Rekayasa Pencahayaan Bangunan New
Rekayasa Pencahayaan Bangunan New
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan
hidayah, sehingga Makalah mengenai Rekayasa Pencahayaan Bangunan dalam Karya
Arsitekturini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun dalam rangka proses pembelajaran Mata Kuliah Rekayasa
Pencahayaan Bangunan. Penulis menyadari bahwa dalam proses pembuatan Makalah ini
melibatkan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh
rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya ada dua macam sumber cahaya yang berpengaruh bagi
ruang dalam. Pertama, sumber cahaya alam yang berasal dari matahari, bintang-
bintang, kedua, sumber cahaya buatan atau artifisial, seperti: nyala lilin, nyala obor,
lampu minyak, lampu petromaks (nyala yang berasal dari selubung kaos yang
terjaga baranya akibat semburan minyak tanah yang berasal dari sebuah tabung
bertekanan), lampu gas, lampu pijar,lampu FL (Fluorescen) atau sering disebut
lampu TL. Kedua sumber cahaya ini mempunyai kelebihan serta kekurangan,
antara lain: sumber cahaya alam memiliki sifat tidak menentu, tergantung pada
iklim, musim juga cuaca.
Sinar ultra violet yang terkandung dalam sumber cahaya alam bila
terpancar langsung dapat merusak struktur permukaan material sesuai dengan
tingkat kepekaannya masing-masing. Sedangkan sumber cahaya buatan atau
artifisial pengadaannya membutuhkan sejumlah biaya (minyak, listrik, bola lampu,
Menyesuaikan lebar jendela yang akan digunakan dengan lebar ruangan, agar
cahaya yang diserap tidak terlalu banyak ataupun sedikit.
Menghindari peletakan jendela di sisi barat dan timur. Hal ini dikarenakan
indonesia terletak pada kawasan tropis, dimana sinar matahari dapat menjadi
terlalu terang dan terlalu panas.
Berdasarkan jenisnya, lampu terdiri dari beberapa tipe dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Sebaiknya, sebelum melakukan pemilihan
jenis lampu, kenali terlebih dahulu jenis-jenis lampu yang akan dipergunakan
agar sesuai dengan kebutuhan secara optimal dan mengefisienkan biaya yang
dikeluarkan.
Pemilihan warna lampu juga perlu disesuaikan dengan fungsi penerangan dan
fungsi ruangan itu sendiri. Jika nilai estetika dengan permainan tema yang ingin
ditonjolkan, maka dapat menggunakan warna-warna unik sepeti biru atau ungu.
Santen dan .Hansen (1985) menyatakan bahwa bentuk dan warna tidak
dapat dipisahkan serta sangat terikat dengan cahaya, bekerja dengan bentuk berarti
pula bekerja dengan cahaya, Warna elemen pembatas ruang dan warna cahaya
berperan penting. Dengan demikian, berbicara dan berpikir tentang bentuk dan
warna dalam konteks pengamatan visual berarti dengan sendirinya berbicara dan
berpikir pula tentang cahaya, sebab kehadiran bentuk dan warna juga tekstur dan
patra dalam hal ini menjadi tidak berarti tanpa kehadiran cahaya.
Setiap permukaan bentuk memiliki warna, tekstur dan kadang juga patra.
Warna pada permukaan suatu bentuk terdiri atas pigmen-pigmen warna yang
berbeda sifatnya dengan warna cahaya. Pigmen warna biru bila dicampur dengan
pigmen warna kuning akan menghasilkan campuran pigmen berwarna hijau,
pigmen warna merah dicampur pigmen hijau dan ungu akan mejadikan campuran
pigmen warna hitam. Sementara itu, sumber cahaya merah yang digabungkan
dengan sumber cahaya hijau bila diproyeksikan di atas bidang putih akan
memunculkan cahaya gabungan berwarna kuning.
Tiga macam warna cahaya biru, hijau dan merah bila digabungkan akan
menimbulkan warna cahaya putih pada bidang proyeksi berwarna putih. Dan bila
bidang proyeksinya tidak putih maka akan menimbulkan kesan warna yang lain
Kelebihan lain dari cahaya buatan adalah kemudahan bagi perancang tata
cahaya untuk menciptakan cahaya setempat, cahaya sorot, cahaya yang mengarah
hanya pada tempat tertentu demi penonjolan elemen-elemen dekoratif atau detail-
detail struktural, tekstur serta warna permukaan bahan pelapis akhir, penonjolan/
pengangkatan nilai sebuah karya seni baik dua demensional maupun tiga
demensional, penghadiran bentuk sumber cahaya yang lebih bebas seperti neon
sign. Dengan pengolahan cahaya buatan juga memungkinkan dihadirkannya
berbagai sudut arah datang cahaya, seperti dari arah atas, samping kiri, kanan,
belakang dan bawah untuk penyinaran sebuah obyek setiap saat dalam sebuah
ruang. Berbagai ragam cara penyinaran dengan cahaya buatan ini sangat mampu
menciptakan suasana tertentu yang dapat menggugah emosi/ perasaan seseorang.
Selain itu tipe-tipe sumber cahaya, seperti untuk cahaya artifisial seperti
lampu pijar, lampu TL, lampu halogen, lampu metal-halide dan sodium, lampu
fibre optics dan masih akan berkembang lagi sesuai kemajuan temuan teknologi.
Kemudian dari cara dan macam penyinaran, seperti penyinaran merata,
menyeluruh, penyinaran setempat, langsung, tidak langsung,penyinaran dengan
mengandalkan elemen-elemen refleksi, penyinaran difus, penyinarankinetik,
ataupun kombinasi dari berbagai macam cara penyinaran ini.
Gambar 6. Obyek yang sama dan relatif konstan dapat berubah-ubah ekspresinya
dengan hanya memberi pengaruh pada cara penyinarannya. (Santen, van Christa &
Hansen, A.J., 1985 : 16)
Roger Hicks dan Frances Schultz (1995), banyak memberikan contoh foto-
foto suasana ruang dalam dengan teknik pencahayaan yang profesional. Foto-foto
demikian sering kali dijumpai pada brosur, leaflet iklan interior perumahan,
majalah interior ataupun film dengan setting interior. Teknik pencahayaan buatan
seperti ini sering kali bukan pencahayaan ruangan sebenarnya yang terpasang
berdasarkan gambar titik lampu perancang interiornya, melainkan sudah ditambah
dengan pencahayaan buatan lainnya selama pengambilan gambar film atau foto,
demi menghasilkan gambar suasana ruangyang lebih hidup, lebih cemerlang, lebih
dramatik, lebih atraktif dan layak untuk dijual. Tugas penataan pencahayaan
tambahan ini dilakukan oleh fotografer interior beserta stafnya Sementara itu
desainer interior atau konsultan tata cahaya merancang perletakan titik-titik lampu
dengan dasar pertimbangan pada dampak suasana yang 'dialamilangsung' oleh
pemakainya.
1. Naungan (shade), naungi bukan pada bangunan untuk mencegah silau (glare)
dan panas yang berlebihan karena terkena cahaya langsung.
2. Pengalihan (redirect), alihkan dan arahkan cahaya matahari ketempat-tempat
yang diperlukan. Pembagian cahaya yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan
adalah inti dari pencahayaan yang baik.
3. Pengendalian (control), kendalikan jumlah cahaya yang masuk kedalam runag
sesuai dengan kebutuhan dan pada waktu yang diinginkan. Jangan terlalu
banyak memasukkan cahaya ke dalam ruang, terkecuali jika kondisi untuk
visual tidaklah penting atau ruangan tersebut memang membutuhkan kelebihan
suhu dan cahaya tersebut (contoh : rumah kaca).
4. Efisiensi, gunakan cahaya secara efisien, denag membentuk ruang dalam
sedemikian rupa sehingga terintegrasi dengan pencahayaan dan menggunakan
material yang dapat disalurkan dengan lebih baik dan dapat mengurangi jumlah
cahaya masuk yang diperlukan.
5. Intefrasi, integrasikan bentuk pencahayaan dengan arsitektur bangunan
tersebut. Karena jika bukan untuk masuk cahaya matahari tidak mengisi sebuah
peranan dalam arsitektur bangunan tersebut, nukan itu cenderung akan ditutupi
dengan tirai atau penutup lainnya dan akan kehilangan fungsinya.
3.1. Kesimpulan
1. Pencahayaan atau lighting adalah salah satu elemen penting yang perlu
dipertimbangkan dalam perancangan interior maupun arsitektur.
2. Pada dasarnya ada dua macam sumber cahaya yang berpengaruh bagi ruang dalam.
Pertama, sumber cahaya alam yang berasal dari matahari, bintang-bintang, kedua,
sumber cahaya buatan atau artifisial, seperti: nyala lilin, nyala obor, lampu minyak,
lampu petromaks (nyala yang berasal dari selubung kaos yang terjaga baranya
akibat semburan minyak tanah yang berasal dari sebuah tabung bertekanan), lampu
gas, lampu pijar,lampu FL (Fluorescen) atau sering disebut lampu TL.
3. Kedua sumber cahaya ini mempunyai kelebihan serta kekurangan, antara lain:
sumber cahaya alam memiliki sifat tidak menentu, tergantung pada iklim, musim
juga cuaca.
4. Kehadiran cahaya pada lingkungan ruang dalam bertujuan menyinari berbagai
bentuk elemen-elemen yang ada di dalam ruang sedemikian rupa sehingga ruang
menjaditeramati, terasakan secara visual suasananya.
5. Tujuan dari pencahayaan adalah disamping mendapatkan kuantitas cahaya yang
cukup sehingga tugas visual mudah dilakukan, juga untuk mendapatkan
lingkungan visual yang menyenangkan atau mempunyai kualitas cahaya yang baik.
3.2. Saran
1. Dalam pembahasan materi ini,pengaplikasian pencahayaan pada bangunan tidak
dijelaskan secara detail mengenai materi khusus yang digunakan sebagai reflektor
cahaya yang baik dan efisien.
2. Solusi tentang permasalahan penyilauan dalam bangunan tidak dijelaskan secara
menyeluruh.
http://www.kajianpustaka.com/2013/12/sistem-pencahayaan-alami.html
https://www.academia.edu/9324774/PENCAHAYAAN_DAN_PENGHEMATAN_ENERGY
https://abaslessy.wordpress.com/2012/01/15/kota-hemat-energi-persi-arsitektur/
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact
=8&ved=0ahUKEwjIjaOR26LPAhUEtJQKHbxXAWcQFghOMAc&url=http%3A%2F%2Fejurn
al.esaunggul.ac.id%2Findex.php%2Finosains%2Farticle%2Fdownload%2F1371%2F1249&
usg=AFQjCNEF_mdjmMoX6NCMUGX_pJ_bDgjlsQ&sig2=kG4vLkEzdbOg5Ybc7a563Q&bv
m=bv.133387755,d.dGo