YOGYAKARTA
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Derajat Sarjana Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Oleh
A. SETYOWATI MERTIASENDHY
NIM : 05/184193/EKU/00150
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan
berjudul Perbedaan Asupan Zat Gizi Pre HD, Durante HD, dan Post HD pada
Penderita Penyakit Ginjal Kronik dengan Hemodialisis (HD) di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis
1. Prof. Dr. dr. Hardyanto Soebono, SpKK selaku Dekan Fakultas Kedokteran UGM
Yogyakarta.
2. Prof. dr. Hamam Hadi, MS., Sc.D selaku Ketua Program Studi SI Gizi Kesehatan
UGM Yogyakarta.
3. Ibu Susetyowati, DCN, M.Kes dan dr. Iri Kuswadi, Sp.PD-KGH selaku
pembimbing.
5. Tim HaDe (Bapak Sofiyandi, Azizah, Asih, Elin, V3) terima kasih atas
bersemangat.
dukungan dan pengorbanannya dengan tulus ikhlas. Sungguh, tak kan cukup
8. Semua pihak yang mendukung penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. i
INTISARI ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah.............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian................................................................ 3
E. Manfaat Penelitian.............................................................. 5
G. Hipotesis ............................................................................ 13
D. Instrumen Penelitian........................................................... 15
E. Variabel Penelitian.............................................................. 15
A. Hasil Penelitian................................................................... 19
B. Pembahasan ...................................................................... 27
A. Kesimpulan......................................................................... 31
B. Saran.................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 33
LAMPIRAN .......................................................................................... 35
DAFTAR GAMBAR
Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan asupan zat gizi (energi, protein, kalsium,
fosfor) pre HD, durante HD, dan post HD pada penderita penyakit ginjal kronik
dengan hemodialisis (HD) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Hasil Penelitian : Berdasarkan uji repeated anova pada asupan zat gizi energi
Simpulan : Ada perbedaan asupan energi dan protein pre HD, durante HD, dan post
HD pada dua waktu perubahan metabolisme. Sedangkan untuk asupan kalsium dan
fosfor tidak terdapat perbedaan saat pre HD, durante HD, dan post HD.
Kata Kunci : waktu perubahan metabolisme, pre HD, durante HD, post HD, asupan
zat gizi (energi, protein, kalsium).
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun) yang berasal dari
berbagai penyebab (Price dan Lorraine, 2006). Bila faal ginjal yang masih tersisa
diharapkan lagi, keadaan tersebut dinamakan gagal ginjal terminal (GGT). Pada
GGT diperlukan terapi pengganti yang salah satu penggantinya dengan hemodialisis
dilakukan pada lebih dari 100.000 orang Amerika (Smeltzer dan Brenda, 2002).
baru berjumlah 100 penderita per 1.000.000 penduduk dalam setahun (Sjabani dan
Jarwoto, 1996).
% pasien kadar albumin kurang tingkat ringan dan sedang (Susetyowati, 2002).
Faktor penyebab malnutrisi pada penderita PGK dengan HD, antara lain
disebabkan oleh penurunan asupan makan, faktor ekonomi dan informasi diit.
penderita PGK dengan HD antara lain malnutrisi energi, protein, kalsium, dan fosfor
makan, mual, muntah atau sedikitnya alternatif untuk memilih bahan makanan
karena ketatnya diet yang diberikan (Suharyati et al., 1992). Dan nafsu makan
berkaitan erat dengan ada tidaknya sindrom uremia yang merupakan tahap
katabolik yaitu pemecahan protein menjadi zat buang seperti urea dan racun uremik
penurunan asupan zat gizi (Pupim et al., 2005). HD juga menyebabkan proses
katabolik yang berarti setiap tindakan dialisis akan terjadi kehilangan 10-12 gram
asam amino, dan 1/3nya merupakan asam amino esensial (Rahardjo, 1992). Studi
cross sectional yang dilakukan pada 331 pasien yang sedang menjalani HD
dihubungkan dengan rendahnya asupan zat gizi antara lain energi, protein, kalsium,
dan fosfor (Kalantar-Zadeh dan Kopple, 2004). Pre HD berkebalikan dengan post
HD, saat post HD berhubungan dengan efek anabolik sehingga menyebabkan
perbedaan asupan zat gizi pre HD, durante HD, dan post HD pada penderita PGK
dengan HD.
Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan asupan zat gizi pre HD, durante HD, dan post HD
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan asupan zat gizi pre HD, durante HD, dan post HD pada
Tujuan Khusus
a. Mengetahui perbedaan asupan energi pada waktu pre HD, durante HD, dan
b. Mengetahui perbedaan asupan protein pada waktu pre HD, durante HD, dan
c. Mengetahui perbedaan asupan kalsium pada waktu pre HD, durante HD, dan
d. Mengetahui perbedaan asupan fosfor pada waktu pre HD, durante HD, dan
Penelitian yang pernah dilakukan dan berhubungan dengan asupan zat gizi
adalah :
Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi Penderita Gagal Ginjal
asupan energi dan protein masih kurang dengan status gizi berdasarkan
pemeriksaan albumin juga lebih banyak berstatus gizi kurang yaitu 88,7%.
Retna Afryani dengan hasil subjek penelitian yang hemodilisisnya tidak adekuat
dengan asupan protein kurang dari kebutuhan (56,41%). Asupan kalsium semua
Sebagai sumber informasi mengenai asupan zat gizi pre HD, durante HD,
Sebagai bahan wacana dan motivasi diri mengenai asupan zat gizi
Bagi penulis
TINJAUAN PUSTAKA
(biasanya berlangsung beberapa tahun) yang berasal dari berbagai penyebab (Price
dan Lorraine, 2006). Gagal ginjal terminal (GGT) adalah gagal ginjal yang fungsinya
sudah demikian buruknya, sehingga hidup penderita tak mungkin lagi dipertahankan
GGT biasanya ditandai dengan tes kliren kreatinin yang sangat menurun.
Berdasarkan derajat penurunan fungsi ginjal, saat ini PGK stadium V dengan Test
Kliren Kreatinin <15 pasien sudah dianjurkan untuk menjalani terapi pengganti agar
dapat bertahan hidup dengan kualitas yang baik. Terapi pengganti yang dikenal saat
ini adalah HD, peritoneal dialysis, dan transplantasi ginjal. Pada umumnya yang
sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga
beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal (ESRD;end-
stage renal disease) yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi
pasien ini harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya tiga kali
seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi) atau sampai mendapat
ginjal baru melalui operasi pencangkokan yang berhasil (Smeltzer dan Brenda,
2002).
Tujuan HD adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam
darah dan mengeluarkan air yang berlebihan (Smeltzer dan Brenda, 2002). Pada
pasien HD memiliki keseimbangan nitrogen negatif dan otot yang mengecil. Hal ini
1. Anoreksia, disebabkan oleh tahap uremik, yang menyebabkan asupan zat gizi
(Alvestrand, 1988).
proteinnya secara spontan. Pada saat pre HD kadar ureum meningkat sehingga
sintesis protein terhambat. Sedangkan setelah HD kadar ureum turun . Prosedur HD
Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode
yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Di Amerika
Serikat survei konsumsi makanan digunakan sebagai salah satu cara dalam
penentuan status gizi (Willet, 1990). Di Indonesia, survei konsumsi sudah sering
diperoleh menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Metode kualitatif antara lain; metode frekuensi makanan, metode dietary
data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif antara lain; recall 24 jam, riwayat
makan (Supariasa,2002).
Metode food records atau diary records, yang digunakan untuk mencatat
jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua
yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga
(URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari
tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu (Supariasa, 2002).
kkal/kg BB yang diinginkan agar terjadi balans nitrogen, berat badan dan lemak
tubuh. Bila asupan energi kurang, atau tampak berat badan yang semakin kurus,
harus diusahakan menambah kalori baik dengan membujuk atau menambah makan,
memodifikasi cara makan, dan bila perlu menaikkan kadar glukosa dalam dialisat
(Rahardjo, 1992).
karena akan menaikkan hipotensi, hal ini disebabkan oleh aliran darah menuju organ
katabolisme jaringan. Sumber energi diambil dari golongan non protein untuk
diambil dari minyak, mentega, margarin, gula, madu, sirup, jam, dll. (Suharyati et al.,
1992).
Protein dan asam amino harus lebih tinggi daripada yang tidak mengalami
dialisis karena HD sendiri merupakan proses katabolik. Yaitu 1,2 1,4 gr/kg BB/hari,
dan 50%nya harus yang bernilai biologi tinggi agar cukup kadar asam amino
esensial (Rahardjo, 1992). Sumber protein bernilai biologi tinggi biasanya dari
golongan hewani misalnya; telur, daging, ayam, ikan, susu, kerang, kepiting, keju, dll
produk yang tinggi protein tinggi kalori, sebagai contoh adalah susu yang sudah
sangat sulit karena biasanya makanan yang tinggi fosfor juga tinggi kalsium
(Kresnawan, 2005).
setiap tindakan dialisis akan terjadi kehilangan 10-12 gram asam amino, dan 1/3nya
Apabila dialisat tanpa glukosa, maka 20-30 gram glukosa tubuh akan
keluar ke dialisat, hal ini mengakibatkan proses glukoneogenesis dari protein tubuh.
kebutuhan protein tidak terpenuhi, yaitu di bawah 1 gram/kg BB/hari. Hasil penelitian
dengan dialisis 6-8 jam pada malam hari paling sedikit 6 kali/minggu akan
meningkatkan asupan protein dari 1,0 0,3 menjadi 1,44 0,2 g/kg BB/hari
(Raj,1999).
PGK dengan HD, yaitu faktor sosial ekonomi (depresi, ketidaktahuan, kemiskinan).
Faktor lain adalah pengaruh prosedur HD diantaranya HD yang tidak adekuat yang
menyebabkan mual dan muntah serta adanya komplikasi penyakit penyerta. Faktor
dari makanan yaitu diit yang tidak adekuat dan uremia juga menyebabkan anoreksia
asam amino pada ESRD akan menyebabkan uremia sehingga sintesis protein
kuat yang nyata antara zat gizi yang tidak optimal dengan peningkatan morbiditas
pada pasien PGK dengan HD berperan penting dalam pemberian terapi gizi.
Anoreksia dikenal sebagai gejala yang umum pada beberapa pasien. Penurunan
daya kecap yang tajam, mungkin disebabkan kekurangan zink atau pembatasan
asupan garam dan cairan yang membuat diet tidak lezat dan asupan zat gizi tidak
1988).
Pada pasien yang berpotensi memiliki efek samping pada saat dialisis
seperti hipotensi, mual, muntah, sakit kepala, kekurangan asupan makan akan
sering terjadi pada beberapa jam saat hemodialisis. Pada pasien yang merasa lelah
pada post HD asupan zat gizi biasanya sangat rendah. Efek samping tersebut bisa
makan yang menurun. Infeksi dan perikarditis sering juga dikaitkan dengan
E. Kerangka Teoretis
Waktu Perubahan
Metabolisme
Pre HD HD Post HD
Zat nitrogen Pengambilan zat Zat nitrogen toksik
nitrogen toksik dan dan air terambil
toksik dan air air
Faktor depresi
Uremia Efek samping
Dialisis yang tidak adekuat
Penyakit penyerta Nafsu makan
normal
Nafsu makan
Asupan makan
menurun
Gambar 1. Pengaruh HD terhadap asupan makan (Alvestrand, 1988;
G. Hipotesis
1. Ada perbedaan asupan energi pada waktu pre HD, durante HD, dan post HD
2. Ada perbedaan asupan protein pada waktu pre HD, durante HD, dan post HD
3. Ada perbedaan asupan kalsium pada waktu pre HD, durante HD, dan post HD
4. Ada perbedaan asupan fosfor pada waktu pre HD, durante HD, dan post HD
Renal RSUP Dr. Sardjito. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive, dengan
3. HD 2x/minggu @ 4 jam
z 21 / 2 P(1 P)
n= (Sumber: Lemeshow, 1997)
d2
Keterangan:
n = Besar sampel
(1,96) 2 (0,43)(0,57)
Sehingga besar sampel: n = = 94,16 95
(0,1) 2
D. Instrumen Penelitian
1. Data karakteristik sampel penelitian yakni jenis kelamin, umur dengan melihat
terbuka.
E. Variabel Penelitian
F. Definisi Operasional
Skala : nominal
2. Asupan energi adalah jumlah energi yang dihasilkan dari makanan dan minuman
yang dikonsumsi dalam satu hari yang diperoleh dari data survey konsumsi
makanan dan minuman dengan metode food record selama tiga hari pada pre
Parameter : kalori
Skala : rasio
3. Asupan protein adalah jumlah protein yang dihasilkan dari makanan dan
minuman yang dikonsumsi dalam satu hari yang diperoleh dari data survey
konsumsi makanan dan minuman dengan metode food record selama tiga hari
Parameter : gram
Skala : rasio
4. Asupan kalsium adalah jumlah kalsium yang dihasilkan dari makanan dan
minuman yang dikonsumsi dalam satu hari yang diperoleh dari data survey
konsumsi makanan dan minuman dengan metode food record selama tiga hari
Parameter : mg
Skala : rasio
5. Asupan fosfor adalah jumlah fosfor yang dihasilkan dari makanan dan minuman
yang dikonsumsi dalam satu hari yang diperoleh dari data survey konsumsi
makanan dan minuman dengan metode food record selama tiga hari pada pre
Parameter : mg
Skala : rasio
1. Data asupan zat gizi (energi, protein, kalsium, fosfor) pre HD, durante HD, dan
post HD diperoleh dari form food record yang dibagikan kepada penderita PGK
dengan HD.
pasien.
H. Jalannya Penelitian
Penelitian dimulai dengan pengambilan data dasar pada bulan Maret 2006
2. Menerangkan cara pengisian form food record yaitu dimulai durante HD yaitu
saat hari pasien melakukan HD, kemudian post HD yaitu satu hari berikutnya
setelah pasien melakukan HD, pre HD yaitu satu hari sebelum pasien melakukan
HD.
4. Melakukan indepth interview pada pasien yang mempunyai asupan zat gizi
tinggi saat pre HD, durante HD, post HD dan yang mempunyai asupan zat gizi
1. Data asupan zat gizi (energi, protein, kalsium, fosfor) pre HD, durante HD, dan
program FP2.
2. Data perbedaan asupan zat gizi (energi, protein, kalsium, fosfor) pre HD, durante
HD, dan post HD dianalisis dengan uji repeated anova jika data terdistribusi
normal. Jika data tidak terdistribusi normal maka menggunakan uji Friedman.
3. Data perbedaan asupan zat gizi (energi, protein, kalsium, fosfor) pre HD dengan
durante HD, pre HD dengan post HD, post HD dengan durante HD dianalisis
dengan uji post hoc (wilcoxon signed ranks test). Uji dilakukan jika uji repeated
B. Hasil Penelitian
Jumlah penderita yang menjalani HD dari data yang dikumpulkan pada bulan
Maret 2006 di Instalasi Renal RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sebanyak 122 orang,
tetapi yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 102 orang yaitu yang HD rutin
2x/minggu, memiliki data identitas dan data asupan zat gizi (energi, protein, kalsium,
fosfor) lengkap.
Tabel 1
Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur
47,44 tahun dengan rentang umur adalah 32,15 62,73 tahun. Umur tertua
2. Perbedaan asupan energi pada waktu pre HD, durante HD, dan post HD pada
durante HD lebih tinggi daripada pre HD dan post HD pada penderita PGK
1200
1475.77
1000
800 1407.51
1457.86
600
400
200
0
Pre HD Durante HD Post HD
Waktu Perubahan Metabolisme
analitik hipotesis penelitian bermakna, yaitu ada perbedaan asupan energi pre
dengan durante HD dan pre HD dengan post HD. Berdasarkan hasil uji lanjut
Wilcoxon signed ranks test, diperoleh asupan energi durante HD tidak lebih
tinggi atau sama dengan asupan energi pre HD. Demikian pula dengan asupan
energi post HD tidak lebih tinggi atau sama dengan asupan energi pre HD.
perbedaan.
3. Perbedaan asupan protein pada waktu pre HD, durante HD, dan post HD pada
pre HD lebih tinggi daripada durante HD dan post HD pada penderita PGK
40
30
46.5 41.41 39.9
20
10
0
Pre HD Durante HD Post HD
Waktu Perubahan Metabolisme
sebaran data tidak normal) diperoleh nilai p = 0,035. Karena nilai p < 0,05 maka
diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan asupan protein yang bermakna
dengan durante HD. Namun berdasarkan uji lanjut Wilcoxon signed ranks test
tidak menunjukkan asupan protein post HD lebih tinggi daripada durante HD.
4. Perbedaan asupan kalsium pada waktu pre HD, durante HD, dan post HD pada
waktu durante HD lebih tinggi daripada pre HD dan post HD pada penderita
400
350
300
Kalsium (mg)
250
200 266.99
261.86
150 254.04
100
50
0
Pre HD Durante HD Post HD
Waktu Perubahan Metabolisme
sebaran data tidak normal) diperoleh nilai p = 0,406. Karena nilai p > 0,05 maka
5. Perbedaan asupan fosfor pada waktu pre HD, durante HD, dan post HD pada
durante HD lebih tinggi daripada pre HD dan post HD pada penderita PGK
1000
800
Fosfor (mg)
600
400 723.4
727.6 961.67
200
0
Pre HD Durante HD Post HD
Waktu Perubahan Metabolisme
sebaran data tidak normal) diperoleh nilai p = 0,693. Karena nilai p > 0,05 maka
perbedaan nafsu makan pre HD, durante HD, dan post HD diperoleh hasil
sebagai berikut :
a. Nafsu makan
Dari wawancara mendalam pada pasien dengan asupan zat gizi pre HD
paling rendah ketika ditanya tentang nafsu makan dan asupan makan waktu
pre HD, durante HD, dan post HD diperoleh jawaban sebagai berikut :
Saya makan sedikit saat sebelum HD dan saat HD tetapi itu ndak
sering. Setelah HD saya makan lebih banyak dari sebelum HD dan saat
HD .
Sedangkan pasien dengan asupan zat gizi pre HD paling tinggi memberikan
jawaban:
Nafsu makan saya biasa-biasa saja, mbak. Entah itu sebelum HD, saat
doyan makan tapi kalo udah minum madu jadi biasa lagi .
Pada pasien dengan asupan zat gizi durante HD paling rendah memberikan
jawaban:
Nggak ada bedanya kok, mbak. Nafsu makan sebelum HD, saat HD,
atau pun setelah HD sama aja. Memang dulu saat pertama kali di HD
jawaban:
seringnya baik kok, mbak. Saat HD saya banyak makan soalnya kan
Pada pasien dengan asupan zat gizi post HD paling rendah memberikan
jawaban:
gak ada bedanya saat HD, pas mau HD, atau selesai HD. Tergantung
anak saya yang ngasih. Kalo mau ya saya makan kalo ndak mau ya
Pada pasien dengan asupan zat gizi post HD paling rendah memberikan
jawaban:
Nafsu makan sebelum HD, saat HD, dan setelah HD biasa-biasa saja
banyak.
metabolisme
durante HD, dan post HD , pasien dengan asupan zat gizi pre HD paling
rendah menjawab :
Saat sebelum hemodilisis saya kadang merasakan maag dan masuk
angin. Kalo pas HD lidah saya terasa tebal biasanya berwarna putih,
ludah berasa pahit dan rasa capek. Kalo pas setelah di HD rasa
Sedangkan pasien dengan asupan zat gizi pre HD paling tinggi memberikan
jawaban:
Pada pasien dengan asupan zat gizi durante HD paling rendah memberikan
jawaban:
Dulu saya itu suka mual kalo mau HD, pas HD juga rasa eneg dan
Pada pasien dengan asupan zat gizi durante HD paling tinggi memberikan
jawaban:
Sebelum HD saya merasa mual mbak tapi ya tidak sering. Pas HD dan
Pada pasien dengan asupan zat gizi post HD paling rendah memberikan
jawaban:
Capek mbak setelah HD. Rasanya badannya gak enak. Kalo pas HD
Pada pasien dengan asupan zat gizi post HD paling rendah memberikan
jawaban:
Capek mbak, ya capek fikiran, badan, pokoknya semuanya. Kadang
seminggu .
C. Pembahasan
sebagai berikut :
1. Perbedaan asupan energi pada waktu pre HD, durante HD, dan post HD pada
Asupan energi post HD lebih rendah dari asupan energi pre HD dan
durante HD hal ini didukung dengan hasil indeepth interview yang mengatakan
bahwa pada pasien yang merasa lelah pada post HD asupan zat gizi biasanya
sangat rendah. Efek samping seperti hipotensi, mual, muntah, sakit kepala bisa
dan durante HD karena pada saat HD ada asumsi dari penderita PGK dengan
HD bahwa saat HD harus makan dalam jumlah banyak karena akan melakukan
cuci darah. Faktor lain yang diungkapkan oleh penderita mengenai asupan
biasa-biasa saja karena sudah terbiasa dengan perlakuan saat HD. Menurut
Alvestrand (1988) bahwa pemberiaan asam amino essensial dan glukosa
mempunyai efek baik mengganti kehilangan zat gizi yang muncul saat HD dan
menurunkan katabolisme. Hal ini dapat diartikan bahwa jika katabolisme turun
Asupan energi pre HD yang lebih tinggi dari post HD dapat didukung dari
pendapat Kalantar-Zadeh et al. pada tahun 2004 yang menyatakan bahwa faktor
metabolisme yang abnormal dan disfungsi psikologi yang ada pada pasien yang
2. Perbedaan asupan protein pada waktu pre HD, durante HD, dan post HD pada
karena pada waktu pre HD tersedia makanan sumber protein dalam jumlah lebih
Sedangkan saat HD lebih rendah dari pre HD karena menurut Rahardjo (1992)
pada saat HD terjadi proses katabolik yang berarti setiap tindakan dialisis akan
terjadi kehilangan 10-12 gram asam amino, dan 1/3nya merupakan asam amino
pengecap).
3. Perbedaan asupan kalsium pada waktu pre HD, durante HD, dan post HD pada
baik akut atau kronik akan menimbulkan gangguan dan keluhan yang bragam
antara lain yang berhubungan dengan nafsu makan adalah adanya kelemahan
gangguan otot lunak (disfagia, nyeri abdomen, koli bilier, sesak nafas),
gangguan mental. Keadaan ini bisa menyerang kapan saja di waktu perubahan
metabolisme.
Asupan kalsium yang rendah dari angka kecukupan kalsium untuk PGK
kecukupan dari sumber protein karena sumber kalsium seperti susu, teri
4. Perbedaan asupan fosfor pada waktu pre HD, durante HD, dan post HD pada
berperan dalam sindrom uremia. Keadaan ini juga dapat dialami waktu pre HD,
durante HD, dan post HD. Menurut Kresnawan (1992) penyebab
asupan fosfor dari makanan berlebih, atau obat pengikat fosfat tidak cukup.
adalah 400-900 mg/hari) hal ini bisa dikarenakan mengkonsumsi protein dari
jenis nabati yang memiliki mutu yang kurang namun kandungan fosfornya tinggi
(Kresnawan, 1992).
BAB V
A. Simpulan
Ada perbedaan asupan energi pre HD, durante HD, dan post HD tetapi asupan
energi post tidak lebih tinggi dari pre HD dan durante HD. Dan asupan durante
Ada perbedaan asupan protein yang bermakna pada dua waktu perubahan
metabolisme tetapi asupan protein post tidak lebih tinggi dari pre HD dan durante
HD serta asupan durante HD tidak lebih tinggi atau sama dengan pre HD.
Tidak terdapat perbedaan asupan kalsium yang bermakna pada ketiga waktu
perubahan metabolisme.
Tidak terdapat perbedaan asupan fosfor yang bermakna pada ketiga waktu
perubahan metabolisme.
HD, durante HD, dan post HD adalah ketersediaan makanan di rumah, kondisi
B. Saran
protein, kalsium, fosfor sesuai kebutuhan yang dianjurkan bagi pasien PGK dengan
HD karena asupan zat gizi tersebut memiliki peran penting dalam penggantian zat
Dalam Mitch W.E., Klahr S. (Eds.), Nutrition and Kidney, First edition.
Boston: 180-197.
Bergstrom, J., 1995, Why are Dialysis Patients Malnourished?, Am. J. Kidney.
Dis., 26(1):229-241.
Nutr., 80:299-307.
Lazarus, J.M., 1993, Nutrition in Hemodialysis Patients, Am. J. Kidney Dis., 21(1).
Lemeshow, S., Hosmer, D.W., Klar, J., & Lwanga, S.K., 1990, Besar Sampel dalam
Lestariningsih, 2005, Diet dan Nutrisi pada Penyakit Ginjal Kronik/Gagal Ginjal
Parsoedi, I., 1998, Pengelolaan Gagal Ginjal Terminal, Dalam Kumpulan Naskah
16.
Jakarta.
Pupim, B. L., Paul J.F., Chang Yu, and T. Alp Ikizler, 2005, RhGH Improves Muscle
Rahardjo, J. Pudji, 1992, Nutrisi Pada Gagal Ginjal Kronik yang Didialisis, Dalam
PERNEFRI: Jakarta.
Rahardjo, J. Pudji, 2001, Dialisis, Dalam Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi Ketiga,
Raj, Dominic S. C., 1999, Time and Frequency of Hemodialysis, The International
Schoenfeld, P.Y., Henry, R.R., Laird, N.M., Roxe, D.M., 1983, Assessment of
Sjabani,M. dan Bambang Jarwoto, 1996, Aspek Klinis Penyakit Ginjal Progresif
Suharyati, Ferina Darmarini, Roza R., 1992, Penyusunan Diet pada Gagal Ginjal
Suhardjono, 2003, Nutrisi pada Gagal Ginjal Kronik dadalam Pernefri, Nefrologi
Supariasa, I. D.N., Bachyar Bakri, Ibnu Fajar, 2001, Penilaian Status Gizi, EGC:
Jakarta.