejuangan. PGRI sebagai organisasi perjuangan mengemban amanat cita-cita Proklamasi 17
Agustus 1945 yang dilandas jiwa, semangat dan nilai-ni1ai 1945 dengan penuh rasa tanggung jawab,
menegakkan dan melaksanakan secara akti hakekat dan perwujudan cita-cita nasional bangsa
Indonesia C. yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

(5). Manfaat. Sebagai wadah tempat terhimpunnya para guru dar tenaga kependidikan lainnya, PGRI
berusaha memberikar maniaat yang sebesar-besarnya baik bagi organisasi maupur masyarakat
tanpa harus merugikan dan menggangu hak da kepentingan orang lain. Kemanfaatan diarahkan juga
bad peningkatan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara

(6). Kebersamaan dan kekeluargaan. Asas kebersamaan menimbu kan sikap saling menghargai,
saling memahami, saling asit saling asah, dan saling asuh. Azas kekeluargaan memberika pedoman
agar saling menghormati dan saling tenggang rasa yang muda menghormati yang tua, yang tua
menjadi telada yang muda, konsekuen, menegakkan moral dan akhlak.

(7). Kesetiakawanan sosial. Kepakaan tactiadag taad fingkungan, ketddapan anggota dan
penderitaan ora semangat rela berkorban untuk kepentingan orang lain an, yang sangat
memerlukan.

(8). Keterbukaan. Sikap keterbukaan untuk menunbuhkan rasa tanggung jawab diantara sesama
anggota, sesama pengurus diantara anggota pengurus menumbuhkan kepercayaan, menghindarkan
kecurigaan dan meningkatkan kepedulian. Keterbukaan adalah salah satu wujud kejujuran dan
tegaknya keadilan.

(9). Keterpaduan dan kemitraan. sesama rekan seperjuangan sesama organisasi


kemasyarakatan,sesama oengabdi masyarakat, bangsa dan negara dikembangkan sikap kemitraan yg
saling menguntungkan, saling membantu, saling bekerja sama bahu membahu. Keterpaduan dengan
berbagai dimerei sama dupan saling menunjang antara sesama anggota yang rasa kemitraan dan
dengan pemerintah serta segenap lapisan masyarakat

(10). Demokrasi. Asas demokrasi yang berdasarkan nilai-nilai Jubur yang terkandung dalam Pancasila
dan asas-asas universal keadilar, kebenaran, dan kemanusiaan bebas berpendapat bebas
menyalurkan pendapat bebas membela dan memper- tahankan hak asasi sendiri akan tetapi
berkewajiban pula untuk menegakkan dan menghormati hak asasi orang lain.

Anda mungkin juga menyukai