BAB I
PENDAHULUAN
10
Laporan Kerja Praktik
survey (tahunan), intermediate survey (survei antara) dan special survey (lima tahunan).
Sebagai pelayanan docking dan reparasi yang memiliki peranan penting, PT. ASSI
memiliki 3 jenis fasilitas pengedokan yang digunakan dalam perbaikan dan perawatan
kapal, yaitu Dok Lapangan (Launching Way), Dok Tarik (Slipway) dan Dok Apung
(Floating Dock). Pemilihan jenis fasilitas disesuaikan dengan ukuran kapal dan
kebutuhan owner akan perbaikan serta perawatan kapal. Jenis fasilitas pengedokan
diatas akan memiliki proses docking dan undocking yang berbeda tergantung ukuran
kapal dan jenis fasilitas pengedokannya.
Dalam Laporan Kerja Praktik ini, penulis melakukan penelitihan tentang proses
docking dan reparasi kapal. Objek studi dan topik pembahasan tentang KEGIATAN
DOCKING DAN REPARASI KAPAL DI PT. ADI LUHUNG SARANASEGARA
INDONESIA. Penelitihan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan arahan dari
pembimbing.
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam kerja praktik ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses docking dan undocking kapal PT. ASSI di launching way
2. Untuk mengetahui proses docking dan undocking kapal PT. ASSI di slipway
3. Untuk mengetahui proses docking dan undocking kapal PT. ASSI di Floating Dock
4. Untuk mengetahui proses reparasi kapal di PT. ASSI
1.4. Manfaat
Penyusunan laporan kerja praktik ini diharapkan memberikan informasi
mengenai kegiatan docking dan reparasi kapal pada fasilitas docking di launching way,
slipway dan floating dock. Selain itu, juga diharapkan memberikan gambaran tentang
11
Laporan Kerja Praktik
dunia kerja dan dapat dijadikan rekomendasi untuk tempat kerja praktik bagi yang
berminat.
12
Laporan Kerja Praktik
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
13
Laporan Kerja Praktik
14
Laporan Kerja Praktik
Visi
Kami selalu berkarya berkesinambungan melebihi harapan pemangku kepentingan
dan menjadi simbol bagi produk dan jasa teknik kelautan terbaik dari Indonesia
dan menang bersaing melalui teknologi dan pengetahuan kelautan mutakhir.
Misi
Melalui teknologi maju, pengetahuan dan ekonomi yang kompetitif guna
menciptakan produk teknologi kelautan yang aman, selamat, ramah lingkungan
dengan harga bersaing dan dapat memberikan kontribusi pada masyarakat
15aritime.
Citra Sumber Daya Manusia
Jujur
Loyal
Santun
Profesional
Efisien
Kreatif
15
Laporan Kerja Praktik
BAB III
DASAR TEORI
16
Laporan Kerja Praktik
17
Laporan Kerja Praktik
yang akan disurvey harus dalam kondisi tidak bermuatan. Untuk tanggal kadaluwarsa
intermediate survey adalah :
Survey menjadi kadaluwarsa setelah 2 tahun dari dimulainya periode
pengkelasan (saat commissioning mengacu pada Pembaharuan Kelas). Tanggal
kadaluwarsa dihitung dari tanggal dimana periode kelas saat ini akan memenuhi
2 tahun validitasnya. Survey bisa dilakukan pada kesempatan diantara annual
survey ke-2 dan ke-3.
Docking Survey (jika diperlukan) yang dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo
untuk periode survey, bisa diakui sebagai Survey Intermediate sepanjang jangka
waktu interval antara Docking Survey yang diakui tersebut terhadap Docking
Survey berikutnya tidak lebih lama dari 36 bulan.
Untuk intermediate survey melingkupi :
Pemeriksaan dan perawatan ruangan yang dipakai untuk tangki ballast,
Perbaikan cat pelindung pada tangki ballast,
Pemeriksaan kondisi lambung di bawah garis air,
Perbaikan buritan kapal melingkupi daun kemudi, shaft dan propeller, sterntube,
dan lain-lain.
Peralatan pemadam kebakaran,
Pemeriksaan permesinan kapal, yaitu penggerak utama, penggerak utama mesin
bantu, turbin, pompa, kompresor, vessels dan peralatan di bawah tekanan,
pemanas, alat penukar panas, pipa, valve dan peralatan, instrumentasi.
Pemeriksaan main and auxiliary steering gear,
Peralatan jangkar dan peralatan tambat,
Instalasi listrik yang melingkupi main generator, auxiliary generator, emergency
generator, main switchboards, motor listrik, panel distribusi dan switch cabinets,
baterai dan seluruh tempat-tempat instalasi kabel sejauh yang dapat diakses.
2.1.2.3. Special Survey
Survey pembaruan kelas dikenal dengan Special Survey (SS) yaitu survei yang
dilaksanakan setiap lima tahun sekali (setiap berakhirnya masa berlaku sertifikat
klasifikasi) dan dilaksanakan diatas dok. Survey pembaruan kelas untuk lambung,
instalasi mesin, termasuk instalasi listrik dan perlengkapan khusus yang dikelaskan
harus dilaksanakan pada akhir periode kelas. Survey pembaruan kelas dapat dimulai
18
Laporan Kerja Praktik
pada survey tahunan keempat dan harus selesai dilaksanakan secara lengkap pada akhir
periode kelas. Masa survey keseluruhan tidak boleh lebih dari 15 bulan. Adapun item
yang dilakukan pada tahap ini yaitu :
Pembaruan Sertifikat
Pemeriksaan terhadap bottom and side plating, coating and painting
Pemeriksaan total terhadap kemudi
Pemeriksaan total terhadap propeller, stern tube, sistem perporosan, dan bow-
thruster
Crank web deflection pada mesin induk dan mesin bantu
General overhaul pada mesin induk dan mesin bantu
Pemeriksaan pompa dan kompresor
2.1.3. Fasilitas Pengedokan
Ada 3 macam fasilitas pengedokan yang melengkapi suatu galangan kapal PT.
Adiluhung Sarana Segara Indonesia, yaitu dok lapangan (building berth), dok tarik
(slipway) dan floating dock.
2.1.3.1. Dok Luncur (Slipway)
Dok luncur (Slipway) adalah fasilitas pengedokan kapal dengan cara medudukan
kapal diatas kereta yang disebut trolley dan menarik kapal tersebut dari permukaan air
dengan mesin derek dan tali baja melalui suatu rel yang menjorok masuk kedalam
perairan dengan kecondongan tertentu sampai ketepi perairan yang tidak terganggu oleh
pasang surut dari air laut. Dok ini merupakan peralatan di tepi peraiaran yang digunakan
untuk menaikkan kapal yang akan diperbaiki melalui rel dan pertolongan keret serta
dengan beberapa penggeserannnya. Slipway tergantung kedudukan kapal terhadap rel
terbagi atas slipway melintang dan slipway mamanjang.
19
Laporan Kerja Praktik
20
Laporan Kerja Praktik
21
Laporan Kerja Praktik
22
Laporan Kerja Praktik
2. Intermediate (Sealer)
Berfungsi sebagai perantara antara cat primer dan cat anti fouling. Cat ini
memiliki sifat rekat kuat dengan cat primer dan cat finish coat. Sealer merupakan
cat dua komponen yaitu dengan tambahan curring agent. Jenis cat ini yaitu vynil
epoxy.
3. Finish Coat
Merupakan suatu lapisan resin penyekat di atas intermediate dan primer. Cat
ini diaplikasikan di atas garis air (Topside). Ini merupakan pertahan pertama
terhadap chemical yang agresif, air, atau lingkungan, yang berfungsi sebagai
barrier pertama dalam coating sistem. Finish coat lebih padat dibandingkan
intermediate coat karena jumlah pigmentnya lebih kecil. Adapun fungsi dari
coating sistem finish coat, yaitu :
Sebagai lapisan penyekat dalam sistem coating,
Membentuk lapisan pertahanan pertama terhadap lingkungan,
Memberikan ketahanan terhadap chemical, air, dan cuaca,
Membuat permukaan menjadi tangguh dan tahan aus,
Memberikan keindahan.
4. Anti Fouling
Cat ini berfungsi untuk memberikan perlindungan pada permukaan badan
dan lambung kapal dari biota laut yang menempel. Cat anti fouling mengandung
senyawa cuprus yang membuat marine growth tidak menempel di permukaan cat.
Cat ini merupakan satu komponen.
3.2.2.2. Inspeksi Dalam Coating
1. Pre-inspection
Merupakan pemeriksaan awal terhadap permukaan material yang akan dicat
dengan tujuan agar diperoleh perekatan secara maksimal untuk proses pengecatan
atau painting. Permukaan dibersihkan dari berbagai kotoran (scrapping) yang
menempel pada pelat misalnya minyak, garam, lumpur, dsb. Pembersihan dapat
dilakukan dengan menyemprotkan air tawar bertekanan tinggi. Selain pemeriksaan
material, pemeriksaan juga dilakukan terhadap peralatan yang digunakan oleh
blaster maupun painter apakah layak digunakan atau tidak.
23
Laporan Kerja Praktik
24
Laporan Kerja Praktik
penting, karena tingkat kekasaran akan sangat berpengaruh terhadap daya lekat
coating terhadap logam yang akan dilapisi. Ketika permukaan suatu material
dikasari, maka akan terjadi peningkatan titik-titik kimia yang ditandai dengan
peningkatan ikatan kimia. Hal tersebut diakibatkan oleh partikel abrasif yang
mengasari permukaan. Jika partikel abrasif memiliki sudut yang lebih kecil,
permukaan material akan jauh lebih kasar jika dibandingkan dengan material
yang dikasari dengan partikel abrasif yang memiliki sudut lebih besar.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk persiapkan permukaan, yaitu dapat
dilakukan dengan :
Sandblasting
Proses pekerjaan dingin yang digunakan untuk membersikan material
dengan cara menembakan media abrasif dan udara bertekanan dari kompresor
melalui nozel kesuatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan
atau tumbukan. Hal ini bertujuan untuk membersihkan dan menciptakan
kekasaran pada permukaan material sehingga cat lebih melekat dan produk
tersebut akan lebih tahan terhadap korosi. Tingkat kekasaran dapat disesuaikan
dengan ukuran butiran serta tekananya, sedangkan untuk tingkat kebersihan
disesuaikan dengan standar ISO 8501 Ada 2 jenis abrasif yang digunakan,
yaitu methalic abrasive (steel shot, pineball dan steel grid) dan non methalic
abrasive (copper slag, granit, silica dan aluminium oxide).
Sandblasting dapat dikategorikan sebagai surface preparation sebelum
pengecatan diaplikasikan. Sandblasting dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu
full blast, sweep blast dan spot blast. Penggunaan sandblasting banyak dipilih
di industri galangan karena cara kerjanya yang cepat dan efisien untuk
membersihkan permukaan material yang terkontaminasi oleh berbagai kotoran
terutama karat. Parameter yang mempengaruhi proses sandblasting antara lain
adalah ukuran butiran, sudut penyemprotan, tekanan penyemprotan dan waktu
penyemprotan.
25
Laporan Kerja Praktik
26
Laporan Kerja Praktik
27
Laporan Kerja Praktik
4. Paint Application
Setelah proses pengecatan selesai harus dilakukan pemeriksaan terhadap
hasil pengecatan, terutama pada ketebalan dari cat apakah sudah sesuai dengan
standar yang diminta, kondisi pengecatan dapat berupa dalam kondisi basah atau
kering. Alat yang digunakan adalah Dry film thickness dan Wet film thickness.
Wet Film Thickness
Wet Film Thickness dalam Standar ISO 2808 adalah pengukuran yang
dilakukan setelah aplikasi pengecatan pada suatu material harus segera
dilakukan pengukuran ketebalan cat saat basah atau disebut dengan WFT (Wet
Film Thickness), karena ini sangat mempengaruhi skill aplikator. Pengukuran
WFT dapat menggunakan alat (manual) yang bentuknya bergerigi, dengan
ukuran micron yang terbuat dari baja dan tahan terhadap korosi.
basah yang sesuai. Dalam kasus permukaan yang melengkung seperti pipa, alat
pengukur harus ditempatkan pada posisi sejajar dengan poros kelengkungan.
Hasil pengukuran ketebalan tergantung pada waktu pengukuran.
Dry Film Thickness
Dry Film Thickness dalam standar ISO 2808 merupakan pengukuran
yang dilakukan untuk mengetahui ketebalan cat saat kering. Alat yang
digunakan untuk mengukur DFT yaitu coating thickness gauge, alat ini dapat
digunakan untuk mengukur selisih ketebalan antara ketebalan total (substrat +
film) dan ketebalan substrat, mengukur ketebalan cat dengan cepat dan tepat
dengan pengukuran presisi dan dapat digunakan untuk mengukur lapisan non-
destruktif. Prosedur penggunaan alat ini yaitu dengan menempelkan coating
thickness gauge pada material yang di cat, kemudian akan muncul
ketebalan/angka pada display thickness gauge.
29
Laporan Kerja Praktik
30
Laporan Kerja Praktik
31
Laporan Kerja Praktik
kemudi kapal yaitu kemudi digerakkan secara mekanis atau hidrolik dari anjungan
dengan menggerakkan roda kemudi. Besarnya kemudi kapal harus disesuaikan dengan
ukuran kapal, jenis kapal, kecepatan kapal, bentuk lambung kapal serta penempatan
kemudi, bila terlalu besar mengakibatkan hambatan tetapi kalau terlalu kecil
mengakibatkan kapal kehilangan kendali khususnya pada kecepatan rendah.
Penempatan kemudi biasanya di belakang propeller, sehingga arus yang ditimbulkan
propeller dapat dimanfaatkan oleh kemudi untuk mengubah gaya yang bekerja pada
kapal dengan lebih baik. Jenis kemudi dibedakan menjadi 3, yaitu biasa, berimbang dan
semi-berimbang (Wahyuddin, 2011).
32
Laporan Kerja Praktik
Perbaikan mesin kapal terdiri dari 3 bagian, yaitu Top Overhaul, Major Overhaul dan
General Overhaul.
3.2.4.1. Top Overhaul (Bagian Atas Mesin)
Perbaikan bagian atas adalah yang meliputi bagian . atas dari motor Diesel, yaitu
seluruh bagian pada kepala silinder (Cylinder head) atau seluruh bagian I komponen
yang melengkapi kepala silinder harus dilakukan pembersihan, pemeriksaan dan
penggantian material baru bila diperlukan. Top Overhaul dilaksanakan pada saat motor
diesel yang sudah bekerja selama antara 2.000 - 4.000 Jam (Running Hours), perawatan
dan perbaikan meliputi : cylinder head, surface cylinder head, cylinder head cooling
system, cylinder crack check, baut-baut dan mur pengikat, O-ring air pendingin silinder,
cooling cover packing, fuel oil injector, katup gas buang, katup udara masuk, setting
exhaust valve, setting inlet valve, safety valve set, katup indikator, air starting valve set,
injector chamber, guide sleeve exhaut valve, guide sleeve inlet valve, rocker arm,
rocker arm bush, rocker arm and valves lube oil system, exhaust gas manifold, air
scavanging chamber, inter air scavanging cooler, lube oil cooler, fresh water cooler.
33
Laporan Kerja Praktik
crank shaft journal, main bearing, main bearing bolts, camshaft & driving divices, gear
box, fuel oil injection pump, turbo charger unit, air scavanging cooler, air scavanging
blower, pneumatic control system, lube oilsafety device system, sistem pengaman
pendingin air tawar, overspeed trip-off system.
3.2.4.3. General Overhaul (Semua Bagian Mesin)
Perbaikan seluruh bagian mesin adalah meliputi seluruh pekerjaan Top Overhaul,
pekerjaan Major Overhaul dan semua bagian dari mesin yang berhubungan langsung
menahan tegangan-tegangan dari tenaga mesin tersebut. General overhaul
dilaksanakan pada saat mesin sudah bekerja selama antara 14.000-24.000 Jam (Running
Hours), yang meliputi pemeriksaan, perawatan dan perbaikan pada seluruh perbaikan
yang dikerjakan top overhaul ditambah dengan seluruh perbaikan yang dikerjakan
major overhaul dan ditambah dengan seluruh bagian mesin yang menerima tegangan-
tegangan mesin sebagai berikut : buku petunjuk, periksa plat-plat fondasi dudukan
badan mesin, periksa bagian dasar badan mesin, periksa keretakan semua bagian tengah
badan mesin, sistem udara pengontrol, menguji sistem pengamanan, kalibrasi alat-alat
pengukur panas dan tekanan, kalibrasi alat-alat pengukur tekanan. Pekerjaan "General
Overhaul" dilaksanakan pada mesin penggerak utama dengan tenaga diatas 1.000 horse
power, maka pekerjaan general overhaul sudah meliputi top overhaul dan major
overhaul yang harus diperiksa, diukur, ditest, dikalibrasi dan diganti material barn.
segel rantai disambung satu dengan yang lain serta pada ujungnya terpasang jangkar
dan pada ujung yang dikapal terpasang pada bak rantai (Chain Locker).
36
Laporan Kerja Praktik
37
Laporan Kerja Praktik
38
Laporan Kerja Praktik
Harus ada jaminan, agar pada waktu mengeluarkan rantai, dapat menahan
tegangan-tegangan yang timbul
Pada kegunaannya jangkar merupakan bagian kapal yang sering digunakan dan
secara langsung akan berinteraksi langsung dengan air laut, sehingga jangkar akan
mudah mengalami kerusakan, faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan jangkar,
diantaranya, seperti pencucian jangkar yang kurang sempurna dan masih mengandung
senyawa-senyawa kimia yang membuat rantai jangkar mengalami pelapukan, jangkar
digunakan terus menerus tanpa adanya rekonstruksi/ perawatan kapal (aus), pengaruh
korosi yang dapat mengkikis permukaan anchor chain. Untuk meminimalisir kerusakan
pada jangkar, maka harus dilakukan perawatan secara rutin, seperti :
Pencucian rantai jangkar baik dengan air tawar maupun air laut. Kelebihan cara ini
yaitu didapatkan dengan cost murah dantidak menciptakan percepatan korosi,
namun memiliki kekuranggannya adalah percepatan korosi dan pemborosan cost
karena mahal
Pencucian rantai jangkar dengan pasir atau sunblasting, kelebihannya dapat
membersihkan kerak-kerak rantai jangkar karena hewan laut dengan baik
(khususnya pasir besi) tetapi mempunyai kekurangan dari segi biaya sandblasting
yang masih relative mahal.
Pengecatan untuk meminimalisir percepatan laju korosi.
39
Laporan Kerja Praktik
replating pelat kapal pengelasan sangat dibutuhkan untuk penyambungan pelat baru dan
pelat lama, apabila pengelasan tidak baik akan berpengaruh pada kondisi kapal yang
dapat menyebabkan kebocoran pada kapal. Sebelum kapal turun dok harus dilakukan
pemeriksaan atau test kebocoran pada sambungan pengelasan pelat untuk menghindari
resiko biaya perbaikan yang sangat besar. Untuk tes kebocoran pada pelat kapal dapat
dilakukan dengan kapur solar atau vacuum test.
3.2.6.1. Kapur Solar
Metode kapur solar merupakan pengujian pada sambungan las untuk mengetahui
kekedapan sambungan pengelasan. Cara ini sangat tradisional, dimana bagian
pengelasan yang akan diuji diolesi dengan kapur dibagian luarnya, sedangkan bagian
dalam diolesi minyak solar. Alat yang digunakan untuk mengoleskan yaitu kuas. Hasil
kebocoran pengelasan menggunakan kapur solar dapat diketahui setelah 4 jam, untuk
crack atau kebocoran yang halus baru dapat diketahui 1 hari pengujian dan solar harus
berulangkali dioleskan dengan interval waktu 3 jam (Smith, 2014). Namun cara ini
memiliki kelemahan yaitu :
Waktu pengujian terlalu lama,
Tidak dapat mendeteksi kebocoran atau crack yang sangat halus,
Tidak akurat untuk bagian-bagian vertical, dikarenakan minyak akan mengalir
kebawah sehingga kecil kemungkinan minyak meresap kedalam kapur,
Cara ini tidak diakui oleh sebagian besar Biro Klasifikasi.
40
Laporan Kerja Praktik
penggantian plat atau replating dengan volume replating yang kecil. Prinsip dasar dari
vacuum test ini adalah mendeteksi kebocoran pengelasan dengan cara membuat udara
disekitar benda yang akan diuji menjadi hampa (mampa udara) dengan menggunakan
media semacam tabung dari bahan yang tembus pandang, kebocoran akan terdeteksi
lewat alat ukur yang terpasang atau terlihat langsung dengan adanya busa atau
gelembung dari cairan air sabun yang tampak di dalam tabung.
41
Laporan Kerja Praktik
BAB IV
METODOLOGI
Mulai
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisa Data
Selesai
Gambar 4.1. Diagram Alir Kegiatan Docking dan Reparasi Kapal di PT. ASSI
42
Laporan Kerja Praktik
43
Laporan Kerja Praktik
BAB IV
Pada bab ini akan dijelaskan tentang analisa dan pembahasan mengenai proses-
proses pengedokan dan reparasi kapal yang dilakukan di PT. Adiluhung Saranasegara
Indonesia. Kegiatan pengedokan dilaksanakan berdasarkan pada repair list yang dibuat
oleh Perusahaan Pelayaran atau Galangan Kapal. Repair list merupakan daftar pekerjaan
yang harus dilakukan untuk mempermudah proses pemeriksaan, perbaikan atau
perawatan kapal sesuai waktu pelaksaan pengedokan.
Pada saat kapal datang pihak galangan (Direktur, Pimpro, PPC dan Marketing)
bersama pihak perusahaan pelayaran (owner) melaksanakan Arrival Meeting. Kegiatan
tersebut merupakan pembahasan RL antar dua pihak. Pada Arrival Meeting inilah daftar
pekerjaan dapat berkurang atau bertambah sesuai persetujuan dua pihak, selain itu dalam
kegiatan ini tiap divisi akan menerima tugasnya masing-masing, berikut adalah tugas tiap
divisi :
1. Pimpro membuat jadwal pekerjaan perbaikan kapal dan menentukan jumlah pekerja,
2. PPC membuat Repair List baru,
3. PPC membuat Laporan Docking untuk kelas (BKI),
4. PPC Membuat Satisfaction Notes (rincian pekerjaan yang telah direncanakan),
5. Divisi Keuangan membuat rincian harga dari satisfaction note tersebut, kemudian
menyerahkannya ke owner, untuk diperiksa dan jika sudah sesuai dilakukan
pembayaran ke pihak marketing.
44
Laporan Kerja Praktik
yang bertugas mengatur dan menyiapkan segala peralatan yang digunakan untuk
kelancaran docking sesuai arahan dari Pimpro.
Proses docking di launching way menggunakan air bag yang disusun sesuai
dengan docking plan kapal. Pada saat kapal akan naik dok semua mesin kapal dimatikan
dan kapal harus dalam keadaan free gas untuk menjaga keselamatan pekerja. Kapal yang
akan naik dok ditarik dengan tug boat Kirana 8 milik PT. ASSI saat masuk area docking,
kemudian tim limbung melakukan tarik tari untuk acuan center dan menjaga kapal dalam
keadaan seimbang tidak trim, lalu tali ditambatkan di dermaga. Pada bagian haluan kapal
dikaitkan dengan tali baja (wire rope) yang ditarik oleh mesin derek (winch) dan air bag
di pompa secara perlahan untuk membantu proses naik dok dengan sempurna. Kemudian
ganjel-ganjel dipasangkan sesuai letak docking plan kapal dan air bag dikempiskan. Tali
baja yang disambungkan ke mesin derek dilepas dan dipasang di pulley block sebagai
penahan agar kapal tidak dapat bergerak bebas.
46
Laporan Kerja Praktik
47
Laporan Kerja Praktik
48
Laporan Kerja Praktik
49
Laporan Kerja Praktik
50
Laporan Kerja Praktik
Pada sambungan pelat lama dan baru yang telah dilas harus lolos dari
kebocoran/kekedapan. Tes kebocoran yang dilakukan pada KM. Jokotele menggunakan
metode kapur solar. Metode ini sering digunakan karena murah dan mudah
penggunaannya hanya dengan mencampurkan kapur gamping dan air kemudian diaduk
merata. Pada bagian luar sambungan pelat yang dilas dioleskan dengan kapur secara
merata dan pada bagian dalam diolesi/dituangkan solar. Hasil tes kebocoran dapat
diketahui minimal 1 jam, apabila solar menembus bagian luar sambungan, maka
pengelasan belum baik dan harus dilakukan pengelasan kembali hingga tidak ada solar
yang menembus permukaan luar sambungan pelat.
Gambar 5.12 Tes Kebocoran Kapur Solar Pada KM. Joko Tole
5.5. Analisa Ultasonic Testing Pada Pelat KM. Jokotole
Ketebalan pelat KM. Jokotole adalah 8 inch, sedangkan untuk bagian keel
ketebalannya 10 inch.. Untuk KM. Jokotole batas minimum ketebalan pelat 8 inch adalah
6,5 inch dan untuk ketebalan pelat 10 inch adalah 8 inch minimum ketebalannya.
Pengujian ini dilakukan oleh Inpector PT. Kharisma Samudra dengan menggunakan alat
Ultrasonic Testing Gauge yang berupa :
Kabel
Monitor (control unit)
Pelumas (coplan)
Kalibrasi (step width).
51
Laporan Kerja Praktik
52
Laporan Kerja Praktik
53
Laporan Kerja Praktik
Hempadur Mastic 45881 dan untuk cat antifouling tipe yang digunakan adalah
Hempels Antifouling Olympic 86900. Pada pengaplikasiannya, prosedur pengecatan
harus sesuai dengan product data sheet. Surveyor dan painter harus mengetahui dan
paham mengenai product data sheet karena sangat berguna untuk memberikan prosedur
pemakaian dan pengaplikasian cat secara benar serta memberikakan informasi mengenai
spesifikasi cat.
54
Laporan Kerja Praktik
55
Laporan Kerja Praktik
geriginya terdiri dari ketebalan, kemudian ditempelkan diatas pelat kapal setelah dicat.
Setelah itu mengukur ketebalan cat saat kering (Dry Film Thickness) dengan
menggunakan dial gauge yang dapat mendeteksi ketebalan cat saat kering dan hasilnya
ditampilkan ke monitor, untuk membuktikan kebenaran hasil dapat dilakukan kalibrasi.
Inspeksi setelah pengecatan dapat dilihat dalam standar ISO 2808.
56
Laporan Kerja Praktik
(2 ) 660 125
+ = = = 143,23
10 % 10 72 %80
(2 ) 120 125
= = = 29,76
10 % 10 72 %70
Jadi, jumlah kebutuhan cat primer untuk area bottom+bottop+topside adalah
(143,23+29,76)/20 liter = 8,65 9 kaleng.
Cat Intermediate (Hempadur 47182) :
Luas Area Bottom = 600 m2
DFT = 125
%VS = 62
Loss factor = 80% untuk Bottom
(2 ) 600 125
= = = 151,21
10 % 10 62 %80
Jadi, jumlah kebutuhan cat intermediate (sealer) untuk area bottom adalah 151,21/20
liter = 7,56 8 kaleng.
Cat Finishing (Hempadur Mastic 45881) :
Luas Area Bottop dan Topside = 60 m2 dan 120 m2
DFT = 125 dan %VS = 80
Loss factor = 80% untuk Bottom
(2 ) 60 125
= = = 11,71
10 % 10 80 %80
(2 ) 120 125
= = = 26,78
10 % 10 80 %70
Jadi, jumlah kebutuhan cat finishing untuk area bottop+topside adalah
(11,71+26,78)/20 liter = 2 kaleng.
Cat Anti Fouling (Hempels Anti Fouling Olympic 86900) :
Luas Area Bottom = 600 m2
DFT = 100
%VS = 50%
Loss factor = 80 untuk bottom
(2 ) 600 100
= = = 150
10 % 10 50 %80
57
Laporan Kerja Praktik
Jadi, jumlah kebutuhan cat anti fouling untuk area bottom adalah 150/20 liter 7,5 8
kaleng.
5.9. Analisa Balancing Propeller
Pemeriksaan dan perbaikan propeller menurut waktu pelaksanaan docking kapal
merupakan jenis special survey. Pada jenis survey inilah propeller akan diperiksa total
untuk menjaga performa kapal, supaya daya yang ditransferkan dari mesin dapat di
serap secara maksimal. Sebagai jasa reparasi dalam perbaikan dan perawatan propeller
yang dilakukan PT. ASSI adalah propeller dilepaskan dari kapal dengan membuka nut
propeller menggunakan kunci pas besar dan sela-sela daun propeller dipanaskan
dengan mesin brander, lalu dipukul dengan hammer sampai terlepas dari poros
propeller. Untuk perbaikan dan perawatan propeller dilakukan di bengkel propulsi.
Daun propeller diratakan dengan mesin gerinda sebelum dilakukan balancing
propeller.
58
Laporan Kerja Praktik
daun propeller C. Cara yang sama juga dilakukan untuk daun propeller B dan D. Apabila
pekerjaan balancing propeller telah selesai dan daun-daun propeller sudah seimbang,
propeller dibawa kembali ke kapal untuk dipasang untuk dilakukan pengujian NDT (Non
Destructive Test) pada daun propeller.
Gambar 5.24. Cleaner, Penetran Red dan Developer untuk Uji LPT
59
Laporan Kerja Praktik
Gambar 5.25. Terdeteksi Keretakan Pada Daun Propeller Setelah Uji LPT
Berikut adalah proses yang dilakukan PT. ASSI dalam mengatasi keretakan atau
kerusakan pada daun propeller :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, seperti brander, gerinda, kuningan
dan serbuk boraks,
2. Mengoleskan ujung kuningan dengan boraks untuk mempercepat pengeringan
dan pengerasan, kemudian kuningan dibengkokkan untuk mempermudah proses
pemupukan daun propeller,
3. Menyalakan brander, kemudian kuningan dilelehkan menggunakan brander
dengan meletakkan pada bagian yang terdeteksi keretakan,
60
Laporan Kerja Praktik
61
Laporan Kerja Praktik
Poros propeller dibersihkan dengan oli/cleaner, lalu diletakkan diatas mesin bubut
dengan mengatur tata letak poros pada sisi A mesin bubut.
62
Laporan Kerja Praktik
63
Laporan Kerja Praktik
poros propeller. Kemudian dilakukan pengujian NDT pada poros propeller dengan
menggunakan Magnetic Particle Test untuk menguji kemungkinan adanya keretakan
pada poros propeller. Pengujian ini dilakukan oleh Inpector PT. Kharisma Samudra
dengan membersihkan poros propeller menggunakan cleaner dan dibiarkan sampai
kering, kemudian developer disemprotkan dibagian ujung poros propeller, lalu
dibersihkan lagi dengan cleaner lalu disemprot dengan white contras penetrant, setelah
itu disemprotkan serbuk besi bersamaan ditempelkan magnet U pada permukaan yang
diuji. Apabila terdeteksi keretakan pada poros propeller, maka serbuk besi akan
mengumpul dibagian tertentu dan poros propeller harus dilakukan pemupukan seperti
pada daun propeller
64
Laporan Kerja Praktik
merugikan perusahaan pelayaran. Menurut aturan BKI dalam regulasi untuk inspeksi
rantai jangkar edisi 2002, diameter jangkar tidak boleh lebih dari 12% diameter awal,
apabila lebih dari batas limit maka rantai harus diganti pada 1 segel. Selain rantai, jangkar
juga perlu dirawat untuk menjaga kekuatan jangkar sebagai sistem tambat yang sangat
berpengaruh pada gerakan kapal. Berat jangkar harus diukur dan tidak boleh kurang dari
20% berat awal, apabila kurang jangkar harus diganti.
Dalam pelaksaan pemeriksaan dan perbaikan jangkar di PT. ASSI dilakukan oleh
sub. Divisi Limbung dengan cara membuka chain locker secara manual dan mesin
windlass dijalankan, kemudian rantai dan jangkar diturunkan di dasar lantai dengan
crane. Segel kenter (shackle) yang paling dekat dengan dasar lantai dilepaskan lalu rantai
digelarkan di dasar lantai secara rapi, apabila rantai dan jangkar sudah berada di dasar
lantai maka mesin windlass dimatikan. Rantai dan jangkar dibersihkan dari karat yang
menempel di permukaan dengan ketok palu. Setelah rantai dan jangkar bersih dilakukan
pengukuran diameter rantai dan berat jangkar. Diameter rantai diukur menggunakan
jangka sorong dengan mengambil 3 sample secara acak pada tiap segel, pengukuran
dilakukan tiap sisi A, B, C, D
65
Laporan Kerja Praktik
dapat merekat secara sempurna dan tahan lama. Pengecatan rantai dan jangkar
menggunakan jenis bintuminous.
Gambar 5.36. Proses Pengecatan Rantai dan Jangkar KMP. Dharma Kartika 1
5.15. Analisa Undocking
Setelah semua proses reparasi badan kapal selesai, maka dilakukan undocking
kapal. Proses undocking merupakan kebalikan dari proses docking. Undocking
penurunan kapal dari fasilitas dock ke air. Kapal akan disandarkan di dermaga untuk
menyelesaikan semua pekerjaan reparasi di dalam kapal sebelum pihak owner
menyelesaikan biaya administrasi kapal tidak boleh dibawa pergi dari galangan. Pada
saat kapal akan melakukan undocking fasilitas dock harus bersih dari kegiatan reparasi
di bawah lambung kapal, ini dilakukan untuk menjaga keselamatan pekerja.
KM. Heng-Heng di Launching Way
Dalam proses undocking KM. Heng-heng di launching way tim konstruksi
menata air bag menggunakan crane sesuai dengan letak docking plan kapal saat
kapal docking di lauching way, kemudian air bag dipompa dengan tekanan tertentu
dan ganjal-ganjal kapal diambil. Wire rope yang dikaitkan pada pulley block dilepas
dan disambungkan pada mesin derek (winch). Kemudian tali kapal diberikan ke Tb.
Kirana 8 sebagai alat bantu menarik kapal saat proses undocking dan tali kapal yang
ditambatkan pada dermaga dilepas, dan tim limbung menarik tali agar kapal saat
undocking tidak dalam posisi trim. Setelah itu mesin derek dijalankan dan secara
perlahan kapal mulai turun dari dock. Setelah kapal turun launching way air bag
dikempiskan, mesin derek (winch) dimatikan dan tali baja (wire rope) yang
disambungkan pada kapal di lepas. Untuk menjaga kebersihan area docking maka
peralatan yang telah digunakan untuk undocking dikembalikan ke tempat asalnya.
66
Laporan Kerja Praktik
Gambar 5.38. Proses Pemasangan Rantai Slipway Pada Tb. Awie Dua
Tali kapal diberikan ke Tb. Kirana 8 sebagai alat bantu menarik kapal saat proses
undocking dan tali kapal yang ditambatkan pada dermaga dilepas, kemudian tim
limbung menarik tali agar kapal saat undocking tidak dalam posisi trim. Setelah itu
mesin derek (winch) dijalankan dan diatur kecepatannya untuk mengurangi getaran
pada kapal saat turun dock. Pada saat cradle dan lambung kapal sudah masuk
kedalam air, kapal di tarik dengan Tb. Kirana 8 untuk bersandar di dermaga,
67
Laporan Kerja Praktik
68
Laporan Kerja Praktik
69
Laporan Kerja Praktik
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Proses docking dan undocking di lauching way menggunakan air bag yang
dipompa dengan tekanan tertentu dan kapal dikaitkan pada tali baja (wire rope)
yang ditarik menggunakan mesin derek (winch).
2. Proses docking di slipway yaitu menggunakan cradle dengan posisi cradle pertama
terletak pada sekat haluan kapal dan dikaitkan rantai serta tali baja (wire rope)
untuk disambungkan mesin derek yang digunakan untuk menarik kapal.
3. Proses docking dan undocking di floating dock yaitu dengan membuka/menutup
dan memompa air masuk/keluar tanki ballast.
4. Proses reparasi di PT. ASSI disesuaikan dengan kesepakatan saat arrival meeting
dan mengacu pada repair list yang telah dibuat oleh PPC dengan persetujuan pihak
galangan dan owner.
6.2. Saran
1. Perlengkapan safety harus dipersiapkan sebelum dilakukan penelitihan dan
pengamatan,
2. Dalam proses docking dan undocking lebih baik meninjau satu fasilitas docking
dengan detail,
3. Seharusnya hanya meninjau satu kapal saja untuk proses reparasi, supaya lingkup
kerjanya lebih terarah,
4. Untuk penelitihan selanjutnya, setidaknya mengerti dan paham tentang semua
proses reparasi yang ada didalam repair list,
5. Kebersihan area docking slipway dan floating dock harus diperhatikan setelah
kegiatan reparasi dilakukan, supaya tidak mencemari laut.
70
Laporan Kerja Praktik
DAFTAR PUSTAKA
Alanda, A. 2009. Analisa Umur Pemakaian Sistem Poros Baling-baling Kapal Laut. Skripsi.
Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Awan. Reparasi Propeller. 15 November 2009.
https://cyberships.wordpress.com/2009/11/15/reparasi-propeller.
Batul C. Jenis Survey menurut BKI.09. 4 April 2015.
http://cahmbantoel.blogspot.co.id/2015/04/jenis-survey-menurut-bki.html
Biro Klasifikasi Indonesia. Rule for Classification and Surveys. Vol. 1. PT. Biro Klasifikasi
Indonesia, Jakarta : 2016.
Biro Klasifikasi Indonesia. Regulations for The Inpection of Anchor Chain Cables. PT. Biro
Klasifikasi Indonesia, Jakarta : 1 November 2002.
Iskandar, Heri S. 2013. Study Model Perawatan dan Perbaikan Kapal Berbasis Ketersediaan
Anggaran J. TEKNIK ITS, Vol 2, No.1 : 2
ISO. 2007. Paints and Varnishes Determination of Film Thickness. Switzerland :
International Standards.
ISO. 2011. ISO 8501. Corrosion Protection of Steel Structures by Painting. Portugal : CIN
Standards.
Kamal. Pemeliharaan Rantai Jangkar (Anchor Chain Maintenance). 27 Mei 2010.
http://katakamal.blogspot.co.id/2010/05/pemeliharaan-rantai-jangkar-anchor.html.
Mulyana, D., Jamari, Rifky I. 2014. Investigasi Efisiensi Propeler Kapal Ikan Tradisional. J.
ROTASI, Vol. 16, No. 4 : 2834
Nurwanti, R., Triwilaswandio W., P. 2016. Analisa Peningkatan kualitas Layanan Jasa
Reparasi Kapal di Galangan Kapal Jawa Timur. J. TEKNIK ITS, Vol. 5, No.1 : G41-
G42.
Prasetiyo, A. 2014. Sistem Jangkar dan Perlengkapannya. Laporan Kunjungan Galangan JMI
II Tanjung Emas. Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Semarang
Prasetyo, J., Y., E. 2015. http://usb2000.blogspot.co.id/2015/04/pengedokan-kapal-kapal-
adalah-kendaraan.html
71
Laporan Kerja Praktik
Rahman, A., Heri S. 2012. Analisa Kepuasan Pelanggan pada Pekerjaan Reparasi Kapal
dengan Metode Quality Function Deployment (QFD). J. TEKNIK ITS, Vol. 1, No.1 :
G297-G298.
Subawa, I., N., Effendi P., S., Janny F., P. 2015. Studi Tentang Kerusakan dan Lama
Perbaikan Kapal Ikan yang Melakukan Perbaikan di Bengkel Latih Kapal Perikanan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung. J. Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap,
Vol. 2, No. 2 : 101-104.
Smith. Kapur dan Minyak Solar. Juli 2014. http://smithship.blogspot.co.id/2014/06/cara-
melakukan-pengujian-kekedapan.html.
Smith. Vacuum Test. Juli 2014. http://smithship.blogspot.co.id/2014/06/vacuum-test.html.
Smith. 2015. Kerusakan Pada Baling-baling Kapal.
http://smithship.blogspot.co.id/2015/05/kerusakan-pada-baling-baling-kapal.html
Syahputra, Benny S., Sarjito J.S., Andi Trimulyono. 2015. Analisa Teknis & Ekonomis
Perancangan Sistem Pencegahan Korosi Pada Lambung Kapal, Dengan Variasi Sistem
Pencegahan Menggunakan ICCP (Impressed Current Cathodic Protection)
Dibandingkan dengan SACP (Sacrificial Anode Cathodic Protection). Jurnal Teknik
Pekapalan, Vol. 3, No. 02 : 248 251.
Wahyuddin, M. Poros Propeller Kapal.5 January 2011. http://kapal-
cargo.blogspot.co.id/2011/01/poros-propeller-kapal.html.
Wibowo, B., M., Herry B., Indradi S. 2015. Analisis Finansial Usaha Docking Kapal Purse
Seine di CV Putra Barokah Kabupaten Pati J. Fisheries Resources Utilization
Management and Technology, Vol. 4, No. 4 : 223 229.
Wulan, A., N. 2015. Docking dan Perawatan Kapal. Makalah Kapal Perikanan. Universitas
Brawijaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Malang : 4-14.
72