Klinisnya
angie
102012267 /B2
Fakultas Kedokteran
Email: angie.devi@gmail.com
Abstrak
Kelainan kromosom merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian publik dan para
ilmuwan pada saat ini. Kelainan kromosom yang diderita dapat berupa kelainan jumlah atau
kelainan struktur kromosom. Kelainan jumlah dapat berupa hilang atau bertambahnya satu
kromosom. Misalnya monosomi, trisomi, triploidi. Sedangkan kelainan struktur dapat terjadi
dikarenakan delesi, duplikasi, translokasi, inversi, ring. Selain kelainan struktur dan jumlah,
keadaan mosaik juga merupakan salah satu jenis kelainan kromosom. Kelainan kromosom ini
dapat diturunkan dari orang tua ataupun terjadi secara de novodan berkontribusi besar
terhadap terjadinya cacat lahir pada bayi.1
Abstract
Chromosomal abnormalities are one of the issues that concern the public and scientists
today. Chromosomal abnormalities suffered can be a number of abnormalities or
abnormalities of chromosome structure. Number abnormalities can be either missing or
increasing one chromosome. For example monosomy, trisomy, triploidy. While structural
abnormalities may occur due to deletion, duplication, translocation, inversion, ring. In
1
addition to structural abnormalities and numbers, the mosaic state is also one type of
chromosomal abnormality. These chromosomal abnormalities can be derived from the
elderly or de novo and contribute greatly to the occurrence of birth defects in infants.1
Pendahuluan
Kromosom merupakan tempat DNA atau zat dasar genetik yang mencetak manusia.
Kromosom adalah untaian materi genetik (DNA) di dalam setiap sel makhluk hidup.
Setiap sel normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom-
kromosom tubuh (autosom, kromosom 1 s/d kromosom 22) dan satu pasang kromosom
seks (kromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin.2
Selain kelainan kromosom, kelainan genetik dapat disebabkan oleh adanya mutasi gen
dominan maupun gen resesif pada autosom maupun pada kromosom seks, seperti
Dentigenesis imperfecta, Akondroplasia, albino, bisu tuli, hemofilia, butawarna merah hijau,
thalasemia dan penilketonura (PKU). Sedangkan kelainan kromosom dapat berupa kelainan
jumlah kromosom (seperti sindrom Down, sindrom Turner atau sindrom Klinefilter),
kelainan struktur kromosom (seperti Cri du chat sindrome, sindrom de Groucy) maupun
kromosom mosaik.2
Anamnesis
a) Riwayat pedigree
b) Riwayat kehamilan
2
c) proses kelahiran
d) problem-problem perinatal
e) pertumbuhan dan perkembangan pada anak
Pemeriksaan fisik
Diketahui
Pengukuran
Inspeksi
Asukultasi
3
Pemeriksaan penunjang
a) Tes darah: dalam darah terdapat sel limfosit (leukosit) yang akan dikembangkan
hingga mengalami pembelahan menjadi dua dan didapat kromosomnya.3
b) USG
c) Cordocentesis: target mencari v.umbilikalis, diperiksa limfositnya (ada dalam
leukosit) anak
d) Amniosintesis: Cairan amnion yang diaspirasi tersebut mengandung sel-sel janin yang
akan dikultur atau diperiksa di laboratorium untuk mengetahi kemungkinan kelainan
kromosom maupun penyakit pada janin.4
Ada dua jenis tes yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yaitu:4
1. Rapid test mencari kelainan pada kromosom tertentu (bagian dari sel-sel tubuh
yang membawa gen). Rapid testdapat mengidentifikasi sejumlah kondisi kromosom
yang menyebabkan kelainan fisik dan mental. Ini adalah:
a) Down syndrome - yang disebabkan oleh kelainan kromosom ekstra 21
b) Edward sindrom - disebabkan oleh kelainan kromosom ekstra 18
c) Sindrom Patau - disebabkan oleh kelainan kromosom ekstra 13
Hasil tes cepat harus siap setelah tiga hari kerja. Tes ini hampir 100% akurat, tetapi
hanya tes untuk tiga kondisi di atas.
2. Full karyotype, Setiap sel dalam tubuh mengandung 23 pasang kromosom, full
karotype memeriksa semua ini. Sel-sel dalam sampel cairan ketuban yang tumbuh
hingga 10 hari di laboratorium sebelum diperiksa di bawah mikroskop untuk
memeriksa jumlah kromosom dan tampilan pada kromosom. Hasil dari Full karotype
biasanya akan siap dalam dua atau tiga minggu. Sekitar 1 dari setiap 100 tes, hasil
mungkin tidak jelas, Ini bisa disebabkan oleh darah ibu mengkontaminasi sampel
cairan ketuban, yang mungkin telah mencegah sel-sel dari tumbuh dengan benar.Dari
hasil pemeriksaan amniosintesis dapat diketahui
a) Kelainan kromosom : Down syndrome, Turner syndrome, Edward's
syndrome, dan lainnya.
b) Kelainan genetik lain : Cystic fibrosis AR, Sickle cell disease AD, Tay-Sachs
disease AR, Thalasemia AD.
4
Pemeriksaan cara ini dilakukan apabila terdapat indikasi:3
Setelah itu lakukanlah konsultasi untuk membandingkan dengan kasus lain, pengalaman
pribadi, literatur, databases, dan konsultasi dengan ahli.
5
Diagnosis kerja
Secara garis besar, kelainan kromosom dapat dibedakan menjadi dua, kelainan numerik dan
kelainan struktural. Pada kasus ini penderita mengalami kelainan kromosom numeric, dimana
terjadinya suatu penambahan satu kromosom pada sepasang kromosom. Hal ini disebabkan
karena kesalahan dalam non-disjunction (gagal berpisah) pada fase meiosis I dan II.Selain
memiliki prognosis yang buruk, dapat dikatakan bahwa kasus ini sangat jarang terjadi, angka
kematian pada bayi yang baru lahir pun juga sangatlah tinggi.1
Diagnosis banding
Trisomi 18 (sindrom Edward) juga jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 1.500 bayi
lahir dengan gejala antara lain retardasi mental, gangguan pertumbuhan, ukuran kepala
dan pinggul yang kecil dan kelainan pada tangan dan kaki.2Memiliki prognosis yang buruk,
denganangka kematian bayi yang tinggi pada usia satu hari atau satu minggu setelah
kelahiran (hampir sama kasus dengan sindrom patau), sehingga rekurensi sangat jarang dan
data sangat sedikit, umur ibu saat hamil diduga juga memiliki peranan terhadap kejadian
trisomi ini. Sekitar 10% kasus disebabkan oleh keadaan mosaik, unbalanced rearragements.
Manisfestasi klinis pada penderita terdapat keterlambatan pertumbuhan dan mental,
mikrosefali, mikrognatia, overlapping jari-jari, panggul sempit, kaki rocker bottom,
polihidramnios, malformasi aurikula letak rendah, penyakit jantung bawaan, clenched hand.1
Kelainan jumlah kromosom seperti sindrom Down (trisomi 21) adalah kelainan yang paling
sering terjadi dengan frekuensi 1 dari 700 kelahiran bayi dan lebih sering terjadi pada
ibu hamil pada usia di atas 35 tahun. Diantara penyakit / kelainan genetik atau penyakit
yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik hanya ditemukan satu kasus yang disebabkan
murni oleh faktor genetik yaitu Sindrom Down. Kelainan ini biasa disebut juga trisomy
21, yaitu penderita memiliki kromosom nomor 21 ada 3 buah. Orang normal memiliki
dua buah (satu pasang) kromosom nomor 21 ini. Kelebihan kromosom nomor 21
6
berdampak adanya kelainan fisik maupun mental, seperti hipertelorisme, klinodaktili,
letak telinga dibawah (low set ears), kadang lidah menjulur keluar, simian crease, dan diikuti
retardasi mental.
Epidemiologi
Insiden dan prevalensi penyakit penyakit yang disebarkan genetik beragam dari
berbagai suku bangsa, daerah geografis, atau jenis kelamin. Prevalensi penyakit
genetis adalah 58 dari 1.000 kelahiran, sedangkan di Indonesia 5-15%.2Umumnya
penderita sindrom patau tidak memiliki umur panjang. Sebagian besar meninggal pada bulan
pertama kelahiran. Hanya sekitar 1 dari 20 penderita yang dapat mencapai umur 5-6 bulan.
Dan sekitar 5% dapat bertahan hingga usia 1 tahun. Hingga saat ini belum ditemukan
penyebab pasti dari sindrom patau. Untuk angka kelahirannya juga cukup jarang, hanya
berkisar 1 : 20.000 kelahiran bayi.5
Etiologi2
Sebagian besar penyakit disebabkan oleh faktor lingkungan (non genetik) dan
sebagian lain ada yang disebabkan oleh interkasi antara gen dengan lingkungan.
Beberapa penyakit yang selain dipengaruhi oleh lingkungan, sebagian kecil bisa
dipengaruhi oleh faktor genetik seperti hipertensi primer, asma, schizoprenia, penyakit
Parkinson dan sebagainya. Di Indonesia belum ada data pasti dan menyeluruh tentang
prevalensi penyakit - penyakit genetik dan penyakit yang dapat dipengaruhi oleh faktor
genetik tersebut, baik lingkup yang sempit maupun lingkup yang luas.
Patofisiologi
Penyebab sindrom patau (trisomy 13) ini adalah kelanian kromosom. Dimana bayi terlahir
dengan kondisi kelebihan kromosom di kromosom ke-13. Terdapat sepasang kromosom
normal (dua kromosom 13, masing-masing dari ibu dan ayah) dan satu kromosom
abnormal.5Hal ini dapat terjadi karena kesalahan dalam pemisahan kromosom (non
disjunction) pada fase meiosis I dan II (proses pembelahan sel). Berikut ini ialah pembagian
kelainan kromososm:1
7
a) Monosomi : hilangnya satu kromosom pada sepasang kromosom.
b) Trisomi : bertambahnya satu kromosom pada sepasang kromosom.
c) Polyploidi : dalam satu sel terdapat banyak kromosom haploid, seperti triploidi (69 =
23x3), atau tetraploidi (92 = 23x4).
d) Mosaik : adanya dua/lebih macam sel pada individu atau jaringan yang berbeda
aturan genetiknya namun tetap diturunkan dari zygote yang sama, jadi memiliki asal
genetik yang sama.
Manifestasi klinik
Penatalaksana3
Intervansi bedah umumnya ditunda untuk beberapa bulan pertama kehidupan karena
tingginya angka kematian. Hati-hati dalam mengambil keputusan terhadap kemungkinan
harapan hidup meningkat beratnya derajat kelainan neurologic dan kelainan fisik dan
pemulihan post oprasi. Konsultasi genetika sangat penting ditinjau dari resiko berulangnya
8
sindrom patau (trisomy 13) seperti halnya terhadap sindro edward (trisomy 18) karena
translokasi.
Manajemen medis anak dengan sindrom patau (trisomi 13) direncanakan berdasarkan kasus
per-kasus dan tergantung pada keadaan individual pasien. Pengobatan sindrom patau
berfokus pada asalah fisik tertentu pada setiap anak yang lahir. Banyakbayi yang mengalami
kesulitan bertahan lama beberapa hari atau minggu pertama karena permasalahan saraf yang
parah atau kompleks cacat jantung. Bila dilakukannya tindakan bedah itu hanya untuk
memperbaiki kerusakan jantung atau celah bibir dan langit-langit. Tetapi fisik, okupasi, dan
pidato akan membantu penderita mencapai potensi penuh perkembangan mereka.Abnormaliti
yang biasa terjadi pada bayi yang mengalami Sindrom Patau termasuk:
a) Bibir sumbing
b) Memiliki lebih jari tangan atau kaki
c) Kepala kecil
d) Mata kecil
e) Abnormaliti pada tulang rangka, jantung dan ginjal
f) Pertumbuhan terbantut
Komplikasi
Sekitar 82% darui bayi trisomy 13 meninggal dalam bulan pertama kehidupan mereka,
hanya 5-10% bertahan hidup sampai 1 tahun. Anak-anak yang bertahan hidup dari bayi
membutuhkan terapi kesehatan untuk memperbaiki kelainan structural dan komplikasi yang
terkait. Penderita yang bertahan hidup hingga dewasa sangat jarang.3
9
Edukasi
Melakukan skrinning cairan amnion atau ketuban ibu hamil pada usia kehamilan 16-20
minggu. Pada saat inilah air ketuban akan diambil. Air ketuban akan diambil 20ml dan
dimasukkan ke dalam tabung, lalu diputar-putar hingga muncul endapan yang merupakan sel-
sel janin. Selanjutnya, sel-sel ini akan dimasukkan ke dalam botol dan dicampur dengan
medianya, lalu ditempatkan di tempat yang bersuhu 37 derajat celcius. Dibutuhkan waktu
sekitar 2 minggu agar kromosomnya memisah.3
Metode ini terbilang cukup berisiko sebab ini merupakan tindakan invasive dan dapat
mengakibatkan volume ketuban menjadi berkurang sehingga membahayakan keselamatan
janin.5
Kesimpulan
Sindrom patau (trisomy 13) tidak dapat disembuhkan (permanen) karena penyakit ini
merupakan kelainan bawaan kongenital, tetapi dapat dideteksi selama kehamilan melalui
penggunaan USG, amniosintesis, dan penguji lainnya. Pada bayi dapat diketahui dengan
memeriksa pola kromosomnya.
10
Daftar pustaka
11