Laporan Praktikum Penyakit Organik Hewan Kecil 2
Laporan Praktikum Penyakit Organik Hewan Kecil 2
Disusun oleh :
Kelompok 4
2017
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... iv
INTISARI .......................................................................................................... v
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 1
1. Felicola sp ................................................................................................... 1
2. Terapi dan Mekanisme Kerja Obat ............................................................... 4
RIWAYAT KASUS........................................................................................... 8
KESIMPULAN ............................................................................................... 17
LAMPIRAN .................................................................................................... 20
i
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Fisiologis Kucing Bubu ........................................ 11
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Darah Kucing Bubu .............................................. 15
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Felicola sp ........................................................................................ 1
Gambar 2. Siklus hidup Felicola sp.................................................................... 3
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Resep Antibiotik.. ........................................................................ 20
iv
INTISARI
v
TINJAUAN PUSTAKA
1. Felicola sp
subrostratus yang hidup dengan memakan epitel kulit yang akan membuat
rambut rontok dan rasa gatal. Felicola subrostratus hidup pada permukaan
kulit. Siklus hidup pada kutu dari telur sampai bertelur lagi membutuhkan
Infestasi banyak terjadi pada kucing muda, tua, sakit dan kucing
yang dipelihara dalam lingkungan yang tidak sehat. Kutu ini sering dan
1
banyak. Infestasi banyak terjadi di wajah, punggung, dan pinnae,
krusta, dan alopecia (Wall and Shearer, 2001). Penularan antara kucing
melalui telur yang melekat pada benda mati seperti kuas, sisir dan perlatan
dewasa sekitar tiga minggu. Infestasi yang paling umum ketika hewan
Kutu jenis ini dalam siklus hidupnya selalu pada induk semang. Ada
nympha dan dewasa. Kutu betina dewasa setelah proses reproduksi akan
rambut kucing, tujuannya agar telur tersebut tidak jatuh dari tubuh kucing.
hari hingga beberapa minggu kutu tersebut akan berubah menjadi stadium
dewasa yang kemudian siap untuk bereproduksi kembali. Oleh karena itu
dalam pemeriksaan kita bisa menemukan mulai dari stadium telur sampai
2
Gambar 2. Siklus hidup Felicola sp (Wall and Shearer, 2001)
Gejala klinis yang sering tampak akibat dari infestasi kutu pada kucing
adalah rambut mudah rontok dan dalam jumlah yang banyak, kemudian
kucing akan merasa sangat gatal karena adanya kutu dalam jumlah yang
banyak pada rambut. Rambut menjadi mudah rontok karena dalam hal ini kutu
tersebut selalu menempel dan hidup pada rambut. Oleh karena itu
bagian tubuhnya, akibat yang ditimbulkan dari menggaruk atau menjilat yang
terlalu sering adalah akan timbul luka pada daerah bekas garukan. Jika
terdapat luka maka bakteri akan dengan mudah masuk sehingga menimbulkan
infeksi. Akibat dari terlalu sering menjilat maka kondisi rambut akan
cenderung basah dan lembab. Kondisi rambut yang basah dan lembab bisa
3
menggunakan shampoo khusus untuk masalah kulit dan rambut akibat adanya
kutu seminggu sekali secara rutin. Pemberian vitamin rambut dan kulit untuk
membantu proses regenerasi dari rambut yang rontok akibat dari kutu. Rutin
menyisir rambut kucing agar rambut yang sudah lama atau rusak akibat dari
kutu bisa terangkat, sehingga pertumbuhan rambut yang baru akan lebih
Untuk pencegahan agar kucing item tidak terkena kutu lagi yaitu
dengan rutin membersihkan kandang dan properti yang biasa dipakai oleh
Kemudian membatasi kucing item untuk keluar rumah atau bermain terlalu
lama di tanah dan rumput. Rutin grooming minimal 2 minggu sekali dan rutin
Ivermectin
jamur tanah Streptomyces avermilitis (Brander dkk, 1982). Sampai saat ini
4
mengatasi ektoparasit (Muniz dkk, 1995) dan parasite gastrointestinal yang
per kg berat badan) yang diberikan dengan cara injeksi atau per oral, sangat
klorida pada sistem saraf arthropoda. Preparat ini dapat terikat pada reseptor
5
Amoksisilin
lainnya. Amoksisilin bekerja dengan menghambat sintesis dari dinding sel bakteri
(Ashnagar, 2007). Menurut Kaur (2011) amoksisilin merupakan obat yang bekerja
bakteri. Seperti antibiotik beta laktam lainnya, amoksisilin secara umum lebih
efektif digunakan ketika bakteri secara aktif sedang tumbuh. Obat ini dikatakan
broad spectrum karena mampu melawan bakteri Gram negatif aerob seperti E.
6
mengakibatkan keterlambatan dalam terapi. Apabila terjadi gangguan pada
Dosis yang diberikan untuk kucing adalah 10-20 mg/kg BB secara IM, SC,
PO. Amoksisilin aman digunakan. Reaksi alergik dapat terjadi. Diare dan muntah
dapat terjadi ketika pemberian secara oral. Pemberian oral pada kuda dan sapi
7
RIWAYAT KASUS
Pasien bernama kucing bubu adalah kucing jantan berusia dua tahun.
tubuhnya, terlihat adanya darah pada feses kucing selama beberapa hari sebelum
pemeriksaan, nafsu makan baik, riwayat vaksin dan obat cacing tidak diketahui,
pakan yang diberi adalah pakan non pabrik yaitu nasi dan ikan.
dahulu. Kucing bubu memiliki ekspresi wajah yang terlihat tenang. Tubuh
berukuran sedang dengan berat badan 4,1 kg. Rambut mudah rontok di beberapa
bagian terutama leher dan area gluteal, dan kondisinya kotor. Telinga kucing
terpantau kotor. Turgor kulit baik , CRT kurang dari 2 detik dan selaput lendir
normal yaitu berwarna merah muda. Suhu tubuh terpantau 39, 2 derajat celcius ,
frekuensi nafas terpantau normal yaitu 40 kali/menit, dan denyut nadi terpantau
normal yaitu 132 kali/menit. Dari kondisi di atas dapat disumpulkan bahwa
Dimulai dari melihat ada tidaknya lendir yang keluar dari hidung kucing,
ditemukan adanya lendir yang keluar dari hidung kucing dan tipe nafas terdengar
bronchial yang berarti normal. Selanjutnya, karena bulu dan telinga terlihat kotor
maka diambil beberapa helai bulu kemudian diletakkan ke gelas objek dan
demikian dengan kotoran telinga yang juga diletakkan di gelas objek untuk
8
dilakukan pengamatan di bawah mikroskop. Sampel kotoran telingan terlebih
dahulu diberi cairan KOH, ditekan-tekan selama beberapa saat kemudian baru
adanya ektoparasit. Setelah itu dilakukan pengamatan pada beberapa helai bulu
bahwa kucing memiliki infestasi ektoparasit. Setelah itu, dilakukan palpasi pada
bagian perut kucing dan ternyata ditemukan pembesaran ukuran pada ginjal
kucing, namun ketika dipalpasi kucing tidak menunjukkan respon sakit dan
permukaan ginjal masih teraba halus. Diagnosa antara karena ukuran ginjal
kucing memang secara alami berukuran besar atau memang terjadi pembengkakan
darah pada kucing dan kemudian sampel dikirim untuk melihat gambaran darah.
9
HASIL PEMERIKSAAN
Diskusi
10
Kucing yang diperiksa dalam praktikum acara II kelompok 4 adalah
kucing persia jantan bernama Bubu, berumur 2 tahun. Pemilik bernama Makruf,
kucing sering menggaruk badan, nafsu makan dan minum baik, feses normal dan
tidak mengalami kesulitan saat defekasi, urinasi normal, terdapat ektoparasit pada
kulit dan rambut, adanya luka di bahu kanan dan leher. Berdasarkan hasil tersebut,
meliputi ekspresi muka dan kondisi tubuh, cara (Boddie, 1962). Hasil yang
didapatkan saat pemeriksaan adalah ekspresi muka tenang dan kondisi tubuh yang
sedang. Kemudian diperiksa data fisiologis frekuensi nafas, frekuensi pulsus, dan
suhu tubuh. Hasil pemeriksaan dan data normal literatur dapat dilihat pada Tabel
1.
dengan pemeriksaan kulit dan rambut dengan cara meraba pada kulit dan diamati
11
adanya lesi pada kulit, adanya ektoparasit, kilauan rambut, dan kerontokan rambut
(Boddie, 1962). Kucing Bubu memiliki rambut yang rontok, adanya luka pada
bagian scapula dexter dan cervix dekat dengan mandibula, terdapat ektoparasit
lendir diperiksa terhadap warna, adanya lesi atau leleran. Gingiva kucing Bubu
berwarna merah muda pucat seperti kucing normal, begitu juga dengan
konjungtivanya (Duguma, 2016). Tidak ada lesi pada selaput lendir kucing Bubu.
Capillary refill time normalnya kurang dari 2 detik (Duguma, 2016). Kucing
simetrisitas dan adanya respon nyeri saat dipalpasi. Normalnya tidak ada
kebengkakan, rasa sakit saat dipalpasi, tidak ada perubahan bentuk dan
artis dimulai dari cavum nasi hingga ke pulmo. Cavum nasi diperiksa akan adanya
lesi dan leleran dengan cara diamati. Sinus frontalis diketuk-ketuk untuk
memeriksa akan adanya cairan yang menumpuk dan adanya refleks bersin saat
sinus frontal hingga cavum nasi diurut. Trachea dipalpasi akan adanya obstruksi
dan refleks batuk. Pulmo diperiksa dengan auskultasi dan diamati bagaimana
suara yang dihasilkan pulmo saat bernafas. Pada kucing normal, tidak ditemukan
adanya leleran atau lesi pada cavum nasi, tidak ada suara pekak saat diketuk sinus
12
frontalisnya, ada refleks batuk saat trachea dipalpasi, terdengar suara nafas
bronchial pada pulmo (Boddie, 1962; Duguma, 2016). Kucing Bubu normal
Cor diauskultasi dan diamati suara sistol diastol. Pada kucing normal dapat
dibedakan antara suara sistol dan diastol jantung, dan suaranya ritmis (Boddie,
diperiksa secara lege artis dari cavum oris hingga ke anus. Cavum oris dibuka,
diamati akan adanya lesi, dan benda asing. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan
esofagus dengan cara palpasi, diamati akan adanya obstruksi. Normalnya kucing
memiliki bau nafas yang seperti bau pakannya dan tidak ada obstruksi pada
esofagus. Lambung dan intestinum diperiksa dengan cara palpasi, diamati akan
(Boddie, 1962; Duguma, 2016). Kucing Bubu memiliki sistem pencernaan yang
normal.
kebengkakan, lesi, kesulitan saat urinasi, dan rasa sakit saat dipalpasi. Normalnya
tidak ada kebengkakan organ, tidak ada lesi pada organ genital luar, tidak
kesulitan saat urinasi, dan tidak ada respon sakit saat dipalpasi (Boddie, 1962;
Duguma, 2016). Kucing Bubu tidak menunjukkan gejala kesulitan urinasi dan
urinnya normal berdasarkan hasil anamnesa. Namun ketika dipalpasi pada bagian
ginjal, teraba ginjal memiliki ukuran yang besar melebihi normal dan vesica
13
kelainan pada ginjal, namun untuk dapat memastikannya harus dilakukan uji
fungsi ginjal yaitu kadar BUN dan kreatinin dalam darah, uji fisik dan kimia urin
(Subronto, 2013).
Sistem syaraf dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi. Sistem syaraf
yang normal beberapa di antaranya ditandai dengan cara berdiri dan berjalan yang
dengan cara inspeksi dan palpasi. Dilakukan pengamatan pada cara berdiri dan
berjalan (Duguma, 2016). Kucing Bubu memiliki sistem syaraf yang normal.
fisik. Dilakukan uji sampel ektoparasit, uji serumen, dan uji darah. Pemeriksaan
kucing dan diletakkan langsung di object glass lalu ditutup dengan object glass
mengambil secukupnya kotoran telinga dan segera diusapkan pada object glass.
Kemudian ditetesi hidrogen peroksida dan ditutupkan dengan deck glass, lalu
kucing terinfestasi Felicola sp. dari gambaran mikroskop. Hasil negatif pada
14
feses karena tidak berhasil melakukan swab rectal dan tidak ada sampel feses
yang dibawa dari litter box kucing Bubu. Hasil pemeriksaan darah dapat dilihat
pada Tabel 2.
3 juta/m 5,5-10
Eritrosit 5-10 3,93
m3
4 ribu/m 8-25
Leukosit 5,5-19,5 31,15
m3
15
disebabkan respon fisiologik hewan sehat karena ketakutan, dapat pula
infeksi, neoplasia, penyakit hati, ginjal, dan pankreas, dapat pula disebabkan
pemeriksaan darah yang terbaca disebabkan kondisi kucing yang stress saat
akibat infestasi Felicola sp. dugaan yang mengarah pada gangguan sistema
urinaria belum dapat dibuktikan dengan pasti karena tidak dilakukan pemeriksaan
mungkin terjadi akibat infestasi kutu. Grooming anti kutu dilakukan pada hari
16
KESIMPULAN
1. Salah satu penyakit kulit yang sering menyerang kucing yaitu ektoparasit
berupa Felicola sp.
2. Pada riwayat kasus kucing Bubu, menunjukkan gejala klinis berupa
rambut kotor, rontok, serta banyak ditemukan telur cacing terutama
dirambut bagian leher dan gluteus.
3. Pada pemeriksaan rambut menggunakan mikroskop ditemukan positif
infestasi Felicola sp.
4. Hasil pemeriksaan darah kucing Bubu menunjukkan adanya anemia,
leukositosis, neutrofilia, limfopenia, hiperproteinemia.
5. Terapi yang diberikan berupa pemberian anti ektoparasit ivermectin dan
antibiotik berupa amoksisilin.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Salasia, S. I. O., Hariono, B. 2014. Patologi Klinik Veteriner. Yogyakarta.
Samudra Biru.
Subronto. 2010. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing
cetakan ke 2.Yogyakarta.
Subronto. 2013. Penyakit Hewan Kesayangan Anjing. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.
Surono, dkk. 1975. Petunjuk Praktikum Diagnosa Klinik Veteriner. Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKH-UGM. Yogyakarta.
Wall, R. and Shearer, D. 2001. Veterinary Ectoparasites Second Edition: Biology,
Pathology, and Control. London: Blackwell.
Weiss, D., J., Wardrop, K., J. 2010. Schalms Veterinary Hematology 6th Edition.
New Jersey . Wiley-Blackwell.
19
LAMPIRAN
1. Resep Antibiotik
20
2. Pemeriksaan Rambut dan kotoran telinga
21
3. Hasil Pemeriksaan Darah
22