Anda di halaman 1dari 40

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN SKRIPSI

(Declaration of Authorship)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Priska Ivena
NPM : 2012420025
Alamat : Komplek Taman Rahayu I G3 No. 36, Bandung
Judul Skripsi : Perubahan Setting Fisik Ruang Terbuka dalam Mewadahi
Berbagai Aktivitas di Kampung Kreatif Dago Pojok

Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa :


1. Skripsi ini sepenuhnya adalah hasil karya saya pribadi dan di dalam proses
penyusunannya telah tunduk dan menjunjung Kode Etik Penelitian yang
berlaku secara umum maupun yang berlaku di lingkungan Universitas Katolik
Parahyangan.
2. Jika dikemudian hari ditemukan dan terbukti bahwa isi di dalam skripsi ini,
baik sebagian maupun keseluruhan terdapat penyimpangan-penyimpangan
dari Kode Etik Penelitian antara lain seperti tindakan merekayasa atau
memalsukan data atau tindakan sejenisnya, tindakan plagiarisme atau
autoplagiarisme, maka saya bersedia menerima seluruh konsekuensi hukum
sesuai ketentuan yang berlaku.

Bandung, Mei 2016

Priska Ivena
Abstrak

KESESUAIAN HASIL KONSERVASI PADA BANGUNAN


PANTJORAN TEA HOUSE DENGAN PEDOMAN
KONSERVASI

Oleh
Ivan Budiman
NPM: 2013420010

Penelitian terhadap bangunan Pantjoran Tea House yang terletak di Jalan Pantjoran
Raya no 4-6, Jakarta Barat telah dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasikan gaya arsitektur yang diterapkan pada bangunan ini dan selanjutnya
untuk mengetahui apabila ada unsur-unsur budaya lain yang turut diterapkan pada
bangunan ini, serta mengetahui perubahan apa saja yang telah terjadi pada bangunan ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah
tahap pengumpulan data melalui studi kepustakaan yang bertujuan untuk mengampulkan
sumber-sumber kepustakaan yang dapat menunjang tercapainya tujuan penelitian ini.
Selain itu juga digunakan studi lapangan (pengamatan langsung) dengan cara melakukan
pengamatan dan perekaman yang terinci pada unsur-unsur bangunan Pantjoran Tea House.

Kata-kata kunci: perubahan setting fisik, kedai teh, apotek Chung Hwa, Pantjoran
Tea House

i
ii
Abstract

CONSERVATION RESULTS ON TEA HOUSE BUILDING


BASED ON CONSERVATION GUIDELINES
by
Ivan Budiman
NPM: 2013420010

Research on Pantjoran Tea House building located at Jalan Pantjoran Raya no 4-


6, West Jakarta can be done. This study aims to identify the architectural styles applied to
this building and further to know if there are other cultural elements that are also applied
to this building, and to know what changes have occurred in this building. The method used
in this research consists of 3 stages. The first stage is the stage of data collection through
literature study that aims to mengampulkan sources of literature that can support the
achievement of this research objectives. It also used field study (direct observation) by
performing detailed observations and recording on the elements of Pantjoran Tea House
building.

Keywords: transformation of physical setting, tea house, apotek Chung Hwa,


Pantjoran Tea House, cultural preserve class C

iii
iv
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi yang tidak dipublikasikan ini, terdaftar dan tersedia di Perpustakaan


Universitas Katolik Parahyangan,dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak
cipta ada pada penulis dengan mengikuti aturan HaKI dan tata cara yang berlaku di
lingkungan Universitas Katolik Parahyangan.
Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan
hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk
menyebutkan sumbernya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh skripsi haruslah seijin
Rektor Universitas Katolik Parahyangan.

v
vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir Fakultas
Teknik Program Studi Arsitektur, Universitas Parahyangan. Selama proses penelitian
berlangsung, penulis mendapatkan bimbingan, arahan, dukungan, dan saran. Untuk itu rasa
terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:
Dosen pembimbing, Bapak Dr. Y. Basuki Dwisusanto, Ir., M.Sc. dan dosen ko-
pembimbing, Bapak Franseno P., ST., MT. atas saran, pengarahan, danmasukan
yang telah diberikan serta berbagai ilmu yang sangat berharga.
Dosen penguji, Bapak Dr. Ir. Hartanto Budiyuwono, MT. dan Ibu Dewi Mariana,
ST. MT. Yang telah memberikan masukan dan bimbingan yang diberikan.
Bapak Rahmat Jabaril selaku inisiator Kampung Kreatif yang sudah memberikan
pemikiran, ilmu, pengalaman terkait kampung kreatif.

....dan seterusnya.....

Bandung, Mei 2016

Penulis

vii
viii
DAFTAR ISI

Abstrak........ ......................................................................................................................... i
Abstract...............................................................................................................................iii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI.............................................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH..............................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................xv

1. BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 17


1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 17

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 18

1.3. Pertanyaan Penelitian................................................................................. 19

1.4. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 19

1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 19

2. BAB II KERANGKA DASAR TEORI .................................................................... 20


2.1. Revitalisasi ..................................................Error! Bookmark not defined.

2.1.1. Revitalisasi .........................................Error! Bookmark not defined.

2.1.2. Kampung Kreatif................................Error! Bookmark not defined.

3. BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 23


3.1. Jenis Penelitian .......................................................................................... 25

4. BAB IV HASIL PENGAMATAN ........................................................................... 28


4.1. Identifikasi Setting Fisik ............................................................................ 28

5. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 32


5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 32

5.2. Saran .......................................................................................................... 32

GLOSARIUM....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

ix
x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Batas-Batas Lokasi Penelitian ..................Error! Bookmark not defined.


Gambar 1.2. Pembagian Dinding Pelingkup dan Bidang Bukaan Ruang Kerja ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2.1. Fenomena Kampung-Kota Tidak Terlepas dari Relasi Manusia dengan
Lingkungan ..............................................Error! Bookmark not defined.

....dan seterusnya......

xi
xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kelurahan.................................... 28

....dan seterusnya.....

xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Fisik Gang Kampung Cidadap RW-11 .......................................... 38

xv
xvi
1. BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai Negara yang pernah dijajah oleh bangsa asing, Indonesia menyimpan
banyak sejarah yang patut diperhatikan dan diapresiasi. Salah satu bukti sejarah yang masih
bertahan adalah kawasan Kota Tua Jakarta. Sebagai kawasan yang cukup luas dan memiliki
keragaman langgam bangunan yang berbeda-beda, kawasan ini menjadi suatu tempat yang
menarik, penuh dengan nilai sejarah serta rekreatif dengan keberadaan museum-museum
dan hiburan yang diciptakan oleh masyarakat sekitar daerah tersebut.
Kawasan Kota Tua saat ini sedang direvitalisasi agar dapat dikembangkan sebagai
Zona Ekonomi Khusus oleh JOTRC (Jakarta Old Town Revitalization Corp) dan juga
sebagai destinasi wisata nasional oleh UPK (Unit Pengembangan Kawasan) Kota Tua.
Namun sampai saat ini sebagian besar bangunan yang mendapat perhatian adalah
bangunan-bangunan yang berada di zona inti. Padahal banyak bangunan tua di luar zona
inti yang memiliki kondisi serta fungsi yang kurang baik namun berada pada lokasi yang
cukup strategis untuk dikembangkan. Sehingga dalam proyek ini, penulis telah memilih
salah satu bangunan tua di luar zona inti, yaitu bangunan Pantjoran Tea House(ex apotek
Chung Hwa).
Jika menengok sejarah bangunan ini, bangunan ini tidak bisa dipisahkan dari sejarah
Jakarta. Berlokasi di kawasan Glodok, bangunan ini menjadi salah satu yang terpenting
karena lokasi nya yang berada di pintu gerbang kawasan kota tua Jakarta, sekaligus menjadi
pintu gerbang ke daerah pecinan. Dalam perkembangannya gedung ini telah mengalami
perubahan fungsi, dari apotek menjadi kedai teh.
Sebelum menjadi Pantjoran Tea House, bangunan ini adalah apotek Chung Hwa, di
mana apotek ini adalah salah satu yang sempat menjadi bangunan yang khas dan menjadi
landmark di daerah pecinan Batavia.
Ide mendirikan Pantjoran Te House dari sebuah apotek berasal dari kisah kapiten
Gan Djie pada masa pemerintahan Belanda. Gan Djie adalah orang yang dipercaya
pemerintah Belanda untuk memimpin kawasan pecinan ini. Selama beliau memerintah
pada 1663 hingga 1675, Gan dan istrinya dikenal kerap menyuguhkan 8 teko teh bagi
siapapun yang kebetulan melewati kantornya. Dari kebiasaan inilah Gan dan tehnya
menjadi populer. Tempat ini juga pernah menjadi gerbang awal kota Batavia yang

17
dibangun oleh Jan Pieterszoon Coen. Arsitektur bangunan ini lumayan mencolok di tengah
kusamnya bangunan tua yang ada di sekitaran Glodok.
Setelah dipugar, tempat ini mempunyai interior bernuansa oriental dengan warna
dominan cokelat kayu. Nuansa ini terasa pada ukiran pintu, jendela, dan penyekat
ruangannya. Untuk membuat tempat ini lebih kontemporer, bohlam dan berbagai lukisan
terlihat menghiasi dinding.
Bangunan bersejarah dikategorikan sebagai bangunan cagar budaya juga digunakan
sebagai upaya pemerintah dalam melindungi dan melestarikan kekhasan sejarah kota.
Perlindungan terhadap benda cagar budaya juga termuat dalam UU No.11 Tahun 2010
dalam Pasal 3 yang menjelaskan bahwa pelestarian terhadap cagar budaya bertujuan: (a)
melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia; (b) meningkatkan harkat
dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya; (c) memperkuat kepribadian bangsa; (d)
meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan (e) mempromosikan warisan budaya bangsa
kepada masyarakat internasional.

1.2. Rumusan Masalah


Pantjoran Tea House merupakan bangunan yang belum menjadi cagar budaya, tetapi
sedang di usahakan oleh JOTRC(Jakarta Old Town Revitalization Corporation), pada saat
revitalisasi dilakukan bangunan ini mencoba menyesuaikan desain yang disesuaikan
dengan pola bangunan sekitarnya. Kondisi bangunan ini sudah berubah dari bentuk aslinya
karena terpotong sebagian akibat adanya pelebaran jalan. Selain itu, bangunan ini sudah
dibagi-bagi dan pernah direnovasi secara parsial dan ditambah lantai mezanin oleh
penghuni / penyewanya, Sehingga bagian asli yang masih tersisa hanya salah satu
fasadenya.

18
Gambar 1.2. Gambar Apotek Chung Hwa(kiri) dan Pantjoran Tea House(kanan)
(Sumber : google)

1.3. Pertanyaan Penelitian


Dari permasalahan di atas, maka timbul pertanyaan apa saja upaya yang dilakukan
terhadap bangunan Pantjoran Tea House yang kiranya hanya memiliki keaslian di bagian
fasad sebagai acuan dalam mengkonservasi bangunan ini ?

1.4. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui sejarah dan perkembangan dari bangunan Pantjoran Tea House
sebagai bangunan golongan C yang telah mengalami revitalisasi.
2. Mengetahui upaya konservasi yang telah dilakukan dalam rangka melindungi dan
melestarikan bangunan.

1.5. Manfaat Penelitian


1. Bagi Pemerintah, dengan mengetahui faktor-faktor dan kaidah dalam pelestarian
cagar budaya maka pemerintah diharapkan dapat memperoleh gambaran mengenai
apa yang harus dilakukan guna meningkatkan upaya pelestarian bangunan tua
bersejarah di kota tua Jakarta.
2. Manfaat penelitian ini diharapkan bagi masyarakat dapat digunakan untuk
membantu mengembangkan cara pandang, kemampuan, kepercayaan diri serta
komitmen masyarakat untuk ikut berperan serta dalam upaya pelestarian bangunan
kota tua di Jakarta.
3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan pemerintah dan atau akan mengetahui
program keberlanjutan apa saja yang akan dilakukan guna berupaya melestarikan
dan melindungi Kawasan Cagar Budaya Kota Tua Jakarta.

19
4. Bagi pengembangan ilmu dan pemerhati Cagar Budaya akan memberikan
wawasan baru mengenai pelestarian Kawasan Cagar Budaya khususnya yang
berkaitan dengan pengembangkan upaya pelestarian Kawasan Cagar Budaya.

2. BAB II
KERANGKA DASAR TEORI

2.1. Teori Konservasi bangunan cagar budaya


2.1.1. Pengertian bangunan cagar budaya
Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan
Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) mendevinisikan cagar, sebagai daerah perlindungan
untuk melarikan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan sebagainya. Pencagaran adalah
perlindungan terhadap tumbuhan, binatang, dan sebagainya yang diperkirakan akan
punah. Sehingga, hewan dan tumbuhan yang hampir punah perlu diberi pencagaran.
Sedangkan budaya menurut KBBI merupakan hasil akal budi manusia. Dengan
demikian cagar budaya adalah benda hasil akal budi manusia yang perlu diberikan
pencagaran, karena jika tidak dilindungi dikhawatirkan akan mengalami kerusakan
dan kepunahan.
Pengertian benda cagar budaya menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Pasal 1 (ayat 1) adalah warisan budaya yang
bersifat kebendaan, berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur
cagar budaya, dan kawasan cagar budaya baik di darat dan /atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan /atau kebudayaan melalui proses penetapan.
Benda cagar budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak
bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya,
yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya
yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta
dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;

20
dan benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan (UU No. 5/1992 Pasal 1).
Dalam Perda DKI 9/1999 bangunan Cagar Budaya adalah benda/obyek
bangunan/lingkungan yang dilindungi dan ditetapkan berdasarkan kriteria nilai
sejarah, umur, keaslian, kelangkaan, landmark/tengaran dan nilai arsitekturnya.
UNESCO mendefinisikan kawasan bersejarah adalah sebagai berikut:
Group of buildings: Group of separate or connected buildings, which because of
their architecture, their homogeneity ar their place in landscape, are of outstanding
universal value from the point of view of history, art or science (UNESCO dalam
Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural
Heritage 1987).

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan
perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya.
Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital.
Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan
dan sebagainya). Pengertian melalui bahasalainnya revitalisasi bisa berarti proses, cara, dan
atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan
apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi,
pengertian revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu
menjadi penting dan perlu sekali. Revitalisasi termasuk di dalamnya adalah konservasi-
preservasi merupakan bagian dari upaya perancangan kota untuk mempertahankan warisan
fisik budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan estetika-arsitektural. Atau
tepatnya merupakan upaya pelestarian lingkungan binaan agar tetap pada kondisi aslinya
yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakan. Tergantung dari kondisi lingkungan
binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini biasanya disertai pula dengan upaya
restorasi, rehabilitasi dan/atau rekonstruksi. Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk
memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup,
akantetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Selain itu, revitalisasi adalah
kegiatan memodifikasi suatu lingkungan atau benda cagar-budaya untuk pemakaian baru.

21
2.1.2. Nilai budaya cagar budaya

22
2.1.3. Pengertian konservasi

2.1.4. Prinsip Dasar dalam konservasi

2.1.5. Tindakan Etika dalam konservasi


2.2. Acuan Penetapan Tindakan Konservasi di Indonesia

2.2.1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010


Benda dan bangunan cagar budaya di Indonesia diatur dan dideskripsikan
dalam Undang - Undang Negara No. 11 tahun 2010. Undang - undang ini mengatur
segala hal yang berkaitan dengan benda cagar budaya dan menjadi acuan utama
disiplin ilmu konservasi.
Dalam ketentuan umum, pasal 1 UU No. 11 tahun 2010, cagar budaya,
benda cagar budaya, dan bangunan cagar budaya dimaksudkan dengan:
a. Cagar Budaya merupakan warisan budaya bersifat kebendaan seperti
benda Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya ,
dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan / atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah,
ilmu pengetahuan, pendidikan, dan / atau kebudayaan.
b. Benda Cagar Budaya merupakan benda alam maupun buatan manusia,
yang bergerak / tidak bergerak diantaranya kesatuan, kelompok, bagian,
atau yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah
perkembangan manusia.
c. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan dari benda alam
maupun buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding
dan / atau tidak berdinding, dan beratap.
Dalam Undang- Undang No. 11 Tahun 2010 ini juga disebutkan kriteria
cagar budaya, yaitu:
1. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, pendidikan, ilmu pengetahuan, agama,
dan/ atau kebudayaan; dan
4. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa

23
2.2.2. Peraturan Daerah Kota Jakarta nomor 9 tahun 1999
Menurut UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya serta SK
Gubernur Nomor D/IV/6098/d/33/1975 Perda Nomor 9 Tahun 1999 tentang
Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan Bangunan Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya dibagi menjadi empat golongan:
1. Bangunan Golongan A tidak boleh ditambah, diubah, dibongkar, atau
dibangun baru.
2. Bangunan Golongan B, bangunan dibagian badan utama, struktur
utama, atap dan pola tampak muka tidak boleh diubah alias harus
sesuai bentuk aslinya.
3. Bangunan Golongan C, bangunan boleh diubah atau dibangun baru,
tetapi dalam perubahan itu harus disesuaikan dengan pola bangunan
sekitarnya.
4. Bangunan Golongan D, boleh diubah sesuai dengan keinginan
pemilik, tetapi harus sesuai dengan perencanaan kota.
2.3. Arsitektur Tiongkok

2.3.1. Karakteristik Arsitektur Tiongkok

2.3.2. Ciri Arsitektur Tiongkok sebelum Tahun 1990

2.3.3. Perwujudan Arsitektur Tiongkok di Indonesia

2.3.4. Rangkuman teori Pedoman Kesesuaian Konservasi

24
3. BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan melakukan observasi lapangan
terkait perubahan setting fisik yang terjadi pada beberapa ruang terbuka yang digunakan
untuk kegiatan kreatif. Kreativitas masyarakat memampukan munculnya pemikiran
mencipta ruang dengan kualitas yang khas. Kreativitas masyarakat dalam hal ini terkait
bidang seni dan budaya yang dimanfaatkan untuk mencipta kreativitas tatanan fisik.
Setelah mendapatkan data setting fisik dan aktivitas yang ada di lapangan, maka dilakukan
pemetaan dan sketsa yang hasilnya kemudian dianalisis.
Dalam mendapatkan data aktivitas pada setting dilakukan pemetaan menggunakan
metode place-centered maping di mana pada setiap setting fisik yang diteliti akan
tergambar jenis aktivitas dan intensitas pengguna pada periode tertentu.
Dan seterusnya....

25
26
27
4. BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1. Identifikasi Setting Fisik


Pada Kampung Kreatif Dago Pojok, area amatan yang diamati terdiri dari beberapa
ruang terbuka yang digunakan untuk kegiatan kreatif. Ruang terbuka ini tersebar di
beberapa RT, yang masing-masing memiliki karakter dan sejarah perkembangan yang
khas. Setting fisik ruang terbuka diteliti dengan memaparkan dimensi, kondisi dan elemen
pembentuknya. Secara spesifik setiap ruang terbuka memiliki kondisi batas fisik yang
terdiri dari elemen alami dan buatan yang membentuknya menjadi sebuah ruang yang
mewadahi aktivitas masyarakat. Batas fisik mencakup elemen-elemen fisik seperti massa,
sirkulasi, dan vegetasi serta perabot jalan sebagai elemen kelengkapannya.

Tabel 4.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kelurahan

(Sumber : Jakarta Selatan Dalam Angka Tahun 2007)

28
29
30
31
5. BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kampung-kota tidak terlepas hari fenomena keterbatasan lahan dimana permukiman
urban terus bertumbuh. Kampung kreatif hadir dengan kekhasan dalam mengelola ruang
yang ada menjadi lebih bermakna melalui aspek seni budaya yang diaplikasikan dalam
setting fisik. Keterbatasan ruang tidak menghambat kreativitas masyarakat dalam
menciptakan ruang yang memenuhi kebutuhan akan aktivitas mereka yang beragam, dari
aktivitas sehari-hari hingga aktivitas insidental termasuk di dalamnya aktivitas kreatif. Oleh
sebab itulah muncul perubahan setting fisik yang diciptakan masyarakat sebagai solusi
pemenuhan kebutuhan ruang. Sebagai contoh, terkait program kampung kreatif masyarakat
mempersiapkan ruang untuk pertunjukkan, festival, penyambutan tamu, dsb. Di samping
itu, masyarakat juga memiliki kebutuhan akan ruang terbuka untuk interaksi sosial,
kebutuhan hiburan dan ekonomi yang juga memerlukan penyesuaian setting fisik.
Dan seterusnya.....

5.2. Saran
Kampung Kreatif di Bandung, khususnya Kampung Dago Pojok akan terus
berkembang seiring dengan berkembangnya sosial dan budaya permukiman. Setiap akhir
tahun akan banyak diadakan festival yang dapat diamati lebih lanjut, dan setiap tahun akan
muncul gagasan dan titik baru yang dijadikan pusat kreatif.
Dan seterusnya.....

32
33
GLOSARIUM

Embedding adalah bentuk pencampuran dalam metode penelitian campuran, dimana


bentuk data kedua dihubungkan dengan penelitian berskala lebih luas yang menjadi
database utama. Database kedua berfungsi untuk mendukung database utama.

Pragmatisme sebagai sebuah pola pikir atau landasan filosofis muncul dalam tindakan,
situasi dan konsekuensi serta bukan dari kondisi yang sebelumnya (seperti dalam
postpositivistik). Ada sebuah konsern yang dilengkapi dengan aplikasi yang berfungsi
dengan baik serta solusi terhadap masalah-masalah yang muncul. Selain fokus pada
beberapa metode, peneliti juga menekankan masalah penelitian dan menggunakan semua
pendekatan yang cocok untuk bisa memahami sebuah permasalahan.

Teritorialitas dalam perspektif arsitektur didefinisikan sebagai suatu konsep


pengorganisasian ruang lingkungan binaan melalui suatu mekanisme perilaku pembedaan
ruang dan pengontrolan batas-batasnya.

....dan seterusnya.....

34
35
DAFTAR PUSTAKA

Abrams, C. (1966). Housing in The Modern World: Mans Struggle for Shelter in an
Urbanizing World. London: Faber and Faber.

Alexander, C. (1977). A Pattern Language: Town, Building, Construction. New York:


Oxford University Press.

Altman, I. & Stokols, D. (1987). Handbook of Environmental Psychology, Vol. 1. London:


John Wiley and Son Press.

Altman, I. & Low, S.M. (1992). Place Attachment: Human Behavior and Environment
Advances in Theory and Research. New York: Plenum Press.

Barker, R.G. (1968). Ecological Psycology: Concept and Methods for Studying the
Environment of Human Behavior. Standford: Standford University Press.

Bechtel, R.B., Marans, R.W. & Michelson, W. (1987). Methods in Environmental and
Behavior Research. New York: Van Nostrand Reinhold.

Bell, P.A., Fisher, J.D. & Loomis, R.J. (1976). Environmental Psychology. Philadelphia:
W.B. Saunders Company.

....dan seterusnya....

36
37
Lampiran 1: Data Fisik Gang Kampung Cidadap RW-11

38

Anda mungkin juga menyukai