(Declaration of Authorship)
Priska Ivena
Abstrak
Oleh
Ivan Budiman
NPM: 2013420010
Penelitian terhadap bangunan Pantjoran Tea House yang terletak di Jalan Pantjoran
Raya no 4-6, Jakarta Barat telah dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasikan gaya arsitektur yang diterapkan pada bangunan ini dan selanjutnya
untuk mengetahui apabila ada unsur-unsur budaya lain yang turut diterapkan pada
bangunan ini, serta mengetahui perubahan apa saja yang telah terjadi pada bangunan ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah
tahap pengumpulan data melalui studi kepustakaan yang bertujuan untuk mengampulkan
sumber-sumber kepustakaan yang dapat menunjang tercapainya tujuan penelitian ini.
Selain itu juga digunakan studi lapangan (pengamatan langsung) dengan cara melakukan
pengamatan dan perekaman yang terinci pada unsur-unsur bangunan Pantjoran Tea House.
Kata-kata kunci: perubahan setting fisik, kedai teh, apotek Chung Hwa, Pantjoran
Tea House
i
ii
Abstract
iii
iv
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
v
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir Fakultas
Teknik Program Studi Arsitektur, Universitas Parahyangan. Selama proses penelitian
berlangsung, penulis mendapatkan bimbingan, arahan, dukungan, dan saran. Untuk itu rasa
terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:
Dosen pembimbing, Bapak Dr. Y. Basuki Dwisusanto, Ir., M.Sc. dan dosen ko-
pembimbing, Bapak Franseno P., ST., MT. atas saran, pengarahan, danmasukan
yang telah diberikan serta berbagai ilmu yang sangat berharga.
Dosen penguji, Bapak Dr. Ir. Hartanto Budiyuwono, MT. dan Ibu Dewi Mariana,
ST. MT. Yang telah memberikan masukan dan bimbingan yang diberikan.
Bapak Rahmat Jabaril selaku inisiator Kampung Kreatif yang sudah memberikan
pemikiran, ilmu, pengalaman terkait kampung kreatif.
....dan seterusnya.....
Penulis
vii
viii
DAFTAR ISI
Abstrak........ ......................................................................................................................... i
Abstract...............................................................................................................................iii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI.............................................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH..............................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................xv
GLOSARIUM....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
ix
x
DAFTAR GAMBAR
....dan seterusnya......
xi
xii
DAFTAR TABEL
....dan seterusnya.....
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
xvi
1. BAB I
PENDAHULUAN
17
dibangun oleh Jan Pieterszoon Coen. Arsitektur bangunan ini lumayan mencolok di tengah
kusamnya bangunan tua yang ada di sekitaran Glodok.
Setelah dipugar, tempat ini mempunyai interior bernuansa oriental dengan warna
dominan cokelat kayu. Nuansa ini terasa pada ukiran pintu, jendela, dan penyekat
ruangannya. Untuk membuat tempat ini lebih kontemporer, bohlam dan berbagai lukisan
terlihat menghiasi dinding.
Bangunan bersejarah dikategorikan sebagai bangunan cagar budaya juga digunakan
sebagai upaya pemerintah dalam melindungi dan melestarikan kekhasan sejarah kota.
Perlindungan terhadap benda cagar budaya juga termuat dalam UU No.11 Tahun 2010
dalam Pasal 3 yang menjelaskan bahwa pelestarian terhadap cagar budaya bertujuan: (a)
melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia; (b) meningkatkan harkat
dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya; (c) memperkuat kepribadian bangsa; (d)
meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan (e) mempromosikan warisan budaya bangsa
kepada masyarakat internasional.
18
Gambar 1.2. Gambar Apotek Chung Hwa(kiri) dan Pantjoran Tea House(kanan)
(Sumber : google)
19
4. Bagi pengembangan ilmu dan pemerhati Cagar Budaya akan memberikan
wawasan baru mengenai pelestarian Kawasan Cagar Budaya khususnya yang
berkaitan dengan pengembangkan upaya pelestarian Kawasan Cagar Budaya.
2. BAB II
KERANGKA DASAR TEORI
20
dan benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan (UU No. 5/1992 Pasal 1).
Dalam Perda DKI 9/1999 bangunan Cagar Budaya adalah benda/obyek
bangunan/lingkungan yang dilindungi dan ditetapkan berdasarkan kriteria nilai
sejarah, umur, keaslian, kelangkaan, landmark/tengaran dan nilai arsitekturnya.
UNESCO mendefinisikan kawasan bersejarah adalah sebagai berikut:
Group of buildings: Group of separate or connected buildings, which because of
their architecture, their homogeneity ar their place in landscape, are of outstanding
universal value from the point of view of history, art or science (UNESCO dalam
Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural
Heritage 1987).
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan
perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya.
Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital.
Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan
dan sebagainya). Pengertian melalui bahasalainnya revitalisasi bisa berarti proses, cara, dan
atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan
apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi,
pengertian revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu
menjadi penting dan perlu sekali. Revitalisasi termasuk di dalamnya adalah konservasi-
preservasi merupakan bagian dari upaya perancangan kota untuk mempertahankan warisan
fisik budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan estetika-arsitektural. Atau
tepatnya merupakan upaya pelestarian lingkungan binaan agar tetap pada kondisi aslinya
yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakan. Tergantung dari kondisi lingkungan
binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini biasanya disertai pula dengan upaya
restorasi, rehabilitasi dan/atau rekonstruksi. Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk
memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup,
akantetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Selain itu, revitalisasi adalah
kegiatan memodifikasi suatu lingkungan atau benda cagar-budaya untuk pemakaian baru.
21
2.1.2. Nilai budaya cagar budaya
22
2.1.3. Pengertian konservasi
23
2.2.2. Peraturan Daerah Kota Jakarta nomor 9 tahun 1999
Menurut UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya serta SK
Gubernur Nomor D/IV/6098/d/33/1975 Perda Nomor 9 Tahun 1999 tentang
Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan Bangunan Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya dibagi menjadi empat golongan:
1. Bangunan Golongan A tidak boleh ditambah, diubah, dibongkar, atau
dibangun baru.
2. Bangunan Golongan B, bangunan dibagian badan utama, struktur
utama, atap dan pola tampak muka tidak boleh diubah alias harus
sesuai bentuk aslinya.
3. Bangunan Golongan C, bangunan boleh diubah atau dibangun baru,
tetapi dalam perubahan itu harus disesuaikan dengan pola bangunan
sekitarnya.
4. Bangunan Golongan D, boleh diubah sesuai dengan keinginan
pemilik, tetapi harus sesuai dengan perencanaan kota.
2.3. Arsitektur Tiongkok
24
3. BAB III
METODE PENELITIAN
25
26
27
4. BAB IV
HASIL PENGAMATAN
28
29
30
31
5. BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kampung-kota tidak terlepas hari fenomena keterbatasan lahan dimana permukiman
urban terus bertumbuh. Kampung kreatif hadir dengan kekhasan dalam mengelola ruang
yang ada menjadi lebih bermakna melalui aspek seni budaya yang diaplikasikan dalam
setting fisik. Keterbatasan ruang tidak menghambat kreativitas masyarakat dalam
menciptakan ruang yang memenuhi kebutuhan akan aktivitas mereka yang beragam, dari
aktivitas sehari-hari hingga aktivitas insidental termasuk di dalamnya aktivitas kreatif. Oleh
sebab itulah muncul perubahan setting fisik yang diciptakan masyarakat sebagai solusi
pemenuhan kebutuhan ruang. Sebagai contoh, terkait program kampung kreatif masyarakat
mempersiapkan ruang untuk pertunjukkan, festival, penyambutan tamu, dsb. Di samping
itu, masyarakat juga memiliki kebutuhan akan ruang terbuka untuk interaksi sosial,
kebutuhan hiburan dan ekonomi yang juga memerlukan penyesuaian setting fisik.
Dan seterusnya.....
5.2. Saran
Kampung Kreatif di Bandung, khususnya Kampung Dago Pojok akan terus
berkembang seiring dengan berkembangnya sosial dan budaya permukiman. Setiap akhir
tahun akan banyak diadakan festival yang dapat diamati lebih lanjut, dan setiap tahun akan
muncul gagasan dan titik baru yang dijadikan pusat kreatif.
Dan seterusnya.....
32
33
GLOSARIUM
Pragmatisme sebagai sebuah pola pikir atau landasan filosofis muncul dalam tindakan,
situasi dan konsekuensi serta bukan dari kondisi yang sebelumnya (seperti dalam
postpositivistik). Ada sebuah konsern yang dilengkapi dengan aplikasi yang berfungsi
dengan baik serta solusi terhadap masalah-masalah yang muncul. Selain fokus pada
beberapa metode, peneliti juga menekankan masalah penelitian dan menggunakan semua
pendekatan yang cocok untuk bisa memahami sebuah permasalahan.
....dan seterusnya.....
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, C. (1966). Housing in The Modern World: Mans Struggle for Shelter in an
Urbanizing World. London: Faber and Faber.
Altman, I. & Low, S.M. (1992). Place Attachment: Human Behavior and Environment
Advances in Theory and Research. New York: Plenum Press.
Barker, R.G. (1968). Ecological Psycology: Concept and Methods for Studying the
Environment of Human Behavior. Standford: Standford University Press.
Bechtel, R.B., Marans, R.W. & Michelson, W. (1987). Methods in Environmental and
Behavior Research. New York: Van Nostrand Reinhold.
Bell, P.A., Fisher, J.D. & Loomis, R.J. (1976). Environmental Psychology. Philadelphia:
W.B. Saunders Company.
....dan seterusnya....
36
37
Lampiran 1: Data Fisik Gang Kampung Cidadap RW-11
38