Wa0006
Wa0006
Disusun Oleh:
Wahyu Prasetyo
21100113120011
SEMARANG
APRIL 2014
LEMBAR PENGESAHAN
1.1 Maksud
Menentukan tentang delineasi dari suatu bentang alam.
Menggambarkan pola pengaliran sungai dari bentang alam fluvial.
Mencari perhitungan morfometri dari persen kelerengan dan beda tinggi
dari bentang alam fluvial.
Membuat profil eksagrasi dari sayatan peta topografi.
Memahami tentang bentang alam fluvial baik penjelasan, proses
pembentukannya serta hal-hal yang terkait dalam bentang alam fluvial.
1.2 Tujuan
Dapat menentukan tentang delineasi dari suatu bentang alam.
Dapat menggambarkan pola pengaliran sungai dari bentang alam
fluvial.
Dapat mencari perhitungan morfometri dari persen kelerengan dan beda
tinggi dari bentang alam fluvial.
Dapat membuat profil eksagrasi dari sayatan peta topografi.
Dapat memahami tentang bentang alam fluvial baik penjelasan, proses
pembentukannya serta hal-hal yang terkait dalam bentang alam fluvial.
2.6 Morfometri
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai
aspek pendukung morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi semakin tegas
dengan angka angka yang jelas.
Rumus kemiringan lereng dari peta topografi dan foto udara :
Rumus:
% = 100% h = n IK
1
= 2000
d = p Skala peta
Keterangan:
h : perbedaan ketinggian
IK : indeks kontur
n : jumlah sayatan yang melewati
d : Jarak titik tertinggi dengan terendah (m)
p : jarak sayatan yang terbentuk
Tabel 2.1 Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian.
(sumber: Van Zuidam,1985)
Klasifikasi Relief % Relief Beda Tinggi
Datar 02 < 50
Bergelombang landai 37 5 50
Bergelombang curam 8 13 25 75
Berbukit bergelombang 14 20 50 200
Berbukit terjal 21 55 200 500
Pegunungan sangat terjal 56 140 500 1000
Pegunungan sangat curam > 140 >1000
BAB III
METODOLOGI
Mulai
Selesai
3.3.2 Mencari persen kelerengan dan beda tinggi suatu daerah fluvial
Mulai
Mulai
Selesai
3.3.4 Membuat Pola Pengaliran Sungai dan Jalan
Mulai
Selesai
BAB IV
MORFOMETRI
Rumus:
% =
100% h = 5 12,5 = 62,5
1
= 2000
25000 = 12,5 d = n 25000
Sayatan A
o n = 0, 6 cm
o d = 0, 6 25000 = 15000 cm = 150 meter
62,5
o % = 150
100% = 41,7%
Sayatan B
o n = 0, 7 cm
o d = 0, 7 25000 = 175000 cm = 175 meter
62,5
o % = 175
100% = 35,7%
Sayatan C
o n = 0, 7 cm
o d = 0, 7 25000 = 175000 cm = 175 meter
62,5
o % = 175
100% = 35,7%
Sayatan D
o n = 0, 8 cm
o d = 0, 8 25000 = 20000 cm = 200 meter
62,5
o % = 100% = 31,5%
200
Sayatan E
o n = 0, 5 cm
o d = 0, 5 25000 = 12500 cm = 125 meter
62,5
o % = 100% = 50%
125
38,9%
Rumus:
% = 100% h = 5 12,5 = 62,5
1
= 2000
25000 = 12,5 d = n 25000
Sayatan F
o n = 2, 9 cm
o d = 2, 9 25000 = 72500 cm = 725 meter
62,5
o % = 725
100% = 8,6%
Sayatan G
o n = 2, 5 cm
o d = 2,5 25000 = 62500 cm = 625 meter
62,5
o % = 625
100% = 10 %
Sayatan H
o n = 1, 8 cm
o d = 1, 8 25000 = 45000 cm = 450 meter
62,5
o % = 100% = 13,9%
450
Sayatan I
o n = 1, 5 cm
o d = 1, 5 25000 = 37500 cm = 375 meter
62,5
o % = 375
100% = 16,7%
Sayatan J
o n = 2,1 cm
o d = 2,1 25000 = 52500 cm = 5255 meter
62,5
o % = 525
100% = 11,9%
12,2 %
Rumus:
% =
100% h = 1 12,5 = 12,5
1
R = 2000
25000 = 12,5 d = n 25000
a
Sayatan K
o n = 0, 8 cm
o d = 0, 8 25000 = 20000 cm = 200 meter
12,5
o % = 200
100% = 6,25%
Sayatan L
o n = 1, 2 cm
o d = 1, 2 25000 = 30000 cm = 300 meter
12,5
o % = 300
100% = 4,1 %
Sayatan M
o n = 0,6 cm
o d = 0,6 25000 = 15000 cm = 150 meter
12,5
o % = 150
100% = 8,3%
Sayatan N
o n = 0,5 cm
o d = 0,5 25000 = 12500 cm = 125 meter
12,5
o % = 125
100% = 10%
Sayatan O
o n = 0, 3 cm
o d = 0, 3 25000 = 7500 cm = 75 meter
12,5
o % = 100% = 16,7%
75
9,07 %
Pada hari kamis tanggal 27 Maret 2014 dilaksanakan praktikum yang kedua
Geomorfologi dan Geologi Foto dengan acara yang kedua yaitu Bentang Alam Fluvial.
Bentang alam fluvial adalah satuan geomorfologi yang pembentukannya erat
hubungannya dengan proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di
alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk
permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air
yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet
water).
Pada praktikum ini akan dibahas 4 macam pembahasan yakni satuan delneasi
fluvial, satuan delineasi denudasional, satuan struktural rapat dan renggang. Berikut hasil
pembahasan dari praktikumnya:
5.1 Satuan Delineasi Fluvial
Suatu bentang alam fluvial dalam peta topografi digambarkan dengan
bentuk yang berkelok-kelok dan ada yang memanjang. Umumnya pada
sungai besar di peta topgrafi digambarkan dengan dua buah garis.
Sedangkan sungai kecil atau anak sungai biasanya pada peta topografi
digambarkan dengan satu garis.
Pada delineasi bentang alam fluvial biasanya diwarnai dengan warna
hijau. Delineasi dari bentang alam fluvial tersebut mencangkup dari sungai
besar (sungai utama) dan juga dataran banjir yang ada di pinggiran sungai
besar. Sedangkan untuk sungai kecilnya sendiri tidak diberi warna untuk
delineasinya. Pada pewarnaan pola aliran sungainya, untuk sungai besar
diberi warna biru tua sedangkan pada sungai kecil (anak sungai) diberi
warna biru muda. Sedangkan pad jalan diberi warna merah.
Pada peta topografi di daerah Randudongkal dan sekitarnya ini
delineasi bentang alam fluvial melewati sungai Tjomal, sungai Wakung,
sungai Genitri, sungai Arus, sungai Subah, sungai Glagan dan sungai
Bedjasa. Dari beberapa sungai yang dilewati delineasi bentang alam fluvial
dikarenakan selain terdapat endapan banjir di pinggiran sungai sungai
tersebut juga karena sungai sungai tersebut merupakan sungai utama yang
mana dai sungai utama tersebut terdapat cabang cabang anak sungai yang
banyak. Dan juga merupakan transportasi air utama ketika terjadi hujan
maupun tidak terjadi hujan.
Pada perhitungan morfometri yang di dapat pada satuan delineasi
fluvial ini di dapat 5 sayatan sebagai samplenya, masing masing
mempunyai persen kelerengan antara lain 6,25%, 10%, 4,1%, 8,3% dan
16,7%. Dari kelima sample sayatan tersebut didapat rata rata 9,07 %. Dan
dari hasil rata rata tersebut menurut klasifikasi Van Zuidam termasuk
daerah yang bergelombang curam.
Pada pola pengaliran sungainya untuk sungai yang besar diberi warna
biru tua sedangkan sungai kecil diberi warna biru muda. Pola pengaliran
sungai yang ada pada peta topografi ini termasuk ke dalam jenis denditrik.
Disebut denditrik karena bentuk pola alirannya berbentuk seperti pohon yang
mana cabang-cabang anak sungainya arahnya tidak beraturan. Dan
diinpretasikan bahwa daerah Randudongkal memiliki batuan yang resistensinya
seragam, lapisan sedimen mendatar, batuan beku massif atau daerah lipatan.
Sehingga pola sungai yang ada di daerah Randudongkal ini termasuk pola
pengaliran denditrik.
Kenampakan morfologi bentang alam fluvial yang ada di daerah
Randudongkal dan sekitarnya ini antara lain terdapan endapan gosong (Bar
deposit). Endapan gosong tersebut yang dapat dilihat di bagian tepi atau
tengah alur sungai. Endapan pada tengah alur disebut sebagai gosong tengah
(channel bar) sedang endapan pada tepi disebut sebagai gosong tepi (point
bar). Terdapat endapan gosong (Bar deposit) tersebut karena poses fluviatil
yang terjadi di sungai sungai yang ada di daerah Randudongkal ini dapat
diinpretasikan bahwa sewaktu tejadi proses transportasi aliran sungai, aliran
sungai tersebut membawa material material yang cukup banyak sewaktu
terjadi banjir. Setelah energi transportasi aliran sungai tersebut melemah
(aliran sungai kembali normal) maka material material yang berukuran
besar dan berat akan terendapkan di tengah sungai bila sungai tersebut tidak
ada kelokannya sehingga terbentuk channel bar. Sedangkan pada sungai
yang ada kelokannya otomatis bila energi transportasi airnya tidak cukup
kuat maka material material yang berukuran besar dan berat akan
terendapkan di tepi sungai, sehingga terbentuklah point bar. Selain endapan
gosong, sungai sungai yang ada di daerah Randudongkal ini bisa saja
terbentuk tanggul alam. Tanggul alam tersebut merupakan hasil
pengendapan luapan banjir dan terdapat pada tepi sungai sebelah
menyebelah. Material pembentuk tenggul alam berasal dari material hasil
transportasi sungai saat banjir dan diendapkan di luar saluran sehingga
membentuk tanggul-tanggul sepanjang aliran sungainya. Dari kedua macam
kenampakan morfologi yang dapat di temukan di sungai sungai yang ada
di daerah Randudongkal ini selain karena proses fluviatilnya juga karena
genesa dari sungainya tersendiri. Sungai sungai yang ada di daerah
Randudongkal ini dapat diinpretasikan termasuk ke dalam stadia dewasa,
dikarenakan karena banyak terdapat meander (kelokan) sungai. Dimana dari
meander tersebut bisa terbentuk point bar maupun channel bar. Umumnya
sungai yang ada di peta topografi tersebut adalah stadia dewasa, namun ada
yang satadia muda tepatnya di daerah struktural rapat karena merupakan
hulu sungai.
6.1 Kesimpulan
Pada satuan delineasi fluvial ini delineasinya diberi warna hijau.
Perhitungan morfomerti yang didapat adalah 9,07% dimana termasuk
daerah yang bergelombang curam. Pola pengaliran di satuan delineasi
fluvial ini termasuk dendritik. Kenampakan morfologi bentang alam
fluvial yang bisa ditemukan yaitu endapan gosong (Bar Deposit) yang
berupa Channel bar dan Point Bar, dan juga tanggul alam. Stadia pada
sungai yaitu dari stadia muda ke stadia dewasa.
Pada satuan delineasi denudasional ini delineasinya diberi warna coklat.
Kenampakan yanb bisa dilihat di daerah ini antara lain pemukiman dan
jalan.
Pada satuan struktural rapat, delineasinya diberi warna ungu tua.
Perhitungan morfometrinya didapat rataan persen kelerengan 38,9%
dengan beda tinggi yaitu 270 meter sehingga termasuk daerah yang
berbukit terjal. Pola pengalirannya berbentuk dendritik dengan stadia
sungainya yaitu stadia muda. Tata guna lahan sebagai perkebunan,
potensi positif sebagai obyek studi geologi dan potensi negatifnya yaitu
longsor.
Pada satuan struktural renggang, delineasinya diberi warna ungu muda.
Perhitungan morfometrinya didapat rataan persen kelerengan 12,2%
dengan beda tinggi yaitu 160 meter sehingga termasuk daerah yang
bergelombang curam hingga berbukit bergelombang. Pola pengalirannya
berbentuk dendritik dengan stadia sungainya yaitu stadia dewasa. Tata
guna lahan sebagai perkebunan dan pemukiman, potensi positif sebagai
obyek studi geologi dan potensi negatifnya yaitu banjir dan longsor.
6.2 Saran
Praktikan agar lebih teliti lagi dalam perhitungan morfometrinya.
Penyampaian materinya sudah cukup bagus tapi terlalu cepat, sehingga
untuk kedepannya agar bisa disesuaikan dengan baik lagi dan agar para
praktikan dapat memahami dengan lebih baik lagi.
Pada acara bentang alam fluvial ini sebaiknya praktikan juga dibawa
ke lapangan secara langsung agar tahu secara lansung bentang alam
fluvial di lapangan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.aryadhani.blogspot.com
Diakses pada Selasa, 29 Maret 2014 pukul 21.00 WIB
http://www.geofacts.co.cc/2011/01/van-zuidam.html
Diakses pada Selasa, 29 Maret 2014 pukul 22.15 WIB
http://ipankreview.wordpress.com/category/geomorfologi/
Diakses pada Rabu, 30 Maret 2014 pukul 04.50 WIB
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UNS Press
Staff Asisten Geomorfologi dan Geologifoto. 2013. Buku Panduan Praktikum
Geomorfologi dan Geologifoto Edisi - 7, Semarang: Teknik Geologi Undip.