Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI

PADA PASIEN DAN KELUARGA

15
15
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hinayahnya sehingga Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Banyumanik Semarang
dapat menyelesaikan penyusunan Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Pada Pasien dan
Keluarga
Tujuan dari pembuatan kumpulan Materi Edukasi ini adalah sebagai bahan materi
pendidikan kesehatan bagi petugas kesehatan untuk pasien dan keluarga pasien, mengenai
berbagai jenis penyakit dan perawatan yang dibutuhkan sesuai jenis penyakit atau perawatan
yang sedang dijalani pasien. Serta sebagai bentuk pertanggungjawaban Tim PKRS Banyumanik
Semarang kepada pihak-pihak terkait dalam menyediakan bahan/ materi pendidikan kesehatan.
Harapan kami semoga kumpulan Materi Edukasi ini membantu petugas kesehatan
(perawat), sehingga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kumpulan Materi Edukasi ini menjadi bahan bacaan petugas kesehatan, maka kami
mengharapkan kritik dan saran sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun isi buku ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Semarang, Desember 2015

16
16
BAB I
PENGERTIAN

A. Informasi
Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang komunikator kepada
komunikan. Menurut Rakhmat(1986), proses informasi meliputi empat tahap, yakni :
1. Tahap Sensasi
Tahap sensasi merupakan tahap yang paling awal dalam penerimaan informasi
melalui alat indera, sehingga individu dapat memahami kualitas fisik lingkungannya.
2. Tahap Persepsi
Setelah tahap sensasi selanjutnya individu mepersepsikan objek, peristiwa, ataupun
hubungan-hubungan yang diperoleh, kemudian menyimpulkan atau menafsirkan
informasi tersebut.
3. Tahap Memori
Sensasi yang telah dipersepsikan oleh individu direkam oleh memori. Memori
berperan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Dengan
memori inilah informasi dapat direkam, disimpan dan kemudian digunakan kembali,
jikadiperlukan.
4. Tahap Berfikir
Tahap terakhir proses pengolahan informasi adalah berpikir, yang mempengaruhi
penafsiran individu terhadap stimulasi. Berpikir dilakukan untuk memahami realitas
dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan persoalan dan menghasilkan
pengetahuan baru.
Proses pengolahan informasi ini akan dapat menimbulkan suatu perubahan pada
sikap atau tindakan individu. MenurutAristoteles, informasi dapat digunakan sebagai alat
persuasi. Informasi dapat digunakan untuk membujuk dan mempengaruhi perilaku
manusia, atau untuk mengubah perilaku manusia, sesuai yang diinginkan pemberi
informasi. Melalui informasi individu mendapatkan pengetahuan.

B. Edukasi
Edukasi Kesehatan adalah kegiatan upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan
17
perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku
17
hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan status kesehatan peserta, mencegah
timbulnya kembali penyakit dan memulihkan penyakit. Menurut Ross, pendidikan yang
berusaha mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku, lebih penting dibandingkan hanya
sekedar memberikan informasi tanpa disertai usaha pembentukan sikap dan perubahan
perilaku nyata. Haloran menyatakan bahwa interaksi dengan tatap muka langsung antara
pihak penerima pesan dan pihak penyampai pesan merupakan intervensi dua arah yang
lebih memungkinkan untuk menghasilkan perubahan perilaku. Dengan demikian
peningkatan pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah sikap akan lebih efektif jika
disampaikan dengan cara tatap muka langsung.
Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan
cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan
kesadaran dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan
kesehatan (Penkes). Memang dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan
perilaku masyarakat memakan waktu yang lama. Namun demikian bila perilaku tersebut
berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng, bahkan selama hidup dilakukan.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi
atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk
kesehatan.

18
18
BAB II
RUANGLINGKUP

Ruang lingkup pemberian informasi dan edukasi dapat dilihat dari berbagai dimensi,
antara lain :
A. Sasaran Pendidikan Kesehatan
1. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
2. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
3. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.
B. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Menurut tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai
tempat. Dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya:
1. Pendidikan kesehatan di Sekolah, dilakukan di Sekolah dengan sasaran murid dan guru.
2. Pendidikan kesehatan di Rumah Sakit, dilakukan di Rumah Sakit dengan sasaran pasien,
keluarga pasien, pengunjung, petugas rumah sakit dan masyarakat sekitar rumah sakit.
3. Pendidikan kesehatan di Posyandu, dilakukan di Posyandu dengan sasaran masyarakat
sekitar.
C. Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan
Tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima
tingkat pencegahan (five level prevention) dari Leaveland Clark, sebagaiberikut :
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan, misalnya dalam peningkatan
gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, hygiene perorangan, dan
sebagainya.
2. Perlindungan Khusus (Specifik Protection)
Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini
pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama dinegara-negara berkembang. Hal ini
karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan
terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya masih rendah.
3. Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di
19
dalam masyarakat. Bahkan kadang-kadang
19 masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan
diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan
kesehatan yang layak. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada tahap
ini.
4. Pembatasan Cacat (Disability Limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan
dan penyakit, seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya
sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan
yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat
mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan
untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu pendidikan kesehatan juga diperlukan pada
tahap ini.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat.
Untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan-latihan tertentu.
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak atau segan
melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah
sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi
pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal.
Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat
tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
Rumah Sakit dalam memberikan materi dan proses edukasi pada pasien dan keluarga minimal
berupa topic sebagai berikut :
1. Penggunaan obat-obatan yang didapat pasien secara efektif dan aman, termasuk potensi
efek samping obat.
2. Penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman.
3. Potensi interaksi antara obat yang diresepkan dengan obat lainnya, serta makanan.
4. Diet dan nutrisi.
5. Manajemen nyeri dan teknik rehabilitasi.

20
20
BAB III
TATA LAKSANA

Dalam memberikan pelayanan informasi dan edukasi pada sasaran (pasien, keluarga,
pengunjung, dll) harus menggunakan komunikasi yang efektif agar tepat, akurat, jelas dan
mudah dipahami oleh sasaran, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalah pahaman).
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi).
Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan di dalam rumah sakit, yaitu :
a. Jam pelayanan.
b. Pelayanan yang tersedia.
c. Cara mendapatkan pelayanan.
d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
Akses informasi ini dapat diperoleh melalui Petugas Pendaftaran (Admission) dan Website.
Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi), yaitu :
a. Edukasi tentang obat.
b. Edukasi tentang penyakit.
c. Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari.
d. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas
hidupnya pasca dari rumah sakit.
e. Edukasi tentang gizi.
Akses untuk mendapatkan materi edukasi melalui unit PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit).
Pemberian edukasi dan informasi diberikan oleh semua petugas yang ada di Rumah Sakit baik
petugas medis maupun non medis. Edukasi dapat diberikan kepada siapa saja yang berada di
lingkungan Rumah Sakit maupun di luar Rumah Sakit.
Dalam pemberian materi atau pesan yang akan diberikan kepada sasaran harus
disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan pasien keluarga dan masyarakat, sehingga dapat
dirasakan langsung manfaatnya. Sebelum melakukan edukasi, langkah awal petugas harus
menilai kebutuhan edukasi pasien dan keluarga (asesmen) berdasarkan :
a. Identitas dasar pasien.
b. Kemampuan berbicara.
c. Perlu penerjemah atau tidak.
21
d. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
21
e. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
f. Hambatan emosional (depresi, senang atau marah) dan motivasi
g. Keterbatasan fisik dan kognitif.
h. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
Secara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi
dengan pasien, yaitu :
1. Materi informasi yang disampaikan pada pasien/keluarga
a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit
saat pemeriksaan).
b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.
c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis,
termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi.
d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis.
e. Prognosis.
f. Dukungan (support) yang tersedia.
2. Siapa yang diberi informasi
a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan.
b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.
c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggungjawab
atas pasien jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri
secara langsung.
3. Kapan menyampaikan informasi
Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan.
4. Dimana menyampaikannya
a. Ruang praktik dokter.
b. Bangsal/ruangan tempat pasien dirawat.
c. Ruang diskusi.
5. Bagaimana menyampaikannya
a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui
telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos,
faksimile, sms, internet.
b. Persiapan, meliputi:
1) Materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis
sudah disepakati oleh tim).
2) Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang
22 tv, radio atau telepon.
lalu lalang, suara gaduh dari
22
3) Waktu yang cukup.
4) Media yang digunakan, seperti leaflet, lembar balik, dll.
c. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana pengertian pasien/keluarga
tentang hal yang akan dibicarakan, informasi yang diinginkan dan amati kesiapan
pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan.
Ada 4 (empat) langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi, yaitu
SAJI.
S : Salam
A : Ajak Bicara
J : Jelaskan
I : Ingatkan
Salam :
Beri salam dan sapa, tunjukkan bahwa petugas kesehatan bersedia meluangkan waktu untuk
berbicara dengan pasien/keluarga.
Ajak Bicara :
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien/keluarga
mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa petugas kesehatan
menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Petugas
kesehatan dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali
informasi.
Jelaskan :
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya dan yang
akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang
keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas.
Ingatkan :
Pemberian informasi dan edukasi yang dilakukan bersama pasien mungkin memasukkan
berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Dibagian akhir percakapan,
ingatkan pasien/keluarga untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru.
Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap
hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan pesan-
pesan kesehatan yang penting.

Pendukung dalam pelaksanaan pemberian materi edukasi dengan menggunakan 2


metode, yaitu :
1. Secara langsung (tanya jawab, seminar, ceramah, demonstrasi)
2. Tidak langsung (leaflet, lembarbalik, pemasanganposter, papan pengumuman, media
elektronik, majalah, dll).
23
Metode yang diberikan untuk pasien rawat 23
inap dapat menggunakan teknik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan teknik tanyajawab, ceramah, demonstrasi, dan
pemberian leaflet. Sedangkan pemberian edukasi dan informasi untuk pasien rawat jalan dapat
melalui tatap muka, pemberian leaflet, pemasangan poster, papan pengumuman dan media
elektronik.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi kepada sasaran diharapkan komunikasi
yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Pada tahap selanjutnya
diperlukan proses verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang
diberikan. Pemahaman yang ditunjukkan oleh pasien dan atau keluarga dapat diwujudkan dalam
bentuk :
1. Mengulangi materi yang diberikan.
2. Mendemonstrasikan/memperagakan ketrampilan yang diajarkan.
3. Mampu menunjukkan perubahan perilaku sesuai yang diajarkan.
4. Bila kesulitan dengan bahasa, pasien dapat menggunakan bahasa isyarat atau dengan
melibatkan keluarganya.
Berikut ini contoh petugas kesehatan melakukan verifikasi tentang edukasi dan informasi
kepada pasien dan keluarga :
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik
dan senang, maka verifikasi yang dilakukan dengan menanyakan kembali edukasi yang
telah diberikan.
Pertanyaannya adalah : Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang
Bapak/Ibu bisa pelajari?.
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan
pertanyaan yang sama: Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang
bapak/ibu bisa pelajari?.
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan
emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali
sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami.
Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau dating langsung ke kamar pasien setelah
pasien tenang.
Setiap petugas kesehatan dalam memberikan informasi dan edukasi kepada pasien wajib
untuk mengisi formulir edukasi dan informasi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara
dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan
keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar.

24
24
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Pengertian
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan
berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan dan berguna untuk kepentingan klien, tim
kesehatan, serta kalangan perawat sendiri. Dokumentasi dalam Bahasa Inggris berarti
satu atau lebih lembar kertas resmi dengan tulisan diatasnya.
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka, baik
berbentuk tulisan maupun berbentuk rekaman lainnya seperti pita suara/kaset, video,
film, gambar dan foto. Pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga
perlu didokumentasikan oleh tim kesehatan yang telah memberikan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan pasien.

B. Tujuan
Dokumentasi yang dikomunikasikan secaraakurat dan lengkap dapat berguna
untuk membantu koordinasi asuhan yang diberikan oleh timkesehatan, mencegah
informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah
tumpang tindih, bahkan samasekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan
meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan pada pasien. Dokumentasi asuhan
pada pasien dibuat untuk menunjang tertibnya administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

C. Dokumentasi Pelaksanaan Pemberian Informasi dan Edukasi di Rumah Sakit


Sebelum memberikan edukasi pada pasien/keluarga, penilaian kebutuhan edukasi
harus dikaji terlebih dahulu oleh Dokter dan petugas kesehatan lainnya. Kebutuhan
edukasi masing-masing pasien tidaklah sama, tergantung dengan kondisi pasien saat itu.
Kebutuhan edukasi pasien meliputi:
1. Tindakan pencegahan.
2. Intervensi diit.
3. Peralatan khusus.
4. Pencegahan resiko jatuh. 25
25
5. Manajemen nyeri.
6. Penyakit.
7. Pengobatan.
8. Transfusi darah.
9. Vaksinasi.
10. Pelayanan rohani, dll yang tertuang diform penilaian edukasi.
Setelah kebutuhan edukasi dikaji, selanjutnya menuliskan tujuan diberikan
edukasi tersebut, kemampuan belajar, kesiapan belajar, hambatan dan intervensi
mengatasi hambatan, metode pembelajaran, dan hasil yang dicapai. Cara
pendokumentasian untuk form penilaian edukasi hanya dengan menuliskan angka yang
tertera di dalam kolom Form RM Penilaian Edukasi ini wajib diisi oleh petugas
kesehatan saat menjelaskan penyakit dan disertakan tanda tangan serta nama terang.
Form RM Pemberian Informasi dan Edukasidi diisi oleh semua petugas
kesehatan yang melakukan asuhan pada pasien. Materi yang diberikan dapat ditulis di
kolom materi edukasi dengan menjabarkannya. Apabila materi tersebut di bukukan atau
bentuk leaflet dapat menuliskan kodebuku atau leaflet tersebut di kolom materi edukasi
dengan dibubuhkan tanda tangan pemberi edukasi (petugas kesehatan) dan penerima
edukasi (pasien/keluarga). Sedangkan untuk pemberian informasi dan edukasi di Rawat
Jalan hanya menuliskan apa yang telah disampaikan dikolom edukasi.

D. Dokumentasi Pelaksanaan Pemberian Informasi dan Edukasi di Luar Rumah Sakit


Kegiatan yang dilaksanakan oleh Petugas PKRS terkait pemberian informasi dan
edukasi di luar Rumah Sakit merupakan salah satu program untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap
pemeliharaan kesehatan. Jenis kegiatan yang rutin dilaksanakan Rumah Sakit seperti
Kegiatan Penyuluhan di ruang tunggu, promkes melalui audio/visual sentral, Posyandu
dan pendidikan kesehatan di sekolah. Semua kegiatan harus terdokumentasikan dalam
bentuk laporan kegiatan PKRS.

26
26

Anda mungkin juga menyukai