(KELOMPOK)
MATA KULIAH EKONOMI KESEHATAN
Oleh:
KELOMPOK
A. Landasan Teori
A.1 Analisis Farmakoekonomi
Kesehatan adalah hak asasi manusia. UUD 1945 menjamin bahwa setiap penduduk
Indonesia berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan
kebutuhan, tanpa memandang kemampuan membayar. Sebagai anggota dari komunitas
peradaban dunia, Indonesia juga memiliki tanggung jawab untuk mencapai target
Millennium Development Goals (MDGs) 20002015. Komitmen pencapaian MDGs ini
telah dituangkan dalam berbagai target Rencana Strategis Kementerian Kesehatan periode
20102014. Dengan pencapaian target MDGs, diharapkan terjadi peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tetapi, sampai saat ini Indonesia masih
terbelit berbagai masalah di bidang yang strategis tersebut. Jumlah penduduk miskin
dengan status kesehatan yang rendah masih sangat besar dan tekanan beban ganda
penyakit semakin berat dengan meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif di tengah
insidensi penyakit infeksi yang masih tinggi. Dengan masuknya berbagai teknologi baru
yang umumnya lebih mahal, membuat biaya pelayanan kesehatan terus meningkat. Di sisi
lain, anggaran kesehatan yang tersedia masih terbatas dan belum memadai (Kemenkes,
2013).
Oleh karena itu untuk menyiasati isu keterbatasan anggaran tersebut sangat
diperlukan kajian mengenai analisis farmakoekonomi. Analisis farmakoekonomi tersebut
antara lain:
1. Analisis efektivitas-biaya (AEB cost-effectiveness analysis, CEA) adalah teknik
analisis ekonomi untuk membandingkan biaya dan hasil (outcomes) relatif dari dua atau
lebih intervensi kesehatan. Pada AEB, hasil diukur dalam unit non-moneter, seperti
jumlah kematian yang dapat dicegah atau penurunan mm Hg tekanan darah diastolik.
2. Analisis manfaat-biaya (AMB cost-benefit analysis, CBA) adalah teknik untuk
menghitung rasio antara biaya intervensi kesehatan dan manfaat (benefit) yang
diperoleh, dimana outcome (manfaat) diukur dengan unit moneter (rupiah).
3. Analisis minimalisasi-biaya (AMiB cost-minimization analysis , CMA ) adalah
teknik analisis ekonomi untuk membandingkan dua pilihan (opsi, option ) intervensi
atau lebih yang memberikan hasil (outcomes) kesehatan setara untuk mengidentifikasi
pilihan yang menawarkan biaya lebih rendah.
4. Analisis utilitas-biaya (AUB cost-utility analysis, CUA) adalah teknik analisis
ekonomi untuk menilai utilitas (daya guna) atau kepuasan atas kualitas hidup yang
diperoleh dari suatu intervensi kesehatan. Kegunaan diukur dalam jumlah tahun dalam
keadaan sehat sempurna, bebas dari kecacatan, yang dapat dinikmati umumnya
diekspresikan dalam qualityadjusted life years (QALY) , atau jumlah tahun berkualitas
yang disesuaikan (Kemenkes, 2013).
Klasifikasi
Tabel 3. Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kelainan struktural jantung atau
berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsional New york heart
association (NYHA).
Gagal jantung sering juga diklasifikasikan sebagai gagal jantung dengan
penurunan fungsi sistolik (fraksi ejeksi) atau dengan gangguan fungsi diastolik (fungsi
sistolik atau fraksi ejeksi normal), yang selanjutnya akan disebut sebagai Heart Failure
with Preserved Ejection Fraction (HFPEF). Selain itu, myocardial remodeling juga akan
berlanjut dan menimbulkan sindroma klinis gagal jantung (Perki, 2015).
PENYEKAT
Kecuali kontraindikasi, penyekat harus diberikan pada semua pasien gagal jantung
simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 %. Penyekat memperbaiki fungsi
ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal
jantung, dan meningkatkan kelangsungan hidup
Indikasi pemberian penyekat
Fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 %
Gejala ringan sampai berat (kelas fungsional II - IV NYHA)
ACEI / ARB (dan antagonis aldosteron jika indikasi) sudah diberikan
Pasien stabil secara klinis (tidak ada perubahan dosis diuretik, tidak ada kebutuhan
inotropik i.v. dan tidak ada tanda retensi cairan berat)
Tabel 5. Rekomendasi terapi farmakologis untuk semua pasien gagal jantung sistolik simtomatik
(NYHA fc II-IV)
Tabel 6. Rekomendasi terapi farmakologis lain dengan keuntungan yang kurang pasti
pada pasien gagal jantung dengan NYHA fc II IV
B. Kasus
Jurnal yang dianalisis berjudul The cost effectiveness of ivabradine in the treatment
of chronic heart failure from the UK National Health Service perspective. Analisis
farmakoekonomi yang dilakukan ini membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan
yang memberikan besaran efek berbeda, dapat digunakan analisis efektivitas biaya (CEA).
Jurnal ini membandingkan efektivitas terapi antara pemberian kombinasi ivabradine dan
terapi standar dengan efektivitas terapi standar tanpa ivabradine.
C. Pembahasan
D. Referensi
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi, Kemenkes
RI, Jakarta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal
Jantung, Perki, Jakarta.
Griffiths, A. et al., 2014. The cost effectiveness of ivabradine in the treatment of chronic heart
failure from the UK National Health Service perspective. Heart (British Cardiac Society),
pp.16. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24634022.