Anda di halaman 1dari 11

Catatan (raw):

Sejarah uang dan kebijakan moneter.

DISCLAIMER: Semua informasi disarikan dari buku The Ascent of Money oleh Niall Ferguson,
pembaca disarankan untuk melakukan konfirmasiulang terhadap info yang tercantum dalam artikel
ini sebelum mengutipnya. Wallahualam.

Catatan ini berawal dari warung kopi kekinian (kopi mahal, free wifi, AC, kursi sofa, dan boleh duduk
seharian), ketika saya dan beberapa teman sedang iseng-iseng mengecek nationaldebtclock.org
untuk membandingkan tingkat kualitas infrastruktur negara yang kami kunjungi dan jumlah
utangnya. Salah satu yang mengejutkan adalah Thailand, di mana mereka punya MRT dan
infrastruktur canggih (dibanding Jakarta) namun di sisi lain bisa memproduksi sepatu sneakers
bermerek seharga 20.000 (yang diimpor sama anak kuliahan zaman sekarang dan dijual di
instagram seharga 150.000) dan baju kece seharga setara lima ribu rupiah saja (yang juga marak di
instagram dan pasar baru); dengan, rumor has it, gaji buruh 75sen per baju (bahkan di Bandung
yang cuma punya angkot dan damri dan trotoar seadanya ga ada penjahit yang mau dibayar
semurah itu). Yup, Thailand berutang sekitar 1859 triliun (hampir sama dengan Malaysia) dengan
jumlah populasi 70 juta penduduk (hampir sama dengan UK); yang berarti setiap bayi terlahir
menanggung utang sebesar 26.8juta rupiah.

Pertanyaan selanjutnya adalah utang kepada siapa? Pertanyaan ini paling mudah dijawab dengan
segelintir elit yang paling kaya di dunia atau elit global atau bank dunia atau bahkan menyebut
nama Rothschild / Rockefeller ; namun kami merasa jawaban semacam ini terlalu menggampangkan
karena intinya kami tetap ngga tau siapa mereka. Jadilah kami pulang membawa PR untuk
membaca buku dan menonton beberapa dokumenter terkait sejarah finansial dunia. Saya kebagian
baca buku The Ascent of Money-nya Niall Ferguson (400 halaman) yang juga bisa dinikmati versi film
dokumenternya di youtube (durasi 4 jam). Kebetulan beberapa minggu lalu saya sempat juga
menonton The Big Short buatan Hollywood tentang krismon amerika 2007 lalu (be careful, sensor
needed).

Sejarah uang koin dalam bentuk emas dan perak hanya dibahas singkat saja oleh Ferguson ini. Garis
bawah penjelasan tentang uang dalam buku ini adalah bahwa uang (kertas) memiliki hubungan erat
dengan utang; bahwa bangsa Mesopotamia juga telah menggunakan konsep uang (atau justru
menjadi inspirasi konsep uang?) dengan menjadikan tablet batu bertulis sebagai penanda hutang
dimana seseorang harus membayar hutang kepada pembawa tablet tersebut1.

By exchanging our labour or goods into money, we are trusting the central bank to make sure that
the price index of the goods will be more or less limilar in the time we need to use the money for a
transaction.2

1
Artinya jika tablet tersebut berpindah tangan maka hutang tersebut juga berpindah tangan.
2
Ketika spanyol menyerang bangsa Inca dan mengambil alih lahan mereka, Spanyol juga menjarah sebuah
bukit emas-perak, sehingga Spayol kebanjiran emas. Namun banyaknya emas yang beredar menyebabkan nilai
tukar emas menurun (inflasi) dan banyaknya emas tidak berarti membuat rakyat bisa membeli banyak barang
yang diinginkan. Quote ini berhubungan dengan nilai tukar uang dan inflasi, dimana rakyat mempercayakan
Namun bagaimana ceritanya manusia beralih dari uang koin ke uang kertas? Siapa yang memulai
dan meyakinkan orang-orang untuk memakai surat hutang?

1. INSTITUSI RENTENIR (RIBA)

Sejarah perutangan, menurut buku ini, berawal dari Venice, di mana praktik meminjam uang dan
pengembalian utang dengan bunga (riba) dijalankan oleh sekelompok yahudi. Pada masa itu umat
kristen dan yahudi sama-sama dilarang untuk melakukan riba (karena dosa); namun penafsiran kitab
yahudi golongan tersebut adalah mereka dosa apabila memakan riba dari saudaranya sendiri,
namun tidak ada larangan mengambil riba dari luar yahudi. Praktek yang dilakukan oleh golongan ini
mirip seperti yang terjadi di institusi perbankan saat ini (di dalam ruangan, di balik meja,
menggunakan tablet dan ledger untuk menghitung transaksi); dan saat itu banyak pengusaha yang
datang kepada mereka untuk meminjam uang. Namun, resiko menjadi rentenir di masa itu (apalagi
dilakukan oleh golongan minoritas) sangat tinggi. Peminjam uang (yang kebanyakan beragama
Kristen di Venice) bisa ngeles untuk menghindari kewajiban dan malah menuntut pemberi hutang
dengan melaporkannya pada gereja. Akibatnya Yahudi pelaku bisnis akan divonis penjara atau
hukuman gantung; atau dimurnikan dengan dibaptis. Pada masa itu pekerjaan sebagai rentenir
dianggap sangat hina dan sangat beresiko.

2. DE MEDICI ERA (BISNIS VALAS DAN BISNIS RIBA TERSIRAT)

Republik Florence, Italia. Medici adalah orang yang mengangkat bisnis rentenir yang semula
dianggap hina oleh masyarakat, menjadi glorious (walaupun tetap dibenci). Geovanni de Medici
menggabungkan bisnis pinjam meminjam dengan bisnis jual beli uang asing (exchange), sehingga
sulit untuk dituduh sebagai bisnis Riba oleh Gereja. Pada bank Medici, bunga bank disembunyikan
sebagai pembayaran jasa (seperti bank syariah saat ini gak sih?). Medici juga menerapkan yang
sekarang disebut Multiple Interlocking Partnerships seperti pada bank konvensional saat ini. Dengan
praktik ini, dalam beberapa dekade saja kekayaan dan kekuasaan Medici sapat menyamai kerajaan
atau bahkan setingkat Paus sendiri.

Theres no interest then theres no sin. Only comissions from the service.

Hes the one who decide peace and war. He is king in everything but name.

3. JAMINAN (SECURITY)

Jaminan adalah hal penting dalam dunia pinjam-meminjam, untuk menghindari kaburnya penerima
pinjaman dari kewajiban membayar utang di kemudian hari. Sejak zaman dahulu kala (entah kapan),
jaminan berupa properti seperti tanah, rumah, ternak, dan lain sebagainya sudah lazim digunakan.
Di tingkat ekstrim seperti US masa kini, ketika sudah tidak memiliki properti yang kredible seperti
rumah, kendaraan bermotor, tanah, logam mulia, elektronik, dan lain-lain; warga bisa menjual
darahnya sendiri untuk meminjam uang. Namun bagaimana kah bentuk jaminan utang-utang
triliunan setingkat negara?

4. BOND

Bond adalah surat utang ketika negara meminjam uang kepada warganya. Warga biasa, warga luar
biasa, semua yang punya kekayaan bisa meminjamkan uang pada negara dengan membeli Bond
yang dikeluarkan oleh negara; umumnya koin emas atau perak ditukar dengan surat Bond (surat
berharga). Nilai Bond akan naik atau turun bergantung pada keberhasilan negara dalam satu misi.

bank sentral agar lembaran kertas yang saat ini seharga mobil, misalnya, kelak bisa juga digunakan untuk
membeli mobil. Kepercayaan yang dalam sejarah terbukti tidak pernah dipenuhi oleh Bank Sentral.
Salah satunya perang. Pada abad 14-15 terjadi perang antara Tuscani, Sienna, dan Pica. Pada masa
itu terkenal tukang perang bayaran (Geovanni Hawkwood or John the Acute) yang bisa berpindah
aliansi tergantung di mana letak uangnya. Di tahun 1364, Florence jatuh miskin setelah membayar
Geovanni Hawkwood dan pasukannya dalam perang melawan Pica; maka mulailah rakyat kaya
diwajibkan untuk meminjamkan uang kepada negara dalam bentuk Bond. Sejak saat itu power
terletak pada bond. Bond dapat menentukan interest rate suatu negara.

Musuh bond (atau pemegang Bond negara) adalah inflasi. Jika terjadi hyperinflasi, segala
keuntungan dari Bond (yang menjadi hak rakyat yang meminjamkan uang pada negara) bisa menjadi
bernilai sangat kecil atau bahkan terhapus. Bond erat kaitannya dengan krisis, perang, dan revolusi
yang terjadi dalam sejarah dunia sejak 1364.

5. ROTHSCHILDS BOND The Waterloo Battle 1815

Master of unbounded wealth, he boasts that he is the arbiter of peace and war, and that the cedits of
nations depends upon his nod; his correspondents are innumerable; his couriers outrun those of
sovereign princes, and absolute sovereigns; ministers of state are in his pay. Paramount in the
cabinets of continental Europe, he aspires to the domination of our own.

Pada perang Waterloo (1815) antara Inggris (Duke of Wellington dengan alinasi pasukan Inggris
Jerman Belanda) dan Prancis (Napoleon), Inggris dikabarkan menjual Bond kepada Nathan
Rothschild (pinjem uang). Seperti yang telah digambarkan sebelumnya, perang itu mahal, apalagi
bila melibatkan pasukan bayaran (dalam hal ini Inggris membayar Jerman dan Belanda). Perang
Waterloo adalah juga perang finansial, dimana Imperial Prancis saat itu memiliki dana hasil menjarah
dan mengambil pajak dari daerah kekuasaaanya di seantero eropa; sementara Inggris yang tidak
punya apa-apa mempemperoleh dana dari hasil menjual bond / utang; kepada aristokratnya yang
kaya. Pada 1793-1815 nilai utang inggris adalah 745 juta euro. Sejak February 1792 nilai uang inggris
(pounds) menurun sehingga 100 pounds ekivalen dengan 60 pounds.

Spekulasi menduga bahwa Rothschild meraih banyak keuntungan dengan membeli bond yang
bertaruh pada kemenangan Inggris (yang berarti nilainya berlipat apabila Inggris menang). Namun,
menurut Ferguson faktanya tidak demikian. Dengan menjual bond pada rakyat (baca= noble class,
other duke, earl, viscount, marquis, celebrity, and rich merchants; dengan kata lain warga elit Inggris
masa itu), Inggris dapat mengeluarkan banyak uang kertas yag dapat digunakan untuk membeli
keperluan perang (makanan, senjata, gaji prajurit). Namun dalam perang yang jauh dari Inggris, bank
notes Inggris tidak berguna, dan inggris harus menggunakan mata uang yang universal saat itu: emas
dan perak. Maka dengan modal uang kertas (bank notes) hasil berdagang Bond, tantangan inggris
adalah membeli sebanyak mungkin emas dan perak dan mengubahnya menjadi mata uang inggris,
untuk membayar keperluan pasukan Inggris dan membayar sekutu (Jerman dan Belanda). Tantangan
lainnya adalah mengirimkan cash emas tersebut ke negara-negara sekutu tersebut (yang sangat
beresiko pada masa perang).

Siapa Rothschild?

Nathan Rothschild adalah generasi kedua keluarga banker Rothschild, (Jerman, Yahudi,) anak ketiga
dari lima bersaudara. Bisnisnya saat itu adalah perdagangan tekstil; ia membeli tekstil dari Inggris
Utara dan mengirimnya ke Jerman. Ia baru mulai tertarik dengan perbankan pada 1811. Inggris
membutuhkan jasa Rothschild yang memiliki pengalaman menyelundupkan emas ke Kontinen Eropa,
melewati blokade pasukan Napoleon. Rothschild mendapat misi untuk diam-diam membeli emas di
Jerman, Prancis, dan Belanda senilai 600.000 pounds untuk dikirim ke Duke of Wellington di
Pelabuhan Helcoetsluys. Rothschild berhasil mengumpulkan 1,2 juta pounds dalam bentuk emas dan
perak; serta, dengan wewenang dari pemerintah Inggris, melipatgandakannya. Dengan adanya
jaringan keluarga pedagang di seantero Eropa (Nathan di London, Amschel di Frankfurt, James di
Paris, Carl di Amsterdam, dan Solomon berpindah-pindah), mereka bisa segera membeli emas ketika
harga emas murah dan menjualnya saat harga tinggi di banyak negara, dalam jumlah yang besar3.
Nathan menjadi the master of Stock Exchange, dengan komisi 2 sampai 6 persen dari total 9.8 juta
pounds pada transaksi tahun 1815 (tahun terjadinya Perang Waterloo)4.

Kelemahan dari aktivitas Rothschild (membeli sebanyak mungkin emas) adalah resiko kemungkinan
turunnya nilai tukar emas, seperti halnya pada emas Spanyol setelah merampas bukit emas Inca. Jika
Inggris menang, maka jumlah uang emas beredar di inggris menjadi banyak dan nilainya turun
(=Rothschild bisa rugi); sementara jika Inggris kalah uang emas inggris berkurang dan harga uang
koin emas naik (=Rothschild untung banyak). Sejarah mencatat bahwa Duke of Wellington menang
dan Napoleon tidak lagi menjadi The Emperor of The French, artinya Inggris menang. Dengan
berakhirnya perang, tumpukan emas yang dimiliki Rothschild tak lagi diperlukan untuk membayar
prajurit, senjata, sekutu, serta keperluan perang lainnya. Harga emas bisa jatuh bebas.

Agar bisa lepas dari resiko kerugian yang besar, Rothschild bertaruh di pasar Bond Inggris. Pada 20
Juli 1815 Nathan membeli Bond dalam jumlah besar. Normalnya, tanpa intervensi Rothschild, harga
Bond akan naik setelah perang Waterloo akibat berkurangnya jumlah warga yang meminjamkan
uang kepada negara dan memberikan keuntungan kepada mereka yang membeli Bond sebelum
perang; kemudian harga Bond akan turun akibat tidak adanya trigger yang menyebabkan Inggris
menjual Bond kembali5. Ketika harga Bond mulai naik, orang-orang mulai menjual Bond mereka,
sementara Nathan justru membeli terus membeli Bond selama setahun. Mengingat jumlah
pembelian Rothschild tidak sedikit, maka dengan adanya Rothschild dalam pasar Bond tingkat
permintaan Bond Inggris tetap tinggi dan harga Bond terus naik. Ketika nilai Bond telah tebih tinggi
40% di 1817, Nathan Rpthschild menjual Bond dengan keuntungan setara 600juta pounds hari ini;
kemudian barulah setelahnya (dengan hilangnya pemain besar) nilai Bond di pasaran mengalami
penurunan. Permainan Bond semacam inilah yang dipakai di pasar Bond hingga saat ini; dan
Rothschild masih menggunakan teknik ini untuk mengontrol sistem moneter global saat ini di
Federal Reserve System6.

Money is the god of our time, and Rothschild is his prophet Heinrish Heine 1841

Pada tahun 1815-1859, Rothschild memasuki pasar bond Prancis, Prussia, Rusia, Austria, Brazil, dan
Neapolita, serta memonopoli pasar Bond Belgia sejak 1830.

M. Rothschild knows Europe prince by prince, and the bourse courtier by courtiers and that of the
kings; he talks to them without even consulting his books.7

6. COTTON BONDS US Independence War Debt

3
Jika harga emas di Paris lebih mahal dari di London, maka James akan menjual emas di Paris dan menukarnya
dengan bills of exchange (currency), mengirim uang kertas tersebut ke London, dimana Nathan bisa membeli
lebih banyak emas.
4
Keuntungan hampir 600.000 pounds, senilai yang dibutuhkan Duke of Wellington di awal untuk membayar
pasukan dan sekutu.
5
Pasokan Bond dari negara berkurang dikarenakan Inggris tak lagi pinjam uang rakyat, sementara permintaan
tetap tinggi. Akibatnya harga Bond naik.
6
Song Hongbing. 2007. Currency Wars.
7
Jules Michelet. 1842
US adalah negara yang dibangun dari Bond8. Sejarah mencatat bahwa pada 4 Juli 1776, US
menyatakan merdeka dari Inggris. Secara finansial, deklarasi kemerndekaan ini telah disiapkan
setahun sebelumnya. Untuk mendanai perang pihak US pra-kemerdekaan (confederate treasury)
menjual Bond kepada rakyatnya sebesar 15 juta dolar dan 100 juta dolar. Sayangnya jumlah kas cair
di masyarakat tidak sebanyak itu di daerah selatan9 (karena banyaknya self contained farms10 dan
kota kecil), sehingga mereka berusaha menjual Bond ke Rothschild seperti halnya Inggris pada
perang Waterloo. Namun, dengan banyaknya perang sipil di Amerika dan adanya kebocoran soal
utang negara pada pidato Confederasi, pelaku pasar Bond termasuk Rothschild menolak untuk
membeli Bond US. Mistrust, they said.

US kemudian melakukan trik yang disebut Cotton Bonds. Idenya adalah menggunakan kapas sebagai
bahan utama ekspor US dan jaminan Bond. Dengan menciptakan demand yang tinggi terhadap
kapas di Eropa (US memasok 80% kapas Inggris), kemudian melakukan embargo kapas (menimbun),
maka kapas menjadi bernilai tinggi dan tergolong kredibel. Pada tahun 1860 harga kapas meningkat
hingga lebih dari 4 kali lipatnya, dan pasokan impor kapas inggris jatuh bebas dari 2.6 juta bales ke
72ribu bales dalam 2 tahun (1860-1862). Bisnis tekstil Inggris bangkrut dan 50 % pekerja pabrik
tekstil di PHK, harga kapas dan produk tekstil naik, kemudian harga Bond Confederate Treasury US
yang dijamin dengan kapas juga naik berkali-kali lipat sehingga menarik minat pelaku pasar Bond.
Tujuan US adalah untuk menarik pemain-pemain besar di pasar Bond. Namun, Rothschild mahaguru
dan mafia pasar Bond, tetap tidak tertarik karena melihat kelemahan dan praktik kotor dari strategi
US. Di tahun 1863, Inggris menemukan supplier kapas yang lain: China, Mesir, dan India, sehingga
para investor tak lagi tertarik dengan Bond jaminan Kapas. Rothschild sang mahaguru pun terbukti
aman dari kerugian.

Strategi selanjutnya adalah US memproduksi uang kertas (bank notes / surat utang) tanpa jaminan,
untuk membayar biaya perang senilai 1.7 miliar dollar. US tidak punya pilihan sebab bagaimanapun
rakyat harus dibayar (tentara, makanan, dan sebagainya). Banyaknya uang beredar menyebabkan
turunnya nilai tukar uang (hyperinflasi). Pada akhir perang, satu dolar hijau yang dikeluarkan The
Unions dengan tulisan will pay to bearer hanya setara dengan 50 sen koin emas11. Harga barang
naik 40 kali lipat12. Siapapun yang sempat membeli Cotton Bonds akhirnya kehilangan bond beserta
keuntungannya karena hyperinflasi13. 14

8
Mungkin itu alasan kenapa James Bond adalah hero-nya.
9
Bagian utara adalah markas koloni Inggris yang loyal terhadap Inggris, yang menjadi musuh US (the rebel)
saat itu.
10
Artinya mereka bisa hidup tanpa uang.
11
Akibat kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank notes yang terlalu banyak beredar di pasaran,
juga akibat adanya pembajakan uang (uang yang dicetak terlalu mudah dipalsukan).
12
Di Indonesia, hyperinflasi akibat terlalu banyaknya uang kertas yang berdar pernah terjadi di masa Soekarno.
13
Ketika kita membandingkan harga barang di Australia, Jepang, dan Inggris yang tergolong paling mahal di
dunia, ternyata inflasi sebanding dengan tingkat utang negara tersebut yang sumbernya adalah uang rakyatnya
juga (atau Rothschild dkk). Inflasi yang diatur oleh bank sentral (secara rahasia) menentukan nilai sebenarnya
dari kekayaan setiap individu (baik yang meminjamkan uang dalam bentuk bond maupun yang hanya
menerima uang apa adanya untuk menyimpan kekayaan). Dengan menaikan tingkat inflasi, bank sentral dapat
menyebabkan kekayaan real setiap individu (jika disimpan dalam bentuk uang) berkurang serta menekan
keuntungan pemegang Bond, namun pemain besar pasar Bond akan mengeruk keuntungan pada akhirnya
seperti yang dilakukan Rothschild pasca Waterloo. (lihat konsep Keynes 1923 atau yang sekarang populer
dengan sebutan Keynessian Theory).
14
Bagaimana uang kertas dan Bond bisa kembali diminati oleh pasar terletak pada kebijakan Bank of England
dan Federal Reserve pada akhir 1970an dan 1980an, dengan adanya bunga pada investasi jangka pendek.
7. VOC, JOHN LAW, INVENTION OF STOCK MARKET Eurocentricism, Colonialism

Terlahir tahun 1671, kemudian divonis penjara akibat pembunuhan tahun 1694 (usia 23), John Law
kabur ke Amsterdam yang saat itu merupakan lab finansial bagi para entusias transaksi moneter.
Pada masa itu Belanda sedang terjun di bisnis rempah-rempah East Indies15. 19 Juli 1599 berdiri tiga
perusahaan East Indies yang memonopoli pasar rempah dan membawanya ke Belanda, dengan
keuntungan berlipat karena rempah memiliki permintaan yang tinggi di eropa sebagai pemberi rasa
dan pengawet alami.

Tiga tahun kemudian (1602), berdiri perusahaan VOC yang mengambil alih monopoli pasar rempah.
VOC go public dengan mengundang investor lain untuk bergabung, hingga tercatat ada 16 investor
dalam perusahaan tersebut. VOC adalah stock market pertama di dunia (menurut Ferguson).
Ketentuan stock market ini adalah: investor yang ingin menguangkan kembali investasinya tidak
akan bisa memperoleh refund, tetapi harus menjual sharenya kepada share-holder lain. Dengan
demikian kapital yang berputar dalam perusahaan tidak akan berkurang. Kekuatan dari VOC tidak
hanya dari shareholder investor, namun juga karena mempekerjakan warga negara lain di asia dan
afrika sebagai informan dan tangan kanan perusahaan16. VOC juga merupakan perusahaan
multinational pertama. Satu-satunya yang menjadi keterbatasan VOC sebagai perusahaan swasta
adalah mereka tidak dapat mencetak uang sendiri.

Tahun 1716, John Law yang sudah lulus kursus finansial di Amsterdam berpindah ke Paris untuk
menciptakan VOC baru berskala negara, yang dapat mencetak uang kertas. Dalam visi-nya Law ingin
menggabungkan kekuatan (kapital) negara-negara eropa untuk melakukan monopoli di dunia seperti
halnya VOC, namun merambah pada komoditi lain dan tidak terbatas pada rempah saja. John Law
membuka kesempatan pada swasta untuk berinvestasi di Prancis. Pada masa ini muncul yang
sekarang dikenal sebagai Stock Market Feedback Loop17. Pada puncak usahanya Law menjadi PM
Prancis dan memiliki wewenang untuk mengatur pengelolaan keseluruhan pajak tidak langsung
Prancis, mengelola total utang nasional prancis, mengatur pencetakan uang logam emas dan perak
negara, membawahi The Company of Indies, memimpin dan memanipulasi The Mississipi Company
(yang memonopoli tembakau), mengatur seluruh perdagangan Prancis di Afrika dan Asia, serta
membawahi Louisiana Colony yang luasnya seperempat luas keseluruhan US.

8. THE MISSISSIPI BUSINESS FRAUD krisis 1730, French Revolution

1720 adalah masa yang dikenal dengan Mississipi Bubble, dimana John Law menjual stock dengan
mempromosikan ditemukannya sebuah promising land yakni Mississipi. Dengan wewenang dan
keberhasilan Law di Prancis, masyarakat Eropa membeli dagangan Law (Mississipi Stock Share)
dengan jumlah yang besar sehingga harga stock terus naik. Namun, promosi yang dilakukan Law atas
Misissipi tidak sepenuhnya jujur. Faktanya Mississipi adalah lahan tropis berpenyakit yang
menyebabkan pembukaan lahan oleh imigran terkendala. Misi pembangunan Mississipi menjadi
lahan produktif akhirnya gagal. Pasar kehilangan kepercayaan sehingga nilai stock jatuh bebas dan
terjadi krisis ekonomi kerajaan. 1720 Law diasingkan ke Venice. 1729 masyarakat Prancis

(misalnya menabung di bank lama-lama uangnya bertambah, atau Deposito dengan bunga di atas tingkat
inflasi, yang menyebabkan orang awam merasa aman menyiman uang di bank tanpa spekulasi apapun)
15
India timur alias Indonesia, sementara istilah Indies / West indies mengacu pada Amerika; istilah yang terkait
dengan perspektif Eurosentris.
16
Mereka yang dipekerjakan VOC adalah yang selalu dipotretkan sebagai penghianat berbaju putih berkumis,
penjahat, dan penjilat, di film-film pahlawan Indonesia.
17
Jika harga stock meningkat, maka demand meningkat, Jika demand meningkat, maka nilai stock meningkat
yang artinya keuntungan pemegang saham meningkat, dan seterusnya hingga harga saham turun.
meninggalkan uang kertas (yang dikeluarkan oleh bank sentral swasta) dan juga pasar saham selama
satu generasi. Beberapa dekade kemudian (1789 1799) terjadi Revolusi Prancis18. Dan di saat yang
sama US justru sedang memaksakan pada warganya untuk menerima uang kertas sebagai alat tukar.

9. BLACK THURSDAY , krisis 1929, The Great Depression, tiga abad setelah Mississipi Fraud dan
hyperinflasi akibat Cotton Bonds dan kebijakan uang dollar hijau.

Hard to be explained, menurut Ferguson. Krisis ini dijelaskan disebabkan oleh tingginya produktivitas
dengan kemajuan teknologi, yang menyebabkan turunnya harga komoditi. Meskipun harga komoditi
turun, akan sulit untuk menurunkan tingkat pendapatan, sehingga biaya untuk memberikan gaji
buruh tetap tinggi; sebagai gantinya sebagian besar buruh harus di-PHK19, yang menyebabkan
tingginya tingkat penggangguran. Satu-satunya penjelasan adalah bahwa Great Depression
disebabkan oleh kebijakan Federal Reserve System untuk memonopoli kebijakan moneter global
(menentukan suku bunga dan tingkat inflasi), yang menyebabkan bank-bank bangkrut. Salah satu
tuduhan terhadap Federal Reserve dikemukakan oleh Milton Friedman.

10. ENRON ENERGY BUSINESS FRAUD krisis 1990-2000an

Enron adalah perusahaan dengan misi memonopoli energi dunia (listrik, gas, all four element: earth,
water, fire, air) dengan protofolio awal pembanguan pipa gas di Argentina. Mengingat pentingnya
energi dalam dunia modern, permintaan pasar saham Enron sealalu meningkat hingga jumlah kapital
mencapai 111 miliar dolar. Enron bahkan mampu mensponsori kampanye George W. Bush. Enron
saat itu merupakan kesayangan Wall Street, dengan harga saham meningkat dari 20 dolar hingga 90
dolar dalam tiga tahun 1994 1997, gaji eksekutif 5.3juta dollar per orang, dan pencapaian lainnya.

Runtuhnya imperial bisnis Enron diawali dengan kebocoran fraud: bahwa perusahaan
menyembunyikan kerugian dan utang perusahaan dalam laporan keuangan; serta perusaahaan
menggunakan trik embargo Cotton Bonds dengan blackout atau mati lampu berulang yang menjadi
justifikasi naiknya harga listrik untuk menutupi kerugian. Bocornya fakta terkait kerugian Enron
kepada publik menyebabkan jatuhnya harga saham, protes 4000 karyawan yang turun ke jalan, dan
krisis moneter (people died). Tahun 2001 terungkap bahwa utang Enron yang semula dinyatakan
sebesar 13M dolar, ternyata mencapai 38M dolar.

11. INSURANCE

Asuransi adalah produk finansial yang di-inisiasi oleh Robert Wallace dan Alexander Webster. Bisnis
modelnya adalah mengumpulkan premi yang kemudian dijadikan (Fund) untuk diputarkan dalam
perdagangan moneter di mana profitnya dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran di
kemudian hari akibat kecelakan, bencana, force majeur, dan lain sebagainya20. Dalam bahasa
sederhananya: Dana Abadi. Kelemahan Dana Abadi adalah besaran premi yang masuk tidak
sebanding dengan keuntungan dari perputaran Fund di pasar moneter untuk menangani cost yang
sangat besar. Misalnya dalam kasus bencana alam ketika dana penggantian harus dikeluarhkan
perusahaan asuransi dalam jumlah sangat besar sekaligus. Pada akhirnya seperti pada kasus Katrina,
rumah-rumah yang diinsurasikan sama sekali tidak dapat penggantian dari perusahaan asuransi.
Dana abadi sistem asuransi terbukti gagal. Melihat kegagalan asuransi swasta, pemerintah kemudian

18
Penyebab revolusi prancis yang ditulis dalam buku sejarah kita adalah: perbedaan kelas, pajak yang tinggi,
Marie Antoinette yang bermewah-mewahan. Pajak yang tinggi dan harga yang melambung (inflasi) adalah
resultan dari Mississipi Bubble akibat fraud John Law, serta praktek inside trader oleh kekuasaan moneter
absolut Law yang dapat memainkan suku bunga dan jumlah uang yang beredar.
19
Hyperinflation menyebabkan PHK, depresiasi harga komoditi juga menyebabkan PHK.
20
Belakangan saya baru tahu bahwa dana LPDP dihasilkan dengan menggunakan skema yang sama.
mengeluarkan produk asuransi yang dijamin negara. Salah satu sistem asuransi berskala negara
adalah Welfare Superpower System.

12. WELFARE SUPERPOWER, JAPAN Bubble Shock akhir 1980an

Welfare superpower adalah asuransi skala negara, di mana negara mengatur jaminan bagi seluruh
warganya dengan menasionalisasi resiko. Orang sakit, kecelakaan, pengangguran, pensiun, dan
sebagainya dijamin oleh negara. Contoh welfare superpower adalah Jepang sejak 1970, di mana
Jepang merupakan negara ekonomi terkuat kedua di dunia. Akibat dari kebijakan ini adalah
meningkatnya angka harapan hidup di Jepang21. Penduduk usia pensiun meningkat, dengan
perbandingan demografi yang tadinya 11 pekerja aktif berbanding dengan 1 pensiun, menjadi 2
pekerja aktif berbanding dengan 1 pensiun. Negara kehabisan dana pensiun dan dana kesehatan,
hingga terjadi Bubble Shock dan Great depression yang juga berakibat hyperinflation di 1980an dan
1990an.

13. HEDGE FUNDS (IJON)

Insurance dan Welfare Superpower adalah dua cara bagi manusia untuk merasa dari bencana
finansial ataupun bencana lainnya di masa depan, namun keduanya tidak berhasil. Sehingga muncul
Hedge Funds. Ken Griffin (Yahudi) adalah praktisi bisnis finansial dalam bentuk Hedge Funds, yang
bisa dengan mudah kita kenali sebagai Sistem Ijon. Contoh mudah untuk memahami Hedge Funds
adalah denagn contoh petani yang ingin mendapatkan kepastian harga hasil panen di tengah
fluktuasi nulai tukar uang dan indeks harga. Petani ini melakukan deal penjualan di masa depan,
dengan harga yang disepakati saat ini, untuk semua hasil taninya yang akan diperoleh di masa
depan. Sama seperti membeli anak kambing yang masih di dalam kandungan. Hedge Funds penuh
spekulasi untuk memperkirakan adanya keuntungan dari meningkatnya harga di masa depan. Griffin
menyatakan pengambilan keputusan untuk transaksi Hedge Funds memerlukan ilham atau purely
human judgement (insting).

14. REAL ESTATES, GOVERNMENT INSURANCE, BOND SWAP - BUBBLE 2007

Selama berabad-abad ketika monarki and aristokrasi menjadi sistem sosial yang berlaku di dunia,
kepemilikan lahan dan properti hanya merupakan hak segelintir orang, sementara sebagian besar
orang lainnya menjadi tenants yang membayar uang sewa kepada pemilik properti. Praktek ini juga
berlaku di negara demokrasi yang baru berdiri seperti Amerika, dengan kebijakan monopoli
propertinya (small amount of landlords many tenants). Dinamika finansial, industri, dan politik
kemudian mencetuskan adanya demokratisasi properti di US. Kepemilikan rumah menjadi hak
hampir semua orang. Setelah krisis industri 1920 yang menyebabkan PHK-nya 50% buruh FORD,
atas tuntutan rakyat kepada pemerintah federal, pada 1930 dibuka sistem mortgage (cicilan KPR)
yang memungkinkan warga amerika untuk memiliki rumah sendiri dengan cicilan ringan, lama
pinjaman hingga 20 tahun, dan jaminan dari negara22. Sistem ini memudahkan kepemilikan rumah
untuk semua orang, namun ternyata tidak semua orang bisa mendapat mortgage. Black and
Imigrant People tidak akan mendapatkan mortgage, yang dihasilkan dari kebijakan 1930. 1967
seperti yang kita tahu dalam kisah Malcolm X, terjadi riot dan civil war akibat segregasi finansial

21
Dan juga kemungkinan meningkatnya unemployment by choice (NEET)
22
Bagaimana negara menjamin kredit perumahan rakyat? Dengan menjual Bond kepada rakyatnya yang cukup
kaya untuk meminjamkan uang. Pada pasar Subprime Mortgage dimana tingkat kredibility sangat rendah,
pemerintah membuat kebijakan securitization dengan mengemas kumpulan kredit jaminan pemerintah
menjadi paket investasi Triple A, CDB, yang kemudian dijual kepada investor asing (dalam bentuk yang kita
kenal sebagai surat berharga asing) dengan tingkat bunga sangat rendah. Bubble shock 2007 menyebabkan
investor yang membeli paket Tripple A mengalami kerugian finansial jutaan dollar.
serta perlakuan rasis di segala kebijakan amerika. Dalam masa pemerintahan George W Bush
pemerintah mengeluarkan Subprime Mortgage dimana warga kulit berwarna dapat memiliki KPR
yang dijamin pemerintah meskipun tanpa perkerjaan, tanpa uang muka, dan tanpa jaminan.
Pelaksanaan kebijakan ini (yang sistemnya tidak banyak dimengerti rakyat miskin) di lapangan
dimanipulasi oleh banyak pihak, yang memperkaya pihak-pihak tersebut dan menambah kerugian
negara; sementara warga miskin berwarna yang tidak melek urusan perbankan tetap memilih
menjadi penyewa daripada pencicil KPR. Kebijakan ini berakhir dengan krismon 2007 dan lagi-lagi
disusul dengan Great Depression, di mana rakyat US secara umum mempersalahkan imigran dan
kalangan miskin. Pasca krisis, praktik perbankan tetap sama, hingga saat ini kepemilikan properti
masih dinilai sebagai investasi yang kredible bagi para kapitalis, untuk mendapat pinjaman dari
lembaga finansial dalam rangka meningkatkan kapital pengusaha23.

15. CHIMERICA

Setelah terjadi krisis moneter asia 1997-1998, pasar finansial mengantisipasi kemungkinan terjadinya
kembali krisis finansial yang berdampak besar pada periphery of the world (negara berkembang).
Namun kenyataannya pada krisis dan great depression 2007, negara yang paling terancam justru
negara-negara maju, terutama US. Pada dot com bubble tahun 2000 nilai stock market amerika
berkurang setengahnya. Pada mortgage bubble 2007 nilai kredit market amerika jatuh bebas dan
harga properti turun drastis. Meski negara Asia seperti China tidak banyak terpengaruh oleh krisis
2007, patut diwaspadai kemungkinan terjadi krisis lainnya sebab sistem ekonomi global adalah satu
entiti.

Globalization, sebagai usaha untuk menyatukan pasar komoditi, tenaga kerja, dan modal di seluruh
adalah agenda besar dunia sejak sebelum 1914. Migrasi sangat didukung dan difasilitasi pada 1910
dengan tujuan mengisi negara amerika dengan tenaga kerja dan resouce baru (warga negara baru).
Saat ini negara-negara maju tidak membuka pintu lebar-lebar kepada imigran, namun perpindahan
manusia (mobility) juga sangat dipromosikan untuk mengisi negara-negara dengan utang yang tinggi
(negara maju) dengan uang baru dari warga belahan bumi lain yang menukarkan kerja-keras dan
barang-barangnya dengan bank notes. Saat ini ketika kekayaan moneter dalam bentuk uang telah
tersimpan sebagian besar di negara maju, hal tersebut tidak berguna banyak bila tidak diimbangi
dengan perlengkapan ekonomi (sumber daya alam, tenaga kerja) yang sangat melimpah di negara-
negara seperti China, india, (dan Indonesia). Maka dari itu agenda selanjutnya adalah menjadikan
sumberdaya tersebut bekerja untuk kapital yang telah dipupuk di barat.

Satu hal yang patut dicermati dari Globalisasi adalah dengan menyatukan pasar modal seluruh
dunia, maka resiko moneter juga menjadi setara di seluruh dunia. Ketika permainan moneter
menyebabkan krisis di US, negara-negara berkembang juga akan merasakan dampaknya secara
langsung.

Bagian akhir dari buku ini mengaitkan globalisasi dan Armageddon.

***

23
Terkait Triple A investment, CDB, dan segala bentuk produk investasi yang dikeluarkan oleh wall street
dalam rangka securitization sistem ekonomi amerika yang memjamin KPR rakyat yang tidak kredibel, tahun
2015 terdengar nama lain dari CDB di pasar moneter, yang tertap beredar terlepas dari fakta sejarah bahwa
produk investasi semacam ini akan menuju ke Bubble Shock selanjutnya, kerugian finansial investor asing, dan
meningkatnya utang negara di luar amerika.
KESIMPULAN: sistem moneter / uang kertas global mencakup praktek riba (Kredit, Bond), arbitrary
penukaran valas (Exchange), monopoli (VOC, Property monopoly, Energy monopoly (PLN)), cutout
jalur supply pasar dengan pembelian skala besar sebelum barang sampai ke pasar; menimbun dan
embargo ekonomi (permainan indeks harga, Cotton Bonds, etc), fraud dan bisnis-bisnis palsu
(Mississipi, Enron, NASA, Private Insurance, etc), kredit tanpa jaminan (KPR, Bond), kredit tanpa
kejelasan barang dan terms (CDA, Tripple A investment, Stock market), pembodohan masyarakat
terkait produk investasi (CDA, etc), spekulasi (Bond, Stock Market, Hedge Fund, Asuransi), praktek
jual-beli ijon (Hedge Fund), pembelian kontan atas kredit yang belum lunas tanpa sepengetahuan
semua pihak (Bond Swap, Securitization, permainan dana abadi), dan pembodohan dalam produk
perbankan. Uang kertas adalah surat utang, yang belum tentu dibayar serta dapat terhapus nilainya
oleh hyperinflasi, great depression, dan revolusi. Suku bunga dan inflasi sepenuhnya dapat diatur
oleh bank sentral. Semua aspek dalam sistem moneter global adalah praktek muamalah yang haram
dilakukan. Akibat dari sistem moneter global yang berbasiskan praktik-praktik tersebut adalah
berulangnya sejarah peperangan, riot, evolusi, dan perang sipil terjadi karena uang.

***

PS: Perolehan gaji dalam bentuk uang kertas artinya menukar labor/tenaga dengan surat utang
(yang tidak bernilai atau bernilai semu), perolehan gaji dalam bentuk saldo bank, e-money, flash
card, pulsa, etc artinya menukar labor/tenaga dan barang dengan catatan piutang virtual (semakin
tidak ada nilainya). Semakin cepat kita meng-convert surat utang ke real value, semakin aman dari
manipulasi suku bunga maupun inflasi. Bentuk real value yang likuiditasnya tinggi: emas dan barang
komoditi yang pasti dibutuhkan masyarakat (stok dagangan, ternak, sembako, kebun buah, dll).
Bentuk real value yang likuiditasnya relatif rendah: tanah produktif, properti yang disewakan, barang
kebutuhan tersier, dan investasi bagi hasil usaha. Namun, meng-convert uang kertas ke bentuk real
value seperti emas, tanah, dan properti, hanya efektif jika tujuannya adalah menabung. Emas di
pasar logam mulia posisinya seperti valuta asing (harga jual selalu lebih rendah dari harga beli),
sehingga menggunakan emas sebagai tabungan jangka pendek akan menyebabkan depresiasi nilai,
kecuali bila kita berprofesi sebagai pedagang emas. Menurut hemat saya, membuat usaha dagang
yang halal dan sustainable adalah salah satu cara yang akan melindungi kita semua dari manipulasi
moneter. Dengan adanya usaha dagang, uang kertas tidak disimpan dalam bentuk uang apa adanya
(surat hutang), namun dalam bentuk barang yang bermanfaat (bukan barang kebutuhan tersier).
Ketika terjadi krismon, harga uang kertas sangat mungkin jatuh bebas, namun barang yang
dibutuhkan dalam kehidupan manusia akan naik harganya. Di masa krismon, seorang yang
mempunyai stok tepung/beras misalnya, akan terbebas dari resiko dan justru berpotensi untuk
membantu masyarakat dari terpaan krisis (bahkan nasihat Rasulullah SAW ketika kita mendengar
tanda-tanda akhir zaman adalah mengumpulkan perbekalan selama setahun sebelum evakuasi ke
pengasingan). Usaha dagang juga merupakan bentuk investasi yang lebih produktif dari produk
investasi perbankan (deposito, tabungan berjangka, dll), Bukankah 90% rezeki terdapat dalam
perdagangan?
PSS: dalam Islam menurut Umar bin Khattab ra., jika kita terlibat dalam bisnis haram akibat
ignorance, artinya kita sebagai pelaku menanggung dua dosa: dosa tidak mencari ilmu dan dosa
bertindak tanpa ilmu. Wallahualam.

PSSS: terlepas dari keinginan manusia untuk menimbun harta, tabungan yang paling aman dari
inflasi ataupun krisis adalah spending dalam bentuk infaq dan sedekah; kemudian sedekah yang
terbaik adalah pada keluarga sendiri.

PERTANYAAN:

Krisis Moneter Asia 1997-1998 yang tidak dibahas skenarionya dalam buku ini, disebabkan
oleh apa? Siapa George Soros?
Bank of England tidak dibahas, lebih banyak menyorot Rothschild (Yahudi Jerman), John Law
(di Perancis). Padahal Bank of England adalah institusi yang memungkinkan kerajaan Inggris
saat itu untuk meminkam uang dari pihak swasta. Kebijakan Bank of England hingga saat ini
juga banyak mempengaruhi dinamika moneter dunia. Di samping itu, nilai tukar Pounds UK
terhadap Rupiah adalah yang tertinggi dibandingkan mata uang lainnya (16rb Poundsterling,
13rb USD, 13rb EURO, 11rb JPY, 10rb AUD)
Bagaimana sejarah Land Rush dan Gold Rush, mengapa emas menjadi mata uang universal?
Bagaimana kaitan Bond US, hyperinflasi, dengan munculnya kewajiban bagi rakyat amerika
untuk menyerahkan emas milik pribadi kepada negara? Mungkinkah terjadi di negara lain
kondisi Negara berhak menjarah emas rakyatnya?
Adakah pasar Bond di indonesia? Bagaimana bentuknya?
Bagaimana sejarah paralel terkait perekonomian yang terjadi di kesultanan dan negara Islam
pada masa dikenalkannya uang kertas?

Anda mungkin juga menyukai