Anda di halaman 1dari 139

Bab 1

PENDAHULUAN
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) adalah kawasan strategis
nasional yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
sangat penting terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah nasional, dengan didukung
oleh inisiasi program pemerintah dalam rangka membangun ekonomi wilayah
berbasis pengembangan ekonomi lokal. Berdasarkan PP 26/2008 RTRWN, KSN
tipologi KAPET ada 13 lokasi. KAPET BAD sebagai salah satu kawasan KAPET
yang berada di Provinsi Aceh berdasarkan penetapan kawasan strategis nasional di
Lampiran X (3) PP 26/2008 RTRWN.
KAPET ditujukan untuk mewujudkan pengembangan kegiatan ekonomi kawasan
yang terpadu melalui dukungan inisiasi pemerintah, berbasis pengembangan
ekonomi lokal dengan bertumpu pada sektor pertanian, sektor perikanan, sektor
industri kerajinan, dan sektor pariwisata sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi
wilayah dengan membuka kesempatan pengembangan investasi dalam negeri dan
membangun kemitraan dengan pihak luar negeri.
1.1. Dasar Hukum Penyusunan RTR KSN KAPET BAD
Beberapa peraturan perundangan terkait lainnya yang menjadi landasan
dalam penyusunan Rencana Tata Ruang KAPET BAD, adalah:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739);
8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5015);
10. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
11. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
12. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5170);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833).
14. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5262);
15. Keputusan Presiden Nomor 150 Tahun 2000 tentang Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET);
16. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 130/M-IND/PER/12/2010
tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan
Provinsi Aceh;
17. Surat Menteri Koordinator Perekonomian Rl No. S-
271/M.Ekon/19/2002 tanggal 21 Oktober 2002;
18. Surat Keputusan Gubernur Aceh No. 193/388/2002 tanggal 25 Oktober
2002
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1.2. Profil Wilayah KAPET BAD
1.2.1. Delineasi KAPET BAD
Delineasi KAPET BAD didasarkan atas pertimbangan peraturan perundangundangan
dan kaidah teknis
1. Peraturan Perundang-undangan
Keputusan Presiden No. 120 Tahun 1993 tentang Dewan Pengembangan
Kawasan Timur Indonesia (DP KTI) merupakan kebijakan embrio
terbentuknya KAPET. Dewan ini bertugas menggagas dan merumuskan
konsepsi pengembangan KTI, termasuk kebijakan yang diperlukan untuk
mendukungnya. Sebagai wujudnya, tersusun Keputusan Presiden No. 89
Tahun 1996 yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Presiden
No. 9 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET).
Berdasarkan Keputusan Presiden ini, kemudian lahir Keputusan Presiden
lainnya tentang penetapan lokasi
KAPET, yaitu 13 KAPET, 12 KAPET di KTI dan 1 KAPET di KBI, yaitu :
1. Keppres No. 10 Tahun 1996 jo Keppres 90 Tahun 1996 tentang
Penetapan KAPET Biak.
2. Keppres 11/1998 tentang Penetapan KAPET Batulicin.
3. Keppres 12/1998 tentang Penetapan KAPET Sasamba.
4. Keppres 13/1998 tentang Penetapan KAPET Sanggau.
5. Keppres 14/1998 tentang Penetapan KAPET Manado Bitung.
6. Keppres 15/1998 tentang Penetapan KAPET Mbay.
7. Keppres 164/1998 tentang Penetapan KAPET Parepare.
8. Keppres 165/1998 tentang Penetapan KAPET Seram.
9. Keppres 166/1998 tentang Penetapan KAPET Bima.
10. Keppres 167/1998 tentang Penetapan KAPET Batui.
11. Keppres 168/1998 tentang Penetapan KAPET Bukari.
12. Keppres 170/1998 tentang Penetapan KAPET DAS Kakab.
13. Keppres 171/1998 tentang Penetapan KAPET Sabang
Dalam perjalanannya KAPET Sabang berubah menjadi KAPET Bandar
Aceh Darussalam (BAD) karena Sabang dan Pulo Aceh sesuai dengan
UU No. 36 dan 37 tahun 2000 dijadikan Kawasan Perdagangan dan
Pelabuhan Bebas. Hal ini sesuai dengan Inpres No.2 tahun 2000 dan
Surat Menkimpraswil Nomor UM 0101-Mn/06 tanggal 19 September
2000; Surat Gubernur Daerah Istimewa Aceh No. 193/1280 tanggal 23
Januari 2001 (28 Syawal 1421 H)dan No. 193/1281; Surat Gubernur
Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 193/30591 tanggal 2 September
2001 (14 Jumadil Akhir 1422 H). Selanjutnya, berdasarkan Surat Menteri
Koordinator Perekonomian Rl No. S-271/M.Ekon/19/2002 tanggal 21
Oktober 2002 dan Surat Keputusan Gubernur Aceh No. 193/388/2002
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
tanggal 25 Oktober 2002, ditetapkanlah Wilayah KAPET Bandar Aceh
Darussalam (BAD)
Kronologis peraturan perundang-undangan terkait penetapan KAPET
BAD dan delineasi wilayah KAPET BAD, dapat dilihat pada ilustrasi
berikut:
2. Kaidah Teknis
Kaidah teknis didasarkan atas prinsip pengembangan KAPET, yaitu
KAPET dikembangkan dengan memperhatikan komposisi perencanaan
ruang wilayah sebagai berikut:
(a). perencanaan dan pengembangan sebaran sentra produksi, sentra
pengolahan, fasilitas sistem koleksi dan distribusi, dan sistem pusatpusat
pelayanan wilayah; dan
(b). perencanaan dan pengembangan aksesibilitas antara sentra
produksi, sentra pengolahan, serta fasilitas koleksi dan distribusi
seperti bandara dan pelabuhan laut sebagai dasar orientasi
perwilayahan aliran komoditas.
3. Penetapan Delineasi KAPET BAD
Berdasarkan pertimbangan ketetapan peraturan perundang-undangan
yang menetapkan lokasi dan cakupan KAPET BAD, maka Lingkup
delineasi KAPET BAD terdiri atas 3 (tiga) wilayah kabupaten/kota, yaitu
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
seluruh kecamatan di Kota Banda Aceh, 22 kecamatan di Kabupaten
Aceh Besar dan seluruh kecamatan di Kabupaten Pidie.
Letak geografis kawasan pengembangan KAPET BAD berada antara
0530A 0535A LU dan 9530A 9916A BT, yang terdiri dari 2 Kabupaten
dan 1 Kota dengan luas wilayah keseluruhan 6356.87 Km atau 11.19 %
dari luas pemerintahan Aceh keseluruhan.
Batas-batas batas wilayah administrasi KAPET BAD sebagai berikut :
E Sebelah Barat : Kota Sabang dan Selat Malaka
E Sebelah Timur : Kabupaten Pidie Jaya
E Sebelah Utara : Samudera Indonesia
E Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Aceh
Barat
TABEL 1.1 NAMA KECAMATAN DAN LUAS WILAYAH PER
KABUPATEN/KOTA
No Kecamatan Luas (Ha)
1 Meuraxa 726
2 Jaya Baru 378
3 Banda Raya 479
4 Baiturahman 454
5 Lueng Bata 534
6 Kuta Alam 1005
7 Kuta Raja 521
8 Syiah Kuala 1424
9 Ulee Kareng 615
Banda Aceh 6136
1 Lhoong 12500
2 Lhoknga 9895
3 leupung 7600
4 Indrapuri 29875
5 Kuta Cot Glie 23175
6 Seulimeum 48726
7 Kota Jantho 27404
8 lembah seulawah 30785
9 Mesjid raya 11038
10 Darussalam 7766
11 Baitussalam 3652
12 Kuto Baro 8381
13 Montasik 9410
14 Blang Bintang 7051
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
No Kecamatan Luas (Ha)
15 Ingin Jaya 7368
16 Krueng Barona Jaya 906
17 Sukamakmur 9851
18 Kuta Malaka 4354
19 Simpang Tiga 5495
20 Darul Imarah 3295
21 Darul Kamal 1620
22 Peukan Bada 3190
Aceh Besar 273337
1 Geumpang 59463.5
2 Mane 81750
3 Glumpang Tiga 5970
4 Glumpang Baro 4530
5 Mutiara 3505
6 Mutiara Timur 6355
7 Tiro/Truseb 25500
8 Tangse 75000
9 Keumala 2757
10 Titeue 2011
11 Sakti 7003
12 Mila 2132
13 Padang Tiji 25871
14 Delima 4389
15 Grong-grong 1941
16 Indrajaya 3402
17 Peukan Baro 3000
18 Kembang Tanjong 4650
19 Simpang Tiga 5535.5
20 Kota Sigli 975
21 Pidie 3800
22 Batee 10474
23 Muara Tiga 16200
Pidie 356214
KAPET BAD 635687
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010
GAMBAR 1.1 PETA WILAYAH PERENCANAAN KAPET BAD
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-8
1.2.2. Kebijakan terkait KAPET BAD
1. Penetapan Peran dan Fungsi
Penetapan peran dan fungsi di KAPET didasarkan atas keterkaitan
peraturan perundang-undangan dan fokus penanganan tipologi Kapet.
Fokus penanganan merupakan muatan pokok yang menjadi tujuan utama
penanganan yang menjadi pertimbangan utama dalam perumusan
muatan RTR tipologi KAPET. Fokus penanganan diperoleh dari ketetapan
muatan yang diatur pada Permen 15/2012 tentang Pedoman Penyusunan
RTR KSN. Sedangkan peraturan perundang-undangan dan draft
peraturan dikelompokkan pada (1) perencanaan penataan ruang, (2)
perencanaan pembangunan, dan (3) kebijakan sektor
a. Faktor-faktor pendukung pengembangan ekonomiunggulan
Faktor-faktor pendukung pengembangan ekonomi unggulan yang
terdiri atas industri/usaha inti, industri pendukung, jasa penunjang,
penelitian, pelatihan, pendidikan, informasi, teknologi, sumber daya
alam, serta lembaga-lembaga terkait merupakan perwujudan dari
konsepsi klaster. Telaah terhadap kebijakan, teridentifikasi bahwa:
(1). Salah satu pola pengembangan klaster di KAPET BAD sudah
ada, melalui Permenperin No.130/M-IND/PER/12/2010 Tentang
Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan
Provinsi Aceh untuk Industri Pengolahan Minyak Astri di
Kabupaten Aceh Besar dan Industri Pengolahan hasil Laut di
Kabupaten Aceh Besar dan Pidie. Belum adanya penjabaran
lebih detail terkait kebijakan industri agro pada level
kebupaten/kota.
(2). Pola pengembangan agribisnis untuk meningkatkan nilai tambah
sektor pertanian. Terkait dengan KAPET BAD belum ada
penetapan agribisnis.
(3). Dukungan kebijakan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
dalam penetapan fungsi kegiatan ekonomi industri agro,
penelitian, pendidikan pada sistem pusat kegiatan.
(4). Kebijakan Dinas Peternakan Provinsi Aceh yang menetapkan
kawasan peternakan terpadu di beberapa desa di Kabupaten
Aceh Besar dan Pidie
Perlunya dukungan kebijakan daerah untuk mengimplementasi
konsepsi klaster melalui penetapan kompetensi inti daerah. Selain
itu, perlu diketahui usaha inti berbasis sumber daya apa yang
menjadi fokus pengembangan KAPET BAD.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-9
b. Pengembangan usaha (bussiness development)
Pengaturan pengembangan usaha (bussiness development) yang
berisi antara lain bussiness plan dan pengembangan khusus pada
minimal 1 (satu) komoditas unggulan
(1). Dalam lingkup perencanaan penataan ruang, hanya terdapat
ketentuan penetapan sektor unggulan pada kawasan andalan
dan arahan klasifikasi kawasan budidaya
(2). Tidak adanya penetapan komoditas unggulan terkait KAPET
BAD pada kebijakan MP3EI, dikarenakan KAPET BAD tidak
berada dalam Koridor Ekonomi Sumatera dan belum sesuainya
kebijakan MP3EI tentang penetapan tema kegiatan utama
dengan kondisi eksisting komoditas di KAPET BAD
(3). Penetapan komoditas unggulan juga dimuat pada kebijakan
sektor khususnya:
Kementerian Perindustrian menetapkan roadmap unggulan
hasil ikan dan minyak astiri di KAPET BAD
Kementerian Pertanian menetapkan sentra pertanian di
KAPET BAD, antara lain:
Buah-Buahan : Durian, Pisang, Melon
Perkebunan : Kelapa Dalam, kelapa Hybrida, Kopi
Robusta, Kakao
Peternakan : Sapi
Telah adanya penetapan komoditas unggulan pada level
kebijakan nasional dalam unit kabupaten, maka perlu dilakukan
penguatan potensi pengembangan komoditas unggulan dalam
unit analisis kecamatan.
c. Sistem pusat pelayanan
pengaturan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi kawasan yang
terintegrasi dengan kebijakan sistem perkotaan pada RTRW,
dijabarkan sebagai berikut:
(1). Dalam lingkup kebijakan nasional, adanya penetapan PKW
Banda Aceh yang berfungsi sebagai:
pusat penelitian dan pengembangan perkebunan
pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan
yang ramah lingkungan
pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian
tanaman pangan
pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman
pangan
kegiatan industri kreatif
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-10
pusat penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
konferensi, dan pameran
Pengembangan PKW berbasis sumber daya alam dan jasa
lingkungan dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup
Penetapan beberapa fungsi PKW Banda Aceh terkait langsung
dengan konsepsi klaster khususnya pada penguatan pusat
penelitian, pendidikan, dan industri turunan berbasis
sumber daya alam.
(2). Dalam lingkup kebijakan provinsi dan kabupaten/kota, sistem
pusat kegiatan di KAPET BAD mempunyai peran yang
berhierarki dari Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL), Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK), Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
Untuk mewujudkan tujuan dari KAPET, teridentifikasi beberapa
hal yaitu:
adanya penetapan fungsi kegiatan ekonomi terkait
pengembangan KAPET pada sistem pusat kegiatan
Kabupaten Aceh Besar,
Kota Banda Aceh dan Kabupaten Pidie belum membagi fungsi
pada sistem pusat kegiatannya.
Oleh karena itu, pembahasan pada bab selanjutnya perlu
dilakukan penguatan kegiatan ekonomi terhadap sistem pusat
kegiatan ekonomi Kabupaten/kota sebagai perwujudan
pengembangan KAPET.
d. ketenagakerjaan
Untuk mewujudkan penciptaan ketenagakerjaan perlu dilakukan
peningkatan nilai tambah sektor primer melaluipengembangan industri
kecil dan menengah, sebagaimana yang telah diamanatkan pada UU
17/ 2007 RPJP Nasional 2005-2025.
Dikarenakan belum adanya kebijakan khusus yang mengatur
penciptaan lapangan kerja di KAPET BAD, maka pada analisis
ketenagakerjaan di bab selanjutnya perlu ditekankan pada target
penciptaan lapangan kerja terkait penetapan komoditas unggulan
e. sistem jaringan prasarana utama dan jaringanprasarana
pendukung
pengaturan sistem jaringan prasarana utama dan jaringan prasarana
pendukung yang terintegrasi dengan sistem jaringan prasarana dalam
RTRW, antara lain
(1). Dalam lingkup kebijakan nasional, PP 26/2008 RTRWN
menyatakan salah satu strategi untuk pengembangan dan
peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-11
nasional berupa peningkatan pelayanan prasarana dan sarana
penunjang kegiatan ekonomi, Selain itu pada Perpres 13/2012
RTR Pulau Sumatera, telah diamanatkan pengembangan jaringan
transportasi yang difokuskan pada:
peningkatan keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional
dan mendorong perekonomian di Pulau Sumatera
keterhubungan kawasan perkotaan nasional dengan
pelabuhan dan/atau bandar udara
memperhatikan kawasan berfungsi lindung dan/atau
penerapan prasarana dan sarana yang ramah lingkungan
memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan
berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana
keterpaduan jaringan jalan nasional dengan jaringan
transportasi lainnya untuk mendorong perekonomian
(2). Dalam lingkup kebijakan provinsi dan kabupaten/kota, adanya
beberapa penetapan, yaitu:
penetapan jaringan prasarana jalan terkait penetapan sistem
perkotaan (PKN, PKW, PKL, PPK, dan PPL)
pengembangan jaringan jalur KA yang berfungsi untuk
melayani kawasan sentra produksi pertanian, perkebunan,
pertambangan, industri, dan sinergi dengan Pelabuhan
Malahayati Banda Aceh
pengembangan pelabuhan utamauntuk pelayanan umum
maupun mendukung kegiatan pariwisata
Pengembangan sistem prasarana energi listrik dengan sistem
interkoneksi Sumatera Bagian Utara yang didukung dengan
sistem setempat (isolated) pada lokasi-lokasi yang sulit
dijangkau sistem interkoneksi.
Pemanfaatan waduk untuk mendukung prasarana irigasi,
sumber air baku untuk air bersih dan pembangkit tenaga
listrik.
Berdasarkan telaah terhadap kebijakan perencanaan tata ruang,
telah diatur bagaimana pengembangan jaringan prasarana
nasional yang memperhatikan prinsip pengembangan KAPET
yaitu keterhubungan pusat kegiatan utama dengan pusat
distribusi dan keberlanjutan fungsi kawasan.
Untuk mewujudkan keterhubungan sentra produksi dengan pusat
pelayanan kegiatan ekonomi/pusat distribusi perlu ditetapkan
lebih lanjut penetapan jaringan yang menjadi kewenangan
nasional sehingga aliran komoditas dapat terwujud. Selain itu
perlu dilakukan penetapan dukungan prasarana untuk kegiatan
distribusi.
f. pengendalian pemanfaatan ruang
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-12
Pengaturan arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, dan arahan
pemberian insentif pada kawasan ekonomi unggulan wilayah, sebagai
berikut:
(1). Telah adanya ketentuan pada kebijakan sektor terkait kegiatan
yang diperbolehkan pada kawasan hutan terkait pengembangan
ekonomi masyarakat dan perlunya penyediaan prasarana dan
sarana minimum untuk setiap kawasan pertanian/perikanan
(2). Belum adanya ketentuan yang mengatur khusus arahan peraturan
zonasi untuk struktur dan pola ruang di KAPET, sehingga pada
pembahasan konsepsi pengendaliaan pemanfaatan ruang perlu
mengintegrasikan arahan peraturan zonasi kabupaten/kota,
kebijakan sektor, dan studi literatur
(3). Belum adanya ketentuan yang mengatur perizinan pemanfaatan
sumber daya alam di KSN
g. kelembagaan pengelolaan kawasan
Kelembagaan KAPET saat ini sesuai dengan Keputusan Presiden
Nomor 150 Tahun 2000, terdiri dari Badan Pengembangan KAPET
dan Badan Pengelola KAPET. Materi Keppres nomor 150 Tahun
2000 tentang KAPET kurang dapat memberikanperan yang efektif
kepada Badan Pengembangan KAPET dan Badan Pengelola KAPET,
karena kewenangan Badan Pengelola KAPET hanya terbatas dalam
membantu pemerintah daerah memberi pertimbangan teknis bagi
permohonan perijinan kegiatan investasi pada KAPET.
Sejalan dengan Revitalisasi dan Reformulasi KAPET, dilakukan
Penguatan kewenangan dan kelembagaan Badan Pengelola KAPET
serta memperjelas hubungan dengan Pemda dan Instansi terkait
lainnya melalui revisi terhadap Keppres 150/2000.
2. Integrasi Kebijakan Perencanaan Penataan Ruang
Kebijakan perencanaan tata ruang dalam konsepsi pengembangan
KAPET, didasarkan atas penetapan peran dan fungsi rencana struktur
dan pola ruang per-hierarki RTR terkait, yaitu:
(1). PP 26/2008 tentang RTRWN
(2). Perpres No.13_2012 RTR Pulau Sumatera
(3). Draft Qanun RTRW Provinsi Aceh
(4). Qanun RTRW Kota Banda Aceh
(5). Draft Qanun RTRW Kabupaten
Arahan struktur dan pola ruang terkait dengan pengembangan KAPET
BAD berdasarkan RTRW, diuraikan dalam tabel di bawah ini:
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-13
TABEL 1.2 MUATAN STRUKTUR DAN POLA RUANG KAPET BAD BERDASARKAN RTRW
No Muatan
PP No. 26/2008 tentang
RTRWN
Perpres No. 13 tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera Raqanun Provinsi Aceh
Qanun Kota Banda Aceh
Raqanun Kabupaten
Aceh Besar
Kabupaten Pidie
A STRUKTUR RUANG
1 Sistem Perkotaan
Nasional
Banda Aceh (I/C/1),
(I/D/1)
Perwujudan sistem perkotaan untuk PKW Banda Aceh, yaitu sebagai
berikut :
a. Pengembangan PKW sebagai pusat penelitian dan pengembangan
perkebunan
b. Pengembangan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri
jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan
c. Pengembangan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri
jasa hasil pertanian tanaman pangan
d. Pengembangan PKW sebagai pusat penelitian dan pengembangan
pertanian tanaman pangan
e. Pengembangan PKW untuk kegiatan industri kreatif
f. Pengembangan PKW sebagai pusat penyelenggaraan pertemuan,
perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
g. Peningkatan keterkaitan antarPKN dan antarPKW di Pulau Sumatera
sebagai pusat pariwisata dalam kesatuan tujuan wisata
h. Pengendalian perkembangan fisik kawasan perkotaan untuk
mempertahankan lahan pertanian pangan
i. Pengendalian perkembangan PKW yang menjalar (urban sprawl)
j. Pengendalian perkembangan PKN, PKW dan PKSN di kawasan rawan
bencana (rawan tsunami dan rawan gempa bumi)
k. Pengembangan PKN dan PKW berbasis sumber daya alam dan jasa
lingkungan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup
l. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
perdagangan dan jasa yang berskala internasional
m. Pengembangan PKN, PKW, dan PKSN yang didukung prasarana dan
sarana perkotaan yang memadai
n. Peningkatan fungsi kawasan perkotaan nasional di PKW Banda Aceh
yang diusulkan menjadi PKN
Jantho, Sigli Kota Jantho Kota Sigli dan PKLp Bakti
2 Sistem Jaringan
Transportasi Nasional
--
2.1 Sistem Jaringan
Transportasi Darat
--
Jaringan jalan
Jalan bebas hambatan
antar kota: Sigli Banda
Aceh (III/6)
a. Pengembangan atau pemantapan jaringan jalan arteri primer, kolektor
primer, dan jaringan jalan strategis nasional untuk meningkatkan
keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional dan mendorong
perekonomian di Pulau Sumatera, meliputi:
pemantapan jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan Lintas
Timur Pulau Sumatera yang menghubungkan Banda Aceh-Sigli-
Bireuen-Lhokseumawe-Medan;
pengembangan jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan
Lintas Tengah Pulau Sumatera yang menghubungkan Banda Aceh-
Seulimun;
pengembangan jaringan jalan kolektor primer pada Jaringan Jalan
Lintas Barat Pulau Sumatera yang menghubungkan 1. Banda Aceh-
Meulaboh-Blang Pidie-Pariaman-Dusun Alung;
pengembangan jaringan jalan strategis nasional pada jaringan jalan
pengumpan Pulau Sumatera yang menghubungkan jaringan Jalan
Lintas Barat Pulau Sumatera, Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau
Sumatera, dan/atau Jaringan Jalan Lintas Timur Pulau Sumatera
meliputi jaringan jalan nasional, yaitu di Ulele-Banda Aceh;
b. Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan nasional untuk
menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan pelabuhan
dan/atau bandar udara, yaitu pada jaringan jalan arteri primer yang
menghubungkan PKW Banda Aceh dengan Bandar Udara Sultan
Iskandar Muda
c. Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan nasional yang terpadu
Jaringan jalan arteri Primer
Jalan Lintas TImur: Banda
Aceh-Lhoksemawe-Batas
Sumut
Jalan Lintas Barat: Banda
Aceh-Meulaboh-Batas
Sumut
Jalan Lintas Tengah:
Seulimum-Takengon-Batas
Sumut
Jalan Arteri Primer Lain: (1)
Banda Aceh-Krueng Raya;
(2) Banda Aceh-Ulee
Lheue; (3) Lambaro-Blang
Bintang; (4) Ulee Kareng-
Blang Bintang; (5) Sp. Kr.
Geukueh-Pel. Kr. Geukueh;
(6) Langsa-Kuala Langsa
Jaringan jalan kolektor
primer
Bireuen-Takengon
Sp. Peut-Jeuram-Genting
Gerbang
Singkil-Lipat Kajang
Status Jalan Kabupaten
ruas jalan Seulimeum
Krueng Raya dengan
panjang ruas jalan
ruas jalan Jantho
Indrapuri dengan
panjang ruas jalan
ruas jalan Mata Ie
Lhoknga dengan
panjang ruas jalan
ruas jalan Sibreh
Peukan Biluy Mata Ie
dengan panjang ruas
jalan
ruas jalan Lampakuk
Siron Blang dengan
panjang ruas jalan
ruas jalan Waduk
Keuliling Blang
Bintang dengan panjang
ruas jalan
ruas jalan Lambada
Lhok Peukan Ateuk
dengan panjang ruas

Status Jalan Kabupaten:


Ruas jalan Sp. Turue
Lutueng memiliki
panjang 18,8 KM
Ruas jalan Geumpang
Lutueng memiliki
panjang 35 Km;
Jaringan jalan strategis
nasional
Ruas jalan Geumpang
Batas Aceh Tengah
memiliki panjang 19,20
Km; dan
Ruas jalan Batas Aceh
Besar Laweung
Batee Tibang memiliki
panjang 39,56 Km.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-14
No Muatan
PP No. 26/2008 tentang
RTRWN
Perpres No. 13 tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera Raqanun Provinsi Aceh
Qanun Kota Banda Aceh
Raqanun Kabupaten
Aceh Besar
Kabupaten Pidie
dengan jaringan transportasi lainnya untuk mendorong perekonomian
meliputi jaringan jalan nasional di Pulau Sumatera yang terpadu dengan:
jaringan Jalur Kereta Api Lintas Timur Pulau Sumatera Bagian Utara,
Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Tengah Pulau Sumatera Bagian
Selatan, dan Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Barat Pulau Sumatera
Bagian Utara;
jaringan penyeberangan sabuk selatan, sabuk utara, sabuk tengah,
dan jaringan penyeberangan penghubung sabuk;
bandar udara Sultan Iskandar Muda.
d. Pengembangan dan/atau pemantapan jaringan jalan nasional dengan
memperhatikan kawasan berfungsi lindung dan/atau penerapan
prasarana dan sarana yang ramah lingkungan pada jaringan jalan
nasional Seulimun-Jantho-Geumpang, Jantho-Pekanbaru.
e. Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan dengan memperhatikan
fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan, kawasan lindung, dan
kawasan rawan bencana, pada ruas Sigli Banda Aceh.
Peuralak-Lokop-
Blangkejeren
Beureunuen-Keumala
Meulaboh-Tutu-Geumpang
Jantho-Lamno
Takengon-Bintang-
Kebayakan
Krueng Geukueh-Sp.
Kebayakan
Gelombang- SP. Lawe
Deski
Keliling Pulau Weh Sabag
Sinabang-Laskin
jalan; dan
ruas jalan Peukan Ateuk
Montasik Indrapuri
Lampakuk dengan
panjang ruas jalan
jalan strategis nasional
ruas jalan Krueng Raya
Batas Kabupaten Pidie
dengan panjang ruas
jalan; dan
ruas jalan Simpang
Rima Batas Banda
Aceh dengan panjang
ruas jalan
Jaringan jalur kereta
api nasional
Jaringan jalur KA lintas
timur Pulau Sumatra
Bagian Utara
a. Pengembangan atau pemantapan jaringan jalur kereta api antarkota
yang meliputi:
Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Timur Pulau Sumatera Bagian
Utara, pada jalur Banda Aceh-Sigli-Lhokseumawe-Langsa-
Besitang;
Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Barat Pulau Sumatera Bagian Utara,
pada jalur Banda Aceh-Meulaboh-Tapaktuan-Subulussalam-
Sibolga.
b. Pengembangan atau pemantapan jaringan jalur kereta api antarkota
yang terpadu dengan jaringan transportasi lainnya untuk menunjang
kegiatan ekonomi berdaya saing, membuka keterisolasian wilayah, dan
meningkatkan keterkaitan antarwilayah dilakukan pada jaringan jalur
kereta api antarkota di Pulau Sumatera yang terpadu dengan:
Jaringan Jalan Lintas Timur Pulau Sumatera, Jaringan Jalan Lintas
Tengah Pulau Sumatera, Jaringan Jalan Lintas Barat Pulau
Sumatera, dan jaringan jalan pengumpan Pulau Sumatera
c. Pengembangan jaringan jalur kereta api dengan memperhatikan fungsi
kawasan pertanian pangan berkelanjutan, kawasan lindung, dan
kawasan rawan bencana dilakukan pada Jaringan Jalur Kereta Api
Lintas Timur Pulau Sumatera Bagian Utara, Jaringan Jalur Kereta Api
Lintas Tengah Pulau Sumatera Bagian Selatan, dan Jaringan Jalur
Kereta Api Lintas Barat Pulau Sumatera Bagian Utara.
Di Pesisir Timur:
Pengembangan jalur kereta
api berikut prasarananya
pada lintas timur sumatera
di provinsi meliputi: jalur
Besitang Kuala Simpang
Langsa Idi Rayeuk
Lhok Sukon
Lhokseumawe Bireuen
Mereudeu Sigli - Banda
Aceh (Malahayati);
Di Pesisr Barat:
Pengembangan jalur kereta
api berikut prasarananya
pada lintas barat sumatera
di provinsi meliputi: jalur
batas Sumatera Utara
Singkil Subulussalam
Tapak Tuan Blang Pidie
Kota Fajar Meulaboh
Calang Banda Aceh (Ulee
Lheue dan Malahayati);
Pembangunan rel kereta
api dari Lambaro
Bandara Sultan Iskandar
Muda;
Pembangunan rel kereta
api dari Batas Banda
Aceh Pelabuhan
Malahayati;
Pengembangan Stasiun
Kereta api berada di
Gampong Keuramat
Luar Kota Sigli,
Gampong Keude Kota
Bakti Kecamatan Sakti
dan Gampong Keude
paloh dan pasar trieng
Kecamatan Padang Tiji
Pengembangan fasilitas
pengoperasian kereta
api;
Jaringan
penyeberangan
Lintas penyebrangan
sabuk utara dari Sabang-
Banda Aceh
Pengembangan lintas penyeberangan untuk membuka keterisolasian
wilayah, meliputi:lintas penyeberangan untuk membuka keterisolasian
wilayah yang menghubungkan Sabang-Banda Aceh yang membentuk
jaringan penyeberangan sabuk utara.
2.2 Sistem Jaringan
Transportasi Laut
(Tatanan
Kepelabuhanan)
Pengembangan atau pemantapan pelabuhan untuk meningkatkan akses
kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan
andalan menuju tujuan-tujuan pemasaran produk unggulan, baik ke
kawasan sub-regional ASEAN, Asia Pasifik, maupun kawasan internasional
lainnya meliputi:
Pemantapan Pelabuhan Lhokseumawe (Krueng Geukeuh) sebagai
pelabuhan pengumpul yang merupakan prasarana penunjang fungsi
pelayanan PKW Banda Aceh sebagai pusat pengembangan Kawasan
Andalan Banda Aceh dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Lhokseumawe
dan Sekitarnya, serta Kawasan Andalan Laut Lhokseumawe-Medan dan
Sekitarnya;
Pengembangan Pelabuhan Meulaboh sebagai pelabuhan pengumpul
yang merupakan prasarana penunjang fungsi pelayanan PKW Banda
Aceh sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Pantai Barat
Selatan.
Malahayati
Ulee Lheue
Pelabuhan Ulee Lhee Pelabuhan pengumpul,
yaitu Pelabuhan
Malahayati di
Kecamatan Mesjid
Raya;
Pelabuhan pengumpan,
terdiri atas :
-

Pelabuhan Rakyat
Lamteng, di
Kecamatan Pulo
Aceh; dan
-

Pelabuhan Rakyat
Lampuyang, di
Kecamatan Pulo
Aceh.
Pelabuhan pengumpan
yaitu pelabuhan di Desa
Ujong Pie Kecamatan
muara Tiga
2.3 Sistem Jaringan
Transportasi Udara
Pusat penyebaran tersier
: Sultan Iskandar Muda
Pengembangan atau pemantapan fungsi bandar udara untuk mendukung
kegiatan industri dan pariwisata ekowisata, bahari, cagar budaya dan ilmu
Sultan iskandar muda
PKNp Banda Aceh
Bandar Udara Sultan
Iskandar Muda sebagai
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-15
No Muatan
PP No. 26/2008 tentang
RTRWN
Perpres No. 13 tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera Raqanun Provinsi Aceh
Qanun Kota Banda Aceh
Raqanun Kabupaten
Aceh Besar
Kabupaten Pidie
(Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam) (III/5)
pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
konferensi, dan pameran, yaitu berupa pemantapan fungsi Bandar Udara
Sultan Iskandar Muda sebagai bandar udara pengumpul dengan skala
pelayanan tersier.
Bandar Udara
Internasional yang secara
hirarki berfungsi Bandar
Udara Pengumpul di
Kecamatan Blang Bintang
3 Sistem Jaringan Energi Nasional
3.1 Pembangkit tenaga
listrik
-- Pengembangan pembangkit tenaga listrik berbasis energi matahari, angin,
dan panas bumi untuk mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik di
kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk
pulau-pulau kecil meliputi pembangkit tenaga listrik berbasis energi panas
bumi di Seulawah Agam (Kabupaten Aceh Besar).
PLTU (Pembangkit Listrik
Tenaga Uap), yang
potensial dikembangkan di
pesisir barat;
PLTG (Pembangkit Listrik
Tenaga Gas), yang
potensial dikembangkan di
pesisir timur dan Banda
Aceh dan sekitarnya;
PLTP (Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi), yang
potensial dikembangkan di
Sabang dan Aceh Besar;
PLTA di Gampong
Aneuk Galong Baro
Kecamatan
Sukamakmur
PLTP di Gunung
Seulawah Agam di
Gampong Lamteuba
Kecamatan Seulimeum
PLTMH di Gampong
Lamseujen di
Kecamatan Lhoong; dan
Gampong Jantho di
Kecamatan Kota Jantho.
3.2 Jaringan transmisi
tenaga listrik
Jaringan transmisi
Sumatra Timur
Jaringan transmisi di
pulau-pulau Timur
Sumatra
Rehabilitasi Jaringan Transmisi Sumatera Timur dan Jaringan Transmisi
Sumatera Tengah untuk melayani kawasan perkotaan nasional dan
kawasan andalan meliputi:
rehabilitasi Jaringan Transmisi Sumatera Timur pada jaringan transmisi
utama tenaga listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Banda
Aceh-Lhokseumawe-Langsa;
rehabilitasi Jaringan Transmisi Sumatera Tengah pada jaringan
transmisi utama tenaga listrik SUTT Banda Aceh-Takengon-Meulaboh.
rencana SUTT Bireuen
Takengon,
rencana SUTT Sigli -
Meulaboh,
rencana SUTT Meulaboh
Blangpidie,
rencana SUTT Blangpidie
Tapaktuan,
rencana SUTT Tapaktuan
Subulussalam,
rencana SUTT
Subulussalam Sidikalang,
rencana SUTT Brastagi
Kutacane.
SUTET:
Sigli dengan Banda Aceh
yang melalui Kecamatan
Krueng Barona Jaya
Kuta Baru Blang Bintang
Mesjid Raya
Seulimeum Lembah
Seulawah Batas Pidie
SUTT:
Kecamatan Lembah
Seulawah Seulimeum
Kuta Cot Glie Indrapuri
Kuta Malaka Suka
Makmur Ingin Jaya
Darul Imarah Krueng
Baronang Jaya
Darussalam Mesjid Raya
dan Kuta Malaka Suka
Makmur Leupung
Lhoong Batas Aceh Jaya
SUTET:
menghubungkan
Kabupaten Aceh Barat
dengan Kabupaten Pidie
yang melalui Kecamatan
Geumpang, Mane,
Tangse, Keumala, Sakti,
Mila, Indra Jaya, Peukan
Baro dan Pidie
SUTT:
Kecamatan Muara tiga,
Padang tiji, Grong-grong,
Pidie, delima, Indra jaya,
Peukan Baro, Mutiara dan
Geulumpang Baro.
4 Sistem Jaringan
Telekomunikasi
Jaringan pelayanan pusat
pertumbuhan di Pantai
Timur Sumatra
a. Pengembangan serta rehabilitasi dan peningkatan fungsi jaringan
terestrial yang melayani kawasan perkotaan nasional dan mendukung
kawasan andalan meliputi:
rehabilitasi dan peningkatan fungsi Jaringan Pelayanan Pusat-pusat
Pertumbuhan di Pantai Timur Sumatera
pengembangan Jaringan Pelayanan Pusat-pusat Pertumbuhan di
pantai Barat Sumatera yang menghubungkan PKW Banda Aceh-
PKW Meulaboh-PKW Sibolga-PKW Pariaman-PKN Padang-PKW
Mukomuko-PKW Lubuk Linggau-PKW Muara Enim-PKW Lahat-PKW
Curup-PKW Bengkulu-PKW Manna-PKW Liwa dan melayani
Kawasan Andalan Banda Aceh dan Sekitarnya, Kawasan Andalan
Pantai Barat Selatan dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Tapanuli
dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Padang Pariaman dan
Sekitarnya, Kawasan Andalan Bengkulu dan Sekitarnya, Kawasan
Andalan Manna dan Sekitarnya, serta Kawasan Andalan Liwa-Krui.
b. Pengembangan jaringan satelit untuk melayani kawasan perkotaan
nasional, kawasan andalan, kawasan perbatasan negara, kawasan
tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil dilakukan pada:
jaringan satelit untuk melayani PKW Banda Aceh;
jaringan satelit untuk melayani Kawasan Andalan Banda Aceh dan
Jaringan kabel
sepanjang jaringan jalan
nasional yang melalui
Batas Kota Banda Aceh
Lambaro Sibreh
Samahani Indrapuri
Lampakuk Seulimeum
Lamtamot Saree
Batas Kabupaten Pidie;
Seulimeum Kota
Jantho;
Lambaro Peukan Bada
Lhoknga;
Lambaro Blang
Bintang; dan
Batas Kota Banda Aceh
Lambada Lhok
Krueng Raya.
Jaringan kabel Optik
sepanjang Jalan
Nasional melalui Muara
Tiga, Padang Tiji,
Grong-grong, Pidie,
Sigli, Peukan Baro,
Mutiara dan
Geulumpang Tiga.
Muara Tiag Batee
Pidie Kota Sigli
Pidie Grong-grong
Delima Mila Sakti
Mutiara Timur
Geulumpang Baro;
Kota Sigli Pidie
Peukan Baro Mutiara
Geulumpang Baro
Kota Sigli Simpang
Tiga Kembang
Tanjong Geulumpang
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-16
No Muatan
PP No. 26/2008 tentang
RTRWN
Perpres No. 13 tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera Raqanun Provinsi Aceh
Qanun Kota Banda Aceh
Raqanun Kabupaten
Aceh Besar
Kabupaten Pidie
Sekitarnya. Baro;
Sakti Keumala
Padang Tiji
Keumala Tangse
Mane - Geumpang
5 Sistem Jaringan
Sumber Daya Air
Meureudu-Baro (I-IV/A/1)
sebagai WS Strategi
Nasional
a. Pendayagunaan sumber air dengan berbasis pada WS untuk melayani
kawasan perkotaan nasional dan kawasan andalan pada sumber air
pada WS strategis nasional pada WS Meureudu-Baro (Aceh) yang
melayani Kawasan Andalan Banda Aceh dan Sekitarnya.
b. Rehabilitasi DAS kritis pada DAS Meureudu, DAS Baro, dan DAS Tiro
pada WS Meureudu.
c. Pengembangan dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya untuk
mempertahankan daya tampung air sehingga berfungsi sebagai
pemasok air baku bagi kawasan perkotaan dan kawasan andalan, yaitu
pada Waduk Keuliling yang melayani PKW Banda Aceh serta Kawasan
Andalan Banda Aceh dan Sekitarnya.
d. Peningkatan fungsi, pengembangan, dan pemeliharaan jaringan irigasi
teknis pada daerah irigasi (DI) untuk meningkatkan luasan lahan
pertanian pangan, yaitu di :
DI Krueng Jrue dan DI Krueng Aceh yang melayani kawasan
peruntukan pertanian di Kabupaten Aceh Besar; dan
DI Baroraya yang melayani kawasan peruntukan pertanian di
Kabupaten Pidie
B POLA RUANG
1.3 kawasan suaka alam,
kawasan pelestarian
alam, dan cagar
budaya
Cagar Alam Hutan
Pinus Jhanto (I/B/3)
Taman Hutan Raya
Cut Nya Dien (Pocut
Meurah Intan) (II/B/5)
Cagar alam pinus Jantho di
Aceh Besar
Tahura Pocut Muerah Intan
di Aceh Besar dan Pidie
TWA Kuta Malaka di Aceh
Besar
TWAL Pinang-Siumat-
Simanaha di Simeulue
Kesultanan Aceh di Banda
Aceh dan Aceh Besar
Kawasan Mesjid Raya
Baiturahman
Komplek Museum Aceh
Gunongan
Taman Putro Phang
Pendopo
Kerkhoff
Pinto Khop
Makam Syiah Kuala
Makam Sultan Iskandar
Muda
Makam kandang XII
Museum Tsunami
PLTD Apung
Kapal di atas rumah
Lampulo
Kuburan missal
Kawasan hutan bakau
Kecamatan jaya Baru
sampai Syaiah Kuala
Suaka Alam, Cagar
Alam Pinus Jantho
Kawasan Pelestarian
Alam, Taman Hutan
Raya Pocut Meurah
Intan di Lembah
Seulawah
kawasan peninggalan
kesultanan Aceh di
Mesjid Raya berupa
benteng Indrapatra
kawasan kuburan
massal tsunami siron di
Kecamatan Ingin Jaya
taman hutan raya di
Kecamatan Padang Tiji
dan Kecamatan Muara
Tiga
Kawasan Bakau di
Kecamatan Kembang
Tanjong, Simpang Tiga,
kota Sigli, dan Muara
Tiga.
1.4 kawasan rawan
bencana alam
--
Kawasan rawan erosi di
Kecamatan Seulimeum,
Mesjid Raya dan
Gunung Seulawah
Kawsan rawan banjir di
Kecamatan Ingin Jaya,
Montasik, darul imarah,
Kuta Malaka
Kawsan rawan tanah
longsor di Kecamatan
Kuta Cot Glie, Kota
Jantho dan Kecamatan
Kuta Malaka
Kawasan rawan gunung
berapi di Kecamatan
Kawasan rawan gerakan
tanah di Kecamatan
Geumpang, Muara Tiga,
Tangse, Tiro/Trusep,
Geulumpang Tiga,
Titeue, Keumala dan
Mane
Kawasan rawan banjir di
Kecamatan Tangse
Angin puting beliung di
Kecamatan Sakti,
Mutiara, Mila, Kembang
Tanjong, Indra Jaya,
Peukan Baro, dan
Simpang Tiga
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-17
No Muatan
PP No. 26/2008 tentang
RTRWN
Perpres No. 13 tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera Raqanun Provinsi Aceh
Qanun Kota Banda Aceh
Raqanun Kabupaten
Aceh Besar
Kabupaten Pidie
Seulimeum, Mesjid Raya
dan Lembah Seulawah
Kawasan bahaya
tsunami di Kecamatan
Peukan Bada,
Baitussalam, Mesjid
Raya, Lhoknga, Pulo
Aceh, Lhoong, Leupung
1.5 kawasan lindung
geologi
--
Kaw Rawan letusan gunung
merapi di Bener Meriah,
Pidie jaya, Aceh Besar dan
Sabang
Kaw rawan abrasi di Aceh
Selatan, Aceh Barat Daya,
Aceh Barat, Aceh Jaya,
Aceh Besar, Banda Aceh,
Pidie, Pidie Jaya, Bireuen,
Aceh Utara, Lhoksemawe,
Aceh Timur dan Aceh
Tamiang
Kaw rawan bahaya gas
beracun di Bener Meriah,
Pidie, Pidie Jaya, Aceh
Besar dan Sabang
gua alam kelelawar di
Kecamatan Lhoong dan
keunikan batuan karena
proses alam di Kecamatan
Indrapuri.
Kawasan rawan gerakan
tanah di Kecamatan
Geumpang, Muara Tiga,
Tangse, Tiro/Trusep,
Geulumpang Tiga,
Titeue, Keumala dan
Mane
Kawasan rawan gempa
bumi di Kecamatan
Mane, Tiro/Terusep,
Titeue, Keumala,
Tangse, Sakti, Mila dan
Padang Tiji
Kawasan rawan Lahar
dan abu gunung merapi
di Kecamatan
Geumpang dan Mane
Kawasan rawan
Tsunami di Kecamatn
Batee, Geulumpang
Baro, Kembang
Tanjong, Kota Sigli,
Muara Tiga, Pidie, Pulau
Pusong dan Simpang
Tiga
1.6 kawasan lindung
lainnya
--
Taman buru di Taman Buru
Lingga Isaq di Aceh Tengah
Kawasan Perlindungan
Plasma Nutfa di KPN
Leupung Aceh Besar dan
KPN Kapur Subulussalam
Kawasan Pengungsian
Satwa di Pusat konservasi
Gajah Cot Girek di Aceh
Utara
Terumbu karang di TWAL
Pulau Weh Sabang, TWAL
Kepulauan Banyak dan
TWAL Phang-Slumat-
Simanaha Simeulue
Koridor jenis satwa di
koridor-Bengkung di Aceh
Selatan
Kawasan Hutan
Pendudukan STIK di Aceh
Besar
kebun plasma nutfah
(KPN) Leupung seluas
kurang lebih 697 (enam
ratus sembilan puluh
tujuh) hektar di
Kecamatan Leupung,
meliputi Gampong
Paroy, Gampong Pulot
dan Gampong
Lamsuenia
kawasan pusat latihan
gajah (PLG) di Saree
kawasan hutan
pendidikan STIK di
Gampong Bueng,
Kecamatan Kota Jantho
2 Kawasan Budidaya yang memiliki nilai strategis
nasional
2.1 Kawasan peruntukan
hutan
--
a. Pengendalian perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan
sebagai upaya untuk mewujudkan kawasan berfungsi lindung yang
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-18
No Muatan
PP No. 26/2008 tentang
RTRWN
Perpres No. 13 tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera Raqanun Provinsi Aceh
Qanun Kota Banda Aceh
Raqanun Kabupaten
Aceh Besar
Kabupaten Pidie
bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari
luas Pulau Sumatera sesuai dengan ekosistemnya pada kawasan hutan
di Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie;
b. Pengembangan pengelolaan kawasan peruntukan hutan dengan prinsip
berkelanjutan pada kawasan peruntukan hutan di Kabupaten Aceh
Besar dan Kabupaten Pidie; dan
c. Rehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang mengalami deforestasi dan
degradasi pada kawasan peruntukan hutan di Kabupaten Aceh Besar
dan Kabupaten Pidie
2.2 Kawasan peruntukan
pertanian
--
a. Pemertahanan luasan kawasan peruntukan pertanian pangan beririgasi,
rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi, termasuk yang
merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan serta pengembangan
kawasan peruntukan pertanian pangan sesuaikesesuaian lahan serta
pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan sesuai
kesesuaian lahan serta kelayakan rawa dan lahan kering/tadah hujan di
Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie;
b. Pengendalian alih fungsi lahan kawasan pertanian pangan sawah
beririgasi menjadi non sawah di Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten
Pidie;
c. Pengendalian pengembangan kegiatan budi daya di kawasan
peruntukan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Aceh Besar
dan Kabupaten Pidie;
d. Pengembangan kawasan agropolitan sebagai pusat pelayanan dan
pusat koleksi-distribusi produksi pertanian di Kabupaten Aceh Besar;
e. Perlindungan luas lahan hortikultura dan mengendalikan alih fungsi
peruntukan lahan hortikultura di Kabupaten Aceh Besar; dan
f. Pengembangan kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan
perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau yang didukung
dengan industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang
ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi di Kabupaten Aceh Besar
dan Kabupaten Pidie.
Lahan Basah Lahan basah
2.3 Kawasan peruntukan
perikanan
--
a. Pengembangan kawasan peruntukan perikanan tangkap sesuai potensi
lestari di perairan Selat Malaka, Samudera Hindia.
b. Pengendalian kegiatan perikanan tangkap pada kawasan peruntukan
perikanan yang memiliki terumbu karang dilakukan di Kabupaten Aceh
Besar.
c. Rehabilitasi kawasan peruntukan perikanan budi daya sesuai ekosistem
sekitarnya dilakukan di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie,
Kawasan peruntukan
perikanan
Kawasan peruntukan
perikanan
2.4 Kawasan peruntukan
pertambangan
--
a. Pengembangan dan rehabilitasi kawasan peruntukan pertambangan
mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang berdaya saing dan
ramah lingkungan, meliputi:
kawasan peruntukan pertambangan mineral di Kabupaten Aceh
Besar dan Kabupaten Pidie;
kawasan peruntukan pertambangan batubara di Kabupaten Aceh
Besar dan Kabupaten Pidie; dan
kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi di
Kabupaten Pidie.
b. Pengembangan dan rehabilitasi kawasan peruntukan pertambangan
panas bumi di Seulawah Agam (Kabupaten Aceh Besar).
c. Pengendalian pengembangan kawasan peruntukan pertambangan pada
kawasan permukiman dilakukan di Kabupaten Aceh Besar dan
Kabupaten Pidie.
d. Pengendalian pengembangan kawasan peruntukan pertambangan yang
berpotensi merusak kawasan berfungsi lindung dan/atau mengubah
bentang alam di Kabupaten Aceh Besar.
2.5 Kawasan peruntukan
industri
--
a. Pengembangan dan rehabilitasi kawasan peruntukan industri
pengolahan lanjutan yang berteknologi tinggi, padat modal, berdaya
saing, dan ramah lingkungan dengan didukung pengelolaan limbah
industri terpadu di Kota Banda Aceh; dan
Sentra home industry
kerajinan batik aceh di
Gampong Lamdingin
Sentra home industry
Industry Besar di
kecamatan Mesjid Raya
dan Kecamatan
Lhoknga
Industry besar di
Kecamatan Batee dan
Muara Tiga
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-19
No Muatan
PP No. 26/2008 tentang
RTRWN
Perpres No. 13 tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera Raqanun Provinsi Aceh
Qanun Kota Banda Aceh
Raqanun Kabupaten
Aceh Besar
Kabupaten Pidie
b. Pengembangan kawasan industri yang sesuai daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup di Kota Banda Aceh.
kerajinana makanan
tradisional tersebar di
seluruh bagian wilayah
Kota Banda Aceh
Pemanfaatan ruang
untuk sentra industri
pada kawasan
perumahan, akan diatur
lebih lanjut dengan
peraturan walikota
Sedangkan industry
pengolahan produk
perikanan dikembangkan
terpadu didalam
kawasan perikanan di
Lampulo
Industry kecil di
Kecamatan indrapuri
2.6 Kawasan peruntukan
pariwisata
--
a. Rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan ekowisata yang
didukung prasarana dan sarana pariwisata pada kawasan peruntukan
ekowisata karst di Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dan
Kabupaten Pidie; dan
b. Pengembangan penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
konferensi, dan pameran yang didukung ketersediaan prasarana dan
sarana pariwisata di Kota Banda Aceh
Pariwisata alam
Pariwisata budaya:
Pariwisata Tsunami:
Pariwisata alam
Pariwisata budaya:
Pariwisata Tsunami:
Pariwisata alam
Pariwisata budaya:
Pariwisata Tsunami:
2.7 Kawasan peruntukan
permukiman
--
a. Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan permukiman di
kawasan perkotaan yang mengindikasikan terjadinya gejala perkotaan
yang menjalar (urban sprawl) di Kota Banda Aceh; dan
b. Pengembangan kawasan peruntukan permukiman dengan prinsip
mitigasi dan adaptasi bencana untuk meminimalkan potensi kerugian
akibat bencana di Kota Banda Aceh, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh
Besar, serta pulau-pulau kecil di bagian Barat pulau Sumatera.
Perumahan Kepadatan
Tinggi:
Perumahan Kepadatan
Sedang:
Perumahan Kepadatan
Rendah:
Perumahan nelayan:
3 Kawasan Andalan
Nasional
--
3.1 KA dengan sektor
unggulan pertanian
Kawasan Banda Aceh
dan Sekitarnya (I/A/1)
Peningkatan keterkaitan kawasan andalan dengan sektor unggulan
pertanian dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
pengembangan kawasan andalan yang terhubung dengan akses ke dan
dari pelabuhan pada Kawasan Andalan Banda Aceh dan Sekitarnya serta
KawasanAndalan Lhokseumawe dan Sekitarnya dengan PKN
Lhokseumawe dan PKW Banda Aceh yang terhubung dengan akses ke dan
dari Pelabuhan Lhokseumawe (Krueng Geukeuh) atau Pelabuhan Sabang.
3.2 KA dengan sektor
unggulan perkebunan
-- Peningkatan keterkaitan kawasan andalan dengan sektor unggulan
perkebunan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
pengembangan kawasan andalan yang terhubung dengan akses ke dan
dari pelabuhan di Kawasan Andalan Lhokseumawe dan Sekitarnya dengan
PKNLhokseumawe yang terhubung dengan akses ke dan dari Pelabuhan
Lhokseumawe (Krueng Geukeuh)
3.3 KA dengan sektor
unggulan perikanan
dan kelautan
Kawasan Banda Aceh
dan Sekitarnya (I/G/1)
a. Rehabilitasi kawasan andalan dengan sektor unggulan perikanan dan
kelautan dilakukan pada Kawasan Andalan Banda Aceh dan Sekitarnya.
b. Peningkatan keterkaitan kawasan andalan dengan sektor unggulan
perikanan dan kelautan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai
pusat pengembangan kawasan andalan yang terhubung dengan akses
ke dan dari pelabuhan dan/atau bandar udara pada Kawasan Andalan
Banda Aceh dan Sekitarnya dengan PKW Banda Aceh yang terhubung
dengan akses ke dan dari Bandar Udara Sultan Iskandar Muda atau
Pelabuhan Lhokseumawe (Krueng Geukeuh)
3.4 KA dengan sektor
unggulan industri
Kawasan Banda Aceh
dan Sekitarnya (II/D/1)
a. Pengembangan kawasan untuk kegiatan industri dan permukiman, serta
didukung prasarana dan sarana pada:
kegiatan industri kreatif di Kawasan Banda Aceh dan Sekitarnya;
kegiatan industri lanjutan yang komplementer dengan komoditaskomoditas
unggulan di Kawasan Banda Aceh dan Sekitarnya.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-20
No Muatan
PP No. 26/2008 tentang
RTRWN
Perpres No. 13 tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera Raqanun Provinsi Aceh
Qanun Kota Banda Aceh
Raqanun Kabupaten
Aceh Besar
Kabupaten Pidie
b. Rehabilitasi kawasan andalan dengan sektor unggulan industri dilakukan
pada Kawasan Andalan Banda Aceh dan Sekitarnya.
c. Peningkatan keterkaitan kawasan andalan dengan sektor unggulan
industri dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
pengembangan kawasan andalan yang terhubung dengan akses ke dan
dari pelabuhan dan/atau bandar udara di Kawasan Andalan Banda Aceh
dan Sekitarnya serta KawasanAndalan Lhokseumawe dan Sekitarnya
dengan PKNLhokseumawe dan PKW Banda Aceh yang terhubung
denganakses ke dan dari Pelabuhan Lhokseumawe (Krueng Geukeuh)
atau Bandar Udara Sultan Iskandar Muda.
3.5 KA dengan sektor
unggulan pariwisata
Kawasan Banda Aceh
dan Sekitarnya (II/E/1)
a. Rehabilitasi kawasan andalan dengan sektor unggulan pariwisata
dilakukan pada Kawasan Andalan Banda Aceh dan Sekitarnya;
b. Peningkatan keterkaitan kawasan andalan dengan sektor unggulan
pariwisata dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
pengembangan kawasan andalan yang terhubung dengan akses ke dan
dari pelabuhan dan/atau bandar udara di Kawasan Andalan Banda Aceh
dan Sekitarnya dengan PKW Banda Aceh yang terhubung dengan akses
ke dan dari Pelabuhan Lhokseumawe (Krueng Geukeuh) dan/atau
Bandar Udara Sultan Iskandar Muda.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-21
3. Integrasi Kebijakan Perencanaan Pembangunan
Kebijakan perencanaan pembangunan dalam konsepsi
pengembangan KAPET, didasarkan atas kebijakan strategi
pembangunan dan program terkait KAPET BAD, yaitu:
(1). UU No.17 Tahun 2007 Tentang RPJP Nasional Tahun 2005-2025
(2). Perpres No. 32 Tahun 2011 Tentang MP3EI 2011-2025
(3). RPJMN 2010-2014
a. Kebijakan dan Strategi Pembangunan
Kebijakan dan strategi pembangunan nasional dalam konteks
pengembangan KAPET BAD diwujudkan melalui arahan
pembangunan jangka panjang (2005-2025) dan dijabarkan lebih
detail dalam pembangunan jangka menengah (2010-2014), serta
adanya dukungan penetapan pusat kegiatan ekonomi pada Koridor
Ekonomi Sumatera.
Arahan pembangunanjangka panjang difokuskan untuk
memperkuat perekonomian domestik dengan orientasi dan berdaya
saing global, yaitu:
(1). Penciptaan industri kecil dan menengah sebagai basis industri
nasional yang sehat
(2). pengembangan rantai pertambahan nilai, penguatan hubungan
antarindustri yang terkait secara horizontal; dan penyediaan
berbagai infrastruktur bagi peningkatan kapasitas kolektif
(3). Penguatan struktur perekonomian dengan mendudukkan sektor
industri sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan
pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan.
(4). Efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor primer terutama
sektor pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan.
(5). pembangunan keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan
pelayanan antardaerah yang kokoh.
(6). penanggulangan kemiskinan melalui penciptaan sebanyakbanyaknya
lapangan kerja formal serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja informal
(7). peningkatan daya saing usaha kecil dan menengah (UKM).
(8). Peranan pemerintah yang efektif dan optimal diwujudkan
sebagai fasilitator, regulator, sekaligus sebagai katalisator
pembangunan.
(9). Pengembangan kepariwisataan.
Arahan pembangunan jangka menengahdifokuskan untuk:
(1). Pengembangan sentra produksi perikanan dan hasil laut
melalui strategi Meningkatkan produktifitas usaha perikanan
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-22
dan kelautan (Perikanan & Rumput laut) dengan fokus
prioritasnya:
Prioritas Nasional:Sarana dan prasarana kawasan
budidaya, Pemenuhan kebutuhan benih untuk produksi
dan pasar (patin, nila, lele, gurame, mas, rumput laut),
Pengawalan dan penerapan teknologi terapan adaptif
perikanan budidaya berupa penelitian dan
pengembangan IPTEK perikanan tangkap, dan
Pengelolaan sumber daya ikan
Prioritas pulau : Pengembangan budidaya perikanan
tambak di pesisir Kab. Sigli dan Kab Aceh Besar,
Konservasi hutan bakau/mangrove di sepanjang Banda
Aceh-pidie dan Sabang, Pengembangan fasilitas cold
storage di Lhoknga, Penyediaan sarana dan prasarana
transportasi laut, dan Peningkatan aksesibilitas sentrasentra
produksi dengan pemasaran produksi perikanan
laut
(2). Pembangunan wilayah Sumatera yang sesuai dengan daya
dukung lingkungan melalui Meningkatkan mitigasi bencana
alamdengan fokus prioritasnya:
Prioritas Nasional : pengendalian banjir lahar gunung
berapi dan pengamanan pantai
Prioritas Pulau : Mengupayakan pengendalian banjir
melalui pengembangan istem drainase regional
TABEL 1.3 KAWASAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN
Kab/Kota Lokasi Kecamatan Desa Luas
Areal (HA)
Keterangan
Aceh Besar Blang Ubo-ubo Lembah
Seulawah
Cucum 500 Kawasan terpadu
Cot Seuribe Seulimun Cot Seuribe 3.000 Kawasan terpadu
Panca Lembah
Seulawah
Panca 150 Kawasan terpadu
Pidie Cot Padang Nila Padang Tiji Teunong Tanjung,Jok tjg 14 Kawasan Terpadu
Mila Mila Tuha lala dan kumbang 47 Integrasi dgn Perkebunan
Keumala Keumala Pako dan Tunong 46 Kawasan Terpadu
Mane Mane Mane dan Blang Dalam 56 Kawasan Terpadu
Tangse Tangse Pulo Kawa dan Blang Dot 47 Kawasan Terpadu
Tiro Tiro Dayah Cot 6
Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Aceh, 2011
b. Program Pembangunan KAPET BAD
Program pembangunan merupakan upaya inventarisasi dan sintesis
terhadap fokus program pembangunan, serta target tingkat
pelayanan di KAPET BAD.Output yang diharapkan adalah Matriks
sintesis program pembangunan yang sinergis mulai dari tingkat
nasional, provinsi, kabupaten/kota, kawasan startegis nasional.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-23
Penetapan peran dan fungsi struktur dan pola ruang di KAPET BADberdasarkan
ketetapan kebijakan sektor dijabarkan lebih detail pada tabel di bawah ini:
TABEL 1.4 MATRIK KETETAPAN KEBIJAKAN SEKTOR
NO MUATAN RTR KSN KEBIJAKAN SEKTOR
A STRUKTUR RUANG
1 Sistem Jaringan Transportasi
Nasional
1.1 Sistem Jaringan Transportasi Darat
1.1.1 Jaringan jalan nasional Berdasarkan Kepmen PU No. 567/KPTS/M/2010, jaringan jalan nasional
yang masuk wilayah KAPET BAD, yaitu:
a. Jaringan Jalan Nasional Bukan Jalan Tol:
- Krueng raya - bts. Kota banda aceh
- Jln. Krueng raya (banda aceh)
- Jln. T. Nya Arif (Banda Aceh)
- Jln. Tengku H.M. Daud Beureuh (D/H Jl. Nya Arif) (B. Aceh)
- Jln. Jembatan Perak (Banda Aceh)
- Bts. Kota Banda Aceh - Km.77 (Batas Pidie)
- Jln. Tengku Cikditiro (Banda Aceh)
- Bts. Banda aceh - lambaro (banda aceh)
- KM.77 (batas pidie) - bts. Kota sigli
- Jln. Cikditiro (Sigli)
- Bts. Kota sigli - beureunun
- Jln. AM. Ibrahim (Sigli)
- Beureunun - bts. Aceh Utara
- Seulimun - Jantho - Bts. Pidie
- Jln. AM. Ibrahim (Jantho)
- Bts. Aceh Besar - Keumala
- Keumala Geumpang
- Bts. Kota Banda Aceh - Bts Aceh Barat
- Jln. Sultan Alaudin Mahmudsyah (Banda Aceh)
- Jln. Tengku Umar (Banda Aceh)
- Jln. Cut Nyak Dien (Banda Aceh)
- Lambaro - Blang Bintang (JL.Cikditiro + JL.B. Bintang)
b. Jalan Strategis Nasional Rencana:
- Jln. Tengku Imum Lueng Bata (Banda Aceh)
- Geumpang - Bts. Aceh Tengah
- Jln. Sukarno Hatta (d/h Jalan Elak I) (Banda Aceh)
- Jln. Elak II (Banda Aceh)
- Banda Aceh - Ulee Lhee (Banda Aceh)
- SP. Rima - Bts. Kota Banda Aceh
- Bts. Aceh Besar - Ulee Lhee (Banda Aceh)
- Krueng Raya - Bts. Pidie
- Bts. Aceh Besar - Laweung - Batee Tibang
c. Jaringan Jalan Tol:
- Sigli - Banda Aceh
- Lhokseumawe - Sigli
1.1.2 Jaringan jalur kereta api Rencana Jaringan Jalur Kereta Api di KAPET BAD, berdasarkan KM
Perhubungan N0. 43/2011 Tentang Rencana Induk Perkeretaapian
Nasional tahun 2030:
a. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api antar kota:
- Lintas utama dengan prioritas tinggi pada lintas: Besitang-Banda
Aceh
b. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api yang menghubungkan
Pulau Jawa dan Pulau Sumatera (Interkoneksi) dengan pembangunan
Jembatan Selat Sunda.
1.1.3 Jaringan transportasi sungai dan danau -
1.1.4 Jaringan transportasi penyeberangan
a) Pelabuhan penyeberangan a. Berdasarkan KM Perhubungan No.53/2002 Tentang Tatanan
Kepelabuhan Nasional, yaitu Pelabuhan Ulee Lheue sebagai
pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-24
NO MUATAN RTR KSN KEBIJAKAN SEKTOR
b. Berdasarkan KM No.6/2010 Tentang Cetak Biru Pengembangan
Jaringan Pelayanan Lalu Lintas ASDP, pelabuhan penyeberangan di
KAPET BAD terdiri dari:
- Ulee Lheue (Kabupaten Aceh Besar)
- Lamteng (Kabupaten Aceh Besar)
b) Lintas penyeberangan a. Berdasarkan KM Perhubungan No.53/2002 Tentang Tatanan
Kepelabuhan Nasional, yaitu Ulee Lheue Balohan (lintas
kabupaten/kota)
b. Berdasarkan KM No.6/2010 Tentang Cetak Biru Pengembangan
Jaringan Pelayanan Lalu Lintas ASDP, lintas. penyeberangan di
KAPET BAD terdiri dari:
Ulee Lhue Balohan (lintas dalam kabupaten/kota)*sebagai
pengganti Balohan-Malahayati
Ulee Lheue Lamteng (lintas dalam kabupaten/kota)
Lamteng Breueh P *Rencana
1.1.5 Terminal Berdasarkan Perhubungan Darat Dalam Angka 2010-2011, terminal yang
terdapat di KAPET BAD, sebagai berikut:
a. Terminal Tipe A di terminal Banda Aceh (Kota Banda Aceh)
b. Terminal Tipe B di terminal Banda Aceh (Kabupaten Aceh Besar)
c. Terminal Tipe C di terminal Sigli (Kabupaten Sigli)
1.2 Sistem Jaringan Transportasi Laut
1.2.1 Tatanan Kepelabuhanan Berdasarkan KM 53/2002 Tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional,
berikut hirarki peran dan fungsi pelabuhan laut:
- Pelabuhan Malahayati di Aceh Besar (Pelabuhan Nasional)
- Pelabuhan Ulee Lheue di Banda Aceh (Pelabuhan Nasional)
- Pelabuhan Siglli di Kabupaten Pidie (Pelabuhan Lokal)
1.2.2 Alur Pelayaran --
1.3 Sistem Jaringan Transportasi Udara
1.3.1 Tatanan Kebandarudaraan Berdasarkan KM 11/2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional,
berikut penggunaan dan hirarki bandar udara adalah Sultan Iskandar Muda
di Banda Aceh Penggunaan sebagai Internasional, Regional dan Haji.
Hirarki sebagai pengumpul skala tersier (III/5)
2 Sistem Jaringan Energi
2.1 Jaringan pipa minyak dan gas bumi --
2.2 Jaringan transmisi tenaga listrik Jantho Incomer (Sigli-Banda Aceh) dengan kapasitas 150 kV
Banda Aceh Krueng Raya dengan kapasitas 150 kV
PLTP Seulawah 2 Pi Incomer (Sigli-Banda Aceh) dengan kapasitas
150 kV
2.3 Gardu Induk GI Lambaro (60 MVA)
2.4 Pembangkit tenaga listrik PLTD Leung Bata (30 MW)
PLTP Seulawah (FTP 2) dengan kapasitas 55 MW *Rencana
3 Sistem Jaringan Telekomunikasi --
4 Sistem Jaringan Sumber Daya Air
4.1 Cekungan Air Tanah (CAT) Berdasarkan Kepres No.26/2011 Tentang Pentepan CAT terdapat:
CAT Banda Aceh luas 1470 Km2 Lokasi di Kota Banda Aceh, Kabupaten
Aceh Besar dan Kabupaten Pidie
CAT Sigli luas 619 Km2 Lokasi di Kabupaten Pidie
4.2 Daerah Irigasi Berdasarkan Kepmen PU No. 390/2007 tentang Penetapan Status Daerah
Irigasi, yaitu:
a. Utuh Kabupaten (Status Daerah Irigasi yang Menjadi Wewenang &
Tanggung Jawab Pemerintah Pusat), meliputi:
Kabupaten Aceh Besar:
D.I Krueng Ireu/Keuliling (8077 Ha)
D.I Krueng Aceh/ Leubok (7884 Ha)
Kabupaten Pidie: Baroraya (19118)
b. Utuh Kabupaten/Kota (Status Daerah Irigasi yang Menjadi Wewenang
& Tanggung Jawab Pemerintah Provinsi), meliputi:
Kabupaten Pidie:
D.I Krueng Pandrah (1203 Ha)
D.I Krueng Peudada (1071 Ha)
D.I Krueng Nalan (1750 Ha)
4.3 Daerah Aliran Sungai (DAS) Berdasarkan Kepmen kehutanan No. 328/2009 Tentang Penetapan DAS
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-25
NO MUATAN RTR KSN KEBIJAKAN SEKTOR
Prioritas, DAS prioritas yang masuk ke dalam KAPET BAD adalah Krueng
Aceh
DAS di KAPET BAD sebagai berikut:
DAS Bukit, DAS Buluh, DAS Ihong, DAS Nalon, DAS Pandrah, DAS Pase,
DAS PENGGARAMAN, DAS Peudada, DAS Peusangan, DAS Tuam. DAS
Babah Awe, DAS Bentaro, DAS Cra Mong, DAS Geutet, DAS Lambeuso
DAS Le Item, DAS Masen, DAS No, DAS Panga, DAS Ringgih, DAS
Sabee, DAS Teunom, DAS Tunong, DAS Unga. DAS Bateue DAS Layung
DAS Meureubo DAS Rubee DAS Seumayam DAS Seunagan DAS
Seuneuam DAS Suak Ketapang DAS Susoh DAS Tadu DAS Trang DAS
Tripa DAS Woyla. DAS Aceh, DAS Areu, DAS Babeue, DAS Baro, DAS
Batee, DAS Beuraean, DAS Geupe, DAS Imasin, DAS Jeulanga, DAS
Lambok, DAS Lamih, DAS Lampariah, DAS Laweueng, DAS Leungah,
DAS Meureudu, DAS Meuseugo, DAS Pangwa, DAS Panteraya, DAS
Pincung, DAS Putu, DAS Raya, DAS Reundrah, DAS Sabang, DAS
Samalanga, DAS Same, DAS Seuleunggoh, DAS Sibayang, DAS Sotoy,
DAS Teunom, DAS Tiro. DAS Aceh DAS Areu DAS Babeue DAS Baro
DAS Batee DAS Beuraean DAS Geupe DAS Imasin DAS Jeulanga DAS
Lambok DAS Lamih DAS Lampariah DAS Laweueng DAS Leungah DAS
Meureudu DAS Meuseugo DAS Pangwa DAS Panteraya DAS Pincung
DAS Putu
B POLA RUANG
1. Kawasan Lindung
1.1 Kawasan Konservasi dan Hutan
Lindung
Penetapan kawasan lindung nasional:
THR Cut Nyak Dien (Pocut Meurah Intan)
CA Hutan Pinus Jhanto
(Sumber : http://www.ditjenphka.go.id/Content/Kkperupt.Htm)
1.2 Kawasan Lindung Laut/Perairan --
1.3 Kawasan Lindung dan Rawan Bencana
Geologi
--
1.4 Kawasan Cagar Budaya a. Berdasarkan KM No.51/PW.007/MKP/2004 cagar budaya yang berada
di KAPET BAD adalah Majid Ala Mujahidin di Kabupaten Pidie
b. Objek Vital Nasional di bidang Kebudayaan dan pariwisata berdasarkan
PM Kebudayaan dan Pariwisata No. PM. 19/UM.101/MKP/2009
terdapat:
Benteng dan Mesjid Indrapuri (Aceh Besar)
Benteng Indra Patra (Aceh Besar)
Gedung Bank Indonesia (Banda Aceh)
Gedung Baperis (Banda Aceh)
Gedung Menara Sentral Telepon Belanda (Aceh Besar)
Kompleks Makam Kandang Meuh (Banda Aceh)
Pendopo Gubernur (Banda Aceh)
Taman Sari Gunongan (Banda Aceh)
2 Kawasan Budidaya
2.1 Kawasan Kehutanan --
2.2 Kawasan Pertanian a. Buah-Buahan : Durian, Pisang, Melon
b. Perkebunan : Kelapa Dalam, kelapa Hybrida, Kopi Robusta, Kakao
c. Peternakan : Sapi
2.3 Kawasan Kelautan dan Perikanan Wilayah pengelolaan perikanan berdasarkan PM Kelautan dan Perikanan
No. 01/2009, meliputi:
WPP-RI 571 meliputi perairan Selat Malaka dan Laut Andaman;
WPP-RI 572 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera
dan Selat Sunda
2.4 Kawasan Pertambangan Berdasarkan Kepmen Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0218
k/80/MEM/2011 Tentang Penetapan Daerah Penghasilan dan Dasar
Penghitungan Bagian Daerah Penghasil Pertambangan Umum,
Pertambangan Panas Bumi, Minyak Bumi dan Gas Bumi Untuk Tahun
2011, terdapat daerah penghasil pertambangan di:
Kabupaten Pidie jenis pengusahaan IUP dan KK
2.5 Kawasan Industri Berdasarkan PM Perindustrian No.130/M-IND/PER/12/2010 Tentang Peta
Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Aceh,
maka:
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-26
NO MUATAN RTR KSN KEBIJAKAN SEKTOR
Industri Pengolahan Minyak Astri di Kabupaten Aceh Besar
Industri Pengolahan hasil Laut di Kabupaten Aceh Besar dan Pidie
2.6 Kawasan Pariwisata Berdasarkan PP No 50/2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, ditetapkan:
Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) Banda Aceh Kota
dan sekitarnya
DPN Banda AcehWeh dan sekitarnya
2.7 Kawasan Pertahanan dan Keamanan Kodam ISKANDAR Muda
Korem Lilawangsa
Korem Teuku Umar
Lanud Sultan Iskandar Muda
(Data Direktorat Wilayah Pertahanan, Ditjen Strategi Pertahanan, 2011)
Arahan Koridor Ekonomi Sumatera terkait dengan pengembangan
KAPET BAD, disajikan pada gambar di bawah ini:
GAMBAR 1.2 STRUKTUR RUANG KORIDOR EKONOMI SUMATERA
Sumber : Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-27
GAMBAR 1.3 INISIATIF STRATEGIS KORIDOR EKONOMI SUMATERA
Sumber : Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-28
Daftar proyek MP3EI di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dijabarkan pada tabel
berikut :
TABEL 1.5 DAFTAR PROYEK MP3EI DI PROVINSI NANGGROE ACEH
DARUSSALAM
No Proyek MP3EI
Nilai
Investasi
(IDR Miliar)
Waktu
Pelaksanaan
1 Jalan Trans Sumatera 1.580 km 55.300 2012
2 Membangun jaringan backhaul dan
pengelolaannya
15.100 2012 - 2014
3 Mengembangkan device bagi end-user 9.870 2012 - 2014
4 Merehabilitasi device bagi end-user 9.490 2012 - 2014
5 Membangun jaringan Backbone Nasional
(Palapa Ring) berbasiskan active network
sharing, baik jaringan bawah laut maupun
terestrial yang bisa dipakai bersama.
7.510 2012 - 2014
6 Merehabilitasi jaringan backhaul dan
pengelolaannya
5.440 2012 - 2014
7 Pengembangan jaringan dan layanan kereta api
antarkota Sigli-Bireun-Lhokseumawe 172 km
5.175 2011 - 2015
8 Merehabilitas jaringan Backbone Nasional
(Palapa Ring) berbasiskan active network
sharing, baik jaringan bawah laut maupun
terestrial yang bisa dipakai bersama
2.260 2012 - 2014
10 Pembangunan transmisi listrik di Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam (16 titik)
1.495 2011 - 2014
Sumber : Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-29
1.2.3. Kondisi Fisik Dasar KAPET BAD
Lahan pengembangan KAPET BAD, merupakan sumber daya alam, yang
memiliki keterbatasan dalam menampung kegiatan atau budidaya manusia
dalam pemanfaatan sumberdaya alam tersebut. Analisis fisik dasar
pengembangan kawasan ini adalah untuk mengenali karakteristik
sumberdaya alam tersebut, dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian
lahan, agar pemanfaatan lahan dalam pengembangan kawasan dapat
dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan
ekosistem.
Kondisi fisik dasar ditujukan untuk memperoleh rekomendasi daerah/areal
mana yang dapat dikembangkan untuk sektor/komoditas unggulan,
berdasarkan pertimbangan potensi bencana alam, penggunaan lahan
eksisting, penetapan kawasan hutan, dan kesesuaian lahan.
1. Potensi Bencana Alam
Daerah rawan bencana pada KAPET BAD berupa gempa bumi, rawan
bencana longsor, rawan bencana banjir, tsunami, dan rawan bencana
geologi.
a. Gempa Bumi
Klasifikasi potensi gempa bumi menurut Mangnitudo (skala richter) di
KAPET BAD terdiri atas gempa rendah, gempa sedang, dan gempa
tinggi. Pola pengendalian ruang di kawasan rawan bencana gempa bumi
dalam konteks pengembangan KAPET BAD, khususnya pengembangan
kawasan usaha inti khususnya Kegiatan-kegiatan pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan, hutan produksi, dapat dilaksanakan dengan
persyaratan sebagai berikut:
Klasifikasi potensi gempa bumi menurut Mangnitudo (skala richter) di
KAPET BAD sebagai berikut:
TABEL 1.6 KLASIFIKASI POTENSI GEMPA BUMI
Klasifikasi potensi
gempa bumi
Kabupaten Pidie Kabupaten Aceh Besar
0,3 0,4
(gempa rendah)
Kecamatan Gempang, Kecamatan
Mane, Kecamatan Geulumpang Baro,
Kecamatan Mutiara, Kecamatan
Kembang Tanjong, dan Kecamatan
Simpang Tiga.
Kecamatan Leupung dan
Kecamatan Lhoong
0,4 0,5
(gempa sedang)
Kecamatan Geumpang, Kecamatan
Mane, Kecamatan Geulumpang Tiga,
Kecamatan Tiro/Truseb, Kecamatan
Titeu, Kecamatan Keumala, Kecamatan
Mutiara Timur, Kecamatan Tangse,
Kecamatan Mesjid Raya,
Kecamatan Seulimeum, dan
Kecamatan Seulawah
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-30
Klasifikasi potensi
gempa bumi
Kabupaten Pidie Kabupaten Aceh Besar
Kecamatan Sakti, Kecamatan
Geulumpang Baro, Kecamatan Mutiara,
Kecamatan Mila, Kecamatan Kembang
Tanjong, Kecamatan Indra Jaya,
Kecamatan Peukan Baro, Kecamatan
Simpang Tiga, Kecamatan Delima,
Kecamatan Grong-Grong, Kecamatan
Pidie, Kecamatan Kota Sigli, Kecamatan
Padang Tiji, Kecamatan Batee, dan
Kecamatan Muara Tiga.
0,5 0,6
(gempa tinggi)
Kecamatan Mane, Kecamatan
Tiro/Truseb, Kecamatan Titeu,
Kecamatan Keumala, Kecamatan
Tangse, Kecamatan Sakti, Kecamatan
Mila, dan Kecamatan Padang Tiji.
Seluruh kecamatan
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab. Aceh Besar, Kab. Pidie
b. Longsor
Gerakan tanah di KAPET BAD terklasifikasi menjadi rendah, menengah,
dan tinggi. Gerakan tanah tersebut terdistribusi di Kabupaten Aceh Besar
dan Kabupaten Pidie. Pola pengendalian ruang di kawasan longsor dalam
konteks pengembangan KAPET BAD, khususnya pengembangan
kawasan usaha inti khususnya Kegiatan-kegiatan pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan, hutan produksi, dapat dilaksanakan dengan
persyaratan sebagai berikut:
(1). Penanaman vegetasi dengan jenis dan pola tanam yang tepat.
(2). Perlu diterapkan sistem terasering dan drainase yang tepat pada
lereng.
(3). Prasarana dan sarana transportasi direncanakan untuk kendaraan
roda
(4). empat ringan hingga sedang.
(5). Kegiatan peternakan dengan sistem kandang, untuk menghindari
terjadinya
(6). kerusakan lereng.
(7). Menghindari pemotongan dan penggalian lereng.
(8). Mengosongkan lereng dari kegiatan manusia.
Klasifikasi gerakan tanah dapat dijabarkan pada tabel berikut:
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-31
TABEL 1.7 KLASIFIKASI POTENSI GERAKAN TANAH
Aceh Besar Pidie
Rendah Kecamatan Geulumpang Tiga, Kecamatan
Tiro/Truseb, Kecamatan Titeu, Kecamatan
Keumala, Kecamatan Mutiara Timur,
Kecamatan Sakti, Kecamatan Geulumpang
Baro, Kecamatan Mutiara, Kecamatan Mila,
Kecamatan Kembang Tanjong, Kecamatan
Indra Jaya, Kecamatan Peukan Baro,
Kecamatan Simpang Tiga, Kecamatan
Delima, Kecamatan Grong-Grong,
Kecamatan Pidie, Kecamatan Kota Sigli,
Kecamatan Padang Tiji, Kecamatan Batee,
dan Kecamatan Muara Tiga
semua kecamatan kecuali
Kecamatan Peukan Bada
Menengah Kecamatan Geumpang, Kecamatan Mane,
Kecamatan Geulumpang Tiga, Kecamatan
Tiro/Truseb, Kecamatan Titeu, Kecamatan
Keumala, Kecamatan Tangse, Kecamatan
Sakti, Kecamatan Mila, Kecamatan Padang
Tiji, dan Kecamatan Muara Tiga
semua kecamatan kecuali
Kecamatan Ingin Caya dan
Kecamatan Krueng Barona Jaya
Tinggi Kecamatan Geumpang, Kecamatan Mane,
Kecamatan Tangse, Kecamatan
Geulumpang Tiga, Kecamatan Tiro/Truseb,
Kecamatan Titeu, Kecamatan Keumala dan
Kecamatan Mane
Kecamatan Kota Jantho,
Kecamatan Lhoknga,
Kecamatan Leupung,
Kecamatan Lhoong, Kecamatan
Indrapuri, dan Kecamatan Kuta
Cot Glie
c. Banjir
Hasil kompilasi semua data menghasilkan satu peta area genangan banjir
(dengan klasifikasi) untuk:
(1). Pidie berada pada Kecamatan Mane, Kecamatan Geulumpang Tiga,
Kecamatan Tiro/Truseb, Kecamatan Titeu, Kecamatan Keumala,
Kecamatan Mutiara Timur, Kecamatan Tangse, Kecamatan Sakti,
Kecamatan Geulumpang Baro, Kecamatan Mutiara, Kecamatan Mila,
Kecamatan Kembang Tanjong, Kecamatan Indra Jaya, Kecamatan
Peukan Baro, Kecamatan Simpang Tiga, Kecamatan Delima,
Kecamatan Grong-Grong, Kecamatan Pidie, Kecamatan Kota Sigli,
Kecamatan Padang Tiji, Kecamatan Batee, dan Kecamatan Muara
Tiga.
(2). Aceh besar berada pada Kecamatan Krueng Barona Jaya,
Kecamatan Ingin Jaya, Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Kuta
Baro, dan Kecamatan Darussalam.
d. Tsunami
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-32
Masyarakat Aceh memiliki 2 kosakata asli untuk Tsunami. Masyarakat
yang bertempat tinggal di Pulau Simeulue memiliki kosakata Smong untuk
kejadian tsunami. Sedangkan masyarakat Aceh di daratan memberi nama
tsunami sebagai Ie Beuna. Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang
laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif
dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi
tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke
daratan (run-up) dapat mencapai sekitar 25-100 km/jam. Kejadian
tsunami di Aceh pernah terjadi pada tahun 1797, 1891, 1907 dan 2004.
Kejadian tsunami 26 Desember 2004 mengakibatkan 126.915 jiwa
meninggal, 37.063 jiwa hilang, kira-kira 100.000 jiwa menderita luka berat
dan luka ringan disertai 517.000 unit rumah hilang.
Kejadian tsunami di Aceh pernah terjadi tahun 1797, 1891,1907 dan
2004. Kejadian tsumani 26 Desember 2004 meliputi kawasan pesisir
radius 5 km dari garis pantai dengan ketinggian di bawah 50 meter dari
permukaan laut Gempa ini berkekuatan 9,3 skala Richter.
Wilayah yang cukup luas rawan gelombang pasang adalah Kecamatan
Peukan Bada, Baitussalam, Mesjid Raya, Lhoknga, Pulo Aceh, Lhoong
dan Leupung.
e. Bencana Alam Geologi
Ada 1 (satu) gunung api aktif tipe A (gunung api yang pernah mengalami
erupsi magmatik sekurang kurangnya satu kali sesudah tahun 1600) di
Aceh Besar, yakni Gunung Seulawah Agam di Aceh Besar. Pola
pengendalian ruang di kawasan rawan bencana gunung berapi dalam
konteks pengembangan KAPET BAD, khususnya pengembangan
kawasan usaha inti khususnya Kegiatan-kegiatan pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan, hutan produksi, dapat dilaksanakan dengan
persyaratan sebagai berikut:
Klasifikasi lahar dan abu di Kabupaten Pidie berada di kecamatan:
Hazard Zone 1: Kecamatan Geumpang, dan Kecamatan Mane.
Hazard Zone 2: Kecamatan Geumpang.
Hazard Zone 3: Kecamatan Geumpang.
Klasifikasi lahar dan abu di Kabupaten Aceh Besar berada di kecamatan:
Hazard Zone 1: Kecamatan Seulimun dan Kecamatan Lembah
Seulawah.
Hazard Zone 2: Kecamatan Seulimun dan Kecamatan Lembah
Seulawah.
Hazard Zone 3: Kecamatan Seulimun dan Kecamatan Lembah
Seulawah
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-33
GAMBAR 1.4 PETA RAWAN BENCANA BANJIR
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-34
GAMBAR 1.5 PETA RAWAN BENCANA GUNUNG BERAPI
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-35
GAMBAR 1.6 PETA RAWAN BENCANA LONGSOR
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-36
2. Penggunaan Lahan
Kondisi lahan eksisting Kabupaten Pidie didominasi oleh hutan lahan
kering sekunder seluas 119.638 Ha (37,75%). Selain itu kabupaten Pidie
juga dikelilingi oleh hutan primer, pertanian lahan kering campur dan
semak/belukar yang masing-masing seluas 72.823 Ha (22,98%), 30.047
Ha (9,48%) dan 28.714 Ha (9,06%).
Kondisi lahan eksisting Kabupaten Aceh Besar didominasi oleh hutan
lahan kering sekunder seluas 83.415,95 Ha (28,63%). Selain itu
kabupaten Aceh Besar juga dikelilingi oleh pertanian lahan kering dan
savana yang masing-masing seluas 41.547,52 Ha (14,26%) dan
56.058,57 Ha (19,24%). Permukiman yang terdapat di Kabupaten Aceh
Besar hanya seluas 10.128,65 Ha, hanya sekitar 3,48% dari luas
keseluruhan kabupaten.
TABEL 1.8 PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN ACEH BESAR, KABUPATEN
PIDIE DAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2011
No. Penggunaan Lahan KOTA BANDA ACEH KAB. PIDIE KAB. ACEH BESAR
Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%)
1. Hutan Lahan Kering Sekunder -- -- 119.638 37,75 83.415,95 28,63
2. Hutan Primer -- -- 72.823 22,98 15.373,49 5,28
3. Hutan Tanaman -- -- 29 0,01 383,08 0,13
4. Hutan Mangrove Sekunder -- -- -- -- 3,01 0,00
5. Pertanian Lahan Kering -- -- 18.079 5,70 41.547,52 14,26
6. Pertanian Lahan Kering Campur 651,78 10,62 30.047 9,48 -- --
7. Perkebunan Masyarakat -- -- 213 0,07 -- --
8. Savana -- -- 12.848 4,05 56.058,57 19,24
9. Sawah -- -- 26.217 8,27 19.104,04 6,56
10. Semak/Belukar -- -- 28.714 9,06 62.587,03 21,48
11. Tambak 204,48 3,13 4.452 1,40 1.374,89 0,47
12. Tanah Terbuka/kosong -- -- 1.820 0,57 1.065,01 0,37
13. Tubuh Air 221,18 3,6 1.546 0,49 -- --
14. Permukiman 1.360,41 22,17 532 0,17 10.128,65 3,48
15. Pertambangan -- -- -- -- 155,44 0,05
16. Bandara -- -- -- -- 115,33 0,04
17. Budidaya Perkotaan 764,53 12,46 -- -- -- --
18. RTH Perkotaan 1.702,11 27,94 -- -- -- --
19. Perairan 1.231,41 20,07
Jumlah 6.135,90 100,00 316.959 100,00 291.312 100,00
Sumber: Hasil interpretasi citra satelit SPOT-5, 2011
Berdasarkan hasil penggabungan guna lahan pada tabel sebelumnya
maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan KAPET
BADdidominasi oleh hutan, baik berupa lahan kering sekunder, primer,
tanaman maupun mangrove sekunder yang luasannya mencapai 45,88%
dari keseluruhan luas KAPET BAD.Proporsi penggunaan lahan berikutnya
adalah untuk kegiatan pertanian (lahan kering, lahan kering campur dan
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-37
perkebunan) yang mencapai 21,37%. Proporsi penggunaan lahan untuk
kegiatan budidaya terbangun (permukiman, budidaya perkotaan,
bandara) relatif sangat kecil yaitu hanya sebesar 2,03%. Penggunaan
lahan KAPET BAD secara detail dapat dilihat pada tabel dan gambar
berikut.
TABEL 1.9 PENGGUNAAN LAHAN KAPET BAD 2011
NO. PENGGUNAAN LAHAN KAPET BAD
PROPORSI LUAS
(%)
1. Hutan Lahan Kering Sekunder 203.053,95 31,94
2. Hutan Primer 88.196,49 13,87
3. Hutan Tanaman 412,08 0,06
4. Hutan Mangrove Sekunder 3,01 0,00
5. Pertanian Lahan Kering 59.626,52 9,38
6. Pertanian Lahan Kering Campur 30.698,78 4,83
7. Perkebunan Masyarakat 213 0,03
8. Savana 68.906,57 10,84
9. Sawah 45.321,04 7,13
10. Semak/Belukar 91.301,03 14,36
11. Tambak 6.031,37 0,95
12. Tanah Terbuka/kosong 2.885,01 0,45
13. Tubuh Air 1.767,18 0,28
14. Permukiman 12.021,05 1,89
15. Pertambangan 155,44 0,02
16. Bandara 115,33 0,02
17. Budidaya Perkotaan 764,53 0,12
18. RTH Perkotaan 1.702,11 0,27
19. Perairan 22.512,52 3,54
Jumlah 635.687,01 100,00
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-38
GAMBAR 1.7 PETA TUTUPAN LAHAN
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-39
1.2.4. Potensi Sumber Daya Manusia
Dalam upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam secara
berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dilakukan
penilaian/analisis aspek sosial budaya di KAPET BAD. Penilaian/analisis
aspek sosial budaya dapat diperoleh melalui hasil pengukuran beberapa
indikator sosial (urban social indicator) misalnya struktur sosial budaya,
pelayanan sarana dan prasarana budaya, potensi sosial budaya masyarakat
atau kesiapan masyarakat terhadap suatu pengembangan.
1. Kependudukan
Analisis kependudukan ditujukan untuk memperoleh gambaran potensi
penduduk dan memperoleh gambaran situasi dan kondisi objektif dari
perencanaan pengembangan/ pemberdayaan masyarakat sebagai acuan
dalam menentukan kebijakan penyebaran penduduk.
a. Jumlah Penduduk KAPET BAD 2006-2010
Jumlah penduduk di KAPET BAD tahun 2010 mencapai 950176 jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk sebesra 3.4%. Penduduk terpadapat
berada pada Kota Banda Aceh dengan jumlah 36.42 Jiwa/Ha dan
Kabupaten Pidie sebanyak 1.06 Jiwa/Ha. Kota Banda Aceh sebagai ibu
kota Provinsi Aceh menjadi kota paling padat di KAPET BAD,
dikarenakan terdapat pusat kegiatan dan pusat pemerintahan sebagai
penarik masyarakat, sedangkan luas wilayah Kota Banda Aceh lebih kecil
jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.
GAMBAR 1.8 JUMLAH PENDUDUK KAPET BAD TAHUN 2006-2010
Sumber: Badan Pusat Statistik (Kab. Pidie Kab. Aceh Besar dan Kota Banda Aceh) 2011
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-40
b. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
Kota dengan jumlah sex ratio tertinggi adalah Kota Banda Aceh dengan
107.11 %. Ada beberapa hal yang memengaruhi besar kecilnya seks ratio
di suatu wilayah, antara lain pola mortalitas/kematian antara penduduk
laki-laki dan perempuan, pola migrasi antara laki-laki dan perempuan,
serta sex ratio at birth.
TABEL 1.10 JUMLAH PENDUDUK KAPET BAD BERDASARKAN JENIS KELAMIN
TAHUN 2010
No Kecamatan Perempuan Laki-laki Jumlah Seks Ratio
1 Meuraxa 8927 7557 16484 118.13
2 Jaya Baru 11195 10836 22031 103.31
3 Banda Raya 10559 10332 20891 102.2
4 Baiturahman 15618 14759 30377 105.82
5 Lueng Bata 12096 11496 23592 105.22
6 Kuta Alam 22094 20123 42217 109.79
7 Kuta Raja 5544 4889 10433 113.4
8 Syiah Kuala 17469 17381 34850 100.51
9 Ulee Kareng 11596 10975 22571 105.66
Banda Aceh 115098 108348 223446 107.1156
1 Lhoong 4918 4175 9093 117.8
2 Lhoknga 7795 7079 14874 110.11
3 leupung 1332 1221 2553 109.09
4 Indrapuri 10125 9850 19975 102.79
5 Kuta Cot Glie 6230 6158 12388 101.17
6 Seulimeum 11160 10359 21519 107.73
7 Kota Jantho 4428 4015 8443 110.29
8 lembah seulawah 5675 5078 10753 111.76
9 Mesjid raya 10747 10117 20864 106.23
10 Darussalam 11083 11550 22633 95.96
11 Baitussalam 9147 7443 16590 122.89
12 Kuto Baro 11859 11682 23541 101.52
13 Montasik 8967 8765 17732 102.3
14 Blang Bintang 5455 5268 10723 103.55
15 Ingin Jaya 14328 13736 28064 104.31
16
Krueng Barona
Jaya 7476 6620 14096 112.93
17 Sukamakmur 6928 6977 13905 99.3
18 Kuta Malaka 2961 2930 5891 101.06
19 Simpang Tiga 2669 2691 5360 99.18
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-41
No Kecamatan Perempuan Laki-laki Jumlah Seks Ratio
20 Darul Imarah 23663 22734 46397 104.09
21 Darul Kamal 3429 3337 6766 102.76
22 Peukan Bada 8146 7316 15462 111.34
Aceh Besar 178521 169101 347622 106.28
1 Geumpang 3141 2867 6008 109.56
2 Mane 3821 3865 7686 98.86
3 Glumpang Tiga 8096 8792 16888 92.08
4 Glumpang Baro 4465 5157 9622 86.58
5 Mutiara 8874 9544 18418 92.98
6 Mutiara Timur 14732 16035 30767 91.87
7 Tiro/Truseb 3424 3673 7097 93.22
8 Tangse 11563 11946 23509 96.79
9 Keumala 4312 4593 8905 93.88
10 Titeue 3051 3050 6101 100.03
11 Sakti 9143 9674 18817 94.51
12 Mila 3812 4256 8068 89.57
13 Padang Tiji 9681 9952 19633 97.28
14 Delima 8904 9755 18659 91.28
15 Grong-grong 2985 3224 6209 92.59
16 Indrajaya 9856 10859 20715 90.76
17 Peukan Baro 8768 9485 18253 92.44
18 Kembang Tanjong 9426 9889 19315 95.32
19 Simpang Tiga 9692 10599 20291 91.44
20 Kota Sigli 9316 9513 18829 97.93
21 Pidie 19303 20511 39814 94.11
22 Batee 8930 9147 18077 97.63
23 Muara Tiga 8669 8758 17427 98.98
Pidie 183964 195144 379108 94.76913
KAPET BAD 477583 472593 950176 102.7216
Sumber: Badan Pusat Statistik (Kab. Pidie Kab. Aceh Besar dan Kota Banda Aceh) 2011
c. Proyeksi penduduk
Proyeksi penduduk KAPET BAD digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menetapkan:
(a). Proyeksi angkatan kerja dan kebutuhan tenaga kerja
(b). Distribusi penduduk terkait alokasi ruang kawasan usaha inti KAPET
dan pengendalian pemanfaatan ruang
Dari hasil proyeksi penduduk KAPET BAD, terindikasi bahwa:
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-42
Konsentrasi penduduk berada:
Model yang digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk
disesuaikan dengan karaktersitik perkembangan penduduk setiap
kecamatan. Teknik proyeksi yang digunakan adalah bunga berganda,
dimana teknik ini mengasumsikan perkembangan jumnlah penduduk akan
bertambah dengan sendirinya. Dengan demikian jumlah penduduk akan
membawa konsekuensi bertambahnya penduduk.
Dimana:
Pt + R : Jumlah proyeksi pada tahun t+R
Pt : Jumlah penduduk pada tahun dasar
S : Rata-rata pertumbuhan penduduk dalam prosentrase (%)
R : selisih tahun proyeksi dengan tahun dasar
Teknik ini merupakan gambaran suatu daerah yang memiliki jumlah
penduduk yang terus meningkat, sehingga jumlah penduduk akan terus
bertambah tiap tahunnya. Jumlah penduduk hasil proyeksi pada tahuntahun
perencanaan akan menjadi dasar dalam penentuan jumlah sarana
dan utilitas di masing-masing wilayah perencanaan, sehingga
pengembangan sarana dan prasarana akan menjadi lebih efisien dan
efektif.
TABEL 1.11 PROYEKSI PENDUDUK KAPET BAD
No Kecamatan
Proyeksi Penduduk (Jiwa)
2011 2017 2022 2027 2030
1 Meuraxa 18456 20428 22400 24372 24382
2 Jaya Baru 24003 25975 27947 29919 29927
3 Banda Raya 22863 24835 26807 28779 28787
4 Baiturahman 32349 34321 36293 38265 38271
5 Lueng Bata 25564 27536 29508 31480 31487
6 Kuta Alam 44189 46161 48133 50105 50109
7 Kuta Raja 12405 14377 16349 18321 18335
8 Syiah Kuala 36822 38794 40766 42738 42743
9 Ulee Kareng 24543 26515 28487 30459 30466
Kota Banda Aceh 241194 243166 245138 247110 247111
1 Lhoong 9549 11396 13601 16232 16251
2 Lhoknga 15628 18651 22259 26565 26584
3 Leupung 268 3198 3817 4555 4932
Pt + $= Pt(1+') $
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-43
No Kecamatan
Proyeksi Penduduk (Jiwa)
2011 2017 2022 2027 2030
4 Indrapuri 20641 24633 29398 35085 35104
5 Kuta Cot Glie 1293 15431 18416 21978 22355
6 Seulimeum 22714 27108 32351 38609 38628
7 Kota Jantho 8657 10332 1233 14715 15057
8 Lembah Seulawah 10915 13027 15547 18554 18573
9 Mesjid Raya 21795 26011 31043 37048 37067
10 Darussalam 23898 28521 34038 40622 40641
11 Baitussalam 17362 2072 24728 29511 29853
12 Kuta Baro 24705 29484 35187 41994 42013
13 Montasik 18656 22265 26572 31711 31730
14 Blang Bintang 11257 13434 16033 19134 19153
15 Ingin Jaya 29008 34619 41316 49308 49327
16 Krueng Barona Jaya 1459 17413 20781 24801 25178
17 Suka Makmur 14564 17381 20743 24755 24774
18 Kuta Malaka 6254 7464 8908 10631 10650
19 Simpang Tiga 5625 6713 8012 9562 9581
20 Darul Imarah 49076 5857 69899 8342 8648
21 Darul Kamal 7069 8436 10068 12015 12034
22 Peukan Bada 15996 19091 22783 27191 27210
23 Pulo Aceh 4071 4858 5798 6920 6939
Kab. Aceh Besar 367644 438759 52363 624918 625260
1 Kota Sigli 20016 21183 22418 23653 23659
2 Pidie 35788 37875 40084 42293 42299
3 Delima 22286 23586 24961 26336 26342
4 Padang Tiji 19041 20151 21326 22501 22507
5 Muara Tiga 16028 16962 17951 18940 18946
6 Batee 18316 19385 20515 21645 21651
7 Simpang Tiga 20235 21415 22664 23913 23919
8 Kembang Tanjong 19594 20736 21946 23156 23162
9 Peukan Baro 16372 17326 18337 19348 19354
10 Indrajaya 21133 22366 23670 24974 24980
11 Grong-Grong 5717 6051 6404 6757 6763
12 Mutiara 30812 32609 34511 36413 36419
13 Mutiara Barat 18078 19132 20248 21364 21370
14 Tiro 6722 7114 7529 7944 7950
15 Mila 11141 11790 12478 13166 13172
16 Sakti 19133 20248 21429 22610 22616
17 Titeu 6057 6411 6785 7158 7164
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-44
No Kecamatan
Proyeksi Penduduk (Jiwa)
2011 2017 2022 2027 2030
18 Keumala 8789 9301 9843 10386 10392
19 Tangse 24857 26307 27841 29375 29381
20 Geumpang 5446 5764 6100 6436 6442
21 Mane 8100 8573 9073 9573 9579
22 Glumpang Tiga 16639 17609 18636 19663 19669
23 Glumpang Baro 9435 9986 10568 11150 11156
Kab. Pidie 379735 401880 425317 448754 448760
2. Data Budaya
Dilihat dari sisi kebudayaannya, Aceh memiliki budaya yang unik dan
beraneka ragam. Kebudayaan Aceh ini banyak dipengaruhi oleh budayabudaya
melayu, karena letak Aceh yang strategis karena merupakan jalur
perdagangan maka masuklah kebudayaan Timur Tengah. Beberapa
budaya yang ada sekarang adalah hasil dari akulturasi antara budaya
melayu, Timur Tengah dan Aceh sendiri. Suku bangsa yang mendiami
Aceh merupakan keturunan orang-orang melayu dan Timur Tengah hal ini
menyebabkan wajah-wajah orang Aceh berbeda dengan orang Indonesia
yang berada di lain wilayah.
a. Mata Pencaharian Berdasarkan Budaya
Mata pencaharian pokok suku aceh adalah bertani di sawah dan ladang
dengan tanaman pokok berupa padi, cengkeh, lada, pala, kelapa dan
lain-lain. Disamping bertani, masyarakat suku aceh juga ada yang
beternak kuda, kerbau, sapi dan kambing yang kemudian untuk
dipekerjakan di sawah atau di jual.
Untuk masyarakat yang hidup di sepanjang pantai, umumnya mereka
menjadi nelayan dengan mencari ikan yang kemudian untuk menu utama
makanan sehari-hari atau dijual ke pasar. Bagi masyarakat yang
berdagang, mereka melakukan kegiatan berdagang secara tetap
(baniago), salah satunya dengan menjajakan barang dagangannya dari
kampung ke kampung.
b. Pola Hidup dan Golongan Masyarakat
Bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong
(kampung atau desa) yang dikepalai oleh seorang geucik atau kecik.
Dalam setiap gampong ada sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin
seorang imeum meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut
mukim yang dipimpin oleh seorang uleebalang, yaitu para panglima yang
berjasa kepada sultan.Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-45
gampong dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum
meunasah, teungku khatib, tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).
Sedangkan Golongan Masyarakat aceh, pada masa lalu masyarakat
Aceh mengenal beberapa lapisan sosial. Di antaranya ada empat
golongan masyarakat, yaitu golongan keluarga sultan, golongan
uleebalang, golongan ulama, dan golongan rakyat biasa. Golongan
keluarga sultan merupakan keturunan bekas sultan-sultan yang pernah
berkuasa. Panggilan yang lazim untuk keturunan sultan ini adalah ampon
untuk laki-laki, dan cut untuk perempuan. Golongan uleebalang adalah
orang-orang keturunan bawahan para sultan yang menguasai daerahdaerah
kecil di bawah kerajaan. Biasanya mereka bergelar Teuku.
Sedangkan para ulama atau pemuka agama lazim disebut Teungku atau
Tengku.
c. Sistem Bersawah Berdasarkan Adat Wilayah Aceh
Berdasarkan hasil survei lapangan dan in-depth interview yang
melibatkan stake holder camat, seksi pembangunan kecamatan, kepala
mukim dan kepala desa, dapat diketahui bahwa pengaturan tata cara
bersawah, pengairan, bibit dan bertanam dahulu pernah diatur oleh
sistem yang dinamakan keuneunong. Sistem pengaturan sawah ini
disesuaikan dengan keadaan dan kebiasaan musim, dimana masyarakat
Aceh secara umum telah mempunyai penguasaan tentang waktu yang
baik untuk bertanam dan penyediaan bibit.
Tata cara pengaturan sistem keuneunong ini dilakukan masyarakat Aceh
sejak belum adanya prasaran irigasi teknis berarti diberlakukan pada
sawah tadah hujan. Setelah adanya prasarana dan sistem irigasi teknis
serta jenis bibit-bibit unggul dan obat-obatan dari program pemerintah
terjadi perubahan sistem keuneunong tersebut, namun yang member
komando untuk bersawah adalah struktur adat seperti diilustrasikan pada
Gambar 5. Berikut:
Sistem pembagian air yang terilustrasikan diatas, diatur oleh Kejuruan
Syih yang mendapat perintah langsung dari imam mukim. Untuk wilayah
yang beririgasi PSD-PU pengairan membuat suatu pola dan jadwal
pemberian air dan tanam sesuai dengan ketentuan teknisirigasi yang
kemudian dikoordinasikan dengan kecamatan selanjutnya diteruskan
kepada imam mukim dan sampai kepada Kejruen Syih
GAMBAR 1.9SISTEM BERSAWAH BERD
3. Ketenagakerjaan
Analisis ketenagakerjaan ditujukan untuk m
ketenagakerjaan
kerja penduduk
lapangan kerja.
a. Tenaga Kerja
Jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh pada Agustus 2011 mencapai
2,001 juta orang, berkur
angkatan kerja pada Februari 2011 sebesar 2,069 juta orang atau
bertambah sekitar 62 ribu orang dibanding Agustus 2010 sebesar 1,939
juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Aceh pada Agustus 2011
mencapai 1,852 juta orang, berkurang sekitar 46 ribu orang jika
dibandingkan dengan keadaan pada Februari 2011 sebesar 1,898 juta
orang, atau bertambah sekitar 76 ribu orang jika dibandingkan dengan
keadaan Agustus 2010 sebesar 1,776 juta orang.
Jumlah pen
ribu orang dibandingkan dengan keadaan Februari 2011 yaitu dari 171
ribu orang pada Februari 2011 menjadi 149 ribu orang pada Agustus
2011, dan juga mengalami penurunan sebesar 13 ribu orang
dibandingkan keadaan Agustus 2010 sebesar 162 ribu orang.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET
SISTEM BERDASARKAN ADAT WILAYAH
memperoleh ga
dan memperoleh gambaran distribusi/pe
sebagai acuan dalam menentukan kebijakan penyediaan
berkurang sekitar 68 ribu orang dibanding jumlah
penganggur pada Agustus 2011 mengalami penurunan sekitar 22
gkan BAD
1-46
ASARKAN ACEH
emperoleh gambaran keadaan
emperoleh penyebaran tenaga
ebagai ang ganggur
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-47
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Agustus
2011 mencapai 7,43 persen, lebih rendah 0,84 persen dari TPT bulan
Februari 2011 sebesar 8,27 persen, dan lebih rendah 0,94 persen dari
TPT bulan Agustus 2010 sebesar 8,37 persen.
Situasi ketenagakerjaan pada bulan Agustus 2011 ditandai dengan
meningkatnya jumlah pekerja di beberapa sektor. Sektor yang mengalami
peningkatan dengan jumlah tertinggi dibandingkan dengan keadaan
Agustus 2010 adalah sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Perburuan, dan Perikanan. Sedangkan sektor yang mengalami
penurunan jumlah tenaga kerja tertinggi adalah sektor Perdagangan,
Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi.
Dari sisi gender, TPT perempuan pada Agustus 2011 mencapai 8,50
persen lebih tinggi 1,70 persen dibandingkan TPT laki-laki sebesar 6,80
persen.
Angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan pengangguran
Keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Aceh pada triwulan ketiga tahun
2011 menunjukkan adanya sedikit perbaikan yang digambarkan dengan
adanya penurunan tingkat pengangguran. Pada bulan Agustus 2011
jumlah angkatan kerja mencapai 2,001 juta orang, turun 68 ribu orang
dibanding keadaan Februari 2011 dan naik 62 ribu orang dibanding
keadaan Agustus 2010. Penduduk yang bekerja di Provinsi Aceh pada
Agustus 2011 berkurang 46 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan
Februari 2011, dan bertambah 76 ribu orang jika dibandingkan dengan
keadaan Agustus 2010.
Jumlah penganggur pada Agustus 2011 mengalami penurunan sekitar 22
ribu orang dibandingkan dengan keadaan Februari 2011 dan sebesar 13
ribu orang dibandingkan keadaan Agustus 2010. Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Agustus 2011 lebih rendah 0,84
persen dari TPT bulan Februari 2011 dan lebih rendah 0,94 persen dari
TPT bulan Agustus 2010.
TABEL 1.12 PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT JENIS KEGIATAN
UTAMA 2009-2011
Kegiatan Utama 2009 2010 2011
Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Penduduk 15+ 3037 3077 3069 3105 3138
Angkatan Kerja:
-

Bekerja
Penganggur
1898
1733
0.165
1933
1767
0.166
1939
1776
0.162
2069
1898
0.171
2001
1852
0.149
Bukan angkatan kerja 1139 1144 1130 1036 1136
Tingkat partisipasi
angkatan kerja (%)
62.5 62.83 63.17 66.63 63.78
Tingkat pengangguran 8.71 8.6 8.37 8.27 7.43
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-48
Kegiatan Utama 2009 2010 2011
Agustus Februari Agustus Februari Agustus
terbuka (%)
Sumber : Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Aceh Tahun 2011, BPS
Prov. Aceh
Penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama
Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2010, jumlah penduduk yang
bekerja pada Agustus 2011 mengalami kenaikan terutama di Sektor
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan sebesar
88 ribu orang (10,92 persen) dan Sektor Lainnya (Sektor Pertambangan
dan Penggalian; Listrik, Gas, dan Air; Konstruksi; Transportasi,
Pergudangan, dan Komunikasi; Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha
Persewaan dan Jasa Perusahaan) sekitar 11 ribu orang (5,42 persen).
Sedangkan sektor lainnya mengalami penurunan sekitar 23 ribu orang
(12,55 persen).
Pada Agustus 2011 Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Perburuan, dan Perikanan adalah sektor yang menampung tenaga kerja
paling banyak yaitu sebesar 48,49 persen. Secara berurutan sektor lain
yang menampung tenaga kerja paling banyak adalah Sektor Jasa
Kemasyarakatan, Sosial dan Perseorangan sebesar 19,36 persen, Sektor
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi sebesar 16,15 persen,
Sektor Lainnya sebesar 12,08 persen, dan terakhir Sektor Industri
Pengolahan sebesar 3,91 persen.
TABEL 1.13 PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA MENURUT
LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA 2009-2011
Lapangan Pekerjaan utama 2009 2010 2011
Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Pertanian, perkebunan,
kehutanan, perburuan dan
perikanan
847095 869110 809788 903447 898225
Industri Pengolahan 80772 75827 77828 124369 72509
Perdagangan, rumah makan
dan jasa akomodasi
264453 271815 314323 282781 299183
Jasa kemasyarakatan, sosial
dan perseroan
331508 355092 361971 393921 358704
Laninnya*) 208733 194826 212344 193386 223852
Jumlah 1732561 1766670 1776254 1897904 1852473
*) sektor lainnya terdiri dari sektor pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Konstruksi,
Trasnportasi dan Keuangan
Sumber : Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Aceh Tahun 2011, BPS
Prov. Aceh
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-49
Penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan utama
Secara sederhana, pendekatan kegiatan formal dan informal dari
penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan.
Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal
mencakup kategori berusaha dibantu buruh tetap dan kategori
buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan
identifikasi ini, maka pada Agustus 2011 sebesar 710 ribu orang (38,33
persen) bekerja pada kegiatan formal dan 1,1 juta orang (61,67 persen)
bekerja pada kegiatan informal.
Dari 1,852 juta orang yang bekerja pada Februari 2011, status pekerjaan
utama yang terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar
33,48 persen, diikuti berusaha sendiri 19,32 persen, kemudian pekerja
keluarga/tidak dibayar sebesar 18,52 persen, lalu berusaha dibantu buruh
tidak tetap/buruh tidak dibayar sebesar 17,53 persen. Untuk status
pekerjaan berusaha dibantu buruh tetap dan pekerja bebas baik di sektor
pertanian maupun non pertanian nilainya di bawah lima persen.
TABEL 1.14 PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA MENURUT
STATUS PEKERJAAN UTAMA 2009-2011
Status
Pekerjaan
Utama
2009 2010 2011
Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Berusaha
sendiri
355868 353371 348323 435759 357943
Berusaha
dibantu buruh
tidak tetap/buruh
tidak dibayar
331612 345731 357382 358514 324722
Burh/ karyawan/
pegawai
544717 550279 546731 574496 620242
Pekerja bebas di
pertanian
51804 63684 58084 63390 75983
Pekerja bebas di
non pertanian
45393 37061 42985 26001 40716
Pekerja
keluarga/tidak
dibayar
331612 345484 332159 363449 343086
Jumlah 1732561 1766670 1776254 1897904 1852473
Sumber : Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Aceh Tahun 2011, BPS Prov. Aceh
TABEL 1.15 PENDUDUK YANG BEKERJA, PENGANGGURAN, TINGKAT
PARTISIPASI ANGKATAN KERJA DAN TINGKAT PENGGANGGURAN TERBUKA
MENURUT KABUPATEN/KOTA PROV ACEH 2010
Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan TPAK TPT
Bekerja Pengangguran
Aceh Besar 148633 12802 64.21 7.93
Pidie 157157 11678 62.49 6.92
Banda Aceh 95686 8916 61.72 8.52
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-50
Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan TPAK TPT
Bekerja Pengangguran
KAPET BAD 401476 33396 188.42 23.37
Provinsi Aceh 1852473 148786 63.78 7.43
Sumber : Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Aceh Tahun 2011, BPS Prov. Aceh
TABEL 1.16 PENDUDUK PERKOTAAN YANG BEKERJA, PENGANGGURAN,
TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA DAN TINGKAT PENGGANGGURAN
TERBUKA AGUSTUS 2010
Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan TPAK TPT
Bekerja Pengangguran
Aceh Besar 41385 3547 62.40 7.89
Pidie 23292 1408 60.67 5.7
Banda Aceh 95686 8916 61.72 8.52
KAPET BAD 160363 13871 184.79 22.11
Provinsi Aceh 509899 37192 62.03 6.8
Sumber : Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Aceh Tahun 2011, BPS Prov. Aceh
TABEL 1.17 PENDUDUK PEDESAAN YANG BEKERJA, PENGANGGURAN, TPAK
DAN TPT AGUSTUS 2010
Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan TPAK TPT
Bekerja Pengangguran
Aceh Besar 107248 9255 64.94 7.94
Pidie 133865 10270 62.81 7.13
Banda Aceh
KAPET BAD 241113 19525 127.75 15.07
Provinsi Aceh 1342574 111594 64.47 7.67
Sumber : Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Aceh Tahun 2011, BPS Prov. Aceh
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-51
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Tiga dimensi dasar pemangaunan manusia yang diukur dalam IPM
meliputi komponen-komponen usia harapan hidup (ngevity), pengetahuan
(knowledge), dan standar hidup layak (decent living).
Komponen angka harapan hidup diharapkan mampu menggambarkan
keadaan lama hidup sekaligus hidup sehat dari masyarakat.
Komponen angka melek hurup dan rata-rata lama sekolah
merupakancermin tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan atau
sedang dijalani oleh pendududk usia 25 tahun keatas. Pada usia ini
dianggap penduduk sudah menyelesaikan seluruh pendidikannya
sehingga tidak ada bias akibat penduduk muda. Kemampuan baca tulis
penduduk Provinsi Aceh mencapai 96,2 persen, angka ini lebih tinggi dari
literasi Indonesia secara keseluruhan yang baru mencapai 91,5 persen.
Komponen daya beli masyarakat diharapkan dapat terwakili oleh
variabel asumsi riil per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran perkapita
setahun yang sudah distandarkandengan deflasi dengan IHK.
TABEL 1.18 NILAI IPM KABUPATEN/KOTA TERKAIT KAPET BAD
Komponen
IPM
Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab. Pidie
angka
harapan
hidup
Selama periode 2007-2008
angka harapan hidup
penduduk Banda Aceh
mengalami kenaikan dari 69,99
tahun 2007 menjadi 70,24
tahun 2008, hal ini
memberikan indikasi positif
bahwa terjadinya peningkatan
kualitas hidup seprti
pemenuhan makan lebih baik
dan kesejahteraan terjaga
sehingga membuat lama hidup
bertambah.
Selama periode 2007-2008
angka harapan hidup
penduduk Kabupaten Aceh
Besar mengalami kenaikan
dari 70,42 tahun 2007
menjadi 70,52 tahun 2008,
hal ini memberikan indikasi
positif bahwa terjadinya
peningkatan kualitas hidup
seprti pemenuhan makan
lebih baik dan kesejahteraan
terjaga sehingga membuat
lama hidup bertambah.
Selama periode 2007-
2008 angka harapan
hidup penduduk
Kabupaten Pidie
mengalami kenaikan dari
68,94 2007 menjadi 69,11
tahun 2008, hal ini
memberikan indikasi
positif bahwa terjadinya
peningkatan kualitas hidup
seprti pemenuhan makan
lebih baik dan
kesejahteraan terjaga
sehingga membuat lama
hidup bertambah.
angka
melek
hurup dan
rata-rata
lama
sekolah
(1). angka literasi penduduk
Kota Banda Aceh adalah
99,03 persen, lebih lebih
tinggi dari angka provinsi
atau bahkan angka
nasional. Ini menunjukkan
komponen kualitas sumber
daya manusia khususnya
dilihat dari angka melek
huruf sudah berkualitas.
(1). angka literasi
penduduk Kabupaten
Aceh Besar adalah
96,93 persen, lebih
lebih tinggi dari angka
provinsi atau bahkan
angka nasional. Ini
menunjukkan
komponen kualitas
sumber daya manusia
(1). angka literasi
penduduk
Kabupaten Pidie
adalah 94,53
persen, lebih lebih
rendah dari angka
provinsi. Ini
menunjukkan
komponen kualitas
sumber daya
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-52
Komponen
IPM
Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab. Pidie
(2). angka rata-rata lama
sekolah, Kota Banda Aceh
menghabiskan waktu
untuk sekolah sekitar
11,86 tahun untuk tahun
2008 angka ini lebih tinggi
dari Provinsi Aceh yaitu
8,5 tahun.
khususnya dilihat dari
angka melek huruf
sudah berkualitas.
(2). angka rata-rata lama
sekolah, Kabupaten
Aceh Besar
menghabiskan waktu
untuk sekolah sekitar
9,48 tahun untuk tahun
2008 angka ini lebih
tinggi dari Provinsi
Aceh yaitu 8,5 tahun.
manusia khususnya
dilihat dari angka
melek huruf masih
kurang berkualitas.
(2). angka rata-rata lama
sekolah, Kabupaten
Pidie menghabiskan
waktu untuk sekolah
sekitar 8,60 tahun
untuk tahun 2008
angka ini lebih tinggi
dari Provinsi Aceh
yaitu 8,5 tahun.
daya beli kemampuan daya beli
masyarakat Kota Banda Aceh
adalah Rp.630.250.
kemampuan daya beli
masyarakat Kab. Aceh
Besar adalah Rp606.500.
kemampuan daya beli
masyarakat Kab. Pidie
adalah Rp 608.110.
Nilai IPM Indeks Pembangunan Manusia
Kota Banda Aceh cukup tinggi
dibandingkan denga
kabupaten/kota lainnya di
Provinsi Aceh, pada Tahun
2008 nilai IPM Kota Banda
Aceh Adalah 76,74, nilai ini
lebih tinggi dari nilai rata-rata
provinsi yaitu 70,76.
Indeks Pembangunan
Manusia Kabupaten Aceh
Besar adalah 72,84, nilai ini
lebih tinggi dari nilai rata-rata
provinsi yaitu 70,76.
Indeks Pembangunan
Manusia Kabupaten Pidie
adalah 71,21 nilai ini lebih
tinggi dari nilai rata-rata
provinsi yaitu 70,76.
Sumber: Berbagai Sumber, 2012
1.2.5. Potensi Infrastruktur
1. Sistem Jaringan Transportasi
Sistem jaringan transportasi ditujukan untuk meningkatkan konektivitas
aliran komoditas unggulan dan komoditas pendukung antarkawasan dan
dalam kawasan, serta berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan
ekonomi di KAPET BAD.
a. Sistem Jaringan Transportasi Darat
1) Sistem Jaringan Jalan
Dalam konteks pengembangan KAPET BAD, dimana sebagian
besar sentra-sentra produksi komoditas unggulan terdapat di
daerahdaerah yang jaraknya cukup terpencil dari kota besar tempat
penampungan ataupun pelabuhan diperlukan jalan dan jembatan
sebagai infrastruktur yang menghubungkan sentra-sentra produksi
dalam kondisi yang baik dan mantap. Akses jalan yang
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-53
menghubungkan sentra produksi tersebut dengan pusat pelayanan
kegiatan ekonomi biasanya berupa jaringan jalan kabupaten.
Untuk mengembangkan jaringan jalan yang fungsional terhadap
aliran komoditas dalam konteks pengembangan KAPET BAD, tidak
terlepas dari kebijakan jaringan jalan nasional dan provinsi.
Berikut ini konsepsi pengembangan jaringan jalan di KAPET BAD,
yaitu:
(a). Menghubungkan sistem perkotaan nasional (PKW Banda Aceh)
dengan pusat distribusi (pelabuhan Ulee Lheue di Kota Banda
Aceh dan Pelabuhan Malahayati di kabupaten Aceh Besar).
Fungsi ini diperankan oleh jaringan jalan nasional, antara lain
ruas:
(1). Banda Aceh Krueng Raya, yang berfungsi
menghubungkan Banda Aceh dengan Pelabuhan
Malahayati di Krueng Raya.
(2). Banda Aceh Ulee Lheue, yang berfungsi
menghubungkan pusat Banda Aceh dengan Pelabuhan
Penyeberangan di Ulee Lheue.
(3). Lambaro Blang Bintang, yang berfungsi
menghubungkan Banda Aceh dengan Bandar Udara Sultan
Iskandar Muda di Blang Bintang.
(4). Ulee Kareng Blang Bintang, yang merupakan jalan
alternatif yang berfungsi menghubungkan Banda Aceh
dengan Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di Blang
Bintang, yang akan mendukung PKNp Banda Aceh.
(b). Menghubungkan sistem perkotaan nasional (PKW Banda Aceh)
dengan sistem perkotaan kewenangan provinsi dan
kabupaten/kota, antara lain:
(1). Beureunuen Keumala, yang berfungsi menghubungkan
PKL Sigli dan Beureunuen pada JAP Lintas Timur
Keumala pada JAP Lintas Tengah, yang selanjutnya
didukung ruas Meulaboh-Tutut-Geumpang akan
menghubungkan pula ke PKW Meulaboh.
(2). Meulaboh Tutut Geumpang, yang berfungsi
menghubungkan PKW Meulaboh pada JAP Lintas Barat
Geumpang pada JAP Lintas Tengah, yang selanjutnya
didukung ruas Beureunun Keumala akan
menghubungkan pula ke PKL Sigli.
(3). Jantho Lamno, yang berfungsi menghubungkan PKL
Jantho pada JAP Lintas Tengah Lamno pada JAP Lintas
Barat yang selanjutnya akan menghubungkan ke PKW
Meulaboh dan PKL Calang..
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-54
(c). Menghubungkan sentra produksi bahan baku dan industri
pengolahan dengan sistem pusat kegiatan atau pusat distribusi.
Saat ini keterhubungan sentra produksi bahan baku dengan
sistem pusat kegiatan dilayani oleh sistem jaringan jalan
kabupaten.
Potensi ruas jalan yang dapat ditingkatkan statusnya menjadi
strategis nasional adalah jaringan jalan memiliki nilai strategis
dalam pengembangan KAPET BAD.
TABEL 1.19 JARINGAN JALAN NASIONAL BUKAN TOL DI KAPET BAD
Nama Ruas Jalan Panjang Ruas (Km)
Krueng raya - bts. Kota banda aceh 28.040
Jln. Krueng raya (banda aceh) 0.503
Jln. T. Nya arif (banda aceh) 2.435
Jln. Tengku h.m. Daud beureuh (d/h jl. Nya arif) (b. Aceh) 2.542
Jln. Jembatan perak (banda aceh) 0.335
Bts. Kota banda aceh - km.77 (batas pidie) 68.082
Jln. Tengku cikditiro (banda aceh) 1.110
Bts. Banda aceh - lambaro (banda aceh) 4.996
Km.77 (batas pidie) - bts. Kota sigli 33.766
Jln. Cikditiro (sigli) 0.964
Bts. Kota sigli - beureunun 9.359
Jln. Am. Ibrahim (sigli) 2.739
Beureunun - bts. Aceh utara 49.166
Bts. Pidie - bireuen 45.576
Seulimun - jantho - bts. Pidie 9.684
Jln. Am. Ibrahim (jantho) 1.803
Bts. Aceh besar - keumala 25.000
Keumala - geumpang 69.543
Bts. Kota banda aceh - bts aceh barat 14.503
Jln. Sultan alaudin mahmudsyah (banda aceh) 1.001
Jln. Tengku umar (banda aceh) 2.112
Jln. Cut nyak dien (banda aceh) 1.182
Bts aceh besar - km 125 58.350
Lambaro - blang bintang (jl.cikditiro + jl.b. Bintang) 7.660
Sumber: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No 567/KPT S/M/2010
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-55
TABEL 1.20 RENCANA JALAN STRATEGIS NASIONAL DI KAPET BAD
Nama Ruas Jalan Panjang Ruas (Km)
Jln. Tengku imum lueng bata (banda aceh) 2.770
Geumpang - bts. Aceh tengah 35.000
Bts. Pidie - pameu 20.000
Jln. Sukarno hatta (d/h jalan elak i) (banda aceh) 2.980
Jln. Elak ii (banda aceh) 4.500
Banda aceh - ulee lhee (banda aceh) 5.172
Sp. Rima - bts. Kota banda aceh 2.320
Bts. Aceh besar - ulee lhee (banda aceh) 2.220
Krueng raya - bts. Pidie 34.862
Bts. Aceh besar - laweung - batee - tibang 39.001
Sumber: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No 567/KPT S/M/2010
2) Sistem Jaringan Kereta Api
Pengembangan jaringan jalur kereta api ditujukan untuk melayani
kawasan sentra produksi pertanian, perkebunan, dan industri.
Rencana pengembangan jaringan jalur kereta api di wilayah Aceh
mengacu kepada RTRWN, yang menetapkan untuk wilayah Aceh
ada 2 jaringan yang masing-masing terletak di pesisir timur dan
pesisir barat, yaitu:
(a). Revitalisasi jaringan jalur kereta api di pesisir timur dengan
menghidupkan kembali jaringan jalur kereta api yang pernah
ada pada pesisir timur tersebut, yang menghubungkan Banda
Aceh ke Sigliyang terkoneksi dengan lintas timur sumatera
Besitang Kuala Simpang Langsa Idi Rayeuk Lhok
Sukon Lhokseumawe Bireuen Mereudeu Sigli - Banda
Aceh (Malahayati);
(b). Pengembangan jaringan jalur kereta api baru di pesisir barat,
yang menghubungkan Banda Aceh ke Calangyang terkoneksi
dengan lintas barat sumatera batas Sumatera Utara Singkil
Subulussalam Tapak Tuan Blang Pidie Kota Fajar
Meulaboh Calang Banda Aceh (Ulee Lheue dan
Malahayati);
b. Sistem Jaringan Transportasi Laut
1) Pelabuhan Laut
Sistem jaringan transportasi laut di KAPET BAD berada pada
Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh. Dengan pelabuhan
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-56
Ulee Lheue di Kota Banda Aceh dan Pelabuhan Malahayati di
kabupaten Aceh Besar sebagai pelabuhan pengumpul.
Pengembangan pelabuhan laut ditujukan untuk mendukung kegiatan
distribusi komoditas unggulan dan komoditas pendukung KAPET BAD
beserta produk turunannya serta pola pergerakan pelaku wisata.
Pengembangan pelabuhan laut di KAPET BAD didasarkan atas:
adanya kegiatan bongkar dan muat barang dalam negeri di
pelabuhan Ulee Lheue, Malahayati dan Lhoknga masing-masing
mencapai 87.898 ton dan 113.829 ton. Untuk pelayaran luar negeri,
di pelabuhan Ulee Lheue, Malahayati dan Lhoknga hanya ada
kegiatan bongkar barang sebesar 39.224 ton. (Ekspor Impor
Agustus dan Pariwisata September 2012,BPS Aceh).
masih adanya beberapa komoditi yang berasal dari Provinsi
Aceh namun diekspor melalui pelabuhan di provinsi lain,
seperti melalui Provinsi Sumatera Utara. Persentase total ekspor
komoditi asal Provinsi Aceh yang diekspor melalui provinsi lain pada
Agustus 2012 hanya sebesar 0,02 persen terhadap total ekspor
komoditi asal Provinsi Aceh atau sebesar 130.217.920 USD.(Ekspor
Impor Agustus dan Pariwisata September 2012, BPS Aceh)
Sehingga pada masa mendatang, seluruh komoditi yang
dihasilkan di Aceh diharapkan dapat diangkut ke luar melalui
pelabuhan internasional ini. Sementara barang yang akan masuk
ke Pulau Sumatera juga diharapkan dapat masuk melalui
pelabuhan Malahayati seperti di masa lalu.
Informasi ekspor impor melalui pelabuhan laut di Provinsi Aceh dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Sedangkan kondisi Pelabuhan Malahayati dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
TABEL 1.21 FASILITAS POKOK PELABUHAN MALAHAYATI
Dermaga (Beton) lama
Kaps. Sandar
Daya Tampung
100 M x 16 M
7000 DWT
Dermaga (Beton) Baru
Kaps. Sandar
Daya Tampung
140 M x 16 M
10000 DWT
Trestle Lama -100 M x 10 M
Trestel Baru
Kemampuan
-78 M x 9M
3 Ton/M3
Causeway 12x145 m
Gudang 20x40 M
Lapangan Penumpukan
Belakang Gudang
BRR
5000 M2
4033 M2
2478 M2
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-57
Sekitar Gedung
WRP
Depan Terminal Penumpang
Belakang Kantin
5000 M2
2480 M2
5000 M2
Terminal Penumpang 510 M2
TABEL 1.22 FASILITAS KESELAMATAN
Bolder 5 Buah
Fender 19 Buah
Mouring Bouy 2 unit (7000&10000 DWT)
TABEL 1.23 FASILITAS PENUNJANG
Perkantoran 521.6 M2
Kendaraan Dinas
Forklift Kaps. 3 Ton
Forklift Kaps. 5 Ton
Forklift manitou 6.5 Ton
Crane Kaps. 45 Ton
Crane Kaps. 60 Ton
4 Unit
3 Unit
3 Unit
2 Unit
1 Unit
1 Unit
Reach Stacker 40 Feet 1 Unit
Flat bag Truck 2 Unit
2) Pelabuhan Perikanan
Selain pelabuhan laut yang berfungsi untuk pergerakan barang dan
penumpang, di KAPET BAD terdapat juga pelabuhan perikanan yang
terklasifikasi berdasarkan WPP RI 571 dan WPP RI 572.
Fungsi pelabuhan perikanandimaksudkan untukmenjadi penggerak
utama perekonomian masyarakat nelayan, sehinggaberdampak positif
bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan kesejahteraanmasyarakat
nelayan.
TABEL 1.24 PELABUHAN PERIKANAN BERDASARKAN WPP RI 571
Kab/Kota No Lokasi Kecamatan Status
Aceh
Besar
21 Mon Singet Baitussalam Aktif
22 Lambada Baitussalam Aktif
23 Lamnga Baitussalam Aktif
24 Krueng Raya Mesjid Raya Aktif
25 Lamreh Mesjid Raya Aktif
26 Keude Meuria Ladong Mesjid Raya Tidak Aktif
27 Beureunut Seulimuem Aktif
28 Lampanah Seulimuem Aktif
29 Leungah Seulimuem Aktif
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-58
Kab/Kota No Lokasi Kecamatan Status
Pidie
30 Kuala Ie Leubeu Kembang Tanjung Aktif
31 Kuala Tari Kembang Tanjung Aktif
32 Pusong Kembang Tanjung Aktif
33 Lancang Kembang Tanjung Aktif
34 Cot Jaja Simpang Tiga Aktif
35 Gigieng Simpang Tiga Aktif
36 Kuala Beurabo Simpang Tiga Tidak Aktif
37 Kuala Peukan Baroe Kota Sigli Aktif
38 Pasie Rawa Kota Sigli Aktif
39 Benteng Kota Sigli Aktif
40 Kulee Batee Aktif
41 Pasie Beurandeh Batee Tidak Aktif
42 Abah Krueng Batee Aktif
43 Neuheun Batee Aktif
44 Teupin Jeu Batee Aktif
45 Batee Batee Aktif
46 Meucat Batee Aktif
47 Geunteng Timur Batee Aktif
48 Geulumpang Tiga Batee Aktif
49 Teupin Gapui Muara Tiga Aktif
50 Kuala Laweung Muara Tiga Aktif
51 Ujong Pie Muara Tiga Aktif
52 Blang Raya Muara Tiga Aktif
53 Kalee Muara Tiga Aktif
TABEL 1.25 PELABUHAN PERIKANAN BERDASARKAN WPP RI 572
Kab/Kota No Lokasi Kecamatan Status
Banda Aceh
1 Ulee Pata Jaya Baru Aktif Musiman
2 Lamjamee Jaya Baru Aktif Musiman
3 Ulee Lheu Meuraxa Belum Aktif
4 Deah Geulumpang Meuraxa Aktif
5 Deah Baro Meuraxa Aktif
6 Lampulo Baru Kuta Alam Belum Aktif
7 Lampulo Eksisting Kuta Alam Aktif
8 Titi Arusan Syiah Kuala Aktif
9 Alue Naga I Syiah Kuala Aktif
10 Alue Naga II Syiah Kuala Aktif
Aceh Besar
11 Ujong Pancu Peukan Bada Aktif
12 Lambaro Neujib Peukan Bada Aktif
13 Lam tengoh Peukan Bada Aktif
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-59
Kab/Kota No Lokasi Kecamatan Status
14 Lamteh Peukan Bada Aktif
15 Mon Ikeun Lhoknga Aktif
16 Lhok Seudu Leupung Aktif
17 Layeuen Leupung Aktif
18 Glee Bruek Lhoong Aktif
19 Sanee Lhoong Aktif
20 Kareung Lhoong Aktif
Dari studi Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Aceh
WPP RI-572, Dinas Perikanan Provinsi Aceh, 2011, diperoleh
rekomendasi tentang rencana lokasi pengembangan pelabuhan
perikanan Aceh WPP RI-572, yang dijabarkan pada tabel berikut.
TABEL 1.26 RENCANA LOKASI PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN
ACEH WPP RI-572 SEBAGAI GROWTH CENTRE UTAMA
No.
Kabupaten/
Kota
Growth Centre
Utama
(Kecamatan)
Nama PP/Sentra Nelayan
Arah
Pengembangan
Klarifikasi
1 Banda Aceh Kuta Alam Lampulo PPN/PPS Setuju
2 Aceh Besar Peukan Bada Lam Teungoh PPI Setuju
3 Aceh Jaya Jaya Ujong Muloh PPI/PPP Setuju
4 Aceh Barat Johan Pahlawan Ujong Baroh PPP Setuju
5 Nagan Raya Kuala Pesisir Kuala Tuha PPI/PPP Setuju
6 Aceh Barat
Daya
Susoh Ujong Serangga PPP Setuju
7 Aceh Selatan Labuhan Haji Pasar Lama PPP/PPN Setuju
8 Aceh Singkil Pulau Banyak Pulau Baguk PPI/PPP Setuju
9 Simeulue Simeulue Timur Suka Karya PPI/PPP Lugu
10 Provinsi NAD Aceh Selatan Labuhan Haji PPP/PPN Setuju
Sumber: Studi Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Aceh WPP RI-572,
Dinas Perikanan Provinsi Aceh, 2011
TABEL 1.27 RENCANA LOKASI PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN
ACEH WPP RI-572 SEBAGAI GROWTH CENTRE PENDUKUNG
No. Kabupaten/ Kota
Growth Centre
Pendukung
(Kecamatan)
Nama PP/Sentra
Nelayan
Arah
Pengembangan
Klarifikasi
1 Banda Aceh Meuraxa Deah Geulumpang PPI Ulee Lheue
Syiah Kuala Alue Naga PPI Setuju
2 Aceh Besar Leupung Lhokseudu PPI Setuju
Lhoong Gie Bruek PPI Setuju
Lhoknga Mon Ikeun PPI Setuju
3 Aceh Jaya Krueng Sabee Calang/Kampung Blang PPI/PPP Setuju
Sampoiniet Pulo Raya PPI Setuju
4 Aceh Barat Samatiga Kuala Bubon PPI/PPP Setuju
5 Nagan Raya Tadu Raya Kuala Tadu PPI Setuju
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-60
No. Kabupaten/ Kota
Growth Centre
Pendukung
(Kecamatan)
Nama PP/Sentra
Nelayan
Arah
Pengembangan
Klarifikasi
6 Aceh Barat Daya Manggeng Lhok Pawoh PPI Setuju
Lembah Sabil Alue Rambot PPI Setuju
7 Aceh Selatan Tapaktuan Lhok Bengkuang PPI/PPP Setuju
Sawang Sawang Bau PPI/PPP Setuju
Meukek Keude Meukek PPI/PPP Setuju
8 Aceh Singkil Singkil Utara Gosong Telaga Utara PPI Anak Laut
9 Simeulue Teluk Dalam Ujong Sarang PPI Setuju
Teupah Barat Salur PPI Setuju
10 Provinsi NAD Banda Aceh Lampulo PPN/PPS Setuju
Aceh Barat Daya Ujong Serangga PPP Setuju
Sumber: Studi Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Aceh WPP
RI-572, Dinas Perikanan Provinsi Aceh, 2011
c. Sistem Jaringan Transportasi Udara
Bandar udara yang terdapat di KAPET BAD adalah Bandar Udara Sultan
Iskadar Muda sebagai Bandar Udara internasional yang berfungsi
sebagai Bandar udara pengumpul di Kecamatan Blang Bintang
Kabupaten Aceh Besar.
Pengembangan Bandar Udara Sultan Iskadar Mudaditujukan untuk
mendukung kegiatan distribusi komoditas unggulan dan komoditas
pendukung KAPET BAD beserta produk turunannya serta pola
pergerakan pelaku wisata. Hal ini dikarenakan Bandar Udara Sultan
Iskadar Muda saat ini melayani pergerakan penumpang domestik dan
internasional. Pergerakan penumpangan internasional umumnya adalah
wisatawan luar negeri (Malaysia) untuk melakukan kunjungan religi,
dengan Jalur penerbangan internasional, terdiri atas :Banda Aceh Kuala
Lumpur; danBanda Aceh Penang.
Untuk mengoptimalkan fungsi Bandar Udara Sultan Iskadar Muda
sebagai pintu gerbang kegiatan perekonomian, pendorong dan
penunjang kegiatan industri/perdagangan dalam konteks
pengembangan KAPET BAD, maka perlu ditambahkan fungsi
penyelenggaraan pengusahaan.
Optimalisasi fungsi bandara ini dengan memanfaatkan jalur penerbangan
yang telah ada, antara lain:
(a). Jalur penerbangan domestic, terdiri atas Banda Aceh Medan
Jakarta;Banda Aceh Medan Batam;Banda Aceh Medan
Pekanbaru; danBanda Aceh Medan Padang.
(b). Jalur penerbangan perintis, terdiri atas Medan Sinabang Nagan
Raya Banda Aceh; Medan Tapaktuan Banda Aceh; Medan
Blangpidie Banda Aceh; Medan Kutacane Banda Aceh; Medan
Singkil Banda Aceh; dan Blangpidie Banda Aceh Blangpidie.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-61
2. Sistem Jaringan Energi (Ketenagalistrikan)
Sistem jaringan energi dilakukan dalam upaya penyediaan tenaga listrik
untuk mendukung kegiatan perekonomian di KAPET BAD.Saat ini sistem
kelistrikan di KAPET BAD dalam dari sistem interkoneksi 150 kV
Sumut-Aceh. Sekitar 70% dari systemkelistrikan Aceh dipasok oleh
sistem interkoneksi 150 kV Sumbagut dan sisanya 30%dilayani oleh
pembangkit PLTD isolated tersebar. Saat ini daerah yang sudah
dipasoksistem interkoneksi 150 kV meliputi pantai timur Propinsi NAD
melalui 7 gardu indukyang terletak di Kabupaten/Kota: Tamiang, Langsa,
Aceh Timur, Lhokseumawe,Bireuen, Pidie dan Pidie Jaya, Banda Aceh
dan Aceh Besar, dengan posisipembangkit semua berada di Sumut.
GAMBAR 1.10 SISTEM KELISTRIKAN PROVINSI ACEH (EKSISTING)
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-62
Proyeksi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Aceh berdasarkan RUPTL
2010-2019,menggunakan asumsi
(a). Pertumbuhan ekonomi diasumsikan rata-rata sebesar 6,67% per
tahun.
(b). Pertumbuhan penduduk diproyeksikan 1,2% pertahun
(c). Susut distribusi ditargetkan turun menjadi 8,58% pada tahun 2019
(d). Rasio elektrifikasi mencapai 100% pada tahun 2015
(e). Elastisitas rasio pertumbuhan listrik terhadap pertumbuhan
ekonomirata-ratasebesar 1,47
Dari realisasi pengusahaan lima tahun sebelumnya dan dengan
menggunakan asumsi diatas, proyeksi kebutuhan listrik 2010-2019:
pertumbuhan pelanggan 4.6%, produksi energi 9.8%, dan beban puncak
meningkat 9.7%.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik 10 tahun ke depan
diperlukanpembangunan sarana pembangkit, transmisi dan distribusi
dengan memperhatikanpotensi energi primer setempat sebagai berikut
(RUPTL 2010-2019) :
a. Potensi Energi Primer
Potensi energi primer di KAPET BAD dipenuhi dari panas bumi di
Seulawah Agam 250.00 Mwe.
b. Pembangkit Tenaga Listrik
Kebutuhan listrik untuk Kota Banda Aceh dengan beban puncaknya
mencapai 45 MW dipasok oleh PLTD Lueng Bata sebesar 25 MW, dari
sistem interkoneksi sebesar 10 MW dan dari PLTD Apung sebesar 10
MW. Kondisi ini sangat riskan karena tidak ada cadangan daya yang
dapat disalurkan untuk menutupi kekurangan pasokan daya bila salah
satu sumber daya listrik tersebut terganggu/tidak berfungsi.
Kondisi ekisting menunjukan bahwa pembangunan kelistrikan di
Kabupaten Pidie diusahakan oleh Perusahaan Listrik Negara/PLN.
Terdapat 3 lokasi pembangkit masing-masing lokasi Pulau Pisang/Kota
Sigli dengan daya terpasang 13.494 Kw, lokasi Tangse dengan daya
terpasang 827 Kw, serta lokasi Geumpang dengan daya terpasang
480 Kw. Jumlah daya terpasang yaitu 14.801 Kw, daya terpakai yaitu
10.347 Kw. Kebutuhan penerangan di Kabupaten Pidie, telah dialiri
listrik dengan jumlah pelanggan 42.642 unit, sedangkan jumlah desa
yang sudah dialiri listrik hampir sebagian besarnya, dimana hanya 1
desa yang belum mendapat aliran listrik yaitu Desa Blang Keudah di
Kecamatan Tiro/Treuseb.
c. Jaringan Transmisi Tenaga Listrik
Kabupaten Aceh Besar:
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-63
- SUTET di: Sigli dengan Banda Aceh yang melalui Kecamatan
Krueng Barona Jaya Kuta Baru Blang Bintang Mesjid Raya
Seulimeum Lembah Seulawah Batas Pidie
- SUTT di: Kecamatan Lembah Seulawah Seulimeum Kuta Cot
Glie Indrapuri Kuta Malaka Suka Makmur Ingin Jaya
Darul Imarah Krueng Baronang Jaya Darussalam Mesjid
Raya dan Kuta Malaka Suka Makmur Leupung Lhoong
Batas Aceh Jaya
Kabupaten Pidie
pengembangan jaringan listrik saluran udara tegangan tinggi (SUTT)
jaringan Sigli Meulaboh.
3. Jaringan Telekomunikasi
Sistem jaringan telekomunikasi ditujukan untuk meningkatkan
aksesibilitas masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan
telekomunikasi. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi ini dapat
berbentuk antara lain:
(a). Perkembangan telekomunikasi khususnya jasa telepon Kabupaten
Pidie kurang berkembang, jika dibandingkan dengan kemajuan
daerah lain. Terdapat 3 STO, yaitu Kota Sigli, Beureunuen dan
Tangse dengan jumlah pelanggan sekitar 6.208. Jumlah kecamatan
yang telah ada jaringan sebanyak l7 kecamatan sedangkan yang
belum ada 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Geumpang, Delima,
Batee dan Muara Tiga.
(b). Untuk menunjang akses informasi khususnya komoditas, maka di
kecamatan dikembangkan Mobile PLIK (MPLIK) merupakan Pusat
Layanan Internet Kecamatan yang bersifat bergerak untuk akses
internet yang sehat, aman, cepat dan murah.Fungsi dan tujuannya
adalah melayani masyarakat umum yang berada didaerah-daerah
kecamatan yang belum terjangkau oleh fasilitas internet,
4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Sistem jaringan sumber daya air ditetapkan dalam rangka kegiatan
pengembangan komoditas unggulan dan komoditas pendukung KAPET
BAD beserta produk turunannya melalui pengelolaan sumber daya air
yang terdiri atas konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air, dan pengendalian daya rusak air.
Pola pengelolaan sumber daya air didasarkan atas wilayah sungai di
KAPET BAD, yaitu:
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-64
TABEL 1.28 WILAYAH SUNGAI DAN DAS KAPET BAD
Wilayah Sungai DAS
Wilayah Sungai Krueng Aceh DAS Krueng Aceh
DAS Pulau Batee
DAS Pulau Breueh
DAS Pulau Bunta
DAS Pulau Bunta
DAS Pulau Geupun
DAS Pulau Jroh
DAS Pulau Kelapa
DAS Pulau Nasi
DAS Pulau Teunom
DAS Pulau Tuang
DAS Usom Lakoh
Wilayah Sungai Krueng Baro DAS Bate
DAS Bihue
DAS Gong
DAS Imasin
DAS Krueng Baro
DAS Krueng Aceh
DAS Laweueng
DAS Leungah
DAS Teungku
Wilayah Sungai Sabe Geupe DAS Geupe
DAS Lambeso
DAS Pulau Rusa
wilayah sungai teunom Woyla DAS Teunom
Untuk mengembangkan sistem jaringan SDA yang mendukung
pengembangan KAPET BAD, terlebih dahulu diketahui ketersediaan dan
kebutuhan air di KAPET BAD
a. Kebutuhan air (domestik & non domestik, Irigasi, perikanan)
1) Irigasi
Lahan sawah di kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie yang
dilayani oleh irigasi, dijabarkan lebih detail pada tabel berikut:
TABEL 1.29 LUASAN LAHAN KABUPATEN ACEH BESAR DILAYANI JARINGAN
IRIGASI (HA)
Kecamatan Irigasi Teknis Irigasi Pedesaan Irigasi 1/2 Teknis
Lhoong 598 300
Lhoknga 50
Leupung 325
Indrapuri 1804
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-65
Kecamatan Irigasi Teknis Irigasi Pedesaan Irigasi 1/2 Teknis
Kuta Cot Glie 337 12 235
Seulimeum 110 2766
Kota Jantho 375
Lembah Seulawah 855
Mesjid Raya
Darussalam 2019 220
Baitussalam 109
Kuta Baro 330 2038
Montasik 2934 200
Blang Bintang
Ingin Jaya 2450
Krueng Barona Jaya 89 333
Sukamakmur 1594 157
Kuta Malaka 40 199 274
Simpang Tiga 751 33 363
Darul Imarah
Darul Kamal 145 25
Peukan Bada 41
Total 12503 5408 4200
Sumber : Kabupaten Dalam Angka 2011, BPS
TABEL 1.30 LUASAN LAHAN KABUPATEN PIDIE DILAYANI JARINGAN IRIGASI
(HA)
Kecamatan Irigasi Teknis Irigasi 1/2 Teknis Irigasi Sederhana Irigasi Desa
Geumpang 447 236
Mane 240 369
Glumpang Tiga 2332 35
Glumpang Baro 35 1052
Mutiara 935 20
Mutiara Timur 2012 30 138
Tiro/Truseb 184 1869
Tangse 1154 179 2014
Keumala 999 75 85
Titeue 786 20
Sakti 2271
Mila 952 50
Padang Tiji 1936 905 1313
Delima 1345 42
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-66
Kecamatan Irigasi Teknis Irigasi 1/2 Teknis Irigasi Sederhana Irigasi Desa
Grong-grong 86 192 175 16
Indrajaya 20 1361 5
Peukan Baro 294 948 20
Kembang Tanjong 44 1484
Simpang Tiga 58 1327 90
Kota Sigli
Pidie 950 210 89
Batee
Muara Tiga 816 392 20
Total 243 20235 7854 4325
Sumber : Survei Penggunaan Lahan dalam rangka pemukhtahiran database lahan
pertanian Prov. Aceh 2009, BPS
b. Ketenagaan
1) Waduk dan Embung
Waduk dan embung di KAPET BAD, yaitu waduk Keliling di
Kecamatan Kuta Cot Glie dan embung tadah hujan Lambadeu di
Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, serta waduk Rajui
di Kecamatan Padang Tiji dan Waduk Tiro di Kecamatan Tiro Truseb,
Kabupaten Pidie.
c. Bentuk pengelolaan SDA
1) Konservasi sumber daya air:
Konservasi sumber daya air ditujukan untuk menjaga kelangsungan
keberadaan daya dukung, daya tampung,dan fungsi sumber daya air.
Konservasi sumber daya air dilakukan melalui kegiatan perlindungan
danpelestarian sumber air, pengawetan air, serta pengelolaan kualitas
air dan pengendalian pencemaran air.
2) Pendayagunaan sumber daya air
Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan
penatagunaan, penyediaan, penggunaan,pengembangan, dan
pengusahaan sumber daya air.
3) Pengendalian daya rusak air
Pengendalian daya rusak air dilakukan secara menyeluruh yang
mencakup upaya pencegahan, penanggulangan,dan
pemulihan.Pengendalian daya rusak air diutamakan pada upaya
pencegahan melaluiperencanaan pengendalian daya rusak air.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-67
1.2.6. Potensi Ekonomi Wilayah
Penilaian kelayakan ekonomi bagi pengembangan KAPET BAD adalah
upaya untuk menemukenali potensi dan sektor-sektor yang dapat dipacu
serta permasalahan perekonomian, khususnya untuk penilaian kemungkinan
aktivitas ekonomi yang dapat dikembangkan pada kawasan tersebut.
1. Kondisi Perekonomian KAPET BAD
Basis ekonomi wilayah pada KAPET BAD didasarkan atas besaran nilai
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) KAPET BAD dengan
memperhatikan nilai kontribusi dari masing-masing sektor ekonomi di
kabupaten/kota sebagai pembentuk PDRB, yang dikemudian juga
diperbandingkan terkait dengan kontribusinya terhadap nilai PDRB di
Provinsi Aceh.
Dalam analisa untuk menentukan basis ekonomi wilayah KAPET BAD
maka akan dilihat dari perkembangan PDRB dan analisis LQ untuk
menentukan sektor basis/unggulan
a. Struktur Ekonomi Wilayah berdasarkan PDRB
Struktur ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari besarnya sumbangan
sektor terhadap PDRB menurut harga konstan atau harga berlaku.
Perkembangan PDRB KAPET BAD dalam kurun waktu 2006-2010
atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha terlihat terjadi
peningkatan pada beberapa sektor ekonomi. Untuk melihat
perkembangan PDRB maka digunakan PDRB atas dasar harga
konstan.
Gambaran mengenai pertumbuhan ekonomi di KAPET BAD tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL 1.31 PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KAPET
BAD ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 MENURUT LAPANGAN USAHA
(DALAM JUTA RUPIAH) 2007-2010
LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010
Kota Banda Aceh
Pertanian 100,750.30 102,030.69 104,791.50 106,972.49 109,551.67
Pertambangan dan
Galian
- 0,00 0,00 0,00 -
Industri Pengolahan 50,841.82 54,146.54 58,478.28 63,741.60 68,840.93
Listrik,Gas dan Air Minum 7,456.32 9,825.04 11,316.20 12,167.50 13,882.73
Bangunan/Kontruksi 145,030.79 156,633.25 167,284.31 178,321.37 189,020.65
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
505,659.51 542,601.58 574,272.69 622,336.41 677,598.38
Angkutan & Komunikasi 384,818.31 413,511.94 436,400.79 471,612.94 510,843.43
Keuangan, Persewaan
dan Jasa Persh.
123,740.67 61,289.92 67,537.89 68,130.18 72,627.40
Jasa-Jasa 258,230.74 1,244,927.32 1,314,146.14 1,362,302.36 1,413,820.89
Total PDRB 1,576,528.46 2,584,966.28 2,734,227.80 2,885,584.85 3,056,186.08
Kabupaten Aceh Besar
Pertanian 614,745.13 621,981.56 624,260.63 634,749.76 631,052.61
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-68
LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010
Pertambangan dan
Galian
57,827.47 60,289.85 63,036.25 64,036.18 67,430.46
Industri Pengolahan 61,008.95 62,847.77 67,529.34 73,021.34 74,847.99
Listrik,Gas dan Air Minum 4,268.40 4,367.59 4,486.91 4,593.18 6,989.48
Bangunan/Kontruksi 195,390.75 203,275.68 205,986.19 373,022.19 399,164.25
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
366,077.86 390,075.25 398,709.35 528,029.51 592,713.14
Angkutan & Komunikasi 157,259.28 161,062.58 165,078.34 165,084.94 174,609.24
Keuangan, Persewaan
dan Jasa Persh.
40,287.76 49,517.89 54,085.40 49,884.08 51,992.20
Jasa-Jasa 378,132.37 443,755.76 470,972.64 512,579.02 521,372.23
Total PDRB 1,874,997.97 1,997,173.93 2,054,145.05 2,405,000.20 2,520,171.60
Kabupaten Pidie
Pertanian 767,040.58 797,925.27 832,251.37 781,860.76 786,857.17
Pertambangan dan
Galian
15,240.90 15,897.78 16,427.18 16,882.21 17,390.37
Industri Pengolahan 72,427.19 75,186.52 78,254.13 82,392.12 87,319.17
Listrik,Gas dan Air Minum 4,636.86 4,747.92 4,872.71 7,701.34 8,852.81
Bangunan/Kontruksi 59,962.19 62,696.47 65,743.51 71,679.48 75,737.23
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
75,823.93 79,013.72 82,609.19 97,823.12 106,135.50
Angkutan & Komunikasi 77,143.16 82,410.08 88,202.32 100,498.56 110,462.97
Keuangan, Persewaan
dan Jasa Persh.
22,947.41 24,297.55 25,537.64 26,890.18 28,337.83
Jasa-Jasa 366,573.42 385,157.79 405,923.30 450,906.67 487,938.31
Total PDRB 1,461,795.64 1,527,333.10 1,599,821.35 1,636,634.44 1,709,031.36
Kapet Bandar Aceh Darussalam
Pertanian 1.482.536,01 1.521.937,52 1.561.303,50 1.523.583,01 1.527.461,45
Pertambangan dan
Galian
73.068,37 76.187,63 79.463,43 80.918,39 84.820,83
Industri Pengolahan 184.277,96 192.180,83 204.261,75 219.155,06 231.008,09
Listrik,Gas dan Air Minum 16.361,58 18.940,55 20.675,82 24.462,02 29.725,02
Bangunan/Kontruksi 400.383,73 422.605,40 439.014,01 623.023,04 663.922,13
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
947.561,30 1.011.690,55 1.055.591,23 1.248.189,04 1.376.447,02
Angkutan & Komunikasi 619.220,75 656.984,60 689.681,45 737.196,44 795.915,64
Keuangan, Persewaan
dan Jasa Persh.
186.975,84 135.105,36 147.160,93 144.904,44 152.957,43
Jasa-Jasa 1.002.936,53 2.073.840,87 2.191.042,08 2.325.788,05 2.423.131,43
Total PDRB 4.913.322,07 6.109.473,31 6.388.194,20 6.927.219,49 7.285.389,04
Sumber: Dikompilasi dari berbagai sumber, 2012
Keterangan: Tidak termasuk sektor migas
GAMBAR 1.11PERKEMBANGAN PDRB AD
Pergeseran dari kontribusi masing
BAD dalam kurun waktu tahun 2006 hingga tahun 2010 dapat dilihat
pada tabel dan g
TABEL
NO LAPANGAN USAHA
1 Pertanian
2 Pertambangan & Galian
3 Industri Pengolahan
4 Listrik,Gas dan Air Minum
5 Bangunan/Kontruksi
6 Perdagangan, Hotel & Restoran
7 Angkutan & Komunikasi
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Persh.
9 Jasa-Jasa
Total
Sumber: Hasil Analisis, 201
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET
PERKEMBANGAN ADH KONSTAN DI KAPET B
RUPIAH)
masing-masing sektor ekonomi di KAPET
gambar berikut.
1.32 POLA PERGESERAN KONTRIBUSI SEKTOR EKONOM
UTAMA KAPET BAD 2007-2010
2006 2007 2008
30,17 24,91 24,44
1,49 1,25 1,24
3,75 3,15 3,20
0,33 0,31 0,32
8,15 6,92 6,87
19,29 16,56 16,52
12,60 10,75 10,80
3,81 2,21 2,30
20,41 33,91 34,30
100,00 100,00 100,00
2012
BAD
1-69
H BAD (MILIAR
RIBUSI EKONOMI
2009 2010
21,99 20,97
1,17 1,16
3,16 3,17
0,35 0,41
8,99 9,11
18,08 18,89
10,64 10,92
2,09 2,10
33,57 33,26
100,00 100,00
Sumber: Hasil Analisis, 201
GAMBAR 1.12 PERKEMBANGAN KONTRIB
Sektor ekonomi yang memberikan nilai kontribusi terbesar di KAPET BAD
adalah sektor pertanian dan sektor jasa
waktu tahun 2006
KAPET BAD, dimana pada tahun 2006 sektor pertanian masih menjadi
kontributor utama (30,17%) dan sektor jasa
pada tahun 2010 sektor yang memberikan ko
pendapatan KAPET BAD adalah sektor jasa
oleh sektor pertanian (20,97%).
Adanya pergeseran sektor ini akan tetapi tidak merubah konstelasi
besarnya kontribusi dari kedua sektor ini yang tetap mencapai le
setengah pendapatan KAPET BAD. Hal ini masih mengindikasikan
bahwa pada kawasan KAPET BAD peran sektor jasa
pemerintahan) serta sektor pertanian adalah merupakan sektor
yang menjadi tulang punggung perekononian pada KAP
Pergeseran dari kontribusi masing
dalam kurun waktu tahun 2006 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada
tabel dan gambar berikut.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET
2012
KONTRIBUSI PEREKONOMIAN PER
DI KAPET BAD (%)
jasa-jasa, walaupun dala
2006-2010, terjadi pola pergeseran sektor ekonomi utama di
jasa-jasa sebesar (20,41%), maka
kontribusi terbesar terhadap
jasa-jasa (33,26%) dan diikuti
jasa-jasa (terutama jasa
masing-masing sektor ekonomi di KAPET BAD
BAD
1-70
USI KAB/KOTA
dalam kurun
ntribusi lebih dari
sektor-sektor
KAPET BAD.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-71
Sumber : Hasil Analisa, 2012
GAMBAR 1.13 POLA PERGESERAN KONTRIBUSI SEKTOR EKONOMI UTAMA
KAPET BAD 2006-2010
Secara umum, keseluruhan total nilai pendapatan regional dari masingmasing
wilayah mengalami peningkatan. Persetase dari kenaikan nilai
PDRB dari masing-masing wilayah di KAPET BAD disajikan dalam tabel
berikut.
TABEL 1.33 PENINGKATAN PDRB DI KAPET BAD 2006-2010 (%)
NO LAPANGAN USAHA
KOTA BANDA
ACEH
KAB. ACEH
BESAR
KAB.
PIDIE
KAPET
BAD
PROVINSI
NAD
1 Pertanian 8,74 2,65 2,58 3,03 12,51
2 Pertambangan & Galian 0,00 16,61 14,10 16,08 25,53
3 Industri Pengolahan 35,40 22,68 20,56 25,36 30,13
4 Listrik,Gas dan Air Minum 86,19 63,75 90,90 81,68 83,54
5 Bangunan/Kontruksi 30,33 104,29 26,31 65,82 24,35
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 34,00 61,91 39,98 45,26 18,63
7 Angkutan & Komunikasi 32,75 11,03 43,19 28,54 26,22
8 Keuangan, Persewaan &Jasa Persh. -41,31 29,05 23,49 -18,19 25,72
9 Jasa-Jasa 447,50 37,88 33,11 141,60 25,75
TOTAL 93,86 34,41 16,91 48,28 10,68
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Apabila dilihat dari besaran perubahan nilai PDRB, terlihat bahwa sektor
sekunder dan sektor tersier berkembang dengan cukup pesat di KAPET
BAD. Walaupun nilai perubahannya sangat besar, akan tetapi sangat
perlu diwaspadai bahwa perubahan ini sebenarnya terjadi dikarenakan
adanya proses rehabilitasi dan rekonstruksi di hampir seluruh wilayah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terkait dengan adanya bencana
tsunami di tahun 2004 yang disertai juga dengan berakhirnya konflik
keamanan di provinsi tersebut.
Adanya proses rekonstruksi dan rehabilitasi terutama di bidang
infrastruktur dapat tersebut terlihat dari besarnya peningkatan
pendapatan pada sektor listrik, gas dan air minum (meningkat 81,68%),
2006 2010
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-72
sektor bangunan dan konstruksi (meningkat 65,82%), sektor
perdagangan, hotel dan restoran (meningkat 45,26%) serta sektor jasajasa
(meningkat 141,6%), dimana proporsi nilai peningkatannya melebihi
proporsi peningkatan total PDRB KAPET BAD (peningkatan 48,28).
Proses rehabilitasi dan rekonstruksi ini pada dasarnya tidak
menggambarkan kemampuan wilayah dalam perekonomian lokal karena
bentuk nilai tambah pendapatan di KAPET BAD ini disebabkan oleh
adanya dorongan ekonomi dari luar (bantuan pemerintah pusat, donor
lembaga internasional, serta dan bantuan pemerintah asing, dll) sehingga
kenaikan ini tidak menggambarkan secara utuh peningkatan
perekonomian masyarakat yang tinggal di KAPET BAD.
Sektor primer di KAPET BAD yaitu sektor pertanian dan sektor
pertambangan dan galian adalah merupakan sektor-sektor yang proporsi
peningkatannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan proporsi
peningkatan total PDRB di KAPET BAD, bahkan sektor pertanian hanya
mengalami peningkatan yang tidak signifikan yaitu hanya meningkat
3,03%, hal ini berlawanan dengan perubahan pada tingkat provinsi yang
nilainya jauh lebih besar yaitu 12,51% dimana mengindikasikan nilai
tambah produksi pertanian di KAPET BAD masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di luar KAPET BAD.
Sementara sektor pertambangan dan galian meningkat sebesar 16,08%
dimana ini juga masih tertinggal di bawah nilai provinsi yang mencapai
25,53%.
Faktor lain yang juga diperhatikan adalah adanya sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan memang mengalami penurunan apabila
dilihat perbandingan pada tahun kerangka waktu tahun 2006 hingga
tahun 2010, akan tetapi sebenarnya penurunan terjadi pada tahun 2006
ke 2007 (penurunan sebesar -27,74%) dimana penurunan ini terjadi
disebabkan oleh adanya penurunan yang sangat signifikan pada
pendapatan sub sektor perbankan yang dimungkinkan terjadi dikarenakan
berkurangnya transfer dari pemerintah pusat sejalan dengan berakhirnya
pelaksanaan tugas lembaga BRR (Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi).
Akan tetapi kemudian sektor ini secara perlahan mengalami peningkatan
yaitu dalam jangka waktu tahun 2007 hingga tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 21,15%.
Bila dipandang dari proporsi pembentuknya, maka dalam 5 tahun terakhir
Kota Banda Aceh memperoleh peningkatan kontribusi terhadap
pembentukan pendapatan regional di KAPET BAD serta menjadi
kontributor utama dalam pendapatan regional KAPET BAD, sementara itu
Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie mengalami kecenderungan
yang menurun dalam kontribusi terhadap perekonomian di KAPET BAD.
Dinamika dari kontribusi masing-masing kota/kabupaten tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-73
TABEL 1.34 DINAMIKA KONTRIBUSI KABUPATEN/KOTA DALAM PDRB KAPET
BAD (%)
TAHUN
KOTA
BANDA ACEH
KABUPATEN
ACEH BESAR
KABUPATEN
PIDIE
2006 32,09 38,16 29,75
2007 42,31 32,69 25,00
2008 42,80 32,16 25,04
2009 41,66 34,72 23,63
2010 41,95 34,59 23,46
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Apabila dibandingkan dengan skala Provinsi NAD, kontribusi PDRB
KAPET BAD dalam kurun waktu tahun 2006-2010 terhadap PDRB
Provinsi NAD juga mengalami peningkatan yang cukup positif, yaitu dari
sebesar 20,25% pada tahun 2006 menjadi 25,08% pada tahun 2010,
walaupun apabila diperhatikan angka per tahunnya, kontribusi pada tahun
2010 mengalami sedikit penurunan dibandingkan kontribusi pada tahun
2009 yang mencapai sebesar 25,12%. Penurunan ini lebih disebabkan
oleh meningkatnya pendapatan regional kabupaten-kabupaten lain di
Provinsi NAD dan bukan disebabkan oleh menurunnya pendapatan
regional KAPET BAD.
Kontribusi nilai perekonomian yang diberikan oleh KAPET BAD adalah
merupakan kontribusi yang sangat signifikan terhadap perekonomian
Provinsi NAD karena dengan luas daratan yang hanya mencapai 11,2%
(dimana proporsi kawasan lindungnya mencapai hingga 43,74%) luas
daratan Provinsi NAD serta jumlah penduduk KAPET BAD yang hanya
21,14% dari penduduk Provinsi NAD ternyata KAPET BAD dapat
menyumbang kontribusi perekonomian hingga mencapai seperempat dari
keseluruhan nilai pendapatan regional Provinsi NAD. Ini menunjukkan
bahwa KAPET BAD merupakan salah satu kawasan yang memiliki nilai
strategis ekonomi yang tinggi terhadap Provinsi NAD.
b. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Laju pertumbuhan ekonomi per sektor di KAPET BAD secara keseluruhan
berada pada nilai positif walaupun menunjukkan tingkat yang berbedabeda.
Secara umum hampir seluruh sektor ekonomi di KAPET BAD
menunjukkan nilai laju yang melebihi laju pertumbuhan ekonomi pada
tingkat provinsi, bahka secara total laju pertumbuhan ekonomi pada
KAPET BAD maupun pada masing-masing kabupaten/kota di KAPET
BAD juga telah melebihi laju pertumbuhan Provinsi NAD. Tingkat laju
pertumbuhan ekonomi per sektor dapat dilihat pada tabel berikut.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-74
TABEL 1.35 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR NON MIGAS DI KAPET
BAD (%)
NO LAPANGAN USAHA
KOTA
BANDA
ACEH
KAB.
ACEH
BESAR
KAB.
PIDIE
KAPET
BAD
PROVINSI
NAD
1 Pertanian 2,12 0,66 0,64 0,74 2,99
2 Pertambangan & Galian 7,87 3,92 3,35 3,79 2,99
3 Industri Pengolahan 16,81 5,24 4,79 5,81 5,77
4 Listrik, Gas & Air Minum 6,85 13,12 17,55 16,09 16,39
5 Bangunan/Kontruksi 7,59 19,55 6,01 13,48 5,60
6 Perdagangan, Hotel &
Restoran
7,34 12,80 8,77 9,78 4,36
7 Angkutan & Komunikasi 5,82 2,65 9,39 6,48 6,00
8 Keuangan, Persewaan
& Jasa Persh.
5,82 6,58 5,42 4,22 5,89
9 Jasa-Jasa 52,97 8,36 7,41 24,67 5,90
Agregat 17,99% 7,67% 3,98% 10,34% 2,57%
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Pada laju pertumbuhan di KAPET BAD terdapat kontradiksi berkaitan
dengan kontribusi sektor ekonomi. Sektor jasa yang memberikan
kontribusi terbesar pada tahun 2010 mengalami perubahan laju yang
sangat signifikan, sementara sektor pertanian yang memberikan
kontribusi terbesar kedua ternyata hanya memiliki laju pertumbuhan
ekonomi yang sangat kecil, bahkan terkecil dibandingkan dengan sektorsektor
ekonomi lainnya. Hal ini memperlihatkan bahwa sektor jasa yang
memberikan kontribusi terbesar ternyata lebih disebabkan oleh adanya
dorongan/investasi dari luar sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan yang luar biasa pada sektor jasa, sementara pada sektor
pertanian walaupun laju pertumbuhannya relatif sangat kecil (bahkan
lebih kecil dari laju pertumbuhan provinsi) akan tetapi memberikan
kontribusi yang sangat besar, dimana hal ini berarti sektor pertanian
merupakan salah satu sektor ekonomi yang menjadi tulang punggung
dalam pembentuan pendapatan KAPET BAD.
Tingginya laju pertumbuhan ekonomi pada sektor-sektor sekunder dan
tersier diluar sektor jasa-jasa terutama juga disebabkan oleh tingginya
tingkat pembangunan yang terjadi terutama di bagian utara dan barat
Provinsi NAD dikarenakan adanya proses rehabilitasi dan rekonstruksi
pasca bencana tsunami yang dahsyat di tahun 2004.
Berkaitan dengan laju pertumbuhan ekonomi KAPET BAD, maka dapat
dilihat pula tingkat kesejahteraan penduduk melalui pendapatan perkapita
pada masing-masing sektor. Dimana untuk meningkatkan pendapatan per
kapita, maka laju pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan dan
sebaliknya laju pertumbuhan penduduk perlu untuk dikendalikan. Karena
pada dasarnya laju pertumbuhan penduduk yang cepat akan
berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi terutama terhadap
perkembangan pendapatan regional. Pendapatan per kap
meningkat merupakan salah satu tanda bahwa rata
penduduk telah meningkat.
Untuk nilai pendapatan
dasar konstan dapat dilihat pada tabel berikut
TABEL
Kab/Kota
Kota Banda Aceh
KabupatenAceh Besar
KabupatenPidie
KAPET BAD
Provinsi Aceh
Indonesia
Sumber : Hasil Analisis, 2012
GAMBAR 1.14 PERKEMBANGAN PENDAPA
BERDASARKAN PDRB ATA
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Berdasarkan tabel dan gambar diatas, rata
KAPET BAD masih lebih rendah dibandingkan nasional walaupun bila
dibandingkan dengan Provinsi Aceh mengalami peningkatan bahkan
telah melebihi pendapatan per kapita Provinsi Aceh sejak ta
Rata-rata pendapatan per kapita Kota Banda Aceh juga jauh lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya, bahkan juga
terhadap provinsi dan nasional.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET
ratapenduduk
perkapita di KAPET BAD berdasarkan PDRB atas
1.36 PENDAPATAN PERKAPITA (JUTA RUPIAH)
2007 2008 2009
11,77 12,55 13,60
6,46 6,28 7,02
upatenPidie 4,18 4,31 4,34
6,83 6,97 7,44
6,89 6,80 6,84
8,26 8,66 8,94
PENDAPATAN PERKAPITA KAPET
ATAS DASAR HARGA KONSTA
rata-rata pendapatan per kapita
BAD
1-75
kapita yang
-rata kesejahteraan
2010
13,68
7,17
4,47
7,29
6,88
9,35
TAN BAD
S KONSTAN
tahun 2008.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-76
c. Sektor Ekonomi Basis KAPET BAD berdasarkan Nilai PDRB
Kondisi faktual dari nilai PDRB dalam lingkup Kabupaten dan Provinsi
dapat dijadikan sebagai dasar dalam penentuan sektor basis. Sektor
basis adalah sektor yang memiliki nilai kontribusi yang besar terhadap
PDRB wilayah KAPET BAD sekaligus peran kontribusi yang signifikan
terhadap PDRB Provinsi Aceh. Penentuan sektor basis ini diidentifikasi
dengan menggunakan analisis LQ. Indikator yang digunakan untuk
dapat menentukan sektor basis/unggulan adalah perolehan nilai LQT1.
Berikut ini adalah hasil perolehan analisis LQ dengan menggunakan
nilai per sektor dari PDRB pada tahun 2010 atas dasar harga konstan
menurut lapangan usaha
TABEL 1.37 ANALISIS LQ PDRB BERDASARKAN HARGA KONSTAN DALAM
KONTEKS PROVINSI ACEH TAHUN 2010
LAPANGAN USAHA
Kota Banda
Aceh
Kab. Pidie Kab. Aceh Besar KAPET BAD
2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010
1. Pertanian 0.23 0.13 1.86 1.61 1.16 0.87 1.07 0.73
2. Pertambangan Dan Penggalian - - 0.84 0.73 2.50 1,91 1.20 0.29
3. Industri Pengolahan 0.18 0.20 0.28 0.45 0.18 0.26 0.21 0.28
4. Listrik Dan Air Minum 1.99 2.05 1.34 1.73 0.96 0.86 1.40 1.48
5. Bangunan/Kontruksi 1.36 0.82 0.61 0.59 1.55 2.09 1.21 1.20
6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 1.61 1.04 0.26 0.29 0.98 1.10 0.97 0.88
7. Pengangkutan Dan Komunikasi 3.54 2.13 0.77 0.82 1.22 0.88 1.83 1.39
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Prsh 4.44 1.18 0.89 0.83 1.22 1.03 2.15 1.05
9. Jasa-Jasa 0.95 2.37 1.46 1.46 1.17 1.06 1.19 1.71
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Berdasarkan hasil perhitungan analisis LQ PDRB berdasarkan harga
konstan untuk KAPET BAD dalam konteks Provinsi Aceh pada tahun
2010 dapat terlihat kegiatan potensial yang menjadi sektor
basis/unggulan dengan nilai LQ>1, yaitu sektor listrik dan air minum,
sektor bangunan dan konstruksi, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta
sektor jasa-jasa dimana ini berarti dalam kerangka KAPET BAD sektor
yang berkembang adalah sektor sekunder dan primer. Terpilihnya
sektor sekunder dan tertier ini lebih disebabkan oleh adanya disparitas
yang besar di antara Kota Banda Aceh dengan kabupaten-kabupaten
lain di KAPET BAD yang menyebabkan secara total maka sektor
primer tidak berperan penting. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa
pada Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Besar, sektor primer
terutama sektor pertanian adalah merupakan sektor utama yang
berperan dalam perekonomian wilayah.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-77
2. Penentuan Sektor Ekonomi Unggulan
a. Sektor Ekonomi Unggulan
Untuk dapat mengetahui secara lebih detail tentang sub sektor yang
berkontribusi besar terhadap perekonomian KAPET BAD dapat dilihat
pada tabel berikut:
TABEL 1.38 NILAI LQ SUB SEKTOR PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN,
DAN PERIKANAN TAHUN 2010
Sub Sektor
Kota Banda
Aceh
Kab. Aceh
Besar
Kab. Pidie Kapet BAD
Tanaman Bahan Makanan 0,01 1,30 1,45 0,79
Tanaman Perkebunan - 0,19 0,71 0,23
Peternakan dan Hasilnya 0,23 1,32 4,74 1,70
Kehutanan - 0,07 0,01 0,03
Perikanan 0,29 0,46 0,43 0,43
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui kegiatan potensial yang
menjadi sektor basis/unggulan dengan nilai LQ>1 untuk kabupaten dan
kota pembentuk KAPET BAD dalam konteks regionalitas Provinsi
Aceh, yaitu:
1) Kabupaten Aceh Besar dengan sub sektor unggulan tanaman
bahan makanan, serta sub sektor peternakan dan hasilnya; dan
2) Kabupaten Pidie dengan sub sektor unggulan tanaman bahan
makanan, serta sub sektor peternakan dan hasilnya;
b. Komoditas Unggulan
Penentuan sektor ekonomi unggulan dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan sektor perekonomian yang dapat menunjang atau
menjadi sektor utama bagi kegiatan pembangunan perekonomian
suatu wilayah. Salah satu metodologi untuk proses penentuan sektor
ekonomi unggulandapat dilakukan berdasarkan analisis LQ dan satuan
yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien LQ
dapat berupa luas panen, hasil produksi, dan satuan lainnya yang
dapat digunakan sebagai criteria. Berdasarkan pemahaman terhadap
teori ekonomi basis, teknik LQ relevan digunakan sebagai metode
dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi
penawaran (produksi atau populasi).
Berikut ini beberapa klasifikasi tingkat kestrategisan sektor ekonomi
berdasarkan nilai LQ yaitu :
a) LQ lebih besar dari 1 (LQ>1), mengindikasikan komoditas tersebut
mengalami surplus sehingga potensial untuk diekspor, sekaligus
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-78
menunjukkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor
basis/unggulan bagi wilayah KAPET BAD;
b) LQ sama dengan 1 (LQ=1), mengindikasikan bahwa komoditas
tersebut berkembang dan mampu memenuhi kebutuhan
wilayahnya sendiri;
c) LQ lebih kecil dari 1 (LQ<1), mengindikasikan sektor tersebut
belum mampu memenuhi kebutuhan wilayahnya, sehingga untuk
memenuhinya harus melakukan impor dari wilayah/daerah lain.
Nilai LQ kab/kota dilihat dalam konteks regionalitas provinsi Kalteng,
sedangkan nilai LQ untuk penentuan sentra di kecamatan dihitung
dalam konteks regionalitas KAPET BAD.
Untuk menentukan komoditi sebagai komoditi unggulan dan komoditi
pendukung digunakan penilaian dengan klasifikasi sebagai berikut:
a) Skor 2 : Luas panen unggul dan produksi unggul
b) Skor 1 : Salah satu luas panen atau produksi unggul
c) Skor 0 : Apabila luas panen dan produksi tidak unggul
Komoditi yang memiliki nilai skor 2 merupakan komoditi unggulan,
sedangkan yang memiliki nilai skor 1 ditetapkan sebagai komoditi
pendukung.
Adapun uraian potensi kegiatan ekonomi wilayah KAPET BAD untuk
menentukan komoditas unggulan wilayah berdasarkan analisa LQ
dijabarkan sebagai berikut
1) Sektor Pertanian
Sektor pertanian di wilayah KAPET BAD merupakan sektor strategis
yang mampu menjadi basis perekonomian bagi wilayah KAPET
BAD dan Provinsi Aceh, dimana sektor ini memiliki kontribusi dan
laju pertumbuhan yang positif terhadap nilai PDRB wilayah KAPET
BAD.
Jika memperhatikan sub sektor yang ada di sektor pertanian, sub
sektor pertanian tanaman pangan dan sub sektor peternakan
memiliki kontribusi yang besar dan relatif setara dibandingkan sub
sektor perkebunan dan perikanan, sedangkan sub sektor kehutanan
memberikan kontribusi nilai yang sangat kecil. Nilai produksi yang
dihasilkan sub sektor pertanian tanaman pangan pada tahun 2010
mencapai 677.116,46 juta rupiah dan untuk sektor peternakan
mencapai 601.519,32 juta rupiah dimana kedua sub sektor tersebut
menyumbang 83,71% terhadap total sektor pertanian atau 17,55%
terhadap total keseluruhan PDRB KAPET BAD. Perbandingan
kontribusi sub
lainnya dapat d
GAMBAR 1.15 NILAI PRODUKSI SEKTO
PERTANIAN DI WILAYAH
Gambaran diatas memperlihatkan bahwa pada sektor pertanian di
KAPET BAD, sub sektor kehutanan tidak memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap perekonomian pertanian, sementara sub
lainnya memiliki peran penting dalam pembentukan perekonomian.
67
TMaB

Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET


sektor pertanian tanaman pangan
dilihat pada grafik berikut.
SEKTOR PERTANIAN DI WILAY
TAHUN 2010 (JUTA RUPIAH)
GAMBAR 1.16 PROPORSI NILAI PRODUKSI SEKTOR
KAPET BAD TAHUN 2010
Sumber: Hasil Analisis 2012
7.16,47
95.856,56
601.519,32
aBanakahamannaann PeT ar kneabmuanann Peter nakan Ke3h.0u5t6a,n1a1n
nilaipr oduksi

BAD
1-79
dengan sub sektor
R WILAYAH KAPET BAD
KSI (%)
sub-sektor
1n 1P4e9ri.9ka1n2a,9n7

Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-80
a) Sub Sektor Tanaman Pangan
Berdasarkan jumlah produksi sub sektor tanaman pangan di
wilayah KAPET BAD tahun 2010 terlihat komoditi padi
merupakan komoditi dengan jumlah produksi yang sangat
dominan yaitu sebesar 365.638 ton, sementara komoditas
tanaman pangan lainnya jumlah produksinya relatif lebih kecil
Hasil perhitungan LQ menunjukkan bahwa komoditas padi
sawah di wilayah KAPET BAD dalam konteks regionalitas
Provinsi Aceh sebagai komoditas unggulan yang potensial untuk
dikembangkan dengan nilai LQ luas panen 1,34 dan LQ nilai
produksi 1,24. Sementara untuk produksi lainnya tidak
memberikan nilai yang signifikan (kurang dari 1). Hasil dari
perhitungan LQ dapat dilihat pada tabel di bawah ini
TABEL 1.39 NILAI LQ LUAS PANEN DAN NILAI PRODUKSI TANAMAN PANGAN
DIRINCI MENURUT KABUPATEN/KOTA DI KAPET BAD TAHUN 2010
Komoditi
Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab. Pidie KAPET BAD
LQ Luas LQ Nilai LQ Luas LQ Nilai LQ Luas LQ Nilai LQ Luas LQ Nilai
Padi 1,22 1,24 1,23 1,19 1,22 1,18 1,23 1,19
Jagung - - 0,16 0,02 0,08 0,06 0,12 0,04
Kedelai - - 0,19 0,15 0,37 0,42 0,27 0,28
Kacang Tanah 0,64 - 0,23 0,23 0,27 0,45 0,25 0,34
Ubi Kayu 6,13 - 0,92 1,14 0,52 0,42 0,73 0,78
Ubi Jalar - - 0,58 0,64 0,17 0,21 0,38 0,43
Sumber : Hasil Analisis, 2012
TABEL 1.40 KOMODITI TANAMAN PANGAN UNGGULAN DAN PENDUKUNG
DIRINCI MENURUT KABUPATEN/KOTA DI KAPET BAD
No Komoditas
Kota Banda
Aceh
Kab. Aceh
Besar
Kab. Pidie KAPET BAD
1 Padi Utama Utama Utama Utama
2 Jagung -- -- -- --
3 Kedelai -- -- -- --
4 Kacang Tanah -- -- -- --
5 Ubi Kayu Pendukung Pendukung -- --
6 Ubi Jalar -- -- -- --
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Produksi komoditi padi di wilayah KAPET BAD tahun 2010
merupakan komoditi dengan jumlah produksi yang sangat
dominan yaitu sebesar 365.638 ton atau 23,11% dari produksi
padi di Provinsi NAD serta 0,55% dari produksi padi
nasional. Dari 23 kabupaten/kota di Provinsi NAD, maka
Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie menduduki
peringkat 2 dan 3 dalam jumlah produksi padi.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-81
TABEL 1.41 NILAI LQ LUAS PANEN DAN NILAI PRODUKSI TANAMAN PANGAN DIRINCI MENURUT
KECAMATAN DI KAPET BAD
TAHUN 2010
No Kecamatan
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar
Luas
Panen
Nilai
Produksi
Luas
Panen
Nilai
Produksi
Luas
Panen
Nilai
Produksi
Luas
Panen
Nilai
Produksi
Luas
Panen
Nilai
Produksi
Luas
Panen
Nilai
Produksi
Luas
Panen
Nilai
Produksi
1 Kota Banda Aceh
Meuraxa - - - - - - - - - - - - - -
Jaya Baru - - - - - - - - - - - - - -
Banda Raya 0.26 1.04 - - - - - - - - - - - -
Baiturahman - - - - - - - - - - - - - -
Lueng Bata 0.10 1.04 - - - - - - - - - - - -
Kuta Alam - - - - - - - - - - - - - -
Kuta Raja - - - - - - - - - - - - - -
Syiah Kuala 0.01 1.04 - - - - - - - - - - - -
Ulee Kareng 0.65 1.04 - - - - - - - - - - - -
2 Kab. Aceh Besar
Lhoong 0.95 0.64 - - 2.10 3.72 1.97 2.21 2.35 2.58 0.98 1.51 - -
Lhoknga 1.00 0.53 - - 0.47 1.05 - - 0.20 0.27 1.74 3.39 - -
Leupung 1.02 0.28 2,99 10.33 0.31 1.21 - - - - 0.32 1.12 - -
Indrapuri 1.02 1.13 - - 0.76 0.81 - - - - 1.52 1.75 - -
Kuta Cot Glie 0.89 0.84 - - 0.93 1.09 - 5.48 0.68 0.47 4.30 4.96 1.25 1.18
Seulimeum 0.99 0.77 - - 4.00 4.82 3.92 0.25 0.60 0.44 0.15 0.20 - -
Kota Jantho 0.76 0.18 1,24 5.45 1.64 8.66 0.61 0.36 4.01 12.57 2.51 12.86 2.11 9.63
lembah seulawah 0.53 0.15 - - 3.49 17.94 0.09 - 2.23 7.65 3.12 16.82 12.58 63.86
Mesjid raya 0.53 0.02 - - 0.48 20.35 - - 0.53 14.75 0.56 22.83 0.52 20.63
Darussalam 1.04 2.81 - - 0.08 0.03 - - 1.26 0.30 - - - -
Baitussalam 0.69 0.09 - - - - - - 5.37 31.86 3.70 25.67 - -
Kuto Baro 1.04 3.27 - - - - - - - - - - - -
Montasik 1.04 4.20 - - - - - - - - - - - -
Blang Bintang 1.04 3.77 - - 0.75 0.18 - - - - 1.92 0.47 - -
Ingin Jaya 1.03 3.29 - - 1.35 0.40 - - - - 1.84 0.41 - -
Krueng Barona Jaya 1.04 5.14 - - 0.64 0.14 - - - - 1.36 0.23 - -
Sukamakmur 1.04 2.47 - - 0.06 0.02 - - - - 1.12 0.33 - -
Kuta Malaka 1.01 2.22 - - 0.54 0.22 - - - - 6.78 2.89 - -
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-82
No Kecamatan
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar
Luas
Panen
Nilai
Produksi
Luas
Panen
Nilai
Produksi
Luas
Panen
Nilai
Produksi
Luas
Panen
Nilai
Produksi
Luas
Panen
Nilai
Produksi
Luas
Panen
Nilai
Produksi
Luas
Panen
Nilai
Produksi
Simpang Tiga 1.04 2.06 - - - - - - - - 0.67 0.35 - -
Darul Imarah 1.00 1.76 - - 1.42 0.83 0.19 0.08 - - 8.96 3.67 - -
Darul Kamal 1.04 3.07 - - - - - - - - - - - -
Peukan Bada 1.03 0.56 - - 0.37 0.80 - - - - 0.39 0.79 - -
3 Kab. Pidie
Geumpang 0.83 0.12 - - 0.63 4.09 0.61 5.27 0.86 8.12 0.45 3.65 1.46 11.27
Mane 0.75 0.06 - - 0.12 2.35 0.53 13.98 0.10 2.74 0.17 3.91 - -
Glumpang Tiga 1.02 1.71 - - 0.10 0.05 1.96 1.42 - - - - - -
Glumpang Baro 1.04 2.37 - - - - - - - - 1.36 - - -
Mutiara 1.04 3.60 - - - - - - 1.12 0.40 1.40 - - -
Mutiara Timur 1.03 3.12 - - - - 1.31 0.47 3.09 1.20 0.19 0.06 - -
Tiro/Truseb 1.01 0.91 - - 0.07 - 1.10 1.58 - - 0.10 0.12 - -
Tangse 0.91 0.15 3.63 23.86 0.26 1.47 0.17 1.39 1.70 14.23 0.31 2.19 0.85 5.88
Keumala 1.00 6.55 111.17 15.10 2.33 0.36 8.26 1.42 12.81 2.26 3.57 0.53 - -
Titeue 1.01 6.10 - - 1.74 0.32 4.59 0.97 - - 4.89 0.89 - -
Sakti 1.00 3.43 - - 7.67 2.18 2.68 0.97 - - 0.18 0.05 - -
Mila 1.01 11.50 - - 3.83 0.34 14.44 1.50 0.92 0.11 7.50 0.69 - -
Padang Tiji 1.01 1.63 - - 0.36 0.22 2.11 1.65 0.15 0.11 0.33 0.22 - -
Delima 1.04 3.52 - - - - - - - - 0.56 0.17 - -
Grong-grong 1.02 2.55 - - - - 0.16 0.06 7.08 3.47 0.63 0.28 2.98 1.27
Indrajaya 1.04 4.44 - - - - - - - - 2.89 0.71 - -
Peukan Baro 1.00 5.87 - - 5.84 0.88 8.21 1.52 1.96 0.39 1.64 0.28 - -
Kembang Tanjong 1.01 1.91 - - 0.25 0.13 2.18 1.42 2.11 1.55 0.26 0.16 - -
Simpang Tiga 1.02 2.15 - - - - 1.50 0.84 1.42 0.92 1.55 0.84 - -
Kota Sigli - - - - - - - - - - 1.26 114.47 - -
Pidie 0.95 2.29 - - 2.30 0.84 11.34 5.07 - - 0.32 0.14 - -
Batee 0.89 0.40 - - 0.28 - 2.76 7.20 1.69 5.19 0.82 2.08 - -
Muara Tiga 0.59 1,00 - - - - 0.53 1.05 2.42 5.72 - - - -
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-83
TABEL 1.42 KOMODITI TANAMAN PANGAN UNGGULAN DAN PENDUKUNG DIRINCI MENURUT
KECAMATAN DI KAPET BAD TAHUN
2010
No Kecamatan
Komoditi Unggulan
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar
1 Kota Banda Aceh
Meuraxa - - - - - - -
Jaya Baru - - - - - - -
Banda Raya Pendukung - - - - - -
Baiturahman - - - - - - -
Lueng Bata Pendukung - - - - - -
Kuta Alam - - - - - - -
Kuta Raja - - - - - - -
Syiah Kuala Pendukung - - - - - -
Ulee Kareng Pendukung - - - - - -
2 Kab. Aceh Besar
Lhoong - - Utama Utama Utama Pendukung -
Lhoknga Pendukung - Pendukung - - Utama -
Leupung Pendukung Utama Pendukung - - Pendukung -
Indrapuri Utama - - - - Utama -
Kuta Cot Glie - - Pendukung Pendukung - Utama Utama
Seulimeum - - Utama Pendukung - - -
Kota Jantho - Utama Utama - Utama Utama Utama
Lembah Seulawah - - Utama - Utama Utama Utama
Mesjid Raya - - Utama - Pendukung Pendukung Pendukung
Darussalam Utama - Utama - Pendukung - -
Baitussalam - - - - Utama Utama -
Kuto Baro Utama - - - - - -
Montasik Utama - - - - - -
Blang Bintang Utama - - - - Pendukung -
Ingin Jaya Utama - - - - Pendukung -
Krueng Barona Jaya Utama - - - - Pendukung -
Sukamakmur Utama - - - - Pendukung -
Kuta Malaka Utama - - - - Utama -
Simpang Tiga Utama - - - - - -
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-84
No Kecamatan
Komoditi Unggulan
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar
Darul Imarah Utama - Pendukung - - Utama -
Darul Kamal Utama - - - - - -
Peukan Bada Utama - - - - - -
3 Kab. Pidie
Geumpang - - Pendukung Pendukung Pendukung - Utama
Mane - - Pendukung Pendukung Pendukung - -
Glumpang Tiga Utama - - Utama - - -
Glumpang Baro Utama - - - - Pendukung -
Mutiara Utama - - - Pendukung Pendukung -
Mutiara Timur Utama - - Pendukung Utama - -
Tiro/Truseb Utama - - Utama - - -
Tangse - Utama Pendukung Pendukung Utama Pendukung Pendukung
Keumala Utama Utama Pendukung Utama Utama Pendukung -
Titeue Utama - Pendukung Pendukung - Pendukung -
Sakti Utama - Utama Pendukung - - -
Mila Utama - Pendukung Utama - Pendukung -
Padang Tiji Utama - - Utama - - -
Delima Utama - - - - - -
Grong-grong Utama - - - Utama - Utama
Indrajaya Utama - - - - Pendukung -
Peukan Baro Utama - Pendukung Utama Pendukung Pendukung -
Kembang Tanjong Utama - - Utama Utama - -
Simpang Tiga Utama - - Pendukung Pendukung Pendukung -
Kota Sigli - - - - - Utama -
Pidie - - Pendukung Utama - - -
Batee - - - Utama Utama Pendukung -
Muara Tiga Pendukung - - Pendukung Utama - -
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-85
Dari hasil akhir perhitungan LQ, maka dapat ditentukan sentra
tiap komoditi berdasarkan sebaran komoditi unggulan dan
komoditi pendukung pada kecamatan-kecamatan yang berada di
wilayah KAPET BAD. Berikut sentra komoditi tanaman pangan di
KAPET BAD
TABEL 1.43 SENTRA KOMODITI TANAMAN PANGAN BERDASARKAN
KECAMATAN DI KAPET BAD
No Komoditi
Sebaran Kecamatan di Kab/Kota KAPET BAD
Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab. Pidie
Komoditi Unggulan
1) Padi Sawah
--
1. Indrapuri
2. Darussalam
3. Kuto Baro
4. Montasik
5. Blang Bintang
6. Ingin Jaya
7. Krueng Barona Jaya
8. Sukamakmur
9. Kuta Malaka
10. Simpang Tiga
11. Darul Imarah
12. Darul Kamal
13. Peukan Bada
1. Glumpang Tiga
2. Glumpang Baro
3. Mutiara
4. Mutiara Timur
5. Tiro/Truseb
6. Keumala
7. Titeue
8. Sakti
9. Mila
10. Padang Tiji
11. Delima
12. Grong-Grong
13. Indrajaya
14. Peukan Baro
15. Kembang Tanjong
16. Simpang Tiga
2) Padi Ladang 1. Leupung
2. Kota Jantho
1. Tangse
2. Keumala
3) Jagung
--
1. Lhoong
2. Seulimeun
3. Kota Jantho
4. Lembah Seulawah
5. Mesjid Raya
6. Darussalam
1.Sakti
4) Kedelai
-- 1. Lhoong
1. Glumpang Tiga
2. Keumala
3. Mila
4. Padang Tiji
5. Peukan Baro
6. Kembang Tanjong
7. Pidie
8. Batee
5) Kacang Tanah
--
1. Lhoong
2. Kota Jantho
3. Lembah Seulawah
4. Baitussalam
1. Mutiara Timur
2. Tangse
3. Keumala
4. Grong-Grong
5. Kembang Tanjong
6. Batee
7. Muara Tiga
6) Ubi Kayu
--
1. Lhoknga
2. Indrapuri
1. Kota Sigli
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-86
No Komoditi
Sebaran Kecamatan di Kab/Kota KAPET BAD
Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab. Pidie
3. Kuta Cot Glie
4. Kota Jantho
5. Lembah Seulawah
6. Baitussalam
7. Kuta Malaka
8. Darul Imarah
7) Ubi Jalar
--
1. Kuta Cot Glie
2. Kota Jantho
3. Lembah Seulawah
1. Geumpang
2. Grong-Grong
Komoditi Pendukung
1) Padi Sawah
--
1. Lhoknga
2. Leupung
1. Muara Tiga
2) Padi Ladang -- -- --
3) Jagung
--
1. Lhoknga
2. Leupung
3. Kuta Cot Glie
4. Darul Imarah
1. Geumpang
2. Mane
3. Tangse
4. Keumala
5. Titeue
6. Mila
7. Peukan Baro
8. Pidie
4) Kedelai
--
1. Kuta Cot Glie
2. Seulimeum
1. Geumpang
2. Mane
3. Mutiara Timur
4. Tangse
5. Titeue
6. Sakti
7. Simpang Tiga
8. Muara Tiga
5) Kacang Tanah
--
1. Mesjid Raya
2. Darussalam
1. Geumpang
2. Mane
3. Mutiara
4. Peukan Baro
5. Simpang Tiga
6) Ubi Kayu
--
1. Lhoong
2. Leupung
3. Mesjid Raya
4. Blang Bintang
5. Ingin Jaya
6. Krueng Barona Jaya
7. Sukamakmur
1. Glumpang Baro
2. Mutiara
3. Tangse
4. Keumala
5. Titeue
6. Mila
7. Indrajaya
8. Peukan Baro
9. Simpang Tiga
10. Batee
7) Ubi Jalar -- 1. Mesjid Raya 1. Tangse
Sumber : Hasil Analisis, 2012
b) Sub sektor Hortikultura
Berdasarkan jumlah produksi sub sektor hortikultura di wilayah
KAPET BAD tahun 2010 terlihat komoditi pisang merupakan
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-87
komoditi yang memiliki jumlah produksi dominan yaitu sebesar
325.985 kuintal, sedangkan komoditi kedua dan ketiga yang
memiliki jumlah produksi besar yaitu komoditi melinjo sebesar
92.484 kuintal dan komoditi ketimun sebesar 77.974 kuintal jika
dibandingkan jumlah produksi komoditi lainnya.
Berdasarkan perhitungan nilai ekonomis yang didapat, maka
komoditas dengan nilai ekonomis terbesar adalah cabe dengan
nilai Rp. 660.951.966.073 dan cabe rawit dengan nilai
570.687.021.260.
Hasil dari perhitungan LQ memperlihatkan bahwa terdapat
beberapa komoditas yang bersifat unggulan. Adapun hasil
perhitungan LQ secara detall dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL 1.44 NILAI LQ LUAS PANEN DAN NILAI PRODUKSI HORTIKULTURA
DIRINCI MENURUT KABUPATEN/KOTA DI KAPET BAD TAHUN 2010
Komoditi
Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab. Pidie KAPET BAD
LQ Luas LQ Nilai LQ Luas LQ Nilai LQ Luas LQ Nilai LQ Luas LQ Nilai
Sayuran
Bawang Merah - - 0.02 1.38 0.13 1.70 0.08 1.56
Bawang Putih - - - - -
Bawang Daun - - - - -
Kentang - - - - -
Kubis - - - - -
Kembang Kol - - - 0.09 0.06
Petsai/Sawi - - 2.60 0.18 1.01
Wortel - - - - -
Lobak - - - - -
Kacang Merah - - - - -
Kacang Panjang - - 1.57 2.52 2.15
Cabe - 0.10 0.02 0.80 0.02 1.03 0.02 0.93
Cabe Rawit - - 0.01 0.33 - 0.28 - 0.29
Jamur - 48.85 3.49 1.85 3.15
Tomat - - 0.88 0.54 0.65
Terung - - 1.30 1.83 1.62
Buncis - - 0.01 - 0.00
Ketimun - - 1.42 3.18 2.53
Labu Siam - - - - -
Kangkung - 0.04 1.81 2.55 2.26
Bayam - 0.07 2.03 1.12 1.41
Melinjo - 0.60 - 0.37 23.26 6.89 13.43 4.54
Petai - - - - -
Buah-Buahan
Alpokat - 0.03 0.17 0.28 0.24
Mangga 45,00 11.16 3.41 3.66 1.94 1.31 2.99 2.27
Rambutan - 0.09 1.08 0.89 0.94
Duku/Langsat - - 2.54 0.44 1.16
Jeruk Siam - - 0.62 0.48 0.47 0.16 0.53 0.26
Jeruk Besar - - 0.73 0.83 - 0.06 0.31 0.32
Belimbing - 4.65 2.71 2.50 2.60
Manggis - - 1.34 0.12 0.54
Nangka/Cempedak - 5.05 1.83 1.04 1.38
Durian - - 6.40 0.52 1.44 0.47 3.56 0.48
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-88
Komoditi
Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab. Pidie KAPET BAD
LQ Luas LQ Nilai LQ Luas LQ Nilai LQ Luas LQ Nilai LQ Luas LQ Nilai
Jambu Biji - 4.85 1.01 1.14 1.16
Jambu Air - 8.22 1.00 2.21 1.88
Sirsak - 41.22 4.72 1.83 3.44
Sukon - 14.47 2.27 1.10 1.71
Sawo - 6.61 1.23 0.79 1.03
Pepaya - 5.92 3.65 0.97 1.97
Pisang - 0.63 5.99 1.90 12.20 4.12 9.41 3.30
Nenas - - 1.47 0.14 0.60
Salak - 0.64 1.87 1.09 1.35
Semangka - - 0.98 0.97 0.96
Melon - - - - -
Alpokat - 0.03 1.68 0.88 1.19
Mangga - 11.16 0.17 0.28 0.24
Rambutan - 0.09 3.66 1.31 2.27
Duku/Langsat - - 1.08 0.89 0.94
Jeruk Siam - - 2.54 0.44 1.16
Jeruk Besar - - 0.48 0.16 0.26
Belimbing - 4.65 0.83 0.06 0.32
Manggis - - 0.11 2.71 0.30 2.50 0.22 2.60
Sumber : Hasil Analisis, 2012
TABEL 1.45 KOMODITI HORTIKULTURA UNGGULAN DAN PENDUKUNG DIRINCI
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI KAPET BAD TAHUN 2010
Komoditi Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab.Pidie KAPET BAD
Sayuran
Bawang Merah -- Pendukung Pendukung Pendukung
Bawang Putih -- -- -- --
Bawang Daun -- -- -- --
Kentang -- -- -- --
Kubis -- -- -- --
Kembang Kol -- -- -- --
Petsai/Sawi -- Pendukung -- Pendukung
Wortel -- -- -- --
Lobak -- -- -- --
Kacang Merah -- -- -- --
Kacang Panjang -- Pendukung Pendukung Pendukung
Cabe -- -- Pendukung --
Cabe Rawit -- -- --
Jamur Pendukung Pendukung Pendukung Pendukung
Tomat -- -- -- --
Terung -- Pendukung Pendukung Pendukung
Buncis -- -- -- --
Ketimun -- Pendukung Pendukung Pendukung
Labu Siam -- -- -- --
Kangkung -- -- -- --
Bayam -- Pendukung Pendukung Pendukung
Melinjo -- -- Utama Utama
Petai -- -- -- --
Buah-Buahan
Alpokat -- -- -- --
Mangga Utama Utama Utama Utama
Rambutan -- Pendukung -- --
Duku/Langsat -- Pendukung -- Pendukung
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-89
Komoditi Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab.Pidie KAPET BAD
Jeruk Siam -- -- -- --
Jeruk Besar -- -- -- --
Belimbing Pendukung Pendukung Pendukung Pendukung
Manggis -- Pendukung -- --
Nangka/Cempedak Pendukung Pendukung Pendukung Pendukung
Durian -- Pendukung Pendukung Pendukung
Jambu Biji Pendukung Pendukung Pendukung Pendukung
Jambu Air Pendukung Pendukung Pendukung Pendukung
Sirsak Pendukung Pendukung Pendukung Pendukung
Sukon Pendukung Pendukung Pendukung Pendukung
Sawo Pendukung Pendukung -- Pendukung
Pepaya Pendukung Pendukung -- Pendukung
Pisang -- Utama Utama Utama
Nenas -- Pendukung -- --
Salak -- Pendukung -- --
Semangka -- -- -- --
Melon -- -- -- --
Alpokat -- Pendukung -- Pendukung
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Dari perhitungan LQ pada tabel dibawah pada wilayah KAPET
BAD dalam konteks regionalitas Provinsi Aceh ada beberapa
komoditas unggulan hortikultura yang potensial untuk
dikembangkan yaitu pisang, mangga dan melinjo.
TABEL 1.46 GAMBARAN KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI WILAYAH
KAPET BAD
No Komoditi Variabel
Kabupaten/Kota
Kab. Aceh Besar Kab. Pidie
1) Pisang 1. Produksi (kwintal)
2. Proporsi thd Provinsi (%)
3. Proporsi thd Nasional (%)
4. Peringkat Provinsi (# dari 23)
5. Nilai Produsen (Rupiah)
1. 64.829 kwintal
2. 9,21%
3. 0,11%
4. (2)
5. Rp. 3.758.007.472
1. 260.198 kwintal
2. 36,96%
3. 0,45%
4. (1)
5. Rp. 15.083.157.664
2) Mangga 1. Produksi (kwintal)
2. Proporsi thd Provinsi (%)
3. Proporsi thd Nasional (%)
4. Peringkat Provinsi (# dari 23)
5. Nilai Produsen (Rupiah)
1. 37.676 kwintal
2. 17,73%
3. 0,29%
4. (2)
5. Rp. 27.914.826.568
1. 24.947 kwintal
2. 11,74%
3. 0.19%
4. (3)
5. Rp. 18.483.681.346
3) Melinjo 1. Produksi (kwintal)
2. Proporsi thd Provinsi (%)
3. Proporsi thd Nasional (%)
4. Peringkat Provinsi (# dari 23)
5. Nilai Produsen (Rupiah)
1. 2.610 kwintal
2. 1,79%
3. 0,12%
4. (5)
5. Rp. 996.952.140
1. 89.685 kwintal
2. 61,70%
3. 4.18%
4. (1)
5. Rp. 34.257.338.190
Sumber : Aceh Dalam Angka, 2011, diolah
Untuk mengetahui sebaran lokasi dari kecamatan produsen
hortikultura unggulan, maka berdasarkan hasil akhir perhitungan
LQ, dapat ditentukan kecamatan-kecamatan yang menjadi sentra
komoditi. Berikut sentra komoditi unggulan hortikultura di KAPET
BAD.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-90
TABEL 1.47 SENTRA KOMODITI TANAMAN PANGAN BERDASARKAN KECAMATAN DI
KAPET BAD
No Komoditi
Sebaran Kecamatan di Kab/Kota KAPET BAD
Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab. Pidie
1) Pisang -- 1. Seulimeum
2. Kota Jantho
3. Lembah Seulawah
1. Padang Tiji
2. Indra Jaya
3. Muara Tiga
4. Kembang
Tanjong
2) Mangga 1. Jaya Baru
2. Banda Raya
3. Baiturrahman
4. Lueng Bata
5. Ulee Kareng
1. Lhoong
2. Baitussalam
3. Montasik
4. Ingin Jaya
1. Glumpang Tiga
2. Glumpang Baro
3. Mila
4. Indrajaya
5. Peukan Baro
6. Simpang Tiga
7. Kota Sigli
8. Pidie
3) Melinjo -- -- 1. Glumpang Baro
2. Mutiara
3. Keumala
4. Titeu
5. Sakti
6. Delima
7. Grong Grong
8. Peukan Baro
9. Kembang
Tanjong
10. Simpang Tiga
11. Pidie
Sumber : Hasil Analisis, 2012
c) Sub sektor Perkebunan
Berdasarkan jumlah produksi sub sektor perkebunan di wilayah
KAPET BAD tahun 2010 terlihat komoditi kelapa dalam
merupakan komoditi yang memiliki jumlah produksi dominan
yaitu sebesar 68.760 kwintal atau sekitar 14,99%dari
keseluruhan Provinsi NAD.
Hasil dari perhitungan LQ memperlihatkan bahwa terdapat
beberapa komoditas yang bersifat unggulan. Adapun hasil
perhitungan LQ secara detall dapat dilihat pada tabel berikut.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-91
TABEL 1.48 NILAI LQ LUAS PANEN DAN NILAI PRODUKSIPERKEBUNAN DIRINCI
MENURUTKABUPATEN/KOTA DI KAPET BAD
TAHUN2010
Komoditas
Kota Banda Aceh
Skor
Kab. Aceh Besar
Skor
Kab. Pidie
Skor
KAPET BAD
SkoLQ r
Luas
LQ Nilai
Produksi
LQ
Naker
LQ
Luas
LQ Nilai
Produksi
LQ
Naker
LQ
Luas
LQ Nilai
Produksi
LQ
Naker
LQ
Luas
LQ Nilai
Produksi
LQ
Naker
Karet - - - 0 0.002 0.005 0.002 0 - - - 0 0.001 0.003 0.001 0
Kelapa Dalam - - - 0 3.264 3.923 1.862 3 1.700 3.175 1.634 3 2.428 3.614 1.726 3
kelapa Hybrida - - - 0 8.458 12.383 6.819 3 1.254 1.493 0.956 2 4.606 7.886 3.315 3
Kelapa Sawit - - - 0 0.152 0.058 0.139 0 0.006 0.001 0.008 0 0.074 0.035 0.061 0
Kopi Robusta - - - 0 0.976 1.319 0.799 1 5.870 1.927 4.694 3 3.593 1.570 3.127 3
Kakao - - - 0 0.753 0.265 0.586 0 2.055 2.597 1.252 3 1.449 1.228 0.984 2
cengkeh - - - 0 3.013 10.102 5.134 3 0.006 0.054 0.020 0 1.405 5.953 2.078 3
Lada - - - 0 13.135 3.874 8.321 3 2.559 5.509 1.369 3 7.479 4.549 4.166 3
Jambu Mete - - - 0 - - - 0 - - - 0 - - - 0
Tebu - - - 0 0.051 0.008 0.106 0 0.056 0.002 0.155 0 0.054 0.005 0.135 0
Tembakau - - - 0 0.953 1.006 0.597 1 0.129 0.089 0.638 0 0.512 0.628 0.622 0
Pala - - - 0 0.282 0.245 0.381 0 0.108 0.063 0.153 0 0.189 0.170 0.245 0
Pinang - - - 0 0.814 1.514 0.835 1 1.172 1.524 0.631 2 1.005 1.518 0.713 2
Kapuk Randu - - - 0 1.850 - 1.440 2 2.303 0.955 2.090 2 2.092 1.416 1.828 3
Kemiri - - - 0 2.630 3.240 2.294 3 0.992 1.486 0.858 1 1.754 2.516 1.436 3
Sagu - - - 0 0.343 0.288 0.248 0 4.213 4.065 2.470 3 2.413 1.847 1.576 3
Aren - - - 0 1.150 2.045 0.698 2 0.732 5.128 0.624 1 0.926 3.318 0.654 1
Kayu Manis - - - 0 0.123 0.203 0.082 0 1.087 1.518 1.428 3 0.639 0.746 0.886 0
Gambir - - - 0 - - - 0 - - - 0 - - - 0
Nilam - - - 0 0.599 3.446 0.345 1 0.056 0.188 0.044 0 0.309 2.101 0.165 1
Serewangi - - - 0 0.010 0.224 0.029 0 - - - 0 0.005 0.132 0.012 0
Jarak - - - 0 13.800 28.364 9.215 3 - - - 0 6.420 16.653 3.708 3
Kunyit - - - 0 - - - 0 4.196 27.285 4.174 3 2.244 11.265 2.495 3
Jahe - - - 0 - - - 0 2.044 20.246 0.943 2 1.093 8.359 0.564 2
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-92
TABEL 1.49 KOMODITI PERKEBUNAN UNGGULAN DAN PENDUKUNG DIRINCI MENURUT
KABUPATEN/KOTA DI KAPET BAD
TAHUN 2010
Komoditas Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab. Pidie KAPET BAD
Karet - - - -
Kelapa Dalam - Utama Utama Utama
kelapa Hybrida - Utama Pendukung Utama
Kelapa Sawit - - - -
Kopi Robusta - - Utama Utama
Kakao - - Utama Pendukung
Cengkeh - Utama - Utama
Lada - Utama Utama Utama
Jambu Mete - - - -
Tebu - - - -
Tembakau - - - -
Pala - - - -
Pinang - - Pendukung Pendukung
Kapuk Randu - Pendukung Pendukung Utama
Kemiri - Utama - Utama
Sagu - - Utama Utama
Aren - Pendukung - -
Kayu Manis - - Utama -
Gambir - - - -
Nilam - - - -
Serewangi - - - -
Jarak - Utama - Utama
Kunyit - - Utama Utama
Jahe - - Pendukung Pendukung
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-93
Dari perhitungan LQ pada tabel berikut menunjukkan komoditas
kelapa dan lada di wilayah KAPET BAD dalam konteks
regionalitas Provinsi Aceh sebagai komoditas unggulan yang
potensial untuk dikembangkan. Gambaran mengenai komoditas
perkebunan unggulan di KAPET BAD dapat dilihat pada tabel
berikut.
TABEL 1.50 GAMBARAN KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN DI WILAYAH
KAPET BAD
No Komoditi Variabel
Kabupaten/Kota
Kab. Aceh Besar Kab. Pidie
1) Kelapa
Dalam
1. Produksi (kwintal)
2. Proporsi thd Provinsi (%)
3. Peringkat Provinsi (# dari 23)
4. Nilai Produsen (Rupiah)
1. 61.640 kwintal
2. 13.44%
3. (3)
4. Rp. 8.075.579.680
1. 7.120 kwintal
2. 1,55%
3. (10)
4. Rp. 932.805.440
2) Kelapa
Hibrida
1. Produksi (kwintal)
2. Proporsi thd Provinsi (%)
1. Peringkat Provinsi (# dari 23)
2. Nilai Produsen (Rupiah)
1. 170 kwintal
2. 0,49%
3. (10)
4. Rp. 22.272.040
1. 5.790 kwintal
2. 16,83%
3. (3)
4. Rp. 758.559.480
3) Lada 1. Produksi (kwintal)
2. Proporsi thd Provinsi (%)
3. Peringkat Provinsi (# dari 23)
4. Nilai Produsen (Rupiah)
1. 380 kwintal
2. 3,59%
3. (5)
4. Rp. 10.314.340
1. 3.200 kwintal
2. 30,22%
3. (2)
4. Rp. 86.857.600
4) Kopi
Robusta
1. Produksi (kwintal)
2. Proporsi thd Provinsi (%)
3. Peringkat Provinsi (# dari 23)
4. Nilai Produsen (Rupiah)
1. 15.280 kwintal
2. 18,34%
3. (3)
4. 25.912.557.440
1. 15.690 kwintal
2. 18,83%
3. (2)
4. 26.607.855.120
Sumber : Angka Tetap Statistik, Dinas Perkebunan Provinsi Aceh, 2011, diolah
Dari hasil akhir perhitungan LQ, maka dapat ditentukan sentra
tiap komoditi berdasarkan sebaran komoditi unggulan dan
komoditi pendukung pada kecamatan-kecamatan yang berada di
wilayah KAPET BAD. Berikut sentra komoditi perkebunan di
KAPET BAD
TABEL 1.51 SENTRA KOMODITI PERKEBUNAN BERDASARKAN KECAMATAN DI
KAPET BAD
No Komoditi
Sebaran Kecamatan di Kab/Kota KAPET BAD
Kab. Aceh Besar Kab. Pidie
1) Kelapa Dalam 1. Kuta Cot Glie
2. Mesjid Raya
3. Darussalam
4. Baitussalam
5. Kuto Baro
6. Montasik
7. Blang Bintang
8. Ingin Jaya
9. Krueng Barona Jaya
10. Kuta Malaka
11. Simpang Tiga
12. Darul Imarah
1. Glumpang Baro
2. Mutiara Timur
3. Sakti
4. Mila
5. Delima
6. Grong Grong
7. Indrajaya
8. Peukan Baro
9. Kembang Tanjong
10. Simpang Tiga
11. Kota Sigli
12. Pidie
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-94
No Komoditi
Sebaran Kecamatan di Kab/Kota KAPET BAD
Kab. Aceh Besar Kab. Pidie
13. Darul Kamal
14. Peukan Bada
13. Batee
14. Muara Tiga
2) Kelapa Hibrida Tidak ada data 1. Mutiara
2. Sakti
3. Indrajaya
4. Peukan Baro
3) Lada 1. Lhoknga
2. Seulimeum
3. Mesjid Raya
4. Kuto Baro
5. Montasik
6. Darul Imarah
7. Peukan Bada
1. Mutiara Timur
2. Padang Tiji
3. Delima
4. Simpang Tiga
4) Kopi Robusta 1. Kuta Cot Glie
2. Mesjid Raya
3. Darul Kamal
1. Geumpang
2. Mane
3. Tangse
4. Titeue
Sumber : Hasil Analisis, 2012
d) Sub sektor perternakan
Berdasarkan jumlah produksi sub sektor tanaman pangan di
wilayah KAPET BAD tahun 2010 terlihat komoditi sapi
merupakan komoditi yang memiliki jumlah ternak dominan yaitu
sebesar 198.614 ekor, sedangkan komoditi berikutnya yang
memiliki jumlah produksi besar yaitu komoditi kambing sebesar
243.034 ekor dan domba sebesar 47.159 ekor.
Hasil dari perhitungan LQ memperlihatkan bahwa terdapat
beberapa komoditas yang bersifat unggulan. Adapun hasil
perhitungan LQ secara detall dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL 1.52 NILAI LQ JUMLAH DAN NILAI PRODUKSI PETERNAKAN DIRINCI
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI KAPET BAD TAHUN 2010
Komoditi
Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab. Pidie KAPET BAD
LQ Jumlah LQ Nilai LQ Jumlah LQ Nilai LQ Jumlah LQ Nilai LQ Jumlah LQ Nilai
Sapi 1.06 1.61 1.13 1,00 1.13 1.06 1.13 1.11
Kerbau 0.22 0.25 0.80 1.14 0.64 1.62 0.74 1.13
Kambing 1.57 1.09 1.33 2.86 1.08 0.36 1.24 1.87
Domba 1.80 0.03 1.52 4.57 0.31 0.07 1.10 2.57
Ayam Buras 2.33 1.19 0.42 0.22 1.00 0.44 0.66 0.44
Ayam Ras 0.26 0.11 0.33 1.07 0.61 2.63 0.43 1.35
Ayam Ras
Petelur - 0.21 1.23 0.49 0.17 1.01 0.83 0.59
Itik 2.59 0.47 0.70 0.96 2.63 0.53 1.41 0.76
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-95
TABEL 1.53 KOMODITI PETERNAKAN UNGGULAN DAN PENDUKUNG DIRINCI
MENURUT KABUPATEN/KOTA DI KAPET BAD
No Komoditas
Kota Banda
Aceh
Kab. Aceh
Besar
Kab. Pidie KAPET BAD
1 Sapi Utama Utama Utama Utama
2 Kerbau -- Pendukung Pendukung Pendukung
3 Kambing Utama Utama Pendukung Utama
4 Domba Pendukung Utama -- Utama
5 Ayam Buras Utama -- Pendukung --
6 Ayam Ras -- Pendukung Pendukung Pendukung
7 Ayam Ras Petelur -- Pendukung Pendukung --
8 Itik Pendukung -- Pendukung Pendukung
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Dari perhitungan LQ di wilayah KAPET BAD dalam konteks
regionalitas Provinsi Aceh ada tiga komoditas unggulan hewan
ternak yang potensial untuk dikembangkan yaitu komoditas sapi,
kambing, dan domba. Gambaran mengenai komoditas
perkebunan unggulan di KAPET BAD dapat dilihat pada tabel
berikut.
TABEL 1.54 GAMBARAN KOMODITAS PETERNAKAN UNGGULAN DI WILAYAH
KAPET BAD
Komoditi Variabel
Kabupaten/Kota
Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab. Pidie
Sapi 1. Populasi Ternak (ekor)
2. Proporsi thd Provinsi (%)
3. Proporsi thd Nasional (%)
4. Peringkat Provinsi (# dari 23)
5. Produksi Daging (Kg)
6. Proporsi thd Provinsi (%)
7. Peringkat Provinsi (# dari 23)
1. 2.696 ekor
2. 0,40%
3. 0,02%
4. (17)
5. 583.254 kg
6. 6,87%
7. (6)
1. 125.660 ekor
2. 18,75%
3. 0,92%
4. (1)
5. 1.234.800 kg
6. 14,54%
7. (2)
1. 70.256 ekor
2. 10,47%
3. 0,51%
4. (3)
5. 656.838 kg
6. 6,66%
7. (4)
Kambing 1. Populasi Ternak (ekor)
2. Proporsi thd Provinsi (%)
3. Proporsi thd Nasional (%)
4. Peringkat Provinsi (# dari 23)
5. Produksi Daging (Kg)
6. Proporsi thd Provinsi (%)
7. Peringkat Provinsi (# dari 23)
1. 4.455 ekor
2. 0,59%
3. 0,03%
4. (20)
5. 70.700 Kg
6. 4,64%
7. (3)
1. 164.116 ekor
2. 21,98%
3. 0,96%
4. (1)
5. 637.480 Kg
6. 41,86%
7. (1)
1. 74.463 ekor
2. 9,97%
3. 0,44%
4. (3)
5. 40.350 Kg
6. 2,65%
7. (11)
Domba 1. Populasi Ternak (ekor)
2. Proporsi thd Provinsi (%)
3. Proporsi thd Nasional (%)
4. Peringkat Provinsi (# dari 23)
5. Produksi Daging (Kg)
6. Proporsi thd Provinsi (%)
7. Peringkat Provinsi (# dari 23)
1. 1.122 ekor
2. 0,68%
3. 0,01%
4. (14)
5. 351 Kg
6. 0,11%
7. (20)
1. 41.330 ekor
2. 25,16%
3. 0,38%
4. (1)
5. 216.288 Kg
6. 66,91%
7. (1)
1. 4.707 ekor
2. 2,87%
3. 0,04%
4. (7)
5. 1.719 Kg
6. 0,53%
7. (17)
Sumber : Aceh Dalam Angka, 2011, diolah
Dari hasil akhir perhitungan LQ, maka dapat ditentukan sentra
tiap komoditi berdasarkan sebaran komoditi unggulan pada
kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah KAPET BAD.
Berikut sentra komoditi peternakan di KAPET BAD
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-96
TABEL 1.55 SENTRA KOMODITI PERKEBUNAN BERDASARKAN KECAMATAN DI
KAPET BAD
No Komoditi
Sebaran Kecamatan di Kab/Kota KAPET BAD
Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab. Pidie
1) Sapi Seluruh wilayah
Kota Banda Aceh
1. Lhoong
2. Lhoknga
3. Indrapuri
4. Kuta Cot Glie
5. Seulimeum
6. Kota Jantho
7. Lembah Seulawah
8. Mesjid Raya
9. Baitussalam
10. Kuto Baro
11. Blang Bintang
12. Ingin Jaya
13. Suka Makmur
14. Kuta Malaka
15. Simpang Tiga
16. Darul Kamal
1. Grong-Grong
2) Kambing Seluruh wilayah
Kota Banda Aceh
1. Kuta Cot Glie
2. Seulimeum
3. Lembah Seulawah
4. Mesjid Raya
5. Kuto Baru
6. Blang Bintang
7. Suka Makmur
--
3) Domba -- 1. Kota Jantho
2. Lembah Seulawah
3. Kuto Baro
4. Blang Bintang
5. Ingin Jaya
6. Kr. Barona Jaya
7. Kuta Malaka
--
Sumber : Hasil Analisis, 2012
2) Sektor Perikanan
Pada dasarnya, terkait dengan lokasi geografis dari KAPET BAD
yaitu pada tepi Samudra Hindia dan Selat Malaka maka terdapat
potensi perikanan yang cukup besar. Akan tetapi apabila dilihat dari
produksinya, maka terlihat bahwa apabila dibandingkan dengan
regionalitas Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, sektor perikanan di
wilayah KAPET BAD masih belum berada pada posisi utama di
Provinsi NAD.
Gambaran mengenai kondisi perikanan di wilayah KAPET BAD
dapat dilihat pada tabel berikut.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-97
TABEL 1.56 GAMBARAN KOMODITAS PERIKANAN DI WILAYAH KAPET BAD
TAHUN 2010
Jenis Variabel
Kabupaten/Kota
Kota Banda Aceh Kab. Aceh Besar Kab. Pidie
Tangkap 1. Produksi (Ton)
2. Proporsi thd Provinsi (%)
3. Peringkat Provinsi (# dari 23)
4. Nilai Ekonomi (Juta Rp)
5. Jumlah Rumah Tangga (KK)
1. 9.140,2 Ton
2. 6,42%
3. (6)
4. Rp.118.421,43
5. 374
1. 5.585,1 Ton
2. 3,91%
3. (12)
4. Rp. 69.762,19
5. 596
1. 8.042,2 Ton
2. 5,64%
3. (9)
4. Rp. 133.358,54
5. 1.256
Budidaya 1. Populasi (Ton)
2. Proporsi thd Provinsi (%)
3. Peringkat Provinsi (# dari 23)
4. Nilai Ekonomi (Juta Rp)
5. Luas Usaha Budidaya (Ha)
6. Jumlah Rumah Tangga (KK)
1. 46 Ton
2. 0,10%
3. (17)
4. Rp. 754,88
5. 630,5 Ha
6. 491
1. 276,6 Ton
2. 0,62%
3. (12)
4. Rp. 5.825,15
5. 449,8 Ha
6. 655
1. 1.860,4 Ton
2. 4,17%
3. (8)
4. Rp. 34.342,61
5. 2.795,1 Ha
6. 1.146
Sumber : Statistik Perikanan, Dinas KKP Provinsi Aceh, 2011, diolah
1.3. Konsepsi Pengembangan Wilayah KAPET BAD
1.3.1. Rumusan SWOT Pengembangan Kawasan
1. Isu Strategis
a. Aspek Politik
(1). Konflik berkepanjangan yang menghambat iklim investasi
(2). Peraturan perundang-undangan otonomi khusus berupa UU
11/2006 dengan turunannya (Qanun Provinsi dan Qanun
kabupaten/kota)
(3). Posisi strategis sebagai kawasan hinterland bagi Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang
b. Aspek Daya Dukung Kawasan
(1). Berada di daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami
(Akibatnya sampai dengan tahun 2007, Pemerintah Daerah fokus
pada kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dampak tsunami)
(2). Berada di daerah rawan bencana banjir (Kec. Tangse, Kab Aceh
Pidie sentra kawasan pertanian tanaman pangan)
(3). Berdasarkan peta kawasan hutan, KAPET BAD mempunyai
luasan kawasan lindung sebesar 43,74% tidak dikembangkan
untuk budidaya (terbatas)
c. Aspek Kelembagaan
(1). Kurangnya Dukungan dari Kementerian terkait, selaku Badan
Pengembangan KAPET Pusat terhadap pengembangan KAPET di
daerah, kecuali Kementrian PU selaku Ketua Tim Teknis Badan
Pengembangan KAPET
(2). Koordinasi antar sektor di daerah kurang memberikan hasil yang
memuaskan karena KAPET bukan merupakan SKPD
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-98
(3). Tupoksi KAPET yang hanya terbatas pada Mediasi, Fasilitasi dan
Koordinasi, mengakibatkan KAPET terkesan seperti jalan di
tempat
d. Aspek Komoditas
(1). Perlunya penetapan prioritas pengembangan komoditas unggulan
terkait adanya ketersediaan ruang Kawasan Industri Aceh (KIA)
(2). Memiliki potensi perikanan tangkap meliputi perairan Selat Malaka
sampai Samudera Hindia
(3). Merupakan daerah tujuan wisata religi bagi negera tetangga
2. Perumusan SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk menelaah strategi pengeembangan wilayah
KAPET BAD, yakni dengan menggunakan analisis kualitatif untuk
menganalisis faktor secara sistematis dan merumuskan strategi
pengembangan wilayah. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strength)dan peluang (Opportunities) atau dalam
matrik SWOT disebut sebagai faktor internal, dan secara bersamaan dapat
pula meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) yang
disebut sebagai faktor eksternal.
a. Potensi/kekuatan kawasan
Merupakan upaya merumuskan kekuatan yang dimiliki oleh kawasan
berdasarkan rona kawasan itu sendiri, meliputi faktor ekonomi wilayah;
kondisi fisik dan lingkungan wilayah; faktor daya serap dan daya
tangkal sosial-budaya setempat terhadap suatu perkembangan; serta
kesiapan perangkat kelembagaan untuk berkembangnya kawasan.
Sasaran yang akan dicapai dalam tahap ini adalah
teridentifikasikannya faktor-faktor internal kawasan yang dapat
digunakan sebagai kekuatan untuk dikembangkan sesuai tujuan
pengembangan kawasan tersebut.
b. Masalah/Kelemahan Kawasan
Merupakan upaya merumuskan permasalahan/kelemahan yang
dihadapi kawasan dalam mengembangkan kawasan untuk dapat
diatasi berdasarkan kekuatan yang dimiliki oleh kawasan tersebut,
yaitu meliputi faktor ekonomi wilayah; kondisi fisik dan lingkungan
wilayah; faktor daya serap dan daya tangkal sosial-budaya setempat
terhadap suatu perkembangan; serta kesiapan perangkat
kelembagaan untuk berkembangnya kawasan. Sasaran yang akan
dicapai dalam tahap ini adalah teridentifikasinya faktor-faktor internal
kawasan yang menghambat pengembangan kawasan untuk dapat
diatasi berdasarkan kekuatan yang dimiliki kawasan.
Faktor-faktor yang akan dianalisis dengan SWOT adalah antara lain :
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-99
1. Faktor Produksi di Wilayah Kapet BAD yang meliputi: Sumber Daya
Alam, Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Modal, Sumber Daya
Buatan (Sarana, Prasarana dan Utilitas)
2. Sektor Unggulan di Wilayah KAPET BAD yang meliputi: Pertanian
Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, Pariwisata
TABEL 1.57 IDENTIFIKASI KEKUATAN DAN KELEMAHAN KAWASAN KAPET BAD
KEKUATAN (STRENGTH) KELEMAHAN (WEAKNESSES)
SDA
Sumberdaya alam dalam kawasan KAPET BAD kaya dan
beragam, baik ekologi darat maupun laut.an
Banyaknya Kandungan sumber daya Alam dapat
dmanfaatkan dan dikelola untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
SDM
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mencapai 61,36 untuk
Wilayah KAPET
Tingkat IPM Wilayah KAPET diatas rata-rata IPM Provinsi
Sumber Daya Modal
Tersedia komoditas unggulan yang potensial untuk
dikembangkan seperti perkebunan, perikanan,
pertambangan, kehutanan, industri, pertanian dan
holtikultura, jasa, tersedia tenaga kerja dan tersedia bahan
baku / bahan jadi.
Dukungan Undang-Undang Pemerintah Aceh yaitu Qanun
Aceh Nomor 5 Tahun 2009 tentang Penanaman Modal.
Perhubungan Darat-Jalan
Telah tersedia jaringan jalan bagi pelayanan distribusi
komoditi perdagangan dan industri dan tersedianya
jaringan infrastruktur jalan dan jembatan di sepanjang
Pantai Timur, Barat dan Selatan, serta daerah Tengah
dalam Provinsi Aceh
Jaringan Angkutan Umum Penumpang telah melayani ke
seluruh wilayah di Provinsi Aceh. Tersedianya pelayanan
angkutan AKDP dan AKAP
Perhubungan Laut
Merupakan jenis angkutan dengan kapasitas angkut yang
besar dan hemat energi bila dibandingkan dengan daya
angkut.
Mampu menyediakan pelayanan angkutan untuk wilayah
kepulauan yang terpencil serta transportasi laut Aceh
mempunyai lokasi strategis untuk pelabuhan
persinggahan internasional.
Perhubungan Udara
Tersedianya fasilitas Bandara yang memadai
Diberlakukannya VOA (visa on Arrival) bagi warga asing
dan mudah untuk mengakses ke Bandara SIM
Irigasi
Telah tersedia luas area teririgasi yang cukup luas.
Sebagian besar wilayah irigasi sudah beririgasi teknis atau
semi-teknis
Sudah ada organisasi Petani yang terlatih serta cukup
tersedia tenaga ahli bidang irigasi
20. Telekomunikasi
Tersedianya jaringan telekomunikasi di Wilayah KAPET
baik oleh pemerintahh atau swasta
21. Listrik
Infrastruktur kelistrikan yang telah menjangkau sampai ke
desa-desa yang letaknya jauh dari perkotaan.
Mempunyai SDM yang terlatih dengan fasilitas pelayanan
SDA
Pemanfaatan yang illegal menyebabakan kerusakan yang
parah.Kerusakan lingkungan (hutan, DAS, ekosistem peisir)
Belum berkembangnya pemanfaatan hasil hutan non kayu
dan jasa-jasa lingkungan, serta potensi kelautan.
SDM
Belum meratanya tingkat pendidikan di wilayah KAPET dan
Masih kurangnya tenaga ahli dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ekonomi
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) diatas rata-rata TPT
Provinsi. Sektor pertanian mempunyai serapan tenaga kerja
yang tinggi, namun kualitas masih tergolong rendah
Sumber Daya Modal
Kurang atau tidak tersedianya sarana dan prasarana secara
merata di wilayah KAPET, kurang aktifnya lembaga, swasta
pendukung investasi dan kurang terjalin kerjasama bisnis
secara regional nasional dan internasional.
Belum tersedia dan terkoordinasi data komplit tentang jumlah
komoditi ekspor yang pasti tersedia lahan dan infrastruktur
dan supra struktur yang menjadi pedoman investor.
Perhubungan Darat-Jalan
Biaya tinggi dalam pemuatan dan pemeliharaan jalan
Sarana transportasi membutuhkan biaya investasi besar dan
jangka waktu pengembalian yang panjang
Perhubungan Laut
Tingkat pelayanannya dipengaruhi faktor cuaca dan
kurangnya Sumber Daya Manusia profesional sebagai
operator
Jumlah sarana dan prasarana angkutan masih sangat
terbatas.
Perhubungan Udara
Tarif angkutan relatif mahal dan biaya perawatan fasilitas
yang tinggi
Membutuhkan area yang luas dan bebas dari bangunan -
bangunan yang tinggi
Irigasi
Membutuhkan biaya yang tinggi untuk membangun jaringan
irigasi baru
Organisasi pengelolaan air pedesaan yang belum berjalan
Telekomunikasi
Terdapat beberapa daerah yang belum terjangkau jaringan
telekomunikasi
Pengawasan terhadap fasilitas telekomunikasi yang masih
kurang
Listrik
Kondisi topografi dan bentang alam yang terdapat
pegunungan
Daya pembangkit masih kurang, biaya pokok produksi masih
tinggi karena seluruh Pembangkit menggunakan BBM, dan
belum dapat untuk kapasitas besar (skala industri)
Air Bersih
Wilayah perdesaan luas dan tersebar di wilayah KAPET
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-100
KEKUATAN (STRENGTH) KELEMAHAN (WEAKNESSES)
yang memadai.
Air Bersih
Mempunyai daerah tangkapan hujan (catchment areas)
yang luas
PDAM dan jaringan perpipaan air bersih sudah tersedia,
Di wilayah dataran air tanah cukup tersedia untuk sumur
dangkal
Pertanian Tanaman Pangan
Tersedianya lahan pertanian tanan pangan dan
hortikutura di wilayah KAPET yang cukup luas dan
potensial untuk dikembangakan
Adanya anggaran APBD, APBN untuk menunjang sektor
pertanian
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), BPP, BBI sudah
ada memadai
Tersedianya Kelembagaan petani terdapat Adanya
kemitraan dengan pengusaha swasta
Perkebunan
Kondisi alam (iklim & tanah) di wilayah KAPET BAD
sangat mendukung untuk pengembangan komoditas
perkebunan.
Areal perkebunan yang sudah dibangun dan potensi lahan
untuk pengembangan cukup besar.
Tersedianya tenaga kerja yang cukup dengan jumlah
petugas yang memadai di bidang perkebunan.
22. Peternakan
Penduduk yang hidup di sektor pertanian termasuk sub
sektor peternakan cukup besar
Tersedianya lahan yang dapat dimanfaatkan untuk usaha
peternakan seperti padang rumput, lahan perkebunan,
lahan tanaman pangan dan lain-lain.
Tersedianya tenaga profesional dibidang peternakan.
Populasi ternak dengan berbagai keragaman genetiknya
sehingga merupakan sumber pemuliaan ternak untuk
mendapatkan berbagai bakalan ternak unggul.
Tersedianya potensi sumber daya alam yang dimiliki
terutama sebagai sumber pakan ternak dari limbah
agroindustri seperti tanaman pangan dan perkebunan.
Tersedianya pakan ternak khususnya hijauan makanan
ternak dalam jumlah yang memadai.
Harga jual daging hasil ternak cukup tinggi
Adanya teknologi tepat guna dalam rangka peningkatan
produksi peternakan.
Tersedianya bimbingan dan penyuluhan dalam usaha
peternakan
Perikanan
Fasilitas pendukung sarana dan prasarana masih kurang
Sarana dan prasarana kelautan dan perikanan belum
memadai
Jumlah tenaga penyuluh dan pendataan bidang kelautan
dan perikanan yang terbatas.
Masih terbatasnya fasilitas pengembangan keterampilan
bidang kelautan dan perikanan
Penyerapan teknologi kelautan dan perikanan
(tangkap,budidaya dan pengolahan hasil) masih rendah.
Perbankan yang tidak berani memberikan kredit kepada
nelayan
Kurangnya pengusaha yang menamam modal di Kelautan
dan Perikanan
Industri
Tersedianya sumber daya alam di daerah yang cukup,
baik sumber daya terbaharukan maupun yang tidak
terbarukan sebagai bahan baku utama penunjang sektor
sehingga membutuhkan investasi yang besar untuk
membangun jaringan air bersih
Terdapatnya jaringan pipa yang rusak serta biaya operasional
(perawatan) yang tinggi
Pertanian Tanaman Pangan
Daya saing produk pertanian tanaman pangan dan
hortikutura rendah
Fasilitas sarana dan prasarana yang masih kurang
Jumlah Tenaga penyuluh/PHP yang masih terbatas
Kepemilikan lahan petani sempit
Terbatasnya modal petani dan pengusaha pertanian
Kelembagaan petani kurang berperan
Penggunaan teknologi pertanian yang masih terbatas
Informasi teknologi dan pasar kurang terbuka
Kurang tersedia benih bermutu
Harga sarana produksi relatif mahal
Persentase petani miskin relatif tinggi.
Perkebunan
Produktivitas komoditi perkebunan masih rendah.
Penggunaan teknologi perkebunan yang masih terbatas
Rendahnya penguasaan informasi dan kualitas SDM Petugas
serta petani dibidang perkebunan.
Terbatasnya jalan dalam mengakses usaha tani perkebunan.
Pemasaran produk perkebunan masih dilakukan secara
middle man, mengingat lemahnya hubungan langsung antara
petani sebagai produsen dengan konsumen
Peternakan
Usaha di bidang peternakan yang dilakukan masyarakat
masih dipandang sebagai usaha sampingan dan ternak besar
masih dianggap sebagai sumber tenaga dan tabungan serta
status sosial
Sarana dan prasarana usaha di bidang peternakan masih
terbatas.
Penerapan teknologi peternakan masih sangat terbatas.
Modal usaha petani untuk kegiatan peternakan masih
dirasakan kurang, termasuk kemampuan mengakses
sumber-sumber pembiayaan sangat terbatas.
Posisi peternak berada pada posisi yang kurang
menguntungkan, karena daya tawar terhadap pasar lemah.
Sumber-sumber pembibitan ternak untuk kebutuhan petani di
masing-masing wilayah masih sangat terbatas.
Pelaksanaan pelayanan dan pengawasan terhadap kegiatan
pengamanan ternak/kesehatan hewan masih belum begitu
memadai
Dana yang dialokasikan untuk pembangunan peternakan baik
APBN, APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota masih
belum memadai
Perikanan
Ketersediaan dana APBN dan APBD untuk
mengembangakan sektor perikanan
Garis pantai dan ZEE di wilayah KAPET BAD luas
Adanya Unit unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Jumlah pulau-pulau kecil yang banyak khususnya Wilayah
Aceh Besar
Tersediaanya Sumber Daya Aparatur pada dinas Kelautan
dan perikanan
Potensi hutan mangrove dan terumbu karang yang luas
Adanya kelembagaan usaha perikanan dan kelautan.
Industri
Infrastruktur pendukung sektor industri masih terbatas
Keterbatasan modal kerja/peralatan, pembinaan, pasar
sustainable dan manajemen pengelolaan usaha.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-101
KEKUATAN (STRENGTH) KELEMAHAN (WEAKNESSES)
industri
Jumlah tenaga kerja yang tinggi yang dapat diberdayakan
secara optimal,
Meningkatnya peranan komoditi unggulan agroindustri
untuk mengisi pangsa pasar dalam negeri maupun ekspor
Meningkatnya penggunaan bahan baku lokal sebagai
substitusi impor,
Struktur industri yang semakin kuat
Berkembangnya industri hilir yang mengolah sumber daya
alam dengan daya saing yang tinggi
Tersedia pelabuhan laut sebagai pelabuhan internasional
untuk mendukung kegiatan ekspor dan impor dan sejarah
kegiatan perdagangan tempo dulu,
Komitmen dan semangat dari seluruh
Perdagangan
Pengembangan pengelolaan produk-produk agroindustri
(Agro-based industry), seperti pertanian, perikanan,
perkebunan sudah berkembang
Peningkatan kebijakan investasi: perbaikan iklim investasi
dan pengurangan biaya ekonomi yang tinggi, perbaikan
prasarana fisik, maupun persiapan perangkat lunak,
seperti sumber daya manusia dan pelaku usaha.
Peningkatan fasilitas perdagangan (trade facilitation):
Pengembangan pasar komoditi unggulan daerah di pasarpasar
utama, maupun di pasar-pasar potensial
internasional melalui promosi, pameran, misi dagang dan
forum bisnis.
Pengembangan peluang investasi pada sektor industri
dan perdagangan sebagai dampak potensi daerah yang
besar (pasar dan sumber daya) dari perbaikan iklim
investasi.
Pariwisata
Wilayah KAPET BAD Memiliki sumber daya alam yang
beragam
Akses transportasi sudah memadai (Transportasi darat,
Laut dan Udara)
Sudah memadai akomodasi pariwisata seperti hotel,
restoran, angkutan wisata, souvenir, money changer,
travel biro, pramuwisata
Masyarakat yang ramah dan terbuka
Memiliki ragam budaya yang menarik
Sumber daya manusia dalam menunjang sektor industri
masih terbatas
Belum terbangunnya kawasan-kawasan industri yang
strategis dan cepat tumbuh,
Masih lemahnya keterkaitan dan kemitraan antara sektor
primer dengan industri pengolahan, sehingga kontinuitas
pasokan bahan baku belum berkelanjutan
Masih kurangnya dukungan penelitian dan pengembangan
teknologi proses di kalangan industri, lembaga penelitian dan
perguruan tinggi di daerah,
Ketergantungan pada lisensi produk dan teknologi yang
bersumber dari luar negeri,
Kebijakan pengembangan sektor industri daerah oleh
Pemerintah belum optimal,
Belum ada perusahaan pendukung industri di daerah
Perdagangan
Terbatasnya infrastruktur pendukung sektor industri dan
perdagangan sehingga berdampak pada produksi dan
distribusi barang-barang kebutuhan masyarakat.
Belum maksimalnya kuantitas dan kualitas komoditi ekspor di
sektor pertanian dan ekspor produk industri.
Terbatasnya kualitas sumber daya manusia (wawasan,
keterampilan, manajemen usaha) para pedagang lokal.
Terbatasnya akses untuk meningkatkan modal dan
pembinaan usaha bagi para pedagang sehingga berdampak
pada kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan
masyarakat.
Belum tersedianya sistem informasi pasar yang bersifat cepat
dan akurat.
Belum terbangunnya kawasan industri yang strategis dan
cepat tumbuh
Pariwisata
Kegiatan usaha jasa pariwisata masih terbatas
Kondisi dan pengelolaan belum optimal
Kualitas sarana pariwisata seperti hotel dan restoran kurang
memadai
Promosi terbatas
Sarana dan Prasarana kurang memadai
Minat Investasi yang masih rendah
TABEL 1.58 IDENTIFIKASI PELUANG DAN ANCAMAN KAPET BAD
PELUANG (OPPORTUNITIES) ANCAMAN (THREATS)
SDA
Adanya kebijakan pemanfaatan Pengembangan sumber
daya alam sebagai pendukung perekonomian daerah dan
untuk meningkatkan kesejahteraan lingkungan dengan
tetap memperhatikan fungsi lingkungan
Perbaikan manajemen dan pengelolaan sumber daya alam
serta pengendalian pencemaran lingkungan
SDM
Pemerintah sangat mendukung program peningkatan
kualitas SDM melalui beasiswa pendidikan dan didukung
Pengembangan sarana dan peningkatan kualitas pendidik
terus dilakukan oleh pemerintah daerah
Terbukanya kesempatan kerja untuk pemanfaatan sumber
daya ekonomi
Sumber Daya Modal
Pemerintah mendukung dan terbuka bagi investor dalam
SDA
Masih berlangsungnya Penebangan hutan/Logging secara
ilegal dengan merambah ke kawasan-kawasan tangkapan
hujan dan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan
yang dilakukan oleh aktivitas penambang. Perubahan fungsi
guna lahan menyebabkan rusaknya lingkungan semakin
parah
Letak geografis yang rawan bencana
SDM
Terbukanya arus migrasi dari luar daerah (nasional dan luar
negeri) dapat menggeser peran dari sumber daya manusia
lokal
Terbatasnya instruktur latihan keterampilan di BLK ataupun
LLK-UKM
Sumber Daya Modal
Ketergantungan produk dari luar Aceh dan Faktor keamanan
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-102
PELUANG (OPPORTUNITIES) ANCAMAN (THREATS)
dan luar negeri, sehingga tercipta kebijakan ekonomi yang
menguntungkan rakyat
Terjalin kerjasama aneka jenis usaha dan bidang usaha
bisnis lokal, regional, nasional dan internasional, sehingga
terbuka la[angan usaha dan penyerapan tenaga kerja
Perhubungan Darat-Jalan
Transportasi berperan besar untuk membuka wilayah yang
terisolasi
Rencana Pembangunan jalan Kereta Api dan Peningkatan
kualitas jalan darat lintas Timu, Tengah, Barat dan Selatan
Perhubungan Laut
Dapat membuka akses perekonomian ke wilayah
pantai/pedalaman dan dapat mendorong dan menarik
pertumbuhan pariwisata
Menciptakan akses transportasi darat/lanjutan serta
permintaan angkutan penyeberangan yang cenderung
meningkat
Perhubungan Udara
Adanya subsidi pemerintah untuk operasional daerah
perintis
Kebutuhan user (pelaku perekonomian) untuk berada pada
beberapa tempat dalam waktu yang cepat
Irigasi
Kebijakan Pemerintah yang mendukung pengembangan
irigasi untuk memenuhi kebutuhan beras nasional
Lahan pertanian potensial masih luas, lahan pertanian
produktif masih bisa ditingkatkan intensitasnya dan masih
besarnya daya serap pasar atas komoditi beras
Telekomunikasi
Persaingan provider telekomunikasi dalam peningkatan
jangkauan pelayanan komunikasi
31. Listrik
Kelebihan pasokan listrik dapat disalurkan ke Provinsi lain
melalui system interkoneksi T/L 150 kV apabila rencana
penambahan pembangkitan dapat terealisasi sesuai jadwal.
Membuka peluang partisipasi pelaku-pelaku (koperasi,
swasta dan kalangan industri) untuk menyediakan tenaga
listrik baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingn umum (Kepres No. 37 Tahun 1992 tentang
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik oleh Swasta).
Air Bersih
Meningkatnya jumlah permintaan akan air bersih dan
pengelolaan air bersih dengan sistem privatisasi.
Penyusunan Qanun tentang sumber daya air dan
pemanfaatan air laut sebagai sumber air dengan
Penggunaan teknik osmosis
Pertanian Tanaman Pangan
Permintaan pasar hasil pertanian cukup tinggi baik dalam
negeri maupun luar negeri
Tingginya minat penanam modal di sektor pertanian dan
hortikultura
Tersedianya petani dan tenaga kerja pertanian
Adanya dukungan pemerintahan daerah terhadap
pertumbuhan industri pertanian
Adanya penguruan tinggi dan lembaga penelitian
Tranportasi dan distribusi
Keberadaan lembaga adat
32. Perkebunan
Permintaan Pasar terhadap komoditi perkebunan
meningkat.
Meningkatnya minat dan jumlah investor untuk
pengembangan perkebunan.
Membaiknya iklim berusaha bidang perkebunan
dalam melakukan usaha dan invstasi
Perusahaan tidak tertarik masuk ke Aceh akibat tidak
tersedia data yang akurat dan jelas dan Perusahaan akan
mengurungkan niat atau membatalkan rencana investasi jika
biaya mahal, pelayanan lambat, KKN, serta prosedur
perizinan dan peraturan investasi yang merugikan investor
dan tidak permanen.
Perhubungan Darat-Jalan
Masih banyaknya penggunaan badan jalan sebagai ajang
kegiatan usaha yang tidak ada hubungannya langsung
dengan fungsi jalan
Ketidakcukupan kapasitas jalan terutama dilihat dari
perkembangan kapasitas prasarana jalan, dibandingkan
dengan perkembangan jumlah armada di jalan
Tingginya angka kecelakaan dan kasus pelanggaran di jalan
Perhubungan Laut
Kondisi cuaca yang tidak pasti dan rawan penyalahgunaan
transportasi laut untuk penyelundupan barang
Keterbatasan dana pemerintah untuk biaya operasional
angkutan perintis serta kurangnya peran serta Swasta dalam
penyelnggaraan angkutan laut, khususnya penyeberangan,
angkutan penyeberangan maz dimonopoli oleh BUMN
Perhubungan Udara
Keterbatasan dana pemerintah untuk menopang biaya
operasional transportasi udara
Permintaan pelayanan transportasi udara pada lintasan
perintis masih relatif rendah karena kurangnya sosialisasi
tentang jadwal dan biaya keberangkatan
Irigasi
Bencana banjir dan kekeringan. Pada areal potensial untuk
irigasi jumlah petani masih kurang
Konversi lahan dari sawah menjadi lahan peruntukan lain
dan transformasi dari masyarakat agraris menjadi
masyarakat industri
Telekomunikasi
Penyalahgunaan jaringan telekomunikasi untuk tindak
kriminal
Listrik
Harga minyak jarak dan CPO masih fluktuatif dan cenderung
meningkat. Sering terjadi kerusakan mesin pembangkit
Minat untuk Investasi pembangkit masih rendah karena
harga jual listrik masih rendah.
Air Bersih
Ancaman krisis air bersih
Pencemaran yang terjadi si daerah aliran sungai.
Pertanian Tanaman Pangan
Sering terjadinya gangguan organisme penganggu tanaman
(hama dan penyakit)
Daya saing produk pertanian tanaman pangan dan
hortikutura dari luar Aceh tinggi
Alih fungsi lahan produktif ke industri dan bangunan akibat
kebijakan
Persengketaan tanah garapan petani dengan pengusaha dan
pemerintah
Kelangkaan pupuk dan benih
Lemahnya sistem pemasaran produk pertanian
Perkebunan
Meningkat Pengembangan Komoditi Perkebunan di luar
Prov. NAD.
Anomali (Perubahan iklim yang sangat ekstrem.
Peternakan
Jumlah dan kondisi RPH dan RPU yang ada di
kabupaten/kota belum memadai.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-103
PELUANG (OPPORTUNITIES) ANCAMAN (THREATS)
Peternakan
Permintaan pasar terhadap komoditi peternakan baik di
dalam daerah maupun di luar daerah masih cukup tinggi.
Dibukanya kawasan pelabuhan bebas dan perdagangan
bebas di Sabang yang berarti terjadinya perluasan pasar.
ingkat kesadaran para petani peternak yang cukup tinggi
dalam melaksanakan usaha agribisnis peternakan.
Adanya kebijaksanaan pemerintah dalam rangka
pemulihan ekonomi masyarakat di pedesaan.
Adanya sumber-sumber pembiayaan untuk pembangunan
peternakan baik yang bersumber dari dalam maupun luar
negeri.
Perikanan
Negara donor dan LSM yang membantu
Pasar dan konsumsi ikan masyarakat regional dan
internasional cukup tinggi.
Berkembangnya teknologi kelautan dan perikanan
Membaiknya akses tranportasi-distribusi
Tersedianya sarana dan prasaran
Kompleksitas potensi kelautan dan perikanan sangat tinggi
Produk perikanan bernilai ekonomis tinggi
Industri
Infrastruktur pendukung sektor industri masih terbatas
Keterbatasan modal kerja/peralatan, pembinaan, pasar
sustainable dan manajemen pengelolaan usaha.
Sumber daya manusia dalam menunjang sektor industri
masih terbatas
Belum terbangunnya kawasan-kawasan industri yang
strategis dan cepat tumbuh,
Masih lemahnya keterkaitan dan kemitraan antara sektor
primer dengan industri pengolahan, sehingga kontinuitas
pasokan bahan baku belum berkelanjutan
Masih kurangnya dukungan penelitian dan pengembangan
teknologi proses di kalangan industri, lembaga penelitian
dan perguruan tinggi di daerah,
Ketergantungan pada lisensi produk dan teknologi yang
bersumber dari luar negeri,
Kebijakan pengembangan sektor industri daerah oleh
Pemerintah belum optimal,
Belum ada perusahaan pendukung industri di daerah
Perdagangan
Potensi besar dalam pengelolaan produk-produk
agroindustri (Agro-based industry), seperti pertanian,
perikanan, perkebunan,dll.,
Ekspor barang-barang primer yang berbasis pada sumber
daya alam (local resources) mengalami pertumbuhan tinggi
karena faktor harga, maupun peningkatan volume, seperti
karet, CPO, dll.,
Peningkatan kebijakan investasi: perbaikan iklim investasi
dan mengurangi ekonomi biaya tinggi, perbaikan prasarana
fisik, maupun persiapan perangkat lunak, seperti SDM
aparatur dan pelaku usaha,
Peluang pasar produk komoditi unggupan daerah di pasarpasar
utama, maupun di pasar-pasar potensial
internasional melalui promosi, pameran, misi dagang dan
forum business,
Pengembangan kawasan industri yang cepat tumbuh
secara ekonomi melalui sentra-sentra industri tertentu
sesuai dengan potensi SDA dan SDM yang ada yang
diprakarsai oleh pemerintah melalui BUMD/BUMN dengan
menciptakan pasar-pasar utama,
Terbukanya peluang investasi pada sektor industri dan
perdagangan sebagai dampak potensi daerah yang besar
Tingkat pengetahuan/keterampilan petugas dan petani
peternak dalam mengelola usaha agribisnis peternakan
terbatas.
Teknologi tepat guna dalam rangka peningkatan produksi
peternakan belum diterapkan sepenuhnya oleh masyarakat.
Koordinasi dengan instansi terkait dan organisasi yang
bergerak dalam kegiatan peternakan belum berjalan
sebagaimana yang diharapkan.
Makanan ternak pabrik masih didatangkan dari Propinsi lain
Perikanan
Kerusakan infrastruktur perikanan-kelautan oleh tsunami
yang tidak segera terehabilitasi.
Ilegal Fishing masih tinggi.
Kerusakan mangrove dan terumbu karang.
Terjadi bencana alam
Serangan penyakit udang dan ikan
Persyaratan pasar internasional sangat ketat
Industri
Kebudayaan masyarakat Aceh yang perlu disesuaikan
dengan kebutuhan industri,
Semakin meningkatnya persaingan sebagai dampak
kerjasama AFTA dan WTO serta persaingan dengan negaranegara
produsen yang memiliki potensi dan ciri ekonomi
yang sama seperti: China, Thailand, Philipina, Malaysia,
India, Vietnam dan Laos,
Adanya beberapa negara melakukan praktek dumping dan
tuduhan damping terhadap produk agroindustri,
Semakin meningkatnya produk-produk industri impor China
dengan kualitas tinggi, seperti produk plastik, garment,
mesin, makanan.
Perdagangan
Provinsi SUMUT masih menjadi produser utama kebutuhan
bahan pokok daerah, seperti beras, telur, minyak goreng, dll.,
Menggerakkan sektor industri dan perdagangan memerlukan
keseriusan, dana dan energi yang besar,
Adanya beberapa negara melakukan praktek dumping dan
tuduhan damping terhadap produk agroindustri,
Negosiasi dan diplomasi perdagangan luar negeri, dan juga
pengamanan pasar dalam negeri dari praktekpraktek
perdagangan yang tidak adil;
Semakin meningkatnya persaingan sebagai dampak
kerjasama AFTA dan WTO serta persaingan dengan negaranegara
produsen yang memiliki potensi dan ciri ekonomi
yang sama seperti: China, Thailand, Philipina, Malaysia,
India, Vietnam dan Laos,
Semakin meningkatnya produk-produk industri impor China
dengan kualitas tinggi, seperti produk plastik, garment,
mesin, makanan, dll.
Pariwisata
Kerusakan daerah tujuan wisata
Keamanan, stabilitas politik
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-104
PELUANG (OPPORTUNITIES) ANCAMAN (THREATS)
(pasar dan sumber daya) dari perbaikan iklim investasi,
Kerjasama AFTA, APEC dan WTO menyebabkan
terbukanya pasar yang lebih luas dalam rangka
memberdayakan komoditi daerah sebagai basis produksi.
Pariwisata
Lokasi Strategis Akses ke negara seperti Malaysia,
Singapura, Thailand, India dan sebagainya
Keanekaragaman, keunikan budaya
Banyak orang asing yang berkujung ke Aceh pasca
tsunami
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-105
TABEL 1.59 SWOT PENGEMBANGAN KAPET BAD
KEKUATAN (STRENGTH) KELEMAHAN (WEAKNESSES)
SO STRATEGI WO STRATEGI
PELUANG
(OPPORTUNITIES)
1. Mengembangkan konsep klaster dalam pengembangan kawasan
2. Mengarahkan pengembangan pada sektor berbasis sumber daya
alam lokal yang menjadi usaha inti yang menunjukan
kecenderungan yang positif serta memilki potensi pasar potensial
baik skala regional maupun internasional.
3. Membangun dan mengembangkan pelabuhan dan bandara dengan
menigkatkan status pelabuhan dan sarana pendukung sehingga
dapat melakukan bongkar muat barang secara mudah.
4. Mengembangankan potensi ekonomi kreatif
5. mengembangkan potensi pariwisata dengan daya tarik wisata
budaya dan alam baik pada kawasan budidaya atau kawasan
lindung dengan tetap memperhatikan peraturan perundangundangan
yang berlaku.
1. Mendorong lembaga pembiayaan untuk membantu ekonomi
lokal dalam mengembangkan komoditas.
2. Menyusun data base potensi investasi yang lebih akurat dan
informatif sehingga lebih menarik bagi investor.
3. Mengembangkan konsep pengembangan wilayah Kapet
BAD yang berkelanjutan.
4. Membangunan infrastruktur jaringan jalan dan jembatan yang
memadai dgn kondisi baik agar memudahkan pencapaian ke
sentra produksi.
5. Membangun infrastruktur listrik, telekomunikasi, air baku dan
pengendali banjir pada lokasi-lokasi strategis seperti pusat
pelaynan dan sentra produksi.
6. Perlu dilakukan tata batas yang jelas antara kawasan
kehutanan dengan kawasan budidaya.
ST- STRATEGI WT STRATEGI
ANCAMAN
(THREATS)
1. Pengelolaan lingkungan secara terpadu, terintegrasi dan
berkelanjutan sesuai dengan daya dukung lingkungan setempat.
2. Mengendalikan alih fungsi lahan pertanian.
3. Perlu pendekatan secara bijak dan menyeluruh terhadap
masyarakat adat dalam hal pembebasan lahan untuk pembangunan
dan lahan investasi melalui upaya ganti rugi yang layak serta
pelibatan masyarakat dalam pembangunannya.
4. Terus membangun komunikasi dan koordinasi dengan masyarakat,
pemerintah daerah dan investor untuk membangun kepercayaan
diri dalam membangun Kapet Mbay
1. Pengelolaan pembangunan yang terintegrasi antara BPKapet,
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat
agar upaya pembangunan di Kapet BAD dapat terjadi secara
sinergis dan berkelanjutan.
2. Pembangunan di Kapet BAD perlu perencanaan yang
terintegrasi dan sistematis antar sektor dan antar daerah baik
kabupaten, provinsi Aceh dan pemerintah pusat
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-106
1.3.2. Penetapan Klaster
Klaster (cluster) pada hakekatnya adalah upaya untuk mengelompokkan
industri inti yang saling berhubungan, baik industri pendukung (supporting
industries), industri terkait (related industries), jasa penunjang, infrastruktur
ekonomi, penelitian, pelatihan, pendidikan, infrastruktur informasi,
infrastruktur teknologi, sumber daya alam, serta lembaga-lembaga-lembaga
terkait. Cluster juga merupakan cara untuk mengatur beberapa aktivitas
pengembangan ekonomi.
Klaster adalah konsentrasi geografis berbagai kegiatan usaha di kawasan
tertentuyang satu sama lain saling melengkapi (komplementer), saling
bergantung, dan salingbersaing dalam melakukan aktivitas
bisnis.Keunggulan kompetitif suatu kawasan atau daya saing kawasan dapat
didekatidengan pendekatan klaster dan jejaring. Klaster adalah konsentrasi
dari beberapaperusahaan/industri pada kawasan tertentu di wilayah yang
sama pada sektor atauproduk tertentu yang sama atau yang saling
melengkapi. Tujuan pengembangan klasteradalah efisiensi yang dicapai
melalui konsentrasi perusahaan/industri atau pengklasteranindustri kecil dan
menengah.
Klaster berperan besar dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif
ataudaya saing wilayah. Keunggulan kompetitif suatu wilayah didasarkan
atas kemampuandalam mengakomodasi permintaan konsumen, yaitu dalam
menyediakan produk yangmemiliki kualitas desain, kecepatan inovasi dan
kecepatan respon terhadap permintaan.Melalui klaster, maka dengan posisi
yang lebih kuat, dan efisien, pemenuhan permintaankonsumen (pasar) dapat
lebih mudah tercapai, demikian keunggulan kompetitif pundapat dicapai.
1. Komoditas Utama
Beragamnya komoditas unggulan pada masing-masing wilayah di KAPET
BAD merupakan salah satu potensi yang dapat dijadikan sebagai embrio
pembentukan bisnis inti industri di KAPET BAD. Pendekatan yang dilakukan
dalam rangka penetapan komoditas unggulan menggunakan dua.
(1) Pendekatan pertama adalah pendekatan yang sifatnya teknokratik
dengan menggunakan paramater-parameter ekonomi dan prospek
pengembangan komoditas, peluang pasar.
(2) Pendekatan kedua adalah pendekatan yang sifatnya normatif yaitu
pengembangan komoditas unggulan kapet didasarkan pada kebijakan
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah Provinsi Aceh,
dan pemerintah kabupaten/kota.
a. Pendekatan Pertama
Terkait pendekatan pertama, komoditas unggulan yang dapat
dikembangkan di KAPET BAD adalah komoditas berbasis pertanian.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-107
Berdasarkan pada analisis pada bagian sebelumnya sedikitnya
terdapat tiga komoditas pertanian yang berpotensi menjadi komoditas
unggulan di KAPET BAD, yaitu komoditas sapi, padi, dan kelapa,
dengan pertimbangan ketiga komoditas tersebut yang memilki nilai
dominasi yang lebih tinggi dibanding komoditas lain dan berpeluang
untuk ekspor. Komoditas tersebut juga memiliki daya dukung berupa
lahan pertanian dan perkebunan yang sangat luas di Kapet BAD, yang
diusahakan oleh petani.
1) Keunggulan Komparative
a) Ikan Tuna
Ikan tuna merupakan salah satu komoditas perikanan utama
Indonesia yang memiliki wilayah laut terluas di ASEAN. Indonesia
sendiri diperhitungkan sebagai produsen utama tuna dunia.
Berdasarkan data Organisasi Pangan Dunia (FAO), produksi tuna
ASEAN di dunia mencapai 26,2 persen atau sebesar 1,7 juta ton.
Produksi ikan tuna, cakalang, dan tongkol nasional pada 2011
sebesar 955.520 ton dengan tuna sendiri sebesar 230.580 ton.
Khusus untuk KAPET BAD, pada tahun 2010 dihasilkan tuna
sebesar 260,5 ton, cakalang sebesar 1.045,1 ton serta tongkol
sebesar 902,2 ton dengan total ketiganya adalah sebesar 2.207,8
ton.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-108
GAMBAR 1.17 POHON INDUSTRI SAPI
b) Sapi
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sampai saat ini memiliki
tingkat kemampuan pasokan produksi daging sapi relatif rendah
dibandingkan pertumbuhan permintaan yang terus meningkat.
Kapasitas produksi daging sapi pada tahun 2010 di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 8.490,13 ton, dengan
menggunakan asumsi konsumsi per kapita nasional untuk daging
sapi yaitu sebesar 1,87 kg/kapita/tahun, maka konsumsi daging di
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam pada tahun 2010 dengan
jumlah penduduk sebanyak 4.494.410 jiwa adalah sebesar 8.404.55
ton, sehingga dapat dikatakan bahwa produksi daging sapi di
Provinsi NAD hanya mencukupi untuk kebutuhannya sendiri.
Pada konteks KAPET BAD, dengan produksi daging sapi di tahun
2010 sebesar 2.474,89 ton sedangkan kebutuhannya diperkirakan
sebesar 1.776,83 ton, sehingga terdapat kelebihan produksi
sebesar 698,06 ton, maka kondisi ini memungkinkan adanya
peluang bagi wilayah KAPET BAD menjadi salah satu sumber
utama penyedia daging sapi untuk Provinsi Nangroe Aceh
Ikan
Ikan Utuh
Ikan Hidup
Ikan Olahan
Penggaraman
Ikan Segar
Pemindangan
Pengasapan
Ikan Beku
Ikan Kaleng
Belahan Ikan
Lainnya
Pengeringan
Kering/Asin
Beku
Segar/Dingin
Minyak Ikan
Tepung Ikan
Kecap Ikan
Ekstrak Ikan
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-109
Darussalam, dan bahkan untuk wilayah Pulau Sumatera bagian
utara.
Dengan jumlah ternak sapi yang terbesar di Provinsi NAD (populasi
sapi di KAPET BAD mencapai hingga 29,62% dari keseluruhan
populasi sapi di Provinsi NAD), maka hal ini menjadikan wilayah
KAPET BAD memiliki potensi yang cukup besar dalam hal
penyediaan kebutuhan daging sapi bagi wilayah KAPET BAD dan
sekitarnya.
Berkaitan dengan pemanfaatan ternak sapi dalam peningkatan
pendapatan ekonomi masyarakat, dapat diperhatikan bagaimana
industri turunan dari kegiatan ternak sapi ini. Gambaran mengenai
industri turunan sapi secara garis besar dapat dilihat pada gambar
berikut.
GAMBAR 1.18 POHON INDUSTRI SAPI
Berdasarkan pohon industri sapi diatas, dapat diperkirakan bahwa
industri turunan yang dapat dikembangkan oleh masyarakat di KAPET
BAD terutama adalah industri yang masih bersifat hulu (pada industri
turunan kedua) yaitu antara lain untuk penyediaan: daging, tulang,
kulit, kotoran dan tenaga. Diperlukan adanya inovasi serta insentif
lebih lanjut agar dapat dikembangkan industri turunan berikutnya yang
berskala rumah tangga ataupun kecil dan menengah.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-110
c) Padi
Total produksi padi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada
tahun 2010 adalah sebesar 1.582.391 ton. Dengan
menggunakan asumsi konsumsi per kapita nasional untuk beras
yaitu sebesar 139 kg/kapita/tahun, maka konsumsi beras di
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam pada tahun 2010 adalah
sebesar kurang lebih 624.723 ton, atau penduduk Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam hanya mengkonsumsi 39,48%
beras yang diproduksinya.
Pada konteks KAPET BAD,
dengan produksi beras di tahun
2010 sebesar 365.638 ton
(23,11% dari produksi padi di
Provinsi NAD serta 0,55% dari
produksi padi nasional), maka
wilayah KAPET BAD merupakan
penyumbang beras terbesar di
Provinsi Aceh. Dengan asumsi konsumsi per kapita yang sama
dengan nasional maka kebutuhan beras di KAPET BAD
diperkirakan sebesar 132.074,5 ton (hanya 36,12% dari
produksi), sehingga terdapat kelebihan produksi sebesar
233.563,5 ton, maka kondisi ini memungkinkan adanya peluang
bagi wilayah KAPET BAD menjadi salah satu lumbung utama
penyedia beras untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
maupun untuk Pulau Sumatera.
Dengan luasan tanam mencapai 86,4 km2, maka penggunaan
lahan untuk penanaman padi di KAPET BAD sebenarnya relatif
tidak terlalu besar yaitu hanya kurang lebih 1,36% dari luas
keseluruhan KAPET BAD, akan tetapi dengan hasil yang besar
di atas pada dasarnya mengindikasikan bahwa tanaman padi
adalah merupakan komoditas unggulan pada KAPET BAD yang
dapat diekspor ke wilayah-wilayah disekitar KAPET BAD maupun
di luar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Terkait dengan pemanfaatan tanaman padi dalam rangka
peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat, juga perlu
diperhatikan bagaimana industri turunan dari tanaman ini.
Gambaran mengenai industri turunan tanaman padi secara garis
besarnya dapat dilihat pada gambar berikut.
KAPET BAD
diperkirakan hanya
mengkonsumsi
36,12% beras yang
diproduksi di wilayah
KAPET BAD
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-111
GAMBAR 1.19 POHON INDUSTRI PADI
PJiSBdtramerawaro M erang Ffl urur a SkeamAbu H kBdus oardia Abi vraseLian Abbtsor en Pi AidnresgKKllttauau Gbhaa AMi kM kmpasnyaaanan Mi kIdi tnyanusr Ber as
Plup
Qtuarz Ni Silikta- SHi dlikemenr o SPl dtemenor an RifiKtenorcngar e
dhBBIaanangunann
dKItner as dKIii mna dl kkEItineron dlGIneas hdBBIaanangunann
hdBIBaannangunan
dBKtIarangar en hdBBIaanangunann
hTR muaanga hTRmuaanga kdM Iaanann kdMIaanann dkKItinos me kdk&kMMTIernannn
hkMBnaanan

Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-112
Berdasarkan pohon industri tanaman padi diatas, dapat
diperkirakan bahwa terdapat beberapa industri turunan yang
dapat dikembangkan oleh masyarakat di KAPET BAD yaitu
antara lain pemanfaatan tanaman padi sebagai sumber untuk:
(1) makanan pokok; (2) pengobatan tradisional (param dan beras
kencur); serta (3) makanan ternak.
d) Kelapa Dalam
1- Prospek Pasar
a- Dalam Negeri
Secara tradisional, penggunaan produk kelapa adalah
untuk konsumsi segar, dibuat kopra atau minyak kelapa,
tetapi seiring perkembangan pasar dan dukungan
teknologi, permintaan berbagai produk turunan kelapa
semakin meningkat seperti dalam bentuk tepung kelapa
(desiccated coconut), serat sabut, arang tempurung dan
arang aktif. Dalam sepuluh tahun terakhir, penggunaan
domestik kopra dan butiran kelapa masih meningkat tetapi
dengan laju pertumbuhan sangat kecil. Penggunaan
tepung kelapa meningkat dengan laju 21,9 persen/tahun.
Sebaliknya penggunaan domestik minyak kelapa
cenderung berkurang (Tabel 2). Penggunaan minyak
kelapa di dalam negeri yang semakin berkurang diduga
terkait dengan perubahan preferensi konsumen yang lebih
menyukai penggunaan minyak kelapa sawit karena
harganya lebih murah.
Produksi arang aktif dan arang tempurung selama ini lebih
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri
sehingga penggunaan di dalam negeri hampir tidak ada.
Demikian pula untuk produk serat sabut, walaupun terdapat
indikasi bahwa penggunaan serat sabut di dalam negeri
mulai berkembang sejak terjadi krisis ekonomi.
Pada tahun 2002 penggunaan domestik kopra mencapai
1,2 juta ton, sedangkan CCO sebesar 263 ribu ton.
Penggunaan domestik kelapa butir pada tahun yang sama
mencapai 15,9 juta ton. Pada tepung kelapa dan serat
sabut, penggunaan dalam negeri justru berasal dari produk
impor karena produksi dalam negeri seluruhnya diekspor.
b- Luar Negeri
Menurut Acia Pasific Coconat Community (APCC),
Indonesia merupakan negara produsen kelapa terbesar di
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-113
dunia dengan jumlah produksi pada tahun 2001 mencapai
3,0 juta MT ton setara kopra.
Pesaing utama adalah Filipina dan India dengan produksi
masingmasing sebesar 2,8 juta ton dan 1,8 juta ton pada
tahun yang sama. Selama periode tahun 1993-2002,
ekspor berbagai produk kelapa Indonesia cenderung
meningkat kecuali untuk kelapa butir dan serat sabut
(Tabel 3). Produk olahan CCO, DC, dan bungkil kopra
merupakan produk ekspor dominan. Pada tahun 2002,
misalnya, ekspor ketiga produk tersebut masing-masing
mencapai 446,0 ribu ton, 49,7 ribu ton dan 30,8 ton dengan
nilai ekspor sebesar US$ 157,8 juta, US$ 32,1 juta dan
US$ 21,5 juta. Penurunan ekspor serat sabut lebih karena
kurang terpenuhinya mutu baku ekspor, mengingat serat
sabut ini sebagian besar masih dihasilkan oleh industri
kecil dan menengah. Bila baku mutu dapat dipenuhi
dengan mesin yang skala ekonominya lebih besar maka
ekspor akan dapat meningkat, karena permintaan serat
sabut di pasar internasional terus meningkat, dengan
persaingan yang terbatas.
Tujuan ekspor produk kelapa Indonesia selama ini meliputi
banyak negara di Eropa, Amerika, maupun Asia dan
Pasifik. Pengaruh dinamika dan perbedaan preferensi antar
pasar tujuan menyebabkan tingkat dan bentuk permintaan
produk ekspor berbeda-beda antar negara.
Pada tahun 2010, produksi kelapa dalam di KAPET BAD
mencapai 14.266 ton, yang merupakan jumlah produksi
terbesar dengan mencapai 21,7% dari keseluruhan
produksi kelapa dalam di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
Pada saat ini memang penanaman kelapa dalam di wilayah
KAPET BAD masih merupakan perkebunan masyarakat
yang bersifat campuran serta belum berbentuk perkebunan
yang dikelola khusus. Akan tetapi melihat potensi produksi
yang cukup besar maka diperlukan adanya insentif khusus
yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan nilai tambah
dari produksi kelapa dalam di KAPET BAD ini.
Secara luasan tanam, maka luas tanam kelapa dalam di
wilayah KAPET BAD adalah mencapai 228,6 km2, atau
mencapai kurang lebih 22,35% dari luas tanam
keseluruhan di Provinsi NAD.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-114
Terkait dengan pemanfaatan tanaman kelapa dalam dalam
rangka peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat, juga
perlu diperhatikan bagaimana industri turunan dari
tanaman ini. Gambaran mengenai industri turunan
tanaman kelapa dalam dapat dilihat pada gambar berikut.
Berdasarkan pohon industri tanaman kelapa dalam diatas,
dapat diperkirakan bahwa terdapat beberapa industri
turunan yang dapat dikembangkan oleh masyarakat di
KAPET BAD yaitu antara lain pemanfaatan kelapa dalam
sebagai sumber untuk: (1) industri turunan air kelapa; (2)
industri turunan buah kelapa; (3) industri turunan
tempurung dan sabut kelapa; (4) bahan dasar furniture dan
bangunan; serta (5) bahan dasar industri kerajinan
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-115
GAMBAR 1.20 POHON INDUSTRI KELAPA DALAM
Klapae
hBau lKapae Btaang lKapae dLii
Dinagg lKaape T empurung lKaape l AiKarape SbtauKlapae Fiturnure hBn Baangunn Brg jiKaranne
DiKlagngeapaPtaru KliAiDitnauggrKlaape Kprao flCorex SbtauBkter are Mtar as
BhnBangunan kIiJso
Arang NDtaaeCoco Coc oVinegar KcapeKl eapa MinumandKlr eapa
CdLF tttoncenraeaowCiDi dtxoc omes caeCtoc onu Ci oc omx Si ViiemrgnSkiMil kmOil C oc o lMKapae. BkilKungopra T Aepungrang Kbr onaAkift
kKtis meo
lViiOirgn SkiMil km C Shkocaeo
MGoreng. CC hilocoemc a M kT keaananrna

Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-116
e) Pisang
1- Prospek Pasar dan Pesaing
a- Pasar dalam negeri:
Segar: kultivar yang diperdagangkan di pasar-pasar
swalayan sebagian besar adalah kelompok Cavendish,
sedang di pasar-pasar lainnya (toko buah, kios, PKL,
tradisional) adalah kultivar Barangan, Ambon Hijau, Ambon
Kuning, Mas, Raja Bulu dan Raja Sere. Pengembangan
kultivar non-Cavendish ini untuk kebutuhan pasar pisang
segar di dalam negeri difokuskan pada peningkatan mutu
produk dan kontinuitas. Dengan asumsi konsumsi
perkapita pada tahun 2010 sebesar 10 kg/kap/tahun
sasaran kebutuhan produksi pisang diperkirakan sebesar
2.319.966 ton. Sasaran produksi ini dapat dicapai melalui
pengembangan inovasi teknologi di sentra-sentra produksi
yang telah ada.
Olahan: kultivar pisang olahan unggulan Indonesia adalah
Kepok, Tanduk, dan Agung Talun (Lumajang). Sasaran
kebutuhan kultivar non-Cavendish (Raja, Nangka dan
Kepok) untuk industri pengolahan pada tahun 2005
diperkirakan sebesar 20.000 ton, dan pada tahun 2010
diperkirakan sebesar 30.000 ton. Pengembangan industri
olahan diarahkan ke perluasan diversifkasi produk, meliputi
pembuatan keripik, sale, puree dan pasta pisang. Sasaran
produksi kultivar pisang olahan ini juga dapat dicapai
melalui pengembangan inovasi teknologi di sentra produksi
yang telah ada.
Diversifikasi produk. Tanaman pisang adalah tanaman
yang multiguna. Selain dimanfaatkan buahnya, daunnya
bisa digunakan sebagai pembungkus, jantungnya bisa
dijadikan sayur, pelepah daunnya bisa digunakan sebagai
bahan kerajinan (tas, topi, tikar, dll.), dari bonggol dan
batang pisang yang telah dipanen bisa diambil patinya (5-
10%), kulit dan seresah batang pisang dapat digunakan
sebagai bahan makanan ternak. Daun pisang telah menjadi
salah satu produk ekspor Thailand ke luar negeri antara
lain ke Amerika Serikat.
b- Pasar luar negeri:
Berdasarkan jumlah total produksi pisang nasional, pada
tahun 2003, Indonesia menempati urutan keenam dunia
setelah India, Brazil, China, Equador, dan Philippina (Tabel
4.), tetapi volume dan nilai ekspor pisang Indonesia jauh di
bawah Thailand dan Vietnam. Hal ini disebabkan varietas
yang ditanam di Indonesia sangat beragam, pasar
international menghendaki pisang dari kelompok
Cavendish seperti Williams dan Grand Naine.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-117
Pengembangan kultivar kelompok Cavendish ini di
Indonesia menghadapi kendala serangan penyakit layu
Fusarium. Kultivar Raja Sere, Barangan Merah dan Mas
mempunyai peluang yang besar untuk menjadi komoditas
ekspor unggulan Indonesia, namun diperlukan dukungan
promosi yang memadai.
2- Pengembangan
Pengembangan usaha pengolahan pisang ini akan dapat
memberikan berbagai keuntungan, antara lain: (1)
meningkatkan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan
dalam bentuk segar, (2) meningkatkan pendapatan petani, (3)
meningkatkan umur penyimpanan sehingga mengurangi
kerusakan dan kerugian, (4) mengubah dalam bentuk produk
awet, sehingga dapat memiliki stok yang besar dalam
memperkuat posisi tawar menawar, (5) menyelamatkan dan
memanfaatkan hasil panen dalam penganekaragaman jenis
pangan, (6) memberikan keuntungan yang lebih tinggi untuk
bersaing di pasar dalam negeri dan juga luar negeri.
Pada tahun 2010, produksi pisang di KAPET BAD mencapai
325.985 ton, yang merupakan jumlah produksi terbesar
dengan mencapai 46,1% dari keseluruhan produksi pisang di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Terkait dengan pemanfaatan tanaman pisang dalam rangka
peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat, juga perlu
diperhatikan bagaimana industri turunan dari tanaman ini.
Gambaran mengenai industri turunan pisang dapat dilihat
pada gambar berikut.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-118
GAMBAR 1.21 POHON INDUSTRI PISANG
a) Kopi
Pada tahun 2010, produksi kopi robusta di KAPET BAD
mencapai 3.097 ton, atau mencapai 9,43% dari keseluruhan
produksi kopi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Kopi menjadi produk unggulan di KAPET BAD dikarenakan
walaupun jumlah produksinya tidak terlalu besar, akan tetapi
dengan harga komoditas kopi yang cukup tinggi yaitu rata-rata
mencapai 16,95 juta rupiah per ton di tahun 2010 menjadikan
komoditas ini adalah merupakan komoditas yang sangat
menjanjikan. Tinggi nilai ini tentunya akan memberikan
kontribusi yang besar terhadap masyarakat, terutama berkaitan
dengan adanya budaya konsumsi kopi di lingkungan masyarakat
Aceh yang cukup besar.
Secara luasan tanam, maka luas tanam kelapa dalam di wilayah
KAPET BAD adalah mencapai 108,6 km2, atau mencapai kurang
lebih 33,07% dari luas tanam keseluruhan tanaman kopi di
Provinsi NAD. Jumlah luasan yang cukup besar ini menunjukkan
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-119
bahwa adanya potensi kopi sebagai komoditas unggulan yang
dapat telah dan dapat terus dikembangkan di KAPET BAD.
Terkait dengan pemanfaatan kopi dalam rangka peningkatan
pendapatan ekonomi masyarakat, juga perlu diperhatikan
bagaimana industri turunan dari tanaman ini. Gambaran industri
turunan kopi dapat dilihat pada gambar berikut.
GAMBAR 1.22 POHON INDUSTRI KOPI
b) Kakao
Pada tahun 2010, produksi kakao di KAPET BAD mencapai
2.188 ton, atau mencapai 7,37% dari keseluruhan produksi
kakao di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Seperti halnya dengan tanaman kopi, tanaman kakao menjadi
produk unggulan di KAPET BAD dikarenakan walaupun jumlah
produksinya tidak terlalu besar, akan tetapi dengan harga
komoditas kopi yang cukup tinggi yaitu rata-rata mencapai 18,8
Kopi Kopi Beras
Kopi Sangrai
Sekam &
Kulit Ari
Berkafein
Kopi Ekstrak
Tanpa Kafein
Berkafein
Tanpa Kafein
Bubuk
Utuh
Utuh
Bubuk
Arabica OIB
Arabica WIB
Robusta OIB
Lainnya
Lainnya
Robusta OIB
Arabica WIB
Arabica OIB
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-120
juta rupiah per ton di tahun 2010 menjadikan komoditas ini
adalah merupakan komoditas yang sangat menjanjikan.
Secara luasan tanam, maka luas tanam kelapa dalam di wilayah
KAPET BAD adalah mencapai 108,8 km2, atau mencapai kurang
lebih 13,34% dari luas tanam keseluruhan di Provinsi NAD.
Terkait dengan pemanfaatan kakao dalam rangka peningkatan
pendapatan ekonomi masyarakat, juga perlu diperhatikan
bagaimana industri turunan dari tanaman ini. Gambaran industri
turunan kakao dapat dilihat pada gambar berikut.
GAMBAR 1.23 POHON INDUSTRI KAKAO
2) Keterkaitan ke depan dan ke belakang
Analisis keterkaitan ke depan akan memberikan gambaran tentang
kepekaanpeningkatan output, income dan tenaga kerja suatu sektor
sebagai akibat adanyaperubahan permintaan akhir output sektor
perekonomian secara keseluruhan (termasuk sektor
ekonomi lainnya). Interpretasi terhadap keterkaitan ke depan
ini menunjukkankepekaan suatu sektor sebagai sektor hulu dalam
menangkap peluang akibat perubahanpada sektor hilir. Sedangkan
analisis keterkaitan ke belakang akan menunjukkankemampuan suatu
sektor untuk meningkatkan output, income dan tenaga kerja
sektorlainnya secara keseluruhan sebagai dampak dari perubahan
neraca permintaan akhir dari sektor tersebut.
Buah
Kakao
Lemak Coklat
Biji Coklat
Pod Coklat
Kulit/Seka
m
Bubuk Coklat
Pasta
Coklat
Berlemak
Coklat Olahan
Lain
Tanpa Pemanis
Dengan
Pemanis
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-121
Jika melihat pada fakta di lokasi Kapet BAD, pola keterkaitan kedepan
belum sepenuhnya berjalan walaupun sudah ada sedikit pelaku usaha
yang mulai mengolah bahan baku komoditas unggulan. Masih
minimnya keterkaitan kedepan disebabkan karena hampir semua
komoditas unggulan diperdagangkan dalam bentuk bahan baku.
Pilihan dalam menjual komoditas unggulan merupakan satu
konsekuensi dari lemahnya posisi produsen bahan baku terhadap
pembeli, ketakutan jika produk yang dihasilkan tidak dibeli oleh
pembeli. Untuk menjembatani kondisi ini sebenarnya diperlukan
intervensi pemerintah, untuk memberikan rasa aman dalam berusaha
kepada para produsen bahan baku.
Untuk memberikan gambaran lebih jelas bentuk keterkaitan kedepan
dan kebelakang pada komoditas unggulan dan komoditas pendukung
di Kapet BAD dapat diikuti pada tabel berikut.
TABEL 1.60 POLA KETERKAITAN KOMODITAS DI KAPET BAD
No Komoditas Keterkaitan Kedepan Keterkaitan Kebelakang
123123
1 Kelapa Buah
Batok
Kelapa
Sabut
Kelapa
Kopra
Arang
Batok
Sabut
Matras
Industri makanan
Minyak Kelapa
VCO
Kerajinan
Matras, Furniture,
Geotextile
Benih
dan
bibit
Industri Pupuk
(kimia dan
organik)
Pestisida
Industri Alat
pertanian
Industri alat
pengolah hasil
pertanian
2 Kakao Biji Kakao
Biji Kakao
Fermentasi
Lemak
Cokelat
Bungkil
Cokelat
Bubuk
Cokelat
Industri Makanan dan
Minuman
Benih
dan
bibit
Industri Pupuk
(kimia dan
organik)
Pestisida
Industri Alat
pertanian
Industri alat
pengolah hasil
pertanian
3 Hasi ikan Daging
Hati
Sirip
Kepala
Silase
Kulit
Tulang
Ikan
kaleng
Ikan
beku
Tepung
ikan
Minyak
ikan
Pakan
ternak
Kulit
samak
Gelatin
Kerajinan
tulang
Industri pengalengan
Industri
pengaraman/pengeringan
Industri pengasapan
Industri pembekuan
Industri pemindagan
Industri pengolahan
pengawetan
Industri
alat
tangkap
Industry
penampungan
ikan
industri
pemasok dan
pengolahan
hasil laut
4 Pisang Buah
Batang
Daun
Bonggol
Tandan
Tepung
Kertas
Pupuk
Pakan
ternak
Industry makanan,
minuman, kerajinan, dan
furniture
Benih
dan
bibit
Industri Pupuk
(kimia dan
organik)
Pestisida
Industri Alat
pertanian
Industri alat
pengolah hasil
pertanian
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-122
No Komoditas Keterkaitan Kedepan Keterkaitan Kebelakang
123123
5 Padi Jerami
Gabah
Industry makanan, bahan
bangunan, pegolahan
kimia, kerajinan
Benih
dan
bibit
Industri Pupuk
(kimia dan
organik)
Pestisida
Industri Alat
pertanian
Industri alat
pengolah hasil
pertanian
6 Durian Buah
Biji
Kosmetik
Keripik
Asinan
Tepung
buah
Pati
Selai
Sari
buah
pupuk
Industry pengalengan
buah, pengasinan dan
pemanis buah, makanan
Benih
dan
bibit
Industri Pupuk
(kimia dan
organik)
Pestisida
Industri Alat
pertanian
Industri alat
pengolah hasil
pertanian
7 Kopi Kopi biji
Kulit
tanduk dan
kulit ari
Kulit dan
daging
buah
Kopi
bubuk
Arang
anggur
Industry minuman Benih
dan
bibit
Industri Pupuk
(kimia dan
organik)
Pestisida
Industri Alat
pertanian
Industri alat
pengolah hasil
pertanian
8 Mangga Buah
Biji
Kulit
Kosmetik
Keripik
Asinan
Tepung
buah
Pati
Selai
Sari
buah
pupuk
Industry pengalengan
buah, pengasinan dan
pemanis buah, makanan
Benih
dan
bibit
Industri Pupuk
(kimia dan
organik)
Pestisida
Industri Alat
pertanian
Industri alat
pengolah hasil
pertanian
Sumber: Tim Penyusun, 2012
b. Pendekatan Kedua
Dalam lingkup Provinsi Aceh, terdapat beberapa kebijakan nasional
terkait pengembangan komoditas, antara lain:
TABEL 1.61 KAJIAN KEBIJAKAN TERKAIT PENGEMBANGAN KOMODITAS
Nilai LQ Kebijakan
Sub Sektor Skor Hierarki Nasional
a. Tanaman Pangan -
Padi 2 utama
Hortikultura
Sayuran -
Buah-Buahan
Durian 0 0 Sentra komoditas-kementan
Pisang 1 Utama Sentra komoditas-kementan
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-123
Nilai LQ Kebijakan
Sub Sektor Skor Hierarki Nasional
Melon 0 0 Sentra komoditas-kementan
Perkebunan
Kelapa Dalam 2 utama Kawasan perkebunan-kementan
kelapa Hybrida 2 utama Kawasan perkebunan-kementan
Kopi Robusta 2 utama Kawasan perkebunan-kementan
Kakao 1 pendukung Kawasan perkebunan-kementan
Nilam 0 -- Roadmap Industri
Peternakan
Sapi 2 Utama Kementan
Hasil Ikan Roadmap Industri
c. Penetapan komoditas unggulan dan komoditas pendukung
(1) Komoditas unggulan yaitu sapi, padi, dan kelapa
(2) Komoditas pendukung yaitu mangga, pisang, kakao, kopi, ikan,
kerajinan, dan objek wisata
2. Sistem Pusat Pelayanan Kegiatan Ekonomi
Terkait dengan definisi klaster yang telah dijabarkan pada sebelumnya,
maka fungsi-fungsi ekonomi tersebut dikelompokkan pada suatu sistem
pusat yaitu:
(a). jasa penunjang,
(b). infrastruktur ekonomi,
(c). penelitian,
(d). pelatihan,
(e). pendidikan,
(f). infrastruktur informasi,
(g). infrastruktur teknologi,
(h). sumber daya alam, serta
(i). lembaga-lembaga-lembaga terkait.
Sistem pusat ini diharapkan dapat dikembangkan dari kondisi eksisting pusat
yang telah ada (diperoleh dari penetapan sistem pusat permukiman RTRW
Kabupaten/kota terkait), yang diberi penambahan fungsi ekonomi yang telah
disebutkan sebelumnya.
Sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi adalah sistem permukiman dalam
wilayah KAPET yang berfungsi sebagai pusat-pusat layan kegiatan produksi
dan pemasaran bagi sentra-sentra ekonomi di sekitarnya. Sistem pusat
pelayanan kegiatan ekonomi dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan
kegiatan sentra produksi bahan baku, kegiatan sentra industri pengolahan,
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-124
kegiatan penelitian, kegiatan pendidikan dan pelatihan, kegiatan jasa, dan
kegitan distribusi.
a. Dasar Pertimbangan
Setelah diperoleh penetapan komoditas unggulan dan komoditas
pendukung, tahapan berikutnya adalah penetapan pusat pelayanan
kegiatan ekonomi dengan unit analisis kecamatan.
Parameter yang digunakan dalam penetapan kecamatan sebagai
pusat pelayanan kegiatan ekonomi untuk komoditas tertentu
(a). Sektor basis
(b). Ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan
(c). Ketersediaan tenaga kerja
(d). Ketersediaan industri pengolahan/turunan (UMKM)
(e). Ketersediaan jasa pendukung
(f). Keterkaitan ke depan dan ke belakang
(g). Faktor Sosial Budaya Masyarakat
b. Penetapan Sistem Pusat Pelayanan Kegiatan Ekonomi
TABEL 1.62 PUSAT PELAYANAN KEGIATAN EKONOMI DI KAPET BAD
NO
PUSAT
PELAYANAN
KEGIATAN
EKONOMI
KOMODITI
KECAMATAN
Kab. Aceh Besar Kab. Pidie Kota Banda Aceh
1 pusat pelayanan
kegiatan pertanian
tanaman pangan
Padi (a). Indrapuri
(b). Lambaro
Angan
(c). Peukan Ateuk
(d). Montasik
(e). Lambaro
(f). Sibreh
(g). Samahani
(h). Krueng Mak
(i). Lampeneurut
(j). Peukan Bilui
(a). Glp. Minyeuk
(b). Cot
Glumpang
(c). Beureunuen
(d). Bandar
Mutiara
(e). Keumala
(f). Kota Bakti
(g). Mila
(h). Caleue
(i). Reubee
(j). Padang Tiji
(k). Grong-grong
(l). Lampoih
Saka
(m). Kb. Tanjong
(n). Simpang Tiga
(o). Tiro
(p). Tangse
(q). Titeue
(r). Lhok
Keutapang
2 pusat pelayanan
kegiatan hortikultura
Pisang (a). Kota Jantho,
(b). Lamtamot
(a). Mila
(b). Padang Tiji
(c). Kb. Tanjong
(d). Batee
(e). Laweung
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-125
NO
PUSAT
PELAYANAN
KEGIATAN
EKONOMI
KOMODITI
KECAMATAN
Kab. Aceh Besar Kab. Pidie Kota Banda Aceh
(f). Cot Glumpang
(g). Beureunuen
(h). Keumala
(i). Tangse
(j). Titeue
Melinjo (a). Cot
Glumpang,
(b). Beureunuen,
(c). Keumala,
(d). Kota Bakti,
(e). Caleue,
(f). Pidie
3 pusat pelayanan
kegiatan perkebunan
Kelapa (a). Lhoong,
(b). Leupung,
(c). Seulimeun,
(d). Lamtamot,
(e). Lampakuk,
(f). Krueng Raya,
(g). Lambaro
Angan,
(h). Lambada
Lhok,
(i). Peukan Ateuk,
(j). Montasik,
(k). Cot Meuraja,
(l). ambaro,
(m). Cot Iri,
(n). Samahani,
(o). Krueng Mak,
(p). Lampeneurut,
(q). Peukan Bilui,
(r). Peukan Bada
(a). Glp Minyeuk,
(b). Cot
Glumpang,
(c). Kota Bakti,
(d). Mila,
(e). Reubee,
(f). Grong-grong,
(g). Caleue,
(h). Lampoih
Saka,
(i). Kb Tanjong,
(j). Simpang Tiga,
(k). Pidie,
(l). Batee,
(m). Laweueng
Kopi (a). Lampakuk
(b). Krueng raya
(a). Geumpang
(b). Mane
(c). Tangse
(d). Mila
Kakao (a). Glp Mayeuk
(b). Beureunuen
(c). Tiro
(d). Keumala
(e). Kota Bakti
(f). Mila
(g). Padang Tiji
(h). Pidie
Nilam (a). Lhoong
(b). Leupung
(c). Seulimeun
(d). Lamtamot
(a). Geumpang
(b). Tangse
(c). Titeue
4 pusat pelayanan
kegiatan peternakan
Sapi (a). Indrapuri
(b). Lampakuk
(c). Seulimeum
(a). Padang Tiji
(b). Grong-grong
(c). Laweung
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-126
NO
PUSAT
PELAYANAN
KEGIATAN
EKONOMI
KOMODITI
KECAMATAN
Kab. Aceh Besar Kab. Pidie Kota Banda Aceh
(d). Kota Jantho
(e). Lamtamot
(f). Lambada
Lhok
(g). Peukan Ateuk
(h). Lambaro
(i). Sibreh
(j). Krueng Mak
(k). Peukan Bilui
5 pusat pelayanan
kegiatan perikanan
budidaya
Ikan 38. (a). Cot Glumpang
(b). Kota Sigli
(c). Batee
(d). Laweung
(e). Padang Tiji
6 pusat pelayanan
kegiatan perikanan
tangkap
ikan (a). Lhoong,
(b). Lhoknga,
(c). Leupung, dan
(d). Peukan Bada
(a). Kb Tanjong,
(b). Simpang Tiga,
(c). Kota Sigli
(d). Batee dan
(e). Laweueng
(a). Ulee Lheue dan
(b). Banar Baru
7 pusat pelayanan
kegiatan industri
kerajinan
Kerajinan (a). Beureunuen
(b). Caleue
(a). Lampoh Daya,
(b). Lamlagang,
(c). Neusu Jaya,
(d). Lueng Bata,
(e). Banar Baru,
(f). Keudah,
(g). Lamgugob dan
(h). Ulee Kareng
8 pusat pelayanan
kegiatan pariwisata
Objek wisata (a). Lhoong,
(b). Lhoknga,
(c). Indrapuri,
(d). Lampakuk,
(e). Lamtamot,
(f). Krueng Raya,
(g). Cot Iri,
(h). Krueng Mak,
dan
(i). Peukan Bada
(a). Geumpang,
(b). Mane,
(c). Bandar
Mutiara,
(d). Tangse,
(e). Kota Bakti,
(f). Padang Tiji,
(g). Reubee,
(h). Caleue,
(i). Kb.
Tanjong,
(j). Simpang
Tiga,
(k). Kota Sigli
(a). Ulee Lheue,
(b). Lampoh Daya,
(c). Lamlagang,
(d). Neusu Jaya,
(e). Lueng Bata,
(f). Banar Baru,
(g). Keudah,
(h). Lamgugob dan
(i). Ulee Kareng
3. Sistem Jaringan Prasarana
a. Sistem Jaringan Transportasi
Dalam konsepsi pengembangan KAPET berbasis klaster, sistem
jaringan transportasi ditujukan untuk meningkatkan konektivitas aliran
komoditas unggulan dan komoditas pendukung antarkawasan dan
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-127
dalam kawasan, serta berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan
ekonomi di KAPET BAD.
Sistem jaringan prasarana utama tersebut dikembangkan untuk
menghubungkan:
(1) menghubungkan sentra produksi bahan baku dengan pusat
pelayanan kegiatan ekonomi yang dapat berupa pengembangan
jaringan jalan strategis nasional (jalan provinsi dan jalan
kabupaten)
(2) menghubungkan sentra produksi bahan baku dan pusat kegiatan
industri pengolahan dengan simpul distribusi (pelabuhan, bandara)
yang dapat berupa peningkatan jaringan jalan nasional
(3) Pengembangan fasilitas pendukung komoditas unggulan dan
komoditas pendukung di simpul transportasi
b. Sistem jaringan energi
Sistem jaringan energi dilakukan dalam upaya penyediaan tenaga
listrik untuk mendukung kegiatan perekonomian di KAPET BAD.
c. Sistem jaringan sumber daya air
Sistem jaringan sumber daya air ditujukan untuk kegiatan
pengembangan komoditas unggulan dan komoditas pendukung
KAPET BAD beserta produk turunannya melalui pengelolaan sumber
daya air yang terdiri atas konservasi sumber daya air, pendayagunaan
sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
d. Sistem jaringan pengelolaan limbah
Sistem jaringan pengelolaan limbah ditujukan untuk menjaga
lingkungan kegiatan ekonomi agar tidak terdampak negatif dari
keberadaan produksi limbah kegiatan ekonomi;
4. Kawasan Usaha Inti (Kawasan Lindung dan Budidaya)
Kawasan usaha inti adalah sentra produksi kawasan ekonomi nasional
berbasis sumber daya lokal dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan setempat. Kawasan usaha inti yang dimaksud dapat
berupa:
(a). Kawasan lindung
(b). Kawasan budidaya
(1). kegiatan komoditas,
(2). kegiatan pariwisata
(3). kegiatan permukiman, dan
(4). kegiatan peruntukan lainnya
a. Dasar Pertimbangan
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-128
Parameter yang digunakan dalam penetapan kawasan sebagai sentra
produksi
(a). Sektor basis
(b). Ketersediaan lahan
(c). Kesesuaian lahan
(d). Pola ruang kabupaten/kota
b. Penetapan Kawasan Usaha Inti
TABEL 1.63 PENETAPAN KAWASAN USAHA INTI
No. Kawasan Usaha Inti Komoditas Lokasi
A Kawasan Lindung
1 Kawasan hutan
lindung
sebagian wilayah Kecamatan Peukan Bada,
Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Darul Kamal,
Kecamatan Simpang Tiga, Kecamatan Suka
Makmur, Kecamatan Kuta Malaka, Kecamatan
Lhoong, kecamatan Kuta Cot Glie, Kecamatan
Indrapuri, Kecamatan Kota Jantho di Kabupaten
Aceh Besar; dan
sebagian wilayah Kecamatan Geumpang,
Kecamatan Mane, Kecamatan Padang Tiji,
Kecamatan Tangse, Kecamatan Tiro/Trusep, di
Kabupaten Pidie.
2 Kawasan suaka alam Cagar alam Pinus Jantho di Kabupaten Aceh
Besar
Taman wisata alam Kuta Malaka di Kabupaten
Aceh Besar
Taman hutan raya Pocut Meurah Intan di
Kabupaten Aceh Besar dan Pidie
B Kawasan Budidaya
1 Kawasan peruntukan
hutan produksi
sebagian wilayah Kecamatan Peukan Bada,
Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Leupung,
Kecamatan Lhoong, Kecamatan Darul Imaraha,
Kecamatan Darul Kamal, Kecamatan Simpang
Tiga, Kecamatan Mesjid Raya, Kecamatan
Baitussalam, Kecamatan Darussalam,
Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan Krueng
Barona Jaya, Kecamatan Ingin Jaya, Kecamatan
Blang Bintang, Kecamatan Sukamakmur,
Kecamatan Montasik, Kecamatan Kuta Malaka,
Kecamatan Indrapuri, Kecamatan Kuta Cot Glie,
Kecamatan Seulimeum, Kecamatan Lembah
Seulawah, Kecamatan Kota Jantho di Kabupaten
Aceh Besar; dan
sebagian wilayah Kecamatan Batee,
Kecamatan Delima, Kecamatan Geulumpang
Baro, Kecamatan Geulumpang Tiga, Kecamatan
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-129
No. Kawasan Usaha Inti Komoditas Lokasi
Geumpang, Kecamatan Grong-grong,
Kecamatan Indrajaya, Kecamatan Kembang
Tanjong, Kecamatan Keumala, Kecamatan Kota
Sigli, Kecamatan Mane, Kecamatan Mila,
Kecamatan Muara Tiga, Kecamatan Mutiara,
Kecamatan Padang Tiji, Kecamatan Peukan
Baro, Kecamatan Pidie, Kecamatan Sakti,
Kecamatan Simpang Tiga, Kecamatan Tamgse,
Kecamatan Tiro/Truseb, Kecamatan Titeue di
Kabupaten Pidie.
2 Kawasan peruntukan
pertanian tanaman
pangan
sebagian wilayah Kecamatan Peukan Bada,
Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Leupung,
Kecamatan Lhoong, Kecamatan Darul Imaraha,
Kecamatan Darul Kamal, Kecamatan Simpang
Tiga, Kecamatan Mesjid Raya, Kecamatan
Baitussalam, Kecamatan Darussalam,
Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan Krueng
Barona Jaya, Kecamatan Ingin Jaya, Kecamatan
Blang Bintang, Kecamatan Sukamakmur,
Kecamatan Montasik, Kecamatan Kuta Malaka,
Kecamatan Indrapuri, Kecamatan Kuta Cot Glie,
Kecamatan Seulimeum, Kecamatan Lembah
Seulawah, Kecamatan Kota Jantho di Kabupaten
Aceh Besar; dan
b. sebagian wilayah Kecamatan Batee,
Kecamatan Delima, Kecamatan Geulumpang
Baro, Kecamatan Geulumpang Tiga, Kecamatan
Geumpang, Kecamatan Grong-grong,
Kecamatan Indrajaya, Kecamatan Kembang
Tanjong, Kecamatan Keumala, Kecamatan Kota
Sigli, Kecamatan Mane, Kecamatan Mila,
Kecamatan Muara Tiga, Kecamatan Mutiara,
Kecamatan Padang Tiji, Kecamatan Peukan
Baro, Kecamatan Pidie, Kecamatan Sakti,
Kecamatan Simpang Tiga, Kecamatan Tamgse,
Kecamatan Tiro/Truseb, Kecamatan Titeue di
Kabupaten Pidie.
3 Kawasan peruntukan
pertanian holtikultura
sebagian wilayah seluruh kecamatan di Kabupaten
Aceh Besar.
4 Kawasan peruntukan
perkebunan
sebagian wilayah Kecamatan Peukan Bada,
Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Leupung,
Kecamatan Lhoong, Kecamatan Baitussalam,
Kecamatan Darussalam, Kecamatan Kuta Baro,
Kecamatan Mesjid Raya, Kecamatan Darul
Kamal, Kecamatan Balng Bintang, Kecamatan
Simpang Tiga, SUkamakmur, Kecamatan
Montasik, Kecamatan Kuta Malaka, Kecamatan
Seulimeum, Kecamatan Indrapuri, Kecamatan
Kuta Cot Glie, KecamatanLembah Seulawah,
Kecamatan Kota Jantho di Kabupaten Aceh
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-130
No. Kawasan Usaha Inti Komoditas Lokasi
Besar; dan
b. sebagian wilayah Kecamatan Geumpang,
Kecamatan Mane, Kecamatan Tangse,
Kecamatan Batee, Kecamatan Delima,
Kecamatan Gelumpang Tiga, Kecamatan
Gelumpang Baro, Kecamatan Geumpang,
Kecamatan Grong-Grong, Kecamatan Indra
Jaya, Kecamatan Keumala, Kecamatan Mane,
Kecamatan Mila, Kecamatan Muara Tiga,
Kecamatan Mutiara, Kecamatan Padang Tiji,
Kecamatan Peukan Baro, Kecamatan Pidie,
Kecamatan Sakti, Kecamatan Simpang Tiga,
Kecamatan Tangse, Kecamatan Tiro/Truseb,
Kecamatan Titeu di Kabupaten Pidie.
5 Kawasan peruntukan
perikanan budidaya
sebagian wilayah Kecamatan Krueng Raya,
Teluk Lhok Seudu, Kecamatan Lhoong,
Kecamatan Seulimeum, Kecamatan Kuta Cot
Glie, Kecamatan Lembah Seulawah, Kecamatan
Montasik, Kecamatan Kota Jantho, Kecamatan
Baitussalam, Kecamatan Leupung, Kecamatan
Lhoong, Kecamatan Indrapuri, Kecamatan
Peukan Bada, Kecamatan Mesjid Raya di
Kabupaten Aceh Besar.; dan
sebagian wilayah Kecamatan Geulumpung Baro,
Kecamatan Kembang Tanjong, Kecamatan
Simpang Tiga, Kecamatan Delima, Kecamatan
Grong-Grong, Kecamatan Pidie, Kecamatan Kota
Sigli, Kecamatan Batee, Kecamatan Muara Tiga
di Kabupaten Pidie
6 Kawasan peruntukan
perikanan tangkap
sebagian Kecamatan Leupung, Kecamatan
Mesjid Raya, Kecamatan Baitussalam,
Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Seulimeum,
Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Lhoong di
Kabupaten Aceh Besar; dan
sebagian wilayah Kecamatan Geulumpung Baro,
Kecamatan Kembang Tanjong, Kecamatan
Simpang Tiga, Kecamatan Delima, Kecamatan
Grong-Grong, Kecamatan Pidie, Kecamatan Kota
Sigli, Kecamatan Batee, Kecamatan Muara Tiga
di Kabupaten Pidie
7 Kawasan peruntukan
pariwisata
kawasan Banda Aceh kota dan sekitarnya.
8 Kawasan permukiman
perkotaan
sebagian wilayah Kecamatan Meuraxa,
Kecamatan Jaya Baru, Kecamatan Banda Raya,
Kecamatan Baiturahman, Kecamatan Lueng
Bata, Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan Kuta
Raja, Kecamatan Syiah Kuala, Kecamatan Ulee
Kareng di Kota Banda Aceh;
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-131
No. Kawasan Usaha Inti Komoditas Lokasi
sebagian wilayah Kecamatan Peukan Bada,
Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Darul
Kamal, Kecamatan Ingin Jaya, Kecamatan
Krueng Barona, Kecamatan Baitussalam,
Kecamatan Darussalam, Kecamatan Kuta Baro,
Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan
Sukamakmur, Kecamatan Indrapuri, Kecamatan
Kota Jantho di Kabupaten Aceh Besar; dan
sebagian wilayah Kecamatan Batee, Kecamatan
Geulumpang Baro, Kecamatan Tiga, Kecamatan
Grong-Grong, Kecamatan Indrajaya, Kecamatan
Kembang Tanjung, Kecamatan Keumala,
Kecamatan Mane, Kecamatan Mila, Kecamatan
Mutiara Tiga, Kecamatan Mutiara, Kecamatan
Peukan Baro, Kecamatan Pidie, Kecamatan
Sakti, Kecamatan Simpang Tiga, Kecamatan
Tangse, Kecamatan Tiro/Teruseb, Kecamatan
Titeu di Kabupaten Pidie.
9 Kawasan peruntukan
pedesaan
sebagian wilayah seluruh Kecamatan di
Kabupaten Aceh Besar; dan
sebagian wilayah Kecamatan Geumpang,
Kecamatan Tangse, Kecamatan Keumala di
Kabupaten Pidie
1.3.3. Tahapan Pengembangan Kawasan
1. Konsepsi pengembangan klaster
Klaster dapat dikembangkan dalam empat area, yaitu dalam bidangbidang
yangmenjadi penentu daya saing sebuah klaster seperti yang
dikemukakan oleh Porter (2001),yaitu : (1) aspek permintaan atau pasar,
(2) aspek struktur, strategi, dan persaingan;(3) aspek institusi dan industri
pendukung; serta (4) kondisi faktor atau input.
Pengembangan empat area tersebut memerlukan suatu kelembagaan
pemerintahanyang efektif dan iklim usaha yang kondusif.
Tujuan pengembangan klaster adalah untuk menghasilkan efisiensi
kolektif. Halini tidak dapat dicapai oleh kegiatan ekonomi secara
individual, melainkan melalui keterkaitan(linkages) yang kuat antara
kegiatan ekonomi yang inovatif. Adanya keterkaitanantar kegiatan
ekonomi akan meningkatkan pembagian kerja dan mendorong kerja
samaantar perusahaan termasuk penyebaran ide dan inovasi. Keterkaitan
ke belakang (backwardlinkage) maupun kedepan (forward linkage)
antarperusahaan atau bahkan denganperusahaan yang lebih besar
mendorong terjadinya produksi bersama (joint manufacture).
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-132
Konsepsi pengembangan KAPET BAD berbasis klaster diwujudkan dalam
empat tahapan, sebagaimana yang digambarkan di bawah ini
2. Perwujudan pengembangan klaster per-tahap-an pembangunan
a. Tahap 1 (2013-2014 & 2015-2019)
Perwujudan tahap pertama pada periode tahun 2013-2014 ditetapkan
dalam rangka pembangunan basis klaster.Indikasi program utama
pada tahap pertama meliputi:
1) Indikasi program perwujudan struktur ruang, terdiri atas:
(1) Pembangunan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi
(2) Pembangunan sarana dan prasarana pendukung
pengembangan usaha inti.
2) Indikasi program perwujudan pola ruang, terdiri atas:
(1) Pengembangan komoditas unggulan dan komoditas pendukung
sebagai basis kluster ekonomi kawasan (usaha inti); dan
(2) Penyediaan ruang usaha inti;
3) Indikasi program utama lainnya, terdiri atas:
(1) Penyiapan pasar usaha inti;
(2) Pengembangan SDM usaha inti;
(3) Pengembangan penelitian dan pengembangan usaha inti;
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-133
(4) Pengembangan kelembagaan dan kerjasama pemerintahswasta
masyarakat dalam pengembangan usaha inti (koperasi,
UMKM, kelompok tani, dan lain-lain); dan
(5) Pengembangan sistem pembiayaan pengembangan usaha inti.
b. Tahap 2 (2020-2024)
Perwujudan tahap kedua pada periode tahun 2015-2019 ditetapkan
dalam rangka pengembangan produk turunan.Indikasi program utama
pada tahap kedua diprioritaskan pada:
1) Indikasi program perwujudan struktur ruang, terdiri atas:
(1) Pemeliharaan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi
(2) Pembangunan sarana dan prasarana pendukung
pengembangan usaha inti dan produk turunan.
2) Indikasi program perwujudan pola ruang, terdiri atas:
Peningkatan ruang usaha inti.
3) Indikasi program utama lainnya, terdiri atas:
(1) Peningkatan usaha inti dan pengembangan produk turunannya;
(2) Pengembangan pasar produk usaha inti;
(3) Peningkatan SDM usaha inti;
(4) Pengembangan penelitian dan pengembangan usaha inti;
(5) Penguatan kelembagaan dan kerjsama pemerintah-swasta
masyarakat dalam pengembangan usaha inti; dan
(6) Pengembangan sistem pembiayaan pengembangan usaha inti.
c. Tahap 3 (2025-2029)
Perwujudan tahap ketiga pada periode tahun 2025-2029 ditetapkan
dalam rangka pengembangan keterkaitan antarusaha inti dan
turunannya. Indikasi program utama pada tahap ketiga
diprioritaskan pada:
1) Indikasi program perwujudan struktur ruang, terdiri atas:
(1) Peningkatan dan pemeliharaan sistem pusat pelayanan
kegiatan ekonomi
(2) Peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pendukung pengembangan usaha inti dan produk turunan.
2) Indikasi program perwujudan pola ruang, terdiri atas:
Optimasi ruang usaha inti.
3) Indikasi program utama lainnya, terdiri atas:
(1) Penguatan usaha inti dan pengembangan produk turunannya;
(2) Penguatan pasar produk usaha inti;
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-134
(3) Peningkatan SDM usaha inti dan pengembangan SDM produk
turunan;
(4) Pengembangan dan peningkatan penelitian serta
pengembangan usaha inti dan produk turunan;
(5) Pengembangan dan peningkatan kelembagaan dan kerjsama
pemerintah-swasta masyarakat dalam pengembangan usaha
inti; dan
(6) Pengembangan dan peningkatan sistem pembiayaan
pengembangan usaha inti.
d. Tahap 4 (2030-2033)
Perwujudan tahap keempat pada periode tahun 2030-2033 ditetapkan
dalam rangka pengembangan dan penguatan keterkaitan antarusaha
inti dan turunannya.Indikasi program utama pada tahap keempat
diprioritaskan pada:
1) Indikasi program perwujudan struktur ruang, terdiri atas:
(1) Pemeliharaan dan pemantapan sistem pusat pelayanan
kegiatan ekonomi;
(2) Pemeliharaan dan pemantapan sarana dan prasarana
pendukung pengembangan usaha inti dan produk turunan.
2) Indikasi program perwujudan pola ruang, terdiri atas:
Optimasi ruang usaha inti berbasis pembangunan berkelanjutan.
3) Indikasi program utama lainnya, terdiri atas:
(1) Optimasi usaha inti dan pengembangan produk turunannya;
(2) Penguatan pasar produk usaha inti;
(3) Pemantapan SDM usaha inti dan pengembangan SDM produk
turunan;
(4) Pemantapan penelitian dan pengembangan usaha inti dan
produk turunan;
(5) Pemantapan kelembagaan dan kerjsama pemerintah-swasta
masyarakat dalam pengembangan usaha inti dan turunannya;
dan
(6) Pemantapan sistem pembiayaan pengembangan usaha inti dan
turunannya.
3. Konsepsi pengembangan komoditas unggulan dan komoditas
pendukung
a. Komoditas kakao
Kebijakan dan program yang akan ditempuh dalam
pengembangan agribisnis kakao jangka pendek (Prospek dan arah
Pengembangan Agribisnis Kako di Indonesai, 2005, Departemen
Pertanian) adalah sebagai berikut:
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-135
1. Kebijakan peningkatan produktivitas
Kebijakan peningkatan produktivitas ini diimplementasikan
lewatserangkaian program sebagai berikut:
Program Intensifikasi Tanaman
Program perluasan kakao dalam rangka pengutuhan areal
Program rehabilitasi dan peremajaan tanaman
Program diversifikasi usaha
2. Kebijakan pemberdayaan petani
Kebijakan pemberdayaan petani diimplementasikan lewat
serangkaianprogram sebagai berikut:
Program penumbuhan kelembagaan petani dan kelembagaan
usaha,khususnya di sentra-sentra produksi dan pengembangan
kakao.
Khususnya penumbuhan penangkar benih dalam rangka
penyediaanbenih unggul kakao dikembangkan model waralaba.
Program pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan
kemampuanpetani dalam rangka memanfaatkan peluang bisnis
yang ada.
Program peningkatan ketrampilan petani untuk mencegah
meluasnyaserangan hama PBK melalui kegiatan SL-PHT
secara intensif.
3. Kebijakan penataan kelembagaan
Kebijakan penataan kelembagaan ini diimplementasikan
lewatserangkaian program sebagai berikut:
Program fasilitasi lembaga keuangan pedesaan, sehingga
dapatterjangkau oleh petani pekebun.
Program pengembangan dan pemantapan networking and
sharing,khususnya CCDC (Cooperative Commodity
Development Center).
Program restrukturisasi dan pemantapan pola pengembangan
4. Kebijakan pengolahan dan pemasaran hasil
Kebijakan pengolahan dan pemasaran hasil diimplementasikan
lewatserangkaian program sebagai berikut:
Program pengembangan dan desiminasi teknologi pengolahan
hasilkakao
Program fasilitasi penyediaan sarana pengolahan hasil
khususnya yangdapat dioperasikan di tingkat petani.
Program peningkatan mutu hasil baik hasil utama maupun hasil
lanjutan.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-136
Program penerapan SNI wajib segera dilaksanakan setelah
fasilitaspendukungnya terpenuhi dan diterapkan secara disiplin
baik kakao yangdipasarkan didalam negeri maupun untuk
ekspor
Program pemanfaatan limbah kakao sebagai pakan ternak, dll.
Kebijakan dan program yang akan ditempuh dalam
pengembangan agribisnis kakao 2025 (Prospek dan arah
Pengembangan Agribisnis Kakao di Indonesia, 2005, Departemen
Pertanian) adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan peningkatan produktivitas dan mutu kakao.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas
tanamanserta mutu kakao secara bertahap, baik yang dihasilkan
oleh perkebunanrakyat maupun perkebunan besar.
2. Kebijakan peningkatan nilai tambah dan pendapatan petani kakao
Kebijakan ini dimaksudkan agar ekspor kakao Indonesia tidak
lagiberupa bahan mentah (biji), tapi dalam bentuk hasil olahan,
sehingganilai tambah dinikmati di dalam negeri.
3. Kebijakan penyediaan sumber pembiayaan
Kebijakan ini dimaksudkan untuk menyediakan berbagai
kemungkinan sumber pembiayaan baik yang berasal dari lembaga
perbankan maupun non-bank (antara lain memanfaatkan
penyertaan dana masyarakat melalui Kontrak Investasi Kolektif,
Resi Gudang).
1.3.4. Konsepsi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan
Arahan peraturan zonasi KAPET BAD digunakan sebagai pedoman bagi
pemerintah kabupaten/kota dalam menyusun ketentuan umum peraturan zonasi
dan peraturan zonasi.Arahan peraturan zonasi KAPET BAD terdiri atas:
(a). arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang; dan
(b). arahan peraturan zonasi untuk pola ruang.
Muatan arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang meliputi:
(a). jenis kegiatan yang diperbolehkan, kegiatan yang diperbolehkan dengan
syarat, dan kegiatan yang tidak diperbolehkan;
(b). intensitas pemanfaatan ruang;
(c). prasarana dan sarana minimum; dan/atau
(d). ketentuan khusus yang dibutuhkan berupa ketentuan khusus.
Arahan peraturan zonasi untuk pola ruang meliputi:
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-137
(a). Mengendalikan pemanfaatan kawasan lindung yang dapat digunakan untuk
kegiatan ekonomi;
(b). Mengendalikan alih fungsi lahan usaha inti;
(c). Mengendalikan kegiatan yang potensial mengganggu usaha inti; dan
(d). Menyediakan sarana-prasarana pendukung usaha inti sesuai standar
pelayanan minimum.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-138
TABEL 1.64 KONSEPSI ARAHAN PERATURAN ZONASI KAPET BAD
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota Studi literatur Usulan Zonasi
Kawasan
Pertanian
Tanaman
Pangan
Kabupaten Aceh Besar:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian lahan
basah disusun dengan ketentuan:
1. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian pangan
berkelanjutan (LP2B);
2. pengendalian secara ketat konversi lahan sawah beririgasi
non teknis;
3. pengendalian secara ketat tumbuhnya kegiatan perkotaan
di sepanjang jalur transportasi yang menggunakan lahan
sawah yang dikonversi;
4. pelaksanaan konservasi berkaitan dengan vegatatif dan
mekanis;
5. diperbolehkan permukiman perdesaan di kawasan
pertanian lahan basah non irigasi teknis khususnya bagi
penduduk yang bekerja disektor pertanian;
6. tidak diperbolehkan menggunakan lahan yang dikelola
dengan mengabaikan kelestarian lingkungan;
7. tidak diperbolehkan pemborosan penggunaan sumber air;
8. boleh dialih fungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
9. boleh adanya bangunan prasarana wilayah dan bangunan
yang bersifat mendukung kegiatan pertanian; dan
10. boleh melakukan kegiatan wisata alam secara terbatas,
penelitian, dan pendidikan.
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian lahan
kering disusun dengan ketentuan:
1. diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian lahan kering
yang tidak produktif menjadi peruntukan lain secara
selektif;
2. diwajibkan pelaksanaan konservasi lahan;
3. tidak diperbolehkan menggunakan lahan yang dikelola
dengan mengabaikan kelestarian lingkungan;
4. boleh dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5. diperbolehkannya permukiman perdesaan khususnya bagi
penduduk yang bekerja disektor pertanian;
6. boleh adanya bangunan prasarana wilayah dan bangunan
yang bersifat mendukung kegiatan pertanian; dan
7. boleh melakukan kegiatan wisata alam secara terbatas,
penelitian, dan pendidikan.
Kabupaten Pidie:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian sawah
irigasi meliputi:
1) diarahkan untuk budidaya tanaman pangan;
2) diizinkan aktivitas pendukung pertanian;
3) dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi luas kawasan
sawah beririgasi;
4) dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak
fungsi lahan dan kualitas tanah; dan
5) dilarang mendirikan bangunan pada kawasan sawah
irigasi yang terkena saluran irigasi;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian sawah
bukan irigasi meliputi:
1. diarahkan untuk budidaya tanaman pangan;
2. diizinkan mendirikan rumah tunggal dengan syarat sesuai
dengan rencana rinci tata ruang; dan
3. diizinkan pemanfaatan ruang untuk permukiman petani.
Kegiatan pengelolaan lahan dengan memperhatikan pola tanam
optimal yang berdasarkan pola tanam petani, sistem tanam,
pengolahan lahan, pengairan atau irigasi, pemupukan,
pemberantasan hama penyakit tanaman dan konservasi tanah dan air
Intensifikasi lahan pertanian pangan, dengan cara:
a. peningkatan kesuburan tanah melalui pemupukan;
b. peningkatan kualitas pakan ternak dan/atau ikan melalui:
1) penggantian hijauan pakan ternak;
2) pengembangan pakan alternatif untuk perikanan dan
peternakan;
3) meningkatkan kualitas pakan yang berasal dari sisa
hasil pertanian;
c. peningkatan kualitas benih dan/atau bibit melalui:
1) penyediaan bibit unggul;
2) penyediaan kebun induk;
3) pengembangan seed centre (pusat perbenihan);
d. pencegahan, penanggulangan hama dan penyakit;
e. pengembangan irigasi;
f. pengembangan inovasi pertanian melalui:
1) pengembangan wisata pertanian;
2) pemanfaatan teknologi pertanian;
g. penyuluhan pertanian; dan/atau
h. jaminan akses permodalan.
Ekstensifikasi lahan pertanian pangan, dengan cara:
a. pemanfaatan lahan marginal;
b. pemanfaatan lahan terlantar; dan
c. pemanfaatan lahan dibawah tegakan tanaman keras.
Diversifikasi lahan pertanian pangan, dengan cara:
a. pola tanam; dan/atau
b. tumpang sari.
1) kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan yang mendukung pengembangan
pertanian tanaman pangan komoditas unggulan dan komoditas pendukung beserta
produk turunannya, kegiatan permukiman perdesaan, kegiatan pariwisata, kegiatan
penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta pendirian bangunan untuk
kepentingan pemantauan ancaman bencana;
2) kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
3) kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengubah fungsi
lahan pertanian dan tidak mengganggu fungsi kawasan;
a. pengolahan pasca panen dan pemasaran serta kegiatan pendukungnya secara
terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan
b. selain kegiatan pertanian pangan berkelanjutan adalah pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi dengan
memperhitungkan luas kawasan dan jumlah penduduk;
4) kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi
kawasan pada kawasan komoditas;
5) penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:
a. keandalan infrastruktur meliputi sistem irigasi, waduk, embung, bendungan, jalan
usaha tani, dan jembatan
b. prasarana dan sarana pelayanan umum;
c. ruang dan jalur evakuasi bencana; dan
d. pembiayaan pertanian.
Kawasan
Hortikultura
Kabupaten Pidie:
1) diarahkan untuk tanaman yang menghasilkan daun, buah, dan
batang;
2) pada kawasan yang memiliki kelerengan diatas 25 % (dua puluh
Satu wilayah satu komoditi unggulan dengan beberapa produk
penunjangnya
sistem tiga strata
1. Strata 1: Padi sawah MT 1 / MT2
1) kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan yang mendukung pengembangan
hortikultura komoditas unggulan dan komoditas pendukung beserta produk
turunannya, kegiatan permukiman perdesaan, kegiatan penyediaan lokasi dan jalur
evakuasi bencana, serta pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-139
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota Studi literatur Usulan Zonasi
lima persen) diarahkan untuk budidaya tanaman tahunan;
3) diizinkan mendirikan rumah tunggal dengan syarat sesuai
dengan rencana rinci tata ruang; dan
4) diizinkan pemanfaatan ruang untuk permukiman petani.
2. Strata 2: Kedelai
3. Strata 3: Tanaman sela jagung Kacang hijau/ kacang-tunggak
Sistem Pekarangan Agribisnis dengan menerapkan Multi Storey Systems
(MSS):
Zona agroekologi
Sistem pertanian yang dapat dikembangkan adalah wanatani dengan
kombinasi tanaman tahunan produktif dan tanaman pangan, atau budi
daya lorong dengan menggunakan kombinasi tanaman pakan ternak dan
tanaman pangan, atau tanaman monokultur dengan menggunakan
teknologi konservasi
Zona areal lahan sawah tadah hujan dengan pilihan komoditas padi
sawah, kedelai, jagung, kacang tanah, kacang hijau, padi gogo, bawang
merah, tomat, cabai, dan tanaman sayuran lainnya, dimana untuk
mengoptimalkan sumbedaya lahan dengan model usaha tani yang
potensial dikembangkan adalah pengaturan pola tanam.
bencana;
2) kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
a. kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengubah fungsi
lahan pertanian dan tidak mengganggu fungsi kawasan;
b. pengolahan pasca panen dan pemasaran serta kegiatan pendukungnya secara
terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan
3) kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi
kawasan pada kawasan komoditas;
4) penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:
a. prasarana dan sarana hortikultura yang dibutuhkan;
b. distribusi dan pemasaran di dalam negeri atau keluar negeri;
c. pembiayaan;
d. penelitian dan pengembangan teknologi; dan
e. data dan informasi
Kawasan
peruntukan
peternakan
Kabupaten Aceh Besar:
1. diperbolehkan adanya bangunan prasarana wilayah dan
bangunan yang mendukung kegiatan peternakan;
2. diperkenankan pengembangan sarana dan prasarana
peternakan dan perikanan;
3. tidak boleh merusak fungsi pariwisata pada kawasan
peternakan yang dibebani fungsi pengembangan pariwisata;
dan
4. tidak boleh mengakibatkan pencemaran lingkungan dan
kerusakan lingkungan lainnya.
Kabupaten Pidie:
a. peternakan dapat dikembangkan terpadu dengan pertanian
tanaman pangan tadah hujan, holtikultura, dan perkebunan
dengan memperhatikan aspek pengelolaan lingkungan;
b. perlu adanya pengelolaan limbah dan jalur hijau di sekeliling
kawasan peternakan skala besar;
c. diizinkan pengembangan budidaya tumpang sari dengan
peternakan dan perikanan;
d. dilarang melakukan melakukan peremajaan secara bersamaan
untuk mengurangi erosi lapisan atas tanah;
e. jarak antara kawasan peternakan skala besar dengan kawasan
permukiman, pariwisata, dan perkotaan diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati;
f. kegiatan peternakan tidak boleh dilakukan di daerah dekat
sungai dan di daerah permukiman kegiatan peternakan
diarahkan pada daerah padang rumput; dan
g. khusus peternakan yang diharamkan oleh agama tidak akan
diberikan izin perternakannya.
1) kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan yang mendukung pengembangan
peternakan komoditas unggulan dan komoditas pendukung beserta produk
turunannya, kegiatan permukiman perdesaan, kegiatan penyediaan lokasi dan jalur
evakuasi bencana, serta pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman
bencana;
2) kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
a. kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengubah fungsi
lahan pertanian dan tidak mengganggu fungsi kawasan;
b. pengolahan pasca panen dan pemasaran serta kegiatan pendukungnya secara
terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan
c. kegiatan laboratorium/riset untuk mendukung pengembangan kegiatan
peternakan
3) kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi
kawasan pada kawasan komoditas;
4) penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:
a. prasarana dan sarana pelayanan umum;
b. sarana dan prasarana pendukung peternakan, antara lain sarana pendukung
industri, budidaya, pemasaran, dan pengembangan usaha.
c. ruang dan jalur evakuasi bencana; dan
d. pembiayaan pertanian.
Kawasan
peruntukan
perkebunan
Kabupaten Aceh Besar:
1. diwajibkan pelaksanaan konservasi lahan;
2. diperbolehkan lahan perkebunan besar swasta yang terlantar
beralih fungsi untuk kegiatan non perkebunan;
3. diperbolehkannya permukiman perdesaan khususnya bagi
penduduk yang bekerja disektor perkebunan;
4. tidak diperbolehkan merubah jenis tanaman perkebunan yang
tidak sesuai dengan perizinan yang diberikan;
5. diperbolehkan adanya bangunan yang bersifat mendukung
kegiatan perkebunan dan jaringan prasarana wilayah; dan
6. diperbolehkan alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi
lainnya sepanjang sesuai dan mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Kabupaten Pidie:
a. diizinkan pengembangan budidaya tumpang sari dengan
peternakan dan perikanan;
b. dilarang melakukan melakukan peremajaan secara bersamaan
untuk mengurangi erosi lapisan atas tanah;
c. pemanfaatan ruang untuk permukiman masyarakat setempat
dengan kepadatan rendah diperbolehkan pada lahan dengan
kelerengan kurang dari 25% (dua puluh lima per seratus) dan
1) kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan yang mendukung pengembangan
perkebunan komoditas unggulan dan komoditas pendukung beserta produk
turunannya, kegiatan permukiman perdesaan, kegiatan penyediaan lokasi dan jalur
evakuasi bencana, serta pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman
bencana;
2) kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
a. kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengubah fungsi
lahan pertanian dan tidak mengganggu fungsi kawasan;
b. pengolahan pasca panen dan pemasaran serta kegiatan pendukungnya secara
terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan
3) kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi
kawasan pada kawasan komoditas;
4) penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:
a. prasarana dan sarana pelayanan umum;
b. sarana dan prasarana pendukung peternakan, antara lain sarana pendukung
industri, budidaya, pemasaran, dan pengembangan usaha.
c. ruang dan jalur evakuasi bencana; dan
d. pembiayaan pertanian.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-140
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota Studi literatur Usulan Zonasi
pada hamparan yang menyatu dengan permukiman yang telah
ada;
d. pembangunan sarana dan prasarana pendukung perkebunan
termasuk agrowisata hanya diperbolehkan pada lahan dengan
kelerengan kurang dari 25% (dua puluh lima per seratus);
e. budidaya perkebunan diarahkan pada jenis tanaman tahunan
produktif dengan memperhatikan aspek konservasi lingkungan;
dan
f. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan perkebunan menjadi
lahan budidaya non pertanian harus mengacu Peraturan
Perundang-undangan
Kawasan
peruntukan
perikanan
Kabupaten Aceh Besar:
a. diperbolehkan adanya bangunan prasarana wilayah dan
bangunan yang bersifat mendukung kegiatan perikanan;
b. diperbolehkan pengembangan sarana dan prasarana perikanan.
c. pembatasan pemanfaatan sumber daya perikanan tidak
melebihi potensi lestari.
d. tidak boleh merusak fungsi pariwisata pada kawasan perikanan
yang juga dibebani fungsi pengembangan wisata; dan
e. tidak boleh mengakibatkan pencemaran lingkungan dan
kerusakan lingkungan lainnya.
Kabupaten Pidie:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi budidaya perikanan,
perikanan organik, perikanan tangkap, pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan, penelitian dan wisata;
b. pelarangan kegiatan perusakan lingkungan hidup dalam
budidaya perikanan yang tidak ramah lingkungan;
1) kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan yang mendukung pengembangan
perikanan komoditas unggulan dan komoditas pendukung beserta produk turunannya,
kegiatan permukiman perdesaan, kegiatan pemijahan dan/atau kawasan konservasi,
kegiatan penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta pendirian bangunan
untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana;
2) kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
a. kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengubah fungsi
lahan pertanian dan tidak mengganggu fungsi kawasan;
b. industri pengolahan hasil perikanan, perdagangan hasil perikanan, dan
perdagangan minabisnis hulu;
3) kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi
kawasan pada kawasan peruntukan perikanan;
4) penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:
a. sarana pembudidayaan ikan (pakan ikan, obat ikan, pupuk, dan keramba)
b. prasarana pembudidayaan ikan (kolam, tambak, dan saluran tambak)
c. sarana dan prasarana minabisnis (pasar, lembaga keungan, kelembagaan, balai
benih)
d. sarana dan prasarana umum; dan
e. ruang dan jalur evakuasi bencana.
Kawasan
peruntukan
perindustrian
Kabupaten aceh Besar:
a. diperbolehkan kegiatan industri yang mempunyai kemampuan
penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan SDM di
sekitarnya;
b. diizinkan kegiatan industri yang hemat dalam penggunaan air dan
non-polutif;
c. diizinkan kegiatan industri yang tidak mengakibatkan kerusakan
atau alih fungsi kawasan lindung;
d. pelarangan bentuk kegiatan yang dapat memberikan dampak
merusak dan menurunkan kualitas lingkungan;
e. diwajibkan dalam kegiatan pengelolaan industri memiliki sistem
pengolahan limbah cair dan padat yang tidak mengganggu
kelestarian lingkungan;
f. diwajibkan pengaturan pengelolaan limbah padat dan cair B3 bagi
industri yang berindikasi menimbulkan limbah B3 atau juga
mengelola limbah B3 sebagaimana peraturan pengelolaan limbah
B3;
g. diwajibkan pengelolaan limbah terpadu sesuai standar
keselamatan internasional bagi industri yang lokasinya
berdekatan;
h. diizinkan kegiatan industri yang memiliki sumber air baku
memadai dan menjaga kelestariannya;
i. diizinkan kegiatan industri yang memiliki sarana prasarana
pengelolaan sampah, termasuk pengeloaan akhir sampah
j. diizinkan kegiatan industri yang memiliki sistem drainase yang
memadai sehingga tidak menimbulkan banjir secara internal dan
eksternal;
k. diizinkan kegiatan industri yang memiliki sumber energi untuk
memenuhi kebutuhan industri dengan tetap memperhatikan daya
yang tersedia sehingga suplai energi listrik untuk pelayanan
penduduk dan kegiatannya yang sudah berjalan tidak terganggu;
dan
l. diperbolehkan pengembangan kawasan peruntukan industri yang
terletak pada di sepanjang jalan arteri atau kolektor dengan syarat
harus dilengkapi dengan jalur lambat untuk kelancaran
5)
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-141
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota Studi literatur Usulan Zonasi
aksesibilitas.
Kabupaten Pidie:
a. diizinkan mengembangkan aktivitas pendukung kegiatan industri;
b. diizinkan penyediaan ruang untuk zona penyangga berupa sabuk
hijau (green belt) dan RTH;
c. diizinkan mengembangkan perumahan karyawan, fasum skala
lokal sebagai pendukung kegiatan industri;
d. diizinkan mengembangkan IPAL;
e. dilarang pengembangan kegiatan yang tidak mendukung fungsi
industri;
f. pengelolaan limbah B3 di kawasan industri;
g. larangan melakukan kegiatan dan/atau usaha yang menimbulkan
terjadinya pencemaran lingkungan.
h. kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas umum
diperbolehkan berkembang di sekitar dan pada kawasan
peruntukan industri dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan
dengan Peraturan Bupati;
i. permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas umum yang
dikembangkan adalah permukiman, perdagangan dan jasa serta
fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan para pekerja dan
kebutuhan industri yang dibatasi pengembangannya; dan
j. kegiatan industri wajib melakukan pengelolaan sampah, limbah
dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Kawasan
peruntukan
pariwisata
Kabupaten Aceh Besar:
a. kegiatan wisata, sarana dan prasarana tidak mengganggu
fungsi kawasan lindung, bentuk bangunan arsitektur setempat,
bentang alam dan pandangan visual dan mengikuti prinsipprinsip
pemugaran;
b. pemanfaatan kawasan fungsi lindung untuk kegiatan wisata
dilaksanakan sesuai azas konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya, perlindungan terhadap situs peninggalan
kebudayaan masa lampau;
c. pengharusan penerapan ciri khas arsitektur daerah setempat
pada setiap bangunan hotel dan fasilitas penunjang pariwisata;
d. pengharusan penyediaan fasilitas parkir;
e. dihimbau penggunaan tata busana adat daerah pada petugas
jasa pariwisata sesuai dengan jenis jasa yang disediakan; dan
f. diperbolehkan dilakukan penelitian dan pendidikan.
Kabupaten Pidie:
a. diizinkan pengembangan aktivitas komersial sesuai dengan
skala daya tarik pariwisatanya;
b. diizinkan secara terbatas pengembangan aktivitas perumahan
dan permukiman dengan syarat di luar zona utama pariwisata
dan tidak mengganggu bentang alam daya tarik pariwisata;
c. diizinkan terbatas pendirian bangunan untuk menunjang
pariwisata;
d. pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya
dukung dan daya tampung lingkungan;
e. perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa
lampau;
f. kegiatan yang diperbolehkan meliputi permukiman,
perdagangan dan jasa, pertanian, pemanfaatan potensi alam
dan budaya masyarakat sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan, perlindungan terhadap situs peninggalan
kebudayaan masa lampau;
g. pembatasan pendirian bangunan yang tidak menunjang
kegiatan pariwisata; dan
h. pelarangan kegiatan eksploitasi yang dapat merusak situs dan
obyek wisata.
Kawasan
peruntukan
permukiman
Kabupaten Aceh Besar:
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman
perkotaan disusun dengan ketentuan:
1. penetapan garis sempadan bangunan sesuai dengan
fungsi jalan atau ketentuan yang berlaku;
2. pengembangan kawasan ruang terbuka hijau (RTH)
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-142
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota Studi literatur Usulan Zonasi
minimal 30% dari luas kawasan perkotaan;
3. pengharusan penyediaan kelengkapan, keselamatan
bangunan dan lingkungan;
4. pengharusan penetapan jenis dan penerapan syaratsyarat
penggunaan bangunan;
5. pengharusan penyediaan drainase yang memadai,
pembuatan sumur resapan yang memadai, pembuatan
tandon- tandon air hujan;
6. pengharusan penyediaan fasilitas parkir bagi bangunan
untuk kegiatan usaha;
7. kepadatan penghunian satu unit hunian untuk satu rumah
tangga dalam kawasan permukiman setinggi-tingginya
sama dengan standar kepadatan layak huni, tidak
termasuk bangunan hunian yang terletak di dalam
kawasan permukiman tradisional;
8. peruntukan kawasan permukiman diperbolehkan untuk
dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
9. diperbolehkan dibangun prasarana wilayah sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku;
10. boleh adanya kegiatan industri skala rumah tangga dan
fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan
lingkungan; dan
11. dalam kawasan permukiman tidak diperbolehkan
dikembangkan kegiatan yang menganggu fungsi
permukiman dan kelangsungan kehidupan sosial
masyarakat.
c. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman
perdesaan disusun dengan ketentuan:
1. diarahkan intensitas bangunan berkepadatan rendah
sedang;
2. diizinkan mengembangkan perdagangan jasa dengan
syarat sesuai dengan skalanya;
3. pembatasan perkembangan kawasan terbangun yang
berada atau berbatasan dengan kawasan lindung diizinkan
pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial sesuai
skalanya;
4. penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan
5. penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang
diizinkan.
Kabupaten Pidie:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Permukiman
Perkotaan, meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Permukiman
Perkotaan, meliputi:
1) penetapan amplop bangunan, tema arsitektur bangunan,
kelengkapan bangunan dan lingkungan, dan penetapan
jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan;
2) kegiatan yang diperbolehkan adalah perumahan,
perdagangan dan jasa, sarana olahrga, sarana pendidikan,
dan industri rumah tangga;
3) penetapan penggunaan lahan untuk bangunan pada
pengembangan perumahan baru sebesar 40% (empat
puluh persen) sampai dengan 60% (enam puluh persen)
dari luas lahan yang ada;
4) penetapan kepadatan bangunan dalam satu
pengembangan kawasan perumahan baru tidak bersusun
dengan jumlah bangunan paling banyak 50 (lima puluh)
unit rumah per hektar;
5) pengembangan kawasan perumahan baru harus
dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai meliputi
sistem pembuangan air limbah, sistem pembuangan air
hujan, sistem prasarana air bersih, dan sistem
pembuangan sampah;
6) setiap permukiman perkotaan diarahkan pada kepadatan
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-143
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota Studi literatur Usulan Zonasi
penduduk sedang hingga tinggi sedangkan permukiman
perdesaan diarahkan pada kepadatan rendah hingga
sedang;
7) setiap kawasan permukiman harus tersedia ruang terbuka
yang terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non
hijau;
8) pada kawasan permukiman perkotaan ditetapkan luas
ruang terbuka hijau sebesar paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari luas kawasan perkotaan terdiri dari ruang
terbuka hijau publik sebesar 20% (dua puluh persen) dan
ruang terbuka hijau privat 10% (sepuluh persen);
9) pada kawasan permukiman perkotaan yang telah
memiliki luasan ruang terbuka hijau lebih besar dari 30%
(tiga puluh persen) tetap dipertahankan;
10) diarahkan intensitas bangunan berkepadatan sedang
tinggi dan bangunan vertikal;
11) boleh mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat
sesuai dengan skalanya;
12) diizinkan pengembangan fasilitas umum dan fasilitas
sosial sesuai dengan skalanya;
13) pengembangan pada lahan yang sesuai dengan kriteria
fisik meliputi: kemiringan lereng, ketersediaan dan mutu
sumber air bersih, dan bebas dari potensi banjir/
genangan.
14) penetapan ketentuan teknis bangunan;
15) penetapan tema arsitektur bangunan;
16) penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan;
17) penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang
diizinkan.
18) prioritas pengembangan pada permukiman hirarki rendah
dengan peningkatan pelayanan fasilitas permukiman; dan
19) pengembangan permukiman ditunjang dengan
pengembangan fasilitas pendukung unit permukiman
seperti: fasilitas perdagangan dan jasa, hiburan,
pemerintahan, pelayanan sosial.
b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman
pedesaan, meliputi:
1) diarahkan intensitas bangunan berkepadatan rendah
sedang;
2) diizinkan mengembangkan perdagangan jasa dengan
syarat sesuai dengan skalanya;
3) pembatasan perkembangan kawasan terbangun yang
berada atau berbatasan dengan kawasan lindung
diizinkan pengembangan fasilitas umum dan fasilitas
sosial sesuai skalanya;
4) penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan
5) penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang
diizinkan.
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-144
Bab 1 ................................................................................................................................................. 1-42
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1-1
1.1. Dasar Hukum Penyusunan RTR KSN KAPET BAD ............................................................ 1-1
1.2. Profil Wilayah KAPET BAD .................................................................................................. 1-3
1.2.1. Delineasi KAPET BAD ............................................................................................... 1-3
1.2.2. Kebijakan terkait KAPET BAD ................................................................................... 1-8
1.2.3. Kondisi Fisik Dasar KAPET BAD ............................................................................ 1-29
1.2.4. Potensi Sumber Daya Manusia .................................................................................. 1-39
1.2.5. Potensi Infrastruktur ................................................................................................... 1-52
1.2.6. Potensi Ekonomi Wilayah .......................................................................................... 1-67
1.3. Konsepsi Pengembangan Wilayah KAPET BAD ............................................................... 1-97
1.3.1. Rumusan SWOT Pengembangan Kawasan ............................................................... 1-97
1.3.2. Penetapan Klaster ..................................................................................................... 1-106
1.3.3. Tahapan Pengembangan Kawasan ........................................................................... 1-131
1.3.4. Konsepsi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan ............................................ 1-136
Tabel 1.1 Nama Kecamatan dan Luas Wilayah per kabupaten/kota ................................................... 1-5
Gambar 1.1 Peta Wilayah Perencanaan KAPET BAD ........................................................................ 1-7
Tabel 1.2 Muatan Struktur dan Pola Ruang KAPET BAD Berdasarkan RTRW ................................ 1-13
Tabel 1.3 KAWASAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN .............................................................. 1-22
Tabel 1.4 Matrik ketetapan kebijakan sektor ...................................................................................... 1-23
Gambar 1.2 Struktur Ruang Koridor Ekonomi Sumatera .................................................................. 1-26
Gambar 1.3 Inisiatif Strategis Koridor Ekonomi Sumatera ................................................................ 1-27
Tabel 1.5 Daftar Proyek MP3EI Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ......................................... 1-28
Tabel 1.6 Klasifikasi potensi gempa bumi .......................................................................................... 1-29
Tabel 1.7 Klasifikasi potensi GERAKAN TANAH ............................................................................... 1-31
Gambar 1.4 Peta Rawan bencana Banjir .......................................................................................... 1-33
Gambar 1.5 Peta Rawan Bencana Gunung Berapi ........................................................................... 1-34
Gambar 1.6 Peta Rawan Bencana Longsor ...................................................................................... 1-35
Tabel 1.8 Penggunaan Lahan Kabupaten ACEH BESAR, KABUPATEN Pidie DAN KOTA BANDA
ACEH Tahun 2011 .............................................................................................................................. 1-36
Tabel 1.9 Penggunaan Lahan KAPET BAD 2011 .............................................................................. 1-37
Gambar 1.7 Peta Tutupan Lahan ....................................................................................................... 1-38
Gambar 1.8 Jumlah Penduduk KAPET BAD Tahun 2006-2010 ........................................................ 1-39
Tabel 1.10 Jumlah Penduduk KAPET BAD Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010 ...................... 1-40
Tabel 1.11 Proyeksi Penduduk KAPET BAD ..................................................................................... 1-42
Gambar 1.9Sistem Bersawah Berdasarkan Adat Wilayah Aceh ....................................................... 1-46
Tabel 1.12 Penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan utama 2009-2011 ................... 1-47
Tabel 1.13 Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama 2009-
2011 ................................................................................................................................................... 1-48
Tabel 1.14 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang bekerja menurut status pekerjaan utama 2009-
2011 ................................................................................................................................................... 1-49
Tabel 1.15 Penduduk yang bekerja, pengangguran, tingkat partisipasi angkatan kerja dan tingkat
penggangguran terbuka menurut Kabupaten/Kota Prov Aceh 2010 ................................................. 1-49
Tabel 1.16 Penduduk perkotaan yang bekerja, pengangguran, tingkat partisipasi angkatan kerja dan
tingkat penggangguran terbuka agustus 2010................................................................................... 1-50
Tabel 1.17 Penduduk pedesaan yang bekerja, pengangguran, TPAK dan TPT agustus 2010 ......... 1-50
Tabel 1.18 Nilai IPM kabupaten/kota terkait KAPET BAD ................................................................. 1-51
Tabel 1.19 Jaringan Jalan Nasional Bukan Tol di KAPET BAD ......................................................... 1-54
Tabel 1.20 Rencana Jalan Strategis Nasional di KAPET BAD .......................................................... 1-55
Tabel 1.21 Fasilitas Pokok Pelabuhan Malahayati ............................................................................ 1-56
Tabel 1.22 Fasilitas Keselamatan ...................................................................................................... 1-57
Tabel 1.23 Fasilitas Penunjang .......................................................................................................... 1-57
Tabel 1.24 Pelabuhan perikanan berdasarkan WPP RI 571 ............................................................. 1-57
Tabel 1.25 Pelabuhan perikanan berdasarkan WPP RI 572 ............................................................. 1-58
TABEL 1.26 RENCANA LOKASI PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN ACEH WPP RI-572
SEBAGAI GROWTH CENTRE UTAMA ............................................................................................. 1-59
TABEL 1.27 RENCANA LOKASI PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN ACEH WPP RI-572
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-145
SEBAGAI GROWTH CENTRE PENDUKUNG .................................................................................. 1-59
Gambar 1.10 Sistem Kelistrikan Provinsi Aceh (eksisting) ................................................................ 1-61
Tabel 1.28 Wilayah sungai dan das kapet bad .................................................................................. 1-64
Tabel 1.29 Luasan lahan Kabupaten Aceh Besar dilayani jaringan irigasi (Ha) ................................ 1-64
Tabel 1.30 Luasan lahan Kabupaten Pidie dilayani jaringan irigasi (Ha) ........................................... 1-65
Tabel 1.31 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto KAPET BAD Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha (dalam Juta Rupiah) 2007-2010 .................................................... 1-67
Gambar 1.11PERKEMBANGAN PDRB ADH KONSTAN DI KAPET BAD (MILIAR RUPIAH) .......... 1-69
Tabel 1.32 Pola Pergeseran Kontribusi Sektor Ekonomi Utama KAPET BAD 2007-2010 ................ 1-69
Gambar 1.12 PERKEMBANGAN KONTRIBUSI PEREKONOMIAN PER KAB/KOTA DI KAPET BAD
(%) ..................................................................................................................................................... 1-70
Gambar 1.13 POLA PERGESERAN KONTRIBUSI SEKTOR EKONOMI UTAMA KAPET BAD 2006-
2010 .................................................................................................................................................. 1-71
Tabel 1.33 PENINGKATAN PDRB DI KAPET BAD 2006-2010 (%) .................................................. 1-71
Tabel 1.34 DINAMIKA KONTRIBUSI KABUPATEN/KOTA DALAM PDRB KAPET BAD (%) ............ 1-73
Tabel 1.35 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR NON MIGAS DI KAPET BAD (%) ............ 1-74
Tabel 1.36 PENDAPATAN PERKAPITA (JUTA RUPIAH) .................................................................. 1-75
Gambar 1.14 PERKEMBANGAN PENDAPATAN PERKAPITA KAPET BAD BERDASARKAN PDRB
ATAS DASAR HARGA KONSTAN ..................................................................................................... 1-75
Tabel 1.37 Analisis LQ PDRB Berdasarkan Harga Konstan dalam konteks Provinsi Aceh Tahun 2010
.......................................................................................................................................................... 1-76
Tabel 1.38 Nilai LQ Sub Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Tahun 2010 .... 1-77
Gambar 1.15 NILAI PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN DI WILAYAH KAPET BAD TAHUN 2010
(JUTA RUPIAH) ................................................................................................................................. 1-79
Gambar 1.16 PROPORSI NILAI PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN DI WILAYAH KAPET BAD
TAHUN 2010 (%)............................................................................................................................... 1-79
Tabel 1.39 Nilai LQ Luas Panen dan Nilai Produksi Tanaman Pangan Dirinci Menurut Kabupaten/Kota
di KAPET BAD Tahun 2010 ............................................................................................................... 1-80
Tabel 1.40 Komoditi Tanaman Pangan Unggulan dan Pendukung Dirinci Menurut Kabupaten/Kota di
KAPET BAD ...................................................................................................................................... 1-80
Tabel 1.41 Nilai LQ Luas Panen dan Nilai Produksi Tanaman Pangan Dirinci Menurut Kecamatan di
KAPET BAD Tahun 2010 ................................................................................................................... 1-81
Tabel 1.42 Komoditi Tanaman Pangan Unggulan dan Pendukung Dirinci Menurut Kecamatan di
KAPET BAD Tahun 2010 ................................................................................................................... 1-83
Tabel 1.43 Sentra Komoditi Tanaman Pangan Berdasarkan Kecamatan di KAPET BAD ................. 1-85
Tabel 1.44 Nilai LQ Luas Panen dan Nilai Produksi Hortikultura Dirinci Menurut Kabupaten/Kota di
KAPET BAD Tahun 2010 ................................................................................................................... 1-87
Tabel 1.45 Komoditi Hortikultura Unggulan dan Pendukung Dirinci Menurut Kabupaten/Kota di KAPET
BAD Tahun 2010 ............................................................................................................................... 1-88
TABEL 1.46 GAMBARAN KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI WILAYAH KAPET BAD1-89
TABEL 1.47 SENTRA KOMODITI TANAMAN PANGAN BERDASARKAN KECAMATAN DI KAPET
BAD ................................................................................................................................................... 1-90
Tabel 1.48 Nilai LQ Luas Panen dan Nilai ProduksiPerkebunan Dirinci MenurutKabupaten/Kota di
KAPET BAD Tahun2010 .................................................................................................................... 1-91
Tabel 1.49 Komoditi Perkebunan Unggulan dan Pendukung Dirinci Menurut Kabupaten/Kota di
KAPET BAD Tahun 2010 ................................................................................................................... 1-92
TABEL 1.50 GAMBARAN KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN DI WILAYAH KAPET BAD .. 1-93
Tabel 1.51 Sentra Komoditi Perkebunan Berdasarkan Kecamatan di KAPET BAD ......................... 1-93
Tabel 1.52 Nilai LQ JUMLAH dan Nilai Produksi PETERNAKAN Dirinci Menurut Kabupaten/Kota di
KAPET BAD Tahun 2010 ................................................................................................................... 1-94
Tabel 1.53 Komoditi PETERNAKAN Unggulan dan Pendukung Dirinci Menurut Kabupaten/Kota di
KAPET BAD ...................................................................................................................................... 1-95
TABEL 1.54 GAMBARAN KOMODITAS PETERNAKAN UNGGULAN DI WILAYAH KAPET BAD . 1-95
Tabel 1.55 Sentra Komoditi Perkebunan Berdasarkan Kecamatan di KAPET BAD ......................... 1-96
TABEL 1.56 GAMBARAN KOMODITAS PERIKANAN DI WILAYAH KAPET BAD TAHUN 2010 ..... 1-97
Tabel 1.57 Identifikasi kekuatan dan kelemahan Kawasan KAPET BAD .......................................... 1-99
Tabel 1.58 Identifikasi peluang dan ancaman KAPET BAD ............................................................ 1-101
Tabel 1.59 SWOT Pengembangan KAPET BAD ............................................................................. 1-105
Gambar 1.17 POHON INDUSTRI SAPI ........................................................................................... 1-108
Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Perpres RTR KSN KAPET BAD
1-146
GAMBAR 1.18 POHON INDUSTRI SAPI ........................................................................................ 1-109
GAMBAR 1.19 POHON INDUSTRI PADI ........................................................................................ 1-111
GAMBAR 1.20 POHON INDUSTRI KELAPA DALAM ..................................................................... 1-115
GAMBAR 1.21 POHON INDUSTRI PISANG ................................................................................... 1-118
GAMBAR 1.22 POHON INDUSTRI KOPI ........................................................................................ 1-119
GAMBAR 1.23 POHON INDUSTRI KAKAO .................................................................................... 1-120
Tabel 1.60 Pola Keterkaitan Komoditas di Kapet BAD .................................................................... 1-121
Tabel 1.61 Kajian kebijakan terkait pengembangan komoditas ....................................................... 1-122
Tabel 1.62 pusat pelayanan kegiatan ekonomi di Kapet BAD ......................................................... 1-124
Tabel 1.63 Penetapan kawasan usaha Inti ...................................................................................... 1-128
Tabel 1.64 Konsepsi arahan peraturan zonasi KAPET BAD ........................................................... 1-138

Anda mungkin juga menyukai