Anda di halaman 1dari 29

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul, Penentuan Konsentrasi ZnSO4


Secara Potensiometri tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan
konsentrasi ZnSO4 dan cuplikan ZnSO4 secara potensiometri. Prinsip percobaan ini
adalah pengukuran beda potensial dalam suatu larutan untuk menentukan konsentrasi
ion logamnya melalui reaksi redoks pada sistem galvani, yaitu dimana pada sel ini
sebagian dari energi yang dilepaskan secara spontan dalam suatu reaksi kimia yang
dikonversi menjadi energi listrik sehingga dapat digunakan untuk melakukan kerja.
Metode yang digunakan adalah metode potensiometri, yaitu metode yang digunakan
untuk mengukur beda potensial listrik dengan cara menyeimbangkan dua buah
potensial yang berlawanan yaitu reduksi dan oksidasi sehingga tidak ada arus yang
melewati galvanometer. Konsentrasi yang dihasilkan pada larutan ZnSO4 0,8 g, 2 g,
dan 4 g adalah masing-masing sebesar 22,57 M; 50 M; 107,18 M. Dari konsentrasi
yang diperoleh dapat diketahui bahwa semakin besar E maka semakin kecil
konsentasi dari Zn2+.

Keyword : potensiometri, galvani, ZnSO4


PERCOBAAN VIII
PENENTUAN KONSENTERASI LARUTAN ZnSO4
SECARA POTENSIOMETRI

I. TUJUAN
Menentukan konsenterasi larutan ZnSO4secara potensiometri

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Potensiometri
Potensiometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan hubungan
antara potensial elektroda relative dengan konsentrasi larutan dalam satu sel
kimia. Metode ini berguna untuk menentukan titik setara suatu titrasi secara
instrumental sebagai pengganti indikator visual, sebagai contoh pada titrasi-
titrasi asam basa, redoks, kompleksiometri dan pengendapan. Alat yang
digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah potensiometri atau pH meter
dengan elektroda kerja dan referensi yang tercelup dalam larutan yang diukur.
Hasil pengukuran berupa harga potensial elektroda yang dibuat kurva hubungan
antara potensial (E) dan volume pereaksinya.

(Hendayana, 1994)
2.2 Sel Elektrokimia
Elektrokimia adalah bidang yang luas dalam aspek terluarnya mencakup sel
bahan bakar, pengubahan energi listrik, korosi. Dalam suatu sel elektrokimia
suatu sumber luar dari energi listrik digunakan untuk memaksa reaksi kimia agar
berlangsung dengan arah berlawanan arah sementara.
Katoda Anoda
Sel galvani + -
Sel elektrolisis - +

(Underwood, 2002)
2.3 Sel galvani
Suatu sel galvani adalah suatu sel dimana reaksi kimia muncul secara
spontan, melepaskan energi listrik yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan.
Elektroda dimana oksidasi muncul disebut anoda. Elektroda reduksi muncul
disebut katoda. Pada sel galvani anoda adalah negatif dan katoda adalah positif.
(Underwood, 2002)
2.4 Elektroda
Suatu pusat pengoperasian dari beberapa sel pada suatu ionik yang
menghasilkan atau menggunakan elektron saat fasa di dalam sel disebut
elektroda. Elektroda bersifat konduktor listrik yang baik. Pada saat
pengoperasian, suatu sel harus terhubung dengan muatan eksternal atau sumber
voltase eksternal. Sumber voltase eksternal dan muatan listrik dipindahkan
melalui elektron diantara elektroda menembus sirkuit eksternal. Sumber voltase
eksternya misalnya batre.
Suatu elektroda dimana pada suatu reaksi ionik menghasilkan elektron
disebut anoda, sedangkan elektroda ketika pada reaksi ionik mendapatkan
elektron disebut katoda.
Efek perubahan biloks pada reaksi reduksi oksidasi adalah akan terjadi
transfer elektron, oksidasi melepas elektron sedangkan reduksi menangkap
elektron.
(Perry, 1984)
2.5 Elektroda Hidrogen Standar
Potensial yang diberikan sebesar nol volt pada semua suhu ketika tekanan
dari gas hidrogen adalah 1 atm dan aktivitas ion hidrogen adalah satu. Secara
fisika elektroda tersebut terdiri dari sebuah permukaan platina cukup kasar
sehingga mempunyai daerah yang luas, memberikan sebuah hubungan listrik ke
rangkaian luar dan bertindak sebagai katalis untuk terkombinasi atom-atom H
yang terbentuk dalam tahapan transfer elektron.Pasangan redoks yang digunakan
sebagai referensi adalah H+/H2
2H+ + 2e H
(Underwood, 2002)
2.6 Persamaan Nerst
Potensial arus dihubungkan dengan aktivitas zat yang ikut serta dalam
reaksi sel. Fungsi Gibbs :
G = G0 + RT ln Q
Sehingga :
G0 RT
E=- - Ln Q
VF VF
Sebuah persamaan Nerst untuk potensial sel arus nol pada segala komposisi
adalah :
RT
E = E0- = Ln Q
VF
Keterangan:
G: Energi bebas gibss
R :Tetapan gas universal (0.082 L.atm/mol Kelvin)
T :Suhu (K)
Q :Hasil bagi reaksi
E :Potensial reduksi (Volt)
E0 :Potensial standar reduksi (volt)
F : konstanta faraday (96485,3 s A/ mol)
V :Tegangan

(Atkins, 1990)
2.7 Penurunan persamaan Nerst
Dalam reaksi kimia seperti :
aA + bB cC + dD
Perubahan dari energi bebas didapat dari persamaan :
ac C X ad D
G = G0 + 2,3 RT log
aa A x bb B
G0adalah energi bebas ketika semua reaktan dan produk berorde dalam
kondisi standar (aktivitas 1), R adalah konstanta gas8,314 J/kg mol dan T adalah
suhu absolut.
G = - nFE0
n adalah banyaknya mol reaktan yang terlibat dalam reaksi. Jika semua reaktan
dan produk berada dalam kondisi standar, menghasilkan :
[C]c X [D]d
-nFE = - nFE0 + 2,3 RT log
[A]a x [B]b

Dengan konsentrasi dimasukan untuk menggantikan aktivitas ini dapat


dituliskan sebagai berikut :
2,3 RT [C]c X [D]d
E = E0 log
nF [A]a x [B]b

Dengan T = 2980K persamaannya menjadi :


0,0591 [C]c X [D]d
E = E0 log
n [A]a x [B]b

Keterangan:
G: Energi bebas gibss
R :Tetapan gas universal (0.082 L.atm/mol Kelvin)
T :Suhu (K)
E :Potensial reduksi (Volt)
E0 :Potensial standar reduksi (volt)
F : konstanta faraday (96485,3 s A/ mol)
n :Jumlah elektron yang ditransfer
[ ] : Konsentrasi
(Underwood, 2002)
2.8 Potensial Elektroda

Potensial elektroda dapat diukur dalam larutan yang mengandung bentuk


pengoksidasi dan pereduksi dalam konsentrasi yang ekuimolar. Elektroda
standar yakni yang bersentuhan dengan larutan-larutan yang kadar ionya 1M dan
tekanan 1 atm. Pengukuran suatu sel volta adalah pengukuran gaya dorong dari
reaksi redoks. Elektroda hydrogen standar digunakan sebagai elektroda
pembanding standar karena harga voltanya nol. Potensial elektroda standar
diukur secara langsung, namun potensial antara dua elektroda standar ideal dapat
dihitung dari pengukuran yang dilakukan terhadap larutan yang lebih encer.
Voltage sel keseluruhan diberikan kepada elektode disebut potensial
reduksistandar. Reaksi katode(reduksi) kebalikan dan elektroda yang sebagai
anode dan menjalankan oksidasi.
(Keenan,1991)
Table Potensial Reduksi.
Li+(aq) + e- -----> Li(s) -3.05
K+(aq) + e- -----> K(s) -2.93
Ba2+(aq) + 2 e- -----> Ba(s) -2.9
Sr2+(aq) + 2 e- -----> Sr(s) -2.89
Ca2+(aq) + 2 e- -----> Ca(s) -2.87
Na+(aq) + e- -----> Na(s) -2.71
Mg2+(aq) + 2 e- -----> Mg(s) -2.37
Be2+(aq) + 2 e- -----> Be(s) -1.85
Al3+(aq) + 3 e- -----> Al(s) -1.66
Mn2+(aq) + 2 e- -----> Mn(s) -1.18
2 H2O + 2 e- -----> H2(g) + 2 OH-(aq) -0.83
Zn2+(aq) + 2 e- -----> Zn(s) -0.76
Cr3+(aq) + 3 e- -----> Cr(s) -0.74
Fe2+(aq) + 2 e- -----> Fe(s) -0.44
Cd2+(aq) + 2 e- -----> Cd(s) -0.4
PbSO4(s) + 2 e- -----> Pb(s) + SO42-(aq) -0.31
Co2+(aq) + 2 e- -----> Co(s) -0.28
Ni2+(aq) + 2 e- -----> Ni(s) -0.25
Sn2+(aq) + 2 e- -----> Sn(s) -0.14
Pb2+(aq) + 2 e- -----> Pb(s) -0.13
2 H+(aq) + 2 e- -----> H2(g) 0
Sn4+(aq) + 2 e- -----> Sn2+(aq) 0.13
Cu2+(aq) + e- -----> Cu+(aq) 0.13
SO42-(aq) + 4 H+(aq) + 2 e- -----> SO2(g) + 2 H2O 0.2
AgCl(s) + e- -----> Ag(s) + Cl-(aq) 0.22
Cu2+(aq) + 2 e- -----> Cu(s) 0.34
O2(g) + 2 H2 + 4 e- -----> 4 OH-(aq) 0.4
I2(s) + 2 e- -----> 2 I-(aq) 0.53
MnO4-(aq) + 2 H2O + 3 e- -----> MnO2(s) + 4 OH-(aq) 0.59
O2(g) + 2 H+(aq) + 2 e- -----> H2O2(aq) 0.68
Fe3+(aq) + e- -----> Fe2+(aq) 0.77
Ag+(aq) + e- -----> Ag(s) 0.8
Hg22+(aq) + 2 e- -----> 2 Hg(l) 0.85
2 Hg2+(aq) + 2 e- -----> Hg22+(aq) 0.92
NO3-(aq) + 4 H+(aq) + 3 e- -----> NO(g) + 2 H2O 0.96
Br2(l) + 2 e- -----> 2 Br-(aq) 1.07
O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e- -----> 2 H2O 1.23
MnO2(s) + 4 H+(aq) + 2 e- -----> Mn2+(aq) + 2 H2O 1.23
Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6 e- -----> 2 Cr3+(aq) + 7 H2O 1.33
Cl2(g) + 2 e- -----> 2 Cl-(aq) 1.36
Au3+(aq) + 3 e- -----> Au(s) 1.5
MnO4-(aq) + 8 H+(aq) + 5 e- -----> Mn2+(aq) + 4 H2O 1.51
Ce4+(aq) + e- -----> Ce3+(aq) 1.61
PbO2(s) + 4 H+(aq) + SO42-(aq) + 2 e- -----> PbSO4(s) + 2 H2O 1.7
H2O2(aq) + 2 H+(aq) + 2 e- -----> 2 H2O 1.77
Co3+(aq) + e- -----> Co2+(aq) 1.82
O3(g) + 2 H+(aq) + 2 e- -----> O2(g) + H2O 2.07
F2(g) + 2 e- -----> F-(aq) 2.87

(Keenan,1991)
2.9 Agar-Agar Sebagai Jembatan Garam
Jembatan garam biasanya berupa tabung berbentuk U yang diisi dengan
agar-agar yang dijenuhkan dengan KCl. Jembatan garam berfungsi untuk
menjaga kenetralan muatan listrik pada larutan. Karena konsentrasi larutan
elektrolit pada jembatan garam lebih tinggi dari pada konsentrasi elektrolit di
kedua bagian elektroda, maka ion negative dari jembatan garam masuk ke salah
satu setengah sel yang kelebihan muatan positif dan ion positif dari jembatan
garam berdifusi kebagian lain yang kelebihan muatan negatif.
Dengan adanya jembatan garam terjadi aliran electron yang kontinu melalui
kawat pada rangkaian luar dan aliran ion-ion melalui larutan sebagai akibat dari
reaksi redoks yang spontan yang terjadi pada kedua elektroda.
Penggunaan agar-agar mempunyai keuntungan, diantaranya menjaga agar
larutan elektrolit di satu bagian elektroda tidak mengalir kebagian elektroda
lainnya saat permukaan kedua larutan elektrolit di kedua elektrolit berbeda.
(Underwood, 2002)

2.10 Potensial Junction


Apabila terdapat kedua larutan yang berbeda akan dipisahkan oleh suatu
pembatas ultra tipis misalnya untuk memisahkan larutan air dengan asam
klorida. Maka ion hidrogen dan ion klorida dalam larutan HCl akan bergerak ke
dalam larutan air hingga pada waktu tertentu akan dijumpai konsentrasi yang
seragam pada keduanya. Walaupun kation dan anion bergerak namun akan
terdapat potensial antarmuka antara keduanya. Pada larutan HCl yang memiliki
ion hidrogen yang dapat bergerak lebih cepat daripada ion klorida maka dengan
adanya potensial larutan akan didapatkan pengurangan kecepatan ion hidrogen
dan penambahan kecepatan ion klorida dan terbentuk ujung bermuatan negatif
pada larutan HCl dan ujung bermuatan positif pada air. Potensial yang
dihasilkan dari pertemuan ini dapat dicegah dengan jembatan garam jenuh
semisal KCl. Namun jembatan garam jenuh ini harus dicegah agar tidak
mengalir keluar dengan pembuatan dalam agar-agar. Potensial pertemuan cairan
ini dapat menimbulkan galat dalam pembacaan emf.
(Underwood,2002 )

2.11 Multimeter
Multimeter adalah alat yang tersusun untuk mengukur hambatan listrik,
tegangan listrik dan arus listrik. Dalam pengukuran voltase sel akan digunakan
energi pada sel galvani misalnya yang digunakan untuk menggerakkan
kumparan galvanometer. Namun pada multimeter digunakan baterai sehingga
dengan energi listrik yang tidak terlalu besar maka dapat menggerakkan
kumparan galvanometer sehingga akan terukur nilai tang presisi.
(Underwood,2002)

2.12 Larutan Elektrolit


Larutan elektrolit adalah larutan yang terdapat zat terlarut elektrolit yang
merupakan zat yang dapat menghantarkan arus listrik ketika dilarutkan kedalam
pelarut air. Larutan elektrolit dapat berupa asam, basa maupun garam. Larutan
elektrolit di kategorikan sebagai larutan elektrolit kuat dan lemah.
(Chang,1987)

2.13. Difusi Ion


Suatu campuran larutan yang memiliki konsentrasi ion yang berbeda
maka akan terdapat difusi ion atau perpindahan ion dari konsentrasi ion besar ke
konsentrasi ion sedikit. Difusi ion berdasarkan perbedaan konsentrasi ion dalam
kedua larutan hingga keduanya mencapai kesetimbangan.
(Chang,1987)

2.14. Analisa Bahan


2.14.1. CuSO4
Sifat Fisik : Padatan kristal biru, = 3,5 g/ml, BM = 159,61 g/ml
Sifat Kimia : Bersifat higroskopis (dapat menyerap molekul air) ,
digunakan sebagai fungisida (Bahan kimia yang berguna
untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan jamur
atau gulma).
(Daintith, 1994)
2. 14.2. ZnSO4
Sifat Fisik : Senyawa kristalin berwarna putih
Sifat Kimia : Larut dalam air, digunakan sebagai mordan (zat untuk
merendam kain atau benang sebelum diberi warna)
(Daintith, 1994)
2. 14.3. Tembaga (Cu)
Sifat Fisik : Unsur transisi berwarna cokelat kemerahan, memiliki
TL = 1083,340C, TD = 25820C
Sifat Kimia : tidak bereaksi dengan H2SO4 dan asam hidroklorida
encer, dengan HNO3 membentuk oksigen nitrogen. Cu
hanya dapat berekasi dengan asam yang sangat kuat,

HNO3 merupakan asam yang kuat dibandingkan H2SO4 dan hidroklorida.


Reaksinya:
Cu + 4H+ + 2NO3- Cu+2 + 2NO2+ 2H2O
(Daintith, 1994)
2. 14.4. Seng (Zn)
Sifat Fisik : Unsur logam putih kebiruan, memiliki TL 419,570C, TD
9070C.
Sifat Kimia : Bereaksi dengan asam encer membebaskanhidrogen,
larut dalam alkali menghasilkan zinkat.
Dalam asam :Zn(s) + 2H+ (aq) Zn+2 (aq) + H2 (g)

Dalam alkali :ZnO + H2O + 2OH- [Zn(OH)4]2-


(Daintith, 1994)
2. 14.5 Agar- agar
Sifat Fisik : kenyal, berupa butiran- butiran sebelum dimasak
Sifat Kimia : karbohidrat kompleks yang diperoleh dari algae
tertentu, diolah untuk membuang substansi yang
tidak dikehendaki.
(Chang, 1987)
2. 14.6 KCl
Sifat Fisik : BM 74,55 g/mol, densitas 1,987 g/cm3, kristal
putih padat
Sifat Kimia : larut dalam air
(Daintith, 1994)

2. 14.7 Akuades
Sifat Fisik : Cairan tak berwarna, berbau, maupun berasa, mempunyai
titik didih 100oC dan titik leleh 0oC, berdensitas 1 g/cm3.
Sifat Kimia : Mempunyai ikatan hidrogen, bersifat polar, dan
digunakan sebagai pelarut universal.
(Daintith, 1994)

III. METODE PERCOBAAN


3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
- Gelas bekker
- Multimeter
- Labu ukur
- Gelas ukur
- Set jembatan garam
- Pengaduk
- Pipet
3.1.2. Bahan
- Larutan CuSO4
- Larutan ZnSO4
- Garam KCl
- Logam Zn
- Logam Cu
- Agar-agar

3.2.Gambar Alat

Gelas Beker Labu ukur Gelas ukur

Pengaduk Pipet tetes Multimeter


Set jembatan garam

3.3.Skema Kerja
3.2.1 Pembuatan Jembatan Garam

2 g agar- agar
-
Gelas beker

- Penambahan 1 g KCl
- Penambahan aquades
- Pengadukan
- Pemanasan dan pengadukan hingga
mendidih
- Pendinginan hingga hangat
- Pemasukan campuran agar dan KCl dalam
pipa U
- Pendiaman

Hasil
3.2.2 Reaksi Sel Galvani

50 ml CuSO4 1M 50 ml ZnSO4
Gelas bekker Gelas bekker

- Penghubung dengan jembatan garam


- Pemasukan logam Cu dalam CuSO4
- Pemasukan logam Zn dalam ZnSO4
- Penghubung kedua logam dengan
multimeter
- Pencatatan

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN

Larutan CuSO4 Larutan cuplikan ZnSO4 E (Volt)


1,06
50 ml (0,8 gram) I 1,06
1,06
1,05
50 ml (2 gram) II 1,05
1,05
1,04
50 ml (4 gram) III 1,04
1,04
V. HIPOTESA
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi Zn2+ dari
larutan ZnSO4 dengan metode potensiometri. Prinsip dari percobaan ini adalah
pengukuran beda potensial dalam suatu larutan untuk menentukan konsentrasi
ion logamnya melalui reaksi redoks pada sistem galvani, yaitu dimana pada sel
ini sebagian dari energi yang dilepaskan secara spontan dalam suatu reaksi kimia
yang dikonversi menjadi energi listrik sehingga dapat digunakan untuk
melakukan kerja. Metode yang digunakan adalah metode potensiometri, yaitu
metode yang digunakan untuk mengukur beda potensial listrik dengan cara
menyeimbangkan dua buah potensial yang berlawanan (reduksi dan oksidasi)
sehingga tidak ada arus yang melewati galvanometer.Logam Cu akan bertindak
sebagai katoda yang mengalami reduksi.Logam Zn akan bertindak sebagai
anoda yang mengalami oksidasi. Kemudian potensial masing-masing larutan
diukur dengan multimeter. Dari harga E yang diperoleh dapat ditentukan
konsentrasi pada masing-masing larutan cuplikan dengan persamaan nerst.
Diperoleh hubungan bahwa semakin tinggi E maka konsentrasi Zn2+ dalam
larutan semakin kecil, dengan kata lain memiliki hubungan yang bebanding
terbalik antara E dengan konsentrasi.
Rumusnya :
0,0591 [Zn2+ ]
E = (Ek EA) log
n [Cu2+ ]
VI. PEMBAHASAN
Percobaan penentuan konsentrasi larutan ZnSO4 secara potensiometri bertujuan
untuk menentukan konsentrasi ZnSO4 dan cuplikan ZnSO4 secara potensiometri.
Prinsip percobaan ini adalah pengukuran beda potensial dalam suatu larutan untuk
menentukan konsentrasi ion logamnya melalui reaksi redoks pada sistem sel galvani,
yaitu dimana pada sel ini sebagian dari energi yang secara spontan dalam suatu
reaksi kimia dikonversikan menjadi energi listrik sehingga dapat digunakan untuk
melakukan kerja. Metode yang digunakan adalah metode potensiometri, yaitu
metode yang digunakan untuk mengukur beda potensial listrik dengan cara
menyeimbangkan dua buah potensial yang berlawanan (reduksi dan oksidasi)
sehingga tidak ada arus yang melewati kumparan galvanometer. Alat yang digunakan
dalam pengukuran E sel adalah multimeter pada pengukuran beda potensial (volt).
Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisikokimia yaitu suatu
analisa untuk menentukan suatu uji kemurnian mulai dari konsep dasar instrumen
yang berkaitan untuk pengujian. Instrumen yang biasa digunakan adalah
kromatografi, potensiometri, spektrofotometri, dan lain- lain. (Chang, 1987)
Pemeriksaan ini menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda
indikator antara dua elektroda yang dicelupkan kedalam larutan yang mengandung
ion sejenis logamnya dan dengan larutan penetral yang menghubungkan keduanya.
Larutan penetral ini adalah larutan garam yang kepekatan ion- ionnya akan
meminimalisir beda potensial potensial pertemuan. Pada percobaan batang logam Cu
dicelupkan kedalam larutan garamnya (CuSO4) maka batang logam Cu yang akan
bermuatan positif terhadap larutannya. Dalam hal ini Cu mengalami reduksi sehingga
merupakan posisi katoda. Logam Zn dicelupkan akan bermuatan negatif sehingga
berada pada keadaan teroksidasi yang akan bertindak sebagai anoda.
Pada percobaan ini sel yang digunakan adalah sel galvani dimana selnya
bersifat untuk bereaksi secara spontan. Karena pada sel volta memiliki harga
potensial sel positif atau sel tersebut akan bereaksi kimia secara spontan untuk
menghasilkan energi listrik. Sel volta atau sel galvani ini merupakan sel listrik yang
pasif yaitu ia tidak membutuhkan sumber energi listrik dc untuk dapat bereaksi
kimia. Elektron yang terjadi bergerak karena reaksi spontan dimana elektron diambil
dari anoda yang melakukan reaksi oksidasi dan menghasilkan elektron yang akan
mengalir melalui kabel listrik menuju katoda sehingga pada katoda akan terjadi
reaksi reduksi. Sehingga dapat dikatakan sel galvani memanfaatkan energi potensial
kimia untuk memperoleh energi listrik. Pada katoda terjadi reaksi reduksi dan anoda
terjadi reaksi oksidasi.
(Chang, 1987)

Prinsip dari sel galvani adalah meneruskan elektron-elektron yang mengalir


melalui kabel-kabel elektroda dari setengah sel satu ke setengah sel lain dengan
melewati voltmeter. Pada percobaan ini digunakan larutan ZnSO4 dengan kadar
yang bervariasi yaitu 4 g, 2 g, 0,8 g kedalam 50 ml aquades. Digunakan kadar yang
bervariasi karena untuk membandingkan besarnya E yang dihasilkan. Elektroda
yang digunakan adalah logam Zn dan logam Cu.
Berdasarkan prinsip sel galvani, logam Cu berfungsi sebagai katoda, dan logam
Zn berfungsi sebagai anoda, karena berdasarkan deret volta Cu lebih mudah
mengalami reduksi daripada Zn. Sehingga Zn mengalami oksidasi menjadi
Zn2+.Dibawah ini dapat dilihat deret volta berdasarkan dari mudah dan sulitnya
direduksi :
Li-K-Ba-Sr-Ca-Na-Mg-Al-Mn- Zn -Cr-Fe-Co-Ni-Sn-Pb-H2O-
Oksidasi
Sb-Bi- Cu -Hg-Ag-Pt-C-Au
Reduksi
(Underwood, 2002)
Potensial sel dapat menentukan anoda memiliki nilai potensial sel reduksi
standar lebih rendah dibandingkan katoda sehingga elektron mengalir dari potensial
setengah sel rendah ke tinggi, maka elektron mengalir dari anoda menuju katoda.
(Chang, 1987)
Dengan adanya aliran elektron itu maka timbul aliran listrik dan bilangan
oksidasi Zn bertambah, sedangkan bilangan oksidasi Cu berkurang. Penempatan ini
didasarkan pada harga potensial selnya sehingga E0 sel Cu2+/Cu lebih besar
dibandingkan E0 sel Zn2+/Zn sehingga reaksi akan berlangsung spontan.Jika reaksi
spontan maka akan didapatkan harga potensial sel positif sehingga akan didapatkan
harga energi bebas gibbs negatif yang menyatakan bahwa reaksi yang berlangsung
adalah spontan.
Kedua larutan CuSO4 dan ZnSO4 dihubungkan dengan jembatan garam melalui
pipa U dari gel agar-agar yang telah ditambahkan KCl. Jembatan garam ini berfungsi
untuk menjaga kenetralan muatan listrik pada larutan. Penggunaan agar-agar yang
berfasa padat dapat mengalirkan salah satu anion klorida dan kation kalium ke kedua
larutan yang terpisah agar didapatkan muatan pada salah satu larutan setengah sel
menjadi netral.
(Underwood, 2002)

Karena konsentrasi larutan elektrolit pada jembatan garam lebih tinggi


daripada konsentrasi elektrolit dibagian kedua elektroda, maka ion negatif klorida
dari jembatan garam masuk kesalah satu setengah sel anoda yang kelebihan muatan
positif kation Zn2+ dan ion positif kalium dari jembatan garam berdifusi ke bagian
lain yaitu larutan setengah sel katoda yang kehilangan muatan positif Cu2+ yang
tereduksi menjadi logam Cu. Campuran agar-agar dan garam kalium klorida ini
diencerkan dengan air kemudian dipanaskan hingga hampir mendidih dan dijaga agar
tidak sampai mendidih karena akan terbentuk gelembung-gelembung udara didalam
larutan. Lalu campuran didinginkan dan dimasukkan dalam pipa U hingga
termampatkan.

Fungsi pemampatan pipa U ini adalah untuk menghindari adanya gelembung


udara yang ada dalam pipa U yang menyebabkan kurang optimalnya aliran ion
karena baik ion Cl- dan ion K+ dapat terhambat pendifusiannya pada masing-masing
larutan setengah sel elektroda oleh gelembung udara. Difusi adalah penyebaran
molekul zat yang konsentrasinya tinggi (hipertonis) ke fluida yang konsentrasinya
lebih rendah (hipotonis).
(Chang,1987)
Fungsi KCl ini bersifat elektrolit yang terkonsentrasikan dimana mobilitas
kation dan anionnya sama besar sehinga dapat meminimalkan nilai potensial
junction. Potensial junction diperkirakan akan terbentuk pada setiap petemuan antara
dua larutan ionik yang komposisinya berlainan sebagai sebuah hasil dari
kecenderungan ion- ion yang berbeda untuk berdifusi pada tingkat- tingkat yang
berbeda diseluruh perbatasannya. Potensial ini dapat berubah pada rentang cukup
besar, biasanya memiliki orde beberapa milivolt dalam perhitungan ggl kita sering
mengabaikan potensial ini karena kita tidak mengetahui apa itu potensial junction,
namun pada kenyataannya kesalahan yang didapat dapat membuat potensial ini
dipertimbangkan kembali.
(Underwood, 2002)

KCl dapat digantikan dengan dengan senyawa yang memiliki sifat sejenis yaitu
bersifat elektrolit, misalnya KNO3. Agar-agar ditambahkan KCl karena agar-agar ini
berfungsi untuk memadatkan larutan KCl. Namun agar- agar ini tidak dapat
digantikan oleh jeli, karena sifat jeli ketika memadat ia akan lebih licin dalam suatu
tabung U yang dipergunakan tempat jembatan garam. Penggunaan jeli juga tidak
menutup kemungkinan terbentuknya rongga udara pada tabung U jembatan garam
yang nantinya akan mempengaruhi sel galvani.
(Keenan, 1991)

Efek keberadaan rongga udara dalam jembatan garam adalah nantinya sebagai
media pendifusian anion dan kation dari jembatan garam kurang sempurna karena
KCl kurang termampatkan dengan baik dalam pipa jembatan garam sehingga peran
jembatan garam kurang maksimal dalam pelewatan ion garam ke dalam larutan.
(Oxtoby, 1999)

Pada sel elektrokimia logam Zn akan mengalami oksidasi menjadi Zn2+, pada
proses oksidasi terjadi pelepasan elektron sehingga pada larutan ZnSO4 akan terjadi
kelebihan elektron. Kelebihan elektron pada larutan ZnSO4 akan distabilkan dengan
adanya jembatan garam. Elektron akan bergerak menuju katoda yang mereduksi Cu2+
menjadi Cu. Dengan adanya jembatan garam maka aliran elektronakan lebih cepat
sampai ke katoda karena ion Cl- akan terdifusi ke elektroda Zn dan ion K+ akan
terdifusi ke elektroda Cu. Elektron mengalir dari anoda ke katoda.
Reaksi yang terjadi :

Katoda : Cu2+ + 2e- Cu E0 = 0,337 V


Anoda : Zn Zn2+ + 2e- E0 = 0,763 V

Cu2+ + Zn Cu + Zn2+ E0 = 1,100 V

Reaksi Redoks :

Cu2+ + Zn Cu + Zn2+

Reduksi (menerima e-)

Oksidasi (melepas e-)

(Underwood, 2002)

Hasil percobaan diperoleh potensial larutan ZnSO4 yaitu 1,06 V; 1,05 V dan
1,04 V. Konsentrasi larutan ZnSO4 dengan berat 0,8 g, 2 g, dan 4 g masing-masing
sebesar 22,57 M; 50 M; dan 107,18 M.
Hasil tersebut menunjukan bahwa semakin besar harga Esell maka konsentrasi
ZnSO4 semakin kecil.

Penyimpangan [Zn2+] menurut perhitungan potensiometri dengan


sesungguhnya karena adanya potensial junction sehingga konsentrasinya tidak sesuai
dengan sesungguhnya.
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Cu bersifat sebagai katoda dan Zn bersifat sebagai anoda
7.1.2 Sistem yang digunakan pada percobaan ini adalah sistem sel galvani yaitu
suatu sel dimana reaksi kimia muncul secara spontan, melepas energi
listrik
7.1.3 Berdasarkan hasil percobaan diperoleh konsentrasi Zn2+ dalam larutan
ZnSO4 0,8 g adalah 22,57 M, larutan ZnSO42 g adalah 50 M, dan larutan
ZnSO44 g adalah 107,18 M
7.1.4 Semakin besar E maka semakin kecil konsentrasi Zn2+ dalam larutan
ZnSO4.
7.2 Saran
7.2.1 Seharusnya lebih memahami dalam pembacaan skala pada multimeter dan
mengerti cara penggunaan multimeter untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam percobaan.
7.2.2 Lebih teliti dalam pengukuran volume tiap larutan yang akan digunakan
sebagai elektrolit maupun dalam penimbangan bahan- bahan sebelum
dilarutkan.
7.2.3 Pada preparasi jembatan garam dilakukan penghisapan larutan agar-agar
dalam sekali hisap sehingga akan didapatkan jembatan garam tanpa
gelembung udara.
DAFTAR PUSTAKA

Ammar, R.A. 2010. The Determination of The Stability Contants of Mixed Ligand
Complexes of Adenine And Amino Acids With Ni(II) By Potentiometric Titration
Method. Saudi Arabia: King Saud University.
Atkins. 1994. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga.
Chang, R. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Chmilenko, F.A. 2009. Potentiometric Membrane Sensors for Polyvinylpyrrolidone
Determination. Ukraine: Dnepropetrovsk National University.
Daintith. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Erlangga.
Ganjali, M. R. 2008. Samarium Microsensor: An Asymetric Potentiometric
Membrane Sensor. Iran: University of Tehran.
Hendayana. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Jakarta: IKIP Press.
Kahlert, H. 2008. A Potential High- Throughput Method for The Determination of
Lipase Activity by Potentiometric Flow Injection Titrations. Germany: Institute
of Biochemistry.
Keenan. 1984. Ilmu Kimia Untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.
Khaled, E. 2008. Disposal Screen-Printed Carbon Paste Electrodes for The
Potentiometric Titration of Surfactants. Kairo: Cairo University.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Oxtoby, D. 1999. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Perry. 1984. Chemical Engineering Handbook. New York: McGraw Hill Book Inc.
Saleh, T.A. 2011. Application of DC and Mark-Space Bias Differential Electrolytic
Potentiometry for Determination of Cyanide Using a Programmable Syringe
Pump. Saudi Arabia: King Fahd University.
Underwood. 2002. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Zakharova, E.A. 2011. Potentiometric Determination of The Total Acidity and
Concentration of Citric Acid in Wines. Russia: Faculty of Chemistry and
Chemical Technology, Tomsk Polytechnic University.
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 21 November 2012

Praktikan 1 Praktikan 2 Praktikan 3

Anis Masiati Muhammad Q Ida Mustaqfiroh


24030111130059 24030111140061 24030111130071

Praktikan 4 Praktikan 5 Praktikan 6 Praktikan 7

Syahrul Ramadhani Idi Aulia Rahman Suci Pertiwi Desvita Sari


2403011140080 2403011140094 2403011140096 24030111140107

Mengetahui,
Asisten

Rizqiyana Putri I
J2C009073
LAMPIRAN

Perhitungan
1. M CuSO4 = 1M
BM CuSO4.5H2O = 249,61 g/mol
V akuades = 50 ml = 0,05 L
g 1000
M= x
BM v
g 1000
1= x
249,61 g/mol 50 ml

g = 12,48 mg
= 0, 01248 g

2. M ZnSO4 0,8 g
V akuades = 50 ml = 0,05 L
g 0,8 g
n= =
BM 161,4376 g/mol

= 4,955 x 10-3 mol


n 0,004955 mol
M= =
V 0,05 L

= 0,099 M

3. M ZnSO4 = 2 g
V akuades = 50 ml = 0,05 L
g 2g
n= =
BM 161,4376 g/mol

= 0,0124 mol
n 0,012 mol
M= =
V 0,05 L

= 0,25 M

4. M ZnSO4 = 4 g
V akuades = 50 ml = 0,05 L
g 4g
n= =
BM 161,4376 g/mol

= 0,0247 mol
n 0,02247 mol
M= =
V 0,05 L

= 0,49 M

PERHITUNGAN DENGAN HUKUM NERST

1. Larutan ZnSO4 0,8 g


0,0591 1 0,0591 1
[
E sel = E0 Cu2+/Cu
n
log
Cu2+
] - [ E0 Zn 2+
/Zn
n
log
Zn2+
]
0,0591 1 0,0591 1
1,06 V = 0,34 [ 2
log
1
]- [-0,763
2
log 2+]
Zn
1
1, 06 V = 1,1 + 0,02955 log
[Zn2+ ]
1
- 0,04= 0,02955 log
[Zn2+ ]
1 0,04 V
Log =
[Zn2+ ] 0,02955

= - 1,35
1
= 0,0443 M
[Zn2+ ]

[Zn2+]= 22, 57M


Atau :
0,0591 [Zn2+ ]
E = 1,1 log
2 [Cu2+ ]

[Zn2+ ]
1,06 = 1,1 0,02955 log
1
2+
-0,04 = - 0,02955 log [Zn ]
0,04 V
Log [Zn2+] =
0,02955 L

Log [Zn2+] = 1, 35
[Zn2+] = 22,57 M
2. Larutan ZnSO4 2 g
0,0591 1
[
E sel = E0 Cu2+/Cu
n
log
Cu2+
]- [E0 Zn2+/Zn 0,0591
n
1
log 2+]
Zn

0,0591 1 0,0591 1
1,05 V = 0,34 [ 2
log
1
]- [-0,763
2
log 2+]
Zn
1
1,05 V = 1,1 + 0,02955 log
[Zn2+ ]
1
-0,05 = 0,02955 log
[Zn2+ ]
1 0,05 V
Log =
[Zn2+ ] 0,02955

= -1,69
1
= 0,02 M
[Zn2+ ]

[Zn2+] = 50 M
Atau :
0,0591 [Zn2+ ]
E = 1,1 log
2 [Cu2+ ]

[Zn2+ ]
1,05 = 1,1 0,02955 log
1
2+
-0,05 = - 0,02955 log [Zn ]
0,05 V
Log [Zn2+] =
0,02955 L

Log [Zn2+] = 1,69


[Zn2+] = 50 M

3. Larutan ZnSO4 4 g
0,0591 1
[
E sel = E0 Cu2+/Cu
n
log
Cu2+
]- [E0 Zn2+/Zn 0,0591
n
1
log 2+]
Zn

0,0591 1 0,0591 1
1,04 V = 0,34 [ 2
log
1
]- [-0,763
2
log 2+]
Zn
1
1,04 V = 1,1 + 0,02955 log
[Zn2+ ]
1
-0,06 = 0,02955 log
[Zn2+ ]
1 0,06 V
Log = = -2,03
[Zn2+ ] 0,02955
1
= 9,33 x 10-3 M
[Zn2+ ]

[Zn2+] = 107,18 M
Atau :
0,0591 [Zn2+ ]
E = 1,1 log
2 [Cu2+ ]

[Zn2+ ]
1,04 = 1,1 0,02955 log
1
2+
-0,06 = - 0,02955 log [Zn ]
0,06 V
Log [Zn2+]=
0,02955 L

Log [Zn2+]= 2,03


[Zn2+] = 107,18 M

Anda mungkin juga menyukai