Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PRE KOMPRE

Nama : Harits Hammam Adhadi


NIM : H2A011023

I. ILMU PENYAKIT MATA


A. RETINOPATI DIABETIK
Kompetensi : 2
Tanda dan gejala
1. Anamnesis
- Tidak ada keluhan penglihatan
- Penglihatan buram terutama bila terjadi edema macula
- Floaters atau penglihatan mendadak terhalang akibat komplikasi
perdarahan vitreous dan / atau ablasio retina traksional
2. Pemeriksaan fisik
- Riwayat DM
- Mata tenang dengan atau tanpa penurunan visus
- Pada pemeriksaan fonduskopi dapat ditemukan perdarahan pada
retina, mikroaneurisma ( NPDR ), dilatasi pembuluh darah, hard
eksudat, soft eksudat, neovaskularisasi di diskus optic atau di
tempat lain di retina ( PDR ), edem retina dengan tanda hilangnya
gambaran retina.
Pemeriksaan penunjang
1. Fonduskopi
a. NPDR
Funduskopi pada NPDR.
Mikroneurisma, hemorrhages intr
aretina (kepala panah
terbuka), hard
exudates merupakan deposit lipid
pada retina (panah), cotton-wool
spots menandakan infark serabut
saraf dan eksudat halus (kepala
panah hitam).

b. PDR
Funduskopi pada PDR. Tanda
panah menunjukkan adanya
preretinal neovascularisation

Diagnosis Banding
1. Oklusi vena retina
2. Retinopati hipertensi
3. Retinopati hipotensi
4. Retinopati leukemia
Referensi
1. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi tahun 2014 halaman 203 205
2. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM, Ilmu Penyakit mata, FKUI : Jakarta
halaman 218 - 220
B. KATARAK
Kompetensi : 2
Tanda dan gejala
1. Anamnesis
- Penglihatan menurun seperti tertutup asap / kabut
- Ukuran kacamata bertambah, silau dan sulit membaca
2. Pemeriksaan Fisik
- Visus menurun yang tidak membaik dengan pinhole
- Pemeriksaan shadow tes positif
- Terdapat kekeruhan lensa yang dapat dilihat dengan tekhnik
pemeriksaan jauh ( 30cm ) menggunakan oftalmoskop
3. Pemeriksaan Penunjang
- Slitlamp
- Fonduskopi
- Tonometer
4. Diagnosis Banding
- Katarak Kongenital
- Katarak Juvenil
- Katarak Senil ( Insipien, Imatur, Matur, Hipermatur )
- Katarak Komplikata
- Katara Diabetes
Referensi
1. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer edisi revisi tahun 2014 halaman 203 205
2. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM, Ilmu Penyakit mata, FKUI : Jakarta
halaman 200 210
C. ENDOFTALMITIS
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Mata merah dan sangat sakit
- Penurunan penglihatan mendadak
- Kelopak sukar dibuka
- Kelopak mata merah dan bengkak
2. Pemeriksaan Fisik
- Kelopak merah dan bengkak
- Konjungtiva kemotik dan merah
- Kornea keruh
- Bilik mata depan keruh, kadang kadang disertai hipopion
- Reflek pupil berwarna putih
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
Diagnosis Banding
1. Panoftalmitis
2. Keratitis
3. Ulkus Kornea
4. Glaukoma akut
Referensi
1. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM, Ilmu Penyakit mata, FKUI : Jakarta
halaman 175

II. ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA DAN


LEHER
A. GANGGUAN PENDENGARAN
Komptensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Penurunan pendengaran
- Usia ( presbikusis )
- Riwayat konsumsi obat streptomisin, kanamisin, neomisin, kina,
garamisin dan alkohol ( tuli sensorineural koklea )
- Riwayat trauma kapitis dan pajanan bising ( tuli sensorineural
koklea )
2. Pemeriksaan Fisik
- Atresia liang telinga, sumbatan serumen, otitis eksterna
sirkumskripta, osteoma liang telinga ( tuli konduktif )
- Aplasia, labirintitis ( tuli sensorineural koklea )
- Neuroma akustik, tumor sudut pons serebelum, myeloma multiple
cedera dan perdarahan otak ( tuli sensorineural retrokoklea )
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes penala
- Rinne
- Weber
- Schwabah
2. Tes Berbisik
3. Tes audiometri nada murni
Referensi
1. Prof. dr. Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FKUI : Jakarta. 1990 halaman
16 -19
B. POLIP HIDUNG
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Hidung tersumbat
- Rinore
- Hiposmia atau anosmia
- Bersin, rasa nyeri pada hidung dan sakit kepala di daerah frontal
- Bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis gangguan tidur dan
peurunan kualitas hidup.
2. Pemeriksaan Fisik
- Deformitas pada hidung, hidung tampak mekar
- Pada rinoskopi anterior terlihat massa yang berwarna pucat dan
mudah digerakkan
- Stadium 1 : Polip masih terbatas di meatus medius
- Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di
rongga hidumh tapi belum memenuhi rongga hidung
- Stadium 3 : Polip yang massif
Pemeriksaan Penunjang
1. Nasoendoskopi : polip dapat terlihat
2. Foto polos sinus paranasal ( waters, AP, Caldwell dan lateral ) : dapat
terlihat penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan di dalam
sinus.
3. Tomografi computer / CT Scan : untuk melihat dengan jelas keadaan
di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan
anatomi, polip atau sumbatan pada komplek osteo meatal.
Diagnosis Banding
1. Polip hidung
2. Konka polypoid
3. Kondroma
4. Papiloma Inverted
Referensi
1. Prof. dr. Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FKUI : Jakarta. 1990 halaman
124 125
2. Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I,FKUI : Jakarta. 1999
halaman 113 - 114
C. DEVIASI SEPTUM
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Sumbatan pada hidung, dapa uniteral ataupun bilateral
- Nyeri di kepala dan sekitar mata
2. Pemeriksaan fisik
- Pada sisi deviasi terdapat konka hipotrofi, sedangkan pada sisi
sebelahnya terdapat konka hipertrofi
- Deviasi dapat menyumbat ostium sinus
- Deviasi biasanya berbentuk huruf C atau S
- Dislokasi bagian bawah kartilago septum ke luar dari krista
maksila dan masuk ke dalam rongga hidung
- Penonjolan tulang atau tulang rawan septum, bila memanjang dari
depan ke belakang disebut krista, bila runcing dan pipih disebut
spina
- Sinekia, bila deviasi atau krista bertemu dan melekat dengan konka
di hadapannya
Pemeriksaan Penunjang
1. Nasoendoskopi 2. Tomografi komputer

Diagnosis Banding
1. Polip hidung
2. Hemamtom septum
3. Abses septum
4. Atresia koana
Referensi
1. Prof. dr. Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FKUI : Jakarta. 1990 halaman
124 125
III. ILMU PENYAKIT SARAF
A. CEREBRAL PALSY
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Kesulitan makan dan komunikasi
- Kejang
- Gangguan penglihatan biasanya mata juling
- Gangguan pendengaran
- Ganggua kognitif dan perilaku
2. Pemeriksaan Fisik
- Lakukan pemeriksaan motoric, sensorik dan mental
- Hipotonia, stereotype motoric dan kelainan postur tubuh
- Gangguan postur tubuh berupa spastisitas, rigiditas, ataksia,
tremor, atonik / hipotonik, tidak ada reflek primitive dan
dyskinesia.
Pemeriksaan penunjang
1. EEG
2. EMG dan NCV
3. Tes Laboratorium
- Analisis kromosom
- Tes fungsi tiroid
- Tes kadar ammonia dalam darah
4. Imaging tes
- MRI
- CT Scan
- Ultrasound
Diagnosis Banding
1. Spinal muscle artrophy
2. Distrofia muskuler
3. Friedriech's ataxia
4. Penyakit Chorea Huntington masa anak
Referensi
1. Liu Jian-meng, Zhu Li, Qing lin. 2000. Cerebral Palsy and multiple
birth in China. Int J Epid ; 29 : 292 299
2. PERDOSSI, STANDAR PELAYANAN MEDIK halaman 151
B. ABSES OTAK
Kompetensi : 2
Tanda dan gejala
1. Kriteria diagnosis
- Gambaran kliniknya tidak khas, kriteria terdapat tanda infeksi +
TIK Khas bila terdapat trias : gejala infeksi + TIK + tanda
neurologik fokal.
- Darah rutin : 50 60 % didapati leukositosis 10.000-20.000 / cm2
70 95 % LED meningkat.
- LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur dan tes sensifitas.
- Radiologi :
a. Foto polos kepala biasanya normal.
b. CT-Scan kepala tanpa kontras dan pakai kontras bila abses
berdiameter > 10 mm.
c. Antiografi
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin (leukosit, LED)
2. LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur dan tes sensitifitas.
3. Rontgen : Foto polos kepala, CT-Scan kepala tanpa kontras dan pakai
kontras, atau angiografi.
Diagnosis Banding
1. Stroke
2. Space occupying lesion lainnya (metastase tumor, glioblastoma)
3. Meningitis
4. Tumor otak
Referensi
1. PERDOSSI, STANDAR PELAYANAN MEDIK halaman 15
C. TUMOR INTRAKRANIAL
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Kriteria Diagnosis
a. Gejala tekanan intrakranial yang meningkat :
- Sakit kepala kronik, tidak berkurang dengan obat analgesic
- Muntah tanpa penyebab gastrointestinal
- Papil edema (sembab papil = choked disc)
- Kesadaran menurun / berubah
b. Gejala fokal :
- True location sign
- False location sign
- Neighbouring sign
c. Tidak ada tanda-tanda radang sebelumnya.
d. Pemeriksaan neuroimaging terdapat kelainan yang menunjukkan
adanya massa (SOL)
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos tengkorak
2. Neurofisiologi : EEG, BAEP
3. CT Scanning / MRI kepala + kontras
Diagnosis Banding
1. Abses serebri
2. Subdural hematom
3. Tuberkuloma
4. Pseudotumor serebri
Referensi
1. PERDOSSI, STANDAR PELAYANAN MEDIK halaman 44
IV. PSIKIATRI
A. FOBIA SOSIAL
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Pedoman Diagnostik
a. Harus memenuhi semua kriteria berikut :
- Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif
- Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi social
terntentu ( outside the family circle )
- Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala
yang menonjol
b. Bila sulit membedakan antara fobia social dan agoraphobia,
hendaknya menggunakan diagnosis agoraphobia
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
Diagnosis Banding
1. Agorafobia
2. Fobia khas
3. Gangguan Panik
4. PTSD
Referensi
1. Maslim Rudi, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ
III. FK Unika Atma Jaya : Jakarta.2001 halaman 73
B. AGORAFOBIA
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Pedoman diagnostic
a. Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini :
- Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif
- Anxietas yang timbul harus terbatas pada ( terutama terjadi
dalam hubungan dengan ) setidaknya dua dari situasi berikut :
banyak orang / keramaian, tempat umum, berpergian ke luar
rumah, dan berpergian sendiri
- Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala
yang menonjol ( penderita menjadi house bound )
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
Diagnosis Banding
1. Fobia social
2. Fobia khas
3. Gangguan Panik
4. PTSD
Referensi
1. Maslim Rudi, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ
III. FK Unika Atma Jaya : Jakarta.2001 halaman 72
C. FOBIA SPESIFIK
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Pedoman diagnostic
a. Harus memenuhi semua kriteria dibawah ini :
- Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif
- Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik
tertentu ( highly specific situations )
- Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya
b. Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala pskiatrik lain, tidak
seperti halnya agoraphobia dan fobia sosial
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
Diagnosis Banding
1. Fobia social
2. Agorafobia
3. Gangguan Panik
4. PTSD
Referensi
1. Maslim Rudi, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ
III. FK Unika Atma Jaya : Jakarta.2001 halaman 73
V. BEDAH
A. Karsinoma Payudara
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Benjolan di payudara
- Nyeri di payudara
- Keluar cairan dari puting susu
- Timbul kelainan pada kulit ( dimpling, kemerahan, ulserasi, peau
de orange )
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda dini
- Bejolan tunggal tanpa nyeri yang agak keras dengan batas
kurang jelas
- Kelainan mammografi tanpa kelainan pada palpasi
b. Tanda Lama
- Retraksi kulit atau retraksi areola
- Retraksi / inervasi putting
- Kelenjar aksila dapat diraba
- Pengecilan mammae
- Pembesaran mammae
- Kemerahan
- Udem kulit
- Fiksasi pada dinding kulit / thorak
c. Tanda akhir
- Tukak
- Kelenjar supraklavikula dapat diraba
- Udem lengan
- Mestatasis tulang, paru, hati, otak, pleura atau tempat lain
Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
2. Biopsi
3. Ultrasonografi
4. FNAB
5. Foto thorak
6. Bone survey
Diagnosis Banding
1. FAM
2. Kelainan fibrokistik
3. Kistosarkoma filoides
4. Galaktokel
5. Mastitis
Referensi
1. Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran Jilid II,FKUI : Jakarta. 1999
halaman 283-287
2. R Sjamsuhidajat, wim de jong. Buku Ajar Ilmu Beda Edisi 2. Jakarta :
EGC. 2004 halaman 397-399
B. KARSINOMA TIROID
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Gejala
a. Kista bisa cepat membesar, nodul jinak perlahan, sedangkan nodul
ganas agak cepat dan nodul anaplastic cepat sekali ( dihitung dalam
minggu ), tanpa nyeri
b. Terdapat faktor resiko :
- Masa kanak pernah mendapat terapi sinar di daerah leher dan
sekitarnya
- Anggota keluarga lainnya menderita kelainan kelenjar gondok
- Tetangga atau penduduk sekampungnya ada yang menderita
kelainan kelenjar gondok
- Merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher seperti
gangguan menelan
- Pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher
- Penonjolan / kelainan pada tulang tempurung kepala
- Perasaan sesak dan batuk batuk yang disertai dahak berdarah
( Mestastasis )
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan tiroid :
Nodul soliter kemungkinan ganas 15-20%, nodul multiple
kemungkinan ganas 5%
b. Pemeriksaan pada tempat metastasis
Paru paru, tulang ( pelvis, vertebra, sternum, tengkorak, dan
humerus ), hati, ginjal dan otak.
Pemeriksaan Penunjang
1. TSH dan FT4
2. USG
3. Pemeriksaan kadar kalsitonin untuk pasien yang dicurigai karsinoma
medular.
4. Biopsi
5. FNAB
6. Foto rontgen
Diagnosis Banding
1. Struma difusa toksik
2. Struma nodusa non toksik
3. Tiroiditis subakut
4. Tiroiditis riedel
5. Struma Hashimoto
Referensi
1. Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran Jilid II,FKUI : Jakarta. 1999
halaman 287-289
C. HERNIA INGUINALIS LATERALIS
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Ada benjolan di lipat paha
- Benjolan timbul pada saat mengedan, batuk, mengangkat berat,
dan saat pasien berdiri
- Benjolan hilang pada saat pasien istirahat berbaring
- Dapat terasa nyeri bisa sudah komplikasi
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Perhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum,
atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien juga diminta
mengedan atau batuk.
b. Palpasi
Dilakukan saat ada benjolan, diraba konsistensi dan dicoba
didorong untuk mencoba dapatkan direposisi. Setelah direposisi,
raba annulus inguinalis dengan jari telunjuk.
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin : leukositosis, bisa jadi akibat strangulasi
2. Elektrolit, BUN, dan kreatinin : mengetahui status hidrasi pasien
3. USG
Diagnosis Banding
1. Hidrokel
2. Limfadenopati inguinal
3. Testis ektopik
4. Lipoma
Referensi
1. Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran Jilid II,FKUI : Jakarta. 1999
halaman 314-315
2. R Sjamsuhidajat, wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta
: EGC. 2004 halaman 530
VI. ENDOKRIN
A. HIPOTIROID
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Gejala
- Rasa capek
- Intoleransi terhadap dingin
- Kulit terasa kering
- Lamban
- Muka seperti bengkak
- Alis mata rontok
- Rambut rapuh
- BB meningkat
- Mudah Lupa
- Bicara Lamban
- Suara serak
- Depresi
- Otot lembek
2. Tanda Klinik
- Kulit kering
- Gerak lamban
- Edema wajah
- Kulit dingin
- Alis mata rontok
- Rambut rapuh
- Obesitas
- Bicara lamban
Pemeriksaan Penunjang
1. TSH dan FT4
Diagnosis Banding
1. Hipotiroid primer
2. Hipotiorid subklinik
3. Hipotiroid sentral
4. Toroiditis
Referensi
1. Sudoyo Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Interna
Publishing. 2009 halaman 2000-2003
B. DIABETES INSIPIDIUS
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Riwayat penyakit ginjal, obat-obat yang dikonsumsi, kelainan
elektrolit, dan penyakit lain akan sangat membantu mencari
kemungkinan penyebab
- Poliuri
- Polidipsi
- Pada dewasa, gejala utama adalah rasa haus, karena usaha
kompensasi tubuh.
- Pada bayi, anak-anak, dan lansia dengan mobilitas untuk minum
terbatas, timbul keluhan-keluhan lain. Pada bayi, sering rewel,
gangguan pertumbuhan, hipertermia, dan penurunan berat badan.
Anak-anak sering mengompol, lemah, lesu, dan gangguan
pertumbuhan. Lemah, gangguan mental, dan kejang dapat terjadi
pada lansia
2. Pemeriksaan Fisik
- Temuan dapat berupa pelvis penuh, nyeri pinggang, atau nyeri
menjalar ke area genitalia, juga pembesaran kandung kemih.
- Anemia ditemukan jika penyebabnya keganasan atau gagal ginjal
kronis
- Tanda dehidrasi sering ditemukan pada pasien bayi dan anak-anak.
- Inkontinensia urin akibat kerusakan buli-buli karena overdistensi
berkepanjangan sering pada kasus nefrogenik sejak lahir
- Diabetes insipidus gestasional berhubungan dengan
oligohidramnion, preeklampsi, dan disfungsi hepar
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
- Gambaran radiologi dapat berupa hidronefrosis pada pemeriksaan
IVP atau CT scan
- MRI untuk memeriksa hipotalamus, kelenjar hipofisis, dan
jaringan sekitarnya mungkin perlu untuk menentukan penyebab
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pertama, dilakukan pengukuran volume urin selama 24 jam. Bila <3
liter, bukan poliuria. Jika >3 liter, osmolalitas urin perlu diukur.
Osmolalitas urin >300 mOsm/kg menunjukkan kondisi diuresis zat
terlarut yang disebabkan diabetes melitus atau gagal ginjal kronis.
Evaluasi lanjutan dengan memeriksa kadar gula darah, BUN (blood
urea nitrogen), serum kreatinin, bikarbonat, dan serum elektrolit. Jika
osmolalitas urin <300 mOsm/kg, dilakukan water deprivation test.
Diagnosis Banding
1. Kelainan ginjal Seperti penyakit polikistik, pielonefritis kronis, dan
lain-lain.
2. Hipokalemia dan hiperkalsemia Bisa menyebabkan poliuria dengan
berat jenis urin yang rendah.
3. Insufisiensi adrenal Diantaranya yaitu salt-losing syndrome.
4. Polidipsia psikogenik Disebut juga compulsive water drinkers
Referensi
1. Felix Kusmana, Diabetes Insipidus Diagnosis dan Terapi. 2016
halaman 825 - 830
C. ADDISONS DISEASE
Kompetensi : 1
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Penderita mengalami kelelahan dan tidak enak badan
- Irritabilitas dan depresi
- Anoreksia dan nausea
- Gastroenteritis dan nyeri abdomen
- Penurunan berat badan
2. Pemeriksaan Fisik
- Hiperpigmentasi pada kulit dan membran mukosa
- Berkurangnya rambut pubis dan aksila pada wanita,
- Vitiligo, dehidrasi, dan hipotensi.
Pemeriksaan Penunjang
1. Kortisol
Nilai kurang dari 3 mcg / dL adalah diagnostik penyakit Addison. Nilai
dalam kisaran 3-19 mcg / dL yang tak tentu, dan pemeriksaan lebih
lanjut diperlukan.
2. Hipotalamus-hipofisis axis dapat dievaluasi dengan menggunakan 3
tes: dengan rangsangan kortikotropin (Cortrosyn), uji toleransi insulin,
dan tes metyrapone
3. Tes toleransi insulin adalah sensitif untuk insufisiensi adrenal
4. Computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI)
menunjukkan berkurangnya glandula adrenal pada pasien dengan
kerusakan autoimun dan pembesaran glandula adrenal pada pasien
dengan infeksi.
Diagnosis Banding
1. Acanthosis nigricans
2. Malignancy
3. Disorder of oral pigmentation
4. Lentigo melanoma maligna
Referensi
1. Said alfin dkk. Penyakit Addison. Zainoel Abidin Teaching Hospital,
Faculty of Medicine University of Syiah Kuala 2011 halaman 5 7
VII.ILMU PENYAKIT KULIT
A. PSORIASIS VULGARIS
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Salah satu hal yang pertama kali penting ditanyakan adalah onset
penyakit dan riwayat keluarga, karena onset dini dan riwayat
keluarga berkaitan dengan tingginya ekstensi dan rekurensi
penyakit
- Gatal ringan
- Lesi di daerah scalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka,
ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah
lumbo sacral.
2. Pemeriksaan Fisik
- Lesi kulit biasanya merupakan plak eritematosa oval, berbatas
tegas, meninggi, dengan skuama berwarna keperakan, hasil
proliferasi epidermis maturasi premature dan kornifi kasi
inkomplet keratinosit dengan retensi nuklei di stratum korneum
(parakeratosis)
- Meskipun terdapat beberapa predileksi khas seperti pada siku,
lutut, serta sakrum, lesi dapat ditemukan di seluruh tubuh
- artritis psoriatika pada sendi interfalang jari tangan, distrofi kuku,
dan lesi psoriatik nail bed.
- Skuama kasar, transparan serta berlapis lapis, fenomena tetesan
lilin dan fenomena autspitz
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan histopatologi : khas parakeratosis dan akantosis
2. Tes tetesan lilin
3. Tes autpitz
4. Tes Kobner
Diagnosis Banding
1. Dermatofitosis
2. Sifilis Psoriasiformis
3. Dermatitis Seboroik
4. Neurodermatitis
Referensi
1. Prof. dr. Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :
FKUI. 1987 halaman 189-193
B. ALOPESIA AREATA
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Terdapat bercak dengan kerontokan rambut pada kulit kepala, alis,
janggut dan bulu mata
- Tipe umum : terjadi pada umur 20 40 tahun, 6 % berkembang
menjadi alopesia totalis
- Tipe atipik : dimulai pada masa kanak kanak,75% akan
berkembang menjadi alopesia totalis
- Tipe prehipertensif : dimulai pada usia dewasa muda, 39% akan
menjadi alopesia totalis
- Tipe kombinasi : dimulai setelah usia 40 tahun, 10% akan
berkembang menjadi alopesia totalis
2. Pemeriksaan Fisik
- Bercak di kepala berbentuk bulat atau lonjong
- Pada tepi daerah yang botak ada rambut yang terputus, bila rambut
ini dicabut terlihat bulus yang atrofi.
- Sisa rambut terlihat seperti tanda seru
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Histopatologi
Rambut kebanyakan dalam fase anagen. Folikel rambut terdapat dalam
berbagai ukuran, tetapi lebih kecil dan tidak matang. Bulbus rambut di
dalam dermis dan dikelilingi oleh infiltrasi limfosit.
Diagnosis Banding
1. Tinea kapitis
2. Lupus eritematosus
3. Trikotilomania
4. Alopesia androgenika
Referensi
1. Prof. dr. Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :
FKUI. 1987 halaman 304-305
C. LUPUS ERITEMATOSUS
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Lupus Eritematosus discoid
- Berlokalisasi simetrik di muka ( terutama hidung dan pipi ),
telinga, atau leher.
- Lesi terdiri dari bercak bercak ( macula merah atau bercak
meninggi ), berbatas jelas dengan sumbatan keratin pada folikel
folikel rambut ( follicular plugs )
- Bila lesi lesi di atas hidung dan pipi berkonfluensi, dapat
berbentuk seperti kupu kupu.
- Penyakit dapat meninggalkan sikatrik atrofi, kadang kadang
hipertrofik, bahkan distorsi telinga atau hidung.
- Hidung dapat berbentuk seperti paruh kakaktua
- Bagian badan yang terkena sinar matahari lebih cepat beresidif
daripada bagian lain
- Lesi lesi dapat terjadi di mukosa oral dan vulva atau konjungtiva.
- Klinis tampak deskuamasi, kadang kadang ulserasi dan
sikatrisasi
2. Lupus eritematosus sistemik
a. Terdapat 4 dari 11 tanda berikut
- Eritema fasial ( butterfly rash )
- Lesi discoid
- Sikatrik hipotrofik
- Fotosensitivitas
- Ulserasi di mulut dan rinofaring
- Artritis ( non erosive, mengenai 2 sendi atau lebih )
- Serositis ( pleuritis, pericarditis )
- Kelainan ginjal ( proteinurea)
- Kelainan neurologic ( kelelahan, psikosis )
- Kelainan darah yaitu anemia hemolitik, leukopenia,
limfopenia, trombositopenia
- Gangguan imunologik
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium : anemia, leukopenia, trombositopenia,
peningkatan LED, hyperglobulinemia, albumin rendah
2. Faktor rematoid : positif 33% kasus
3. Fenomena sel S.E dan tes sel L.E : sel L.E terdiri atas granulosit
neutrofilik yang mengandung bahan
4. Antibodi antinuclear ( ANA )
5. Lupus band tes
6. Anti ds RNA
7. Anti - Sm
Diagnosis Banding
1. Lupus Eritematosus discoid
- Dermatitis seboroik
- Psoriasis
- Tinea fasialis
- Tinea kapitis
2. Lupus eritematosus sistemik
- Artritis reumatika
- Sklerosis sistemik
- Dermatomyositis
- Purpura trombositopenik
Referensi
1. Prof. dr. Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :
FKUI. 1987 halaman 264 267
VIII. UROGENITAL
A. PENYAKIT GINJAL KRONIK
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
a. Sesuai dengan kriteria penyakit Ginjal kronik
- Kerusakan ginjal yang terjadi > 3 bulan, berupa kelainan
struktur atau fungsional dengan atau tanpa penurunan LFG
dengan manifestasi :
+ Kelainan patologis
+ Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam
komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam imaging tes
- LFG < 60 ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan dengan atau tanpa
kerusakan ginjal
b. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti DM, infeksi traktus
urinarius, batu saluran kencing, hipertensi, hiperurikemi, LES
c. Sindom uremia seperti lemah, letargi, anoreksia, mual
muntah,nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer,
pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang kejang sampai koma
d. Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi
renal, payah jantung, asidosis metabolic, gangguan keseimbangan
elektrolit ( sodium, kalium, klorida )
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
- Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan
kreatinin serum dan penurunan LFG yang dihitung menggunakan
rumus Kockcroft Gault
- Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan hemoglobin,
peningkatan kadar asam urat, hiper atau hypokalemia,
hyponatremia, hipokalsemia, asidosis metabolic
- Kelainan urinanalisis meliputi proteinuria, hematuria, leukosuria,
cast, isostenuria
2. Gambaran Radiologis
- Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio opak
- Pielografi intravena
- Pielografi antegrad / retrograde
- USG ginjal, memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, kortek
menipis,hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa kalsifikasi
- Renografi
3. Pemeriksaan Biopsi dan Histopatologi Ginjal
- Dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yg masih mendekati
normal, dimana diagnosis secara noninvasif tidak bisa ditegakkan.
Tujuannya mengetahui etiologi, terapi, prognosis, dan
mengevaluasi terapi yg diberikan.

Diagnosis Banding
1. Gagal ginjal akut
2. CHF
3. ISK
4. Dehidrasi
Referensi
1. Sudoyo Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Interna
Publishing. 2009 halaman 1035 - 1037
B. SIDROM NEFROTIK
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Anamnesis dilakukan untuk mencari penyebabnya seperti riwayat
penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan riwayat
sistemik lain.
2. Tanda sindrom Nefrotik
a. Edema anasarca
b. Proteinuria massif 3,5 g/hari
c. Hypoalbuminemia < 3,5 g/dl
d. Hiperkolesterolemia
e. Lipiduria
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Urin termasuk pemeriksaan sedimen
2. Pemeriksaan kadar albumin dalam serum, kolesterol, dan trigliserid
3. Pemeriksaan Serologik dan biopsy ginjal
Diagnosis Banding
1. Gagal ginjal kronik
2. Sindrom nefritik
3. CHF
4. ISK
Referensi
1. Sudoyo Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Interna
Publishing. 2009 halaman 999 1001
C. KARSINOMA PROSTAT
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan histologic
setelah prostatektomi atau TUR
- Karsinoma prostat juga biasanya ditemukan saat pemeriksaan
colok dubur
- Penderita biasanya datang dengan keluhan obstruksi atau tanda
metastasis ke tulang atau organ lain seperti gejala lesi
medullaspinalis, nyeri pada tulang, fraktur patologik atau
hematuria.
2. Pemeriksaan Fisik
- Pada saat colok dubur ditemukan kelainan konsistensi yaitu bagian
prostat yang keras, nodul, ketidakrataan, atau asimetri
Pemeriksaan Penunjang
1. Biopsi
2. FNA
3. USG transrectal
4. Pemeriksaan PAP dan PSA
Diagnosis Banding
1. Benign Prostat Hiperplasia
2. Acute Bacterial Prostatitis dan Abses prostat
3. Bacterial Prostatitis
4. Non bacterial Prostatitis
5. TB sistem genitourinaria
Referensi
1. R Sjamsuhidajat, wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta
: EGC. 2004 halaman 530
IX. RESPIRASI
A. KANKER PARU
Kompetensi : 2
Tanda dan gejala
1. Fase awal kebanyakan tidak menunjukkan gejala klinis
2. Gejala Lokal
- Batuk baru atau batuk lebih hebat daripada batuk kronik
- Hemoptisis
- Mengi ( wheezing, stridor ) karena ada osbtruksi saluran napas
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- Atelektasis
3. Gejala Invansi Lokal
- Nyeri dada
- Dyspnea karena efusi pleura
- Invasi ke pericardium, terjadi tamponade atau aritmia
- Sindrom vena cava superior
- Sindrom horner
- Suara serak, karena penekanan nervus laryngeal recurrent
- Sindrom Pancoast
4. Gejala penyakit metastasis
- Pada otak, tulang, hati, adrenal
- Limfadenopati servikal dan supraklavicula
5. Sindrom paraneoplastic
- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
- Hematologi : Leukositosis, anemia, hiperkoagulasi,
- Hipertrofi osteoartropati
- Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
- Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid
- Dermatologik : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
- Renal : SIADH
Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen Thorak PA Lateral
2. Computed Tomografi dan MRI
3. Pemeriksaan Bone Scanning
4. Pemeriksaan Sitologi
5. Pemeriksaan Histopatologi
- Bronkoskopi
- Trans Torakal Biopsi
- Torakoskopi
- Mediastinokopi
- Torakotomi
6. Pemeriksaan Serologi / Tumor Marker
Diagnosis Banding
1. Tumor mediastinum
2. Metastasis tumor di paru
3. Tuberkuloma
4. TB Paru
Referensi
1. Sudoyo Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Interna
Publishing. 2009 halaman 2256 2261
B. OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA ( OSA )
Kompetensi : 1
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Mendengkur keras
- Gangguan tidur ( sleep choking )
- Apnea saat tidur
- Gerakan gerkana abnormal saat tidur
- Nokturia
- Rasa kantuk yang terus menerus saat siang hari
- Gangguan konsentrasi
- Sakit kepala pagi hari
- Gangguan intelektual
- Gangguan personalitas dan pergaulan
- Depresi
- Penurunan libido
2. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan IMT
- Morofologi saluran napas atas dan bentuk anatomi kraniofasialn
seperti leher yang pendek, mikrognatia, retrognatia, skor
mallampati
- Pengukuran saturasi oksigen selama tidur malam dengan oksimetri
Pemeriksaan Penunjang
1. Polisomnografi nocturnal, menghasilkan Indek Apnea Hipopnea,
normal < 5 kejadian per jam
Diagnosis Banding
1. Insomnia,
2. Narkolepsi,
3. Periodic limb movement dan
4. Parasomnia
Referensi
1. Sudoyo Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Interna
Publishing. 2009 halaman 2348 2349
C. KARSINOMA NASOFARING
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Gejala Nasofaring
- Epistaksis ringan
- Sumbatan hidung
2. Gejala telinga
- Tinitus
- Rasa tidak nyaman di telinga
- Rasa nyeri di telinga
- Gangguan pendengaran
3. Gejala mata dan saraf
- Diploplia
- Neuralgia trigeminal
- Sindrom Jackson
- Sindrom Unilateral
- Destruksi tulang tengkorak
4. Metastasis atau gejala di leher
- Benjolan di leher
Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan kepala dan leher
2. Pemeriksaan IgA anti EA dan IgA anti VCA
3. Biopsi nasofaring
4. Pemeriksaan Histopatologi
Diagnosis Banding
1. Juvenile Angiofibroma nasofaring
2. Angiofibroma nasofaring
3. Adenoid persisten
4. TBC nasofaring
Referensi
1. Prof. dr. Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FKUI : Jakarta. 1990 halaman
182 - 185
X. SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER, & PANKREAS
A. ATRESIA ESOFAGUS
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Timbul napas mengorok pada bay baru lahir yang mulut dan
tenggorokannya telah dibersihkan dengan baik
- Terlihat gelembung udara bercampur lender putih pada lubang
hidung dan mulut
2. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan keutuhan lumen esophagus dengan memasukkan
kateter melalui hidung ke efsofagus. Kemudian akan tertahan
setelah masuk 10 12 cm dari lubang hidung
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi dada dan perut, dengan memasukkan kateter
dari hidung kemudian pada foto akan terlihat kateter yang mungkin
melengkung ke atas dan lambung beridisi udara
Diagnosis Banding
1. Pilorospasme
2. Prolaps mukosa lambung
3. Atresia intestinal
4. Hernia diafragmatika
Referensi
1. R Sjamsuhidajat, wim de jong. Buku Ajar Ilmu Beda Edisi 2. Jakarta :
EGC. 2004 halaman 502 503
B. AKALASIA
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Disfagia
- Regurgitasi
- Rasa nyeri atau tidak enak di belakang sternum
- Berat badan menurun
2. Pemeriksaan Fisik
- Tidak ditemukan kelainan berarti
Pemeriksaan Penunjang
1. Esofagografi, terdapat penyempitan daerah batas esofagogaster dan
dilatasi bagian proksimal. Jika sudah lama esophagus akan membentuk
huruf s
2. Esofagoskopi
Diagnosis Banding
1. Penyakit Chagas
2. Skleroderma
3. Akalasia sekunder seperti adenokarsinoma gaster yang meluas ke
esofagus.
4. Ca Gaster
Referensi
1. R Sjamsuhidajat, wim de jong. Buku Ajar Ilmu Beda Edisi 2. Jakarta :
EGC. 2004 halaman 506 507
C. VARISES ESOFAGUS
Kompetensi
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Riwayat infeksi hati menahun
- Riwayat obat obatan
- Tentang peradarahan saat perdarahan terjadi
- Banyaknya darah yang dimuntahkan
- Apakah perdarahan pertama kalinya
2. Pemeriksaan Fisik
- Asites
- Splenomegali
- Hiperestrogenemi
- Ensefalopati
Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
2. Arteriografi
3. Splenoportografi
4. Foto kontras barium esophagus lambung
Diagnosis Banding
1. Sirosis hepatis
2. Ulkus peptic
3. Ca Lambung
4. Sindrom Mallory Weiss
Referensi
1. R Sjamsuhidajat, wim de jong. Buku Ajar Ilmu Beda Edisi 2. Jakarta :
EGC. 2004 halaman 584 587
XI. OBSGYN
A. MOLA HIDATIDOSA
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Perdarahan pervaginam antara bulan pertama sampai ketujuh
dengan sifat perdarahan intermitten, sedikt sedikit atau sekaligus
banyak
- Mual, muntah, pusing yang lebih berat
- Amenorea
- Keluarnya gelembung mola
2. Pemeriksaan Fisik
- Uterus yang lebih besar dari usia kehamilan
- Tidak ditemukan tanda pasti kehamilan seperti ballottement dan
detak jantung anak
- Anemia
- Pre eclampsia
- Tirotoksikosis
- Kista Lutein
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan kadar HCG, peningkatan HCG terutama di hari ke 100
2. USG, gambaran berupa badai salju ( snow flake pattern ), atau
gambaran seperti sarang lebah ( honey comb )
Diagnosis Banding
1. Kehamilan anembrionik
2. Missed abortion
3. Abortus inkomplet
4. Mioma uteri
Referensi
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan edisi keempat.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka halaman 488 489
B. PLASENTA PREVIA
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Perdarahan per vaginam tanpa rasa nyeri
- Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester dua keatas
- Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri
- Perdarahan kembali berulang tetapi lebih banyak dan mengalir
2. Pemeriksaan Fisik
- Palpasi abdomen ditemui bagian terbawah janin masih tinggi diatas
simfisis dengan letak janin tidak dalam letak memanjang
- Palpasi abdomen tidak membuat ibu merasa nyeri
Pemeriksaan Penunjang
1. Transabdominal USG
2. Transvaginal USG
3. Transperineal sonografi
4. MRI
Referensi
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan edisi keempat.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka halaman 497 499
C. KEHAMILAN POSTTERM
Komptensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Diagnosis ditegakkan berdasarkan umur kehamilan
2. Didapatkan 3 atau lebih dari kriteria berikut
- Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif
- Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar denga dopler
- Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
- Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali
dengan stetoskop Lennec
3. Riwayat haid
- Penderita harus yakin betul dengan HPHTnya
- Siklus 28 hari dan teratur
- Tidak minum pil anti hamil minimal 3 bulan
4. Riwayat pemeriksaan antenatal
- Tes kehamilan
- Gerak janin
- Denyut jantung janin
5. Tinggi fundus uteri
Pemeriksaan Penunjang
1. USG : CRL, diameter biparietal dan panjang femur, lingkar perut,
lingkar kepala
2. Pemeriksaan radiologi : pusat penulangan
3. Pemeriksaan laboratorium
- Kadar lesitin / spingomielin
- ATCA
- Sitologi cairan amnion
- Sitologi vagina
Diagnosis Banding
1. Kehamilan cukup bulan
2. Kehamilan gemeli
3. Pertumbuhan janin terhambat
4. Polihidroamnion
Referensi
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan edisi keempat.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka halaman 687 490
XII.CARDIOVASKULER
A. MITRAL STENOSIS
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Berdebar ( takikardia/ AF ),
- Batuk darah,
- Sesak nafas saat aktivitas,
- Ortopnoe,
- Paroxysmal nocturnal dyspnoe,
- Cepat lelah,
- Gejala karena tromboemboli
2. Pemeriksaan Fisik
- Facies mitral,
- Palpasi: trill diastolik (thrill diastolic) diapeks
- Auskultasi: S1 keras, opening snap, bising middiastolik, bising pre-
sistolik
3. Kriteria Diagnostik
a. Ekokardiografi untuk menilai derajat MS:
- Normal 4-6 cm2
- Ringan > 1,5 cm2
- Sedang 1-1,5 cm2
- Berat < 1 cm2
b. Morfologi katup sesuai mitral rematik
Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
2. Lab : Hb, Ht, Lekosit, MCH / MCHC /RDW, SGOT / SGPT, Gamma
GT,Ur, Cr, Asto, CRP, Albumin, globulin/protein
3. Rontgenthorax.
4. Ekokardiografi Trans thorakal dan Trans Oesophageal
5. Angiografi Koroner (usia >40 tahun / dicurigai penyakit jantung
koroner)
6. Penyadapan Jantung kanan (pada hipertensi pulmonal berat)
Diagnosis Banding
1. Miksoma diatrium kiri
2. Kor triatriatum
3. Mitral regurgitation,
4. Aortic stenosis
Referensi
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PANDUAN
PRAKTIK KLINIS (PPK) DAN CLINICAL PATHWAY (CP)
PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH EDISI
PERTAMA. Jakarta : 2016 halaman 45 46
B. REGURGITASI MITRAL
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Berdebar,
- Batuk-batuk,
- Sesak napas saat aktivitas,
- Ortopnoe,
- Paroxysmal nocturnal dyspnoe,
- Cepat lelah,
- Beberapa gejala yang tidak khas
2. Pemeriksaan Fisik
a. Facies mitral,
b. Palpasi: trill diastolic (bila MS dominan)
c. Auskultasi
- MR dominan: S-1 melemah, pada MVP terdengar midsistolik
click. Bising pansistolik frekuensi tinggi diapeks dengan
penjalaran ke aksilla, pada MVP bising pansistolik nyaring
seperti suara burung camar (seagull murmur);
- Bila MS dominan : S-1 keras, opening snap, bising mid-
diastolik
- Tanda-tanda gagal jantung dapat timbul tergantung perjalanan
penyakit.
3. Kriteria Diagnostik
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
c. Ekokardiografi
- Menilai derajat MR dan morfologi katup apakah sesuai mitral
rematik
- Mengukur area katup mitral - kriteria derajat MS
Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
b. Rontgen
c. Lab: Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, SGOT, SGPT, Ur, Cr,
Albumin/globulin, protein, TT/INR (untuk pengguna warfarin),
ASTO, CRP
d. Ekokardiografi trans-thoracal dan transesophageal (bila rencana
operasi )
e. Angiografi Koroner bila usia >40 tahun atau dicurigai ada penyakit
jantung koroner, atau penyebabnya infark miokard akut.
f. Pemeriksaan penyadapan jantung bila ada dugaan lesi penyerta yang
belum terdiagnosis oleh pemeriksaan non invasive atau hipertensi
pulmonal berat.
Diagnosis Banding
1. Ventricular Septal Defect (VSD)
2. Aortic Stenosis (AS)
3. Hypertrophic Obstructive Cardiomyopathy (HOCM)
4. Regurgitasi (TR)
5. Kortriatriatum, myxoma (mirip MS)
Referensi
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PANDUAN
PRAKTIK KLINIS (PPK) DAN CLINICAL PATHWAY (CP)
PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH EDISI
PERTAMA. Jakarta : 2016 halaman 49 51
C. STENOSIS AORTA
Kompetensi : 2
Tanda dan Gejala
1. Anamnesis
- Cepat lelah
- Nafas pendek atau sesak nafas (dispneu, takipneu, ortopneu)
- Sinkop / gangguan peredaran darah otak sepintas
- Sakit dada (angina pektoris)
2. Pemeriksaan Fisik
- Palpasi: thrill sistolik
- Auskultasi: S2 lemah bising ejeksi sistolik di area aorta menjalar
ke leher bruit pada a. karotis
3. Kriteria Diagnostik
- Anamnesis
- PemeriksaanFisik
- Ekokardiografi: gambaran stenosis katup aorta morfologi katup
sesuai aortic rematik kriteria derajat beratnya AS
Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
2. Rontgen
3. Lab.: Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, SGOT, SGPT, Ur, Cr,
Albumin/globulin, protein, TT/INR (untuk pengguna warfarin),
ASTO, CRP
4. Ekokardiografi: trans-thoracal dan TEE (untuk pasien rencana operasi)
5. MSCT aorta (bila dicurigai ada kecurigaan aneurisma / diseksi
6. Angiografi Koroner (usia >40 tahun, wanita menopause, kecurigaan
PJK)
7. Penyadapan jantung bila dicurigai ada lesi penyerta yang belum
terdiagnosis oleh pemeriksaan non invasive.
Diagnosis Banding
1. Mitral regurgitasi
2. HOCM
3. VSD
4. Pulmonal stenosis
5. Aneurisma arkus aorta
Referensi
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. PANDUAN
PRAKTIK KLINIS (PPK) DAN CLINICAL PATHWAY (CP)
PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH EDISI
PERTAMA. Jakarta : 2016 halaman 54 55

Anda mungkin juga menyukai